• Tidak ada hasil yang ditemukan

SUMBANGSIH NILAI MATEMATIKA DALAM mewuiudkan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "SUMBANGSIH NILAI MATEMATIKA DALAM mewuiudkan"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

SUMBANGSIH NILAI MATEMATIKA DALAM

MEMBANGUN KARAKTER BANGSA1

Muniri

Jurusan Tadris Matematika IAIN Tulungagung muniri_t@yahoo.co.id

Abstrak: Kajian mengenai karakter bangsa sesungguhnya diilhami adanya banyak

fenomena dan kasus merosotnya moral anak bangsa yang disuguhkan lewat tayangan berbagai media baik cetak maupun elektronik yang mengusik rusaknya tatanan kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara yang wujudnya berupa permasalahan kemanusian yang tragis dan anarkis yang secara terus menerus terjadi seakan-akan tiada henti. Fenomena ini telah merasuk pada setiap tingkatan level kehidupan, mulai kriminalitas anak pinggiran, perkotaan hingga tindak kejahatan para penguasa dan intelektual berupa tindak pidana korupsi. Banyak kalangan menjustifikasi bahwa penyebab utama dari hal di atas adalah gagalnya dunia pendidikan kita dalam mencetak generasi yang handal. Penyebab lain mungkin akibat derasnya laju transformasi informasi yang kurang terseleksi secara baik, atau mungkin disebabkan oleh keringnya nilai-nilai agama dalam diri manusia atau mungkin disebabkan oleh kurang berimbangnya antara kemajuan sains dan teknologi dengan peningkatan pemahaman nilai-nilai keagamaan.

Kata-kata Kunci: Nilai matematika, Karakter bangsa.

Pendahulun

Pendidikan karakter pada hakikatnya merupakan proses pembentukkan perilaku setiap individu atau seseorang untuk terbiasa berperilaku baik dan menghargai pentingnya nilai-nilai moral (valuing), membentuk cita rasa ingin berbuat baik (desiring the good)

yang bersumber dari rasa cinta untuk berbuat baik (loving the good).2 Adapun tujuan pendidikan karakter pada dasarnya mendorong lahirnya manusia yang baik, memiliki kepribadian menarik, beretika, bersahaja, jujur, cerdas, peduli dan tangguh.3 Berdasarkan beberapa pendapat di atas, sesungguhnya orientasi pendidikan karakter merupakan

redesain dari tujuan pendidikan nasional yang termaktub dalam UU No.20 tahun 2003 bahwa tujuan pendidikan nasional untuk berkembangnya potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab4.

Sesungguhnya konsep dasar karakter (akhlak), nilai-nilai kebaikan (haq) merupakan hal yang paling mendasar dalam agama (religi) selain aqidah dan syariah yang

1

Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Pendidikan Matematika dengan tema ͞Peran matematika dalam Peradaban suatu Bangsa͟ diselenggarakan oleh Jurusan Tadris Matematika IAIN Tulungagung tanggal 30 Oktober 2015.

2

Rukiyati, 2013. Urgensi Pendidikan Karakter Holistik Komprehensif di Indonesia. Jurnal Pendidikan Karakter. Tahun III, Nomor 2, Juni 2013. h. 196

3

Sudarsono, 2008. Karakter Mengantar Bangsa:dari Gelap menuju Terang. Jakarta: Elex Media Komputindo. h. 37

4

(2)

merupakan fitrah manusia yang telah digagas oleh Sang penggagas jagad alam raya ini (Allah SWT). Upaya membentuk karakter (baca: akhlak) melalui tuntunan para utusan (nabi) mulai zaman Nabi Adam hingga Nabi yang terakhir, yakni Nabi Muhammad SAW. Dalam salah satu hadist disebutkan “innamaa buitstu liutammima makaarimal akhlaq”

yang artinya “Sesungguhnya aku (Muhammad) diutus untuk menyempurnakan akhlak”.5

Berdasarkan konteks hadist ini sesungguhnya akhlak (karakter) pada diri manusia sudah ada (fitrah), karenanya ada istilah “menyempurnakan”. Yang berarti secara fitrah manusia sudah memiliki akhlak kepada sang penciptanya. Manusia sudah mengenal yang baik dan yang buruk, yang hak dan yang bathil, yang bermanfaat dan yang modlarat berdasarkan keyakinan dan pengetahuannya (fitrahnya). Akan tetapi berdasarkan ketentuannya juga Tuhan menciptakan iblis, syetan untuk menggoda, menciptakan keraguan dan menakut-nakuti manusia melalui bisikan hati manusia. Maka disinilah peran pendidikan mutlak diperlukan dalam sepanjang hayat manusia. Telah disebutkan dalam sebuah hadits

“tolabul ilmu minal mahdi ilal lahdi” atau yang juga kita kenal dengan konsep life long education.

Almawardi dalam buku “Adab ad-Dunya wa ad-Din” mengatakan “ad-din

dharuroh fi al-aql wa al-aqli li ad-din al ashli” yang artinya agama adalah hal yang

niscaya bagi rasio, dan rasio adalah landasan bagi agama6. Sedangkan dalam buku yang sama hal senada juga diungkapkan oleh Albert Einstein” agama tanpa ilmu buta, dan ilmu

tanpa agama lumpuh”.7 Pendapat tersebut memberikan inspirasi bahwa agama dan sain harus dan mutlak diselaraskan, tidak perlu dipertentangkan karena pada hakikatnya berasal dari sumber yang sama, yakni dari Tuhan (Allah SWT). Konsep pemerolehan keilmuan (baca: sains dan teknologi) telah digambarkan dalam Al-Qur‟an dalam surah al

-’alaq ayat 1-5 yang berbunyi8: dengan pena, (5) yang mengajarkan manusia dari apa yang mereka tidak ketahui.

5

Maksudin, 2013. Pendidikan Karakter Nondikotomik; (Upaya Membangun Bangsa Indonesia Seutuhnya). Jurnal Pendidikan Karakter. Tahun III, Nomor 2, Juni 2013, h. 137

6

Miskawaih, dkk. 1999. Menuju Kesempurnaan Akhlak: Buku Dasar Pertama tentang Filsafat Etika. Penerjemah Helmi Hidayat. (Bandung. Mizan). h. 21

7

Ibid. h. 25

8

(3)

Berdasarkan ayat di atas, berarti sains dan teknologi memang seakan-akan didesain oleh oleh manusia, namun sesungguhnya sumbernya berasal dari Tuhan (Allah SWT). Ayat di atas jelas mengajarkan pengetahuan yang diikat oleh tauhid yang kokoh (bismirobbikal ladzi khola q) dan (warobbukal akrom). Perintah membaca dapat berarti pula mengkaji, menelaah, melakukan studi, research, berdiskusi, mempertanyakan, menemukan, membuktikan dan sebagainya. Perintah tersebut tidak hanya untuk mempelajari salah satu ilmu agama saja, akan tetapi perintah membaca tersebut juga untuk mengkaji berbagai pengetahuan lain seperti ilmu teknik, industri, peternakan, pertanian, dan bahkan juga ilmu matematika (falaqiyah, faraid, zakat, jual beli, dan sebagainya). Melalui perintah membaca bukan saja memperoleh ilmu pengetahuan akan tetapi juga memperoleh kemulyaan (warobbukal akrom) yang merupakan akibat berfungsinya semua panca indera manusia, oleh pikir (otak) dan olah rasa/akal budi (hati) yang pada akhirnya akan terbentuk dengan sendirinya kepribadian yang mantap yang

dihiasi oleh akhlak yang mulia.

Potret sosok manusia Indonesia yang diharapkan sebenarnya telah tergambar dalam diri manusia pilihan (insan kamil) yang menjadi rujukan setiap umat Islam adalah kepribadian sang Nabi SAW yang memiliki 4 sifat atau karakter, yaitu sidiq, amanah,

tabligh, dan fatonah. Melalui keempat sifat ini beliau mampu melakakan perubahan perabahan dunia yang luar biasa. Eksistensi 4 sifat ini merupakan manifestasi kesempurnaan manusia dari tiga sisi (1) akal budi, (2) jiwa/rasa dan (3) akhlaq atau dengan meminjam istilah yang lebih keren "thinking, feeling and action.9 Melalui empat (4) sifat mulia ini, manusia dijamin menjadi tangguh, kuat secara fisik dan psikologinya (sehat otaknya, sehat hatinya dan sehat badannya). Keempat sifat yang dimiliki oleh Nabi SAW ini sudah lama dilirik oleh banyak pakar dan dijadikan acuan bagi ranah tujuan pendidikan sebagaimana digambarkan oleh Bloom menjadi tiga (3) ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Sudah barang tentu dampak positif dari nilai karakter luhur diatas, akan membentuk manusia bermartabat yang memiliki kesadaran diri sebagai hamba Allah dan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, aktualisasi dari emapt (4) sifat atau akhlak mulia yang dimiliki Nabi SAW yang menjadi rujukan atau teladan bagi ummat manusia dibagi dalam tiga (3) domain pilar karakter atau akhlak, yaitu (1) akhlak terhadap Tuhan, (2) akhlak terhadap alam, dan (3) akhlak terhadap sesama insan. Melalui keteladanan Nabi SAW akan melahirkan manusia yang memiliki integritas, matang, mantap, serta dewasa secara personal maupun sosial. Hal ini berarti melalui sifat Sidiq (jujur) dan Fathonah (cerdas) akan tercermin manusia yang berkualitas secara personal, sedangkan melalui sifat Tabligh

9

(4)

(kecakapan komunikasi) dan sifat Amanah (tanggungjawab) akan tercermin manusia yang berkualitas secara sosial10.

Manifestasi dari kedua aspek kematangan tersebut (kematangan personal dan sosial) yang merupakan inti nilai-nilai yang dirujuk dari sosok manusia pilihan (Nabi Muhammad SAW) sang pembawa risalah dari Allah (Rasulullah) menjadi inspirasi pendidikan karakter di negara kita yang turunan nilai-nilai tersebut diuaraikan menjadi 18 butir indikator nilai pendidikan karakter yang menjadi isu hangat dalam pendidikan kita dewasa ini, yaitu sebagai berikut:

Fondasi Aspek Sifat Luhur Nilai Karakter Nilai Turunan

R

Matematika belum sepenuhnya dipandang sesuatu yang positif oleh sebagian kalangan, baik kalangan orang tua, guru dan murid/siswa. Pandangan atau paradigma yang kurang tepat tersebut sering dikonotasikan bahwa matematika sebagai ilmu hitung dan ilmu tentang bilangan yang dampaknya berakibat kurang diminati karena dianggap hanya urusan dunia dan jauh dari urusan akhirat. Sehingga kondisi ini menyebabkan

muncul stigma bahwa matematika dianggap mata pelajaran yang sulit, kurang disukai, kajiannya dianggap kering dan jauh dari nilai rohaniyah atau agama. Sehingga banyak kalangan dengan paradoks enggan mendalami dan menguasai matematika dengan alasan bahwa ilmu matematika bukan ilmu pengetahuan yang diperintahkan oleh Allah SWT untuk dipelajari karena dianggap kurang memiliki muatan nilai-nilai akhlak, syariat dan tauhid.

10

(5)

Sesungguhnya apabila kita cermati dan menyimak secara seksama ayat 1-5 pada surat Al-alaq di atas, kalimat „iqra’ dan ‘allamal insaana maalam ya’lam ini berarti juga Allah memerinthkan membaca dan mengajarkan kepada manusia terhadap ada yang mereka tidak ketahui. Menurut Quraish Shihab bahwa makna iqra’ bukan hanya berarti membaca secara harfiah, namun juga bisa berarti mengkaji, menganalisis, berhitung, mencatat, mendata, menghimpun, menelaah ciri-cirinya, menentukan rumusnya dan sebagainya11, sehingga melalui aktifitas tersebut manusia tidak hanya dapat memahami fenomena alam ciptaan-Nya termasuk memahami posisi dirinya sebagai hamba akan tetapi juga tumbuh keyakinan (melalui membaca) terhadap kekuasaan Tuhannya. Dengan kata lain berdasarkan pendapat di atas, bahwa mempelajari, menguasai matematika merupakan aksi nyata dari iqra’ sebagaimana diisyaratkan dalam Al-Qur‟an pada surat al

-„alaq ayat 1-5 tersebut.

Pandangan para ahli tentang Matematika

Banyak ahli yang memberikan pengertian matematika baik secara umum maupun secara khusus. Hudojo menyatakan bahwa matematika merupaka ide-ide abstrak yang diberi simbol-simbol itu tersusun secara hirarkis dan penalarannya dedukti, sehingga belajar matematika itu merupakan kegiatan mental yang tinggi12. Sedangkan Hollands dalam kamus matematikanya menyatakan bahwa matematika dipandang sebagai ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep berhubungan lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis dan goemetri13. Berdasarkan kedua pendapat tersebut berarti matematika dapat memainkan peran dalam beraktifitas atau bertindak melalui kegiatan berpikir dan bernalar serta kemahiran mengkomunikasikannya.

Berbeda dengan beberapa pandangan di atas mengatakan bahwa matematika sebagai salah satu cara untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia; suatu cara menggunakan informasi, menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran, menggunakan pengetahuan tentang menghitung, dan yang paling penting adalah memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat dan menggunakan hubungan-hubungan14. Sedangkan menurut Soejadi bahwa matematika dikenal sebagai ilmu dedukatif, karena setiap metode yang digunakan dalam mencari kebenaran adalah dengan menggunakan metode deduktif, sedang dalam ilmu alam menggunakan metode

11

M. Quraish Shihab, 1994. Membumikan Al-Qur‟an; fungsi dan Peran wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, Bandung: Mizan. h 167

12

Hudojo, Herman, 1990. Strategi Belajar Mengajar Matematika, (Malang: IKIP), h. 41

13

Hollands, Roy, 1993. A Dictionary Of Mathematics. Penerjemah Naipospos Hutauruk. (Jakarta: Erlangga), h. 9

14

(6)

induktif atau eksprimen15. Namun demikian dalam matematika seringkali ditemukan untuk mencari kebenaran tersebut bisa dimulai dengan cara induktif, jika benar untuk semua keadaan harus bisa dibuktikan secara deduktif, karena dalam matematika sifat, teori/dalil belum dapat diterima kebenarannya sebelum dapat dibuktikan secara deduktif. Oleh karenanya matematika dapat memberikan kontribusi dalam mengahadapi masalah, tantangan, problema-problema kehidupan serta membarikan jalan yang efektif untuk menemukan cara menyelesaikannya.

Pendapat senada juga diungkapkan oleh Suherman bahwa matematika mempelajari tentang keteraturan, tentang struktur yang terorganisasikan, konsep-konsep matematika tersusun secara hirarkis, berstruktur dan sistematika, mulai dari konsep yang paling sederhana sampai pada konsep paling kompleks. 16 Lebih lanjut beliau mengungkapkan keabstrakan dari objek dasar matematika yang dipelajari, sehingga aktifitas bermatematika memerlukan aktifitas mental yang tinggi (aktifitas pikiran dan

perasaan). Adapun objek dasar tersebut meliputi:

1) Konsep, merupakan suatu ide abstrak yang digunakan untuk menggolongkan sekumpulan obejk. Misalnya, segitiga merupakan nama suatu konsep abstrak. Dalam

matematika terdapat suatu konsep yang penting yaitu “fungsi”, “variabel”, dan

“konstanta”. Konsep berhubungan erat dengan definisi, definisi adalah ungkapan suatu

konsep, dengan adanya definisi seseorang dapat membuat ilustrasi atau gambar atau lambing dari konsep yang dimaksud.

2) Prinsip, merupakan objek matematika yang komplek. Prinsip dapat terdiri atas beberapa konsep yang dikaitkan oleh suatu relasi/operasi, dengan kata lain prinsip adalah hubungan antara berbagai objek dasar matematika. Prinsip dapat berupa aksioma, teorema dan sifat.

3) Operasi, merupakan pengerjaan hitung, pengerjaan aljabar, dan pengerjaan matematika lainnya, seperti penjumlahan, perkalian, pengurangan, pembagian, gabungan, irisan dan sebagainya. Dalam matematika dikenal macam-macam operasi yaitu operasi unair, biner, dan terner tergantung dari banyaknya elemen yang dioperasikan. Penjumlahan adalah operasi biner karena elemen yang dioperasikan ada dua, tetapi akar bilangan adalah merupakan operasi unair karena elemen yang dioperasika hanya satu.

15

Soedjadi, R. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Nasional), h. 56

16

(7)

Tujuan Pembelajaran Matematika

Pembelajaran merupakan perpaduan dari dua aktivitas guru (pengajar) dan aktivitas siswa (pebelajar). Dalam aktivitas pembelajaran ini guru mengupayakan terciptanya jalinan komunikasi yang baik antara dirinya dan siswa. Jalinan komunikasi ini menjadi indikator suatu aktivitas atau proses pembelajaran yang berlangsung dengan baik. Matematika sebagai salah satu bidang studi yang diajarkan di sekolah (SD-SMP-SMA) mempunyai tujuan tersendiri yang disebut tujuan kurikuler matematika. Alangkah bijaknya jika terlebih dahulu kita harus memahami makna dan fungsi mempelajari matematika seperti dikemukakan oleh Nasution berikut ini17:

1) Matematika dapat digunakan untuk mengetahui gejala-gejala alam.

2) Dengan penggunaan metode matematika dapat diperhitungkan segala sesuatu dalam

pengambilan keputusan.

3) Matematika penting sebagai sains untuk perkembangan budaya bangsa. 4) Matematika dapat digunakan dalam lapangan kerja.

5) Matematika dapat menyampaikan ide-ide secara benar, tepat dan jelas kepada orang lain.

Berdasarkan uraian di atas, untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidup dan kehidupan di dunia ini seyogyanya harus menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu siswa diharapkan memiliki kemampuan menyeleksi (memilah dan memilih), memperoleh dan mengelola informasi untuk siap dan mampu bertahan dalam keadaan yang selalu berubah. Kemampuan tersebut memerlukan energi yang kuat yang berupa energi berpikir kritis, logis, kratif, sistematis, dan kemamuan bekerja sama secara efektif. Dengan demikian, maka tugas seorang guru harus terus dikembangkan kapasitasnya seiring mengikuti perkembangan sains dan teknologi, meningkatkan keterampilan matematika dan selalu berusaha kreatif dalam pembelajaran yang dilakukan sehingga dapat membawa siswa ke arah yang diinginkan.

Berdasarkan Permendiknas No. 22 Tahun 2006, mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan berikut18:

1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.

2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika

17

Nasution, A. H. 1982. LandasanMatematika. (Jakarta Bhatara Karya Aksara), h. 9

18

(8)

3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh 4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk

memperjelas keadaan atau masalah

5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Melatihkan cara berpikir dan bernalar melalui pembelajaran matematika merupakan sesuatu yang sangat berharga. Menurut Soedjadi bahwa salah satu karakteristik matematika adalah berpola-pikir deduktif yang bersifat formal yang

penekanannya pada penalaran19. Berpikir dan bernalar merupakan inti dari belajar matematika, sedangkan dalam kehidupan sehari-hari berpikir dan bernalar digunakan sebagai wahana untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi setiap umat manusia. Dengan demikian tidak dapat dipungkiri bahwa pembelajaran matematika berfungsi membantu dalam menyelesaikan berbagai persoalan mulai dari yang sederhana dilingkungan kita hingga persoalan-persoalan yang lebih besar yaitu persoalan bangsa. Berdasarkan karakteristik yang terkandung dalam matematika yang abstraks dan bersifat deduktif, maka dalam penyajian pembelajaran matematika terutama pada jenjang SD dan SMP masih diperlukan pola pikir induktif, sedangkan jenjang sekolah menengah penggunaan pola pikir induktif dalam penyajian suatu topik sudah semakin dikurangi menuju pola pikir yang lebih tinggi yaitu berpikir deduktif. Di samping cara berpikir, dalam proses pembelajaran siswa juga dilatih untuk mengembangkan kreatifitas mereka melalui imajinasi dan intuisi. Hal ini dikarenakan bahwa setiap siswa memiliki kemampuan berbeda-beda dalam memandang suatu permasalahan yang dikembangkan oleh guru, maka guru juga harus mahir dan terampil dalam men-desain bahan ajar untuk memfasilitasi agar siswa dapat belajar secara baik. Aktivitas guru yang demikian inilah yang disebut dengan pemikiran kreatif yang perlu terus dikembangkan pada kalangan guru.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat dimengerti bahwa matematika itu bukan saja dituntut sekedar menghitung, mengahafal rumus-rumus tetapi siswa juga dituntut agar lebih mampu menghadapi berbagai persolan dan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya. Persoalan dan pasalah tersebut dapat berupa masalah matematika itu sendiri maupun masalah dalam ilmu lain, serta dituntut suatu disiplin ilmu yang sangat tinggi. Dengan demikian memahami konsep matematika secara mendasar dapat berguna untuk mengahadapi dan menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Selain

19

(9)

peran matematika mampu memfasilitasi dan mendukung berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, seperti ilmu fisika, kimia, biologi, pertanian, peternakan, kedokteran, ekonomi, astronomi dan sebagainya yang pada gilirannya ilmu-ilmu tersebut juga dapat diterapkan lebih lanjut di negara kita untuk mengembangkan teknologi, industri, pertambangan dan sebagainya.

Mengingat begitu urgen peran matematika dalam ilmu pengetahuan dan teknologi atau dalam peradaban kehidupan manusia, maka perlu dikaji nilai-nilai yang terkandung didalamnya sebagai acuan untuk menemukan kerangka dalam membangun karakter bangsa melalui pendidikan matematika. Menurut Suwarsono berkaitan dengan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam matematika yang dapat dikembangkan melalui pendidikan matematika antara lain20:

a) Nilai logis dalam berpikir,

b) Nilai cermat, teliti dalam berpikir dan mengambil keputusan,

c) Nilai disiplin dalam mentaati aturan-aturan atau kesepakatan yang dibuat, d) Nilai keuletan dan kesabaran dalam mengahadapi tantangan dan persoalan, e) Nilai kemandirian dalam bekerja,

f) Nilai kejujuran dalam bertindak, g) Nilai menghargai waktu,

h) Nilai demokratis dalam dsikusi dan musyawarah.

Implementasi Penanaman Nilai Matematika dalam Pembelajaran

Beberapa konsep pembelajaran matematika yang dipandang cocok untuk

membantu terbentuknya nilai-nilai karakter yang terkandung didalam matematika yang

diharapkan memiliki dampak positif dalam membangun karakter suatu bangsa disajikan

melalui aktifitas pembelajaran adalah sebagai berikut:

1. Sikap Jujur

Sikap jujur ini dapat ditumbuhkan melalui kegiatan berpikir logis yang bermuara pada suatu nilai kebenaran, misalnya melalui aktifitas berhitung. Operasi hitung seperti penjumlahan, perkalian, pembagian dan pengurangan merupakan salah satu konsep yang dapat di kaitkan dengan karakter kejujuran. Misalnya teknik pembagian bersusun dengan pola sisa yang diposisikan pada tempat yang sesuai, teknik ini memberikan makna pelajaran bagi siswa bahwa sesuatu yang tersisa harus dikembalikan pada tempatnya.

20

(10)

Selain konsep pembagaian ada cara lain dalam menanamkan sifat kejujuran ini, misalnya guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menilai atau mengevaluasi hasil-hasil ulangannya sendiri dengan cara mencocokkan dengan kunci jawaban yang disediakan oleh guru. Aktifitas tersebut memberikan makna bahwa siswa harus belajar bersikap jujur pada diri sendiri.

2. Hidup teratur, disiplin

Salah satu konsep matematika yang dapat digunakan untuk mengajarkan disiplin atau hidup teratur adalah konsep barisan. Dengan mengamati beberapa contoh konsep barisan, misalnya barisan bilangan genap (2, 4, 6, 8, 10 ….), barisan

Fibonacci (1, 1, 2, 3, 5, 8, 13, …..), barisan kuadrat sempurna (1, 4, 9, 16, 25, ….).

Misalnya pada barisan bilangan genap dari satu suku ke suku berikutnya adalah selalu ditambah dua, pada barisan fibonacci sebuah suku adalah merupakan penjumlahan dari dua suku sebelumnya, sedangkan barisan kuadrat sempurna adalah bilangan asli

yang terurut yang dikuadratkan. Semua barisan tersebut mempunyai pola yang indah dan teratur. Pola indah dan keteraturan tersebut memberikan makna bahwa siswa harus hidup secara teratur atau dispilin.

Selain konsep barisan di atas, juga masih ada konsep lain seperti penggunaan rumus umum suatu luas lingkaran yang dinyatakan sebagai hasil kali dari kuadrat jari-jarinya dengan phi atau dinyatakan secara simbolik �=��2. Rumus tersebut

berlaku untuk sembarang lingkaran dengan ukuran yang beragam. Dengan demikian untuk menanamkan sifat keteraturan barisan dalam kehidupan sehari-hari siswa, kita dapat menggunakan media yang realistik supaya nilai keteraturan tersebut dapat dilihat dan dirasakan oleh siswa secara bermakna.

3. Bersikap adil

Sikap adil dapat ditanamkan pada siswa saat pembelajaran matematika pada konsep pembagian atau prosentase. Misalnya setiap siswa diberi tugas untuk mengerjakan beberapa soal. Jika siswa dapat mengerjakan dengan benar soal tersebut maka siswa menghitung prosentase hasil kerjanya, kemudian dapat menghitung

reward yang akan diperoleh dari guru tergantung prosentasi hasil kerja yang telah dicapai.

4. Berpikir positif atau tidak berprasangka buruk

Salah satu konsep dalam matematika yang dapat digunakan untuk

menanamkan prilaku berpikir positif adalah konsep kuadrat. Melalui konsep ini setiap

bilangan baik positif maupun negatif jika dikuadratkan hasilnya selalu positif. Selain

konsep di atas, konsep nilai mutlak, menentukan jarak, luas, volume yang nilainya

selalu positif. Hal ini memungkinkan bahwa siswa dapat memetik makna

(11)

thinking). Misalnya (2)2 = (-2)2 = 4, atau 5 = −5 = 5. Sehingga melalui aktifitas

pembelajaran seperti ini guru dapat menanamkan prilaku selalu berpikir positif.

Artinya pada setiap peristiwa pasti memiliki hikmah dibalik peristiwa tersebut (baca:

husnudlon pada Allah).

5. Sikap konsisten

Obyek dalam matematika meliputi, fakta, konsep, prinsip, dan operasi. Fakta merupakan konvensi-konvensi atau simbol yang telah disepakati, misalnya bilangan tiga disembolkan dengan 3, factorial disimbolkan dengan ! sedangkang 3! Berarti 3.2.1=6. Dengan demikian secara umum jika n! = n(n-1)(n-2)....3.2.1. Konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk menggolongkan atau mengklasifikasikan obyek, biasanya dinyatakan dalam bentuk definisi atau pengertian suatu objek, misalnya konsep segitiga, konsep himpunan, konsep bilangan dan lainnya. Prinsip adalah gabungan dari beberapa konsep yang saling terkait, misalnya teorema atau lemma. Sedangkan operasi adalah aturan untuk menghasilkan obyek tunggal dari beberapa obyek yang diketahui. Sejauh ini dalam kajian fakta, konsep, prinsip maupun operasi disusun sedemikian rapi sehingga tak satupun bertentangan antara satu dengan yang lainnya. Masing-masing selalu konsisten dan sifat inilah yang dapat kita tanamkan kepada siswa.

6. Ulet dan tangguh

Sifat ini ditanamkan dengan memberikan penjelasan pada siswa bahwa setiap masalah atau soal dalam matematika yang disajikan selalu memiliki solusi dan siswa

dilatih, dibimbing untuk selalu berusaha mencari solusi dari soal tersebut. Sifat pentang menyerah dalam mengerjakan soal-soal tersebut lambat laun akan tertanam dalam diri siswa sehingga akan membentuk pribadi yang tangguh dalam mengahadapi berbagai persoalan yang ada.

7. Karakter lainnya

(12)

Aplikasi Membelajarkan Nilai-nilai matematika menurut Al-Qur’an.

Alangkah bijaknya apabila dalam proses pembelajaran matematika yang syarat dengan nilai-nilai akhlak, budi pekerti dapat terjadi akibat adanya interaksi guru-siswa (baca: centered teacher atau centered student) selain didasarkan pada teori-teori belajar yang sudah dibakukan dan dibuktikan cocok untuk dilakukan melalui hasil research

sendiri maupun hasil research orang lain juga perlu mengingat apa yang dipesankan oleh sang pencipta yakni Allah SWT melalui kitab suci Al-Qur‟an yang memberikan ibrah

pada kita sebagai guru dalam konteks pembelajaran yaitu termaktub dalam surah Al-Nahl ayat 125 (QS:16:125) yang berbunyi21:

Yang artinya: serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

Dan pada ayat lain termaktub dalam surah Al-Ahzab ayat 21 (QS: 33:21) yang berbunyi22: bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.

Berdasarkan dua ayat di atas, terdapat dua pesan utama dalam mensukseskan keberlangsungan proses transformasi nilai karakter dalam proses pembelajaran secara umum (termasuk dalam pembelajaran matematika), yaitu (1) mauidloh hasanah, dan (2)

uswatun hasanah. Istilah mauidlohhasanah dapat diartikan tutur kata yang baik, memberi motivasi dan semangat, memberi harapan, mungkin cara memilih metode, strategi, pendekatan yang cocok, disesuaikan dengan tingkat perkembangan fisik dan psikologi peserta didik. Sedangkan uswatun hasanah dapat diartikan sebagai suri teladan berupa perilaku atau akhlak yang baik sehingga dapat ditirukan oleh siswa. Sebagai contoh ketepatan dalam memilih dan menyajikan contoh-contoh, media yang tepat dan alat

21

Al-Qur‟an Al Karim dan terjemahannya, surah An-Nahl ayat 125

22

(13)

peraga sesuai karakter topik yang sedang dipelajari. Selanjutnya apabila dua istilah di atas dapat diaplikasikan secara simultan dalam pelajaran matematika, maka tidak mustahil gambaran ideal lahirnya insan-insan yang berbudi pekerti luhur dapat diraih melalui pembelajaran matematika.

Penutup

Matematika bukanlah ilmu hitung semata, melainkan merupakan ilmu yang berkaitan erat dengan objek, fakta, fenomena, pola, dan bentuk dan sebagainya, sehingga menumbuhkan energi untuk berpikir dan bernalar secara logis, kritis dan kreatif. Oleh karenanya matematika hadir dan disajikan agar siswa lebih mampu menghadapi berbagai masalah, problema dan tantangan dalam hidup dan kehidupan masa kini maupun masa mendatang, baik masalah tersebut terkait dengan matematika itu sendiri maupun masalah yang berhubungan dengan ilmu lainnya. Banyak nilai-nilai matematika yang mungkin

dapat dikembangkan melalui pembelajaran di kelas sehingga menumbuhkan karakter positif bagi siswa, seperti nilai jujur, teratur, disiplin, keindahan, tangguh, demokratis, konsisten, adil, sikap positif, dan lain-lain yang kesemuanya sangat memungkinkan mampu memberikan kontribusi dalam membangun terbentuknya karakter generasi bangsa yang kuat sehingga keberadaan bangsa memiliki martabat yang diakui dan dihargai dalam pergaulan antar bangsa-bangsa di dunia.

Daftar Rujukan

Al-Qur‟an Al Kariem dan terjemahnya

Departemen Pendidikan Nasional, Kurikulum 2004: Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematrika Sekolah Menengah Atas dan MA, (Jakarta: Depdiknas)

Departemen Pendidikan Nasional, Kurikulum 2006: Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematrika Sekolah Menengah Atas dan MA, (Jakarta: Depdiknas)

Direktorat Jenderal Dikti Kemendiknas, 2010. Grand desain Pendidikan Karakter, arah serta Tahapan dan Perioritas Pendidikan Karakter bangsa tahun 2010-2015.

Erman Suherman. dkk. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer,

(Bandung: Jica).

Gufron, Anik. 2010. Integrasi Nilai-nilai Karakter Bangsa pada Kegiatan Pembelajaran.

Cakrawala Pendidikan. Th XXIX, edisi Dies.

Herma Hudojo,1990. Strategi Belajar Mengajar Matematika, (Malang: IKIP).

Hollands, Roy. 1993. A Dictionary Of Mathematics. Penerjemah Naipospos Hutauruk. (Jakarta: Erlangga).

(14)

Mulyono Abdurrahman, 2003. Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta)

Miskawaih, lbn. 1999. Menuju Kesempurnaan Akhlak: Buku Dasar Pertama tentang Filsafat Etika. Penerjemah Helmi Hidayat. (Bandung. Mizan)

Nasution, A. H. 1982. LandasanMatematika. (Jakarta Bhatara Karya Aksara).

Rukiyati. 2013. Urgensi Pendidikan Karakter Holistik Komprehensif di Indonesia. Jurnal Pendidikan Karakter. Tahun III, Nomor 2, Juni 2013.

Shihab, M. Quraish, 1994. Membumikan Al-Qur‟an; fungsi dan Peran wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, Bandung: Mizan.

Soedjadi,R. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Nasional)

Sudarsono, S. 2010. Karakter Mengantar Bangsa: dari Gelap menuju Terang. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Referensi

Dokumen terkait

ANALISA ANTENA DIPOLE- /2 PADA MODUL PRAKTIKUM B4520 MENGGUNAKAN SIMULATOR ANSOFT HFSS1. VERSI 10.0 DAN CST MICROWAVE

Koefisien variabel persepsi konsumen pada iklan TV sebesar 0.261 (lampiran) atau b > 0, artinya semakin tinggi persepsi (yang terdiri dari isi pesan, struktur pesan, format

Tetapi berbeda hasil dengan penelitian yang dilakukan Miranty (2012) yang menunjukan hasil bahwa kapitalisasi pasar berpengaruh negatif dan signifikan pada imbal hasil

Apabila jumlah bakteri Staphylococcus aureus dalam susu segar mencapai 10 6 cfu/ml maka bakteri tersebut akan menghasilkan toksin yang tidak akan rusak dengan

Data yang di kumpulkan dari penelitian ini adalah kadar glukosa darah 2 jam pp pada penderita Diabetes Melitus, yang dilakukan menggunakan alat glukometer dan

Kegiatan adalah suatu aktivitas peristiwa atau kejadian pada umumnya yang di lakukan secara terus, pada universitas semarang memiliki beberapa fakultas dan program studi,

Aspek-aspek struktur sosial yang dimaksud dalam definisi tersebut menunjuk pada sekumpulan kewajiban dan harapan, jaringan informasi, norma-norma dan sanksi-sanksi yang efektif