SKRIPSI
PENGARUH BOOK TAX GAP TERHADAP PERSISTENSI LABA PERBANKAN DI INDONESIA DENGAN MODEL FIXED
EFFECT DAN RANDOM EFFECT
OLEH :
DIANTHA RIZKY 080503036
PROGRAM STUDI STRATA I MANAJEMEN DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pengaruh Book Tax Gap terhadap Persistensi Laba Perbankan di Indonesia dengan Model Fixed Effect dan Random Effect
Diantha Rizky
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi Book Tax Gap dan menganalisis pengaruh Book Tax Gap terhadap persistensi laba perbankan di Indonesia dengan model fixed effect dan random effect selama periode 2001-2007. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tax loss utilization dan ukuran perusahaan yang secara signifikan mempengaruhi Book Tax Gap di Indonesia. Hasil
untuk persistensi laba menunjukkan bahwa temporary different dan permanent
different berpengaruh secara signifikan terhadap persistensi laba. Hasil juga menunjukkan faktor-faktor lain yang mempengaruhi persistensi laba seperti operating cash flows and accruals.
Pengaruh Book Tax Gap terhadap Persistensi Laba Perbankan di Indonesia dengan Model Fixed Effect dan Random Effect
Diantha Rizky
Abstract
The aim of this study is to examine the factors affecting book tax gap and analyze theeffects of book tax gap for the persistence of earnings using a panel data set of manufacturing company in Indonesia over the period 2001-2007. The key result suggests that, only tax loss utilization and the firm size significantly affect the book tax gap In Indonesia. The result for the persistence of earnings shows that both temporary and permanent book tax gap significantly affect the persistence of earnings. The result also shows there are other factors that affect the persistence of earnings like operating cash flows and accruals.
.
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam. Karena atas berkah, rahmat, dan izinNya penulis dapat menyelesaikan Skripsi
yang berjudul “Pengaruh Book Tax Gap Terhadap Persistensi Laba Perbankan Di
Indonesia Dengan Model Fixed Effect Dan Random Effect”. Shalawat dan salam tak lupa penulis panjatkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari Program S1 Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak memperoleh dukungan, bimbingan, semangat, nasehat, doa, dan bantuan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta Bapak Teguh Selamet Karyono, SH dan Ibu Astati yang telah memberikan cinta, kasih sayang, dan doa yang tak henti-hentinya selama ini. Penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M. Ec. Ac, Ak, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak selaku Ketua Departemen
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Firman Syarief, MSi, Ak selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan Ibu Drs. Mutia Ismail selaku Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Drs. Sucipto, MM, Ak selaku dosen pembimbing yang telah banyak
5. Bapak Drs. Arifin Hamzah, MM Ak, selaku dosen penguji atas saran dan masukan yang diberikan kepada penulis.
6. Seluruh staf/pegawai Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Sumatera Utara.
7. Adik - adik tersayang Diastin Yutika, SE, MBA dan Danuarta Rizky, SE yang
telah memberikan semangat kepada penulis selama proses penyusunan skripsi ini.
8. Pacar tersayang Fahma Jurah Siregar, S.Sos dan sahabat-sahabat tercinta, yang
telah memberikan masukan dan semangat dalam penyusunan skripsi, Rahmat Hidayatullah SE , Lani Novita Sari, SE , M. Guntur Adiputra, SE , Ivan Saputra, SE , Faisal Fadli, ST , Prima Yudha Aditya, SE , Gufran Yusren, SE , Dr. Isyraqi OF, Krisna Savindo, SE , dan Melisa Zuriani Hasibuan, SE.
9. Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Fakultas Ekonomi USU,
serta pihak-pihak lain yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan pengetahuan dan pengulasan skripsi. Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Medan, Juni 2015 Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ... i
DAFTAR TABEL ... v
DAFTAR GAMBAR ... vi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 5
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.4 Manfaat Penelitian ... 6
1.5 Penelitian Terdahulu... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10
2.1 Uraian Teoritis ... 10
2.1.1 Perbedaan Laporan Keuangan Akuntansi (komersial) Dengan Laporan Keuangan Fiskal ... 10
2.1.2 Perbedaan Laba Akuntansi dengan Laba Fiskal ... 13
2.1.3 Perbedaan Permanen dan Temporer ... 15
2.1.4 Perubahan Pendapatan ... 18
2.1.5 Ukuran Perusahaan ... 18
2.1.6 Nilai Aktiva Tetap ... 19
2.1.7 Persistensi Laba ... 19
2.1.8 Large Positive Book Tax Gap ... 21
2.1.9 Large Negative Book Tax Gap ... 22
2.1.10 Small Book Tax Gap ... 24
2.1.11.1 Model Pendekatan Fixed Effect ... 25
2.1.11.2 Model Pendekatan Random Effect ... 25
2.2 Kerangka Konseptual ... 26
2.3 Hipotesis ... 29
BAB III METODE PENELITIAN ... 31
3.1 Jenis Penelitian ... 31
3.2 Defenisi dan Pengukurannya ... 31
3.3 Populasi dan Sampel ... 31
3.3.1 Populasi ... 31
3.3.1 Sampel ... 32
3.4 Jenis dan Sumber Data ... 33
3.5 Metode Pengumpulan Data ... 33
3.6 Metode analisis Data ... 34
3.6.1 Uji Validitas ... 34
3.6.2 Uji Reabilitas ... 34
3.6.3 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas ... 35
3.7 Teknik Analisis Data ... 35
3.7.1 Analisis Deskriptif ... 35
3.8 Uji Asumsi Klasik ... 35
3.8.1 Uji Normalitas ... 35
3.8.2 Uji Multikolinieritas ... 36
3.8.3 Uji Heterokedasitas ... 37
3.8.4 Metode Regresi Linier Berganda ... 38
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 39
4.1 Gambaran Umum Perbankan di Indonesia ... 39
4.1.2 Sejarah Perbankan di Indonesia ... 39
4.1.3 Sejarah Bank Pemerintahan ... 41
4.1.4 Perkembangan Perbankan di Indonesia ... 43
4.1.4.1 Periode 1988-1996 ... 43
4.1.4.2 Periode 1997-1998 ... 44
4.1.4.3 Periode 1999-2002 ... 45
4.1.4.4 Periode 2002-sekarang ... 45
4.2 Hasil Penelitian ... 46
4.2.1 Analisis Deskriptif ... 46
4.2.1.1 Persistensi Laba ... 48
4.2.1.2 Book Tax Gap ... 52
4.2.2 Statistik Deskriptif ... 58
4.2.3 Analisis Model Regresi Data Panel ... 58
4.2.3.1 Model Pembentukan Book Tax Gap ... 59
4.2.3.1.1 Uji Chow ... 59
4.2.3.1.2 Uji Hausman ... 59
4.2.3.2 Model Hubungan Book Tax Gap dengan Persistensi Laba ... 60
4.2.3.2.1 Uji Chow ... 60
4.2.3.2.1 Uji Hausman ... 60
4.2.4 Model Regresi Data Panel ... 61
4.2.4.1 Model Pembentuk Book Tax Gap ... 61
4.2.4.2 Model Hubungan Book Tax Gap dan Persistensi Laba ... 62
4.2.5 Uji Asumsi Klasik ... 64
4.2.5.1 Uji Normalitas ... 64
4.2.6 Uji Heterokedasitas ... 67
4.2.8 Analisis Reresi Linier Berganda ... 71
4.2.9 Uji Hipotesis ... 73
4.2.9.1 Uji Signifikan Simultan ... 73
4.2.9.2 Pengujian Koefisien Determinasi ... 75
4.2.9.3 Uji Signifikan Parsial ... 76
4.3 Pembahasan ... 80
4.3.1 Pengaruh Perubahan Pendapatan Terhadap persistensi Laba ... 80
4.3.2 Pengaruh Nilai Aktiva Tetap Terhadap Persistensi Laba ... 81
4.3.3 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Persistensi Laba ... 82
4.3.4 Pengaruh Large Positive Book Tax Gap Terhadap Persistensi Laba... 83
4.3.5 Pengaruh Large Negative Book Tax Gap Terhadap Persistensi Laba... 84
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 85
5.1 Kesimpulan ... 85
5.2 Saran ... 86
DAFTAR PUSTAKA ... 91
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
1.1 Tabel Penelitian Terdahulu ... 7
2.1 Perbedaan Laporan Keuangan Komersial dan Laporan Keuangan Fiskal ... 11
4.1 Daftar Sampel Perbankan di Indonesia yang Terdaftar dalam SID (2013-2014) ... 46
4.2 Data Laba Akuntansi Sebelum Pajak per Total Aset Rata-Rata 49 4.3 Data Beban (Manfaat) Pajak Tangguhan per Total Aset Rata- Rata ... 52
4.4 Data Large Positive dan Large Negative Book Tax Gap ... 55
4.5 Deskriptif Statisktik ... 58
4.6 Uji Chow Model Pembentukkan Book Tax Gap ... 59
4.7 Uji Hausman Model Pembentukkan Book Tax gap ... 59
4.8 Uji Chow Model Hubungan book tax gap dan Persistensi Laba 60 4.9 Uji Hausman Model II ... 60
4.10 Hasil Estimasi Regresi Panel Model Pembentuk Book Tax Gap PBTI t+1 = γ0 + γ1 PTBI t + U t+1 ... 61
4.11 Hasil Estimasi Regresi Panel Model Book Tax Gap dan Persistensi Laba ... 62
4.12 Hasil Uji Normalitas ... 67
4.13 Uji Glejser... 69
4.14 Uji Multikolinearitas... 70
4.15 Analisis Regresi Linear Berganda ... 71
4.16 Hasil Uji Signifikan Simultan (Uji-F) ... 74
4.17 Hasil Uji Koefesien Determinasi (R2) ... 75
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
2.1 Hubungan antara Penghasilan Sebelum Pajak menurut Pembukuan (Pretax Income) dengan penghasilan kena
pajak (taxable income) ... 16
2.2 Kerangka Konseptual ... 26
4.1 Histogram Uji Normalitas ... 65
4.2 Graffik Uji Normalitas ... 66
Pengaruh Book Tax Gap terhadap Persistensi Laba Perbankan di Indonesia dengan Model Fixed Effect dan Random Effect
Diantha Rizky
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi Book Tax Gap dan menganalisis pengaruh Book Tax Gap terhadap persistensi laba perbankan di Indonesia dengan model fixed effect dan random effect selama periode 2001-2007. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tax loss utilization dan ukuran perusahaan yang secara signifikan mempengaruhi Book Tax Gap di Indonesia. Hasil
untuk persistensi laba menunjukkan bahwa temporary different dan permanent
different berpengaruh secara signifikan terhadap persistensi laba. Hasil juga menunjukkan faktor-faktor lain yang mempengaruhi persistensi laba seperti operating cash flows and accruals.
Pengaruh Book Tax Gap terhadap Persistensi Laba Perbankan di Indonesia dengan Model Fixed Effect dan Random Effect
Diantha Rizky
Abstract
The aim of this study is to examine the factors affecting book tax gap and analyze theeffects of book tax gap for the persistence of earnings using a panel data set of manufacturing company in Indonesia over the period 2001-2007. The key result suggests that, only tax loss utilization and the firm size significantly affect the book tax gap In Indonesia. The result for the persistence of earnings shows that both temporary and permanent book tax gap significantly affect the persistence of earnings. The result also shows there are other factors that affect the persistence of earnings like operating cash flows and accruals.
.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu isu yang menarik saat ini di Indonesia adalah book tax gap yaitu
perbedaan antara pendapatan kena pajak menurut peraturan perpajakan dan
pendapatan sebelum kena pajak menurut standar akuntansi keuangan. Menurut
Martani dan Persada (2001 : 1) peraturan perpajakan dan akuntansi mempunyai
tujuan dan dasar penyusunan yang berbeda, sehingga muncul hampir disemua negara
mengalami perbedaan tersebut. Terjadinya fenomena book tax gap ini menimbulkan
peluang terjadinya manajemen laba dan kualitas laba. Menurut Tang (2006 : 115)
perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal (book tax gap) dapat memberikan
informasi mengenai kualitas laba.
Pendapatan komersial dan fiskal merupakan semua pemasukan adalah
pendapatan yang akan menambah laba kena pajak , dan semua pengeluaran adalah
beban yang akan mengurangi laba kena pajak. Bagi Ditjend Pajak: tidak semua
pemasukan adalah faktor penambah laba kena pajak, ada beberapa jenis pendapatan
yang bukan merupakan faktor penambah laba kena pajak karena pendapatan tersebut
sudah dikenakan pajak bersifat final, dan tidak semua pengeluaran adalah faktor
pengurang laba kena pajak karena ada beberapa jenis pengeluaran yang
sesungguhnya bukan merupakan bagian dari kegiatan perusahaan. Di dalam
Perbedaan lainnya adalah perbedaan yang diakibatkan karena bedanya saat
pengakuan (waktu pengakuan) baik itu terhadap pendapatan maupun beban
(pendapatan/beban tangguhan), juga akibat perbedaan beban penyusutan dimana
pihak Ditjend Pajak menggunakan metode penyusutan garis lurus (Straight Line
Method) sementara perusahaan mungkin menggunakan metode penyusutan yang
lain, yang oleh karenanya mengakibatkan adanya perbedaan alokasi beban
penyusutan. Prakiraan Umur ekonomis atas aktiva tetap juga turut memberi
kontribusi atas perbedaan tersebut. Dalam Akuntansi Perpajakan ini disebut dengan
beda waktu.
Menurut Jonas dan Blanchet (2000 : 353) persistensi laba sering digunakan
sebagai pertimbangan kualitas laba karena persistensi laba merupakan komponen
dari karakteristik kualitatif relevansi yaitu predictive value. Penman (2001 : 32)
menyatakan bahwa persistensi laba adalah laba akuntansi yang diharpakan di masa
mendatang (expected future earning) yang terceemin pada laba tahun berjalan
(current eranings). Informasi yang terkandung dalam book tax gap dapat
mempengaruhi laba perusahaan di masa mendatang, sehingga dapat mempengaruhi
persistensi laba serta dapat membantu investor dalam menentukan kualitas laba dan
nilai perbankan di Indonesia.
Perbankan di Indonesia sampai saat ini sampai tahun 2014 masih
menyelenggarakan pembukuan atau menyusun laporan keuangan komersial
berdasarkan standar yang berlaku di Indonesia yaitu standar akuntansi keuangan, dan
perpajakan yang berlaku di Indonesia. Berasal dari hal tersebut kemudian muncul
istilah laporan keuangan komersial (akuntansi) dan laporan keuangan fiskal. Menurut
Siti Resmi (2010 : 327) mengenai tujuan Laporan keuangan yaitu
Laporan keuangan komersial bertujuan untuk menyajikan informasi yang terjadi selama periode tertentu, menilai kinerja ekonomi dan keadaan keuangan. Berbeda dengan laporan keuangan fiskal yang lebih bertujuan untuk menghitung jumlah pajak terutang, sehingga perbedaan dasar penyusunan dan tujuan kedua laporan keuangan tersebut mengakibatkan perbedaan hitungan laba (rugi) terhadap suatu entitas.
Perusahaan perbankan di Indonesia tidak perlu melakukan pembukuan ganda
untuk memenuhi tujuan laporan keuangan akuntansi, dan laporan keuangan fiskal.
Namun ketika perusahaan akan menyusun laporan keuangan fiskal terlebuh dahulu
melakukan rekonsialisasi terhadap laporan keuangan komersial tersbut.
Menurut Martani dan Persada (2010 : 03) mengenai perbedaan temporer dan
perbedaan permanen pada book tax gap adalah
Book tax gap terbentuk karena disebabkan oleh perbedaan temporer dan perbedaan permanen. Perbedaan temporer terjadi karena terdapatnya perbedaan waktu pengakuan penghasilan dan beban antara laporan keuangan fiskal dengan laporan keuangan komersial, dan perbedaan permanen yang terjadi karena terdapatnya pengaturan yang berbeda antara standar akuntansi keuangan dengan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Menurut Martani dan Persada (2010 : 06 ) “persistensi laba adalah laba
akuntansi yang diharapkan di masa mendatang (expected future earnings), yang
tercermin pada laba tahun berjalan (current earnings)”. Menurut Siti Resmi (2006 :
34) “informasi yang terdapat pada book tax gap dapat mempengaruhi laba
perusahaan di masa mendatang, dan dapat menimbulkan praktik manajemen laba
kurang persisten”. Sedangkan menurut Penman (2001 : 65) “laba dikatakan persisten
ketika perusahaan dapat mempertahankan jumlah laba yang diperoleh saat ini sampai
masa yang akan datang dan ketika aliran kas maupun laba akrual berpengaruh
terhadap laba tahun depan yang diperoleh perusahaan”. Oleh karena itu, persistensi
laba sering digunakan sebagai pertimbangan kualitas laba karena persistensi laba
merupakan komponen dari karakteristik kualitatif relevansi yaitu prediktive value
(Jonas dan Blanchet, 2000, hal 65). Menurut Sloan (1996 : 12) “nilai prediksi laba
tersebut ditentukan oleh komponen akrual dan aliran kas dari laba sekarang yang
mewakili sifat sementara dan permanen”.
Beberapa literatur analisis keuangan menegaskan peran book tax gaps untuk
menilai kualitas laba yang dilaporkan oleh manajemen. Phillips et al. (2003 : 23)
membuktikan adanya praktik manajemen laba dengan menggunakan biaya dan
manfaat pajak tangguhan. Biaya dan manfaat pajak tangguhan tersebut sebagai
proksi discretionary accrualuntuk menilai book tax gap. Contohnya, semakin besar
perbedaan antara laba akuntansi dengan laba fiskal (book tax gap) akan menunjukan
tanda indikasi terjadinya kecurangan (red flags) bagi pengguna laporan keuangan,
dan book tax gap dapat memberikan informasi mengenai kualitas laba.
Berdasarkan pentingnya kenyataan tersebut, maka peneliti akan menganalisis
faktor-faktor yang berhubungan terhadap book tax gap. Nilai Book tax gap tersebut
diwakili oleh perbedaan temporer pada akun pajak tangguhan. kemudian menguji
book tax gap mengakibatkan persistensi laba semakin rendah. Penelitian ini juga
menggunakan komponen akrual yang diduga akan menurunkan persistensi laba.
Berdasarkan uraian diatas saya tertarik untuk meneliti dengan judul “Pengaruh
Book Tax Gap terhadap Persistensi Laba Perbankan di Indonesia dengan Model
Fixed Effect dan Random Effect”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya maka peneliti
merumuskan masalah yang diteliti adalah “apakah book tax gap berpengaruh
terhadap Persistensi Laba pada Perbankan di Indonesia dengan model fixed effecti dan random effect ?”.
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk menganilisa pengaruh antara book tax gap terhadap persistensi laba
dengan metode fixed effect dan random effect.
2. Untuk menguji dan membuktikan empiris mengenai faktor-faktor yang
membentuk book tax gap di Perbankan Indonesia.
3. Untuk menguji dan mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh book tax gap
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
1. Penelitian ini merupakan suatu kesempatan untuk menerapkan teori-teori dan
literatur yang penulis peroleh di bangku perkuliahan, dan mencoba
membandingkan dengan yang ada di lapangan.
2. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan acuan dalam masalah penelitian
yang sama tetapi dari dimensi yang berbeda.
3. Penelitian ini diharapakan sebagai suatu brenchmark atas perbedaan antara
pendapatan sebelum pajak dalam laporan keuangan akuntansi dan penghasilan
kena pajak dalam laporan keuangan fiskal pada suatu perusahaan yang
tergambar dalam book tax gap.
4. Untuk bidang keuangan di Perbankan Indonesia, penelitian ini diharapkan dapat
menggambarkan book tax gap untuk manajemen laba oleh pihak Perbankan di
Indonesia.
5. Bagi fiskus, penelitian ini dapat memberikan pedoman dalam melakukan
pemeriksaan pajak. Dimana dapat membantu fiskus mengawasi sector-sektor
1.5 Penelitian Terdahulu
Tabel 1.1. Tabel Penelitian Terdahulu
N o
Peneliti Judul Variabel Penelitian
Kesimpulan Peneliti
1 Fakthur
Haris Irfan (2013) Pengaruh Perbedaan Laba Akuntansi dan Laba Fiskal terhadap Persistensi Laba dengan Komponen Akrual dan Aliran Kas sebagai Variabel Moderasi (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2008-2011) Perubahan pendapatan, Nilai aktiva tetap kotor, Ukuran perusahaan, Book tax difference, Large positive book tax difference, Large negative book tax difference, Aliran kas operasi, Komponen laba akrual, Persistensi laba.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor – faktor yang menyebabkan terjadinya perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal, kemudian
menganalisis pengaruh perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal terhadap persistensi laba, dan menganalisis
kemampuan komponen akrual dalam mempengaruhi persistensi laba pada perusahaan
laba akuntansi dan laba fiskal yang bernilai positif dan negatif. perubahan pendapatan, nilai aktiva tetap kotor, dan ukuran perusahaan. Variabel moderasi penelitian ini terdiri dari
komponen akrual dan aliran kas. Metode analisis statistik dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda dengan menggunakan program Eviews 6.0. Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa perubahan pendapatan, dan nilai aktiva tetap kotor berpengaruh positif terhadap perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal. Perbedaan besar laba akuntansi dan laba fiskal yang bernilai positif dan moderasi komponen akrual dengan perbedaan besar laba akuntansi dan laba fiskal yang bernilai negatif
mengakibatkan persistensi laba tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk bahan pembelajaran yang terkait dengan pebedaan laba akuntansi dan laba fiskal, dan persistensi laba
Pada penelitian pertama adapun kelebihan yang terdapat pada penelitian
pertama yaitu variabel independen penelitian ini terdiri dari perbedaan besar laba
akuntansi dan laba fiskal yang bernilai positif dan negatif. perubahan pendapatan,
nilai aktiva tetap kotor, dan ukuran perusahaan.
Variabel moderasi penelitian ini terdiri dari komponen akrual dan aliran kas.
Metode analisis statistik dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda dengan
menggunakan program Eviews 6.0. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
perubahan pendapatan, dan nilai aktiva tetap kotor berpengaruh positif terhadap
perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal.
Perbedaan besar laba akuntansi dan laba fiskal yang bernilai positif dan
moderasi komponen akrual dengan perbedaan besar laba akuntansi dan laba fiskal
yang bernilai negatif mengakibatkan persistensi laba rendah, dan moderasi
komponen akrual dengan perbedaaan besar laba akuntansi dan laba fiskal yang
bernilai positif mengakibatkan persistensi laba tinggi.
Kekurangan pada penelitian yaitu penelitian ini hanya untuk bahan
persistensi laba. Yang membedakan anatara peneliti pertama dan judul penelitian
yang dibuat penulis yaitu hanya pengaruh pada perubahan pendapatan yang sangat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Teoritis
2.1.1 Perbedaan Laporan Keuangan Akuntansi (Komersial) dengan Laporan Keuangan Fiskal
Membicarakan masalah perbedaaan laporan keuangan komersial dengan
laporan keuangan fiskal, sama halnya dengan membicarakan masalah akuntansi
pajak. Sedangkan akuntansi pajak pada umumnya menyangkut masalah kapan suatu
penghasilan diakui sebagai penghasilan dan kapan suatu biaya diakui sebagai
pengurang dari penghasilan tersebut. Masalah ini sesungguhnya tergantung kepada
tahun pajak atau buku wajib pajak, metode akuntansi yang digunakan, serta doktrin
dan konsep yang menjadi acuannya.
Menurut Siti Resmi (2009 : 87) perbedaan laporan keuangan akuntansi
(komersial) dengan laporan keuangan fiskal adalah laporan keuangan komersial
ditunjukkan untuk menilai kinerja ekonomi dan keadaan finansial dari sektor bisnis,
sedangkan laporan keuangan fiskal lebih ditunjukkan untuk menghitung pajak.
Perbedaan yang lainnya menurut Martani dan Persada (2009 : 10) adalah “laporan
keuangan komersial disusun berdasarkan prinsip yang berlaku umum, yaitu Standar
Akuntansi Keuangan (SAK). Sedangkan laporan keuangan fiskal disusun
PSAK mengatur secara umum definisi, pengakuan, penyajian, dan
pengungkapan item dalam laporan keuangan termasuk didalamnya pendapatan dan
beban. Undang-undang No. 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan mendefinisikan
penghasilan dan pengurangan penghasilan secara spesifik dalam rangka menghitung
pajak penghasilan kena pajak.
Perbedaan utama antara laporan keuangan komersial dengan laporan keuangan
fiskal menurut Martini dan Persada, (2009 : 20)
Disebabkan karena perbedaan tujuan. Tujuan utama akuntansi keuangan adalah pemberian informasi penting kepada manager, pemegang saham, pemberi kredit, dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya, dan merupakan tanggung jawab para akuntan untuk melindungi pihak-pihak tersebut dari informasi yang menyesatkan. Sebaliknya tujuan utama system perpajakan (termasuk akuntansi pajak) adalah pemugutan pajak yang adil, dan merupakan tanggung jawab Direktoral Jendral Pajak untuk melindungi para pembayar pajak dari tindakan yang semena-mena.
Perbedaan lainnya menurut Zain (2008 : 118)
Perbedaan utama antara laporan keuangan komersial dengan laporan keuangan fiskal disebabkan oleh perbedaan tujuan serta dasar hukumnya, tahun pajak, atau tahun buku, metode akuntansi yang digunakan dan konsep yang menjadi acuannya, walaupun dalam beberapa hal terdapat kesamaan antara akuntansi pajak yang mengacu pada ketentuang peraturan perundangan-undangan perpajakan dan akuntansi keuangan yang mengacu kepada standar akuntansi keuangan. Perbedaan kedua dasar penyusunan laporan keuangan tersebut mengakibatkan perbedaan perhitungan laba (rugi) suatu entitas yang pada akhirnya akan menimbulkan jumlah laba yang berbeda antara laba akuntansi dengan laba fiskal atau yang dikenal dengan istilah book tax gap.
Menurut Siti Resmi (2009 : 8) perbedaan penyusunan laporan keuangan
komersial dengan laporan keuangan fiskal adalah
hanya menyelenggarakan pembukuan menurut akuntansi komersial, tetapi apabila akan menyususn laporan keuangan fiskal, perusahaan terlebih dahulu melakukan rekonsialisasi fiskal terhadap laporan keuangan komersial tersebut. Rekonsialisasi fiskal dilakukan perusahaan karena terdapat perbedaan perhitungan laba menurut akuntansi (komersil) dengan laba menurut perpajakan (fiskal).
Menurut Poernomo (2008 : 7) “terdapat hal-hal yang membedakan antara
laporan keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal”. Perbedaan tersebut dapat
dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1.
Perbedaan Laporan Keuangan Komersial dan Laporan Keuangan Fiskal
Komersial Fiskal
Berdasar pada Standar Akuntansi Keuangan yang dirumuskan IAI
Berdasar pada perarutan perpajakan yang ditetapkan oleh badan legislative dan eksekutif.
Tujuan utama akuntansi komersial adalah untuk menyediakan informasi yang berguna bagi para pemakai dalam pengambilan keputusan
Tujuan pembukuan adalah agaw wajib pajak dapat menghitung besarnya pajak yang terutang.
Laporan laba rugi komersial merupakan penandingan pendapatan dengan biaya
Laporan laba rugi merupakan penandingan objek pajak dengan pengurangan penghasilan bruto. Menganut prinsip konsistensi. Apabila
terjadi perubahan harus melaporkan akibat perubahan dalam laporan keuangan.
Menganut prinsip taat asas (konsisten). Apabila terjadi perubahan harus
mendapatkan persetujuan Direktorat Jenderal Pajak dan melaporkan akibat perubahan tersebut.
stelsesl kas dengan memperhatikan ketentuan pasal 28 UU KUP Mengantu prinsip konservatif dalam
bentuk cadangan (penyisihan) misal, penyisiah pituang tidak tertagih, penyisihan utang garansi, penyisihan harga pasar, dan lain-lain.
Tidak menganut prinsip konservatif, kecuali dalam penyisihan cadangan piutang tidak tertagih pada usaha bank dan sewa guna usaha, hak opsi,
cadangan untuk usaha asuransi, cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan (pasal 9 ayat (1) huruf c UU No. 36 tahun 2008).
Menganut biaya historis Menganut biaya historis dengan
memperhatikan harga pertukaran yang objektif.
Subtansi mengalahkan bentuk formal Substansi mengalahkan bentuk formal,
tetapi dalam beberapa kasus, bentuk formal mengalahkan subtansi. Jika terdapat pelanggaran tidak ada
sanksi tetapi mempengaruhi opini akuntan publik.
Jika terdapat pelanggaran dapat dikenakan sanksi berupa sanksi administrasi maupun sanksi pidana. Sumber : Poernomo, 2008 : 7
Sejalan dengan tujuan dan tanggung jawab tersebut diatas, prinsip yang dianut
oleh akuntansi keuangan salah satunya adalah prinsip konservatif, sehingga
kemungkinan perbedaan tejadi karena understatement pelaporan penghasilan atas
asetnya dibandingkan dengan pelaporan overstatement. Dari sudut pandang
perpajakan, laporan keuangan yang understatement tersebut tidak dapat dipakai
2.1.2 Perbedaan Laba Akuntansi dengan Laba fiskal (Book Tax Gap)
Laba akuntansi merupakan terminologi yang digunakan riset perpajakan
untuk mendefinisikan laba yang diperoleh berdasarkan standar akuntansi keuangan.
Laba akuntansi dalam laporan keuangan dicerminkan dengan laba sebelum pajak,
yaitu pendapatan dikurangi dengan beban perusahaan (kecuali beban pajak
penghasilan). Penghasilan kena pajak atau laba fiskal merupakan terminologi pada
perpajakan yaitu laba atau rugi selama satu periode yang dihitung berdasarkan
peraturan perpajakan dan menjadi dasar perhitungan pajak penghasilan. Dalam
laporan perpajakan (Surat Pemberitahuan Pajak Tahunan/SPT) diistilahkan sebagai
penghasilan kena pajak, yaitu penghasilan yang dikenakan pajak dikurangi beban
yang boleh dikurangi.
Pada tingkat perbankan di Indonesia, manajemen perhitungan laba
perusahaan perbankan untuk dua tujuan setiap tahunnya, yaitu tujuan untuk
pelaopran keuangan berdasarkan prinsip standar akuntansi keuangan (PSAK) dan
pelaporan pajak berdasarkan peraturan pajak untuk menentukan besarnya
penghasilan kena pajak (taxable income) atau laba fiskal. Peraturan pajak di
Indonesia mengharuskan laba fiskal dihitung berdasarkan metode akuntansi yang
menjadi dasar perhitungan laba akuntansi, yaitu metode akrual, sehingga perusahaan
tidak perlu melakukan pembukuan ganda untuk dua tujuan pelaporan laba tersebut,
untuk menentukan besarnya laba fiskal dengan cara melakukan penyesuaian terhadap
laba akuntansi berdasarkan peraturan pajak.
Menurut Zain (2008, 221) rekonsialisasi fiskal merupakan
Penyesuaian-penyesuaian terhadap laporan keuangan komersial berdasarkan ketentuan peraturan perpajakan di Indonesia. Rekonsialisasi fiskal tersebut dilakukan pada akhir periode pembukuan yang menyebabkan terjadinya perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal. Perbedaan tersebut disebabakan oleh ketentuan pengakuan dan pengkuran yang berbeda antara standar akuntansi keuangan dan peraturan perpajakan. Perbedaan tersebut secara umum dikelompokkan kedalam permanen dan perbedaan temporer atau waktu.
Penyesuaian dilakukan terhadap penghasilan atau biaya yang termasuk
koreksi fiskal positif adalah penghasilan menurut fiskal akan bertambah dan atau
biaya yang berkurang menurut fiskal atau dengan kata lain koreksi fiskal positif
adalah korelasi yang akan menyebabkan laba fiskal bertambah. Disisi lain,
penyesuaian yang dilakukan terhadap penghasilan atau biaya yang termasuk koreksi
fiskal negatif adalah penghasilan yang menurut fiskal akan berkurang dan atau biaya
yang bertambah menurut fiskal atau dengan kata lain koreksi fiskal negatif adalah
koreksi yang menyebabkan laba fiskal berkurang.
Perbedaan permanen timbul karena adanya pengaturan yang berbeda terkait
dengan pengakuan penghasilan dan biaya antara Standar Akuntansi Keuangan
dengan Ketentuan Peraturan Perundang-Undangan Perpajakan, sedangkan perbedaan
temporer timbul akibat adanya perbedaan waktu pengakuan dan penghasilan dan
biaya antara Standar Akuntansi Keuangan dengan ketentuan peraturan
merupak pembentuk book tax gap. Hal itu dikarenakan kedua komponen tersebut
merupakan penyebab timbulnya perbedaan laba akuntansi atau penghasilan sebelum
pajak dengan laba fiskal atau penghasilan kena pajak yang menjadi dasar pengenaan
pajak.
2.1.3 Perbedaan Permanen dan Perbedaan Temporer
Rekonsialisasi fiskal di akhir periode pembukuan menyebabkan terjadinya
perbedaan antara jumlah laba bersih sebelum pajak dengan penghasilan kena pajak
yang merupakan dasar pengenaan pajak. Hubungan antara penghasilan sebelum
pajak menurut pembukuan (pretax income) dengan penghasilan kena pajak (taxable
Sumber : Zain, 2008 : 233
Gambar 2.1.
Hubungan antara Penghasilan Sebelum Pajak menurut Pembukuan (Pretax Income) dengan penghasilan kena pajak (taxable income)
Menurut Mills dan Newberry, (2001 : 75) manajer dapat menggunakan
kebijakannya ketika memilih salah satu diantara beberapa metode-metode akuntansi
Misalnya ketika menentukan metoda depresiasi, pengestimasian perioda depresiasi dan amortisasi, serta manajer bebas menggunakan pertimbangannya untuk menentukan besarnya cadangan dana yang dapat mengurangi laba, misalnya penentuan cadangan piutang tidak tertagih, cadangan kompensasi, cadangan garansi, dan lain-lain.
Menurut Wijayanti (2006 : 7) tujuan pajak perusahaan
Hanya untuk mengakui pendapatan yang diterima dan biaya yang dikeluarkan pada perioda yang bersangkutan. Dengan kata lain, pendapatan dicatat ketika
kas diterima, penangguhan pendapatan (unearned) tidak dimasukkan dalam
laba fiskal, dan biaya diakui pada saat kas dikeluarkan, atau cash basic.
Lagi pula, peraturan pajak tidak memberikan banyak kebebasan bagi
manajemen untuk memilih prosedur akuntansi dalam pelaporan pajaknya. Peraturan
pajak tidak memperkenankan adanya pengestimasian dan pencadangan biaya yang
dapat mengurangi penghasilan kena pajak.
Penelitian ini tidak menggunakan perbedaan permanen dalam analisis utama,
karena perbedaan permanen hanya mempengaruhi perioda terjadinya saja dan tidak
mengindikasikan kualitas laba yang dihubungkan dengan proses akrual, selain itu
perbedaan permanen tidak menimbulkan konsekuensi adanya penambahan atau
pengurangan jumlah pajak masa depan. Sebaliknya, perbedaan temporer dapat
menimbulkan jumlah pajak yang dapat ditambahkan atau dikurangkan dimasa depan
(future taxable and future deductible amounts), yang berhubungan dengan proses
akrual, sehingga dapat digunakan untuk penilaian kualitas laba masa depan.
Pengakuan pajak penghasilan dalam PSAK No. 46, telah menerapkan metoda
akuntansi pajak penghasilan secara komprehensif dengan pendekatan
akuntansi pajak penghasilan berorientasi pada neraca mengakui kewajiban dan aktiva
pajak tangguhan terhadap konsekuensi fiskal masa depan yang disebabkan oleh
adanya perbedaan temporer dan sisa kerugian yang belum dikompensasikan”.
Perbedaan temporer yang dapat menambah jumlah pajak di masa depan akan
diakui sebagai utang pajak tangguhan dan perusahaan harus mengakui adanya biaya
pajak tangguhan (deferred tax expense), sehingga kenaikan utang pajak tangguhan
konsisten dengan perusahaan yang mengakui pendapatan lebih awal atau menunda
biaya untuk pelaporan keuangan dibanding pelaporan pajak. Sebaliknya, perbedaan
temporer yang dapat mengurangi jumlah pajak dimasa depan akan diakui sebagai
aktiva pajak tangguhan dan perusahaan harus mengakui adanya keuntungan atau
manfaat pajak tangguhan (deferred tax benefit), yang berarti bahwa kenaikan aktiva
pajak tangguhan konsisten dengan perusahaan yang mengakui biaya lebih awal atau
menangguhkan pendapatannya untuk tujuan pelaporan keuangan dibanding
pelaporan pajak (Phillips et al., 2003 dalam Wijayanti, 2006 : 8).
2.1.4 Perubahan Pendapatan
Perubahan pendapatan merupakan proksi atas pertumbuhan ekonomi.
Perubahan pendapatan ΔREV dihitung dari selisih antara pejualan bersih saat ini dan
penjualan bersih tahun sebelumnya kemudian dibagi total aset. (Tang, 2006, Manzon
dan Plesko,2002).
Manzon dan Plesko (2002) menyatakan ukuran perusahaan dapat
memberikan efek noise dimana perusahaan yang memiliki ukuran besar dapat
melakukan tax planning lebih baik efek dari book tax gaps menjadi bias. Perusahaan
dengan ukuran yang besar akan lebih efektif dalam berinvestasi pada aktiva yang
memberikan manfaat pajak, sehingga ukuran perusahaan akan memberikan efek pada
persistensi laba (Scholes et al., 2001). Ukuran perusahaan (SIZE) diperoleh dari
logaritma natural atas total aktiva/aset perusahaan.
2.1.6 Nilai Aktiva Tetap
Nilai Aktiva tetap kotor (PPE) merupakan bagian dari total akrual yang
berhubungan dengan biaya depresiasi yang nonkelolaan (mengestimasi tingkat akrual
yang diharapkan). Nilai Aktiva/aset tetap kotor diperoleh dari aktiva/aset tetap yang
dikurangi akumulasi penyusutan dibagi dengan total aset (Tang, 2006).
2.1.7 Persistensi Laba
Persistensi laba merupakan salah satu komponen nilai peridiktif laba dan
unsur relevansi. Laba dikatakan persisten ketika aliran kas dan laba akrual
berpengaruh terhadap laba tahun depan dan perusahaan dapat mempertahankan
jumlah laba yang diperoleh saat ini sampai masa yang akan datang.Menurut Barth
dan Hutton (2004 : 7) “informasi yang berkaitan dengan persistensi laba dapat
Menurut Wijayanti (2006 : 11) Tujuan laporan keuangan adalah
Untuk menyediakan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan. Sehinnga dalam memfasilitasi tujuan tersebut, Standar Akuntansi Keuangan (SAK) menetapkan suatu kriteria yang harus dimiliki informasi akuntansi agar dapat digunakan dalam pengambilan keputusan. Kriteria utama dalam laporan keuangan adalah relevan dan reliabel. Informasi akuntansi dikatakan relevan apabila dapat mempengaruhi keputusan dengan menguatkan atau mengubah pengharapan para pengambil keputusan, dan informasi tersebut dikatakan reliabel apabila dapat dipercaya dan menyebabkan pemakai informasi bergantung pada informasi tersebut.
Laba yang dilaporkan oleh perusahaan juga menjadi dasar dalam penetapan
pajak. Sering kali terjadi perbedaan antara laba akuntansi dengan laba fiskal.
Perbedaan ini disebabkan perbedaan tujuan masing-masing dalam pelaporan laba.
Perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal (book-tax gap) dapat memberikan
informasi mengenai kualitas laba. Logika yang mendasarinya adalah adanya sedikit
kebebasan akuntansi yang diperbolehkan dalam pengukuran laba fiskal. Menurut
Djamaluddin, (2008 : 65) “perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal (book-tax
gap) dapat memberikan informasi tentang management discretion akrual. kualitas
laba akuntansi yang dilaporkan oleh manajemen menjadi pusat perhatian pihak
eksternal perusahaan”.
Menurut Chandrarin, (2003 : 5 ) laba akuntansi yang berkualitas adalah
“Laba akuntansi yang memiliki sedikit atau tidak mengandung gangguan persepsian
(perceived noise), dan dapat mencerminkan kinerja keuangan perusahaan yang
“gangguan persepsian dalam laba akuntansi disebabkan oleh peristiwa transitori
(transitory events) atau penerapan konsep akrual dalam akuntansi”.
Peristiwa transitori adalah peristiwa yang hanya terjadi pada waktu tertentu,
tidak terus-menerus, dan mengakibatkan fluktuasi yang besar terhadap laba rugi
akuntansi. Oleh karena itu, salah satu komponen untuk menilai kualitas laba adalah
persistensi laba. Persistensi laba akuntansi merupakan laba akuntansi yang
diharapkan di masa depan (expected future earnings) yang diimplikasi oleh laba
akuntansi tahun berjalan (current earnings).
Menurut Wijyanti (2006 : 8) Biaya (manfaat) pajak tangguhan yang berasal
dari
Perbedaan temporer antara laba akuntansi dan laba fiskal dapat dianggap sebagai gangguan persepsian dalam laba akuntansi, karena dua hal: (1) biaya (manfaat) pajak tangguhan yang dilaporkan dalam laporan laba rugi merupakan hasil dari penerapan konsep akuntansi akrual dalam pengakuan pendapatan dan biaya serta memiliki konsekuensi pajak; (2) biaya (manfaat) pajak tangguhan yang dilaporkan dalam laporan laba-rugi merupakan komponen transitori, yang berarti bahwa biaya (manfaat) pajak tangguhan tersebut tidak terjadi secara terus-menerus dan hanya terjadi dalam perioda tertentu, yaitu selama perusahaan menerapkan metoda dan kebijakan akuntansi yang berbeda dengan peraturan pajak.
2.1.8 Large Positive Book Tax Gap
Large positive book tax gap (perbedaan besar positif) merupakan selisih
fiskal. Menurut Prabowo (2010 : 5) Large positive book tax gap terjadi akibat adanya
perbedaan temporer dalam pengakuan pendapatan dan beban antara standar
akuntansi dengan peraturan perpajakan.
Menurut Soewito (2009 : 9) large positive book tax gap timbul apabila
Perbedaan temporer atau perbedaan waktu menyebabkan terjadinya koreksi fiskal negatif. Koreksi fiskal negatif adalah penyesuaian terhadap penghasilan netto komersial (laba akuntansi sebelum pajak penghasilan) dalam rangka menghitung penghasilan kena pajak berdasarkan undang-undang pajak penghasilan beserta peraturan pelaksanaanya, yang bersifat mengurangi penghasilan dan atau menambah biaya-biaya komersial tersebut, sehingga beban pajak menurut akuntansi lebih besar daripada beban pajak menurut peraturan perpajakan, sehingga large positive book tax gap akan menimbulkan beban pajak tangguhan (deffered tax exspenses) di laporan laba rugi dan kewajiban pajak tangguhan (deffered tax liabilities) di neraca. Kewajiban pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan terutang (payable) untuk periode mendatang sebagai akibat adanya perbedaan temporer kena pajak.”
Menurut Prabowo (2010 : 5) secara garis besar penyebab timbulnya large
positive book tax gap ada dua, yaitu:
1. Terdapatnya pendapatan atau keuntungan tertentu yang telah diakui
dalam laporan keuangan tahun berjalan. sebagai contoh, keuntungan yang belum direalisasikan atas investasi dalam efek yang diperdagangkan pada periode terjadinya. Kenaikan nilai tersebut diakui dalam laporan laba rugi. Sedangkan dalam penghitungan pajak keuntungan tersebut belum diakui. Pajak baru mengakui keuntungan tersebut apabila keuntungan tersebut telah terealisasi yaitu pada saat efek tersebut dijual.
2. Terdapatnya beban atau kerugian tertentu yang dikurangkan untuk
2.1.9 Large Negative Book Tax Gap
Menurut Prbaowo (2010 : 7) large negative book tax gap (perbedaan besar
negatif) adalah “selisih antara laba akuntansi dengan laba fiskal, dimana laba
akuntansi lebih kecil dari laba fiscal”. Karena adanya perbedaan temporer dalam
pengakuan pendapatan dan beban antara standar akuntansi dengan peraturan
perpajakan jadi terbentuk Large negative book tax gap.
Large negative book tax gap timbul apabila perbedaan temporer atau
perbedaan waktu menyebabkan terjadinya koreksi fiskal positif dalam laporan
rekonsiliasi fiskal. Koreksi fiskal positif terjadi ketika penyesuaian terhadap
penghasilan netto komersial (laba akuntansi sebelum pajak) dalam rangka
menghitung penghasilan kena pajak berdasarkan undang-undang pajak penghasilan
beserta peraturan pelaksanaanya, yang bersifat menambah penghasilan dan atau
mengurangi biaya-biaya komersial tersebut, sehingga beban pajak menurut akuntansi
lebih kecil daripada beban pajak menurut peraturan perpajakan, sehingga large
negative book tax gap akan menimbulkan manfaat pajak tangguhan (deffered tax
benefit) di laba rugi dan aktiva pajak tangguhan (deffered tax asset) di neraca.
Menurut Soewito (2006 : 78) aktiva pajak tangguhan adalah “jumlah pajak
penghasilan terpulihkan (recovable) pada periode mendatang sebagai akibat adanya
perbedaan temporer yang boleh dikurangkan dan sisa kompensasi kerugian”.
Menurut Prabowo (2010 : 7) secara garis besar Large negative book tax
1. Terdapatnya penghasilan atau keuntungan kena pajak belum diakui di laporan keuangan tetapi telah diakui di laporan perpajakan. Sebagai contoh, pendapatan sewa yang diterima dimuka diakui sebagai pendapatan untuk tujuan perpajakan namun diakui pada periode-periode di masa depan untuk tujuan laporan keuangan.
2. Terdapatnya beban atau kerugian tertentu yang dikurangkan untuk
perpajakan pada tahun mendatang, tetapi dikurangkan pada tahun berjalan untuk tujuan pelaporan keuangan. Sebagai contoh, beban garansi dan beban piutang tak tertagih boleh dikurangkan untuk tujuan perpajakan hanya ketika benar-benar terjadi atau kerugian benar-benar terealisasi, tetapi biaya tersebut diperhitungkan dimuka untuk tujuan pelaporan keuangan.
2.1.10 Small Book Tax Gap
Menurut Prabowo (2010 : 10) Small book tax gap (perbedaan kecil) adalah
merupakan “perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal, dimana mempunyai
nilai perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal yang relatif kecil, sehingga
mengindikasikan kualitas laba yang dihasilkan baik”.
Menurut (Hanlon (2005 : 6) mengenai perusahaan dalam kategori smaal book tax gap yaitu :
Perusahaan yang termasuk dalam kelompok small book tax gap dan large
book tax gap dapat ditentukan dengan melakukan sistem quantile. Sisetem quantile dilakukan dengan cara mengurutkan perbedaan temporer perusahaan yang diwakili dengan akun beban pajak tangguhan dan manfaat pajak tangguhan kemudian seperlima urutan tertinggi masuk dalam kelompok large positive book tax gap dan seperlima terendah masuk dalam kelompok large negative book tax gap, sedangkan sisanya termasuk dalam kelompok small book tax gap.
2.1.11 Model Pengambilan Keputusan Data Panel
cross section) dengandata
1950. Dalam panel data, persamaan dengan menggunakan datacross section dapat
ditulis sebagai berikut:
N adalah banyaknya data cross-sectio
Sedangkan persamaan model dengan time-series adalah :
T adalah banyaknya data time-series.
cross section) dengan data
runtun waktu (time series), maka model dapat ditulis dengan persamaan sebagai
berikut :
dimana :
N = banyaknya observasi
T = banyaknya waktu
N × T = banyaknya data panel
Analisis model
pendekatan efek tetap (fixed effect), dan pendekatan efek acak (random effect).
2.1.11.1 Model Pendekatan Fixed Effect
Pendekatan ini mengizinkan intercept bervariasi antar unit c
ross-section namun tetap mengasumsikan bahwa slope koefisien adalah konstan antar
unit cross-section. Penambahan variabel boneka ini dapat mengurangi
banyaknya degree of freedom yang pada akhirnya akan mempengaruhi koefisien dari
Model Fix Effect : Yit= β0+ β1X1ij+ β2X2ij+β3D3+ β4D4+ β5D5 + eit
2.1.11.2 Model Pendekatan Random Effect
Intersep karena perbedaan responden (crossectional) β0i diganti dengan
intersep yang menunjukan rata-rata intersep populasi. Error model (Vit) terdiri dari
Error karena Crossectional perbedaan perusahaan (µi) dan karena Error total
kombinasi antara Corssectional dan Time Series (eit)
Pendekatan ini mengasumsikan unobservable individual effects (ui) tidak
berkorelasi dengan regressor (X) atau dengan kata lain ui diasumsikan bersifat
random. Sebelum model diestimasi dengan model yang tepat, terlebih dahulu
dilakukan uji spesifikasi apakah fixed effect atau random effect atau keduanya
memberikan hasil yang sama.
Gambar 2.2. Kerangka Konseptual
Book tax gap dapat memberikan informasi mengenai kualitas laba serta
bermanfaat untuk mengevaluasi kinerja suatu perusahaan. Logika yang mendasarinya
adalah adanya sedikit kebebasan akuntansi yang diperbolehkan dalam pengukuran
penghasilan kena pajak, sehingga book tax gap dapat memberikan informasi tentang
Book tax gap juga dapat dijadikan alat untuk mengidentifikasikan adanya
praktik manajemen laba. Praktik manajemen laba dapat mempengaruhi kualitas dan
persistensi dari laba perusahaan tersebut.
Book tax gap dapat dijadikan alat untuk mengidentifikasikan adanya praktik
manajemen laba yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kualitas dari laba
tersebut..Untuk mengetahui book tax gap lebih lanjut, penelitian ini juga akan
menguraikan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya book tax gap di Perbankan
Indonesia, yaitu :
1. Perubahan pendapatan (X1)
merupakan proksi atas pertumbuhan ekonomi. Perubahan pendapatan ΔREV
dihitung dari selisih antara pejualan bersih saat ini dan penjualan bersih tahun
sebelumnya kemudian dibagi total asset
2. Nilai Aktiva tetap (X2)
merupakan bagian dari total akrual yang berhubungan dengan biaya depresiasi
yang nonkelolaan (mengestimasi tingkat akrual yang diharapkan). Nilai
Aktiva/aset tetap kotor diperoleh dari aktiva/aset tetap yang dikurangi akumulasi
penyusutan dibagi dengan total aset
3. Ukuran perusahaan (X3)
dapat memberikan efek noise dimana perusahaan yang memiliki ukuran besar
dapat melakukan tax planning lebih baik efek dari book tax gaps menjadi bias.
Perusahaan dengan ukuran yang besar akan lebih efektif dalam berinvestasi pada
memberikan efek pada persistensi laba. Ukuran perusahaan (SIZE) diperoleh dari
logaritma natural atas total aktiva/aset perusahaan.
4. Large Positive Book Tax Gap (X4)
Large positive book tax gap merupakan selisih antara laba akuntansi dan laba
fiskal, dimana laba akuntansi lebih besar daripada laba fiskal.) LPBTD
didapatkan dengan melakukan sistem quantile. Sistem quantile merupakan
formula data yang membagi list angka menjadi 5 kelas, sehingga kelas pertama
atau seperlima dari data tersebut mempunyai nilai paling tinggi. LPBTD dibagi
dengan total aset, kemudian seperlima urutan tertinggi dari sampel mewakili
kelompok LPBTD, dan yang lainnya diberi kode 0 yang merupakan bagian dari
kelompok small book tax gap (perbedaan kecil antara laba akuntansi dan laba
fiskal).
5. Large Negative Book Tax Gap (X5)
Large negative book tax gap (LNBTG) merupakan selisih antara laba akuntansi
dan laba fiskal, dimana laba akuntansi lebih kecil dari laba fiskal. LNBTG
merupakan variabel indikator yang diperoleh dengan cara mengurutkan
perbedaan temporer per tahun (diwakili oleh akun manfaat pajak tangguhan yang
mencerminkan perbedaan temporer) per tahun. LNBTG didapatkan dengan
melakukan sistem quantile. Sistem quantile merupakan formula data yang
membagi list angka menjadi 5 kelas, sehingga kelas pertama atau seperlima dari
seperlima urutan terbawah dari sampel mewakili kelompok LNBTG, dan yang
lainnya diberi kode 0 yang merupakan bagian dari kelompok small book tax gap.
6. Persistensi Laba (Y)
Persistensi laba (PRST) merupakan suatu komponen nilai prediktif laba dan
unsur relevansi. Persistensi laba merupakan ukuran yang menjelaskan kemampuan
perusahaan untuk mempertahankan jumlah laba yang diperoleh saat ini sampai satu
perioda masa depan dan merupakan nilai prediktif yang tercermin dalam komponen
akrual dan aliran kas, jika komponen akrual dan aliran kas dapat mempengaruhi laba
sebelum pajak di masa depan, sehingga mempunyai laba yang persisten.
2.3 Hipotesis
Hipotesis menurut Kuncoro (2009:59) merupakan pernyataan atau jawaban
sementara tentang hubungan antar variabel-variabel dalam penelitian, dan merupakan
pernyataan paling spesifik.
Ada tiga macam hipotesis yang dibuat dalam suatu percobaan penelitian,
yaitu hipotesis 1, hipotesis 2, dan hipotesis 3. Berdasarkan teori diatas, maka penulis
membuat hipotesis sebagai berikut :
H1 : Perubahan Pendapatan memiliki Pengaruh Positif terhadap boox tax gap
Perbankan di Indonesia.
H2 : Nilai Aktiva Kotor memiliki pengaruh Positif terhadap book tax gap
Perbankan di Indonesia
H3 : Ukuran Perusahaan Perbankan memiliki Pengaruh Positif terhadap Book
H4 : Pengaruh dengan large negative book tax gap mempunyai persistensi laba
akuntansi lebih rendah dibandingkan perusahaan dengan small book tax
gap.
H5 : Perusahaan dengan large positive book tax gap mempunyai persistensi laba
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian penjelasan (explanatory). Eksplanatory
merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan-hubungan antara
satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi
variabel lainnya. Penelitian ini menyoroti hubungan antara variabel-variabel
penelitian dan menguji hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya.
3.2 Definisi dan Pengukurannya
Batasan operasional variabel dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel bebas (Independent Variable) (X) yaitu Perubahan Pendapatan (X1),
Nilai Aktiva (X2), Ukuran Perusahaan (X3), Large Positive Book Tax Gap
(X4), Large Negtive Book Tax Gap (X5)
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi merupakan jumlah keseluruhan dari objek atau unit analisis yang karakteristiknya akan diteliti. Menurut Usman (2003 : 181) “populasi adalah semua nilai, baik hasil perhitungan maupun pengukuran, baik kuantitatif maupun kualitatif, dari karakteristik tertentu mengenai sekelompok objek yang lengkap dan jelas”.
Sedangkan menurut Kuncoro (2003 : 103) populasi adalah sekelompok elemen yang lengkap, yang biasanya berupa orang, objek, transaksi atau kejadian dimana kita tertarik untuk mempelajarinya atau menjadi objek penelitian.
Target populasi dari penelitian ini adalah perusahaan perbankan di Indonesia pada tahun 2013-2014
3.3.2 Sampel
Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive
sampling. Purposive sampling adalah suatu metode pengambilan sampel non
probabilita yang disesuaikan dengan kriteria tertentu. Beberapa kriteria yang harus
dipenuhi dalam penentuan sampel penelitian ini adalah:
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di perbankan di Indoneisa dan
mempublikasikan laporan keuangan auditan per 31 Desember secara konsisten
dan lengkap dari tahun 2013-2014 dan tidak di-delisting selama periode
pengamatan penelitian.
2. Laporan keuangan dinyatakan dalam mata uang rupiah, karena penelitian
dilakukan di Indonesia.
3. Perusahaan tidak mengalami kerugian dalam laporan keuangan komersial dan
laporan keuangan fiskal selama tahun pengamatan. Alasannya adalah kerugian
pajak tangguhan dan diakui sebagai aset pajak tangguhan sehingga dapat
mengaburkan arti book tax gap (Hanlon, 2005).
4. Memiliki kelengkapan informasi yang dibutuhkan terkait dengan
indikator-indikator perhitungan yang dijadikan variabel pada penelitian ini.
3.4 Jenis Data dan Sumber Data
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder dengan metode
kuantitatif yang mengacu pada informasi yang dikumpulkan dari sumber yang telah
ada. Data ini berupa laporan keuangan Perusahaan Perbankan di Indonesia pada
tahun 2013-2014
3.5 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan cara sebagai berikut :
a. Studi Kepustakaan (Lybrary Research).
Dalam hal ini, penulis mempelajari buku-buku yang memuat teori yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti, yaitu melalui tulisan ilmiah, masalah yang ada hubungannya dengan penelitian ini dan dapat memecahkan masalah yang diteliti dan hasilnya akan dijadikan sebagai bahan perbandingan terhadap informasi yang didapat di lapangan. Seperti teori yang berhubungan dengan book tax gap, persistensi laba
Suatu teknik pengumpulan data, dimana responden tidak mengetahui sedang dijadikan sumber data atau penelitian (responden pasif). Pengamatan terhadap rutinitas di lokasi penelitian, langsung terhadap objek yang diteliti. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini disebut data sekunder. Seperti data upah laporan keuangan di Perusahaan Perbankan di Indonesia.
3.6 Metode Analisis Data
3.6.1 Uji Validitas
Menurut Sugiyono (2004 : 225) “uji validitas ialah mengetahui kelayakan butir-butir dalam daftar pertanyaan (angket) yang akan disajikan kepada responden maka diperlukan Uji Validitas”. apabila validitas setiap pertanyaan lebih besar (>) 0,30 yang di tunjukan oleh nilaiCorrected Item-Total Correlation, maka butir pertanyaan dianggap valid.
3.6.2 Uji Reabilitas
Menurut Situmorang (2007 : 72) “reliabilitas merupakan indeks yang
menunjukkan tingkat kepercayaan alat ukur. Bila suatu alat ukur dipakai dua kali
untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran diperoleh relatif konsisten,
maka alat pengukur tersebut reliable”. Instrumen yang baik tidak akan bersifat
tendensius atau mengarahkan responden untuk memilih jawaban – jawaban tertentu.
Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang
dapat dipercaya.
Reliabilitas dimaksudkan untuk mengetahui seberapa tingkat konsistensi
internal (intenal consistency) jawaban responden terhadap instrumen untuk
mengukur variabel lmotivasi kerja, lingkungan kerja dan kinerja karyawan. Suatu
dipertimbangkan kurang baik, 0,7 dapat diterima dan diatas 0,8 baik. Uji reliabilitas
dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS Versi
21
3.6.3 Hasil Uji Validitas dan Uji Reabilitas
Pengujian validitas dilakukan dengan penyebaran kuesioner pertanyaan yang
menyangkut variabel bebas (prestasi kerja dan upah) dan variabel terikat (anggaran)
kepada beberpa perusahaan Perbankan di Indonesia.
3.7 Teknik Analisis Data
3.7.1 Analisi Deskriptif
Analisis Deskriptif yaitu salah satu model analisis dengan cara data yang
disusun dikelompokkan, kemudian dianalisis sehingga diperoleh gambaran tentang
masalah yang dihadapi dan untuk menjelaskan hasil perhitungan. Data diperoleh dari
data primer berupa kuesioner yang telah diisi oleh sejumlah responden.
3.8 Uji Asumsi Klasik 3.8.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel
terikat (dependent) dan variabel bebas (independent) memiliki distribusi normal.
Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu
1. Analisis Grafik
Analisis Grafik dapat dilakukan dengan dua alat, yaitu grafik histogram dan
grafik P-P plot. Pada grafik histogram, data yang mengikuti atau mendekati
distribusi normal adalah distribusi data yang membentuk lonceng. Pada grafik
P-P plot, sebuah data dikatakan berdistribusi normal apabila titik-titik datanya tidak
menceng ke kiri atau ke kanan melainkan menyebar disekitar garis diagonal.
2. Analisis Statistik
Untuk melengkapi hasil analisi grafik normal probability plot digunakan uji
statistic non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (KS). Pada uji statistik one-sample
Kolmogorov-Smirnov dapat dilihat probabilitas signifikan terhadap variabel. Jika
probabilitas signifikan diatas 0,05, maka variabel tersebut terdistribusi secara
normal.
3.8.2 Uji Multikolinearitas
Tujuan dari uji multikolinearitas adalah untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik adalah apabila tidak terjadi kolerasi diantara variabel bebas. Apabila terjadi saling berkolerasi, maka variabel-variabel tersebut tidak orthogonal. Menurut Ghozali (2005 : 91) “variabel orthogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi antar sesama variabel sama dengan nol, dimana digunakan untuk mendeteksi ada atau tidak ada multikolinearitas di dalam model regresi”, adalah sebagai berikut :
1. Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi,
tetapi secara individual variabel bebas banyak yang tidak signifikan
2. Jika antar variabel bebas ada kolerasi yang cukup tinggi (diatas 0, 90) maka hal
ini merupakan indikasi adanya multikolinearitas. Jika tidak ada kolerasi yang
tinggi antar variabel bebas.
3. Multikolinearitas dapat juga dilihat dari nilai tolerance dan lawannya Variance
Inflactor Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel bebas
manakah yang dijelaskan variabel bebas lainnya. Artinya setiap variabel bebas
menjadi variabel tidak bebas dan di regresi terhadap variabel bebas lainnya.
Tolerance mengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih yang tidak
dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama
dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/tolerance).
Nilai cutoff yang dipakai untuk menunjukkan ada atau tidaknya multikolinearitas adalah :
VIF > 5 → ada multikolinearitas VIF < 5 → tidak ada multikolinearitas
Untuk mengetahui adanya multikolinearitas digunakan persamaan Varian Inflasi Factor (VIF). Jika nilai VIF 4 sampai dengan 5 maka indikasi terjadi multikolinearitas.
3.8.3 Uji Heteroskesdasitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam mdoel regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain.
Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka
disebut Homoskedastisitas. Sementara itu, untuk variance yang berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas.
Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas adalah dengan
melihat Grafik Plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED
heterokedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada
grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah
diprediksi, dan sumbu X adalah residual”.
3.8.4 Metode Regresi Linear Berganda
Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan regresi berganda karena
subvariabel dalam penelitian ini lebih dari satu. Metode ini menghubungkan antara
dua atau lebih variabel independen dengan satu variabel dependen sesuai dengan
hipotesis yang diuji dalam penelitian ini. Pengujian ini bertujuan untuk menguji
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Perbankan di Indonesia 4.1.1. Sejarah Perbankan
Sejarah mencatat asal mula dikenalnya kegiatan perbankan adalah pada
zaman kerajaan tempo dulu di daratan Eropa. Kemudian usaha perbankan ini
berkembang ke Asia Barat oleh para pedagang. Perkembangan perbankan di Asia,
Afrika dan Amerika dibawa oleh bangsa Eropa pada saat melakukan penjajahan ke
negara jajahannya baik di Asia, Afrika maupun benua Amerika. Sehingga dalam
sejarah perbankan, arti bank dikenal sebagai meja tempat penukaran uang. Dalam
perjalanan sejarah kerajaantempo dulu mungkin penukaran uangnya dilakukan antar
kerajaan yang satu dnegan kerajaan yang lain.
Kemudian dalam perkembangan selanjutnya, kegiatan operasional perbankan
berkembang lagi menjadi tempat penitipan uang atau yang disebut sekarang ini
kegiatan simpanan. Berikutnya kegiatan perbankan bertambah dengan kegiatan
peminjaman uang.
4.1.2. Sejarah Perbankan di Indonesia
Sejarah perbankan di Indonesia tidak terlepas dari zaman penjajahan Hindia
Belanda. Pada masa itu terdapat beberapa bank yang memegang peranan penting di
1. De Javasce NV
2. De Post Poar Bank
3. De Algemenevolks Crediet Bank
4. Nederland Handles Maatscappi (NHM)
5. Nationale Handle Bank (NHB)
6. De Escompto Bank NV
Di samping itu, terdapat pula bank‐bank milik orang Indonesia dan
orang-orangasing seperti dari Tiongkok, Jepang, dan Eropa. Bank‐bank tersebutantara lain
:
1. Bank Nasional Indonesia
2. Bank Abuan Saudagar
3. NV Bank Boemi
4. The Chartered Bank of India
5. The Yokohama Species Bank
6. The Mastsui Bank
7. The Bank of China
8. Batavia Bank
Di zaman kemerdekaan, perbankan di Indonesia bertambah maju dan
berkembang lagi. Beberapa bank Belanda dinasionalisir oleh pemerintah Indonesia.
Bank‐bank yang ada di zaman awal kemerdekaan antara lain:
1. Bank Negara Indonesia, yang didirikan tanggal 5 Juli 1946 yang sekarang
2. Rakyat Indonesia yang didirikan tanggal 22 Februari 1946. Ban ini berasal dar
De Algemenevolks Crediet Bank atau Syomin Ginko.
3. Bank Surakarta Maskapai Adil Makmur (MAI) tahun 1945 di Solo
4. Bank Indonesia di Palembang tahun 1946.
5. Bank Dagang Nasional Indonesia tahun 1946 di Medan.
6. Indonesian Banking Corporation tahun 1947 di Yogyakarta, kemudian menjadi
Bank Amerta.
7. NV Bank Sulawesi di Manado tahun 1946.
8. Bank Dagang Indonesia NV di Samarinda tahun 1950 kemudian merger dengan
Bank Pasifik
9. Bank Timur NV di Semarang berganti nama menjadi Bank Gemari. Kemudian
merger dengan Bank Central Asia (BCA) tahun 1949.
Di Indonesia, praktek perbankan sudah tersebar sampai ke pelosok pedesaan.
Lembaga keuangan berbentuk bank di Indonesia berupa Bank Umum, Bank
Perkreditan Rakyat (BPR), Bank Umum Syariʹah, dan juga BPR Syariʹah (BPRS ).
Masing‐masing bentuk lembaga bank tersebut berbeda karakteristik dan fungsinya.
4.1.3. Sejarah Bank Pemerintah
Seperti diketahui bahwa Indonesia mengenal dunia perbankan dari bekas
penjajahnya, yaitu Belanda. Oleh karena itu, sejarah perbankanpun tidak lepas dari
nasional. Berikut ini akan dijelaskan secara singkat sejarah bank‐bank milik
pemerintah, yaitu:
1. Bank Sentral, Bank Sentral di Indonesia adalah Bank Indonesia (BI) berdasarkan
UU No 13 Tahun 1968. Kemudian ditegaskan lagi dnegan UU No 23 Tahun
1999.Bank ini sebelumnya berasal dari De Javasche Bank yang di nasionalkan di
tahun 1951.
2. Bank Rakyat Indonesia dan Bank Expor Impor, Bank ini berasal dari De
Algemene Volkscrediet Bank, kemudian di lebur setelah menjadi bank tunggal
dengan nama Bank Nasional Indonesia (BNI) Unit II yang bergerak di bidang
rural dan expor impor (exim), dipisahkan lagi menjadi:
a. Yang membidangi rural menjadi Bank Rakyat Indonesia dengan UU No 21
Tahun 1968
b. Yang membidangi Exim dengan UU No 22 Tahun 1968 menjadi Bank Expor
Impor Indonesia.
3. Bank Negara Indonesia (BNI ʹ46), Bank ini menjalani BNI Unit III dengan UU
No 17 Tahun 1968 berubah menjadi Bank Negara Indonesia ʹ46
4. Bank Dagang Negara(BDN), BDN berasal dari Escompto Bank yang di
nasionalisasikan dengan PP No 13 Tahun 1960, namun PP (Peraturan
Pemerintah) ini dicabut dengan diganti dengan UU No 18 Tahun 1968 menjadi
Bank Dagang Negara. BDN merupakan satu‐satunya Bank Pemerintah
5. Bank Bumi Daya (BBD), BBD semula berasal dari Nederlandsch Indische
Hendles Bank, kemudian menjadi Nationale Hendles Bank, selanjutnya bank ini
menjadi Bank Negara Indonesia Unit IV dan berdasarkan UU No 19 Tahun 1968
menjadi Bank Bumi Daya.
6. Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo)
7. Bank Pembangunan Daerah (BPD),Bank ini didirikan di daerah‐daerah tingkat I.
Dasar hukumnya adalah UU No 13 Tahun 1962.
8. Bank Tabungan Negara (BTN), BTN berasal dari De Post Paar Bank yang
kemudian menjadi Bank Tabungan Pos tahun 1950. Selanjutnya menjadi Bank
Negara Indonesia Unit V dan tera