• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Gaya Hidup Hedonis denga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Hubungan Antara Gaya Hidup Hedonis denga"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1

DI MALANG RAYA.

Eva Sri Lestari evenaomi@yahoo.co.id

Ika Adita Silviandari Selly Dian Widyasari

Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara gaya hidup hedonis dengan kecenderungan impulse buying produk pakaian imitasi pada pria homoseksual yang ada di Malang Raya. Subjek dalam penelitian ini adalah pria homoseksual yang bergabung dalam komunitas gay dibawah naungan yayasan IGAMA (Ikatan GAYa Arema) Malang, dengan jumlah subjek penelitian sebanyak 70 subjek. Teknik pengambilan sampel penelitian ini menggunakan teknik snowball sampling. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala gaya hidup hedonis dan skala kecenderungan impulse buying yang dimodifikasi dari penelitian Sari (2013) dan Ngainurrohmah (2013). Analisis data yang digunakan untuk menguji korelasi kedua variabel x dan y adalah dengan menggunakan analisis uji spearman-rho. Hasil perhitungan statistik menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara gaya hidup hedonis dengan kecenderungan impulse buying pakaian imitasi, dimana semakin tinggi gaya hidup hedonis maka kecenderungan impulse buying terhadap pakaian imitasi akan semakin tinggi. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah gaya hidup hedonis maka kecenderungan impulse buying terhadap pakaian imitasi akan semakin rendah pula. Kata kunci : gaya hidup hedonis, impulse buying, pria homoseksual

ABSTRACT

This research aims to know the correlation between hedonistic lifestyle with impulse buying tendency of imitation clothes for homosexual men (gay) in Malang Raya. Subjects in this research were homosexual men who has joined in a gay community under IGAMA foundation in Malang, the number of subject were 70 subjects. The sampling technique that used in this research was snowball sampling. The scales that used in this research were hedonistic lifestyle scale and impulse buying tendency scale that modificated from Sari‟s research (2013) and Ngainurrohmah‟s (2013). Data analysis that used to examine the correlation of x and y variables in this research was spearman-rho. Statistical calculation result showed positive correlation between hedonistic lifestyle and impulse buying tendency of imitation clothes, where the hedonistic lifestyle was higher, then impulse buying tendency of imitation clothes would be higher. And vice versa, the lower the hedonistic lifestyle, then impulse buying tendency of imitation clothes would be lower as well.

(2)

LATAR BELAKANG

Kebutuhan akan fashion meningkat pada kelompok masyarakat tertentu. Kebutuhan mengenai pakaian terpenuhi bukan hanya untuk menunjang kebutuhan sehari-hari saja, melainkan telah menjadi gaya hidup. Hal tersebut tidak hanya terjadi kepada kelompok masyarakat umum, melainkan juga terjadi pada kelompok masyarakat khusus seperti kelompok homoseksual. Fashion bagi kelompok homoseksual merupakan hal terpenting yang harus diperhatikan, kelompok homoseksual sangat memperhatikan dan menjaga penampilannya dengan serapi dan semodis mungkin (Padang, 2012).

Kelompok gay dalam kehidupan modern memiliki kecenderungan berpenampilan layaknya pria namun cenderung lebih rapi dan memperhatikan detail setiap bagian pakaian yang dikenakan (teliti). Hal ini sengaja dilakukan mereka untuk menarik perhatian gay (pria homoseksual) lainnya. Selain itu, kelompok gay ini juga ingin selalu berpakaian beda dari yang lainnya, hal ini sengaja mereka lakukan untuk mendapatkan perhatian dari orang lain (Anonim, 2012).

Menurut R (26 tahun) pada tanggal 20 Maret 2014 pada pukul 19.54 WIB kepada peneliti menyatakan bahwa mengingat banyaknya pengeluaran untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya, guna menunjang penampilan tak jarang sebagian besar dari mereka memilih untuk membeli pakaian tiruan (imitasi) artis idola mereka. Selain itu, kelompok gay ini juga gemar sekali mengunjungi mall, karena perkumpulan kelompok mereka pun biasanya diadakan di cafe-cafe mall Kota Malang. Hal tersebut biasanya mereka manfaatkan untuk sekaligus mengamati fashion yang sedang trend dan apabila sesuai untuk menunjang penampilan mereka tak jarang mereka langsung membelinya.

(3)

menandai gaya hidup mereka yang tidak terlepas dari aspek kesenangan, kenikmatan dan hiburan (hedonis).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Oliveros dan Lopez (2005) menunjukkan adanya perilaku pembelian impulsif pada pria homoseksual di Barranquilla yang berpusat pada kemewahan (eksklusivitas), pencarian fashion dan hubungan gaya hidup hedonis antara produk dan pembelian.

Menurut Semuel (Anjani, 2012) pembelian tidak terencana merupakan kegiatan menghabiskan uang yang tidak terkontrol, kebanyakan pada barang-barang yang tidak diperlukan. Barang-barang yang di beli secara tidak terencana (produk impulsif), lebih banyak pada barang yang diinginkan untuk di beli tetapi tidak dibutuhkan dan biasanya produk baru dengan harga murah. Beberapa barang yang termasuk dalam produk impulsif adalah pakaian, perhiasan, atau produk yang dekat diri sendiri dan penampilan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara gaya hidup hedonis dengan kecenderungan impulse buying, karena kecenderungan pria homoseksual yang identik dengan kesenangan dan hura-hura (indonesiaindonesia.com) yang merupakan salah satu faktor penentu untuk melakukan kegiatan pembelian impulsif. Hal ini menarik utuk diteliti dikarenakan banyak penelitian terdahulu yang mengkaitkan konsumsi hedonik dengan impulse buying terhadap remaja maupun masyarakat umum.

LANDASAN TEORI

A. Gaya Hidup Hedonis

Susianto (Rianton, 2013) menyatakan bahwa orang yang menganut gaya hidup hedonis adalah individu yang mengarahkan aktivitasnya untuk mencapai kenikmatan hidup. Sebagian besar aktivitas yang dilakukan banyak diluangkan di luar rumah, lebih senang bermain, ingin menjadi pusat perhatian dan senang membeli barang-barang yang kurang diperlukan.

Karakteristik gaya hidup hedonis dapat dilihat dari berbagai atribut gaya hidup hedonis yaitu senang mencari perhatian, cenderung impulsif, kurang berfikir rasional, cenderung mengikuti (follower) dan mudah dipengaruhi, lebih banyak menghabiskan waktu untuk bersenang-senang, memiliki pandangan gaya instan, gemar mengoleksi barang mewah dan berteknologi tinggi, cenderung menginginkan suatu barang secara spontan.

(4)

dalam diri individu (internal) dan faktor yang berasal dari luar (eksternal). Faktor internal yang memengaruhi yaitu sikap, pengalaman, dan pengamatan, kepribadian, konsep diri, motif, sedangkan faktor eksternal yang memengaruhi yaitu kelompok referensi, keluarga, kelas sosial dan kebudayaan.

B. Kecenderungan Impulse Buying

Rook dan Fisher (Haq, 2013) berpendapat bahwa impulse buying merupakan kecenderungan konsumen untuk membeli secara spontan, reflek, tiba-tiba dan otomatis. Sedangkan menurut Schiffman dan Kanuk (Haq, 2013) menyebutkan bahwa impulse buying merupakan keputusan yang emosional atau menurut desakan hati.

Demikian pula Loudon dan Bitta (1993) menjelaskan bahwa impulse buying juga dipengaruhi proses irasional yang mendesak kepuasan secara spontan. Impulse membeli ini mungkin bermula merangsang konflik emosional dan cenderung terjadi diluar pemikiran yang irasional.

Loudon dan Bitta (1993) menjelaskan bahwa terdapat lima elemen yang penting untuk membedakan pembelian impulsif dan non impulsif antara lain, konsumen dalam pembelian impulsif mempunyai keinginan secara tiba-tiba untuk membeli, keinginan untuk membeli secara tiba-tiba tersebut menyebabkan konsumen berada dalam kondisi ketidakseimbangan psikologis yaitu kondisi sementara dimana konsumen kehilangan kontrol emosinya, konsumen yang mungkin mengalami konflik psikologis tersebut akan berjuang mempertimbangkan kepuasan dirinya dengan konsekuensi jangka panjang dari pembelian, konsumen sering kali mengurangi evaluasi pengetahuan tentang produk dan terakhir konsumen seringkali membeli secara spontan tanpa mempertimbangkan konsekuensinya di masa depan.

Menurut Herabadi (2003), terdapat beberapa aspek yang ada dalam sebuah perilaku impulse buying. Aspek-aspek ini sekaligus menjadi pemicu terjadinya perilkau pembelian secara impulsif. Oleh karena itu, aspek-aspek tersebut dijadikan sebagai dimensi dalam pengukuran tingkat perilaku dalam pembelian impulsif. Berikut adalah penjelasan terkait aspek dalam perilaku impulse buying:

1. Aspek kognitif: berkaitan dengan adanya kekurangan atau bahkan tidak danya perencanaan dan pertimbangan dalam pembuatan keputusan dalam pembelian 2. Aspek afektif: berkaitan dengan kesenangan dan ketertarikan untuk membeli,

(5)

C. Produk Pakaian Imitasi

Imitasi atau meniru menurut Hurley dan Charter (Sander, 2013) adalah suatu proses kognisi untuk melakukan tindakan maupun aksi seperti yang dilakukan oleh model dengan melibatkan indera sebagai penerima rangsangan dan pemasangan kemampuan persepsi untuk mengolah informasi dari rangsangan dengan kemempuan aksi untuk melakukan gerakan motorik. Proses ini melibatkan kemampuan kognisi tahap tinggi karena tidak hanya melibatkan bahasa namun juga pemahaman terhadap pemikiran orang lain. Menurut Tjiptono (2008), terdapat 4 tipe imitasi, antara lain yaitu:

a. Counterfeits atau disebut product pirates, yaitu produk-produk tiruan yang memalsukan atau membajak nama merek, simbol, logo, atau merek dagang produk asli/orisinal (biasanya merek-merek ternama).

b. Knockoffs atau cloness, yaitu produk-produk tiruan yang sangat mirip atau kompatibel dengan produk orisinal, tetapi menggunakan nama merek tersendiri. c. Design copies atau trade dress, yaitu meniru gaya (style), desain, model, atau corak produk pesaing yang populer. Dalam kasus ini, model atau desain merupakan bagian terpenting dari produk.

d. Creative adaption. Dalam tipe ini perusahaan melakukan penyempurnaan inkremental atas produk yang sudah ada atau mengadaptasikannya pada arena kompetisi yang baru.

Batasan dari penelitian ini peneliti memfokuskan pada tipe imitasi counterfeits atau disebut product pirates, yaitu produk-produk tiruan yang memalsukan atau membajak nama merek, simbol, logo, atau merek dagang produk asli/orisinal (biasanya merek-merek ternama) dan design copies atau trade dress, yaitu meniru gaya (style), desain, model, atau corak produk pesaing yang populer.

D. Pria Homoseksual

(6)

kecenderungan umum hubungan seks dengan orang lain yang berjenis kelamin yang sama. Adapun beberapa karakteristik kaum homoseksual yang dapat didefinisikan oleh Pratikno (Padang, 2012), yaitu :

1. Naluri homoseksual tetap naluri seorang pria, meskipun mereka memiliki kecenderungan bersikap feminim mereka tetap memiliki empati yang tinggi kepada wanita.

2. Dalam berkomunikasi gaya bicaranya cenderung feminim, seadanya atau bahkan talkactive.

3. Perfeksionis: Ketanggapan mereka dalam melihat ketidaksempurnaan dan segera memperbaikinya, membawanya pada anggapan bahwa mereka adalah kelompok yang perfeksionis.

4. Cenderung sensitif : Kelompok homoseksual lebih memperhatikan dan memiliki empati yang mendalam ketika memperlakukan wanita daripada pria normal yang cenderung menunjukkan otoritasnya di hadapan wanita.

5. Berpenampilan rapi, bersih dan modis : hampir sebagian besar pria homoseksual, sangat memperhatikan dan menjaga penampilannya dengan serapi dan semodis mungkin.

6. Selalu memakai pengharum tubuh dengan aroma yang memikat, aroma pengharum tubuh yang dipilih biasanya aroma yang biasa digunakan wanita. 7. Menyukai fitness : latihan fitness dilakukan dengan tujuan untuk membentuk

tubuh yang atletis. Hal ini dikarenakan mereka sangat memperhatikan penampilan.

8. Sering menggunakan bahasa tubuh sebagai alat komunikasi antar sesama homoseksual seperti, tatapan mata yang lebih teduh, menunjukkan posisi tangan dimana mereka mengapitkan kedua telapak tangannya, dimana jari-jarinya saling menyilang dan menggerak-gerakan kedua ibu jarinya menandakan suatu pemberian tanda/kode kepada sesama kelompok homoseksual.

METODE PENELITIAN

Partisipan dan Desain Penelitian

(7)

Alat Ukur

Skala gaya hidup hedonis tersusun berdasarkan dimensi-dimensi gaya hidup yang dikemukakan oleh Engel (Kotler dan Amstrong, 2008) dan digabungkan dengan karakteristik-karakteristik hedonis menurut Cicerno (Russell, 2004). Peneliti menggunakan skala gaya hidup hedonis dari penelitian Sari (2013). Dimensi-dimensi skala gaya hidup hedonis meliputi activities, interest dan opini. Skala kedua yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala kecenderungan impulse buying atau biasa disebut impulse buying Tendency Scale (IBTS) dikembangkan oleh Weun, Jones, dan Beatty (1998), dalam penelitian ini peneliti menggunakan skala dari penelitian Ngainurrohmah (2013) dan melakukan modifikasi beberapa pernyataan dari setiap aitem untuk menyesuaikan dengan tema kajian. Kedua skala yang digunakan telah melewati uji coba dengan hasil cronbach’s alpha sebesar 0,882 (sangat tinggi) untuk variabel gaya hidup hedonis dan cronbach’s alpha sebesar 0,799 (tinggi) untuk variabel kecenderungan impulse buying.

Prosedur Penelitian

Subjek yang dipilih dalam penelitian ini adalah pria homoseksual yang memiliki kriteria yang ditentukan sebelumnya oleh peneliti yaitu: pria, berusia 15-45 tahun, mengakui dirinya sebagai pria homoseksual, berdomisili di Malang Raya (Kota Malang, Kabupaten Malang, Kota Wisata Batu), memiliki kesenangan untuk melakukan aktivitas belanja (shopping).

Peneliti pertama-tama mendatangi yayasan IGAMA (Ikatan GAYa Arema) untuk bertemu manajer IGAMA sekaligus memohon ijin dan kesediaannya membantu peneliti dalam proses penyebaran kuisioner. Penelitian ini menggunakan teknik snowball sampling dimana awal mulanya peneliti mengenal hanya satu orang subjek pria homoseksual yang mengenalkan peneliti dengan teman-teman di yayasan IGAMA. terdapat tiga subjek yang peneliti kenal dan memang dipilih oleh manajer yayasan IGAMA untuk membantu peneliti dalam penyebaran kuisioner. Pihak yayasan IGAMA menyanggupi sebanyak 100 subjek dimana 30 subjek sebagai uji coba aitem dan 70 subjek sebagai penelitian.

Sebelum uji coba aitem dilakukan peneliti memastikan terlebih dahulu kuisioner yang akan peneliti gunakan dengan berkonsultasi terlebih dahulu kepada expert judgement untuk memastikan kesesuaian aitem yang digunakan dan tampilan kuisioner, expert judgement dalam hal ini adalah dosen pembimbing I dan dosen pembimbing II.

(8)

Alun-Alun Kota Malang, di Taman Trunojoyo Kota Malang dan di tempat kos Jalan Sumbersari Kota Malang. Setelah terkumpul 30 kuisioner yang memenuhi syarat yang ditentukan sebelumnya, peneliti melakukan uji reliabilitas untuk mengetahui aitem yang gugur dan aitem yang tidak gugur. Terdapat 12 aitem gugur dari 30 aitem variabel gaya hidup hedonis dan tersisa sebanyak 18 aitem dengan koefisien cronbach’s alpha sebesar 0,882 (sangat tinggi). Terdapat 4 aitem gugur dari 14 aitem variabel kecenderungan impulse buying dan tersisa sebanyak 10 aitem dengan koefisien cronbach’s alpha sebesar 0,799 (tinggi).

18 aitem variabel gaya hidup hedonis dan 10 aitem variabel kecenderungan impulse buying yang lolos tersebut peneliti susun kembali dan menjadi kuisioner penelitian yang akan peneliti gunakan didalam penelitian yang sebenarnya. Peneliti melakukan penelitian kepada 70 subjek. Peneliti kembali ditemani dan dikenalkan oleh 4 subjek dari yayasan IGAMA Malang untuk membantu proses penyebaran kuisioner. Peneliti menyebarkan angket di Alun-Alun Kota Malang, di Taman Trunojoyo Kota Malang, di Yayasan IGAMA Malang saat ada mobile clinic dan di beberapa cafe yang ada di Kota Malang. Setelah terkumpul 70 kuisioner yang memenuhi syarat yang ditentukan sebelumnya, peneliti melakukan uji reliabilitas. Hasil koefisien cronbach’s alpha variabel gaya hidup hedonis sebesar 0,772 (tinggi) sedangkan koefisien cronbach’s alpha variabel kecenderungan impulse buying sebesar 0,855 (sangat tinggi). Adapun analisis data yang digunakan peneliti adalah teknik analisis korelasi spearman’s Rho (Sarjono & Julianita, 2011). Peneliti juga menggunakan uji asumsi klasik yaitu uji normalitas dan uji linieritas untuk mengetahui data berdistribusi normal atau tidak (Sarjono & Julianita, 2011).

HASIL

Uji Asumsi Klasik A.Uji Normalitas

Peneliti menggunakan uji normalitas non-parametrik test (Sarjono & Julianita, 2011). Hasil uji non-parametric test untuk uji normalitas kedua variabel didapatkan hasil sebesar 0,852 yang berarti data berdistribusi normal karena Asymp.Sig (2 tailed) sebesar 0,852 yang berarti lebih besar dari 0,05.

Tabel 2. Uji Normalitas

Kolmogorov-Smirnov Z Asymp.Sig.(2-Tailed) Keterangan

0,609 0,852 Data Berdistribusi

(9)

B.Uji Linieritas

Hasil dari pengujian linieritas pada kedua variabel dalam penelitian ini didapatkan hasil pada kolom Sig. Deviation from linearity sebesar 0,004 yang berarti lebih kecil dari 0,05. Berikut tabel hasil uji linieritas.

Tabel 3. Uji linieritas

Devation from linearity Keterangan

0,004 0,004 < 0,05 (linier)

sumber: diolah oleh peneliti

Dapat disimpulkan dari hasil yang telah didapatkan diatas bahwa hubungan antar variabel gaya hidup hedonis dengan variabel impulse buying pakaian imitasi adalah linier.

C.Uji Hipotesis Spearman’s Rho

Berikut adalah hasil uji hipotesis berdasarkan data yang telah diperoleh di lapangan : Tabel 4. Uji Hipotesis

Koefisien Korelasi

(r)

Koefisien determinan

(r2)

Signifikansi Keterangan Sumbangan efektif

0,256 0,0655 0,033 Sig < 0,05 (Signifikan)

6,55%

Sumber: diolah oleh peneliti

Hasil penelitian menunjukkan bahwa r = 0,256 dengan signifikansi (p) = 0,033. Hal ini berarti ada hubungan positif yang signifikan antara gaya hidup hedonis dengan kecenderungan impulse buying pakaian imitasi, dimana semakin tinggi gaya hidup hedonis maka kecenderungan impulse buying terhadap pakaian imitasi akan semakin tinggi. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah gaya hidup hedonis maka kecenderungan impulse buying terhadap pakaian imitasi akan semakin rendah pula.

Nilai r2 (koefisien determinan) = 0,0655 ini menunjukkan sumbangan efektif gaya hidup hedonis terhadap kecenderungan impulse buying pakaian imitasi sebesar 6,55%, sedangkan 93,45% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

DISKUSI

(10)

0,256 dengan p < 0,05. Hubungan antara gaya hidup hedonis dan kecenderungan impulse buying produk pakaian imitasi termasuk dalam kategori rendah (r = 0,256). Angka korelasi

menunjukkan nilai positif artinya hubungan antara gaya hidup hedonis dengan kecenderungan impulse buying terjadi searah, maka jika gaya hidup hedonis tinggi maka kecenderungan impulse buying-pun akan tinggi. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima, yaitu adanya hubungan antara gaya hidup hedonis dengan kecenderungan impulse buying produk pakaian imitasi pada pria homoseksual di Malang Raya. Semakin tinggi gaya

hidup hedonis maka akan semakin tinggi pula kecenderungan impulse buying dan sebaliknya semakin rendah gaya hidup hedonis maka akan semakin rendah pula kecenderungan impulse buying.

Kecenderungan impulse buying terhadap produk pakaian imitasi yang tinggi dapat menciptakan situasi pada individu untuk cenderung melakukan kegiatan pembelian diluar perencanaan. Kecenderungan impulse buying terhadap produk pakaian imitasi dapat berkembang sesuai dengan faktor yang mempengaruhi impulse buying seperti faktor karakteristik produk, karakteristik pemasaran, karakteristik konsumen yang meliputi kepribadian konsumen dan faktor demografis (Loudon & Bitta, 1993) serta karakteristik situsional (Hawkins, Mothersbaugh, David & Best, 2007).

Prabowo (Sholihah & Kuswardani, 2010) menjelaskan bahwa model faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan belanja yang kaitannya langsung dengan kepribadian salah satunya adalah gaya hidup. Gaya hidup diartikan sebagai cara seseorang menggunakan waktu yang mengacu pada aktifitas, apa yang dipertimbangkan sebagai hal yang penting di lingkungannya, dan apa yang mereka pikirkan tentang dunia disekitarnya (Assael, 2001). Gaya hidup yang berkaitan langsung dengan aspek kesenangan dikenal sebagai gaya hidup hedonis. Keinginan konsumen untuk mencari kesenangan hedoniknya dalam berbelanja sering dikaitkan dengan pembelian impulsif (Anjani, 2012).

Kecenderungan impulse buying terhadap produk pakaian imitasi pada pria homoseksual juga berdasar pada karakteristik pria homoseksual yang sangat memperhatikan penampilannya, berpenampilan rapi, bersih dan modis (Padang, 2012). Hal tersebut membawa mereka pada suatu pembelian diluar perencanaan salah satunya adalah pembelian produk pakaian imitasi. Hal ini sesuai dengan hasil kategorisasi subjek pada variabel kecenderungan impulse buying yang rata-rata subjek berada pada kategori sedang yaitu sebanyak 38 orang atau sekitar 54,29%.

(11)

sangat berkaitan erat dengan pola hidup pria homoseksual. Kehidupan pria homoseksual cenderung dekat dengan gaya hidup bersenang-senang dan hura-hura. Mereka lebih banyak menghabiskan waktu diluar rumah dan berkumpul dengan teman-teman sebaya mereka. Hal tersebutlah yang mendasari bahwa gaya hidup pria homoseksual merupakan ciri-ciri yang terdapat dalam gaya hidup hedonis.

Kecenderungan pria homoseksual untuk merealisasikan kesenangan mereka adalah dengan gemar mengoleksi pakaian, baik pakaian yang sedang menjadi trend, atau dari hasil imitasi pakaian idola mereka. Hal ini bertujuan juga untuk menunjang eksistensi mereka sebagai kelompok yang dekat dengan dunia hiburan (entertaint), tak jarang hal ini membuat mereka terjerumus dalam pembelian di luar perencanaan (impulse buying).

Tinggi rendahnya gaya hidup hedonis dan kecenderungan impulse buying terhadap produk pakaian imitasi pada pria homoseksual di Malang Raya dapat diketahui dari hasil kategori subjek berdasarkan variabel gaya hidup hedonis yaitu berada pada kategori tinggi, yaitu sebanyak 54 orang atau sekitar 77,14%. Hal ini didukung oleh faktor pendapatan subjek yang sebagian besar mencapai Rp. 2.600.000,- sampai dengan Rp.5.000.000,- per bulan yaitu sebanyak 43 orang atau sekitar 61,42%.

Tingginya gaya hidup hedonis yang terjadi pada pria homoseksual di Malang Raya tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi. Kotler (Rianto, 2013) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup hedonis seseorang terdiri atas dua faktor yaitu faktor internal yang berasal dari dalam diri individu dan faktor eksternal yang berasal dari luar diri individu. Adapun faktor internal yang mempengaruhi gaya hidup hedonis pria homoseksual di Malang Raya yaitu sikap, pengalaman dan pengamatan, kepribadian, konsep diri, motif, dan persepsi, sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi gaya hidup hedonis pria homoseksual di Malang Raya yaitu kelompok referensi, keluarga, kelas sosial dan kebudayaan yang dianut.

(12)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian ini konsisten dengan teori-teori yang dijadikan acuan dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan antara gaya hidup hedonis dengan kecenderungan impulse buying produk pakaian imitasi pada pria homoseksual di Malang Raya.

Presentase sumbangan gaya hidup hedonis yang menyebabkan terjadinya kecenderungan impulse buying terhadap produk pakaian imitasi sebesar 6,55%, sisanya sekitar 93,45% faktor penyebab terjadinya kecenderungan impulse buying terhadap produk pakaian imitasi yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Adapun faktor-faktor lain yang berpotensi mempengaruhi kecenderungan impulse buying terhadap produk pakaian imitasi antara lain faktor karakteristik produk yang meliputi harga yang murah, ukuran kecil dan ringan serta mudah disimpan, keterlibatan produk,karakteristik pemasaran yang meliputi pemasangan iklan dengan tulisan diskon besar-besaran, posisi barang yang dipamerkan dan lokasi toko yang strategis, karakteristik konsumen yang meliputi kepribadian konsumen, keadaan emosi konsumen dan faktor demografis (Loudon & Bitta, 1993) serta karakteristik situsional (Hawkins, Mothersbaugh, David & Best, 2007).

Hal ini selaras dengan penelitian Park, Kim, & Forney (2005), yang meneliti tentang hubungan antara keterlibatan fashion, emosi positif, kecenderungan konsumsi hedonis, dan mode berorientasi perilaku pembelian impuls dari mahasiswa AS. Hasil yang ditunjukan dalam penelitian tersebut adalah keterlibatan fashion dan emosi positif secara langsung mempengaruhi pembelian impulsif.

Hasil penelitian Anjani (2012) juga menunjukkan hal yang sama dengan penelitian Park, Kim, & Forney (2005) bahwa fashion involvement dan hedonic consumption tendency berpengaruh positif terhadap pembelian impulsif produk fashion di department store.

KETERBATASAN

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Anjani, Ni Luh Gde Geeta. (2012). “Pengaruh Fashion Involvement, Emosi Positif dan Hedonic Consumption Tendency Terhadap Pembelian Impulsif di Department Store”. Jogjakrta. Tesis Program Studi Magister Manajemen Program Pascasarjana, Universitas Atmajaya Jogjakarta.

Anonim. (2012). Bagaimanakah Ciri-Ciri Mengenali Pria Gay. http://www.igama.or.id/2012/11/bagaimanakah-ciri-ciri-mengenali-pria-gay/. Diakses pada tanggal 1 Juni 2014 Pukul 05.11 WIB.

Assael, Henry. (2001). Consumer Behavior. 6 th. Edition. New York: Thomson-Learning. Haq, A.A. (2013). “Pengaruh Sales Promotion Terhadap Perilaku Impulse Buying Wanita

Bekerja Pada Matahari Department Store Plaza Citra Pekanbaru”. Jurnal Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau. Pekanbaru.

Hawkins, I. Del, Mothersbaugh, I., David, & Best, J. Roger. (2007). Consumer Behavior : Building Marketing Strategy , 10/e. The Mc. Graw Hill Companies. Inc,. New York.

United Stated of America

Herabadi, A.G. (2003). “Buying Impulses: A Study on Impulsive Consumption”. Thesis of University Nijmegen

Kotler, P. & Armstrong, G. (2008). Prinsip-Prinsip Pemasaran, Edisi 12. Jilid 1. Erlangga, Jakarta.

Loudon, D. & Bitta, A. (1993). Consumer Behavior (Fourth Edition). NewYork: McGrawHil Ngainurrohmah, A. (2013). “Peran Kecenderungan Neophilia dan Pendapatan Pribadi

terhadap Perilaku Impulse Buying Pembelian Smartphone pada Konsumen Usia Produktif”. Jurnal Program Studi Psikologi Universitas Brawijaya. Malang.

Oliveros, M.E & Lopez V.G. (2005). “Impulsive Buying Behavior of Gay Men In Barranquilla. An Exploratory Study In Barranquilla City (Colombia)”. International Journal. Colombia.

Padang, J.T. (2012). “Persepsi Kaum Homoseksual Terhadap Aktivitas Seksual Yang Beresiko Terjadi HIV-AIDS”. Tesis Fakultas Ilmu Keperawatan Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Depok

Park, Eun., Kim & Forney. (2005). “A Sructural Model of Fashion Oriented Impulse Buying Behavior”. Journal of Fashion Marketing and Management.

(14)

Russell, B. (2004). Sejarah Filsafat Barat. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Rianton, R. (2013). “Hubungan Antara Konformitas Teman Sebaya Dengan Gaya Hidup Hedonis Pada Mahasiswa Kab.Dhamasraya di Yogyakarta”. Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan. Yogyakarta.

Sander, Alex. (2013). “Case Study Of Conduct Imitates Life Style Korea In Adolescent”. Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Yogyakarta

Sari, N.I.P. (2013). “Peran Gaya Hidup Hedonisme dan Locus of Control dalam Menjelaskan Kecenderungan Shopping Addiction pada Remaja Putri di Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya. Jurnal Program Studi Psikologi Universitas Brawijaya. Malang

Sarjono, Haryadi & Julianita, Winda. (2011). SPSS vs LISREL : Sebuah Pengantar, Aplikasi untuk Riset. Salemba empat. Jakarta.

Sholihah, N.A & Kuswardani, I. (2011). “Hubungan Antara Gaya Hidup Hedonis Dan Konformitas Teman Sebaya Dengan Perilaku Konsumtif Terhadap Ponsel Pada Remaja”. Jurnal Universitas Setia Budi.Jakarta

Susianto, H. (1993). Studi Gaya Hidup Sebagai Upaya Mengenali Kebutuhan Anak Muda. Jurnal Psikologi dan Masyarakat. Jakarta: Grasindo PT.Gramedia

Tjiptono, Fandy. (2008). Strategi Pemasaran, Edisi III, CV.Andi Offset, Yogyakarta.

Referensi

Dokumen terkait

This research aims to describe the kinds of sense based sentences and describe the meaning of sense based sentence found in Lenka Album.. The research

Hal ini dibuktikan dengan peningkatan pada setiap fase dari fase pertama baseline-1 kemudian intervensi dan baseline-2 yaitu adanya peningkat kemampuan subjek penelitian

In conclusion, there was significantly difference in salivary flow rate between children with low caries index and children with high caries index.Children with low

[r]

“colore” artinya”merembes”, proses untuk bahan yang sudah halus diekstraksi dengan pelarut yang cocok dengan cara melewatkan perlahan-lahan melalui bahan dalam suatu

(5) Kombinasi perlakuan terbaik untuk penanganan busuk buah pada salak adalah pelapisan dengan Aloe vera 50% dan suhu penyimpanan 10 o C (parameter mutu kadar air daging

Dari metode tersebut dibuatlah suatu Aplikasi Online Wedding Organizer Berbasis Web yang bertujuan untuk membantu mengambil keputusan dalam hal resepsi pernikahan, dan

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Ny.N PADA Ny.I DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN :ASMA DI. WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAJAHAN DI DESA JOYOSURAN RT 02 RW