BUKU PANDUAN
PEMETAAN PARTISIPATIF
DENGAN PETA KULIHAT DESAKU
U
JUNE 2007
BUKU PANDUAN
PEMETAAN PARTISIPATIF
DENGAN PETA KULIHAT DESAKU
Title: Buku Panduan
Pemetaan Partisipatif
Dengan Peta Kulihat Desaku
Program, Activity,or Project Number: Environmental Services Program, DAI Project Number: 5300201.
Strategic Objective Number: SO No. 2, Higher Quality Basic Human Services Utilized (BHS).
Sponsoring USAID Office and
Contract Number: USAID/Indonesia,
Contract number: 497-M-00-05-00005-00.
Contractor Name: DAI.
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR... II
1. PANDUAN PEMETAAN BERBASIS MASYARAKAT ... 3
1.1. SIAPAPEMAKAIBUKUINI? ...3
1.2. PETA...3
1.3. UNTUKAPAPETA?...3
1.4. APAITUPEMETAANPARTISIPATIF? ...4
1.5. APATUJUANPEMETAANPARTISIPATIF?...4
1.6. JENIS-JENISPETA ...4
1.7. APASAJAYANGBISADIPETAKAN?...6
1.8. SKALAPETA...6
1.9. PERSYARATANTEKNISPETA: ...7
1.10. PERALATANDANBAHAN: ...8
1.11. PENGUKURANUNSUR-UNSURLAHANDILAPANGAN ... 13
1.12. PEMETAANUNSUR-UNSURLAHANDIATASKERTAS... 17
2. LAMPIRAN ... 22
LAMPIRAN 1 TABEL PENGUKURAN LAHAN... 23
LAMPIRAN 2TABEL COSINUS SUDUT LERENG... 26
LAMPIRAN 3TABEL TANGEN SUDUT LERENG... 28
LAMPIRAN 4 DAFTAR SIMBOL UNSUR... 30
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 1:ILUSTRASI PROSES PEMETAAN WILAYAH PADA ZAMAN PURBA. ...3
GAMBAR 2:ILUSTRASI OBSERVASI WILAYAH DARI ATAS DAN PENGGAMBARANNYA DALAM BENTUK PETA. ...2
GAMBAR 3:FOTO, FOTO YANG DIPETAKAN DAN HASIL PETANYA. ...2
GAMBAR 4:CONTOH PETA DESA...3
GAMBAR 5:BERKOMUNIKASI DENGAN ALAT PERAGA / PETA...4
GAMBAR 6:CONTOH PETA SKETSA...5
GAMBAR 7:CONTOH PETA DASAR. ...5
GAMBAR 8: CONTOH PETA TEMATIK. ...5
GAMBAR 9:SKALA PETA...7
GAMBAR 10:ARAH MATA ANGIN...7
GAMBAR 11:CONTOH PENGGAMBARAN SIMBOL UTARA DAN PETUNJUK SKALA PETA. ...8
GAMBAR 12:CONTOH LEGENDA PETA...8
GAMBAR 13:CLIP BOARD. ...9
GAMBAR 14:KOMPAS...9
GAMBAR 15:ARAH AZIMUTH/ BEARING KOMPAS. ...9
GAMBAR 16:CARA PEMBACAAN AZIMUTH BEARING ARAH KOMPAS... 10
GAMBAR 17:KLINOMETER. ... 10
GAMBAR 18:PENGGANTI KLINOMETER... 10
GAMBAR 19:CARA PENGGUNAAN KLINOMETER... 11
GAMBAR 20:CARA PEMBACAAN KLINOMETER... 11
GAMBAR 21:PITA UKUR. ... 11
GAMBAR 22:PATOK BAMBU A... 12
GAMBAR 23:PATOK BAMBU B. ... 12
GAMBAR 24:BUSUR DERAJAT 360° ... 12
GAMBAR 25:PROSES PENGUKURAN LAPANGAN OLEH MASYARAKAT... 13
GAMBAR 26:POLA PENGUKURAN... 15
GAMBAR 27:PROSES MEMETAKAN PENGUKURAN LAHAN DI ATAS KERTAS OLEH MASYARAKAT. ... 17
GAMBAR 28:PEMBAGIAN RUANGAN PETA. ... 18
GAMBAR 29:INTERVAL NILAI GRID SESUAI SKALA PETA... 19
1.
PANDUAN PEMETAAN
BERBASIS MASYARAKAT
1.1.
SIAPA PEMAKAI BUKU INI?
Buku ini berisi seputar kegiatan pemetaan partisipatif yang meliputi penjelasan tentang peta, cara membuat peta, dan alasan: ”Mengapa memerlukan dan melakukan pemetaan
partisipatif?”
Pemaparan cukup detil mengenai cara penggunaan peralatan-peralatan sederhana untuk pengambilan data di lapangan beserta teknik menuangkannya ke atas kertas termasuk materi yang telah disajikan di dalam dokumen ini.
Buku ini ditujukan untuk membantu para pemimpin masyarakat ataupun para pendamping masyarakat untuk menggambarkan wilayah mereka secara tepat dan akurat yang mampu mendeskripsikan keadaan setempat sesuai dengan tingkat kedetilan yang diinginkan dalam bentuk peta.
1.2.
PETA
Peta bukanlah istilah yang asing buat kita semua. Bahkan sejak dahulu kala, manusia telah mengenal peta yang disajikan dalam bentuk yang berbeda dari yang kita kenal saat ini. Gambar di dinding-dinding gua purba, tulisan dari naskah-naskah kuno dan lain sebagainya merupakan beberapa contoh nyata yang dapat diambil dari sisi sejarah sebagai media komunikasi pada waktu itu (Gambar 1).
Saat ini, kita dapat menemukan berbagai jenis peta yang dibuat untuk keperluan yang berbeda-beda. Secara sederhana, kita dapat
Gambar 1: Ilustrasi proses pemetaan wilayah pada zaman purba.
Gambar 2: Ilustrasi observasi wilayah dari atas dan penggambarannya dalam bentuk peta.
Secara teoritis, Russell C. Brinker (1984) mendefinisikan peta sebagai hasil gambaran/ proyeksi dari sebagian permukaan bumi pada bidang datar atau kertas dengan skala tertentu. Berbeda dari hanya sebuah gambar atau foto, peta memberikan banyak sekali informasi yang dibutuhkan dengan pendeskripsian satu-persatu penampakan di lapangan dengan simbol titik, garis dan/atau poligon yang tergambar dalam peta tersebut. Dengan sebuah peta, kita akan belajar arti dan hubungan antar simbol-simbol tersebut saling berhubungan. Ilustrasi perbedaan gambar/foto dengan peta disajikan dalam gambar 3 dan 4 di bawah ini.
Gambar 4: Contoh Peta Desa.
1.3.
UNTUK APA PETA?
Secara garis besar, manfaat peta dapat kita jabarkan sebagai berikut: 1. Untuk mencatat keadaan setempat
Dengan mencantumkan kondisi, kualitas, dan juga kuatintas suatu tempat, maka peta dapat berfungsi untuk mencatat keadaan suatu tempat, misalnya sawah tadah hujan dibedakan dengan sawah beririgasi.
2. Untuk perencanaan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam Banyak masyarakat sudah melaksanakan suatu pengelolaan lahan secara
berkelanjutan, tetapi tidak pernah merencanakan terlebih dahulu. Tetapi di masa globalisasi saat ini, kemungkinan masuknya modal dari luar akan sangat mungkin mempengaruhi pola pengelolaan lahan yang sudah ada. Dengan perencanaan yang dilengkapi dengan peta akan sangat membantu dalam proses perencanaan tersebut, sengan membuat suatu rencana tata ruang setempat.
3. Untuk bahan berkomunikasi masyarakat dengan pihak luar.
Gambar 5: Berkomunikasi dengan alat peraga / peta.
1.4.
APA ITU PEMETAAN PARTISIPATIF?
Pemetaan Partisipatif pada prinsipnya sama dengan pemetaan pada umumnya yang sering dilakukan oleh instansi pemerintah. Perbedaannya adalah pelaksana dari pemetaan tersebut, pada pemetaan partisipatif dalam pengukurannya diikuti oleh banyak anggota suatu komunitas masyarakat, yang pada praktek pemetaan biasa dapat dilaksanakan 2 orang saja. Perbedaan yang lain adalah tentang tema, masyarakat akan menentukan sendiri tentang tema yang dianggap penting. Tema yang mungkin berbeda dengan peta biasa misalnya adalah : batas tanah adat/desa, tempat-tempat suci, tempat-tempat pemacingan dll. Karaktersitik pemetaan partisipatif meiputi :
1. melibatkan seluruh warga masyarakat
2. tema, tujuan dan proses pelaksanaan pemetaan ditentukan oleh masyarakat 3. peta yang dihasilkan bertujuan untuk kepentingan masyarakat
4. sebagian besar informasi yan terdapat di peta berasal dari pengetahuan lokal 5. masyarakat menentukan penggunaan peta yang dihasilkan.
1.5.
APA TUJUAN PEMETAAN PARTISIPATIF?
1. Untuk dialog awal tentang berbagai konflik yang ada di masyarakat
2. Untuk mempermudah perencanaan tata guna lahan, areal yang dilindungi, dan pengembangan ekonomi lokal
3. Untuk menggali dan menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang sumber daya alam dan lingkungan sekitar
4. Untuk menambanh rasa percaya diri masyarakat dalam pengelolaan saumberdaya alamnya
5. Sebagai alat untuk perngorganisasian masyarakat
1.6.
JENIS-JENIS PETA
Kata ”peta” berarti suatu gambaran permukaan bumi, yang dapat berupa gambar berwarna atau hitam putih yang sederhana. Atau bisa juga terdiri dari banyak garis, angka dan kata, yang semuanya dibuat berdasarkan suatu pengukuran di lapangan. Peta dapat menunjukkan banyak tema yang menyangkut berbagai hal, misalnya jenis peruntukan tanah, wilayah hutan,
Jenis-jenis peta dapat dikelompokkan menjadi:
Peta Sketsa.
Peta paling sederhana dalam kegiatan pemetaan adalah peta sketsa. Peta sketsa adalah suatu lukisan bebas mengenai suatu kawasan di atas kertas. Penggambarannya tidak memerlukan pengukuran di lapangan, dan hanya didasari pada perspektif sudut padang ”Jika dilihat dari atas”. Peta sketsa ini adalah peta yang paling mudah digunakan oleh masyarakat.
Peta sketsa merupakan peta sementara yang biasanya berisi tentang tanda-tanda alam, karena dengan tanda-tanda alam tersebut orang akan mudah menentukan suatu lokasi. Tanda-tanda alam tersebut bisa berupa bukit, jalan, jurang, sungai, dan lainya.
Peta Dasar
Peta dasar adalah suatu peta yang
memperlihatkan pentunjuk atau ciri-ciri yang bisa dijadikan acuan, seperti sungai, jalan, bukit, yang selanjutnya akan berguna sebagai kerangka pembuatan peta tematik.
Peta dasar yang paling umum dan paling berguna adalah peta topografi (peta garis ketinggian suatu wilayah), dimana pada peta topografi akan dengan jelas digambarkan bentuk lahan, lembah, gunung, punggung bukit, kemiringan, dan sebagainya. Pembuatan peta dasar memerlukan
pengukuran di lapangan dengan menggunakan peralat yang bisa mengukur arah, dan jarak.
Peta Tematik.
Peta tematik merupakan kelanjutan dari peta dasar, artinya peta dasar yang sudah akan ditambah dengan simbol-simbol, atau warna tertentu. Dengan simbol dan warna tertentu dapat disampaikan informasi mengenai keadaan lapangan. Peta tematik dapat berupa peta jenis tanah, peta kemiringan lahan, peta kepemilikan lahan dan lain sebagainya.
Gambar 6: Contoh Peta Sketsa.
Gambar 7: Contoh Peta Dasar.
1.7.
APA SAJA YANG BISA DIPETAKAN?
Peta yang digambar diharapkan dapat menampilkan unsur-unsur yang dapat memberikan informasi tentang kondisi lahan secara lengkap, adapun unsur-unsur yang ditampilkan adalah: 1. Unsur Batas, yaitu terdiri dari :
Batas Penggunaan Lahan (misalnya : sawah, kebun, hutan, pekarangan, pemukiman dll) Batas Penggarapan Lahan (siapa penggarapnya)
Batas Kepemilikan Lahan (siapa pemilikinya)
Batas Administrasi (misalnya : batas dusun, desa, atau kecamatan), dll. 2. Unsur Komunikasi yang terdiri dari :
Jalan Aspal, Jalan Batu, Jalan Tanah, Jalan Setapak, Rel kereta api, dll. 3. Unsur Air yang terdiri dari :
Mata air, Sungai, Parit, Saluran, Danau, Waduk, Situ, Kolam, Bendungan, Pintu air, dll. 4. Unsur Bangunan yang terdiri dari:
Rumah, Gardu, Saung, dll.
5. Unsur Sarana-Prasarana yang terdiri dari:
Tiang listrik dan Jaringan listrik, Tiang telepon dan Jaringan telepon, Tiang pemancar/relay telepon selular, dll.
6. Unsur Penggunaan lahan yang terdiri dari:
Pekarangan, Kebun, Sawah Irigasi, Sawah Tadah hujan, dll. 7. Unsur Tanaman yang terdiri dari:\
Jenis dan letak tanaman pangan dan jenis dan letak tanaman kayu-kayuan.
1.8.
SKALA PETA
Peta dibuat dengan berdasarkan skala dengan tujuan ketepatan peta. Skala dalam peta adalah jarak yang ada di dalam peta tersebut menunjukkan perbandingan yang sama dengan jarak di lapangan. Seperti misalnya 1 cm di peta mewakili 20 m di lapangan, maka jarak 1 cm di peta sama dengan 20 m di lapangan.
Skala biasanya ditunjukkan dalam bentuk pembagian sebagai berikut : 1 : 2.000 yang berarti
1 cm dalam peta = 2.000 cm di lapangan, atau 1 cm dalam peta = 20 m di lapangan
5 cm dalam peta = 100 m di lapangan
Demikian juga berlaku untuk unit ukuran yang lain, jika menggunaka inchi, maka 1 inchi di peta = 2,000 inchi di lapangan.
Semakin besar angka ditunjukkan disebelah angka satu (”1: ”), maka akan semakin kurang rinci peta yang ditunjukkan / dihasilkan.
Skala juga dapat ditunjukkan dalam bentuk skala grafik atau disebut juga skala batang. Skala ini berbentuk seperti sebuah penggaris dan biasanya terletak di pinggir peta. Namun penunjuk yang ada tidak sama artinya dengan penunjuk milimeter dalam penggaris biasa. Penunjuk tersebut mewakili suatu jarak tertentu dalam peta dengan jarak di lapangan.
0 0.5 1 2Km
1 0.5 0 1Km
1 0.5 0 1 2
Km
0 0.5 1 2 3
Km
Gambar 9: Skala Peta.
1.9.
PERSYARATAN TEKNIS PETA:
Suatu peta harus digambar mengikuti aturan teknis, sehingga setiap pembaca peta akan dengan mudah memahami setiap informasi yang digambarkan pada peta tersebut, diantaranya adalah;
1. Peta harus digambar dengan mempertimbangkan arah mata angin, di mana ketika peta dibaca, maka pembaca peta akan merasa seolah-olah dalam posisi berdiri menghadap ke arah Utara. Jadi arah mata angin di gambar peta adalah sbb:
• Utara ada di bagian ATAS,
• Timur ada di bagian KANAN,
• Selatan ada di bagian BAWAH sedang
• Barat ada di bagian KIRI.
Gambar 10: Arah mata angin.
2. Unsur-unsur yang diletakkan pada peta digambar dengan simbol-simbol yang umum dipergunakan sehingga dapat dimengerti oleh setiap pembaca peta.
3. Peta harus dilengkapi dengan ANOTASI yaitu keterangan tentang unsur-unsur yang terdapat pada peta, di mana keterangan tersebut diletakkan langsung di dekat unsur yang digambarkan. misalnya; wilayah, sungai, gunung/bukit, puncak ketinggian dll.
(Lintang) ke kanan (Bujur). GRID berguna untuk mempermudah dalam memperkirakan jarak antar unsur yang digambarkan oleh pembuat peta
5. Peta harus memiliki petunjuk SKALA peta yang dapat digambarkan dalam bentuk balok skala atau dalam bentuk angka. Skala adalah perbandingan ukuran unsur SESUNGGUH-nya di lapangan dengan ukuran GAMBAR yang mewakiliSESUNGGUH-nya di peta, sebagai contoh; unsur jalan yang mempunyai panjang 100 m (10,000 cm) pada peta yang mempunyai skala 1 : 1 000 digambar 10 cm.
6. Sekalipun peta digambar dengan mempertimbangkan arah mata angin (No. 1 di atas), peta tetap harus dilengkapi dengan simbol arah UTARA yang dapat digambar menjadi satu dengan petunjuk skala, sebagai contoh dapat dilihat Gambar 2 di bawah,
atau
meter
0 250 500
0 250 500
U
Skala 1 : 1000
U
Gambar 11: Contoh penggambaran simbol utara dan petunjuk skala peta.
7. Peta harus memiliki LEGENDA, yaitu daftar keterangan tentang simbol-simbol yang mewakili unsur-unsur yang digambar dan dilengkapi dengan informasi tentang pembuat dan tanggal pembuatannya serta judul peta.
Skala :
Digambar : Tanggal 15 April 2007
Oleh Warga RW 30 Desa Sukatani
-1:20,0000 500 1,000m Legenda Jalan Besar Jalan Desa Jalan Setapak Sungai Batas RT Batas Kampung Batas Desa
Tata Guna Lahan Hutan Kebun Pemukiman Rumput Sawah Irigasi Sawah Tadah Hujan Tegalan
Gambar 12: Contoh Legenda Peta.
1.10.
PERALATAN DAN BAHAN:
Peralatan dan bahan untuk menggambar peta lahan disesuaikan dengan tahap pelaksanaannya, adapun daftar peralatan dan bahan adalah :
1. Alat dan Bahan untuk Pengukuran
a. Kertas HVS ukuran A4, untuk membuat tabel pengukuran di lapangan
Penjepit kertas
Papan triplex Ukuran: ± 33 cm x 23 cm
Gambar 13: Clip board.
c. Pensil HB, Rautan pensil dan Karet penghapus d. Kompas, untuk mengukur arah (azimuth/bearing)
Bagaimana membaca kompas? Dengan kompas kita dapat membaca azimuth/ bearing, azimuth/bearing adalah sudut yang dibentuk oleh arah tertentu terhadap arah utara magnetis. Arahkan bidikan kompas ke arah titik tempat yang akan kita ukur bearingnya, putar piringan kompas hingga tanda panah uatar pada posisi searah dengan jarum magnetis. Dekatkan mata ke kompas dan baca tanda penunjuk
pembacaan sudut bearing. Pastikan tidak ada gangguan terhadap kompas, misalnya tidak dekat dengan logam atau magnet yang lain.
Gambar 14: Kompas.
o
l
Pohon A
U
o
Pohon BPohon C
αo βo
δo
Gambar 16: Cara pembacaan azimuth bearing arah kompas.
Pembacaan azimuth pada kompas :
Pohon A, azimuth α°= 45° dari arah utara (0°) Pohon B, azimuth β°= 90° dari arah utara (0°) Pohon B, azimuth δ°= 270° dari arah utara (0°) e. Klinometer, untuk mengukur lereng.
Gambar 17: Klinometer.
Busur derajat Mistar 30 cm Bandul pemberat Benang 0o
Gambar 18: Pengganti Klinometer.
Klinometer adalah alat untuk mengukur sudut miringan suatu lereng. Arahkan bidikan klinometer ke ujung lereng yang akan diukur. Baca derajat kemeringan lereng tersebut.
Apabila Klinometer tidak tersedia, maka peralatan pengukur lereng dapat digantikan dengan Busur derajat 360° yang
αo
Gambar 19: Cara Penggunaan Klinometer.
αo
0o
o
Garis horisontal
Gambar 20: Cara pembacaan klinometer.
Pembacaan klinometer :
Sudut kemiringan lereng adalah sudut antara posisi 0 o busur dengan benang pemberat (α°). Jika arah bidikan obyek ke atas, sudut kelerengan bernilai positif, sedangkan bidikan obyek ke bawah sudut kemiringan bernilai negatif.
f. Pita ukur, panjang 25 meter, untuk mengukur jarak
g. Patok Bambu (A) panjang kurang lebih 150 cm, diameter 5 cm yang diberi warna terang (Kuning atau Merah) pada salah satu ujungnya, sementara pada bagian ujung lainnya dibuat lancip. Pada jarak sekitar 15 s/d 20 cm dari ujung yang lancip diberi tanda sebagai batas kedalaman penancapan. Diperlukan minimal sebanyak 3 batang.
Dipotong rata di atas ruas
Dicat di bagian
ujungnya Dipotong
runcing Diberi tanda untuk batas
kedalaman penancapan Dipotong rata di
atas ruas
Dicat di bagian ujungnya Dipotong rata di atas ruas
Dicat di bagian
ujungnya Dipotong
runcing Diberi tanda untuk batas
kedalaman penancapan Gambar 22: Patok Bambu A.
h. Patok Bambu (B) panjang 35 cm,diameter 5 cm yang diberi warna terang (Kuning atau Merah) pada salah satu ujungnya, sementara pada bagian ujung lainnya dibuat lancip. sebanyak 30 batang
Dipotong rata di atas ruas
Dicat di bagian
Gambar 23: Patok Bambu B.
i. Parang atau Golok, untuk membersihkan tempat pemasangan patok dan jalur pengukuran dari ranting semak-semak, agar patok dapat terlihat oleh pembaca alat yang berada pada posisi yang berseberangan
2. Alat dan Bahan untuk Menggambar Peta
a. Kertas milimeter blok ukuran A3 (297 mm x 420 mm) b. Pensil HB dan Karet penghapus
c. Spidol warna kecil 4 warna (Merah, Biru, Hijau dan Hitam) d. Busur derajat 360°
Gambar 24: Busur Derajat 360°
a. Kalkulator sederhana, untuk menghitung penjumlahan dan perkalian b. Penggaris mistar, panjang 30 cm
1.11.
PENGUKURAN UNSUR-UNSUR LAHAN
DI LAPANGAN
1.11.1.
METODA PENGUKURAN:
1. Pengukuran unsur-unsur lahan dilakukan dengan cara mengelilingi lahan dengan menyusuri batas lahan, di mana pada setiap posisi tertentu yaitu tergantung pada kondisi dan bentuk lahan serta terdapat unsur-unsur yang perlu dipetakan, maka posisi tersebut akan ditetapkan sebagai titik untuk melakukan pengukuran, yang selanjutnya dari titik-titik tersebut dilakukan pengamatan dan pencatatan setiap unsur yang berada di sekitarnya.
Gambar 25: Proses pengukuran lapangan oleh masyarakat.
Adapun posisi-posisi yang perlu ditentukan adalah sebagai berikut: Pada posisi terdapat perubahan arah atau kelokan batas lahan Pada posisi terdapat perubahan kecuraman lereng
Pada posisi yang didekatnya terdapat obyek-obyek penting, misalnya pohon, sungai, pondok/ saung, batu besar dll.
2. Pengukuran lahan diikatkan pada suatu posisi yang disebut sebagai ”Titik Ikat”. Titik ikat berguna sebagai petunjuk keberadaan lahan tersebut terhadap lingkungannya sehingga setelah lahan tersebut dipetakan, mudah untuk ditemukan kembali. Untuk itu, posisi yang ditetapkan sebagai titik ikat harus memilih suatu unsur yang berada di dekat dengan lahan dan harus bersifat permanen. Bilamana mungkin unsur yang ditetapkan sebagai titik ikat merupakan suatu tanda/ patok pedoman pengukuran lahan resmi, misalnya patok BPN, patok Bakosurtanal atau patok Jantop. Namun demikian, apabila unsur ini tidak terdapat di lapangan, unsur-unsur lain yang penting misalnya persimpangan jalan, pertemuan 2 sungai, tiang listrik, tiang pancang dan lainnya dapat juga dipergunakan sebagai titik ikat lahan.
1.11.2.
PEMBAGIAN TUGAS ANGGOTA KELOMPOK:
Setiap kelompok pengukur lahan sekurang-kurangnya harus mempunyai 4 orang anggota yang masing-masing mempunyai tugas yang berbeda, yaitu sebagai berikut;
Ketua kelompok, bertugas memimpin pelaksanaan pengukuran, di mana tugasnya termasuk memimpin musyawarah dalam menentukan titik-titik posisi dan unsur-unsur yang harus dicatat dan diukur untuk ditampilkan dalam peta, serta mengontrol petugas Pembaca alat, apabila dirasakan hasil bacaannya meragukan.
Pembaca Alat, bertugas membaca alat ukur yang terdiri dari; Kompas, Klinometer dan Pita ukur.
Pencatat, bertugas mencatat kode titik yang ditentukan oleh Pimpinan pengukuran dan mencatat nilai-nilai pengukuran yang dibaca oleh Pembaca Alat ukur.
1.11.3.
LANGKAH PERSIAPAN:
1. Pencatat menyiapkan tabel pengukuran pada kertas A4 sebagaimana contoh Tabel Pengukuran yang dapat dilihat pada Lampiran 2, di mana tabel tersebut mempunyai kolom-kolom yang dijelaskan di bawah:
Kolom “No.” diisi dengan nomor urut titik pengukuran
Kolom “Titik Awal” diisi dengan kode titik pada posisi awal pengukuran, misalnya P0, P1, P2 dan seterusnya.
Kolom “Titik Depan” diisi dengan kode titik posisi berikutnya yang diukur dari titik awal, misalnya P1, P2, P3, P1-1, P1-2 dan seterusnya
Kolom “Jarak Lapangan” diisi dengan nilai hasil pengukuran yang didapat dari pembacaan pita ukur dalam satuan meter.
Kolom “Arah” diisi arah mata angin hasil pembacaan Kompas, dalam satuan derajat (°).
Kolom “Lereng” diisi dengan nilai kmiringan lahan hasil pengukuran dengan Klinometer, dalam satuan derajat (°)
Kolom “Cosinus α“ diisi factor pengali untuk mendapatkan jarak datar, besaran nilainya dapat dilihat pada tabel Cosinus, lihat Lampiran 3, kolom ini diisi pada persiapan pemetaan.
Kolom “Jarak datar” didisi dengan nilai jarak yang akan digambarkan pada peta. Nilai jarak datar didapatkan berdasarkan nilai jarak lapangan dengan mempertimbangkan nilai lereng. Penjelasan mengenai jarak datar akan dijelaskan pada bab pemetaan, kolom ini diisi pada persiapan pemetaan.
Kolom “Tangen α“ diisi dengan factor pengali untuk mendapatkan nilai Beda tinggi, besaran nilainya dapat dilihat pada tabel Tangen, lihat Lampiran 4, kolom ini diisi pada persiapan pemetaan.
Kolom “Beda tinggi” diisi dengan nilai perbedaan tinggi dari titik awal dan titik depan, kolom ini diisi pada persiapan pemetaan.
Kolom ”Keterangan” diisi catatan/ informasi tentang titik posisi yang dicatat pada kolom ”Kode Titik”.
2. Ketua kelompok menyiapkan semua peralatan ukur dan membagi ke petugas sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya:
Alat pencatat menjadi tanggung jawab Pencatat.
Kompas, Klinometer dan Pita Ukur menjadi tanggung jawab Pembaca Alat. Patok menjadi tanggung jawab Ketua kelompok
Parang/ Golok menjadi tanggung jawab Target-man.
1.11.4.
PELAKSANAAN PENGUKURAN LAHAN:
2. Ketua kelompok selanjutnya menentukan posisi titik awal pengukuran yang diberi kode titik P1 dan memasang patok panjang pada posisi ini. Untuk memudahkan pengukuran biasanya titik P1 dipilih di posisi sudut lahan, selanjutnya pengukuran dilakukan sebagai berikut;
Target-men berjalan dari titik P0 dengan menarik ujung pita ukur yang pangkalnya dipegang oleh Pembaca Alat menuju ke titik P1.
Pembaca Alat yang memegang rol pita ukur mengencangkan tarikan pita ukur, selanjutnya membaca jarak yang dihasilkan pita ukur dan Pencatat menuliskan nilai yang dibacakan oleh Pembaca Alat ke dalam tabel.
Pembaca Alat kemudian membidikkan Kompas ke arah P1 untuk mendapatkan nilai arah mata angin dan menyebutkannya untuk dicantumkan pada tabel oleh petugas Pencatat.
Pembaca Alat melanjutkan pekerjaannya dengan membidikkan Klinometer ke arah P1 nilai arah lereng, yang selanjutnya nilai tersebut dituliskan pada tabel oleh petugas Pencatat.
Selesai pencatatan, patok P0 dapat dilepas kemudian Ketua kelompok, Pembaca Alat dan Pencatat berjalan menuju ke posisi P1
Gambar 26: Pola pengukuran.
Di posisi P1 Ketua kelompok mengamati keadaan sekitar, dan memusyawarahkan dengan anggota untuk mempertimbangkan apakah ada unsur-unsur penting yang perlu
Target-men berjalan dari titik P1 ke titik P1-1 (pohon) dengan menarik ujung pita ukur dan berdiri tegak di posisi ini.
Pembaca Alat yang memegang rol pita ukur mengencangkan tarikan pita ukur, selanjutnya membaca jarak yang dihasilkan pita ukur dan Pencatat menuliskan nilai yang dibacakan oleh Pembaca Alat ke dalam tabel.
Pembaca Alat secara berurutan kemudian membidikkan Kompas dan Klinometer ke arah Target-men untuk mendapatkan nilai arah dan lereng, yang selanjutnya nilai-nilai tersebut dituliskan pada tabel oleh Pencatat.
Selain menuliskan nilai-nilai yang disebutkan oleh Pembaca Alat, Pencatat harus pula menuliskan informasi tentang pohon yang diukur, misalnya; pohon JATI, lingkar batang 55 cm, tinggi kira-kira 20 meter
Apabila terdapat unsur lain yang dipertimbangkan perlu digambarkan dalam peta, maka langkah-langkah di atas dapat diaplikasikan pada unsur berikutnya.
Setelah selesai mengukur dan mencatat unsur-unsur yang perlu dari titik P1 maka pengukuran lahan dapat dilanjutkan dengan menentukan posisi titik P2 yang berada pada batas lahan.
3. Ketua kelompok menentukan posisi berikutnnya untuk memasang patok berdasarkan metoda pengukuran yang disebutkan di atas, dan memberikan kode titik P2 pada posisi ini, selanjutnya pengukuran dilakukan;
Target-men berjalan dari titik P1 ke P2 dengan menarik ujung pita ukur dan berdiri tegak menghadap ke arah P1 di belakang patok P2.
Pembaca Alat yang memegang rol pita ukur mengencangkan tarikan pita ukur, dilanjutkan dengan membaca jarak yang dihasilkan pita ukur dan Pencatat menuliskan nilai yang disebutkan oleh Pembaca Alat ke dalam tabel.
Pembaca Alat secara berurutan kemudian membidikkan Kompas dan Klinometer ke arah Target-men untuk mendapatkan nilai arah dan lereng, yang selanjutnya nilai-nilai tersebut dituliskan pada tabel oleh Pencatat.
Selesai pencatatan, kemudian Ketua kelompok, Pembaca Alat dan Pencatat berjalan menuju ke posisi P2. Catatan: patok P1 tidak dilepas, karena akan dipergunakan sebagai tujuan akhir pengukuran yang mengelilingi lahan.
Sebagaimana ketika berada di titik P1, Di titik P2 Ketua kelompok mengamati keadaan sekitar, dan memusyawarahkan dengan anggota untuk mempertimbangkan apakah ada unsur-unsur penting yang perlu ditampilkan dalam peta, apabila ada, maka unsur ini akan diukur dan dicatat dari titik P2, dengan pemberian kode titik berdasarkan P2, misalnya P2-1, P2-2, P2-3 dan seterusnya. Namun apabila diputuskan tidak ada unsur di sekitar P2 yang perlu diukur dan dicatat, maka pengukuran lahan dapat dilanjutkan ke posisi titik P3. 4. Ketua kelompok menentukan posisi titik baru dan memberikan kode titik P3 pada posisi
ini, selanjutnya pengukuran dilakukan;
Target-men berjalan dari titik P2 ke P3 dengan menarik ujung pita ukur dan berdiri tegak menghadap ke arah P2 di belakang patok P3.
Pembaca Alat yang memegang rol pita ukur mengencangkan tarikan pita ukur, dilanjutkan dengan membaca jarak yang dihasilkan pita ukur dan Pencatat menuliskan nilai yang disebutkan oleh Pembaca Alat ke dalam tabel.
Pembaca Alat secara berurutan kemudian membidikkan Kompas dan Klinometer ke arah Target-men untuk mendapatkan nilai arah dan lereng, yang selanjutnya nilai-nilai tersebut dituliskan pada tabel oleh Pencatat.
Sebagaimana ketika berada di titik P2, Di titik P3 Ketua kelompok mengamati keadaan sekitar, dan memusyawarahkan dengan anggota untuk mempertimbangkan apakah ada unsur-unsur penting yang perlu ditampilkan dalam peta, apabila ada, maka unsur ini akan diukur dan dicatat dengan cara seperti ketika mengukur unsur-unsur di sekitar titik sebelumnya.
5. Demikian selanjutnya langkah-langkah pengukuran dilakukan, dan karena metoda
pengukuran dilakukan dengan mengelilingi lahan, maka pengukuran akan berakhir ke titik P1.
Contoh hasil pengukuran dapat dilihat pada halaman berikut.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pengukuran di lapangan:
• Untuk meminimalkan kesalahan pembacaan lereng, maka patok panjang harus dipasang sama tinggi satu sama lainnya.
• Untuk meminimalkan kesalahan pembacaan arah, maka kompas sebaiknya diletakkan di atas patok dan menjauhkan benda-benda yang memiliki medan magnit, misalnya benda yang terbuat dari logam.
• Untuk menghindari kesalahan pembacaan alat ukur, maka Ketua kelompok harus selalu memperhatikan nilai-nilai yang disebutkan oleh petugas Pembaca Alat dan dan nilai-nilai yang ditulis oleh petugas Pencatat, sementara itu apabila di rasa ada kesalahan baca dan tulis, semua anggota kelompok dapat membantu
mengkoreksi.
1.12.
PEMETAAN UNSUR-UNSUR LAHAN DI
ATAS KERTAS
1.12.1.
METODA PEMETAAN:
Memindahkan nilai-nilai hasil pengukuran unsur-unsur beserta informasinya yang dicatat pada tabel pengukuran ke atas kertas, sehingga menghasilkan peta lahan berdasarkan kaidah-kaidah teknis peta.
Perlu diketahui, bahwa jarak hasil
pengukuran lahan di lapangan (jarak lapang) merupakan jarak nyata di lapangan yang mempunyai permukaan bidang yang tidak rata, tentu saja jarak lapang tidak dapat langsung digambarkan langsung ke atas kertas yang mempunyai permukaan bidang yang rata. Dengan demikian diperlukan
penyesuaian jarak dari jarak lapang menjadi jarak datar yang dapat digambarkan ke atas kertas
Dengan memanfaatkan formula-formula ilmu ukur segitiga (trigonometri), maka dari hasil pengukuran lapangan, baik jarak lapang maupun sudut lereng, maka jarak datar dan beda tinggi dapat dihitung.
1.12.2.
LANGKAH PERSIAPAN:
1. Siapkan semua peralatan termasuk kertas milimeter blok, yaitu kertas berwana dasar putih dan mempunyai garis-garis horizontal dan vertikal, berwarna lain (merah, hijau, biru atau kuning). Jarak antara garis tersebut sebesar 1 m. Pada setiap jarak 5 mm terdapat garis yang dicetak lebih tebal dibanding garis jarak 1 mm, kemudian setiap jarak 10 mm (1 cm) garis dicetak lebih tebal lagi, sehingga memudahkan pembacaan jarak pada kertas tersebut. Ukuran kertas yang dibutuhkan sebesar 119 x 84 cm (A0). Apabila tidak tersedia kertas milimeter blok, peta bisa digambar dengan menggunakan kertas gambar atau karton manila warna putih.
2. Tarik garis untuk membuat garis tepi peta dengan spidol hitam serta membagi ruangan peta dan komponen peta lain dengan ukuran pembagian ruangan sebagaimana dapat dilihat pada gambar 3.
3. Buat garis Grid dengan jarak 5 cm dengan menggunakan pensil. Bila menggunakan kertas milimeter blok cukup dengan menebalkan garis 10 mm pada setiap jarak 50 mm. 4. Rencanakan skala peta yang akan digambar, pada umumnya skala peta lahan dapat dibuat
dalam tiga skala, yaitu 1 : 2 500, 1 : 1 000 dan 1 : 500. Pemilihan skala tergantung luasan-luasan petak yang akan digambar. Apabila petak-petak yang akan digambar mempunyai luasan yang kecil, peta sebaiknya digambar dalam skala 1 : 500, sebaliknya bila luasannya besar maka peta dapat dibuat dalam skala 1 : 2 500. Sementara itu bila luasan petak-petaknya sedang, maka peta dapat dibuat dalam skala 1 : 1 000.
5. Siapkan tabel pengukuran lahan dan isi kolom Cosinus α dan Tangen α dengan
memanfaatkan Tabel Cosinus Sudut Lereng dan Tabel Tangen Sudut Lereng (Lampiran 3 dan Lampiran 4). Lanjutkan dengan mengisi kolom Jarak Datar dan Beda Tinggi, dengan formula sbb:
Jarak Datar = Jarak Lapang x Cosinus α Beda Tinggi = Jarak Datar x Cosinus α
Dengan mengisi kolom Cosinus α, Jarak Datar, Tangen α dan Beda tinggi, maka contoh Tabel Pengukuran akan terlihat sebagaimana terlihat pada halaman berikut.
6. Tuliskan setiap garis Grid dimulai dari nilai 0 (nol) pada sudut kiri bawah peta dan tambahkan nilai setiap garis Grid dengan interval nilai tergantung dengan skala peta, yaitu sebesar:
- 125 meter untuk skala 1 : 2 500 - 50 meter untuk skala 1 : 1 000 - 25 meter untuk skala 1 : 500
Lihat contoh, pada gambar di bawah
0 25 50
25 50
Skala 1 : 500
0 50 100
50 10
0
Skala 1 : 1 000
0 125 250
125 250
Skala 1 : 2 500
0 25 50
25 50
Skala 1 : 500
0 50 100
50 10
0
Skala 1 : 1 000
0 125 250
125 250
Skala 1 : 2 500
Gambar 29: Interval nilai grid sesuai skala peta.
1.12.3.
LANGKAH MENGGAMBAR PETA:
1. Posisikan diri seolah menghadap ke arah UTARA.
2. Dengan menggunakan pensil gambarkan titik ikat P0 pada kertas berdasarkan catatan yang terdapat tabel pengukuran. Agar lahan yang dipetakan dapat tergambar di tengah ruang peta, maka penempatan titik ikat P0 pada kertas dapat mengikuti beberapa
pedoman dengan memperhatikan arah P1 ke P2 yang tercatat pada tabel dan arah keliling pengukuran, yaitu sebagai berikut:
Bila arah P1 ke P2 cenderung menghadap ke Utara (sekitar 0° atau 360°) dan keliling pengukuran searah dengan jarum jam, maka titik P0 akan berada di bagian Bawah-Kiri ruang peta (Barat Daya).
Bila arah P1 ke P2 cenderung menghadap ke Utara (sekitar 0° atau 360°) dan keliling pengukuran berlawanan arah dengan jarum jam, maka titik P0 akan berada di bagian Bawah-Kanan ruang peta (Tenggara).
Bila arah P1 ke P2 cenderung menghadap ke Timur (sekitar 45°) dan keliling pengukuran searah dengan jarum jam, maka titik P0 akan berada di bagian Atas-Kiri ruang peta (Barat Laut).
Bila arah P1 ke P2 cenderung menghadap ke Timur (sekitar 45°) dan keliling pengukuran berlawanan arah dengan jarum jam, maka titik P0 akan berada di bagian Bawah-Kiri ruang peta (Barat Daya).
Bila arah P1 ke P2 cenderung menghadap ke Selatan (sekitar 180°) dan keliling pengukuran searah dengan jarum jam, maka titik P0 akan berada di bagian Atas-Kanan ruang peta (Timur Laut).
Bila arah P1 ke P2 cenderung menghadap ke Selatan (sekitar 180°) dan keliling pengukuran berlawanan arah dengan jarum jam, maka titik P0 akan berada di bagian Atas-Kiri ruang peta (Barat Laut).
8. Selanjutnya peta dilengkapi dengan ANOTASI dan LEGENDA, serta keterangan-keterangan yang diperlukan berdasarkan persyaratan teknis peta.
7. Penggambaran peta lahan dilanjutkan dengan melengkapi dengan menggambarkan unsur-unsur yang ada dengan menggunakan simbol-simbol yang mudah dimengerti. Ketika gambar telah sesuai dengan kondisi lapangan, maka garis-garis gambar peta dapat di tegaskan dengan menggunakan spidol, dan di warnai sesuai dengan warna-warna yang cocok dengan unsur yang digambarkan.
Contoh bentuk simbol-simbol unsur dan pewarnaannya dapat dilihat pada lampiran 6, Daftar Simbol Unsur.
6. Demikian selanjutnya, ulangi langkah ke 3 s/d 5 di atas secara berurutan untuk
menggambarkan letak titik-titik yang didapat dari hasil pengukuran di lapangan, sampai kembali pada titik P1, maka di atas kertas akan tergambarkan bentuk lahan yang diukur di lapangan, sebagaimana terlihat pada gambar di bawah.
5. Tuliskan ANOTASI titik P1 dilengkapi dengan nilai beda tinggi yang didapat dari tabel pengukuran pada kolom Beda Tinggi, sebagai berikut:
P1 ; BT= 0
Artinya: titik tersebut adalah posisi titik P1 yang mempunyai perbedaan tinggi dari titik sebelumnya 0 meter.
4. Tarik garis dari titik P0 ke arah yang ditunjukan oleh busur derajat sepanjang nilai yang dicatat pada tabel pengukuran di lapangan pada kolom Jarak Datar dengan
memperhitungkan skala yang ditentukan pada penggambaran peta untuk mendapatkan letak titik P1. Sebagai contoh:
3. Tarik garis vertikal sejajar Grid melewati titik P0, kemudian dari titik P0 gunakan busur derajat untuk mendapatkan arah titik P1 sesuai dengan catatan pada tabel pengukuran. Perlu diingat saat menggunakan busur derajat, karenan posisi 0° pada busur derajat harus selalu berada di bagian atas (titik 0° mewakili arah utara) maka posisi 0° dan 180° harus diatas garis vertikal yang baru dibuat.
Jarak P0 ke P1 sepanjang 10.2 meter
Maka garis yang akan digambar pada peta adalah; 10.2 x 100 : 500 = 2.04 cm
Peta digambar pada skala 1 : 500
Bila arah P1 ke P2 cenderung menghadap ke Barat (sekitar 270°) dan keliling pengukuran berlawanan arah dengan jarum jam, maka titik P0 akan berada di bagian Atas-Kanan ruang peta (Timur Laut).
Contoh hasil pengukuran Lahan di lapangan
Tabel Pengukuran Lahan
Blok: CIMALAYA______________ Penggarap:
ASEP___________________
Dusun: CIJAMBE__________________ Pemilik: ASEP____________
Desa: SUKAMULYA______________
No Titik Awal Titik Depan Jarak Lapangan (m) Arah (°) Lereng (°) Cosinus α Jarak Datar (m) Tangen α Beda Tinggi (m) Keterangan
1 P0
Simpang tiga jalan Cibeureum-Cikoneng dengan jalan desa Sukajaya
2 P0 P1 10.2 80 0
3 P1 P1-1 4.3 69 0 P1-1: Pohon JATI, lingkar batang 55 cm, tinggi sekitar 20 m
4 P1 P1-2 5.7 133 0 P1-2: Batu Kali ukuran 2 x 1
meter, tinggi 1 meter
5 P1 P2 19.6 45 0
6 P2 P3 21.2 94 -4
7 P3 P4 15.8 145 -6
8 P4 P5 18.3 241 +5 Tebing Sungai Cijati
9 P5 P6 23.8 219 +3 Tebing Sungai Cijati
10 P6 P7 13.6 276 +2 Persilangan Jalan Setapak dgn
Tebing Sungai Cijati
11 P7 P8 13.4 13 0 Jalan Setapak ke Sungai Cijati
2.
LAMPIRAN
Lampiran 1: Tabel Pengukuran Lahan
Lampiran 2: Tabel Cosinus Sudut Lereng
Lampiran 3: Tabel Tangen Sudut Lereng
Lampiran 4: Daftar Simbol Unsur
LAMPIRAN 1
Tabel Pengukuran Lahan
Blok: _________________________ Penggarap:
_________________________
Dusun: _________________________ Pemilik:
_________________________ Desa: _________________________
No Titik Awal
Titik Depan
Jarak Lapangan
(m)
Arah (°)
Lereng (°)
Cosinus α
Jarak Datar
(m)
Tangen α
Beda Tinggi
(m)
No Awal Titik Depan Titik
Jarak Lapangan
(m)
Arah (°)
Lereng (°)
Cosinus α
Jarak Datar
(m)
Tangen α
Beda Tinggi
(m)
LAMPIRAN 2
Daftar Cosinus Sudut Lereng (
α
)
α
Jarak Lapang
Jarak Datar
untuk menghitung Jarak datar
Jarak datar = Jarak lapang x Cosinus α
Jarak lapang:: Jarak hasil ukuran di Lapangan Jarak datar: Jarak yang digambarkan di peta Cosinus α: Cosinus sudut lereng
Lereng (°) Cosinus α Lereng (°) Cosinus α Lereng (°) Cosinus α
0 1.0000 30 0.8660 60 0.5000
1 0.9998 31 0.8572 61 0.4848
2 0.9993 32 0.8480 62 0.4694
3 0.9986 33 0.8387 63 0.4534
4 0.9976 34 0.8290 64 0.4384
5 0.9962 35 0.8191 65 0.4226
6 0.9945 36 0.8090 66 0.4067
7 0.9925 37 0.7986 67 0.3907
8 0.9903 38 0.7880 68 0.3746
9 0.9877 39 0.7771 69 0.3583
10 0.9848 40 0.7660 70 0.3420
11 0.9816 41 0.7547 71 0.326
12 0.9781 42 0.7431 72 0.309
13 0.9745 43 0.7313 73 0.292
14 0.9703 44 0.7193 74 0.276
15 0.9659 45 0.7071 75 0.259
16 0.9613 46 0.6946 76 0.242
17 0.9563 47 0.6820 77 0.225
18 0.9511 48 0.6691 78 0.208
19 0.9455 49 0.6560 79 0.191
20 0.9397 50 0.6428 80 0.174
21 0.9336 51 0.6293 81 0.156
22 0.9272 52 0.6156 82 0.139
23 0.9205 53 0.6018 83 0.122
24 0.9135 54 0.5878 84 0.105
25 0.9063 55 0.5736 85 0.087
26 0.8988 56 0.5592 86 0.070
27 0.8910 57 0.5446 87 0.052
28 0.8829 58 0.5299 88 0.035
29 0.8746 59 0.5150 89 0.017
Lereng (°)
Cosinus
α Lereng (°)
Cosinus
α Lereng (°)
Cosinus
LAMPIRAN 3
Daftar Tangen Sudut Lereng (
α
)
untuk menghitung Beda tinggi
α
Jarak Datar
Beda tinggi
Beda tinggi = Jarak datar x Tangen α
Beda tinggi:: Selisih tinggi titik awal dgn titik depan Jarak datar: Jarak yang digambarkan di peta Tangen α: Tangen sudut lereng
Lereng (°) Tangen α Lereng (°) Tangen α Lereng (°) Tangen α
0 0.0000 30 0.5774 60 1.7321
1 0.0175 31 0.6009 61 1.8040
2 0.0349 32 0.6249 62 1.8807
3 0.0524 33 0.6494 63 1.9626
4 0.0699 34 0.6745 64 2.0503
5 0.0875 35 0.7002 65 2.1445
6 0.1051 36 0.7265 66 2.2460
7 0.1228 37 0.7536 67 2.3558
8 0.1405 38 0.7813 68 2.4751
9 0.1584 39 0.8098 69 2.6051
10 0.1763 40 0.8391 70 2.7475
11 0.1944 41 0.8693 71 2.9042
12 0.2126 42 0.9004 72 3.0777
13 0.2309 43 0.9325 73 3.2708
14 0.2493 44 0.9657 74 3.4874
15 0.2679 45 1.0000 75 3.7320
16 0.2867 46 1.0355 76 4.0108
17 0.3057 47 1.0724 77 4.3315
18 0.3249 48 1.1106 78 4.7046
19 0.3443 49 1.1504 79 5.1445
20 0.3640 50 1.1918 80 5.6713
21 0.3839 51 1.2349 81 6.3137
22 0.4040 52 1.2799 82 7.1154
23 0.4245 53 1.3270 83 8.1443
24 0.4452 54 1.3764 84 9.5144
25 0.4663 55 1.4281 85 11.4300
26 0.4877 56 1.4826 86 14.3007
27 0.4877 57 1.5398 87 19.0811
28 0.5317 58 1.6003 88 28.6362
29 0.5543 59 1.6643 89 57.2899
ENVIRONMENTAL SERVICES PROGRAM WWW.ESP.OR.ID 30
LAMPIRAN 4
ENVIRONMENTAL SERVICES PROGRAM WWW.ESP.OR.ID 31
Daftar Simbol Unsur dalam Pemetaan Lahan Desa Partisipatif,
Skala Peta 1 : 2500 s/d 1 : 500
Simbol
No Unsur
Bentuk Deskripsi, Warna
A. Unsur – unsur Batas Administrasi
1 Batas Propinsi Garis - plus, Hitam
2 Batas Kabupaten Garis – titik 3,
Hitam
3 Batas Kecamatan Garis - titik 2, Hitam
4 Batas Desa Garis - titik 1, Hitam
B. Unsur – unsur Air
1 Sungai kecil Garis, Biru
2 Sungai lebar Poligon, Biru muda
dgn Garis luar, Biru 3 Alur Sungai (kering di musim kemarau) Garis putus-putus,
Biru
4 Saluran Garis dgn mata
panah arah aliran air, Biru
5 Danau, Telaga/Situ, Waduk Poligon, Biru muda
dgn Garis luar, Biru
6 Mata Air Biru
7 Bendungan Hitam
8 Pintu Air Hitam
C. Unsur – unsur Komunikasi
1 Jalan Aspal Poligon, Hitam dgn
Garis luar, Merah
2 Jalan Batu Poligon, Abu-abu
dng Garis luar, Merah
3 Jalan Tanah Poligon Coklat
muda dgn Garis luar, Merah
Simbol
No Unsur
Bentuk Deskripsi, Warna
5 Rel Kereta api Hitam
6 Jembatan Hitam
D. Unsur – unsur Sarana dan Prasarana
1 Kantor Kecamatan Hitam
2 Kantor Desa Hitam
3 Puskesmas Hitam
4 Masjid Hitam
5 Gereja Hitam
6 Biara/ Kelenteng/ Candi Hitam
7 Sekolah Hitam
8 Pasar Hitam
9 Terminal Bus/ Angkutan Umum Hitam
10 Stasiun KA Hitam
11 MCK umum Hitam
12 Penyeberangan Sungai/ Danau Hitam
ENVIRONMENTAL SERVICES PROGRAM WWW.ESP.OR.ID 33
Simbol
No Unsur
Bentuk Deskripsi, Warna
14 Telepon Umum/ Wartel Hitam
15 Kantor Pos Hitam
16 Bank Hitam
17 Jaringan Listrik Tegangan Tinggi Hijau
18 Jaringan Listrik Tegangan Rendah Hijau
19 Jaringan Pipa Air Minum Biru
20 Jaringan Kabel Telepon Biru
21 Menara Jaringan Listrik Tegangan Tinggi
Hitam
22 Menara Telepon Selular Hitam
23 Rumah Hitam
E. Unsur – unsur Guna Lahan
1 Hutan Poligon Hijau Tua -
Pohon Hitam (pohon)
2 Perkebunan Poligon Hijau
Kekuningan - Pohon Hitam
3 Ladang/ Kebun Campur Poligon Hijau Muda
4 Sawah Irigasi Poligon Kuning
5 Sawah Tadah Hujan Poligon Kuning
Muda
6 Padang rumput/ Lapangan Poligon Putih -
Rumput Hijau
Simbol
No Unsur
Bentuk Deskripsi, Warna
8 Kuburan/ Pemakaman Poligon Coklat
muda
9 Industri (Pabrik)/ Pergudangan Poligon Ungu muda
10 Tambak/ Kolam Ikan Poligon Biru Muda -
Ikan Hitam
11 Lahan Terlantar Poligon Coklat
F. Unsur – unsur penting lain
1 Puncak Bukit/ Gunung Hitam
LAMPIRAN 5
Menghitung Luasan suatu wilayah dengan metoda ”Dot
Grid”
Menghitung suatu luasan wilayah yang berbentuk poligon tidak beraturan dapat dilakukan secara pendekatan dengan menggunakan lembaran ”Dot Grid”, yaitu suatu lembar transparan yang terbagi merata dengan garis horisontal dan vertikal pada jarak 5 cm, yang mana pada setiap luasan bujur sangkar yang terbentuk oleh garis horisontal dan vertikal tersebut di atas terdapat 100 titik yang terbagi merata dan jarak antar titik 5 mm, sehingga dalam setiap 1 Cm2 akan terdapat 4 titik yang dapat dipergunakan untuk menghitung luasan pada skala yang bervariasi, yaitu; skala 1 : 10 000, skala 1 : 5 000 dan skala 1 : 1 000.
Pemahaman cara menghitung luasan dengan metode ini adalah sebagai berikut: 1. Skala 1 : 10.000 :
Dengan perhitungan 100 M di lapangan = 1 Cm di peta 1 Cm2 = 10.000 Cm x 10.000 Cm
1 Cm2 = 108 Cm2 1 Cm2 = 104 M2
1 Cm2 = 10-2 Km2 1 Km2 = 100 Ha 1 Cm2 = 0,01 Km2
1 Cm2 = 0,01 x 100 Ha
1 Cm2 = 1 Ha 4 titik = 1 Ha
Jadi pada skala 1 : 10 000 ; 1 titik = 0,25 Ha 2. Skala 1 : 5.000 :
Dengan perhitungan 50 M di lapangan = 1 Cm di peta 1 Cm2 = 5.000 Cm x 5.000 Cm
1 Cm2 = 25 x 106 Cm2 1 Cm2 = 25 x 102 M2
1 Cm2 = 25 x 10-4 Km2 1 Km2 = 100 Ha 1 Cm2 = 0,0025 Km2
1 Cm2 = 0,0025 x 100 Ha
1 Cm2 = 0,25 Ha 4 dot = 0,25 Ha Jadi pada skala 1 : 5 000 ; 1 titik = 0,0625 Ha
3. Skala 1 : 1.000 :
Dengan perhitungan 10 M di lapangan = 1 Cm di peta 1 Cm2 = 1.000 Cm x 1.000 Cm
1 Cm2 = 106 Cm2 1 Cm2 = 102 M2
1 Cm2 = 10-4 Km2 1 Km2 = 100 Ha 1 Cm2 = 0,0001 Km2
1 Cm2 = 0,0001 x 100 Ha
1 Cm2 = 0,01 Ha 4 dot = 0,01 Ha Jadi pada skala 1 : 1 000 ; 1 titik = 0,0025 Ha
4. Skala 1 : 500 :
Dengan perhitungan 5 M di lapangan = 1 Cm di peta 1 Cm2 = 500 Cm x 500 Cm
1 Cm2 = 25 x 10-6 Km2 1 Km2 = 100 Ha 1 Cm2 = 0,000025 Km2
1 Cm2 = 0,000025 x 100 Ha
1 Cm2 = 0,0025 Ha 4 dot = 0,0025 Ha Jadi pada skala 1 : 500 ; 1 titik = 0,000625 Ha
5. Skala 1 : 200:
Dengan perhitungan 2 M di lapangan = 1 Cm di peta 1 Cm2 = 200 Cm x 200 Cm
1 Cm2 = 2 x 104 Cm2 1 Cm2 = 2 x 100 M2
1 Cm2 = 2 x 10-6 Km2 1 Km2 = 100 Ha 1 Cm2 = 0,000002 Km2
1 Cm2 = 0,000002 x 100 Ha
1 Cm2 = 0,0002 Ha 4 dot = 0,0002 Ha Jadi pada skala 1 : 200 ; 1 titik = 0,00005 Ha
6. Skala 1 : 100:
Dengan perhitungan 1 M di lapangan = 1 Cm di peta 1 Cm2 = 100 Cm x 100 Cm
1 Cm2 = 104 Cm2 1 Cm2 = 100 M2
1 Cm2 = 10-6 Km2 1 Km2 = 100 Ha 1 Cm2 = 0,000001 Km2
1 Cm2 = 0,000001 x 100 Ha
1 Cm2 = 0,0001 Ha 4 dot = 0,0001 Ha Jadi pada skala 1 : 100 ; 1 titik = 0,000025 Ha
Terlampir lembar ”Dot Grid” yang dapat dipakai sebagai pendekatan untuk menghitung luasan suatu poligon dengan cara ini.
Adapun cara untuk menghitung dengan metoda ini adalah sebagai berikut: 1. Cetak lembar ”Dot Grid” (terlampir) pada selembar plastik transparan
2. Letakkan lembar cetak Dot Grid di atas poligon yang ada pada lembar peta yang digambar berdasarkan hasil penggukuran lapangan
ENVIRONMENTAL SERVICES PROGRAM
Ratu Plaza Building, 17
th. Fl.
Jl. Jend. Sudirman No. 9
Jakarta 10270
Indonesia
Tel. +62-21-720-9594
Fax. +62-21-720-4546