• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB BERBASIS ALQUR’AN DAN HADITS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "View of WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB BERBASIS ALQUR’AN DAN HADITS"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB BERBASIS ALQUR’AN DAN HADITS

M. Nurzen S. *

* Dosen Tetap Prodi Pendidikan Agama Islam STAI Muara Bulian [email protected]

Abstract

(2)

Otoritas adalah dasar untuk tindakan, tindakan, dan melakukan aktivitas / kegiatan dalam perusahaan. Tanpa otoritas orang-orang di perusahaan tidak bisa melakukan apa-apa. Dalam kekuasaan dan otoritas selalu benar, tapi yang berkuasa belum tentu wewenang dan hak. tanggung jawab lebih lanjut dalam manajemen akan bertanggung jawab atau yang dikenal sebagai pertanggungjawaban. Akuntabilitas menunjukkan akuntabilitas mereka, yaitu (1) kurangnya kompatibilitas antara pelaksanaan prosedur standar untuk implementasi; (2) sanksi yang disepakati untuk kesalahan atau kelalaian dalam pelaksanaan; dan (3) Kurangnya mekanisme akuntabilitas, laporan berkala, laporan pertanggungjawaban, sistem pengawasan, sistem reward dan punishment. Penggunaan kata Za'im bagi para pemimpin menunjukkan bahwa pemimpin adalah sosok yang paling bertanggung jawab atas keadaan rakyatnya. Kebodohan, kemiskinan dan keterbelakangan rakyat adalah tanggung jawab pemimpin karena orang-orang telah menyerahkan urusan mereka kepada bos. Tanggung jawab adalah bagian dari Islam disebut mas'uliyyah. Tanggung jawab berarti bahwa setiap manusia apapun statusnya pertama harus bertanya pada diri sendiri apa yang mendorongnya dalam bertindak, kata yang diucapkan, dan merencanakan sesuatu. Pada dasarnya, semua manusia bertanggung jawab untuk segala sesuatu yang berada di bawah kewenangan sesuai dengan tingkat dan posisi masing-masing, mulai dari pemimpin resmi sampai pemimpin non-formal. Dengan demikian, setiap orang harus bertanggung jawab atas segala sesuatu yang menjadi tanggung jawabnya.

Keywords : Wewenang dan Tanggung Jawab, Al-Qur’an

dan Hadist

Pendahuluan

(3)

Apakah perilaku itu berlandaskan akal sehat dan ketakwaan, atau malah dipicu oleh pemujaan diri, hawa nafsu, dan ambisi pribadi. Jika manusia dapat menentramkan hati nuraninya dan merespon panggilan jiwanya yang paling dalam, maka dia pasti bisa bertanggungjawab kepada yang lain. Allah SWT berfirman:

"Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya." (QS.17.36)

Oleh karena itu penulis akan membahas topik tentang wewenang dan Tanggung jawab dalam Al-Qur‟an dan Al-Hadits, agar kita dapat memahami bagaimana prinsip Islam terhadap wewenang dan tanggung jawab dan semoga tulisan ini memberikan cakrawala keilmuan yang luas bagi kita semua.

Wewenang (Authority)

Pengertian wewenang dikemukakan oleh para ahli:1 a. G. R. Terry

Authority is the official and legal right to command by

others and enforce compliance”. Artinya: Wewenang

adalah kekuasaan resmi dan kekuasaan pejabat untuk menyuruh pihak lain, supaya bertindak dan taat kepada pihk yang memiliki wewenang itu.

b. Louis A Allen

Authority is the sum of the power and rights entrusted to make possible the performance of the worh delegated”.

Artinya: Wewenang adalah sejumlah kekuasaan (powers) dan hak (rights) yang didelegasikan pada suatu jabatan. c. R.C. Davis

Authority is the corresponding right the enables the

individual to discharge the particular obligation”.

Artinya: wewenang adalah hak yang cukup yang memungkinkan seseorang dapat menyelesaikan suatu tugas kewajiban tertentu.

d. Malayu S.P Hasibuan

Wewenang adalah kekuasaan yang sah dan legal yang dimiliki seseorang untuk memerintah orang lain, berbuat atau tidak berbuat sesuatu; wewenang merupakan dasar hokum yang sah dan legal untuk dapat mengerjakan sesuatu pekerjaan.

Selanjutnya menimbulkan pertanyaan apakah authority sama atau berbeda dengan power (kuasa). Berikut penulis paparkan beberapa pengertian power:2

1

(4)

a. G.R. Terry

“The power or the right to act, to command, or to exact action by others. Implied in authority is the power of

making decision seeing that they are carried out”. Artinya: wewenang identik dengan kekuasaan (power) dan hak (right), tetapi kuasa berarti kekuatan dan biasanya dalam arti fisik, sedangkan wewenang adalah hak-hak yang bergandengan dengan tanggung jawab (responsibility). Wewenang dapat mempergunakan kuasa (power) untuk mencapai tujuannya, tetapi ia tidak persis sama dengan kuasa itu.

b. Henry Fayol

Wewenang adalah hak untuk memerintah (dalam organisasi formal) dan kekuatan (power) membuat manajer dipatuhi dan ditaati.

c. Chester I. Barnard

Authority sama dengan power, authority adalah cirri suatu komunikasi (perintah) dalam suatu organisasi formal yang menyebabkan ia diterima oleh seseorang anggota organisasi tersebut dan perintah-perintahnya harus ditaati. Dalam wewenang selalu terdapat power dan responsibility

untuk mencapai tujuan, tetapi power tidak selalu diikuti oleh authority dan responsibility. Jadi, authority-lah yang paling menjamin tercapainya tujuan, sebab authority

menciptakan power dan right. d. Malayu S.P Hasibuan

Power (kuasa) adalah kekuatan seseorang yang disegani karena mempunyai kekuatan tertentu, baik kekuatan fisik, mental maupun karena mempunyai pengaruh yang cukup luas.

Dari beberapa defenisi diatas dapat dipahami bahwa wewenang (Authority) merupakan dasar untuk bertindak, berbuat, dan melakukan kegiatan/aktivitas dalam suatu perusahaan. Tanpa wewenang orang-orang dalam perusahaan tidak dapat berbuat apa-apa. Dalam authority selalu terdapat power and right, tetapi dalam power belum tentu terdapat authority and right.

Dalam manajemen, wewenang dapat didelegasikan. Delegasi wewenang adalah pelimpahan atau pemberian otoritas dan tanggung

2

(5)

jawab dari pimpinan atau kesatuan organisasi kepada seseorang atau kesatuan organisasi lain untuk melakukan aktivitas tertentu.3

Desain organisasi melahirkan empat konsep yang juga penting dalam struktur organisasi, yaitu kekuasaan (power), kewenangan (authority), tanggung jawab (responsibility), dan pelimpahan wewenang (delegation). Setiap bagian dalam suatu orgariisasi memiliki kekuasaan, kewenangan, serta tanggung jawab. Ketika kekuasaan, kewenangan, serta tanggung jawab tidak dapat sepenuhnya dipegang oleh seseorang, maka dapat dilakukan apa yang dinamakan sebagai pelimpahan kekuasaan dan kewenangan sekaligus juga tanggung jawab atau apa yang dinamakan sebagai delegation.

Tanggung Jawab (Responsibility)

Tanggung jawab (responsibility) adalah keharusan untuk melakukan semua kewajiban/tugas-tugas yang dibebankan kepadanya sebagai akibat dari wewenang yang diterima atau dimilikinya. Setiap wewenang akan menimbulkan hak (right), tanggung jawab (responsibility), kewajiban-kewajiban untuk melaksanakan dan mempertanggung jawabkan (accountability). Tegasnya tanggung jawab tercipta karena penerimaan wewenang. Tanggung jawab harus sama besarnya dengan wewenang yang dimilikinya. Pertanggung jawaban hanya diberikan kepada orang atau lembaga yang memberikan (mendelegasikan) wewenang tersebut atau delegate hanya bertanggung jawab kepada delegator.

Tanggung jawab ini timbul karena adanya hubungan antara atasan (delegator) dan bawahan (delegate), dimana atasan mendelegasikan sebagian wewenang atau pekerjaan kepada bawahan untuk dikerjakan. Delegate harus benar-benar mempertanggungjawabkan wewenang yang diterimanya kepada

delegator. Jika tidak sewaktu-waktu wewenang itu dapat ditarik kembali oleh delegator.

Wewenang sebenarnya mengalir dari atasan ke bawahan, jika diadakan penyerahan (perintah) tugas, sedangkangkan tanggung jawab merupakan kewajiban bawahan melakukan tugas itu. Tanggung jawab mengalir dari bawah ke atas, jadi merupakan arus balik dari perintah-perintah itu. Karena perusahaan selalu terkait dengan perusahaan-perusahaan lainnya yang berada dalam lingkungan system social maka manajer puncak atau top manager

suatu perusahaan khususnya harus bertanggung jawab kepada:

 Pemilik perusahaan

 Karyawan perusahaan

3

(6)

 Pemerintah dan konsumen.

Selanjutnya perlu diingat bahwa responsibility tidak dapat dilimpahkan (didelegasikan) kepada orang/pihak lainnya. Authority

diterima maka responsibility-nya juga harus diterima dengan sebaik-baiknya pula. Inilah sebabnya top manager yang menjadi penanggung jawab terakhir mengenai maju/mundurnya suatu perusahaan atau organisasi.

Selanjutnya tanggung jawab dalam manajemen akan diminta pertanggung jawabannya atau dikenal dengan istilah akuntabilitas. Akuntabilitas menunjukkan adanya tanggung gugat yaitu (1) adanya kesesuaian antara pelaksanaan dengan standard prosedur pelaksanaan; (2) adanya sanksi yang disepakati atas kesalahan atau kelalaian dalam pelaksanaan; dan (3) adanya mekanisme pertanggung jawaban, laporan secara berkala, laporan pertanggung jawaban, system pengawasan, system reward dan punishment.4

Wewenang dan Tanggung Jawab dalam Al-Qur’an

Allah berfirman yang artinya: “Penyeru-penyeru itu berkata:

"Kami kehilangan piala Raja, dan siapa yang dapat

mengembalikannya akan memperoleh bahan makanan (seberat)

beban unta, dan aku menjamin terhadapnya". (QS. Yusuf 27).

Besarnya tanggung jawab pemimpin ini dapat dilihat ketika kata “za‟im” digunakan Alquran untuk menyebut pemimpin. Penggunaan kata ini dapat dijumpai di dalam Q.S. Yusuf ayat 72 dan Q.S. al-Qalam ayat 40. Kata “za‟im” ini dapat juga diartikan sebagai penjamin atau sebagai penanggung jawab.

Asal kata “za‟im”, menurut al-Thabari dalam tafsirnya Jami’

al-Bayan ialah orang yang bertanggung jawab terhadap urusan suatu

kaum. Dengan demikian, pemimpin suatu kaum disebut dengan

“za‟im” (penanggung jawab) dan “mudabbir” (pengatur urusan) kaumnya.

Pendapat al-Thabari ini menunjukkan bahwa pemimpin suatu kaum bertanggung jawab terhadap urusan kaumnya. Untuk merealisasikan tanggung jawab dimaksud dengan baik maka pemimpin diberikan wewenang untuk mengatur urusan kaumnya.

Biasanya, wewenang seorang pemimpin ini dibatasi oleh undang-undang supaya tidak salah dalam menggunakannya. Batasan yang dibuat oleh Alquran bagi seorang pemimpin adalah aturan-aturan yang dibuat Allah dan Rasul-Nya. Sehingga ketaatan terhadap pemimpin diurutkan setelah ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya.

Maksudnya adalah, pemimpin wajib ditaati selama yang bersangkutan masih tetap mentaati Allah dan Rasul. Hal ini

4

(7)

dikemukakan oleh Alquran karena Allah dan Rasul adalah tipe pemimpin yang bertanggung jawab sehingga siapapun yang jadi pemimpin wajib mengacu kepada kedua sifat ini.

Menurut Ibn „Athiyah dalam tafsirnya Muharrir

al-Wajiz bahwa kata “za‟im” di dalam bahasa Arab disinonimkan

dengan kata “ra‟is”. Dikatakan demikian, karena pemimpin bertanggung jawab untuk memenuhi segala kebutuhan manusia. Kata

“ra‟is” ini diartikan ke dalam bahasa Indonesia dengan kepala atau pemimpin.

Penggunaan kata “za‟im” untuk pemimpin sebagaimana terdapat di dalam Alquran adalah merupakan isyarat tentang esensi kepemimpinan itu sendiri. Sebagai sosok yang bertanggung jawab terhadap kehidupan rakyatnya maka pemimpin adalah sosok yang bersifat menjaga dan melayani, bukan sebaliknya.

Pemimpin adalah sosok yang paling bertanggung jawab terhadap kehidupan bangsanya. Jika suatu bangsa mundur maka pemimpin harus bertanggung jawab atas kemunduran tersebut dan pantas mendapatkan konsekwensi. Sebaliknya, jika suatu bangsa maju maka pemimpin berhak untuk mendapat penghargaan.

Mengingat besarnya tanggung jawab tersebut maka sosok pemimpin haruslah orang yang paling memahami tanggung jawab dan harus yang terbaik pula dalam berbagai hal di antara rakyatnya. Dengan kata lain, pemimpin haruslah sosok yang memiliki banyak kelebihan bila dibanding dengan rakyat yang dipimpinnya.

Mengingat besarnya tanggung jawab pemimpin ini maka seorang pemimpin berhak mendapatkan imbalan surga jika pada kepemimpinnya mampu memajukan bangsanya. Sebaliknya, pemimpin juga dapat masuk neraka jika bangsanya mundur disebabkan kepemimpinannya yang tidak baik.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan kata za’imuntuk pemimpin menunjukkan bahwa pemimpin adalah sosok yang paling bertanggung jawab terhadap keadaan rakyatnya. Kebodohan, kemiskinan dan keterbelakangan rakyat adalah tanggung jawab pemimpin karena rakyat sudah menyerahkan segala urusan mereka kepada pimpinannya.

Tanggung jawab adalah bagian dari ajaran Islam yang disebut mas'uliyyah. Tanggung jawab artinya ialah bahwa setiap manusia apapun statusnya pertama harus bertanya kepada dirinya sendiri apa yang mendorongnya dalam berperilaku, bertutur kata, dan merencanakan sesuatu.

(8)

penggunaan masing-masing kata menunjukkan tugas dari pemimpin itu sendiri seperti kata za’im yang diartikan dengan tanggung jawab.

Pemimpin adalah sosok yang diberi kepercayaan untuk membawa rakyatnya menuju kehidupan yang lebih maju. Pada umumnya, jika pemimpin baik dan bertanggung jawab maka rakyatnya akan makmur akan tetapi jika pemimpinnya tidak baik dan tidak bertanggung jawab maka rakyat akan hidup sengsara.

Terdapat banyak ayat dalam Al-Qur‟an yang menjelaskan tentang tanggung jawab, diantaranya:

Artinya: “Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang

telah diperbuatnya.” (QS. Mudatsir 38).

Dalam Tafsir Ibnu Katsir ayat diatas menjelaskan bahwa manusia pada hari kiamat kelak akan tergantung pada amalnya didunia.5 Menurut Sayyid Quthb dalam Tafsir Fi Zhilalil-Qur‟an mengenai ayat tersebut bahwa setiap orang dapat membawa atau mengarahkan kemauan dirinya dengan segala tanggung jawabnya, dapat menempatkan dirinya dimana saja dia menghendaki, maju atau mundur, memuliakannya atau menghinakannya. Maka ia akan bertanggung jawab terhadap apa yang diusahakannya, terikat dengan apa yang dilakukannya. Allah telah menjelaskan kepada jiwa manusia ini jalan yang dapat ditempuhnya dengan penuh kesadaran, yang diumumkan-Nya di depan pemandangan-pemandangan alam yang mengesankan.6

Wewenang dan Tanggung Jawab dalam Al-Hadits

Dalam riwayat lain Umar bin Khatab r.a. mengungkapkan besarnya tanggung jawab seorang pemimpin di akhiarat nanti dengan kata-katanya yang terkenal : “Seandainya seekor keledai terperosok di kota Baghdad nicaya Umar akan dimintai pertanggungjawabannya, seraya ditanya : Mengapa tidak meratakan

jalan untuknya ?” Itulah dua dari ribuan contoh yang pernah

dilukiskan para salafus sholih tentang tanggungjawab pemimpin di hadapan Allah kelak.

Selanjutnya dalam hadits yang diriwayat oleh Bukhori, Muslim dan Tarmizi:

ِوْيَلَع ُالله ىَّلَص ِالله َلْوُسَر ُتْعَِسَ َلاَق اَمُهْ نَع ُالله َيِضَر َرَمُع ِنْب ِالله ِدْبَع ْنَع

ُلْوُ َ َ َّلَسَ

:

ٌلْ ُؤْسَمَ ٍعاَر ُماَمِلإاَ ِوِتَّيِعَر ْنَع ٌلْ ُؤْسَم ْ ُكُّلَكَ ٍعاَر ْ ُكُّلًك

5

Abdullah bin Muhammad. Tafsir Ibnu Katsir. (Bogor: Pustaka ImamAsy-Syafi‟i.2008)., hlm. 343.

6

(9)

ِتْيَ ب ِفِ ٌةَيِعاَر ُةَأْرَمْلاَ ِوِتَّيِعَر ْنَع ٌلْ ُؤْسَمَ ِوِلْىَأ ِفِ ٍعاَر ُلُجَّرلاَ ِوِتَّيِعَر ْنَع

ِوِتَّيِعَر ْنَع ٌلْ ُؤْسَمَ ِهِدِّيَس ِلاَم ِفِ ٍعاَر ُمِداَْلْاَ اَهِتَّيِعَر ْنَع ٌةَلْ ُؤْسَم َ اَهِجْ َز

َلاَق ْنَأ ُتْبِسَح َلاَقَ

:

َ ِوِتَّيِعَر ْنَع ٌلْ ُؤْسَمَ ِوْيِبَا ِلاَم ِفِ ٍعاَر ُلُجَّرلاَ

ِوِتَّيِعَر ْنَع ٌلْ ُؤْسَم ْ ُكُّلَكَ ٍعاَر ْ ُكُّلًك

"

(

يذيمترلا لسم ىراخبلا ها ر

)

Artinya: Dari Abdullah bin Umar ra. ia berkata : Saya

mendengar Rasulullah saw. bersabda : "Setiap kamu adalah pemimpin

dan bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Imam adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas rakyatnya. Lelaki adalah pemimpin dalam keluarganya dan bertanggung jawab atas ang-gota keluarganya. Dan seorang perempuan adalah pemimpin dalam rumah tangga suaminya, dan ia bertanggung jawab atas semua anggota keluarganya. Seorang pembantu adalah pemimpin bagi harta majikannya, dan ia bertanggung jawab atas ke-selamatan dan keutuhan hartanya". Abdullah berkata : 'Aku mengira Rasulullah mengatakan pula bahwa seseorang adalah pemimpin bagi harta ayahnya dan bertanggung jawab atas keselamatan dan keutuhan hartanya itu. Semua kamu adalah pe-mimpin dan bertanggung jawab

atas'segala yang dipimpinnya. (HR. Bukhari Muslim dan Turmudzi)

Hadits di atas menjelaskan bahwa pada hakikatnya semua manusia itu adalah pemimpin bagi segala hal yang ada di bawah

wewenangnya sesuai dengan tingkat dan kedudukan masing-masing,

mulai dari pemimpin formal sampai dengan pemimpin yang non-formal. Dengan demikian, semua orang harus mempertang-gungjawabkan segala sesuatu yang menjadi tanggung jawabnya. Disebutkan dalam hadits tadi umpamanya seorang pembantu adalah pemimpin bagi harta majikannya dan ia bertanggung jawab atas keutuhan dan keselamatan harta majikannya itu. Ini artinya bahwa seorang pembantu tugasnya bukan hanya melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang diberikan kepadanya, tetapi ia juga harus bertanggung jawab dan berusaha untuk menjaga kekayaan majikannya dari kerusakan atau kehilangan, apakah itu diakibatkan oleh pencurian, kebakaran, kelalaian, dan sebagainya.

Bibliografi

Abdullah bin Muhammad. Tafsir Ibnu Katsir. Bogor: Pustaka ImamAsy-Syafi‟i.2008

(10)

Amril. Akhlak Tasawuf: Meretas Jalan Menuju Akhlak Mulia. Bandung:Refika Aditama. 2015

George R. Terry. Prinsip-Prinsip Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara. 2009

Malayu S.P Hasibuan. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Bumi Aksara. 2010

Malayu S.P Hasibuan. Manajemen: Dasar, Pengertian dan Masalah. Bandung: Bumi Aksara. 2009

Sayyid Quthb. Tafsir Fi Zhilalil-Qur‟an. Jakarta: Gema Insani Press. 2001

Siswanto. Pengantar Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara. 2011

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa RM bertanggung jawab atas tindakannya yang merugikan nasabah dengan diberikan sanksi sesuai Pasal 47

Berdasarkan uraian tersebut, dapat dikatakan bahwa promosi tetap dilakukan apabila karyawan sudah memenuki persyaratan yang telah ditentukan oleh perusahaan, promosi

Mengenai hal tersebut, dinyatakan bahwa pelaku usaha bertanggung jawab kepada konsumen terhadap produk yang digunakan/dimanfaatkan oleh konsumen, sebagaimana yang telah diatur

Kaki tangan Direktur Utama yang bertugas dan bertanggung jawab terhadap kebijakan perusahaan dalam bidang teknologi yang secara langsung mendukung proses produksi

Selain itu konsep tanggung jawab mutlak didapati pula dalam ketentuan Pasal 144 UUP yang menyebutkan bahwa pengangkut bertanggung jawab atas kerugian yang diderita penumpang

Yang di anugerahi oleh allah memiliki tenaga dan badan yang kuat untuk bertanggung jawab dalam mencari nafkah, namun adakalanya seorang pemimpin keluarga menempati waktunya dengan

pada variabel berpikir kritis sebesar 0,159 lebih besar dari nilai ∝, sehingga dapat disimpulkan bahwa secara parsial ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas tanggung jawab

Memang tidak dipungkiri bahwa mata pelajaran agama dan PPKn banyak mengandung materi pendidikan karakter dan nilai-nilai moral, namun menyangkut pembentukan karakter bertanggung jawab