Analisa Laporan Keuangan
OLEH : Kelompok kelas B12.7.2
1. Muhammad Toni D.
B12.2012.02048
2. Eka Prasetya H.
B12.2012.02054
3. Nurul Habibah N.D.S
B12.2012.02073
4. Erma Sarah Y.
B12.2012.02156
Setelah mengetahui jenis laporan keuangan yang ada
dalam suatu perusahaan, selanjutnya adalah
menggunakan laporan keuangan tersebut menjadi suatu
informasi yang dapat berguna dalam pengambilan
keputusan. Untuk dapat memberikan informasi yang
lebih andal, ada alat analisis dengan menggunakan
analisis
Analisis
common size
Common
dan analisis rasio.
Size
Analisis
Common
Size
Adalah analisis yang
dilakukan dengan
menggunakan persentase
dari suatu akun terhadap
total akun
Adalah analisis yang
dilakukan dengan
menggunakan persentase
dari suatu akun terhadap
total akun
Analisis
common size
secara vertikal
Untuk laporan posisi keuangan
secara vertikal dilakukan
dengan membagi
masing-masing akun terhadap total
aset, sedangkan untuk laporan
laba rugi dilakukan dengan
membagi masing-masing akun
terhadap total pendapatan/
penjualan.
Analisis
common size
secara vertikal
Untuk laporan posisi keuangan
secara vertikal dilakukan
dengan membagi
masing-masing akun terhadap total
aset, sedangkan untuk laporan
laba rugi dilakukan dengan
membagi masing-masing akun
terhadap total pendapatan/
penjualan.
Analisis
common size
secara horizontal
Yang menjadi patokan adalah
tahun dasar yang biasanya
menggunakan data sebelumnya,
kemudian dilihat pertumbuhan
pada masing-masing akun untuk
tahun terakhir. Fokus utamanya
adalah melihat pertumbuhan
dari masing-masing akun.
Analisis
common size
secara horizontal
Yang menjadi patokan adalah
tahun dasar yang biasanya
PT. XYZ, Tbk
Neraca Konsolidasi (metode common size) 31 Desember
Aset 2014 % Liabilitas & Ekuitas 2014 %
Aset Lancar
Kas & Setara Kas Investasi Jk. Pendek Piutang Usaha
(-) Penyisihan Piutang Tak tertagih
Piutang Wesel Persediaan
Sewa & Asuransi dibayar di Muka
Total Aset Lancar
Aset Tetap (Property, Plant & Equipment)
Tanah Bangunan
(-) Akm. Penyusutan
Peralatan, Mesin & Kendaraan (-) Akm. Penyusutan
Aset Tetap Bersih Aset Tak berwujud Total Aset
400
Liabilitas Lancar Utang Usaha
Gaji yang masih harus dibayar Wesel Bayar
Utang Deviden
Bagian utang jk. Panjang yang akan jatuh tempo
Total Liabilitas Lancar
Utang jangka panjang Total Liabilitas
Ekuitas
Saham Preferen ($1 par, 100 lembar)
Saham Biasa ($1,2 par, 100 lembar)
Agio Saham (Paid in Capital) Saldo Laba (Retained Earnings) Total Ekuitas
Total Liabilitas & Ekuitas
700
Tabel 1.
Laporan Posisi
Keuangan
Tabel 1.
Kebijakan Manajemen
Modal Kerja
Kebijakan Manajemen
Modal Kerja
Laporan keuangan pada Tabel 1 tersebut menunjukan
adanya kebijakan manajemen modal kerja (
working
capital management
) yang konservatif.
Tabel 2.
Laporan Laba Rugi
Tabel 2.
Laporan Laba Rugi
PT. XYZ, Tbk
Laporan Laba Rugi (metode common size) Tahun 2014
2014 %
Pendapatan Bersih (Net Sales) Beban Pokok Penjualan
Laba Kotor Beban Operasi
Beban Penjualan & Administrasi Beban Iklan
Beban Penyusutan & Amortisasi Beban Pemeliharaan & Perbaikan Pendapatan Sebelum Bunga & Pajak Pendapatan (Beban) Lain-lain
Pendapatan Bunga Beban Bunga
Pendapatan sebelum Pajak Pajak (40%)
Laba setelah Pajak/Laba Bersih
Deviden Pemegang Saham Preferen
Laba yang Tersedia bagi Pemegang Saham Biasa
1.700 1.000 700
80 100 100 50 370
-(70)
300 120 180 (10)
170
100,0 58,8 41,2
4,7 5,9 5,9 2,9 21,8
-(4,1) 17,6 7,1 10,6 (0,6)
Analisis Rasio
Analisis Rasio
Menurut Munawir
(2004:37) Analisis rasio
adalah suatu metode
analisa untuk
mengetahui hubungan
pos-pos tertentu dalam
neraca atau laporan laba
rugi secara individu atau
kombinasi dari kedua
laporan tersebut.
Menurut Munawir
(2004:37) Analisis rasio
adalah suatu metode
analisa untuk
mengetahui hubungan
pos-pos tertentu dalam
neraca atau laporan laba
rugi secara individu atau
kombinasi dari kedua
laporan tersebut.
Definisi
Definisi
Tujuan dari analisis rasio
adalah untuk membantu
manager finansial
memahami apa yang
perlu dilakukan oleh
perusahaan,
berdasarkan informasi
yang tersedia dan
sifatnya terbatas.
Tujuan dari analisis rasio
adalah untuk membantu
manager finansial
memahami apa yang
perlu dilakukan oleh
perusahaan,
berdasarkan informasi
yang tersedia dan
sifatnya terbatas.
Tujuan
Tujuan
Analisis ini bermanfaat
karena membandingkan
suatu angka secara
relatif sehingga dapat
menghindari kesalahan
penafsiran pada angka
mutlak yang ada di
dalam laporan keuangan
Analisis ini bermanfaat
karena membandingkan
suatu angka secara
relatif sehingga dapat
menghindari kesalahan
penafsiran pada angka
mutlak yang ada di
dalam laporan keuangan
Manfaat
Manfaat
Berguna bagi para
analisis intern untuk
membantu manajemen
membuat evaluasi
mengenai hasil-hasil
operasinya,
memperbaiki
kesalahan-kesalahan dan
menghindari keadaan
yang dapat
menyebabkan
kesulitankeuangan.
Berguna bagi para
analisis intern untuk
membantu manajemen
membuat evaluasi
mengenai hasil-hasil
operasinya,
memperbaiki
kesalahan-kesalahan dan
menghindari keadaan
yang dapat
menyebabkan
kesulitankeuangan.
Kegunaa
n
1.
1. Rasio Likuiditas (
Liquidity
Ratio) adalah rasio yang
menunjukan kemampuan
perusahaan dalam
memenuhi liabilitas jangka
pendeknya
2. Rasio Pengelolaan Aset
(
Asset Management Ratio
)
adalah rasio yang
menggambarkan
efektivitas perusahaan
dalam mengelola aset,
dalam hal ini mengubah
aset nonkas menjadi aset
kas
3. Rasio Pengelolaan Utang
(
Debt Management Ratio
)
adalah rasio yang
menggambarkan
kemampuan perusahaan
dalam mengelola dan
melunasi kewajibannya
4. Rasio Profitabilitas
(
Profitability Ratio
) adalah
rasio yang
menggambarkan
kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan
keuntungan
5. Rasio Nilai Pasar (
Market Value Ratio
)
Rasio Likuiditas (
Liquidity
Ratio
)
Rasio Likuiditas (
Liquidity
Ratio
)
Rasio
Metode Perhitungan
Keterangan Interpretasi
Current Ratio (CR)
Quick Ratio (QR) atau Acid Test Ratio
Rasio Lancar atau CR adalah rasio yang bisa digunakan
untuk
mengukur kemampuan perusahaan memenuhi liabilitas
jangka pendek yang akan
jatuh tempo dalam waktu satu tahun.
Mencerminkan kemampuan perusahaan memenuhi liabilitas lancar.
Kemampuan untuk
membayar utang yang segera harus dipenuhi
dengan aset lancar. Setiap utang lancar Rp.1,00
dijamin oleh aset lancar Rp. 1,4.
Kemampuan untuk
membayar utang yang segera harus dipenuhi
dengan aset lancar yang lebih likuid. Setiap utang lancar Rp. 1,00 dijamin oleh quick assets Rp. 1,00 atau 1 kali.
Rasio
Metode Perhitungan
Keterangan Interpretasi
Cash Ratio
Working Capital to Total Assets Ratio
Pendekatan lain untuk mengukur kemampuan perusahaan memenuhi liabilitas
jangka pendek dengan
melihat pada rasio kas dan setara kas dalam hal
marketable securities yang dimiliki
perusahaan.
Dipergunakan untuk
mengukur likuiditas dari total asset dan posisi modal kerja (neto).
Kemampuan untuk
membayar utang yang segera harus dipenuhi
dengan kas yang tersedia dalam
perusahaan yang dapat segera
diuangkan. Setiap utang lancar Rp. 1,00 dijamin oleh kas dan
investasi
jangka pendek Rp. 0,71.
Rasio Pengelolaan Aset (
Asset
Management Ratio
)
Rasio Pengelolaan Aset (
Asset
Management Ratio
)
Rasio
Metode Perhitungan
Keterangan Interpretasi
ReceivablesTurnover Ratio (RTR)
Rasio
perputaran piutang
menunjukan perputaran piutang dalam satu periode. Rata-rata piutang dihidung dengan cara menjumlahkan data piutang akhir tahun dengan
piutang awal tahun
kemudian dibagi dua.
Kemampuan dana yang tertanam
dalam piutang berputar dalam satu periode tertentu. Dalam satu tahun rata-rata dana yang
tertanam
dalam piutang berputar 3,78 kali.
Berdasarkan Tabel 1
dan 2
Berdasarkan Tabel 1
dan 2
CATATAN :
Makin tinggi RTR, mengindikasikan bahwa investasi yang ditanamkan dalam bentuk piutang adalah rendah, sebaliknya bila RTR rendah menunjukan bahwa perusahaan terlalu banyak atau terlalu longgar dalam pemberian piutang kepada pelanggan.
Penurunan rasio ini bisa disebabkan oleh beberapa hal yaitu : 1. Turunnya penjualan dan naiknya piutang
2. Turunnya piutang dan diikuti dengan turunnya penjualan dalam jumlah yang lebih besar
3. Naiknya penjualan diikuti dengan naiknya piutang dalam jumlah yang lebih besar
4. Turunnya penjualan dengan piutang yang tetap
Rasio
Metode Perhitungan
Keterangan Interpretasi
AverageCollection Period (ACP) atau Days of Sales
Outstanding (DSO)
Periode
pengumpulan piutang
mengindikasik an rata-rata lamanya piutang perusahaan yang diberikan kepada
konsumennya. Makin panjang DSO,
mengindikasik an rendahnya kemampuan perusahaan dalam
mengumpulkan piutang atau kebijakan kredit
perusahaan reltif longgar. Dengan makin besarnya DSO, maka makin besar pula risiko
kemungkinan tidak
tertagihnya piutang.
Periode rata-rata yang diperlukan untuk
mengumpulkan piutang.
Piutang
Rasio
Metode Perhitungan
Keterangan Interpretasi
InventoryTurnover Ratio (ITR)
Days of Inventory (DOI)
Rasio
perputaran persediaan mengindikasik an efisiensi perusahaan dalam
memproses dan mengelola persediaanya. Makin tinggi perputaran persediaan akan
menunjukkan makin efisien penggunaan persediaan dalam rangka mendukung penjualan perusahaan.
Umur
persediaan menunjukkan berapa lama persediaan tersebut tersimpan dalam
perusahaan.
Kemampuan dana yang tertanam dalam inventory
berputar dalam suatu periode tertentu, atau likuiditas dari inventory dan tendensi untuk adanya
overstock. Dana yang tertanam dalam inventory berputar rata-rata 1,33 kali dalam setahun.
Periode menahan persediaan rata-rata atau periode rata-rata
persediaan barang berada di gudang
Rasio
Metode Perhitungan
Keterangan
Interpretasi
PayableTurnover (PT)
Average Payment Period (APP)
Total Asset Turnover (TATO)
Mengukur penggunaan utang oleh perusahaan.
Menunjukan rata-rata
lamanya waktu yang dibutuhkan untuk
pembayaran utang dagang. Makin lama pembayaran utang adalah baik, namun dengan catatan utang tersebut harus tetap dibayar dengan tidak merusak reputasi kredit perusahaan.
Menunjukan efektivitas perusahaan dalam
menggunakan asetnya untuk menghasilkan pendapatan.
Ukuran
kemampuan penjualan perusahaan untuk melunasi hutang usaha.
Periode rata-rata yang diperlukan untuk membayar utang.
Dana yang
tertanam dalam keseluruhan aset rata-rata dalam satu tahun
berputar 0,53 kali atau setiap rupiah aset
selama setahun dapat
Rasio Pengelolaan Utang (
Debt
Management Ratio
)
Rasio Pengelolaan Utang (
Debt
Management Ratio
)
Berdasarkan Tabel 1
Berdasarkan Tabel 1
Rasio
Metode
Perhitungan
Keterangan
Interpretasi
Debt Ratio (DR)
Debt to
Equity Ratio (DER)
Long – Term Debt to
Equity (LTDE)
Menunjukan seberapa besar total aset yang dimiliki
perusahaan yang didanai oleh
seluruh
krediturnya.
Menunjukan perbandingan antara utang dan ekuitas
perusahaan.
Apabila debt to equity ratio
membandingkan antara seluruh utang terhadap ekuitas, maka LTDE menunjukan perbandingan antara utang jk. panjang terhadap ekuitas.
Makin tinggi DR akan menunjukan makin berisiko perusahaan karena makin besar utang yang
digunakan untuk pembelian asetnya.
Bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan
jaminan untuk
keseluruhan utang. Rp. 1,67 dari setiap rupiah modal sendiri menjadi jaminan utang.
Bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan
jaminan untuk utang jangka panjang. Rp. 0,50 dari setiap
rupiah modal sendiri digunakan untuk menjamin utang jangka panjang. Rasio ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu rasio utang (leverage ratio) yang
Berikut adalah Solvency ratio:
Rasio
Metode
Perhitungan
Keterangan
Interpretasi
Times
Interest-Earned Ratio (TIER) atau Interest Coverage Ratio
Debt Service Coverage Ratio (DSCR)
Solvency Ratio (SR)
Menggambarkan kemampuan hasil operasional
perusahaan untuk menutupi kewajiban bunga.
Menggambarkan jumlah kas yang tersedia untuk memenuhi
kewajiban bunga dan pokok utang termasuk di
dalamnya alokasi
singking fund. Kemampuan perusahaan
untuk memenuhi kewajibannya.
Besarnya jaminan keuntungan untuk
membayar bunga utang jk panjang. Setiap
rupiah bunga utang dijamin oleh
keuntungan Rp.5,29.
DSCR mencerminkan rasio yang digunakan oleh petugas pemberi pinjaman dari bank dalam menentukan kemampuan seseorang untuk membayar
utangnya.
Solvency ratio untuk setiap industri berbeda-beda, sebagai patokan (rule of thumb) maka SR yang disarankan adalah > 20% untuk dapat
dikatakan sehat.
DEBT / EBITDA
Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation and Amortization
(EBITDA) mencerminkan tingkat hasil operasional riil perusahaan. DEBT / EBITDA sendiri mengukur perbandingan antara besarnya utang terhadap kemampuan perusahaan menghasilkan laba operasi. Makin tinggi DEBT/EBITDA maka makin beresiko
perusahaan, di mana kemampuan hasil operasional perusahaan tidak mampu mengcover utangnya
Berdasarkan Tabel 1
dan 2
Rasio
Metode
Perhitungan
Keterangan
Interpretasi
Gross Profit Margin (GPM) atau Gross Profit Rate
Menggambarkan persentase laba kotor yang
dihasilkan oleh setiap
pendapatan perusahaan.
Setiap Rp. 1,00 penjualan akan
mampu memberikan laba kotor sebesar Rp. 0,41 .
Rasio Proftabilitas
(
Profitability Ratio
)
Rasio Proftabilitas
(
Profitability Ratio
)
Rasio laba ini umumnya diambil dari laporan keuangan
laba rugi. Secara sederhana laporan laba rugi dapat
dibuat seperti di bawah ini :
Penjualan bersih
xxxxxxxx
Biaya Pokok Produksi
( xxxxxxxx )
Laba Kotor
xxxxxxxx
Beban Operasi
( xxxxxxxx )
Laba Operasi (EBIT)
xxxxxxxx
Bunga
( xxxxxxxx )
Laba sebelum pajak (EBT)
xxxxxxxx
Pajak
( xxxxxxxx )
Laba setelah pajak (EAT atau Net Income)
xxxxxxxx
Dividen kepada pemegang saham preferen
( xxxxxxxx )
Laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa
xxxxxxxx
Penjualan bersih
xxxxxxxx
Biaya Pokok Produksi
( xxxxxxxx )
Laba Kotor
xxxxxxxx
Beban Operasi
( xxxxxxxx )
Laba Operasi (EBIT)
xxxxxxxx
Bunga
( xxxxxxxx )
Laba sebelum pajak (EBT)
xxxxxxxx
Pajak
( xxxxxxxx )
Laba setelah pajak (EAT atau Net Income)
xxxxxxxx
Dividen kepada pemegang saham preferen
( xxxxxxxx )
Laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa
xxxxxxxx
Berdasarkan
Tabel 1 & 2
Berdasarkan
Rasio
Metode
Perhitungan
Keterangan
Interpretasi
Operating Margin (OM), Operating Income Margin, Operating profit margin or Return on sales (ROS)
Profit Margin, Net Margin or Net Profit Margin (NPM)
Return on Equity (ROE)
Mencerminkan kemampuan manajemen mengubah aktivitasnya menjadi laba.
Operating income sering pula
disebut sebagai laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) dengan catatan bahwa di perusahaan
tersebut tidak terdapat
pendapatan non-operasional.
Mencerminkan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan
laba neto dari setiap
penjualannya.
Mencerminkan seberapa besar return yang dihasilkan bagi pemegang saham atas setiap rupiah yang
ditanamkannya.
Setiap Rp. 1,00 penjualan akan
mampu memberikan laba operasi sebesar Rp. 0,22 .
Setiap Rp. 1,00 penjualan akan
mampu memberikan laba neto sebesar Rp. 0,11.
Setiap Rp. 1,00 ekuitas yang ditanamkan oleh pemegang saham akan mampu
Rasio
Metode
Perhitungan
Keterangan
Interpretasi
Return on Assets (ROA)
Mencerminkan seberapa besar return yang dihasilkan atas setiap rupiah uang yang
ditanamkan dalam bentuk aset.
Setiap Rp. 1,00 aset akan mampu
memberikan laba neto sebesar Rp. 0,056.
Rasio Nilai Pasar (
Market
Value Ratio
)
Rasio Nilai Pasar (
Market
Value Ratio
)
Rasio
Metode
Perhitungan
Keterangan
Interpretasi
Earning perShare (EPS)
Devidend Payout Ratio (DPR)
Pendapatan per lembar saham yang dapat dilihat di
laporan laba rugi.
Menggambarkan besarnya proporsi deviden yang
dibagikan terhadap pendapatan bersih perusahaan.
EPS mencerminkan
pendapatan tiap lembar saham yang akan
diperoleh pemegang saham, bila semua pendapatan tersebut dibagikan dalam bentuk deviden.
Bila semua EPS
dibagikan seluruhnya dalam bentuk deviden, maka EPS = DPR
(deviden / share).
Namun bila dari Rp. 170
net income tersebut hanya Rp. 50 yang
dibagikan dalam bentuk deviden, sedangkan Rp. 120 ditahan untuk
Rasio
Metode
Perhitungan
Keterangan
Interpretasi
Price toEarnings Ratio(PER)
Dividend Yield (DY)
Bila diketahui harga pasar
perusahaan PT. XYZ adalah Rp. 50 /
lembar, maka PER perusahaan = 50 / 1,7 = 29,4 kali. Hal ini bermakna bila perusahaan
membagikan seluruh EPS
tahunannya dalam bentuk deviden, maka dibutuhkan waktu 29,4 tahun dari EPS untuk dapat mengcover harga saham saat ini
Dengan
menggunakan contoh PT. XYZ
dimana harga pasar saham saat ini
diketahui Rp. 50/ lembar, dan
besarnya deviden yang dibagikan tahun ini dikatakan Rp. 50, maka DY dari saham PT. CYZ adalah 100%.
Menggambarkan
perbandingan antara harga pasar dengan pendapatan per lembar saham.
Menunjukan
perbaningan antara deviden yang
diterima investor
terhadap harga pasar saham saat ini
Analis sering kali
membandingkan antara PER market dengan rata-rata PER masa lalu untuk membuat
penilaian apakah nilai pasar aset tersebut under atau overvalue. Sehingga PER market yang lebih tinggi
daripada PER rata-rata masa lalu sering kali dikatakan overvalue
Rasio
Metode
Perhitungan
Keterangan
Interpretasi
Price tobook value ratio (P/B or PBV)
Price / sales ratio
Price Earnings Ratio to Growth (PEG Ratio)
Bila diketahui harga pasar saham PT. XYZ adalah Rp. 50 / lembar dan nilai buku ekuitas sebesar Rp. 12/lembar, maka PBV = 50/12 = 4,2 kali.
Kriteria untuk melihat harga saham :
•PEG < 1, harga saham undervalue
•PEG = 1, harga saham wajar (fair value)
•PEG > 1, harga saham overvalue
Menggambarkan perbandingan
antara harga pasar saham dan nilai buku ekuitas
sebagaimana yang ada di laporan posisi keuangan.
Membandingkan nilai kapitalisasi pasar perusahaan terhadap penjualan.
Rasio harga per pendapatan (PER) dibanding terhadap pertumbuhan
perusahaan. Tingkat
pertumbuhan yang diharapkan dapat mempergunakan pendekatan
pertumbuhan dari penjualan ataupun pertumbuhan dari EPS.
Artinya pasar
menghargai saham PT. XYZ sebesar 4,2 kali lebih tinggi daripada nilai
ekuitas perusahaan.
Rasio ini bertujuan untuk melihat
hubungan antara tingkat penjualan dan harga saham perusahaan.
Analis biasanya akan membandingkan
antara PER dengan tingkat pertumbuhan yang diharapkan
untuk
mengidentifikasi apakah saham
perusahaan tersebut mengalami under atau overvalue. Secara sederhana bila PER < dari
tingkat pertumbuhan yang diharapkan
maka saham tersebut dapat dikatakan