• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Keuangan Perusahaan dengan Good Corporate Governance sebagai Variabel Pemoderasi pada Perusahaan Perkebunan di Bursa Efek Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Keuangan Perusahaan dengan Good Corporate Governance sebagai Variabel Pemoderasi pada Perusahaan Perkebunan di Bursa Efek Indonesia"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan perekonomian yang semakin cepat akan memacu perusahaan

untuk mengembangkan usaha. Perkembangan perusahaan dapat tercapai apabila

perusahaan mempunyai keuntungan yang semakin meningkat setiap tahunnya.

Dengan adanya keuntungan yang besar, perusahaan dapat mengembangkan jenis

usahanya menjadi lebih besar atau merambah kejenis usaha yang lain dan

berbeda. Perusahaan yang besar dan kuat akan memiliki keuangan yang stabil,

sebaliknya jika perusahaan relatif kecil akan mudah terguncang oleh krisis

ekonomi. Untuk mengembangkan usahanya perusahaan dapat menaikkan modal

kerja, menjual saham atau melakukan pinjaman ke bank atau pihak ketiga. Untuk

mendapatkan pinjaman dari bank atau pihak ketiga, kesehatan perusahaan di masa

depan harus diutamakan. Jika perusahaan sehat, maka kegiatan operasional dan

perputaran keuangan perusahaan akan lancar.

Untuk menilai kesehatan perusahaan di masa depan dapat dilihat dari

perhitungan rasio – rasio keuangan yang ada dalam laporan keuangan perusahaan.

Untuk mengetahui sejauh mana perkembangan perusahaan, dapat dilakukan

dengan cara membandingkan laporan-laporan keuangan. Analisis rasio adalah

alat yang berguna untuk menemukan jawaban yang tidak didapat pada laporan

keuangan. Rasio keuangan yang dihasilkan dapat membantu Bank atau pihak

ketiga untuk menganalisis dan menentukan resiko pemberian kredit kepada

(2)

Menurut keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor

KEP-100/MBU/2002 bahwa tingkat kesehatan BUMN ditetapkan berdasarkan penilian

terhadap kinerja perusahaan untuk tahun buku yang bersangkutan yang meliputi

penilaian aspek keuangan, aspek operasional dan aspek administrasi. Sedangkan

menurut keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

53/PMK.010/2012 bahwa kesehatan perusahaan asuransi dan reasuransi dilihat

dari tingkat solvabilitas, perusahaan setiap saat wajib memenuhi tingkat

solvabilitas paling rendah 100% dari modal minimum berbasis risiko.

Kemampuan dalam mengetahui tingkat kesehatan perusahaan akan

memberikan keuntungan banyak pihak, terutama kreditur dan investor. Bagi

investor, kurang/tidak sehatnya perusahaan akan mempunyai konsekuensi

berkurangnya investasi atau bahkan investasi hilang secara keseluruhan,

sedangkan bagi kreditur, pernyataan kurang/tidak sehat akan mengakibatkan

hilangnya tagihan pokok pinjaman piutang beserta bunganya (Wing et al. 2003).

Bagi perusahaan sendiri dalam proses kebangkrutan akan menanggung biaya yang

tidak sedikit.

Tingkat kesehatan suatu perusahaan yang sudah go public menjadi penting

untuk diketahui dan dimonitor oleh pihak-pihak yang berkepentingan didalamnya.

Kondisi perekonomian yang kadang tidak stabil dan tingkat persaingan yang

makin ketat makin kuat memberi dorongan kepada banyak pihak yang

berkepentingan untuk menaruh perhatian besar pada kelangsungan hidup

perusahaan (Wing et al. 2003). Faktor utama yang mempengaruhi harga saham di

pasar modal adalah kesehatan perusahaan yang dapat diketahui dari laporan

(3)

(IHSG) dapat menjadi leading indicator economic pada suatu negara. Pergerakan

indeks sangat dipengaruhi oleh ekspektasi investor atas kondisi fundamental

negara maupun global. Adanya informasi baru akan berpengaruh pada ekspektasi

investor yang akhirnya akan berpengaruh pada IHSG.

Menurut Bisnis Indonesia berdasarkan data PT. Bursa Efek Indonesia (BEI),

IHSG melesat 453,1 poin sepanjang tahun 2012 dari level 3.821,99 pada tahun

2011 menjadi 4.275,09 yang mengalami kenaikan sebesar 11,86%, sedangkan

nilai IHSG pada awal pekan ini Senin 21 Januari 2013 dibuka melemah sebesar

7,66 poin atau 0,17% dari level 4.465,48 pada pekan lalu ke level 4.457, 81.

Pelemahan IHSG ditopang oleh pelemahan tujuh sektor pembentuk IHSG yang

dipimpin oleh sektor keuangan dan aneka industri, tiga sektor yang bergerak

positif adalah perdagangan, pertambangan dan konsumsi.

Kritsonis (2004) menyatakan manajemen mungkin dapat menghindari

bencana situasi bisnis dengan menilai kesehatan keuangan jangka panjang.

Menetapkan tujuan dan strategi untuk mencerminkan kondisi pasar, persaingan

dan kemampuan operasional merupakan elemen penting dalam menjaga

pertumbuhan dan memastikan usaha yang sehat. Sebuah pemahaman menyeluruh

jangka panjang perusahaan, tujuan, persaingan, regulasi pedoman, operasi dan

efisiensi manajemen diperlukan secara akurat untuk menilai kesehatan perusahaan

di masa depan. Keseimbangan adalah kunci untuk kesuksesan jangka panjang.

Soekarso (2009) mengemukakan keuangan dalam perusahaan adalah salah

satu fungsi strategis yang meliputi pengelolaan kekayaan dan transformasi nilai

tambah (added value) dan juga pengendalian kesehatan perusahaan. Laporan

(4)

rasio keuangan (financial ratio), mencerminkan kinerja dan kondisi kesehatan

perusahaan. Analisis rasio keuangan (financial ratio analysis) berhubungan

dengan kesehatan perusahaan melalui rasio-rasio efektivitas, efisiensi,

produktivitas, rentabilitas, likuiditas, dan solvabilitas. Analisis menunjukkan

bahwa nilai rasio keuangan aktual di atas standar berarti perusahaan sehat, dan

nilai rasio keuangan aktual di bawah standar berarti perusahaan tidak sehat.

Rasio – rasio keuangan perusahaan terdiri dari rasio Likuiditas, Leverage,

Aktivitas, Profitabilitas dan pertumbuhan. Rasio likuiditas digunakan untuk

mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek.

Penelitian Chen dan Wong (2004) menemukan bahwa rasio likuiditas secara

positif berkaitan dengan kesehatan keuangan perusahaan asuransi di Singapura.

Selain itu rasio likuiditas signifikan mempengaruhi kesehatan keuangan

perusahaan asuransi di negara – negara berkembang. Dengan menghitung rasio

Leverage, dapat diukur sejauh mana perusahaan dapat memanfaatkan pembiayaan

utang jangka panjang untuk memperoleh keuntungan perusahaan dan dapat

meningkatkan laba atas ekuitas. Sebuah perusahaan harus memiliki prospek

menguntung untuk masa depan. Tingkat profitabilitas memiliki pengaruh yang

kuat terhadap elemen keuangan perusahaan. Penelitian (Widarjo dan Setiawan,

2009) mengemukakan bahwa Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap financial

distress perusahaan. Rasio pertumbuhan digunakan untuk membandingkan harga

saham perusahaan yang dijual dengan nilai saham. Rasio ini berfungsi sebagai

indikator bagaimana investor dapat melihat kinerja dan pertumbuhan perusahaan

(5)

Menurut Altman (2006) Z-Score merupakan indikator untuk mengukur

potensi kebangkrutan suatu perusahaan. Nilai tersebut (Z-Score) diperoleh dari

penjumlahan hasil perkalian suatu nilai konstanta tertentu masing-masing dengan

5 unsur rasio : working capital to total assets, retained earning to total assets,

earning before interest and tax to total assets, market value to book value of total

debt and total revenue to total assets. Rasio–rasio tesebut menggambarkan rasio

dari kemampuan manajemen di dalam mengelola aktiva perusahaan, sehingga

Altman Z-score dapat juga digunakan sebagai pengukur kinerja perusahaan, yaitu

dari sisi potensi kebangkrutan suatu perusahaan.

Penelitian yang dilakukan oleh Chen dan Wong (2004) menemukan bahwa

faktor – faktor yang signifikan mempengaruhi kesehatan keuangan perusahaan

asuransi dalam perekonomian Asia adalah ukuran perusahaan, kinerja investasi,

rasio likuiditas, pertumbuhan premi, pertumbuhan surplus dan rasio gabungan.

Menurut Fachrudin (2008) semakin baik kinerja semasa kesulitan keuangan,

semakin besar peluang perusahaan untuk survive.

Firm size (ukuran perusahaan) adalah salah satu tolak ukur yang

menunjukkan besar kecilnya perusahaan (Sembiring, 2008). Perusahaan dengan

ukuran yang lebih kecil akan rentan terhadap kebangkrutan. Diharapkan

perusahaan yang besar tingkat kesehatan keuangannya juga lebih baik.

Menurut Chen dan Wong (2004) investment performance merupakan

kinerja investasi yang mengungkapkan efektifitas dan efisiensi keputusan

investasi. Investment performance dinilai dengan return on assets (return on

investment). Return On Assets (ROA) yaitu tingkat pengembalian atas semua

(6)

dapat diperoleh dari BEP yang tinggi dan biaya bunga yang rendah. Semakin

tinggi rasio ini semakin baik karena berarti semakin besar kemampuan perusahaan

dalam menghasilkan laba. Semakin tinggi semakin baik karena menunjukkan

peningkatan presentase laba operasi terhadap penjualannya.

Operating Profit Margin yaitu rasio yang digunakan untuk menghitung

profitabilitas tanpa memperhitungkan pajak dan bunga (David, 2009). Operating

profit margin diperoleh dari pendapatan sebelum bunga dan pajak terhadap total

penjualan. Jika perusahaan terus menerus mendapatkan laba yang rendah, maka

kecendrungan kesehatan keuangan perusahaannya juga tidak akan baik. Hasil

penelitian Chen dan Wong (2004) menunjukkan bahwa margin usaha positif

signifikan bagi kesehatan keuangan perusahaan asuransi.

Price Earning Ratio (PER) menunjukkan berapa banyak investor bersedia

untuk membayar setiap rupiah dari keutungan perusahaan. Semakin tinggi nilai

rasio ini perusahaan akan semakin kuat prospek pertumbuhannya dimasa depan.

Perusahaan yang berkembang akan memiliki nilai PER yang tinggi.

Surplus growth atau rasio pertumbuhan yaitu kemampuan perusahaan untuk

mempertahankan posisi ekonominya di tengah pertumbuhan ekonomi dan industri

(David, 2009). Rasio ini pada dasarnya dilakukan dengan membandingkan data

keuangan secara historis (time series). Jika nilai perbandingan semakin besar,

maka tingkat pertumbuhan penjualan perusahaaan semakin baik.

Liquidity adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk

memenuhi kewajiban jangka pendek yang akan jatuh tempo (David, 2009).

Likuiditas dapat dinilai dengan current ratio. Current Ratio (rasio lancar) adalah

(7)

investor dan kreditur ingin melihat rasio lancar yang tinggi, semakin tinggi nilai

rasio ini, maka semakin bagus. Investor dan kreditur dapat percaya bahwa

perusahaan memiliki uang untuk dapat melunasi kewajiban jangka pendek.

Diharapkan dengan adanya ukuran perusahaan yang besar, ROA, operating

margin, PER, surplus growth yang tinggi serta nilai current ratio yang tepat

perusahaan akan berada dalam kondisi sehat dan terus berkembang dari tahun

ketahun.

Menurut Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor

KEP-117/M-MBU/2002 Corporate Governance adalah suatu proses dan struktur yang

digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan

akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka

panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stackeholders lainnya,

berlandaskan peraturan perundangan dan nilai-nilai etika. Inti dari kebijakan tata

kelola perusahaan adalah agar pihak-pihak yang berperan dalam menjalankan

perusahaan memahami dan menjalankan fungsi dan peran sesuai wewenang dan

tanggung jawab. Diharapkan dengan adanya GCG terjadi tata kelola yang baik

antara mekanisme kerja, pembagian tugas, kewenangan, dan tanggung jawab yang

harmonis, baik secara intern maupun ekstern dengan tujuan meningkatkan nilai

perusahaan demi kepentingan shareholders dan stakeholders. Strategi tersebut

diantaranya mencakup strategi penerapan sistem Good Corporate Governance

(GCG) dalam perusahaan.

Secara alamiah, perusahaan dalam menjalankan aktivitas bisninya akan

dipengaruhi oleh suatu kerangka tata kelola (corporate governance framework),

(8)

perjanjian-perjanjian yang dibuat dengan kreditur, karyawan, konsumen dan lain

sebagainya (Surya dan Yustiavandana, 2008). Struktur GCG dalam suatu

perusahaan bisa jadi dapat menentukan sukses tidaknya suatu perusahaan.

Pedoman pokok pelaksanaan Good Corporate Governance mencakup: Asas-asas

GCG, RUPS, Komposisi dan persyaratan dewan komisaris, Komposisi dan

persyaratan dewan direksi, Hak dan tanggungjawab pemegang saham, komite

yang dibentuk komisaris dan lain-lain.

Dengan digunakan penerapan sistem Good Corporate Governance,

diharapkan kinerja perusahaan akan meningkat dan prediksi kebangkrutan tidak

akan terjadi ditahun-tahun berikutnya. Menurut Undang – Undang Republik

Indonesia No. 40 tahun 2007 anggaran dasar Perseroan, dan ketentuan peraturan

perundang-undangan lain, tidak mengurangi kewajiban setiap perseroan untuk

menaati asas itikad baik, asas kepantasan, asas kepatutan, dan prinsip tata kelola

Perseroan yang baik (good corporate governance) dalam menjalankan perseroan,

organ perseroan yang terdiri dari rapat umum pemegang saham, direksi, dan

dewan komisaris dilakukan berdasarkan pedoman good corporate governance.

Secara umum, kemampuan suatu Negara untuk menarik modal asing sangat

tergantung pada sistem Corporate Governance yang mereka anut dan sampai

tingkat mana manajemen suatu perusahaan menghormati dan mematuhi hak-hak

hokum para pemegang saham, lender, bondholders dan non-controlling

shareowners (Santosa, 2008).

Menurut Darsono dan Ashari (2005) secara garis besar penyebab

kebangkrutan bisa dibagi menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal,

(9)

perusahaan, sedangkan faktor eksternal berasal dari faktor luar yang berhubungan

langsung dengan operasional perusahaan atau faktor perekonomian secara makro.

Oleh karena itu untuk mengatasi masalah yang ada dalam perusahaan menerapkan

good corporate governance. Dengan menerapkan good corporate governance

pada perusahaan bertujuan untuk meningkatkan prinsip transparansi, kemandirian,

akuntabilitas, bertanggung jawab, dan kewajaran. Implementasi dari corporate

governance dilakukan oleh seluruh pihak dalam perusahaan, dengan actor

utamanya adalah manajemen puncak perusahaan yang berwenang utnuk

menetapkan kebijakan perusahaan dan mengimplementasikan kebijakan tersebut

(Wardhani, 2006). Menurut Surya dan Yustiavandana (2008) agar perusahaan

memiliki kelangsungan jangka panjang, shareholders dan stakeholders perlu

mempertimbangkan tata kelola yang baik (good corporate governance).

Dengan memasukkan variabel Good Corporate Governance sebagai

variabel pemoderasi, peneliti ingin melihat implementasi Corporate Governance

terhadap kemungkinan perusahaan mengalami masalah keuangan. Dengan

menganalisis faktor–faktor keuangan dan penerapan Good Corporate Governance

yang tepat dan baik diharapkan kondisi perusahaan akan lebih sehat dan terus

berkembang dari tahun ketahun.

Sihombing (2008) melakukan penelitian tentang peranan analisis rasio

keuangan dalam memprediksi kesehatan perusahaan tekstil dan alas kaki yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian tersebut adalah CR, DAR,

DER, EM, GPM, NPM, ROI, ROE, ITO dan TATO secara signifikan

(10)

merupakan ukuran profitabilitas perusahaan yang merupakan faktor yang paling

dominan dapat membedakan status tingkat kesehatan perusahaan.

Penelitian tentang kesehatan perusahaan dilakukan oleh Wing et al. (2003).

Penelitian ini menganalisis kesehatan keuangan perusahaan di Hongkong tahun

2002. Analisis rasio keuangan menunjukkan bahwa krisis keuangan Asia yang

berkepanjangan telah membebani perusahaan untuk membayar hutangnya. Dalam

menghadapi lingkungan bisnis yang sulit, perusahaan di Hongkong berusaha

mempertahankan daya saing mereka dan mengembalikan margin keuntungan

dengan menggunakan kontrol persediaan dan lebih mengefektifkan penggunaan

aktiva tetap. Untuk meningkatkan rasio likuiditas, dengan mengurangi resiko

pendanaan melalui diversifikasi dan memperpanjang kredit untuk mengurangi

fluktuasi suku bunga jangka pendek.

Penelitian yang dilakukan oleh Adityaputra (2012) tentang penerapan

Corporate Governance terhadap kondisi kesulitan keuangan menunjukkan hasil

penelitian bahwa variabel proporsi kepemilikan manajerial, jumlah dewan direksi,

dan keberadaan komite audit tidak terbukti memiliki pengaruh signifikan

terhadap kondisi kesulitan keuangan perusahaan. Variabel proporsi kepemilikan

institusional dan proporsi komisaris independen terbukti memiliki pengaruh

signifikan terhadap kondisi kesulitan keuangan perusahaan dengan pengaruh

positif.

Penelitian – penelitian terdahulu hanya menggunakan faktor-faktor

keuangan dengan analisis rasio untuk memprediksi kesehatan perusahaan tanpa

menggunakan variabel pemoderasi atau variabel mediasi. Melalui penelitian ini

(11)

sebagai variabel pemoderasi untuk mengetahui apakah hubungan dapat

memperkuat atau memperlemah diantara faktor – faktor keuangan dengan

kesehatan perusahaan. Peneliti juga ingin mengkaji apakah proksi Good

Corporate Governance tinggi, apakah akan mempengaruhi kesehatan keuangan

perusahaan.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti dan menganalisis

faktor – faktor keuangan yang berpengaruh terhadap kesehatan perusahaan dengan

Good Corporate Governance sebagai variabel pemoderasi, dengan judul

“Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Keuangan

Perusahaan dengan Good Corporate Governance sebagai Variabel

Pemoderasi pada Perusahaan Perkebunan di Bursa Efek Indonesia”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang penelitian tersebut, maka peneliti

menyimpulkan rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah faktor – faktor keuangan (Firm Size, Investment Performance,

Operating Margin, Price Earning Ratio, Surplus Growth, dan

Liquidity) berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap kesehatan

keuangan perusahaan perkebunan di Bursa Efek Indonesia?

2. Apakah Good Corporate Governance dapat memoderasi hubungan

antara Faktor – faktor keuangan (Firm Size, Investment Performance,

Operating Margin, Price Earning Ratio, Surplus Growth, dan

Liquidity) dengan kesehatan keuangan perusahaan perkebunan di Bursa

(12)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh faktor – faktor keuangan

(Firm Size, Investment Performance, Operating Margin, Price Earning

Ratio, Surplus Growth, dan Liquidity) secara simultan dan parsial

terhadap kesehatan keuangan perusahaan perkebunan di Bursa Efek

Indonesia

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh moderasi Good

Corporate Governance terhadap hubungan antara Faktor – faktor

keuangan (Firm Size, Investment Performance, Operating Margin,

Price Earning Ratio, Surplus Growth, dan Liquidity) dengan kesehatan

keuangan perusahaan perkebunan di Bursa Efek Indonesia

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi peneliti dan penelitian selanjutnya, menambah wawasan dan

pengetahuan peneliti dalam bidang ekonomi khususnya tentang faktor –

faktor keuangan apa saja yang mempengaruhi kesehatan keuangan

perusahaan, apakah Good Corporate Governance juga mempengaruhi

kesehatan keuangan perusahaan serta dapat menjadi bahan masukan

untuk penelitian yang sejenis dengan jenis perusahaan yang mungkin

berbeda.

2. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

(13)

kesehatan keuangan perusahaannya, sehingga perusahaan dapat

meningkatkan kondisi perusahaannya menjadi lebih baik.

1.5 Originalitas

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan Chen dan

Wong (2004) yang berjudul the determinants of financial health of asian

insurance companies.

Peneliti melakukan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Chen dan

Wong (2004) karena peneliti ingin melihat apakah faktor – faktor keuangan yang

mempengaruhi kesehatan keuangan yang digunakan oleh Chen dan Wong (2004)

pada perusahaan asuransi dapat digunakan untuk perusahaan perkebunan dan

melihat apakah hasil dari penelitian ini akan sama dengan penelitian Chen dan

Wong (2004).

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah : Penelitian

sebelumnya menggunakan Firm size, Investment Performance, Liquidity Ratio,

Premium Growth, Surplus Growth, Combinated Ratio dan Operating Margin.

Variabel dependen pada penelitian yang dilakukan Wong adalah kesehatan

keuangan perusahaan asuransi. Sedangkan pada penelitian ini, peneliti

menggunakan variabel independen, terdiri dari Firm Size, Investment

Performance, Operating Margin, Price Earning Ratio, Surplus Growth, dan

Liquidity. Variabel dependen yang digunakan adalah kesehatan perusahaan

perkebunan. Pada penelitian ini, peneliti tidak memasukkan variabel Premium

Growth dan Combinated Ratio karena perusahaan perkebunan tidak mempunyai

(14)

Price Earning Ratio untuk melihat prospek pertumbuhan perusahaan perkebunan.

Penelitian Wong tidak menggunakan variabel pemoderasi. Sedangkan pada

penelitian ini, peneliti menggunakan Good Corporate Governance sebagai

variabel pemoderasi. Objek penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah

perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sedangkan objek

Referensi

Dokumen terkait

Pancasila sebagai suatu sistem dapat dipahami dari pemikiran dasar yang terkandung dalam pancasila, yaitu pemikiran tentang manusia dalam hubungannya dengan Tuhan YME, dengan

bersifat langsung dan terdiri dari fakta, konsep, skilldan prinsip, serta yang bersifat tidak langsung sepertitransfer belajar, kemampuan inkuiri, kemampuanmemecahkan masalah,

1) Ban luar radial harus memakai ban dalam radial. 2) Gunakan ban dengan spesifikasi teknis yang seragam. 3) Gunakan pelek ukuran standar, sesuai dengan ukuran ban. 4) Gunakan

Untuk mengukur tingkat kemampuan pengembalian atas biaya usaha tani kedelai dengan penerapan teknologi PTT digunakan analisis kelayakan usaha tani berupa R/C

Berawal dari masalah ini, maka peneliti berkeinginan untuk melakukan penelitian terhadap cuci kiloan dengan judul “ Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan konsumen dalam

Sumber utama emisi GRK adalah pembakaran bahan bakar fosil dalam bentuk bahan bakar minyak untuk industri dan transportasi, penebangan hutan alam yang menyebabkan potensi rosot

Konsep Skemp (Mitchelmore dan White, 2007) menyebutkan bahwa abstraksi empiris terdiri dari pengakuan kesamaan dan diikuti dengan perwujudan kesamaan dalam sebuah objek

[r]