• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Benda Asing 2.1.1 Defenisi

Benda asing dalam suatu organ ialah benda yang berasal dari luar tubuh atau dari dalam tubuh, yang dalam keadaan normal tidak ada (Junizaf, 2007).

2.1.2 Jenis-jenis Benda Asing

Benda asing yang berasal dari luar tubuh, disebut benda asing eksogen, biasanya masuk melalui hidung atau mulut. Sedangkan yang berasal dari dalam tubuh, disebut benda asing endogen. Benda asing eksogen terdiri dari benda padat, cair, atau gas. Benda asing eksogen padat terdiri dari zat organik, seperti kacang-kacangan (yang berasal dari tumbuhan), tulang (yang berasal dari kerangka binatang) dan zat anorganik seperti paku, jarum, peniti, batu dan lain-lain. Benda asing eksogen cair dibagi dalam benda cair yang bersifat iritatif, seperti zat kimia, dan benda cair non-iritatif, yaitu cairan dengan Ph 7,4. Benda asing endogen dapat berupa sekret kental, darah atau bekuan darah, nanah, krusta, mekonium dapat masuk ke dalam saluran nafas bayi pada saat proses pernafasan (Junizaf, 2007).

Biasanya benda asing di telinga pada anak kecil jenis benda asingnya adalah kacang hijau, karet penghapus dan pada orang dewasa seperti potongan korek api, kadang binatang kecoa, semut, atau nyamuk (Sosialisman, 2007).

Benda asing penyebab sumbatan hidung biasanya sering terjadi pada anak-anak, misalnya seperti manik-manik, kancing, karet penghapus, kelereng, kacang polong, batu, dan kacang tanah (Hilger, 1997).

Aspirasi benda asing juga sering kali ditemukan pada anak, meskipun dapat terjadi pada segala usia. Pada anak usia empat tahun atau kurang tidak dapat mengunyah

(2)

kacang, wortel, biji jagung, mereka cenderung mengulum makanan tersebut, demikian pula dengan mainan, peniti (Siegel, 1997).

2.2. Anatomi 2.2.1. Telinga

Telinga merupakan organ untuk pendengaran dan keseimbangan, yang terdiri dari telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam. Telinga luar menangkap gelombang suara yang dirubah menjadi energi mekanis oleh telinga tengah. Telinga tengah merubah energi mekanis menjadi gelombang saraf, yang kemudian dihantarkan ke otak. Telinga dalam juga membantu menjaga keseimbangan tubuh. Telinga luar terdiri dari daun telinga (pinna atau aurikel) dan saluran telinga (meatus auditorius eksternus). Telinga luar merupakan tulang rawan (kartilago) yang dilapisi oleh kulit, daun telinga kaku tetapi juga lentur. Suara yang ditangkap oleh daun telinga mengalir melalui saluran telinga ke gendang telinga (Liston, 1997). Teling tengah terdiri dari gendang telinga (membran timpani) dan sebuah ruang kecil berisi udara yang memiliki 3 tulang kecil yang menghubungkan gendang telinga dengan telinga dalam. Ketiga tulang tersebut adalah:

 Maleus (bentuknya seperti palu, melekat pada gendang telinga)  Inkus (menghugungkan maleus dan stapes)

 Stapes (melekat pda jendela oval di pintu masuk ke telinga dalam)

Getaran dari gendang telinga diperkuat secara mekanik oleh tulang-tulang tersebut dan dihantarkan ke jendela oval. Telinga tengah juga memiliki 2 otot yang kecil-kecil, yaitu Otot tensor timpani (melekat pada maleus dan menjaga agar gendang telinga tetap menempel), Otot stapedius (melekat pada stapes dan menstabilkan hubungan antara stapedius dengan jendela oval). Jika telinga menerima suara yang keras, maka otot stapedius akan berkontraksi sehingga rangkaian tulang-tulang semakin kaku dan hanya sedikit suara yang dihantarkan. Respon ini disebut refleks akustik, yang membantu melindungi telinga dalam yang rapuh dari kerusakan karena suara (Snell, 2006).

Tuba eustakius adalah saluran kecil yang menghubungkan teling tengah dengan hidung bagian belakang, yang memungkinkan masuknya udara luar ke dalam telinga tengah. Tuba eustakius membuka ketika kita menelan, sehingga membantu menjaga

(3)

tekanan udara yang sama pada kedua sisi gendang telinga, yang penting untuk fungsi pendengaran yang normal dan kenyamanan. Telinga dalam (labirin) adalah suatu struktur yang kompleks, yang terdiri dari 2 bagian utama, yaitu Koklea (organ pendengaran), Kanalis semisirkuler (organ keseimbangan). Koklea merupakan saluran berrongga yang berbentuk seperti rumah siput, terdiri dari cairan kental dan organ Corti, yang mengandung ribuan sel-sel kecil (sel rambut) yang memiliki rambut yang mengarah ke dalam cairan tersebut. Getaran suara yang dihantarkan dari tulang pendengaran di telinga tengah ke jendela oval di telinga dalam menyebabkan bergetarnya cairan dan sel rambut. Sel rambut yang berbeda memberikan respon terhadap frekuensi suara yang berbeda dan merubahnya menjadi gelombang saraf. Gelombang saraf ini lalu berjalan di sepanjang serat-serat saraf pendengaran yang akan membawanya ke otak (Liston, 1997).

2.2.2. Rongga Hidung

Hidung bagian luar berbentuk pyramid disertai dengan suatu akar dan dasar. Bagian ini tersusun dari kerangka kerja tulang, kartilago hialin, dan jaringan fibroareoral. Septum nasal membagi hidung menjadi sisi kiri dan sisi kanan rongga nasal. Bagian anterior septum adalah kartilago. Tulang nasal membentuk jembatan dan bagiansupeerior kedua sisi hidung. Vomer dan lempeng perpendicular tulang etmoid membentuk bagian posterior septum nasal. Langit-langit rongga nasal pada sisi medial terbentuk dari lempeng kribriform tulang etmoid, pada sisi anterior dari tulang frontal dan nasal, dan pada sisi posterior dari tulang sphenoid. Konka nasalis superior, tengah , dan inferior menonjol pada sisi medial dinding lateral rongga nasal. Setiap konka dilapisi membrane mukosa (epitel kolumnar bertingkat dan bersilia) yang berisi terletak, medial, dan inferior merupakan jalan udara rongga nasal yang terletak di bawah konka. Empat pasang sinus paranasal (frontal, etmoid, maksilar, dan sphenoid) adalah kantong tertutup pada bagian frontal etmoid, maksilar, dan sphenoid. Sinus ini dilapisi membrane mukosa (Sloane, 2003).

(4)

2.2.3. Trakea dan Bronkus

Trakea terbentang dari pinggir bawah cartilago cricoidea (berhadapan dengan corpus vertebra servikalis VI) di leher sampai setinggi angulus sterni pada toraks. Trakea terdapat di garis tengah dengan bercabang menjadi bronkus principalis dexter dan sinister. Pada pangkal leher trakea dapat diraba di garis tengah pada incisura jugularis (Snell, 2006).

Trakea bercabang dua setinggi torakal empat menjadi bronkus utama kanan dan kiri. Sekat dari percabangan itu disebut karina. Karina letaknya lebih ke kiri dari garis median, sehingga lumen bronkus utama kanan lebih luas dari bronkus utama kiri. Bronkus kanan lebih pendek dari bronkus kiri, panjangnya pada orang dewasa 2,5 cm dan mempunyai 6-8 cincin tulang rawan. Panjang bronkus kiri kira-kira 5 cm dan mempunyai cincin tulang rawan sebanyak 9-12 buah. Bronkus kanan membentuk sudut 25 derajat ke kanan dari garis tengah, sedangkan bronkus utama kiri membuat sudut 45 dreajat ke kiri dari garis tengah. Dengan demikian bronkus kanan hamper membentuk garis lurus dengan trakea, sehingga benda asing eksogen yang masuk ke dalam bronkus akan lebih mudah masuk ke dalam lumen bronkus kanan dibandingkan bronkus kiri (Maisel, 1997).

2.2.4 Esofagus

Esofagus merupakan saluran otot vertikal antara hipofaring sampai ke lambung. Panjangnya 23 sampai 25 cm pada orang dewasa. Di mulai dari batas bawah tulang rawan krikoid atau setinggi vertebra C.VI, berjalan sepanjang leher, mediastinum superior dan posterior, di depan vertebra servikal dan torakal, dan berakhir pada orifisium kardia lambung setinggi vertebra Th.XI. Melintas melalui hiatus esofagus diafragma setinggi vertebra Th.X (Ballenger, 1997). Esofagus dilapisi oleh epitel gepeng berlapis tak berkeratin yang tebal dan memiliki dua sfingter yaitu sfingter atas dan sfingter bawah. Sfingter esofagus atas merupakan daerah bertekanan tinggi dan daerah ini berada setinggi kartilago krikoid. Fungsinya mempertahankan tonus, kecuali ketika menelan, bersendawa dan muntah. Meskipun sfingter esofagus atas bukan merupakan barrier pertama terhadap refluks, namun dia berfungsi juga untuk mencegah material refluks keluar dari esofagus proksimal menuju ke hipofaring. Sfingter bawah esofagus panjangnya kira-kira 3 cm, dapat turun 1-3 cm pada pernafasan normal dan naik sampai 5 cm pada pernafasan dalam,

(5)

merupakan daerah bertekanan tinggi yang berada setinggi diafragma. Sfingter ini berfungsi mempertahankan tonus waktu menelan dan relaksasi saat dilalui makanan yang akan memasuki lambung serta mencegah refluks. Relaksasi juga diperlukan untuk bersendawa. Menurut letaknya esofagus terdiri dari beberapa segmen :

1. Segmen servikalis 5-6 cm ( C.VI-Th. I ) 2. Segmen torakalis 16-18 cm ( Th. I-V ) 3. Segmen diafragmatika 1-1,5 cm ( Th. X ) 4. Segmen abdominalis 2,5-3 cm ( Th. XI ) (Snell, 2006).

2.3. Gejala Klinis

2.3.1. Benda Asing di Telinga

Benda asing di telinga dapat menyebabkan penurunan pendengaran jika berlama-lama di diamkan di dalam telinga. Pada anak gejala yang ditemui berupa nyeri atau pendarahan dari telinga, kemungkinan disertai dengan tuli atau vertigo, bila saat benda asing masuk atau usaha untuk mengeluarkannya menimbulkan trauma (Walthy, 1997).

Benda asing di telinga ada dua jenis yaitu, benda hidup dan benda mati. Benda hidup /binatang bisa berupa semut, nyamuk, kecoa atau serangga lainnya. Sedangkan benda lain bisa padi, karet penghapus, biji-bijian, krikil taupun benda lainnya. Jika benda asing tidak diketahui, gejala juga tidak terlihat. Keadaan yang bisa dijumpai adalah nyeri dan sekret dari suatu otitis eksterna dan sering diikuti dengan tuli konduktif. Benda asing akan menyebabkan tuli konduktif bila

(6)

2.3.2. Benda Asing di Hidung

Gejala sumbatan benda asing di dalam saluran napas tergantung pada lokasi benda asing, derajat sumbatan (total atau sebagian) sifat, bentuk dan ukurang benda asing. Seseorang yang mengalami aspirasi benda asing akan mengalami 3 stadium. Stadium pertama merupakan gejala permulaan, yaitu batuk-batuk hebat secara tiba-tiba, rasa tercekik, rasa tersumbat ditenggorokkan, bicara gagap dan obstruksi jalan nafas yang terjadi dengan segera. Pada stadium kedua, gejala stadium permulaan diikuti oleh interval asimtomatik. Stadium ketiga, telah terjadi gejala komplikasi dengan obstruksi, erosi atau infeksi sebagai akibat reaksi terhadap benda asing, sehingga timbul batuk-batuk, pneumonia, dan abses paru (Junizaf, 2007).

2.3.3 Benda Asing di Trakea dan Bronkus

Disamping gejala batuk dan dengan tiba-tiba yang berulang dengan rasa tercekik, rasa tersumbat di tenggorok, terdapat gejala patognomonik yaitu audible slap, palpaory

thud dan asthmatoid wheeze (nafas berbunyi pada saat ekspirasi). Benda asing di trake

yang masih dapat bergerak, pada saat benda itu sampai di karina, dengan timbulnya batuk, benda asing itu akan terlempar ke laring (Ludman, 1996).

Selain itu terdapat juga gejala suara serak, dispne, dan sianosis, tergantung pada besar benda asing serta lokasinya. Benda asing yang tersangkut di karina, yaitu percabangan antara bronkus kanan dan bronkus kiri, dapat menyebabkan atelektasis pada satu paru dan emfisema paru sisi lain tergantung pada derajat sumbatan yang diakibatkan oleh benda asing tersebut. Benda asing di bronkus, lebih banyak masuk ke dalam bronkus kanan, karena bronkus kanan hamper merupakan garis lurus dengan trakea, sedangkan bronkus kiri membuat sudut dengan trakea.

Pasien dengan benda asing di bronkus yang datang kerumah sakit kebanyakan berada pada fase asimtomatik. Pada fase ini keadaan umum pasien masih baik dan foto roentgen toraks belum memperlihatkan kelainan (Junizaf, 2007).

(7)

2.3.4 Benda Asing di Esofagus

Gejala sumbatan akibat benda asing di esofagus tergantung pada ukuran, bentuk, dan jenis benda asing, lokasi tersangkutnya benda asing, komplikasi yang timbul dan lama benda asing tertelan. Gejala permulaan benda asing di esofagus adalah rasa nyeri di daerah leher bila benda asing tersangkut di daerah servikal. Benda asing yang tersangkut di esophagus bagian distal timbul rasa tidak enak atau rasa nyeri di punggung. Gejala lain, rasa nyeri ketika menelan, muntah, terkadang bisa ludah berdarah. (Yunizaf, 2007).

2.4. Penatalaksanaan

2.4.1. Benda Asing di Liang Telinga

Benda asing liang telinga bisa dikeluarkan dengan cara : 1. Menggunakan pengait, bila bendanya licin atau bulat 2. Menggunakan Hartmann’s ‘crocodile’ forcep 3. Menyemprot dengan cairan

4. Menggunakan pengisap (suction)

Masalah utama dalam pengambilan benda asing liang telinga adalah istmus, yang merupakan tempat tersempit dari liang telinga. Usaha untuk mengeluarkan benda asing sering kali malah mendorongnya ke dalam. Edema liang telinga dapat terjadi karena trauma, sehingga akan menyulitkan untuk mengeluarkannya lagi. Benda organik akan menggembung bila didiamkan terperangkap lama. Bila pasien tidak kooperatif dan ada resiko merusak gendang telinga atau struktur liang telinga tengah, maka sebaiknya tindakan dilakukan dengan anestesi umum. Pada kebanyakan kasus tindakan tersebut dapat dilakukan tanpa anestesi umum. Anak harus dipegang sehingga kepalanya tidak dapat bergerak (Ludman, 1996).

Binatang di liang telinga harus dimatikan lebih dahulu sebelum dikeluarkan. Biasanya cukup dengan memasukkan tampon basah ke liang telinga lalu meneteskan cairan, misalnya larutan rivanol lebih kurang 10 menit, kemudian benda asing tersebut diirigasi dengan air bersih untuk megeluarkannya,

(8)

2.4.2. Benda Asing di Hidung

Benda asing di hidung pada kebanyakan anak sering dikeluarkan tanpa membutuhkan anastesi umum. Cara mengeluarkan benda asing yang bulat dan licin di hidung adalah dengan memakai pengait (haak) yang dimasukkan ke dalam hidung di bagian atas, menyusuri atap kavum nasi sampai di belakang benda asing. Setelah itu pengait diturunkan sedikit dan ditarik ke depan. Dengan cara ini benda asing itu akan ikut terbawa ke luar. Pada benda asing yang gepeng dan kasar seperti kertas, busa atau potongan seng, dapat dikeluarkan dengan forceps (Junizaf, 2007).

2.4.3. Benda Asing di Trakea dan Bronkus

Prinsip umum penatalaksanaan aspirasi benda asing adalah mengeluarkan benda asing tersebut dengan segera dalam kondisi yang paling aman dan trauma yang minimal. Benda asing di trakea dan bronkus dikeluarkan secara bronkoskopi dengan anestesi umum. Kadang-kadang benda asing pada bronkus dikeluarkan melalui torakotomi atau servikotomi dan juga jika pada kasus benda asing di trakea dapat dilakukan trakeostomi bila dengan bronkoskopi tidak berhasil (Maisel, 1997).

Pada waktu bronkoskopi, benda asing dipegang dengan cunam yang sesuai dengan benda asing itu, dan ketika dikeluarkan melalui laring diusahakan sumbu panjang benda asing segaris dengan sumbu panjang trakea, jadi pada sumbu vertikal,

untuk memudahkan pengeluaran benda asing itu melalui rima glotis (Junizaf, 2007). Benda asing di traktus trakeobronkial dikeluarkan secara brokoskopi, menggunakan bronkoskop kaku atau serat optic. Tindakan bronkoskopi harus segera dilakukan, apalagi bila benda asing bersifat organik karena benda asing organik seperti kacang-kacangan mempunyai sifat higroskopik, mudah menjadi lunak dan mengembang oleh air serta menyebabkan serta iritasi pada mukosa. Benda asing yang tajam harus dilindungi dengan memasukkan benda tersebut ke dalam lumen bronkoskop. Bila benda asing tidak dapat masuk ke lumen alat maka benda asing kita tarik secara bersamaan dengan bronkoskop (Junizaf, 2007).

(9)

2.4.4 Benda Asing di Esofagus

Benda asing di esofagus dikeluarkan dengan tindakan esofagoskopi dengan menggunakan cunam yang sesuai dengan benda asing tersebut. Bila benda asing telah berhasil dikeluarkan harus dilakukan esofagoskopi ulang untuk menilai adanya kelainan-kelainan esofagus yang telah ada sebelumnya. Benda asing tajam yang tidak berhasil dikeluarkan dengan esofagoskopi harus segera dikeluarkan dengan pembedahan, yaitu servikotomi, torakotomi atau esofagotomi, tergantung lokasi benda asingnya. (Yunizaf, 2007).

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya pada indikator terjaminnya keamanan terhadap arsip termasuk kategori ³%DLN´ hal itu dapat dilihat dari 20 jawaban (40%) melalui 1 item pertanyaan yang

Bukti empiris berdasarkan hasil penelitian terdahulu yaitu kajian dari Ratih dkk (2015:91) menunjukan bahwa hasil belajar kognitif siswa pada mata pelajaran IPA di SMP Negeri 7

mengenai waktu diskusi kalo menurut saya juga dengan adanya penilaian dari teman, smbah banyak karena pertama tadi ada perbedaan persepsi tentang ceklis, kalo menurut

Jika kalian tidak mengetahui arti peribahasa yang terdapat dalam teks, kalian lihat isi teks tersebut berbicara tentang apa/bercerita tentang apa kemudian kaitkan isi teks /isi cerita

dengan minat dan ketertarikan siswa P3.16 student-teacher mengajar dengan cara memberikan penjelasan dan contoh penggunaan kalimat yang benar P3.17 student-teacher memberikan

vasospasm, elevated intracranial pressure (ICP) and the cardiopulmonary complications of brain injury. Neurocritical care units have developed to coordinate the management

Sedangkan menurut Nor (2011:206) laporan tanggungjawab sosial adalah laporan mengenai aktivitas tanggung jawab sosial yang telah dilakukan oleh perusahaan maupun dunia

Karena kita kna di selama kuliah empat tahun itu tidak ada belajar khusus tentang TOEFL meskipun ada misalkan ada mk apa gitu misalkan kita katakanlah belajar tentang