• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkah Laku Makan Kerbau Murrah (Bubalus Bubalis) Di Balai Pembibitan Ternak Unggul (Bptu) Babi Dan Kerbau Siborong Borong

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Tingkah Laku Makan Kerbau Murrah (Bubalus Bubalis) Di Balai Pembibitan Ternak Unggul (Bptu) Babi Dan Kerbau Siborong Borong"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

20

HASIL DAN PEMBAHASAN

Populasi I

Populasi I terdiri dari perbandingan jantan dan betina dewasa 1:12. Pada penelitian populasi menempati 2 padang penggembalaan (pedok) yakni padang penggembalaan I (2 ha) dan padang penggembalaan III (1 ha). Pengamatan yang dilakukan ialah pengamatan aktivitas makan dan aktivitas ruminasi. Aktivitas makan terdiri dari mencium, merenggut, mengunyah, dan menelan. Aktivitas ruminasi terdiri dari mengeluarkan bolus, mengunyah bolus dan menelannya kembali.

Tabel 2. Frekuensi tingkah laku makan populasi I pedok I

Tingkah Laku Makan Frekuensi (%)

Populasi Jantan Betina

Aktivitas Makan 77,20 85,71 76,49

Mencium 6,66 9,82 6,40

Menrenggut 41,83 43,75 41,67

Mengunyah 21,63 25,00 21,06

Menelan 7,35 7,14 7,37

Aktivitas Ruminasi 19,92 12,50 20,54

Mengeluarkan bolus 5,36 2,68 5,58

(2)

yang suka merumput (grazer) dan Banerjee (1982) kerbau kurang memilih dalam mencari makan dan oleh karena itu mengkonsumsi dalam jumlah besar. Aktivitas makan tertinggi pada jantan (85,71 %) sedangkan betina (76,49 %).

Frekuensi ruminasi dilakukan sebanyak 19,92 %, dengan aktivitas tertinggi ialah mengunyah bolus sebanyak 11,33 % dan aktivitas terendah ialah menelan bolus sebanyak 3,23 %. Pada jantan 12,50 % dan betina 20,54 %, kerbau murrah betina dewasa lebih sering melakukan ruminasi dibandingkan kerbau murrah jantan dewasa.

Dalam pengamatan tingkah laku makan kerbau murrah tidak hanya melakukan aktifitas makan dan ruminasi, tetapi terdapat aktifitas lain yang terdiri dari istirahat, minum, menggesekkan badan pada pembatas padang penggembalaan, saling menanduk antar kerbau dan melakukan kegiatan reproduksi. Kerbau murrah betina (1,79%) lebih sering melakukan aktivitas lain dibandingkan kerbau murrah jantan (2,98%).

Frekuensi tingkah laku makan populasi I pada padang penggembalaan III dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Frekuensi tingkah laku makan populasi I pedok III

Tingkah Laku Makan Frekuensi (%)

Populasi Jantan Betina

Aktivitas Makan 77,13 86,61 69,79

Mencium 7,01 8,04 6,47

Menrenggut 42,38 44,64 39,06

Mengunyah 21,98 28,57 19,12

Menelan 5,77 5,36 5,13

Aktivitas Ruminasi 20,05 10,71 19,35

Mengeluarkan bolus 6,32 2,68 5,95

Mengunyah bolus 10,44 6,25 10,04

Menelan bolus 3,30 1,79 3,35

(3)

Pada Tabel 3 tingkah laku makan populasi I pada padang penggembalaan III (1 ha) dengan aktivitas tertinggi terdapat pada aktivitas makan yakni merenggut (42,38 %) dibandingkan dengan aktivitas makan yang lain sedangkan pada aktivitas ruminasi tertinggi yakni aktivitas mengunyah bolus (10,44 %). Aktivitas ruminasi diselingi dengan aktivitas lain yang dilakukan sebanyak 2,82 % . Ibrahim, et., al., (2001) mengatakan waktu yang dihabiskan untuk ruminasi umumnya dibagi menjadi berbagai periode diselingi dengan interval makan, minum dan istirahat.

Populasi II

Populasi ini terdiri dari jantan dan betina dewasa dengan perbandingan 1:4. Populasi II menempati padang penggembalaan I (2 ha) dan III (1 ha). Populasi tidak dapat menempati semua padang penggembalaan (padang penggembalaan II) dikarenakan sesama populasi kerbau murrah dewasa tidak dapat ditempatkan bersebelahan. Apabila diletakkan bersebelahan jantan dewasa akan bertengkar karena ingin melindungi wilayah kekuasaannya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Banerjee (1982) dalam Handirwirawan, E., et. al (2008) yang menyatakan kerbau jantan lebih cenderung untuk menyerang kerbau jantan dibandingkan sapi perah atau sapi potong jantan, sehingga memerlukan perhatian untuk memelihara mereka secara terpisah. Perkelahian antar kerbau jantan sangat berbahaya dan sering berakhir dengan kematian.

(4)

Tabel 4. Frekuensi tingkah laku makan populasi II pedok I

Tingkah Laku Makan Frekuensi (%)

Populasi Jantan Betina

Aktivitas Makan 71,43 70,54 71,65

Mencium 5,18 6,25 4,91

Menrenggut 38,21 31,25 39,96

Mengunyah 23,93 28,57 22,77

Menelan 4,11 4,46 4,02

Aktivitas Ruminasi 26,25 26,79 26,12

Mengeluarkan bolus 8,75 8,93 8,71

Mengunyah bolus 13,04 14,29 12,72

Menelan bolus 4,46 3,57 4,69

Aktivitas Lain 2,32 2,68 2,23

Tabel 3 menunjukkan tingkah laku makan tertinggi pada padang penggembalaan I (2 ha ) terdapat pada aktivitas makan (71,43 %) dengan aktivitas tertinggi pada merenggut (38,21 %). Sedangkan aktivitas ruminasi (26,25 %) tertinggi pada aktivitas mengunyah bolus (13,04 %), diikuti dengan aktivitas mengeluarkan bolus (8,75%) dan menelan bolus (4,46%)

Menurut Wodzicka-Tomaszeweka et, al., (1993), pengunyahan selama makan dan ruminasi dapat mengurangi ukuran partikel dan mengubah bentuk pakan. Tingkat pengurangan ukuran partikel pakan dicerna atau bahan yang diruminasi akan ditentukan oleh waktu yang diperlukan untuk makan, ruminasi dan jumlah kunyahan per satuan waktu dalam setiap kegiatan dan oleh tingkat keefektifan pengunyahan.

(5)

Tabel 5. Frekuensi tingkah laku makan populasi II pedok III

Tingkah Laku Makan Frekuensi (%)

Populasi Jantan Betina

Aktivitas Makan 75,18 75,89 75,00

Mencium 6,43 5,36 6,70

Menrenggut 42,86 41,07 43,30

Mengunyah 18,57 22,32 17,63

Menelan 7,32 7,14 7,37

Aktivitas Ruminasi 23,39 24,11 23,21

Mengeluarkan bolus 6,25 8,04 5,80

Mengunyah bolus 13,39 11,61 13,84

Menelan bolus 3,75 4,46 3,57

Aktivitas Lain 1,43 0,00 1,79

Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa tingkah laku makan tertinggi terdapat pada aktivitas makan (75,18 %) pada pukul 08.00-09.00 pada jantan dan betina setiap padang penggembalaan (Lampiran 9), dimana aktivitas tersebut terus menurun pada waktu berikutnya. Hal ini dikarenakan pada saat di lepas ke padang penggembalaan kerbau murrah langsung melakukan aktivitas makan yakni merenggut sebanyak-banyaknya. Persentase aktivitas tertinggi terjadi pada aktivitas merenggut (42,86 %) dan terendah mencium (6,43%). Hal ini menunjukkan bahwa hasil renngutan dikumpulkan di mulut dalam jumlah banyak, kemudian dilanjutkan dengan aktivitas mengunyah (28,57%) yang tinggi jika dibandingkan aktivitas menelan (7,32 %). Hal ini diduga karena banyaknya kerbau dalam melakukan aktivitas merenngut, sehingga frekuensi pengunyahan lebih banyak.

(6)

aktivitas merenggut yang lebih rendah, tetapi pada aktivitas mengunyah kerbau murrah jantan lebih banyak melakukan pengunyahan dibandingkan kerbau murrah betina. Disimpulkan kerbau murrah betina dewasa lebih aktif melakukan aktivitas makan dibandingkan kerbau murrah jantan dewasa.

Aktivitas ruminasi tertinggi pada pukul 11.00-12.00 pada jantan dan betina (Lampiran 9) yakni pada aktivitas mengunyah bolus. Aktivitas ruminasi relatif terjadi pada siang hari pada saat ternak akan kembali kekandang. Di duga ternak melakukan aktivitas ruminasi untuk mencerna makanan sebelum kembali ke kandang, karena pada saat kembali ke kandang sudah disediakan rumput potong. Aktivitas ruminasi terdiri dari ternak mengelurkan bolus, mengunyah bolus hingga menelannya kembali. Hal ini sesuai dengan pernyataan Prawirokusumo (1994) yang menyatakan ruminansia berasal dari kata lain “ruminate” yang berarti “mengunyah berulang”. Proses ini disebut proses ruminasi yaitu suatu proses pencernaan pakan yang dimulai dari pakan dimasukkan ke dalam rongga mulut dan masuk ke rumen setelah menjadi bolus-bolus dimuntahkan kembali (regurgitasi), dikunyah kembali (remastikasi), lalu penelanan kembali (redeglutasi) dan dilanjutkan proses fermentasi di rumen dan kesaluran berikutnya. Proses ruminasi berjalan kira-kira 15 kali sehari, dimana setiap ruminasi berlangsung 1 menit – 2 jam.

Populasi III

(7)

aktivitas tertinggi terdapat pada aktivitas makan (93,33 %), kemudian diikuti aktivitas ruminasi yang rendah (5,36 %) dan aktivitas lain (1,31 %).

Tabel 6. Frekuensi tingkah laku makan populasi III pedok II

Tingkah Laku Makan Frekuensi (%)

Populasi Jantan Betina

Aktivitas Makan 93,33 92,97 93,75

Pada aktivitas makan tertinggi terdapat pada aktivitas merenggut (57,38%) dan aktivitas terendah yaitu menelan (5,12 %). Jika aktivitas makan telah selesai, maka dilanjutkan dengan aktivitas ruminasi. Aktivitas ruminasi diawali dengan mengeluarkan bolus hasil sementara yang disimpan dalam rumen untuk dilakjutkan ke aktivitas ruminasi. Bolus yang dikeluarkan dari rumen ke mulut untuk dikunyak kembali. Aktivitas ruminasi tertinggi terdapat pad aktivitas mengunyah bolus (3,87 %) dan terendah pada menelan bolus (0,60 %).

Pengamatan tingkah laku makan pada populasi III dilakukan pada pedok terluas yaitu 5 ha. Luasan padang penggembalaan membuat kerbau lebih banyak melakukan aktivitas merenggut pada kerbau betina (60,71%) sedangkan kerbau

jantan (54,46%), yakni merenggut tertinggi pada pukul 08.00-09.00 (Lampiran 10). Tetapi pada aktivitas mengunyah kerbau jantan lebih tinggi di

(8)

energi tertinggi dibandingkan dengan tipe kerbau lainnya (dewasa dan anakan), sehingga kerbau dara memiliki pola tingkah laku makan tertinggi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ibrahim et al., (2001) yang menyatakan kerbau dara memiliki kebutuhan energi 188 (Kcal ME / Wt kg / d) dan tertinggi diantara tipe kerbau lainnya.

Ruminasi tertinggi pada populasi III ialah 5,36 % pada kerbau jantan dan kerbau betina dara pada pukul 11.00-12.00 (Lampiran 10). Pada populasi ini kerbau dara lebih sering melakukan aktivitas makan dibandingkan aktivitas ruminasi. Aktivitas ruminasi terjadi pada pukul 11.00-12.00 dikarenakan pada waktu tersebut kerbau sudah mendekat pada pintu kandang. Kerbau mengetahui waktu kembali ke kandang secara naluriah.

Populasi IV

Populasi IV ialah populasi kerbau murrah anakan, yang terdiri dati 3 jantan dan 5 betina. Selama pengamatan suhu berkisar antara 16 - 25 ◦

Hasil pengamatan populasi IV pada padang penggembalaan I (2 ha) dapat dilihat pada Tabel 7.

(9)

Tabel 7. Frekuensi tingkah laku makan populasi IV pedok I

Tingkah Laku Makan Frekuensi (%)

Populasi Jantan Betina

Aktivitas Makan 83,26 84,82 82,32

Mencium 10,38 10,12 10,54

Menrenggut 41,96 43,15 41,25

Mengunyah 23,21 22,92 23,39

Menelan 7,70 8,63 7,14

Aktivitas Ruminasi 12,50 12,50 12,50

Mengeluarkan bolus 2,68 2,08 3,04

Mengunyah bolus 7,81 8,04 7,68

Menelan bolus 2,01 2,38 1,79

Aktivitas Lain 4,24 2,68 8,35

Tabel 7 menunjukkan bahwa aktivitas mencium sebanyak 10,38 % (10,54 % pada betina dan 10,12 % pada jantan). Rangkaian selanjutnya adalah merenggut (41,96 %), frekuensi renggutan tertinggi pada jantan (43,15 %), sedangkan betina (41,25 % ) dan merupakan aktivitas tertinggi jika dibandingkan dengan aktivitas lainnya.

Menurut banyak dan lebih baik daripada sapi. Karena itu, kerbau mengonsumsi lebih banyak pakan dan gizi per kg berat badan daripada sapi. Kerbau lebih suka merumput dan hanya meramban bila pakan sangat langka.

(10)

Pada jantan 22,92% dan pada betina 23,39 % dan kemudian pakan tersebut ditelan.

Aktivitas makan telah selesai, dilanjutkan dengan aktivitas ruminasi,diawali dengan mengeluarkan bolus, mengunyah dan menelannya. Aktivitas ruminasi lebih tinggi pada jantan dibandingkan betina pada pagi hari, dan sebaliknya saat menjelang siang hari (Lampiran 11) dengan aktivitas tertinggi yakni mengunyah bolus (pada jantan 8,04 % dan pada betina 7,68%).

Menurut Wodzicka-Tomaszewska et, al., (1991) proses pengunyahan pada saat makan dan ruminasi merupakan aktivitas lengkap di dalam pengurangan partikel. Partikel yang lebih kecil mungkin mempunyai waktu retensi yang relatif lebih pendek di dalam rumen, sehingga tingkat kecernaan tidak hanya ditentukan oleh tingkat kecernaan ingesta, tetapi juga oleh waktu tersimpan di dalam rumen.

Frekuensi tingkah laku makan pada padang penggembalaan III dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Frekuensi tingkah laku makan populasi IV pedok III

Tingkah Laku Makan Frekuensi (%)

Populasi Jantan Betina

Aktivitas Makan 83,26 83,63 83,04

Mencium 9,26 9,226 9,29

Menrenggut 46,21 47,32 45,54

Mengunyah 21,09 20,54 21,45

Menelan 1,19 6,55 6,79

Aktivitas Ruminasi 6,79 12,20 13,04

Mengeluarkan bolus 1,55 2,976 2,86

Mengunyah bolus 4,11 7,44 7,86

Menelan bolus 1,13 1,79 2,32

(11)

Pada Tabel 8 aktivitas tertinggi terdapat pada aktivitas makan (83,26%), diikuti aktivitas lain (9,96%) dan aktivitas ruminasi menjadi aktivitas terendah (6,79%). Aktivitas lain pada populasi IV (anak) tertinggi jika dibandingkan dengan populasi lain, itu merupakan persentase yang cukup besar. Hal ini disebabkan selain melakukan aktivitas makan dan ruminasi sebagian anakan masih menyusu kepada induknya, dan anak kerbau belum terbiasa jauh dari induk dan mengikuti kemana induk pergi, selain itu anak kerbau sering terganggu dengan aktivitas kerbau dewasa lain. Contohnya anak kerbau yang merumput dekat dengan kerbau dewasa selain induk nya akan ditanduk agar menjauh dari kerbau dewasa tersebut. Sehingga aktivitas lain di peroleh hasil yang cukup tinggi. Hal ini didukung oleh pernyataan menyatakan anak kerbau mulai belajar menggigit rumput pada umur 3 sampai 4 minggu walaupun mereka belum benar-benar merumput. Setelah anak kerbau berumur dua bulan, pakan hijauan mulai jadi lebih penting daripada sebelumnya dan sebagian besar asupan zat gizi berasal dari pakan hijauan ketimbang susu induknya.

(12)

Rekapitulasi Hasil Penelitian

Parameter Populasi I Populasi II Populasi

III Populasi IV Keterangan Pd : Padang Penggembalaan

Hasil rekapitulasi data diperoleh aktivitas makan tertinggi terdapat pada populasi III padang penggembalaan II (5 ha) yaitu 93,33% dan aktivitas makan terendah terdapat pada populasi II padang penggembalaan I (2 ha). Aktivitas ruminasi tertinggi terdapat pada populasi II padang penggembalaan I (2 ha) yaitu 23,39% dan terendah pada populasi III padang penggembalaan III (5 ha). Hal ini berkaitan dengan kebutuhan energi pada setiap fase pertumbuhan ternak, sama hal nya dengan pernyataan Ibrahim et, al., (2001) kebutuhan energi menurut tipe kerbau tertinggi hingga terendah yakni dara, anak, kerbau masa kering dan kerbau non produksi.

Pada hasil rekapitulasi aktivitas tertinggi pada setiap pedok ialah aktivitas makan, seperti pernyataan Kashiwamura dan Jayasuriya (1977) dalam

(13)

32

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Tingkah laku makan kerbau murrah (Bubalus bubalis) di Balai Pembibitan Ternak Unggul (BPTU) Babi dan Kerbau Siborong borong memiliki aktivitas tertinggi pada aktivitas makan,di ikuti aktivitas ruminasi dan aktivitas lain. Aktivitas makan tertinggi terdapat pada populasi III ( kerbau murrah dara), aktivitas ruminasi tertinggi terdapat pada populasi II (kerbau murrah dewasa 1:4) dan aktivitas lain tertinggi pada populasi IV (anak).

Saran

Gambar

Tabel 2. Frekuensi tingkah laku makan populasi I pedok I
Tabel 3. Frekuensi tingkah laku makan populasi I pedok III
Tabel 4. Frekuensi tingkah laku makan populasi II pedok I
Tabel 5. Frekuensi tingkah laku makan populasi II pedok III
+4

Referensi

Dokumen terkait

Jenis penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan pektin terhadap sifat organoleptik jam buah naga merah yang meliputi warna, rasa, aroma,

Luaran penelitian ini berupa data tingkat preferensi umpan burung hantu celepuk ( Otus sp.) terhadap beberapa umpan yang diberikan dan data efek

Dalam hasil wawancara yang sudah saya uraikan dalam bagian perkawinan adat orang Sasak, disitu kita bisa melihat bahwa ada juga orangtua yang terkejut dan sedih melihat anak

[r]

[r]

Dengan area disktrik yang difungsikan sebagai kawasan hiburan dan perdagangan, adanya pusat perbelanjaan/ Shopping Mal dan restauran, kehadiran Pusat Perfilman di Surabaya ini

Analisis Efisiensi Penghimpunan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Syariah dan Bank Umum Konvensional di Indonesia dengan Metode Data Envelopment Analysis Periode 2010-20146. ISI

Put your floppy disk in the drive (be sure you have completed the previous MKDIR task) 2. Go to the MS-DOS prompt and log on to the A: drive. Use the CHDIR command to enter the