Kuliah 2
Lanjutan :
2. Masa Pendudukan Tentara
Jepang
Masa ini, Indonesia dibagi atas 3 wilayah
kekuasaan militer :
1. Wil. Sumatera di bawah komando pasukan
angkatan perang Jepang yg ke-25 dan
kedudukan di Bukit Tinggi;
2. Wil. Jawa di bawah komando pasukan
ang-
katan darat yg ke-16 dan berkedudukan di
Jakarta; dan
3. Kepulauan lainnya di bawah komando
pasukan angkatan laut dan berkedudukan
Pemimpin pemerintahan tertinggi dipegang Perwira
Tinggi (
Saiko Sikikan
) yg sebelumnya disebutGunsireikan
. Pejabat yg menjalankan pemerintahan sipil adalah
kepala staf yg disebut
Gunseikan
. Jabatan gubernur di Jawa dihilangkan sejalan dgn
penghapusan provinsi. Jabatan Asisten Residen juga dihilangkan, sedangkan Residen sebagai kepala
wilayah keresidenan dan Bupati sebagai kepala wilayah kabupaten tetap dipertahankan.
Pemerintahan Kotapraja (
Heminte
) dilepas dariBupati, dan Walikota menjalankan tugas pamong praja yang tunduk kepada residen.
Dua departemen bertambah, departemen propaganda
Di P. Jawa pemerintahan dibagi atas (
Osamu
Seirei
No. 27 tahun 2602 (1942) :
1. Keresidenan (
Syuu
) – Residen (
Syuu-
Cookan
);
2. Kotapraja (
Si
)- Walikota (
Si-Coo
);
3. Kabupaten (
Ken
)- Bupati (
Ken-Coo
);
4. Distrik (
Gun
)- Wedana (
Gun-Coo
);
Awalnya pemerintahan tentara Jepang tdk menjalankan
desentralisasi, tetapi terpusat (dekonsentrasi) melalui Residen, Bupati dan Walikota.
Melalui Osamu Seirei No. 12 dan 13 tahun 1943 Kan Po
18, pemerintah Jepang melarang hak politik rakyat Indonesia.
Karena terdesak oleh Sekutu, Jepang membuat manuver
dgn membentuk Dewan Daerah yg tujuannya hanya mendengar nasehat dari pemerintah Jepang saja.
Dewan yg dibentuk : Dewan Pusat (Cuoo-Sangiin)
Dewan Keresidenan (Syuu-Sangikai) dan Dewan Kotapraja
(Tokubetsu Si Sangikai).
Pemilihan anggota dilakukan secara bertingkat dan
Saiko Sikikan
--- -- Tjuo Sangi-In Birokrasi
Provinsi Dihapus
Syuu-Tjo
Kooti Biro Syuu-sangikai Tokubetsu Si
DKI
Kabupaten/Kotapraja Ken/Si-Tjo
Biro
District/ Gun
Kewdanaan Biro
Onder District Son-Tjo
Biro
Desa Ku-Tjo
Undang-undang yang pertama lahir pasca kemerdekaan Meskipun tidak secara khusus mengatur tentang daerah,
UU ini mengatur pula tentang daerah.
UU yang hanya berisi enam pasal ini, mengatur tentang
bahwa :
1.KNID dibentuk di keresidenan, kota berotonomi,
kabupaten dan lain-lain daerah, kecuali Surakarta dan Yogyakarta, oleh Mendagri.
2. KNID berubah menjadi BPRD (Badan Perwakilan Rakyat Daerah), dipimpin oleh kepala daerah, mengatur sendiri rumah tangganya sepanjang tidak bertentangan dengan PP pusat dan pemerintah daerah di atasnya.
KD
BE KNID
Birokrasi
KD
BE KNID
Birokrasi BE : Bdn Eksekutif; KD : Kepala Daerah KNID : Komite Nasional Indonesia Daerah
UU No. 22 Tahun 1948 tgl 10 Juli 1948.
UU ini yg pertama lahir setelah Indonesia
merdeka yang mengatur tentang daerah. Daerah
dibagi atas 8 provinsi :
1. Jawa Barat
2. Jawa Tengah
3. Jawa Timur
4. Sumatera
5. Borneo
6. Sulawesi
7. Maluku
1. Untuk menghapus perbedaan sistem pe- merintahan di Jawa dan Madura dengan di luar J-M.
2. Untuk persamaan sistem dalam pemerin- tahan yang paling bawah seperti provinsi, kabupaten (Kota Besar) dan tingkatan ter- bawah ke-3 yg akan ditentukan kemudian. 3. Menghapus dualisme pemerintahan di
daerah.
4. Pemberian otonomi daerah dan tugas pem- bantuan yang seluas luasnya.
Negara
KD Marga, dll
DPD
Birokrasi DPD : Dwn Pem Daerah
Masa Agresi Militer ke-2, Indonesia dibagi
menjadi 3 negara bagian (federal) :
1. Negara Indonesia Timur;
2. Negara Pasundan, Jatim, Sumatera Timur,
Sumatera Selatan, Kalbar, Kaltim; dan
3. NKRI yg berkedudukan di Yogyakarta.
Pada pemerintahan RIS 1949 dan sesuai hasil
KMB, berdasarkan UU Darurat No. 11/1950,
negara2 bagian dilebur menjadi satu dan
UU yg kedua ttg pemerintahan daerah adalah UU No.
1/1957 ttg Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah.
UU ini menetapkan Indonesia dibagi atas 3 daerah, :
1. Daerah Swatantra I, 2. Daerah Swatantra II dan 3. Daerah Swatantra III.
UU ini bertujuan utk menciptakan adanya dualisme
kepemimpinan pada seseorang, yakni gubernur
sebagai kepala daerah dan wilayah yg menjalankan tugas desentralisasi dan dekonsentrasi.
Pemerintah Daerah adalah Dewan Pemerintahan
Daerah dan DPRD.
Kelemahan UU ini adalah :
1. Asas otonominya, “riel dan seluas-luasnya,”
dan cenderung terlalu liberal, sehingga
memberi peluang yg besar bagi terjadinya
disintegrasi.
2. Karena adanya kelemahan di atas, maka
setelah Dekrit Presiden 5 Juli
1959,Indone-
sia kembali ke UUD 1945 dan semua UU
dan hukum dasarnya dihapuskan atau
Negara
KD Marga, dll
DPD
Birokrasi DPD : Dwn Pem Daerah
UU ini membagi Indonesia 3 bagian :
1. Daerah Tingkat I (Provinsi);
2. Daerah Tingkat II (Kabupaten); dan
3. Daerah Tingkat III (Kotapraja/Desapraja).
Negara
KD Dati III
BPH
Birokrasi DPD : Dwn Pem Daerah
UU tentang Pokok-Pokok
Pemerintahan di Daerah
Membagi daerah menjadi daerah
tingkat I (Provinsi), daerah tingkat
II (Kabupaten/Kotamadya),
Kecamatan, Desa/Kelurahan.
Pasal 7, “Daerah berhak, berwenang dan
berkewajiban mengatur dan mengurus
rumah tangganya sendiri sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang
berlaku.”
Pasal 11 ayat (1), “titik berat otonomi
daerah diletakkan pada Daerah Tingkat II.”
Asas otonominya adalah, “otonomi yang
Negara
Birokrasi BPH : Bdn Pem. Harian
UU yang lahir pada masa reformasi politik.
Menerapkan otonomi daerah sebagaimana diatur
pada pasal ....
Terdapat 6 urusan merupakan kewenangan
pemerintah pusat, sementara 11 urusan merupakan kewenangan pemerintah daerah.
Daerah dibagi atas daerah provinsi, daerah
kabupaten/kota, kecamatan, kelurahan/pedesaan.
Gubernur merupakan wakil pemerintah pusat di
daerah, sedangkan bupati/walikota merupakan kepala daerah otonom.
Hubungan provinsi dengan kabupaten/kota
Negara
Birokrasi BPH : Bdn Pem. Harian
Birokrasi
Pusat
DPRD
DPRD
Merupakan pengganti UU No. 22 Tahun 1999.
Pemerintahan daerah diartikan sebagai
penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh
pemerintah daerah dan DPRD menurut
asas
otonomi
dan
tugas pembantuan
dengan
prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem
dan prinsip Negara Kesatuan Republik
Urusan yang menjadi kewenangan
pemerintah pusat tetap.
Urusan yang menjadi kewenangan daerah
terbagi atas urusan wajib dan pilihan.
1. perencanaan dan pengendalian pembangunan
9. fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil, dan menengah
termasuk lintas kabupaten/kota
2. perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang
10. pengendalian lingkungan hidup
3. penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat
11. pelayanan pertanahan termasuk lintas kabupaten/kota
4. penyediaan sarana dan prasarana umum 12. pelayanan kependudukan, dan catatan sipil
5. penanganan bidang kesehatan 13. pelayanan administrasi umum pemerintahan
6. penyelenggaraan pendidikan dan alokasi sumber daya manusia potensial
14. pelayanan administrasi penanaman modal termasuk lintas
kabupaten/kota 7. penanggulangan masalah sosial lintas
kabupaten/kota
15. penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya yang belum dapat
dilaksanakan oleh kabupaten/kota 8. pelayanan bidang ketenagakerjaan
lintas kabupaten/kota
16. urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan
Urusan pemerintahan provinsi yang bersifat
pilihan meliputi urusan pemerintahan yang
secara nyata ada dan berpotensi untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat
1. perencanaan dan pengendalian pembangunan
9. fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil, dan menengah
2. perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang
10. pengendalian lingkungan hidup
3. penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat
11. pelayanan pertanahan
4. penyediaan sarana dan prasarana umum 12. pelayanan kependudukan, dan catatan sipil
5. penanganan bidang kesehatan 13. pelayanan administrasi umum pemerintahan
6. penyelenggaraan pendidikan 14. pelayanan administrasi penanaman modal
7. penanggulangan masalah sosial 15. penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya
8. pelayanan bidang ketenagakerjaan 16. urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan
Urusan pemerintahan kabupaten/kota yang
bersifat pilihan meliputi urusan pemerintahan
yang secara nyata ada dan berpotensi untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Negara
Birokrasi BPH : Bdn Pem. Harian
Birokrasi
Pusat
DPRD
DPRD
Merupakan UU yang mengamandemen UU No. 32
Tahun 2004.
Amandemen (perubahan) berarti hanya merubah
beberapa isi pasal atau ayat yang ada pada UU
No. 32 Tahun 2004.
Amandemen misalnya terkait dengan pasal yang
mengatur tentang calon kepala daerah, yang
sebelumnya hanya dapat dicalonkan oleh Parpol
atau gabungan Parpol, menjadi dapat dicalonkan
melalui perorangan (independen) (Pasal 59).