• Tidak ada hasil yang ditemukan

Indikator Ekonomi dan Kemakmuran Indones

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Indikator Ekonomi dan Kemakmuran Indones"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS INDONESIA

MAKALAH

Indikator Ekonomi dan Kemakmuran Indonesia

Dibandingkan Negara Cina, India, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailan serta Permasalahan dalam Perkonomian Indonesia

Tugas dalam rangka Mata Ajaran Perekonomian Indonesia

Disusun Oleh

Abdul Rozaq Setiawan / 1506810080

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI KEKHUSUSAN AKUNTANSI PEMERINTAHAN

(2)

Statement of Authorship

“Saya yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa makalah terlampir adalah murni hasil pekerjaan saya sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang saya gunakan tanpa menyebutkan sumbernya.

Materi ini belum pernah digunakan sebagai bahan untuk makalah pada mata ajaran lain kecuali kami menyatakan dengan jelas bahwa saya menyatakan bahwa saya menggunakannya.

Saya memahami bahwa tugas yang saya kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.”

Mata Ajaran : Perekonomiian Indonesia

Kelas : AKP15-2P-A

Judul Makalah/Tugas : Indikator Ekonomi dan Kemakmuran Indonesia dibandingkan Negara Cina, India, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailan serta Permasalahan dalam Perkonomian Indonesia

Tanggal : 29 April 2016

Dosen : Prof. Susijati B. Hirawan, SE., M.Sc., Ph.D

Nama : Abdul Rozaq Setiawan

NPM : 1506810080

(3)

ABSTRAK

Output growth perekonomian Indonesia rata-rata sebesar 5,4% berada di urutan nomor 5 dari 7 negara yang diperbandingkan. Tingkat inflasi Indonesia secara rata-rata mulai dari tahun 2000 s.d. 2014 merupakan yang tertinggi yaitu 7,4%. Tingkat pengangguran Indonesia rata-rata 8,3% yang merupakan tertinggi nomor 2 setelah negara Filipina.

Indikator kemakmuran yang dihitung melalui GDP per kapita berdasarkan purchasing power parity Amerika Serikat tahun 2011 berada di nomor 5. Rata-rata GDP per kapita Indonesia masih berkisar US$7.000-an. Nilai GDP per kapita tertinggi adalah Singapura sebesar US$64.731.

(4)

DAFTAR ISI Contents

Statement of Authorship...i

ABSTRAK...ii

DAFTAR ISI...iii

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang...1

B. Rumusan Masalah...1

C. Tujuan Penyusunan...2

BAB II Indikator Ekonomi dan Kemakmuran Indonesia dibandingkan dengan Cina, India, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailan...3

A. Konsep...3

B. Data dan Analisis...5

1. Output Growth...5

2. Inflasi...7

3. Tingkat pengangguran...9

4. Indikator kemakmuran...13

C. Masalah dalam perekonomian Indonesia...14

BAB III SIMPULAN DAN SARAN...18

A. Simpulan...18

B. Saran...18

(5)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Data perekonomian suatu negara akan memberikan gambaran mengenai tingkat pembangunan negara tersebut. Indonesia telah merdeka selama 70 tahun. Sangat menarik untuk melihat bagaimana tingkat perekonomian negara Indonesia dari tahun ke tahun.

Blanchard mengemukakan bahwa untuk mengetahui tingkat kesehatan perekonomian suat negara dapat dilihat dari output growth, tingkat inflasi dan tingkat penganguran. Outpput growth digunakan untuk mengetahui perkembangan output suatu negara. Logikanya, semakin maju negara tersebut maka akan semakin banyak output yang dihasilkan. Tingkat inflasi menunjukkan bagaimana kenaikan harga yang terjadi pada suatu negara. Kenaikan harga-harga akan mempengaruhi tingkat penghasilan riil warga suatu negara. Inflasi yang sangat tinggi mengakibatkan pendapatan warga negara menjadi tidak berguna dalam pemenuhan kebutuhan karena tidak lagi mencukupi untuk membeli barang-barang kebutuhan. Sedangkan tingkat pengangguran menunjukkan bagaimana serapan tenaga kerja di suatu negara. Semakin banyak orang yang bekerja maka akan semakin banyak pula konsumsinya sehingga akan mendorong industri untuk menghasilkan output lebih banyak.

Indikator kemakmuran suatu negara dapat dilihat dari GDP per kapita (Blanchard). Akan tetapi, untuk membandingkan tingkat GDP per kapita suatu negara tidak adil jika menggunakan harga yang dikonversi ke US $. Hal ini karena ada kemungkinan harga barang/jasa di suatu negara berbeda dengan negara yang lain. Oleh karena itu, pengukuran GDP per kapita menggunakan perhitungan purchasing power parity (PPP). Pengukuran ini menghitung seluruh harga barang konsumsi berdasarkan harga di negara basis (biasanya AS).

Pada akhirnya, akan menarik untuk melihat masalah yang dihadapi perekonomian Indonesia dilihat dari beberapa indikator yang telah disebutkan di atas. Perekonomian tidak mungkin lepas dari masalah. Dan akan menarik juga bagaimana usulan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini adalah: 1. Apa saja indikator ekonomi suatu negara?

2. Apa saja indikator kemakmuran suatu negara?

3. Bagaimana indikator ekonomi Indonesia dibandingkan negara Cina, India, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailan?

(6)

5. Apa saja permasalah dalam perekonomian Indonesia dan bagaimana saran pemecahannya?

C. Tujuan Penyusunan

Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui: 1. Indikator ekonomi suatu negara.

2. Indikator kemakmuran suatu negara.

3. Indikator ekonomi Indonesia dibandingkan negara Cina, India, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailan.

4. Indikator kemakmuran Indonesia dibandingkan dengan negara Cina, India, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailan.

5. Permasalah dalam perekonomian Indonesia.

(7)

BAB II

Indikator Ekonomi dan Kemakmuran Indonesia

dibandingkan dengan Cina, India, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailan

A. Konsep

Indikator ekonomi (Investopedia) merupakan bagian dari data ekonomi yang digunakan oleh investor untuk menerjemahkan kemungkinan investasi pada saat ini atau di masa yang akan datang dan menilai tingkat kesehatan seluruh ekonomi. Hal ini sejalan dengan definisi dari oxford yaitu statistic yang digunakan untuk memprediksi tren masa depan ekonomi suatu negara.

Indikator ekonomi yang digunakan untuk melihat tingkat kesehatan ekonomi suatu negara (Blanchard) adalah output growth, unemployment rate dan inflation rate. ;

1. Output growth

Output growth suatu negara dihitung dari tingkat perubahan produk domestik bruto/gross domestic product (GDP). Produk domestik bruto (Blanchard) adalah ukuran output agregat dalam akun pendapatan nasional atau nilai pasar dari barang dan jasa yang diproduksi oleh tenaga kerja dan properti yang terletak dalam sebuah negara. Menurut Mankiw, GDP adalah nilai pasar dari seluruh barang dan jasa akhir dalam sebuah ekonomi pada periode waktu tertentu. Untuk menghitung GDP (Mankiw), ada 3 pendekatan yang digunakan yaitu: a. Income

Merupakan jumlah pembayaran kepada para pemilik factor produksi b. Expenditure

Merupakan penjumlahan belanja atas barang atau jasa akhir. Barang akhir (final good) adalah barang yang diperuntukkan untuk konsumsi akhir. c. Output

Jumlah nilai tambah (value added) dalam setiap sector. Nilai tambah merupakan selisih antara nilai output yang dijual dengan biaya pembelian bahan mentah dan barang setengah jadi yang diperlukan untuk menghasilkan output.

(8)

ekonomi negara tersebut dikatakan sedang ekspansif. Sebaliknya ketika GDP growth bernilai negative dikatakan ekonomi negara tersebut sedang resesif. 2. Inflasi

Inflasi merupakan kenaikan harga barang-barang. Deflasi merupakan kebalikan dari inflasi yaitu penurunan harga barang-barang. Ada 2 indikator yang digunakan untuk mengukur GDP deflator dan Consumer Price Index (CPI).

GDP deflator (Blanchard) didefinisikan sebagai rasio antara nominal GDP dan real GDP. Penghitungan real GDP yang diukur pada harga di tahun tertentu berimplikasi pada perhitungan GDP deflator. Pada saat basis GDP untuk real GDP dihitung, GDP deflator akan bernilai 1. Pada saat yang demikian, nilai indeks GDP deflator tidak memiliki arti ekonomi.

Consumer Price Index (CPI) (Blanchard) merupakan harga barang dan jas tertentu yang dikonsumsi oleh warga suatu negara. Yang membedakan perhitungan GDP deflator dengan CPI yaitu CPI dihitung berdasarkan harga barang yang dikonsumsi sedangkan GDP deflator menghitung seluruh harga barang akhir (final goods) yang dihasilkan oleh suatu negara. Ada kalanya final goods tidak dikonsumsi oleh konsumen seperti final goods yang digunakan oleh perusahaan, pemerintah atau untuk ekspor. Sedangkan barang yang dikonsumsi oleh warga negara ada juga yang tidak dihasilkan di dalam negeri atau diimpor.

GDP deflator dan CPI sama-sama dihitung berdasarkan basis harga pada waktu tertentu. Ketika menghitung GDP maupun CPI pada waktu basis harga, nilai indeks keduanya sama-sam bernilai 1.

3. Tingkat pengangguran

Tingkat pengangguran diukur dalam persentase (%) dari angkatan kerja (labor force). Tingkat pengangguran akan dihubungkan dengan pertumbuhan output (Okun’s Law) dan dengan tingkat inflasi (Philips Curve). Okun’s law (dalam Blanchard) menyebutkan bahwa jika pertumbuhan output tinggi, tingkat pengangguran akan menurun. Menurut Philips curve, ketika tingkat pengangguran sangat rendah, ekonomi mengalami overheat dan hal ini akan mendorong tingkat inflasi mengalami kenaikan.

(9)

digunakanlah GDP per kapita dengan perhitungan purchasing power parity (PPP). Penghitungan PPP menggunakan harga-harga barang/jasa pada negara basis (biasanya AS) sehingga dapat diperbandingkan secara adil GDP per kapita antar negara. GDP per kapita berdasarkan PPP menunjukkan tingkat konsumsi oleh warga suatu negara. Hal ini juga berarti menunjukkan living standard warga negara suatu negara.

B. Data dan Analisis 1. Output Growth

Data output growth (Worldbank) dari tahun 2000 s.d. 2014 digambarkan dalam table sebagai berikut: 2001 8.298374 3.643466 4.823966 0.517675 2.893992 -0.95229 3.444244 2002 9.090909 4.499475 3.803975 5.390988 3.645898 4.211687 6.14888 2003 10.01997 4.780369 7.860381 5.788499 4.970364 4.435328 7.18933 2004 10.07564 5.030874 7.922937 6.783438 6.697636 9.549175 6.289289 2005 11.35239 5.692571 9.284832 5.332139 4.777663 7.489157 4.187835 2006 12.68823 5.500952 9.263959 5.584847 5.242953 8.860196 4.967917 2007 14.19496 6.345022 9.80136 6.298786 6.616669 9.111527 5.435093 2008 9.623377 6.013704 3.890957 4.83177 4.152757 1.78762 1.725668 2009 9.233551 4.628871 8.479787 -1.51369 1.14833 -0.60339 -0.73828 2010 10.63171 6.223854 10.25996 7.42597 7.632264 15.24038 7.506711 2011 9.484506 6.169784 6.638353 5.293785 3.659755 6.207449 0.833682 2012 7.750298 6.030051 5.081418 5.473454 6.68381 3.414361 7.322901 2013 7.68381 5.579211 6.899217 4.713454 7.055272 4.443214 2.809404 2014 7.268461 5.024665 7.286253 5.992609 6.132343 2.918389 0.865664

Rata-rata 9.814014 5.368776 7.235526 4.850981 5.093551 5.436629 4.142024

(10)

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

China Indonesia India Malaysia Philippines Singapore Thailand Tahun

Dari data di atas dapat ditari informasi sebagai berikut:

a. Pertumbuhan output negara Cina mulai tahun 2007 terus megalami penurunan. Penurunan paling tinggi terjadi pada tahun 2008 yaitu 9,6% dibandingkan tahun 2007 (14,2%). Pertumbuhan rata-rata sebesar 9,8% per tahun.

b. Pertumbuhan output negara Indonesia relative konstan dengan sedikit penurunan pada tahun 2009. Pertumbuhan rata-rata sekitar 5,4% per tahun. c. Pertumbuhan output negara India mengalami penurunan dan kenaikan sangat

tajam dimulai tahun 2007. Pertumbuhan output terendah negara ini terjadi tahun 2008 yaitu 3,9%. Rata-rata pertumbuhan sebesar 7,2% per tahun.

d. Pertumbuhan output negara Malaysia relative stabil sejak tahun 2000. Akan tetapi menurun tajam pada tahun 2009 (resesi) pada tingkat -1,5%. Rata-rata pertumbuhan sekitar 4,85% per tahun.

(11)

f. Pertumbuhan output negara Singapura tidak stabil mulai tahun 2007. Tingkat pertumbuhan terendah (resesi) terjadi pada tahun 2009 pada kisaran -0,6%. Tingkat pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2010 dikisaran 15% dibanding tahun sebelumnya. Rata-rata pertumbuhan berkisar 5,4% per tahun. g. Pertumbuhan output negara Thailan sangat tidak stabil. Tingkat pertumbuhan

terendah terjadi pada tahun 2009 dikisaran -0,73% kemudian naik dan turun sangat tajam. Tingkat pertumbuhan tertinggi terjadi di tahun 2010 dikisaran 7,5% dari tahun sebelumnya. Tingkat pertumbuhan rata-rata negara ini sebesar 4,1%.

Negara-negara yang disebutkan di atas mengalami penurunan pertumbuhan mulai tahun 2007-2008 yang dipengaruhi oleh krisis keuangan AS. hal ini ditandai dengan menurunnya tingkat pertumbuhan pada mulai tahun 2007 s.d. 2009. Pertumbuhan ekonomi negara Indonesia berada di peringkat ke 4 dari 7 negara yang disebutkan di atas.

2. Inflasi

Tingkat inflasi yang digunakan dalam makalah ini adalah CPI annual (%) dari Worldbank. Data inflasi ditampilkan sebagai berikut;

Tahun China Indonesia India Malaysia Philippines Singapore Thailand

(12)

Data di atas ditampilkan dalam grafik sebagai berikut:

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 -2.0

China Indonesia India Malaysia Philippines Singapore Thailand Tahun

Ax

is

Ti

tle

Informasi yang didapat dari data di atas sebagai berikut:

a. Inflasi di negara Cina berfluktuasi. Rata-rata inflasi tahunan sebesar 2,2%. b. Inflasi di Indonesia berfluktuasi dengan titik tertinggi pada tahun 2006

(13,1%). Inflasi di negara Indonesia rata-rata 7,4%. Indonesia menjadi negara dengan inflasi tertinggi pada tahun 2015. Inflasi tinggi pada tahun 2005 (BI, 2006) disebabkan utamanya oleh naiknya harga minyak dunia di Oktober 2015 ditambah dengan naiknya harga-harga pangan (kekurangan pasokan dan terganggunya jalur distribusi). Lonjakan inflasi tahun 2006 disebabkan utamanya oleh kenaikan harga pangan seperti beras, daging dan bumbu (musim kemarau panjang).

c. Inflasi di negara India melonjak sejak tahun 2004 s.d. 2010 (12%) untuk kemudian turun ke level 5,9% pada tahun 2015. Rata-rata inflalsi tahunan berada di angka 6,8%.

d. Inflasi di negara Malaysia berfluktuasi. Inflasi tertinggi terjadi pada tahun 2008 di angka 5,4%. Pada tahun 2015, Malaysia mampu mempertahankan inflasi di angka 2,1%. Rata-rata inflasi tahunan sebesar 2,2%.

(13)

g. Inflasi negara Thailan berfluktuasi dengan tingkat inflasi tertinggi pada tahun 2008 (5,5%). Thailan mengalami deflasi pada 2015 dengan tingkat inflasi -0,9%.

3. Tingkat pengangguran

Data tingkat pengangguran (Worldbank) dari tahun 2000 s.d. 2014 sebagai berikut:

Tahun China Indonesia India Malaysia Philippines Singapore Thailand

2000 4.50 6.10 4.30 3.00 11.20 3.70 2.40

2001 4.50 8.10 4.00 3.50 11.00 3.70 2.60

2002 4.40 9.10 4.30 3.50 11.50 4.80 1.80

2003 4.30 9.50 3.90 3.60 11.20 5.20 1.50

2004 4.30 9.90 3.90 3.50 11.90 4.40 1.50

2005 4.10 11.20 4.40 3.50 7.70 4.10 1.30

2006 4.00 10.30 4.30 3.30 8.00 3.60 1.20

2007 3.80 9.10 3.70 3.20 7.40 3.00 1.20

2008 4.40 8.40 4.10 3.30 7.30 3.20 1.20

2009 4.40 7.90 3.90 3.70 7.50 4.30 1.50

2010 4.20 7.10 3.50 3.40 7.30 3.10 1.00

2011 4.30 6.60 3.50 3.10 7.00 2.90 0.70

2012 4.50 6.10 3.60 3.00 7.00 2.80 0.70

2013 4.60 6.30 3.60 3.20 7.10 2.80 0.70

2014 4.70 6.20 3.60 2.00 7.10 3.00 0.90

rata-rata 4.33 8.13 3.91 3.25 8.68 3.64 1.35

(14)

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 0.00

2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 14.00

Unemployment

China Indonesia India Malaysia Philippines Singapore Thailand

Dari data di atas, informasi yang didapatkan sebagai berikut:

a. Tingkat pengangguran di negara Cina semakin meningkat. Peningkatan pengangguran di Cina relatif tidak terlalu besar. Rata-rata tingkat penggauran di Cina sebesar 4,33% dari total angkatan kerja.

b. Tingkat pengangguran di Indonesia relatif tinggi. Peningkatan tajam pengangguran terjadi pada tahun 2005 pada kisaran 11,2% dan sejak saat itu mulai menurun. Rata-rata tingkat pengangguran di Indonesia mencapai 8,13%. Pada tahun 2014, tingkat pengangguran Indonesia tertinggi ke-2 dari 7 negara yang dibandingkan.

c. Tingkat pengangguran di negara India relatif stabil. Rata-rata tingkat penganggurannya mencapai 3,91%.

d. Tingkat pengangguran di negara Malaysia cukup stabil dan pada tahun 2014 mengalami penurunan cukup tajam dari 3,2% di tahun 2013 menjadi 2% di tahun 2014. Rata-rata tingkat pengangguran Malaysia sebesar 3,25%.

(15)

f. Tingkat pengangguran di negara Singapura cukup stabil di bawah angka 6%. Rata-rata tingkat pengangguran di Singapura sebesar3,64%.

g. Tingkat pengangguran di Thailan merupakan yang terendah dari 7 negara yang diperbandingkan. Rata-rata tingkat penganggurannya mencapai 1,35%. Mulai tahun 2011, Thailan berhasil menekan tingkat penganggurannya di bawah angka 1%.

Untuk mengetahui tingkat serapan pertumbuhan output terhadap tenaga kerja di Indonesia, data yang telah disajikan di atas akan dianalisis menggunakan Okun’s law sebagai berikut;

(16)

4. Indikator kemakmuran

Pembandingan kemakmuran antar negara menggunakan GDP per kapita yang dihitung berdasar purchasing power parity (PPP). Data dari worldbank (PPP dihitung berdasarkan harga 2011 dalam US $) sebagai berikut:

Tahun China Indonesia India Malaysia Philippines Singapore Thailand

2000 3678.16 5805.809 2521.343 16146.22 4227.328 51663.14 9228.21

2001 3954.558 5935.748 2597.586 15890.42 4258.291 49809.34 9437.39

2002 4285.256 6119.478 2651.132 16416.95 4321.802 51435.58 9904.991

2003 4685.363 6326.481 2812.618 17040.81 4444.899 54514.86 10505.61

2004 5126.902 6556.641 2986.819 17864.46 4651.529 58977.59 11066.08

2005 5675.451 6838.422 3213.062 18478.48 4786.342 61921.8 11449.08

2006 6359.954 7119.903 3457.058 19163.61 4953.814 65331.39 11961.47

2007 7224.914 7472.807 3739.274 20014.37 5200.104 68375.39 12577.55

2008

7879.71

7 7819.068

3828.35

1 20621.29 5336.181 65990.85 12775.4

2009 8564.59 8074.5 4094.457 19968.77 5318.255 63643.96 12662.99

2010 9429.501 8465.296 4452.925 21101.88 5638.208 72055.46 13584.21

2011 10274.49 8870.284 4685.864 21866.34 5754.112 74949.24 13654.27

2012 11016.99 9282.706 4861.063 22706.4 6041.778 75629.84 14597.18

2013 11805.09 9674.607 5131.826 23418.83 6365.003 77721.44 14943.35

2014 12599.18 10033.48 5438.616 24459.78 6648.551 78957.75 15011.61

(17)

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

China Indonesia India Malaysia Philippines Singapore Thailand

GDP perkapita tertinggi secara berturut-turut dipegang oleh Singapura. Indonesia pada tahun 2014 menempati urutan ke-5 dari 7 negara yang diperbandingkan. Tingkat pertumbuhan output Indonesia dihubungkan dengan perkembangan GDP per kapita digambarkan sebagai berikut:

0

GDP per kapita vs. GDP Growth

GDP Growth

(18)

BI 2005 yang menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan tidak dapat meningkatkan tingkat kemakmuran secara signifikan.

C. Masalah dalam perekonomian Indonesia

Masalah-masalah dalam perekonomian Indonesia yang dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Terkait dengan inflasi

Tingkat inflasi di Indonesia tidak stabil. Rata-rata tingkat inflasi Indonesia masih yang paling tinggi diantara 7 negara yang diperbandingkan yaitu dikisaran angka 7,4%. Hal ini disebabkan oleh (BI) utamanya kenaikan harga minyak dunia, kenaikan harga-harga pangan karena kurangnya pasokan dan buruknya jalur distribusi.

Selain itu juga, menurut saya, inflasi dipengaruhi oleh nilai tukar rupiah yang tidak stabil. Hal ini terkait dengan sebagian barang konsumsi di Indonesia berasal dari impor.

Untuk mengatasi masalah-masalah terkait inflasi, sebaiknya pemerintah mendorong tumbuhnya industri Indonesia bukan hanya industri yang ada di Indonesia (kuliah prof. Ine Minara S. Ruki). Pemerintah dapat mempermudah akses permodalan, mempermudah perizinan, “mengawal” pertumbuhan, dan melindungi industri Indonesia dari “serangan” industri asing.

Permasalahan pasokan pangan dan jalur distribusi yang buruk, menurut saya, sebaiknya pemerintah:

a. Membentuk kluster wilayah pasokan pangan dan barang/jasa yang lain. Selama ini pusat-pusat produksi terkonsentrasi di jawa dan sumatera. Sedanagkan wilayah negara kita berupa kepulauan. Pemerintah dalam membangun kluster wilayah produksi harus mempertimbangkan jarak dan biaya distribusi. Ketika kluster tersebut, pasokan pangan dan lainnya akan semakin dekat ke pasar yang tersebar di pulau-pulau Indonesia yang pada akhirnya akan menekan harga pangan dan menurunkan tingkat inflasi. b. Membangun tangki-tangki pasokan minyak bumi untuk 1 tahun ke depan

(19)

hari belum sampai tahun. Hal ini terntu akan menambah risiko dorongan inflasi ketika harga minyak bumi dunia mengalami kenaikan dan tidak bisa memanfaatkan momentum ketika harga minyak bumi dunia turun. c. Membangun industri energi dalam negeri khususnya industri

perminyakan. Indonesia selama ini masih belum mampu untuk mencukupi kebutuhan BBM dalam negeri. Kilang penyulingan minyak bumi di Indonesia nyaris tidak ada penambahan sejak zaman penjajahan Belanda. Hal ini menjadikan Indonesia kurang dapat memanfaatkan momentum turunnya harga minyak bumi pada tahun 2014-2016.

d. Menyediakan tenaga listrik yang mencukupi kebutuhan pengembangan industri. Penyediaan tenaga listrik ini juga harus tersebar merata agar meminimalisasi biaya transisi sehingga bisa menekan harga jual listrik. e. Merevitalisasi jalur distribusi yang telah ada. Banyak jalan lintas yang

rusak berat contohnya jalan lintas sumatera. Selain itu, kapasitas jalan di negara ini sangat kecil jika dibandingkan dengan pertumbuhan penduduk. f. Membangun jalur disitribusi baru. Pembangunan jalur baru tidak harus

menunggu ketersediaan anggaran pemerintah. Pola kerja sama privat – pemerintah dapat sangat membantu. Saya rasa sudah saatnya pemerintah melimpahkan sebagian tugas penyedian barang publik kepada swasta dengan pola kerja sama yang jelas dan tidak membebani ekonomi.

g. Membangun sistem pengelolaan komoditas. Penyediaan pangan sangat tergantung dari musim dan jarak. Tanaman pangan hanya bisa ditanam pada musim-musim tertentu. Tanaman pangan segar berupa buah dan sayur sangat rentan rusak jika disimpan terlalu lama misal untuk didistribusikan dari jawa ke luar jawa. Penyediaan pangan juga rentan over supply karena panen salah satu jenis yang ditanam secara berlebihan. Pemerintah dapat menyediakan informasi kepada petani tentang waktu yang tepat untuk memulai menanam, tanaman apa yang perlu ditanam dan berapa luas yang perlu ditanam. Hal ini untuk menjaga kestabilan harga dan menjaga tingkat penghasilan para petani.

(20)

untuk memasarkan produksi pertanian baik untuk pasar dalam negeri maupun pasar impor. Pemerintah juga bisa mendorong bertumbuhnya industri pengolahan komoditas pertanian sehingga menjadi komoditas yang memiliki nilai tambah tinggi.

Sistem pengelolaan komoditas juga pada akhirnya akan mengurangi ketergantungan beberapa komoditas pangan pokok dari pasar impor. Pada akhirnya akan terbangun kemandirian pangan.

2. Tingkat pengangguran yang makin meningkat

Pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak bisa menyerap pertumbuhan angkatan kerja. Hal ini (BI, 2005) disebabkan rendahnya kinerja sektor ekonomi padat karya seperti pertanian, konstruksi dan manufaktur. Sektor-sektor tersebut masih terkendala dengan akses pasar, khususnya pertanian. Selain itu juga terpengaruh dengan nilai tukar karena input penting sektor-sektor tersebut masih mengandalkan impor.

Pertumbuhan kesempatan kerja masih belum dapat menyerap pertumbuhan angkatan kerja. Hal ini juga terkait dengan pemikiran sebagian besar angkatan kerja setelah meyelesaikan pendidikan akan mencari pekerjaan bukannya membuka usaha. Pemerintah diharapkan memberikan insentif berupa kemudahan perizinan maupun kemudahan dalam promosi komoditas baik di dalam negeri maupun pasar ekspor. Indonesia selama ini masih berkonsentrasi untuk ekspor bahan mentah atau barang setengah jadi yang kurang memiliki nilai tambah. Pemerintah dapat merancang kurikulum pendidikan untuk menanamkan jiwa enterprenuer. 3. Masalah kemiskinan

Tingkat kemiskinan di Indonesia sangat tinggi yaitu 11,47% (data BPS tahun 2013). Masalah kemiskinan akan membebani anggaran dalam jangka panjang.

(21)
(22)

BAB III

SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan

Makalah ini menyimpulkan bahwa:

1. Tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia masih kalah dibandingkan negara Cina, India, Filipina dan Malaysia. Selain itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia ternyata masih belum mampu menyerap tenaga kerja secara signifikan karena buruknya kinerja sektor ekonomi padat karya seperti pertanian, konstruksi dan manufaktur.

2. Tingkat inflasi Indonesia rata-rata encapai 7,4% merupakan yang terburuk dari 7 negara yang diperbandingkan. Inflasi ini didorong oleh ketergantungan kepada impor minyak (sensitif terhadap kenaikan harga minyak dunia) dan kenaikan harga pangan pokok karena keterbatasan ketersediaan dan buruknya jalur distribusi.

3. Tingkat pengangguran di Indonesia masih tinggi dengan rata-ratanya 8,13%.

4. Tingkat kemakmuran yang diukur dari GDP per kapita berdasarkan PPP menunjukkan Indonesia berada 3 terbawah dari negara-negara yang diperbandingkan. Kisaran GDP per kapita rata-rata masih di angka 7 ribuan US $ (base year 2011).

5. Masalah yang masih menghantui Indonesia dalah tingginya tingkat kemiskina yang mencapai 11,47% di tahun 2013.

B. Saran

Penulis menyarankan untuk;

1. Mengatasi masalah inflasi dengan cara:

a. Membentuk kluster wilayah pasokan pangan dan barang/jasa yang lain untuk menjamin ketersedian pasokan dan mengurangi biaya distribusi.

b. Membangun tangki-tangki pasokan minyak bumi untuk 1 tahun ke depan sehingga akan mengurangi sensitivitas perekonomian terhadap kenaikan harga minyak dunia serta untuk memanfaatkan momentum ketika harga minyak dunia turun.

(23)

d. Menyediakan tenaga listrik yang mencukupi kebutuhan pengembangan industri.

e. Merevitalisasi jalur distribusi yang telah ada.

f. Menambah jalur disitribusi baru baik dengan anggaran pemerintah maupun dengan pola kerja sama pemerintah dan swasta.

g. Membangun sistem pengelolaan komoditas untuk menjamin pasokan dan menjaga kestabilan harga sekaligus menjaga tingkat penghasilan petani.

2. Mengatasi tingkat pengangguran yang makin meningkat dengan cara mendorong tumbuhnya industri indonesia dengan menumbuhkan jiwa enterpreuner warga negara Indonesia.

(24)

DAFTAR PUSTAKA

1. Bank Indonesia, Economic Report on Indonesia 2005-2014 2. Blanchard, 2013, Macroeconomics

3. BPS, bps.go.id

4. Worldbank, data.worldbank.org

Referensi

Dokumen terkait

Dinamika perkembangan keilmuan yang terus melaju, sangat terkait dengan perubahan paradigma yang dibangun manusia kini, ini mengindikasikan bahwa paradigma menjadi parameter

Skripsi ini bertujuan untuk mengkaji ortogonalitas Diminnie dan Roberts pada

Bertolak dari latar belakang dan pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka pertanyaan-pertanyaan penelitian yang hendak dicari jawabannya adalah sebagai

Mahasiswa mengajukan permohonan pindah ke PT lain sesuai dengan formulir yang telah disediakan di Biro Adminstrasi Akademik UMK, yang ditujukan kepada Rektor

Berdasarkan distribusi frekuensi menunjukan bahwa jenis kelamin pekerja paling banyak adalah perempuan sebanyak 12 orang (75,0%), diikuti dengan usia pekerja terbanyak >50

Berdasarkan latar belakang dan kajian relevan yang telah dipaparkan, masalah yang akan dibahas adalah bagaimanakah cara pengungkapan makna aspektualitas BMDS pada

Penggunaan kata seangku ‘aku ceraikan’ dan ngatur ‘mengatur’ oleh penutur laki-laki terhadap penutur perempuan telah menujukkan tatanan status sosial laki-laki

Apabila tema proposal disetujui oleh PA, maka KPS dengan memperhatikan saran dan rekomendasi PA mengajukan nama 2 (dua) Pembimbing Tugas Akhir kepada Dekan/Direktur