• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS HUKUM DAN PEMBANGUNAN PERTEMUAN 5

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TUGAS HUKUM DAN PEMBANGUNAN PERTEMUAN 5"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS HUKUM DAN PEMBANGUNAN

PERTEMUAN 5 : HUKUM PIDANA DAN HUKUM ACARA PIDANA

Hukum pidana termasuk pada ranah hukum publik. Hukum pidana adalah hukum yang mengatur hubungan antar subjek hukum dalam hal perbuatan - perbuatan yang diharuskan dan dilarang oleh peraturan perundang - undangan dan berakibat diterapkannya sanksi berupa pemidanaan dan/atau denda bagi para pelanggarnya. Dalam hukum pidana dikenal 2 jenis perbuatan yaitu kejahatan dan pelanggaran. Kejahatan ialah perbuatan yang tidak hanya bertentangan dengan peraturan perundang - undangan tetapi juga bertentangan dengan nilai moral, nilai agama dan rasa keadilan masyarakat. Pelaku pelanggaran berupa kejahatan mendapatkan sanksi berupa pemidanaan,

Hukum Pidan adalah bagian dari keseluruhanhukum yang berlaku di suatu negara, yang mengadakan dasar-dasar dan aturanuntuk:

a. menentukan perbuatan-perbuatan mana yang tidakbolehdilakukan, yang dilarang, dengan disertai ancaman atau sanksi berupa pidana tertentu bagi barang siapa melanggar larangan tersebut; Criminal Act

b. menentukan kapan dan dalamhal-hal apa kepada mereka yang telah melanggar larangan-larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi pidana sebagaimana yang telah diancamkan ; Criminal Liability/ Criminal Responsibility

a) danb) = Substantive Criminal Law / Hukum PidanaMateriil

c. menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat dilaksanakan apabila ada orang yang disangka telah melanggar larangan tersebut . Criminal Procedure/ Hukum AcaraPidana

ASAS-ASAS BERLAKUNYA HUKUM PIDANA

1. RUANG BERLAKUNYA HUKUM PIDANA MENURUT WAKTU

(2)

Asas Legalitas (nullum delictum nula poena sine praevia lege poenali)

Terdapat dalam Pasal 1 ayat (1) KUHP.

Tidak dapat dipidana seseorang kecuali atas perbuatan yang dirumuskan dalam suatu aturan perundang-undangan yang telah ada terlebih dahulu.

asas ini dirumuskan oleh Anselm von Feuerbach dalam teori : “vom psychologishen zwang (paksaan psikologis)” dimana adagium nullum delictum nulla poena sine praevia lege poenali yang mengandung tiga prinsip dasar :

a. Nulla poena sine lege (tiada pidana tanpa undang-undang) b. Nulla Poena sine crimine (tiada pidana tanpa perbuatan pidana)

c. Nullum crimen sine poena legali (tiada perbuatan pidana tanpa undang- undang pidana yang terlebih dulu ada).

2. RUANG BERLAKUNYA HUKUM PIDANA MENURUT TEMPAT

Teori tetang ruang lingkup berlakunya hukum pidana nasional menurut tempat terjadinya. Perbuatan (yurisdiksi hukum pidana nasional), apabila ditinjau dari sudut Negara ada 2 (dua) pendapat yaitu :

Perundang-undangan hukum pidana berlaku bagi semua perbuatan pidana yang terjadi diwilayah Negara, baik dilakuakan oleh warga negaranya sendiri maupun oleh orang lain (asas territorial).

Perundang-undangan hukum pidana berlaku bagi semua perbuatan pidana yang dilakukan oleh warga Negara, dimana saja, juga apabila perbuatan pidana itu dilakukan diluar wilayah Negara. Pandangan ini disebut menganutasas personalatau prinsip nasional aktif.

Dalam hal ini asas-asas hukum pidana menurut tempat : A. Asas Teritorial.

Asas ini diatur dalam KUHP yaitu dalam Pasal 2 KUHP yang menyatakan :

Ketentuan pidana dalam perundang-undangan Indonesia diterapkan bagi setiap orang yang melakukan suatu tindak pidana di Indonesia.

Perluasan dari Asas Teritorialitas diatur dalam pasal 3 KUHP yang menyatakan :

(3)

B. Asas Personal (nasional aktif). Pasal 5 KUHP menyatakan :

(1). Ketetentuan pidana dalam perundang-undangan Indonesia diterapkan bagi warga Negara yang di luar Indonesia melakukan : salah satu kejahatan yang tersebut dalam Bab I dan Bab II Buku Kedua dan Pasal-Pasal 160, 161, 240, 279, 450 dan 451. Salah satu perbuatan yang oleh suatu ketentuan pidana dalam perundang-undangan Indonesia dipandang sebagai kejahatan, sedangkan menurut perundang-undangan Negara dimana perbuatan itu dilakukan diancam dengan pidana.

(2).Penuntutan perkara sebagaimana dimaksud dalam butir 2 dapat dilakukan juga jika terdakwa menjadi warga Negara sesudah melakukan perbuatan.

Sekalipun rumusan Pasal 5 ini memuat perkataan “diterapkan bagi warga Negara Indonesia yang diluar wilayah Indonesia”’, sehingga seolah-olah mengandung asas personal, akan tetapi sesungguhnya pasal 5 KUHP memuat asas melindungi kepentingan nasional (asas nasional pasif)

karena Ketentuan pidana yang diberlakukan bagi warga Negara diluar wilayah territorial wilyah Indonesia tersebut hanya pasal-pasal tertentu saja, yang dianggap penting sebagai perlindungan terhadap kepentingan nasional.

C.Asas Perlindungan (nasional pasif)

Dikatakan melindungi kepentingan nasional karena Pasal 4 KUHP ini memberlakukan perundang-undangan pidana Indonesia bagi setiap orang yang di luar wilayah Negara Indonesia melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan nasional, yaitu :

a. Kejahatan terhadap keamanan Negara dan kejahatan terhadap martabat / kehormatan Presiden Republik Indonesia dan Wakil Presiden Republik Indonesia (pasal 4 ke-1). b. Kejahatan mengenai pemalsuan mata uang atau uang kertas Indonesia atau segel /

materai dan merek yang digunakan oleh pemerintah Indonesia (pasal 4 ke-2).

c. Kejahatan mengenai pemalsuan surat-surat hutang atau sertifkat-sertifikat hutang yang dikeluarkan oleh Negara Indonesia atau bagian-bagiannya (pasal 4 ke-3).

(4)

D.Asas Universal

Berlakunya pasal 2-5 dan 8 KUHP dibatasi oleh pengecualian-pengecualian dalam hukum internasional. Bahwa asas melindungi kepentingan internasional (asas universal) adalah dilandasi pemikiran bahwa setiap Negara di dunia wajib turut melaksanakan tata hukum sedunia (hukum internasional).

Menurut Moeljatno, pada umumnya pengecualian yang diakui meliputi :

a. Kepala Negara beserta keluarga dari Negara sahabat, dimana mereka mempunyai hak eksteritorial. Hukum nasional suatu Negara tidak berlaku bagi mereka.

b. Duta besar Negara asing beserta keluarganya mereka juga mempunyai hak eksteritorial. c. Anak buah kapal perang asing yang berkunjung di suatu Negara, sekalipun ada di luar

kapal. Menurut hukum internasional kapal peran adalah teritoir Negara yang mempunyainya.

d. Tentara Negara asing yang ada di dalam wilayah Negara dengan persetujuan Negara itu. Asas-Asas dalam KUHAP terdiri dari :

1. Asas Legalitas.

Pelaksanaan penerapan KUHAP seharusnya bersumber pada the rule of law, artinya semua tindakan penegakan hukum harus berdasarkan pada :

a. Ketentuan hukum dan undang-undang yang berlaku.

b. Menempatkan kepentingan hukum dan undang-undang diatas segala-galanya.

Bertentangan dengan asas legalitas, KUHAP-pun menganut asas "Oportunitas" yaitu suatu asas yang mengenyampingkan atau "Mendeponir" perkara dengan tidak mengajukan kepengadilan

meskipun bukti-bukti telah memenuhi syarat-syarat hukum.

Pasal 8 Undang-Undang No. 15/1961,sekarang diatur dalam pasal 32 huruf c Undang-Undang Kejaksaan RI. No. 5/1991 memberi wewenang kepada Kejaksaan Agung untuk mendeponir/mengenyampingkan suatu perkara berdasarkan alasan "Demi Kepentingan Umum" selain itu kewenangan untuk mendeponir dipertegas lagi oleh Buku Pedoman Pelaksanaan KUHAP dan KUHAP mengakui eksistensi perwujudan asas oportunitas tersebut.

(5)

Sedangkan pasal 14 huruf h hanya memberi wewenang kepada penuntut umum untuk menutup suatu perkara berdasarkan "demi kepentingan hukum" dan bukan " demi kepentingan umum".

Kedua ketentuan hukum tersebut di atas merupakan ketentuan yang saling bertentangan, disatu pihak Kejaksaan Agung diberi wewenang untuk mengenyampingkan/mendeponir suatu perkara demi kepentingan umum suatu asas "oportunitas", sedangkan dipihak lain penuntut umum diberi wewenang untuk mendeponir/mengenyampingkan suatu perkara "demi kepentingan hukum" (asas Legalitas).

2. Asas Keseimbangan.

Asas keseimbangan dijumpai dalam konsideran huruf c yang menyatakan dengan tegas bahwa dalam setiap penegakan hukum harus berlandaskan prinsip keseimbangan yang serasi antara dua kepentingan yaitu :

a. Perlindungan terhadap harkat dan martabat manusia (HAM), dengan

b. Perlindungan terhadap kepentingan dan ketertiban masyarakat.

Setelah kehadiran KUHAP, maka harkat dan martabat tersangka sebagai manusia mulai memperoleh perhatian dnperlindungan, aparat penegak hukum tidak dapat sewenang-wenang melakukan penangkapan dan penahanan atas seseorang yang diduga melakukan perbuatan/tindak pidana.

Pasal 17 KUHAP memaks penyidik jika akan melakukn penangkapan orang yang diduga telah melakukan perbuatan/tindak pidana, maka terlebih dahulu harus ada "bukti permulaan yang cukup" bukan berdasarkan suka atau tidak suka "like or dislike"

Penjelasan pasal tersebut mengaskan, bahwa perintah penangkapan tidak dapat dilakukan dengan sewenang-wenang tetapi ditujukan kepada mereka yang benar-benar melakukan tindak pidana.

Demikian dengan tersangka/terdakwa juga diberi hak daan sekaligus merupakan kewajiban penyidik setelah melakukan penangkapan, sejak semula orang yang ditahan dan keluarganya :

a. wajib diberitahu alasan penahanan dan sangkaan atau dakwaan yang dipersalahkan kepadanya;

(6)

c. tersangka/terdakwa mauapun keluarganya diberitahu dengan pasti berapa lama ia ditahan di masing-masing tingkat pemeriksaan.

Dengan berlakunya KUHAP sudah seharusnya system penyelidikan menggunakan metode ilmiah atau "scientific crime detection" yang dapat diartikan sebagai "teknik dan taktis penyidikan kejahatan"

3. Asas praduga tak bersalah.

Salah satu asa terpenting dalam hukum acara pidana ialah asas praduga tak bersalah atau "presumtion of innocent" terdapat dalam penjelasan umum butir 3 huruf c KUHAP dan pasal 8 UU Pokok Kekuasaan Kehakiman No. 14/1970.

Asas praduga tak bersalah mengandung arti bahwa setiap orang yang disangka, ditangkap, ditahan, dituntut dan/atau diperiksa di pengadilan wajib dianggap tidak bersalah sebelum memperoleh putusan pengadilan yang menyatakan kesalahannya dan telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

4. Asas pembatasan penahanan.

Dalam KUHAP, setiap tindakan penahanan terperinci batas waktu dan statusnya dengan seksama, sehingga dapat diketahui siapa melakukan penangkapan maupun penahanan terhadap tersangka/terdakwa.

5. Asas ganti rugi dan rehabilitasi.

Setlah dikeluarkannya peraturan pelaksanaan Pasal 9 UU Poko Kekuasaan Kehakiman No. 14/1970, seperti yaang diatur dalam bab XII KUHAP, Pasal 95-97 sudah ada pedoman tata cara penuntutan ganti rugi dan rehabilitasi sudah tidak ada kendala seperti belum dikeluarkannya peraturan pelaksanaan UU No. 14/1970.

6. Asas penggabungan perkara;

Dalam KUHAP diatur dua perkara yang digabungkan menjadi satu, yakni :

1. Perkara pidana dengan perkara perdata, dan

(7)

7. Asas unifikasi.

Unifikasi hukum acara pidana, merupakan suatu usaha untuk mengikis pengkotak-kotakan kelompok masyarakat warisan politik kolonial Belanda yang mengelompokan hukum bardasarkan daerah, golongan, keturunan dan membedakan acara pidana yang berlaku untuk Jawa-Madura dengan daerah Indonesia lainnya dan diskriminasi hukum acara pidana yang berlaku antara Bumi Putra dengan keturunan Eropa.

8. Asas diferensiasi fungsional.

Diferensiasi fungsional adalah penegasan pembagian tugas dan wewenang antara jajaran aparat penegak hukum acara pidana secara instansional.

Pembagian tugas dan wewenang diatur sedemikian rupa sehingga tetap terbina saling korelasi dan koordinasi dalam proses penegakan hukum yang saling berkaitan dan berkesinambaungan antara satu instansi dengaan instansi lainnya, sampai ke tingkat proses eksekusi.

9. Asas saling koordinasi.

Hubungan koordinasi fungsional antara aparat penegak hukum, antara lain.

1. Hubungan penyidik polri dengan penyidik pegawai negeri sipil tertentu.

2, Hubungan penyidik dengan penuntut umum.

3. Hubungan penyidik dengan hakim/pengadilan.

4. Hubungan tersangka, terdakwa, penasihat hukum dan aparat hukum.

10. Asas peradilan sederhana, cepat dan biaya ringan.

Asas ini dalam prakteknya sulit untuk diwujudkan, atau dengan kata lain tiada dana tidak ada keadilan.

11. Asas peradilan terbuka untuk umum.

Meskipun pemeriksaan terdakwa di sidang pengadilan terbuka untuk umum, tetapi yang dapat melihat dan mendengarkan atau menyaksikan sidng harus berumur 17 tahun keatas.

(8)

Demikian juga jika pemeriksaan terdakwa dalam perkara susila atau terdakwanya masih anak-anak dilakukan dalam pemeriksaan terbuka untuk umum, maka putusan pengadilan tersebut batal demi hukum.

Meskipun pemeriksaan dalam perkara susila atau terdakwanya masih anak-anak dik=lakukan tertutup untuk umum, tetapi dalam putusan pengadilan harus dibacakan secara terbuka untuk umum.

Proses Peradilan

Secara sederhana sistem peradilan pidana (Criminal Justice System) dapat dipahami sebagai suatu usaha untuk memahami serta menjawab pertanyaan, apa tugas hukum pidana di masyarakat dan bukan sekedar bagaimana hukum pidana didalam undang-undang dan bagaimana hakim menerapkannya.

Menurut Muladi, sistem peradilan pidana sesuai dengan makna dan ruang lingkup sistem dapat bersifat phisik dalam arti sinkronisasi stuktural (structural syncronization), dapat pula bersifat substansial (substancial syncronization) dan dapat pula bersifat kultural (cultural syncronization). Dalam hal sinkronisasi struktural keserempakan dan keselarasan dituntut dalam mekanisme administrasi peradilan pidana dalam kerangka hubungan antar lembaga penegak hukum. Dalam hal sinkronisasi substansial, maka keserempakan ini mengandung makna baik vertical maupun horizontal dalam kaitannya dengan hukum positif yang berlaku.

Hal lain yang perlu digarisbawahi adalah bahwa sistem ini mulai bekerja pada saat adanya laporan kejahatan dari masyarakat (delik aduan), maupun pada saat-saat adanya perbuatan yang menyimpang dari kacamata hukum pidana Indonesia yang mana atas perbuatan tersebut pemerintah melalui Jaksa Penuntut Umum berkewajiban untuk menuntutnya melalui proses peradilan pidana.

Secara operasional, perundang-undangan pidana mempunyai kedudukan strategis terhadap sistem peradilan pidana, dimana perundang-undangan tersebut telah memberikan defenisi tentang perbuatan-perbuatan apa yang dirumuskan sebagai suatu tindak pidana, serta memberikan batasan tentang pidana yang dapat diterapkan untuk setiap kejahatan. Dengan kata lain, perundang-undangan pidana menciptakan “legislated environment” (lingkungan perundang-undangan) yang mengatur segala prosedur dan tata cara yang harus dipatuhi didalam sistem peradilan pidana.

(9)

dasarnya tujuan akhir pada masing-masing sub sistem tersebut adalah sama yaitu “penanggulangan Kejahatan”. Untuk mencapai tujuan yang sama inilah mangharuskan sub-sub sistem ini untuk saling koordinasi dan bekerja sama didalam proses kerjanya. Suatu sub sistem harus memperhitungkan sub sistem yang lainnya didalam proses peradilan.

Sistem peradilan pidana mengandung gerak sistematis dari masing-masing sub sistem yang mendukungnya, yang secara keseluruhan merupakan satu kesatuan (totalitas) berusaha mentransformasikan masukan (input) menjadi keluaran (output) yang menjadi tujuan sistem peradilan pidana. Keterpaduan garis sistematis sub-sub sistem peradilan pidana dalam proses penegakkan hukum, tentunya sangat diharapkan dalam pelaksanaannya. Oleh karenanya, salah satu indicator keterpaduan sistem peradilan pidana ini adalah “sinkronisasi” pelaksanaan penegakan hukum guna mencapai tujuan penanggulangan kejahatan didalam masyarakat. Keterpaduan dalam sistem peradilan pidana, diharapkan akan mampu menanggulangi kejahatan. Apabila terjadi suatu kejahatan yang dilakukan oleh anggota masyarakat tersebut kedalam salah satu sub sistem dari sistem peradilan pidana, maka belum tentu ia akan menjalani semua sub sistem. Hal ini wajar adanya, sebab dianutnya asas praduga tak bersalah atau asas presumption of innocence sebagaimana yang terkandung dalam KUHAP. Asas praduga tak bersalah ini membuka peluang bagi anggota masyarakat yang diduga melakukan kesalahan tersebut untuk keluar dari sub sistem yang tergabung dalam sistem peradilan pidana.

Pertemuan ke 6 : Hukum Perdata dan Hukum Adat Pengertian Hukum Perdata

Hukum Perdata disebut juga hukum sipil adalah hukum yang mengatur hubungan hukum antara seseorang dengan orang lain, dimana hubungan tersebut menimbulkan hak dan kewajiban dari masing-masing pihak.

Contoh : - Sewa menyewa; - Jual beli, gadai; - Warisan; - dan lain-lain.

(10)

masyarakat dan seorang dengan Negara, maka hukum perdata tidak menyangkut kepentingan umum, melainkan mengatur kepentingan pihak tertentu saja..

Hukum Perdata bersumber dari Kitab Undang-undang Hukum Sipil (KUHS). KUHS dipakai Pancis sebagian besar, namun Belanda juga ikut KUHS karena orang Prancis ada juga yang tinggal di Belanda.

Asas-Asas Hukum Perdata sebagai yang mengatur Hukum Perdata terdiri dari :

a. Hukum Perdata Adat adalah hukum yang mengatur antar individu dengan masyarakat adat, berkaitan dengan kepentingan-kepentingan perseorangan

b. Hukum Perdata Eropa adalah hukum yang tugasnya mengatur hubungan hukum yang menyangkut kepentingan orang-orang Eropa dan orang-orang yang diberlakukan ketentuan hukum itu.

c. Hukum Perdata Bersifat Nasional adalah hukum yang mengatur kepentingan perorangan yang dibuat/diberlakukan untuk seluruh penghuni Indonesia

Adapun asas-asas yang terdapat pada hukum perdata : 1. Asas kebebasan para pihak;

2. Asas kebebasan kesepakatan; 3. Asas persamaan kedudukan;

4. Asas kecakapan bertindak dalam hukum

Hukum perdata dibagi dalam hukum perdata materil dan hukum perdata formil.

Hukum perdata formil mengatur kepentingan-kepentingan perdata. Hukum pedata materil mengatur kepentingan-kepentingan perdata atau dengan perdata lain : cara mempertahankan peraturan-peraturan hukum perdata materil dengan pertolongan hakim.

Apa saja yang ruang lingkup ke dalam pengertian Hukum Perdata ? Yang termasuk ke dalam ruang lingkup Hukum Perdata antara lain :

- Hukum Perorangan atau Pribadi (hak dan kewajiban);

- Hukum Keluarga atau Perkawinan (hubungan lahir batin antara dua orang berlainan jenis);

- Hukum Kekayaan (mempunyai nilai uang);

(11)

Hukum Adat dalam Pembangunan

Hukum adat adalah sistem hukum yang dikenal dalam lingkungan kehidupan sosial di Indonesia dan negara-negara Asia lainnya seperti Jepang, India, dan Tiongkok. Hukum adat adalah hukum asli bangsa Indonesia. Sumbernya adalah peraturan-peraturan hukum tidak tertulis yang tumbuh dan berkembang dan dipertahankan dengan kesadaran hukum masyarakatnya. Karena peraturan-peraturan ini tidak tertulis dan tumbuh kembang, maka hukum adat memiliki kemampuan menyesuaikan diri dan elastis. Selain itu dikenal pula masyarakat hukum adat yaitu sekelompok orang yang terikat oleh tatanan hukum adatnya sebagai warga bersama suatu persekutuan hukum karena kesamaan tempat tinggal ataupun atas dasar keturunan.

Setelah hukum adat dijadikan Azas-azas Hukum Nasional, maka kemudian lahirlah antara lain : a. Undng-undang Pokok Agraria Undang-undang No.5 Tahun 1960, undang-undang ini

merupakan Undang-undang Nasional menggantikan berbagai jenis hukum yang mengatur masalah pertanahan di tanah air

b. Undang-undang perjanjian bagi hasil pertanian (UU No. 2 Tahun 1960) c. Undang-undang tentang Ketentuan Pokok Kehutanan (UU No.5 tahun 1967) d. Undang-undang tentang Ketentuan Pokok Pertambangan (UU No.11 Tahun 1967) e. Undang-undang Pengairan (UU No. 11 Tahun 1974)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil yang dicapai yaitu suatu rancangan basisdata yang terintegrasi dan sesuai dengan kebutuhan pada bidang pembelian dan persediaan suku cadang yang dapat menunjang seluruh

Maka dari itu, perlu adanya penelitian yang menjangkau karya-karya yang dipelajari di pesantren, yang kemudian dikonstruksi jalan berpikirnya terkait pemahaman

Selanjutnya dalam memaksimalkan loyalitas pelanggan, yang harus dilakukan selanjutnya ialah memaksimalkan customer relationship management (CRM) karena Amstrong dan

Hal ini dikarenakan keragaman masyarakat berpotensi menimbulkan segmentasi kelompok, struktur yang terbagi-bagi, konsensus yang lemah, sering terjadi konflik, integrasi yang

CPNS KEJAKSAAN TINGGI SULAWESI SELATAN TAHUN ANGGARAN 2019 RABU, 02 SEPTEMBER 2020.. YUNUS AHLI

Serangkaian manifestasi sikap politik yang disampaikan oleh kalangan pemikir Islam liberal tersebut, mengundang kontroversi tidak saja dari kalangan yang disebut Islam

Yang bertanda tangan di bawah ini saya, Intan Tiara Kireina, menyatakan bahwa skripsi dengan judul: ANALISIS PENGARUH STOCK SELECTION SKILL DAN MARKET TIMING ABILITY

Merujuk pada sifat diatas bahwa file hasil enkripsi didalamnya ada daftar hak akses dan tanggal modifikasi file, maka file gambar atau file teks yang buka hasil enkripsi oleh