BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teoritis
2.1.1 Teori Kepatuhan (Compliance Theory)
Teori kepatuhan dapat mendorong seseorang untuk lebih mematuhi
peraturan yang berlaku, sama halnya dengan perusahaan yang berusaha untuk
menyampaikan laporan keuangannya secara tepat waktu karena selain merupakan
suatu kewajiban perusahaan untuk menyampaikan laporan keuangan tepat waktu,
juga akan sangat bermanfaat bagi para pengguna laporan keuangan.
Tuntutan akan kepatuhan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan
tahunan perusahaan publik di Indonesia telah diatur dalam Undang-Undang No. 8
Tahun 1995 tentang Pasar Modal dan selanjutnya diatur dalam Peraturan
Bapepam Nomor X.K.2, Lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor:
KEP-36/PM/2003 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala.
Peraturan-peraturan tersebut secara hukum mengharuskan setiap perilaku individu
maupun organisasi (perusahaan publik) yang terlibat di pasar modal Indonesia
untuk menyampaikan laporan keuangan tahunan perusahaannya secara tepat
waktu kepada Bapepam. Hal ini sesuai dengan teori kepatuhan (compliance
theory).
Perusahaan yang terlambat dalam menyampaikan laporan keuangan akan
E Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan
di Bidang Pasar Modal yang menyatakan bahwa “emiten yang pernyataan
pendaftarannya telah menjadi efektif, dikenakan sanksi denda Rp 1.000.000 (satu
juta rupiah) atas setiap hari keterlambatan penyampaian laporan keuangan dengan
ketentuan jumlah keseluruhan denda paling banyak Rp 500.000.000 (lima ratus
juta rupiah)”. Perusahaan yang tidak melaksanakan kewajiban dalam
menyampaikan laporan keuangan berkala akan dikenakan sanksi sesuai dengan
Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor : Kep-307/BEJ/07-2004, tentang
Peraturan Nomor 1-H Tentang Sanksi : Khusus bagi Perusahaan Tercatat yang
terlambat menyampaikan Laporan Keuangan, Peraturan Nomor 1-E tentang
Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan dikenakan sanksi mulai dari
Peringatan I sampai dengan Peringatan III disertai denda sebesar Rp 50.000.000
sampai Rp 150.000.000 bahkan akan dikenakan suspensi. Pengenaan sanksi
tersebut dilakukan dengan proses-proses tertentu sesuai peraturan.
2.1.2 Ketepatan Waktu
Salah satu cara untuk mengukur transparansi dan kualitas pelaporan
keuangan adalah ketepatan waktu. Ketepatan waktu merupakan rentang waktu
antara tanggal laporan keuangan perusahaan dengan tanggal ketika informasi
keuangan perusahaan diumumkan ke publik berhubungan dengan kualitas
informasi keuangan yang dilaporkan (McGee, 2007).
Menurut Rachmawati (2008) dalam Marpaung (2012) menjelaskan bahwa
dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan ekonomi dan untuk
menghindari tertundanya pengambilan keputusan tersebut”.
Laporan keuangan yang disampaikan tepat waktu akan bermanfaat bagi
para penggunanya karena masih memiliki kesempatan atau kemampuan untuk
mempengaruhi keputusan yang akan diambil. Dan apabila tidak disampaikan tepat
waktu maka akan menyebabkan informasi di dalam laporan keuangan tersebut
kehilangan nilai dalam mempengaruhi kualitas keputusan yang hendak diambil.
Berdasarkan Lampiran Surat Keputusan Ketua BAPEPAM Nomor
KEP-36/PM/2003 yang menyatakan bahwa laporan keuangan tahunan yang disertai
dengan laporan auditor independen harus disampaikan selambat-lambatnya pada
akhir bulan ketiga (90 hari) setelah tanggal laporan keuangan tahunan.
Di dalam penelitian Astuti (2007) diuji beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi ketepatan waktu di dalam pelaporan keuangan, diantaranya adalah:
1.) Leverage
Dalam penelitiannya, leverage yang diproksikan dengan debt to equity
ratio menggambarkan struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan
dimana dapat dilihat struktur resiko tidak tertagihnya hutang. Rasio
leverage yang dikenal dengan debt to equity ratio merupakan
perbandingan antara total hutang dengan total modal sendiri.
2.) Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan fungsi dari tepat waktu atau tidak tepat
perusahaannya. Ukuran perusahaan dinyatakan dengan menggunakan
market capitalization atau market value.
3.) Profitabilitas
Profitabilitas menunjukkan keberhasilan perusahaan di dalam
menghasilkan keuntungan. Dengan demikian, profit dapat dikatakan
sebagai berita baik bagi perusahaan sehingga perusahaan tidak akan
menunda penyampaian informasi yang berisi berita baik. Disimpulkan
bahwa perusahaan yang menghasilkan profit cenderung lebih tepat
waktu dalam pelaporan keuangannya apabila dibandingkan dengan
perusahaan yang mengalami kerugian.
4.) Kepemilikan Perusahaan
Berdasarkan struktur kepemilikan di dalam perusahaan terbagi menjadi
2 yaitu struktur kepemilikan luar dan struktur kepemilikan dalam.
Pemilik perusahaan dari pihak luar mempunyai kekuatan lebih besar
untuk menekan manajemen perusahaan dalam menyajikan laporan
keuangan secara tepat waktu. Pihak luar membutuhkan informasi
finansial berupa laporan keuangan yang disampaikan secara tepat
waktu untuk pengambilan keputusan investasi mereka. Sedangkan
kepemilikan dalam (kepemilikan manajemen) adalah para pemegang
saham yang juga sebagai pemilik perusahaan dimana secara aktif ikut
didalam pengambilan keputusan pada suatu perusahaan yang
bersangkutan. Hak kepemilikan manajemen adalah hak mutlak yang
kepemilikan ini dapat dilihat dari jumlah modal yang ditanamkan oleh
para manajer yang bersangkutan.
5.) Umur Perusahaan
Umur perusahaan menunjukkan kredibilitas maupun reputasi
perusahaan di mata masyarakat. Apabila perusahaan sudah lama
berdiri biasanya dianggap memiliki kinerja yang baik dan mampu
membuktikan bahwa perusahaan mampu bertahan dan meraih laba
dalam berbagai kondisi ekonomi sehingga menimbulkan kepercayaan
masyarakat.
6.) Reputasi Auditor
Menurut Johnson dan Lys (1990) dalam Na’im (1999) ukuran auditor
berhubungan dengan kualitas auditor. Dalam hal ini kualitas auditor
diukur dengan ukuran apakah kantor akuntan merupakan anggota KAP
besar atau bukan.
7.) Opini Auditor
Opini audit merupakan pendapat yang diberikan oleh auditor setelah
melalui beberapa tahapan audit yang dilakukan sehingga menghasilkan
kesimpulan atas opini yang harus diberikan terhadap laporan keuangan
yang telah diauditnya. Biasanya perusahaan yang diberikan pernyataan
unqualified opinion oleh auditor pada laporan keuangannya akan
menyampaikan laporan keuangannya secara tepat waktu karena
pernyataan unqualified opinion dianggap sebagai berita baik (good
2.1.3 Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Ketepatan Waktu
Pelaporan Keuangan
a. Opini Audit
Opini audit merupakan pendapat mengenai kewajaran laporan
keuangan auditan, dalam semua hal material, yang didasarkan atas
kesesuaian penyusunan laporan keuangan tersebut dengan prinsip
akuntansi berlaku umum yang dinyatakan oleh auditor (Mulyadi,
2002).
Terdapat lima tipe pokok laporan audit yang diterbitkan oleh auditor:
1. Unqualified Opinion (Pendapat Wajar tanpa Pengecualian)
Pendapat wajar tanpa pengecualian diberikan oleh auditor jika
tidak terjadi pembatasan dalam lingkup audit dan tidak terdapat
pengecualian yang signifikan. Laporan audit yang berisi pendapat
wajar tanpa pengecualian adalah laporan yang paling dibutuhkan
oleh para pengguna.
Menurut Arens, dkk (2008:61), laporan audit standar tanpa
pengecualian diterbitkan bila kondisi berikut terpenuhi :
a. Laporan keuangan lengkap.
b. Ketiga standar umum telah dipatuhi dalam semua hal yang
berkaitan dengan penugasan.
c. Ketiga standar pekerja lapangan telah terpenuhi.
d. Laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan prinsip
e. Tidak terdapat situasi yang membuat auditor merasa perlu
untuk menambahkan sebuah paragraph penjelasan atau
modifikasi kata-kata dalam laporan.
2. Unqualified Opinion with Explanatory Paragraph (Pendapat Wajar
Tanpa Pengecualian dengan Bahasa Penjelasan)
Auditor dapat memberikan opini ini apabila terdapat hal-hal yang
memerlukan bahasa penjelasan namun laporan keuangan tetap
menyajikan secara wajar posisi keuangan dan hasil usaha
perusahaan.
Menurut Arens, dkk (2008:65) penyebab dari penambahan paragraf
penjelasan adalah:
a. Tidak adanya aplikasi yang konsisten dari prinsip-prinsip
akuntansi yang berlaku umum.
b. Keraguan yang substansial mengenai going concern.
c. Auditor setuju dengan penyimpangan dari prinsip akuntansi
yang dirumuskan.
d. Penekanan pada suatu hal atau masalah.
e. Laporan yang melibatkan auditor lain.
3. Qualified Opinion (Pendapat Wajar dengan Pengecualian)
Pendapat ini diberikan oleh auditor apabila laporan keuangan yang
disajikan adalah wajar tetapi ada beberapa unsur yang dikecualikan
dimana pengecualiannya tidak mempengaruhi kewajaran laporan
memberikan opini ini apabila dalam auditannya auditor
menemukan kondisi-kondisi seperti ini:
a. Lingkup audit dibatasi oleh klien.
b. Auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting
atau tidak dapat memperoleh informasi penting karena
kondisi-kondisi yang berada di luar kekuasaan klien
maupun auditor.
c. Laporan keuangan tidak disusun sesuai dengan prinsip
akuntansi berlaku umum.
d. Prinsip akuntansi berlaku umum yang digunakan dalam
penyusunan laporan keuangan tidak diterapkan secara
konsisten.
4. Adverse Opinion (Pendapat Tidak Wajar)
Pendapat ini diberikan oleh auditor apabila laporan keuangan klien
tidak disusun berdasarkan prinsip akuntansi berlaku umum
sehingga tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil
usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas perusahaan klien. Jika
laporan keuangan diberi pendapat tidak wajar maka informasi yang
disajikan di dalam laporan keuangan tersebut sama sekali tidak
dapat dipercaya sehingga tidak dapat digunakan oleh para pemakai
laporan keuangan dalam pengambilan keputusan.
Pendapat ini diberikan apabila auditor tidak dapat menyimpulkan
apakah laporan keuangan kliennya telah disajikan secara wajar atau
tidak. Menurut Mulyadi (2002:22) kondisi yang menyebabkan
auditor menyatakan tidak memberikan pendapat adalah adanya
pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap lingkup audit
dan/atau auditor tidak independen dalam hubungannya dengan
kliennya.
b. Audit Report Lag
Audit report lag merupakan rentang waktu penyelesaian pelaksanaan
audit laporan keuangan tahunan, diukur berdasarkan lamanya hari
sejak tutup buku yaitu 31 Desember sampai tanggal yang tertera di
laporan auditor independen yaitu pada saat auditor independen tersebut
meninggalkan pekerjaan lapangan audit.
Menurut Dibia dan Onwuchekwa (2013) menyatakan “Audit report
lag is the number of days from the accounting year end of a company
and the audit report date”. Dari pengertian tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa audit report lag sangat berpengaruh terhadap
ketepatan waktu pelaporan keuangan. Oleh karenanya, semakin rendah
audit report lag maka pelaporan keuangan cenderung lebih tepat waktu
begitu juga sebaliknya.
c. Reputasi KAP
Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah badan usaha yang memperoleh
pemberian jasa professional untuk membantu perusahaan dalam
penyampaian laporan keuangannya kepada publik dengan informasi
yang akurat dan terpercaya. Maka dari itu, perusahaan menggunakan
jasa KAP yang memiliki reputasi yang besar karena jasa KAP yang
memiliki reputasi besar cenderung meningkatkan kredibilitas laporan
keuangan perusahaan tersebut KAP yang baik ini biasanya berafiliasi
dengan KAP besar dunia yang dikenal dengan Big Four Worldwide
Accounting Firm (Big 4). Berikut adalah kategori KAP di Indonesia
yang berafiliasi dengan The Big Four adalah:
1.) KAP Price Waterhouse Coopers, yang berafiliasi dengan KAP
Haryanto Sahari dan rekan.
2.) KAP Deloitte Touche Thomatsu, yang berafiliasi dengan Omsan,
Ramli, Satrio dan rekan.
3.) KAP Ernst and Young, yang berafiliasi dengan KAP Purwantono,
Sarwoko dan Sandjaja.
4.) KAP KPMG (Klynveld Peat Marwick Goerdeler), yang berafiliasi
dengan KAP Siddharta, Siddharta dan Widjaja.
The Big Four merupakan empat kantor akuntan publik berskala
internasional yang terbesar saat ini, yang menangani sebagaian besar
audit bagi perusahaan, baik terbuka (publik) maupun tertutup (private).
KAP The Big 4 sudah ada sejak tahun 2001. Dahulu, kelompok ini
dikenal dengan “delapan besar” yang kemudian dikurangi menjadi
“Big Four” disusul dengan kasus Enron yang melibatkan KAP Arthur
Andersen, yang mengaudit laporan keuangan Enron. Masing-masing
KAP ini berasal dari berbagai negara di dunia. KAP Ernst & Young
didirikian oleh seorang akuntan dari Scotlandia. Pricewaterhouse
Coopers dan Deloitte berasal dari Inggris. KPMG berasal dari Belgia
dan Belanda yang merupakan gabungan dari dua kantor akuntan besar.
d. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan gambaran besar atau kecilnya suatu
perusahaan yang ditentukan dengan batas-batas tertentu. Ukuran
perusahaan dapat diukur dengan berbagai cara, antara lain total aset,
log size, nilai pasar saham, dan lain-lain. Pengukuran yang
menggunakan total aset sebagai proksi ukuran perusahaan
mempertimbangkan bahwa nilai aset relatif lebih stabil dibandingkan
dengan nilai pasar dan penjualan.
Perusahaan yang memiliki total aset yang lebih besar menunjukkan
bahwa perusahaan memiliki arus kas yang positif dan dianggap
memiliki proyek yang baik dalam jangka waktu panjang dibandingkan
dengan perusahaan yang memiliki total aset yang lebih kecil.
e. Sanksi BEI
PT Bursa Efek Jakarta merupakan perseroan yang berkedudukan di
Jakarta yang telah memperoleh izin usaha dari Bapepam sebagai pihak
yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau sarana
pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan Efek di antara
mereka, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 4
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal.
Pengenaan sanksi untuk keterlambatan penyampaian Laporan
Keuangan sebagaimana yang tercatat di dalam Peraturan Nomor 1-E
tentang Kewajiban Penyampaian Laporan adalah sebagai berikut :
1) Peringatan tertulis 1, atas keterlambatan penyampaian Laporan
Keuangan sampai 30 (tiga puluh) hari kalender terhitung sejak
lampaunya batas waktu penyampaian Laporan Keuangan.
2) Peringatan tertulis II dan denda sebesar Rp 50.000.000,- (lima
puluh juta rupiah), apabila mulai hari kalender ke-31 hingga hari
kalender ke-60 sejak lampaunya batas waktu penyampaian Laporan
Keuangan, Perusahaan Tercatat tetap tidak memenuhi kewajiban
penyampaian Laporan Keuangan.
3) Peringatan tertulis III dan tambahan denda sebesar Rp
150.000.000,- (seratus lima puluh juta rupiah), apabila mulai hari
kalender ke-61 hingga hari kalender ke-90 sejak lampaunya batas
waktu penyampaian Laporan Keuangan, Perusahaan Tercatat tetap
tidak memenuhi kewajiban untuk membayar denda sebagaimana
dimaksud dalam Peringatan tertulis II di atas.
4) Suspensi, apabila mulai hari kalender ke-91 sejak lampaunya batas
waktu penyampaian Laporan Keuangan, Perusahaan Tercatat tetap
atau Perusahaan Tercatat telah menyampaikan Laporan Keuangan
namun tidak memenuhi kewajiban untuk membayar denda
sebagaimana dimaksud dalam Peringatan tertulis II dan Peringatan
tertulis III di atas.
5) Sanksi suspensi Perusahaan Tercatat hanya akan dibuka apabila
Perusahaan Tercatat telah menyerahkan Laporan Keuangan dan
membayar denda sebagaimana dimaksud dalam Peringatan tertulis
II dan Peringatan tertulis III di atas.
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Berikut adalah penelitian terdahulu yang berkaitan dengan ketepatan
waktu pelaporan keuangan yang ditunjukkan dalam Tabel 2.1.
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian
Christina Dwi - Opini auditor - Ukuran opini auditor dan
Asli Gunduzay and audit opinion
are found statistically
significant
Company’s size is found negative
but statistically not significant
Yan Christin Br Sembiring yang Terdaftar di
BEI audit report lag berpengaruh
Opini audit tidak berpengaruh Audit dan Audit
Report Lag
Audit report lag secara signifikan
mempengaruhi ketepatan waktu
penyampaian laporan keuangan
Bursa Efek audit dan audit
report lag yang Terdaftar di
Ika Enda terdaftar di Bursa
Efek Indonesia
Audit report lag berpengaruh
Sodikin Manaf
(2015)
ke publik (Studi empiris pada
Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2010-2013)
- Opini auditor - Ukuran
2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian
2.3.1 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual penelitian dirumuskan berdasarkan tinjauan teoritis
H1
H5 H2
H6 H3
H4
H7 H8
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Ketepatan waktu pelaporan keuangan merupakan hal yang penting bagi
para pemakai lapoan keuangan. Berdasarkan kerangka konseptual di atas, dapat
dilihat beberapa faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan.
Di dalam penelitian ini, variabel dependen adalah ketepatan waktu pelaporan
keuangan, sedangkan variabel independen adalah Opini Audit, Audit Report Lag,
Reputasi KAP dan Ukuran Perusahaan. Serta menggunakan variabel moderasi
yaitu Sanksi BEI di dalam penelitian ini.
Opini audit merupakan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan
auditan, dalam semua hal material, yang didasarkan atas kesesuaian penyusunan Opini Audit (X1)
Audit Report Lag (X2)
Reputasi KAP (X3)
Ukuran Perusahaan (X4)
Sanksi BEI (Z)
Ketepatan
Waktu
Pelaporan
Keuangan
laporan keuangan tersebut dengan prinsip akuntansi berlaku umum yang
dinyatakan oleh auditor.
Audit report lag merupakan rentang waktu penyelesaian pelaksanaan audit
laporan keuangan tahunan, diukur berdasarkan lamanya hari sejak tutup buku
yaitu 31 Desember sampai tanggal yang tertera di laporan auditor independen
yaitu pada saat auditor independen tersebut meninggalkan pekerjaan lapangan
audit.
Reputasi KAP menunjukkan kualitas dan citra yang dimiliki oleh KAP
yang melakukan audit terhadap laporan keuangan perusahaan. Maka dari itu,
reputasi KAP memiliki pengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan.
Apabila KAP tersebut berafiliasi dengan The Big Four maka proses pengauditan
laporan keuangan akan membutuhkan lebih sedikit waktu penyelesaiannya
daripada KAP yang tidak berafiliasi dengan The Big Four yang mungkin akan
membutuhkan waktu yang lebih lama dalam proses pengauditan laporan keuangan
perusahaan kliennya.
Ukuran perusahaan merupakan gambaran besar atau kecilnya suatu
perusahaan yang ditentukan dengan batas tertentu yang dapat diukur dengan
berbagai cara, salah satunya adalah dengan memproksikan pengukuran ukuran
perusahaan sebagai total aset.
Sanksi BEI yang terlampir di dalam Keputusan Direksi PT Bursa Efek
Jakarta Nomor : Kep-306/BEJ/07-2004 tentang Peraturan Nomor 1-E dan Nomor
tentang kewajiban penyampaian informasi dan sanksi yang diberlakukan oleh PT
BEI untuk menjaga dan menjamin keterbukaan informasi kepada publik oleh
Perusahaan Tercatat.
2.3.2 Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah, oleh
karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat
pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan
pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang
diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai
jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang
empirik (Sugiyono, 2006:51).
Berdasarkan rumusan masalah, tinjauan teoritis, tinjauan penelitian
terdahulu, dan kerangka konseptual sebelumnya, maka hipotesis penelitian ini
adalah sebagai berikut:
2.3.2.1 Pengaruh Opini Audit terhadap Ketepatan Waktu Pelaporan
Keuangan
Opini audit merupakan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan
auditan, dalam semua hal material, yang didasarkan atas kesesuaian penyusunan
laporan keuangan tersebut dengan prinsip akuntansi berlaku umum yang
dinyatakan oleh auditor (Mulyadi,2002). Menurut Arens (2003) dalam Astuti
proses audit. Dengan demikian, auditor di dalam memberikan opini sudah
didasarkan pada keyakinan professional maupun sesuai dengan prinsip-prinsip
akuntansi yang berlaku umum. Perusahaan pada umumnya akan melaporkan
laporan keuangannya tepat waktu apabila auditor memberikan pernyataan
unqualified opinion atas laporan keuangan yang telah diauditnya. Hal ini
dikarenakan unqualified opinion berarti good news bagi perusahaan sehingga
perusahaan cenderung mempercepat pelaporan keuangannya. Sejalan dengan hasil
penelitian Astuti (2007) yang menyatakan bahwa ketepatan waktu pelaporan
keuangan berhubungan dengan pendapat auditor yang disebabkan karena adanya
kepedulian perusahaan terhadap opini yang diberikan oleh auditor, apabila auditor
memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) yang
menjadi berita baik bagi perusahaan sehingga tidak terlambat dalam
menyampaikan laporan keuangannya. Penelitian Dinita (2011) yang menyatakan
bahwa opini audit tidak signifikan mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan
keuangan.
Berdasarkan penelitian terdahulu dan teori tersebut, hipotesis yang dapat
dikembangkan adalah :
2.3.2.2 Pengaruh Audit Report Lag terhadap Ketepatan Waktu Pelaporan
Keuangan
Audit report lag merupakan rentang waktu penyelesaian pelaksanaan audit
laporan keuangan tahunan, diukur berdasarkan lamanya hari sejak tutup buku
yaitu 31 Desember sampai tanggal yang tertera di laporan auditor independen
yaitu pada saat auditor independen tersebut meninggalkan pekerjaan lapangan
audit. Lamanya penyelesaian proses audit (ARL) akan mempengaruhi ketepatan
waktu dalam pelaporan keuangan auditan. Keterlambatan dalam publikasi laporan
keuangan juga akan berdampak pada tingkat ketidakpastian keputusan yang
didasarkan pada informasi yang dipublikasikan. Dengan kata lain, semakin
panjang suatu audit report lag maka akan memberikan dampak negatif pula.
Penelitian Sukanti (2015) yang menyatakan bahwa audit report lag berpengaruh
positif dan signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan sedangkan di
dalam penelitian Sembiring (2010) menyatakan audit report lag berpengaruh
negatif signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan.
Berdasarkan penelitian terdahulu dan teori tersebut, hipotesis yang dapat
dikembangkan adalah :
2.3.2.3 Pengaruh Reputasi KAP terhadap Ketepatan Waktu Pelaporan
Keuangan
Di dalam penyampaian laporan keuangan kepada publik, perusahaan
hendaknya menggunakan jasa dari KAP yang memiliki reputasi yang baik agar
informasi yang terdapat di dalam laporan keuangan tersebut dapat dipercaya dan
akurat. Hal ini biasanya ditunjukkan dengan menggunakan jasa dari KAP yang
berafiliasi dengan KAP Big Four. Menurut Turel (2010) perusahaan yang
menggunakan jasa dari KAP besar cenderung memiliki waktu pengauditan yang
lebih sedikit dibandingkan dengan KAP kecil. Hal ini dikarenakan KAP besar
memiliki fleksibilitas yang bagus dan mampu mengaudit secara efisien jadi proses
pelaporannya cenderung tepat waktu. Akan tetapi, efek negatif dari perusahaan
yang menggunakan jasa dari KAP besar yaitu KAP besar cenderung memiliki
klien yang lebih banyak dibandingkan dengan KAP kecil sehingga ada
kemungkinan proses pengauditan oleh KAP besar bisa terlambat (tidak tepat
waktu) apabila dibandingkan dengan KAP kecil yang cenderung memiliki klien
yang jumlahnya lebih sedikit. Di dalam hasil penelitiannya, reputasi KAP terbukti
berpengaruh secara signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan.
Sama dengan hasil penelitian Astuti (2007) menyatakan bahwa reputasi auditor
berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan. Berbeda
dengan hasil penelitian Sidauruk (2012) menyatakan bahwa reputasi KAP tidak
Berdasarkan penelitian terdahulu dan teori tersebut, hipotesis yang dapat
dikembangkan adalah :
H3 : Reputasi KAP berpengaruh positif terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan.
2.3.2.4 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan
Ukuran perusahaan merupakan gambaran besar atau kecilnya suatu
perusahaan yang ditentukan dengan batas tertentu yang dapat diukur dengan
berbagai cara, salah satunya adalah dengan memproksikan pengukuran ukuran
perusahaan sebagai total aset. Ukuran perusahaan dapat menunjukkan seberapa
besar informasi yang terdapat didalamnya serta mencerminkan kesadaran pihak
manajemen akan pentingnya informasi yang terdapat didalamnya bagi pihak
eksternal maupun internal dari suatu perusahaan. Perusahaan besar cenderung
menyajikan laporan keuangannya lebih tepat waktu apabila dibandingkan dengan
perusahaan kecil. Di dalam penelitian Astuti (2007) dan Sidauruk (2012)
menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap ketepatan waktu
pelaporan keuangan. Namun penelitian Turel (2010) dan Kuswanto dan Manaf
(2015) menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan.
Berdasarkan penelitian terdahulu dan teori tersebut, hipotesis yang dapat
H4 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan.
2.3.2.5 Pengaruh Sanksi BEI, opini audit dengan Ketepatan Waktu
Pelaporan Keuangan
Di dalam Peraturan Nomor 1-E tentang Kewajiban Penyampaian
Informasi Lampiran III.1.9 dan Lampiran III.1.10 dalam hal Laporan Keuangan
Auditan Perusahaan Tercatat apabila memperoleh opini Wajar Dengan
Pengecualian dan opini Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer) atau opini
Tidak Wajar (Adverse) dari Akuntan Publik, maka pada saat menyampaikan
Laporan Keuangan pada BEI dan pada saat mengiklankan Laporan Keuangan di
surat kabar, Perusahaan Tercatat wajib menyampaikan penjelasan secara tertulis
kepada BEI sesuai dengan ketentuan yang telah diatur dalam peraturan tersebut.
Apabila perusahaan yang mendapat opini tersebut di dalam Laporan Auditor
Independennya cenderung tidak melaksanakan peraturan tersebut dengan cepat
maka nantinya perusahaan akan telat dalam menyampaikan laporan keuangannya
karena batas waktu penyampaian laporan keuangan yang ditetapkan sudah
berakhir.
Berdasarkanteori tersebut, hipotesis yang dapat dikembangkan adalah :
H5 : Sanksi BEI mampu memoderasi hubungan antara opini audit terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan.
Pelaporan Keuangan
Di dalam Peraturan Nomor 1-E tentang Kewajiban Penyampaian
Informasi Lampiran III.1.6.2 mengatakan bahwa Laporan Keuangan Tahunan
harus disampaikan dalam bentuk Laporan Keuangan Auditan, selambat-lambatnya
pada akhir bulan ke-3 setelah tanggal Laporan Keuangan Tahunan. Ini berarti
perusahaan tercatat harus menyampaikan laporannya secara tepat waktu dalam
kurun waktu 90 hari apabila tidak menyampaikannya sebelum kurun waktu yang
sudah ditentukan maka perusahaan akan memiliki audit report lag dikarenakan
keterlambatan perusahaan dalam pelaporannya.
Berdasarkanteori tersebut, hipotesis yang dapat dikembangkan adalah :
H6: Sanksi BEI mampu memoderasi hubungan antara audit report lag terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan.
2.3.2.7 Pengaruh Sanksi BEI, reputasi KAP dengan Ketepatan Waktu
Pelaporan Keuangan
Di dalam Peraturan Nomor 1-E tentang Kewajiban Penyampaian
Informasi Lampiran IV.9.4 mengatakan bahwa perusahaan tercatat wajib
melaporkan kepada BEI selambat-lambatnya 2 (dua) hari setelah terjadinya
penunjukkan atau penggantian akuntan publik berikut penyebab penggantiannya.
Dengan kata lain apabila perusahaan tercatat mengalami pergantian auditor maka
harus melaksanakan prosedur yang telah ditetapkan. Perusahaan yang mengganti
berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangannya dikarenakan
auditor baru masih membutuhkan banyak waktu dalam mempelajari dan mengenal
klien barunya sehingga memungkinkan adanya keterlambatan dalam melaporkan
laporan keuangan perusahaan kliennya tersebut.
Berdasarkanteori tersebut, hipotesis yang dapat dikembangkan adalah :
H7 : Sanksi BEI mampu memoderasi hubungan antara reputasi KAP terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan.
2.3.2.8 Pengaruh Sanksi BEI, ukuran perusahaan dengan Ketepatan Waktu
Pelaporan Keuangan
Perusahaan besar cenderung menyajikan laporan keuangannya lebih tepat
waktu apabila dibandingkan dengan perusahaan kecil. Hal ini dikarenakan publik
menaruh kepercayaan tinggi pada perusahaan besar serta perusahaan besar
cenderung memiliki kondisi keuangan yang cukup stabil. Di samping itu,
perusahaan besar cenderung mendapat banyak tekanan dari analisis media untuk
menyampaikan informasi keuangannya secara lebih tepat waktu dibandingkan
dengan perusahaan kecil. Dengan kata lain, apabila perusahaan yang tepat waktu
menyampaikan laporan keuangannya maka tidak akan melanggar sanksi BEI yang
berlaku di dalam Peraturan Nomor 1-E tentang Kewajiban Penyampaian
Informasi, begitu juga sebaliknya apabila perusahaan yang tidak tepat waktu
dalam menyampaikan laporan keuangannya maka otomatis perusahaan tersebut
Berdasarkanteori tersebut, hipotesis yang dapat dikembangkan adalah :