• Tidak ada hasil yang ditemukan

RANCANG BANGUN MONITORING PADA SISTEM PR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "RANCANG BANGUN MONITORING PADA SISTEM PR"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

RANCANG BANGUN

MONITORING

PADA SISTEM

PROTEKSI PETIR

EARLY STREAMER EMMISION

DENGAN SMS

GATEWAY

DAN BERBASIS WEB

TESIS

Disusun Oleh :

Elvianto Dwi Hartono 15520001

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK ELEKTRO

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

JAKARTA

(2)

RANCANG BANGUN

MONITORING

PADA SISTEM

PROTEKSI PETIR

EARLY STREAMER EMMISION

DENGAN SMS

GATEWAY

DAN BERBASIS WEB

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi

Persyaratan Kurikulum Magister Teknik Elektro Program Pascasarjana

Institut Sains dan Teknologi Nasional Jakarta

Disusun Oleh :

Elvianto Dwi Hartono 15520001

Jakarta, Agustus 2017

Disetujui Oleh :

(3)

RANCANG BANGUN MONITORING PADA SISTEM PROTEKSI PETIR EARLY STREAMER EMMISION DENGAN SMS GATEWAY DAN

BERBASIS WEB

Disusun Oleh:

Nama : Elvianto Dwi Hartono No Pokok : 15520001

Konsentrasi : Elektronika & Telekomunikasi

Telah dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Pada hari sabtu, Agustus 2017

D E W A N P E N G U J I

Ketua : Prof. Dr. Masbah R.T. Siregar, APU ________________

Anggota : Dr. Ir. Iwan Krisnadi, MBA ________________

: Dr. Bambang Widiyatmoko, M.Eng ________________

: Dr. Isnaeni, M.Sc ________________

Tesis ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan Untuk memperoleh gelar Magister Teknik

Jakarta, 12 Agustus 2017

(4)

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Elvianto Dwi Hartono No Pokok : 15520001

Program Studi : Magister Teknik Elektro Konsentrasi : Elektronika & Telekomunikasi

Dengan ini menyatakan bahwa tesis yang telas saya buat dengan judul :

“Rancang Bangun Monitoring pada Sistem Proteksi Petir Early Streamer

Emmision dengan SMS Gateway dan Berbasis WEB” adalah hasil karya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar dan tesis belum pernah diterbitkan atau dipublikasikan dimanapun dan dalam bentuk apapun.

Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya. Apabila dikemudian hari ternyata saya memberikan keterangan palsu dan atau ada pihak lain yang mengklaim bahwa tesis yang telah saya buat adalah hasil karya milik seseorang atau badan tertentu, saya bersedia diproses baik secara pidana maupun perdata dan kelulusan saya dari Program Pascasarjana ISTN dicabut/dibatalkan.

Jakarta, Agustus 2017

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga pada akhirnya penulis dapat

menyelesaikan tesis ini tepat pada waktunya. Dimana tesis ini penulis sajikan

dalam bentuk buku yang sederhana. Adapun tesis, yang penulis ambil sebagai

berikut “Rancang Bangun Monitoring pada Sistem Proteksi Petir Early Streamer

Emmision dengan SMS Gateway dan Berbasis WEB”.

Tujuan penulisan tesis ini dibuat sebagai salah satu untuk mendapatkan

gelar Magister Teknik (MT) pada Program Pascasarjana ISTN.

Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan dan dukungan dari semua

pihak dalam penyusunan tesis ini, maka penulis tidak dapat menyelesaikan tesis

ini tepat pada waktunya. Untuk itu, pada kesempatan ini ijinkanlah penulis untuk

menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Iwan Krisnadi, MBA, selaku pembimbing tesis yang

telah menyediakan waktu, pikiran dan tenaga dalam membimbing

penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

2. Bapak Prof. Dr. Masbah R.T.Siregar, APU, selaku kepala program

studi Magister Teknik Elektro.

3. Orang tua, istri dan kedua anakku tercinta yang telah memberikan

dukungan material dan moral kepada penulis.

4. Seluruh staf pengajar (dosen) Program Pascasarjana Magister Teknik

Elektro ISTN yang telah memberi pengajaran dan ilmu pengetahuan

yang bermanfaat bagi penulis.

5. Seluruh staf dan karyawan Program Pascasarjana ISTN yang telah

melayani penulis dengan baik selama kuliah.

6. Rekan-rekan kuliah yang telah memberikan dukungan dan semangat

kepada penulis.

Serta semua pihak yang terlalu banyak untuk penulis sebutkan satu persatu

sehingga terwujudnya penulisan tesis ini. Semoga amal ibadah mereka dalam

partisipasi tesis ini baik langsung maupun tidak langsung akan mendapat balasan

(6)

Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih jauh dari kata

sempurna, untuk itu penulis mohon kritik dan saran yang bersifat membangun

demi kesempurnaan karya ilmiah yang penulis hasilkan untuk yang akan datang.

Akhir kata semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan

bagi para pembaca pada umumnya.

Jakarta, Agustus 2017

(7)

ABSTRAK

Nama : Elvianto Dwi Hartono No Pokok : 15520001

Program Studi : Magister Teknik Elektro Jenjang : Strata Dua (S2)

Konsentrasi : Elektronika & Telekomunikasi

Judul : “Rancang Bangun Monitoring pada Sistem Proteksi Petir Early Streamer Emmision dengan SMS Gateway dan Berbasis WEB”

Kebutuhan akan informasi melalui sistem monitoring pada proteksi petir yang semakin tinggi untuk dapat mengetahui lebih dini adanya sambaran petir yang mengenai instalasi penangkal petir yang terpasang. Sedangkan instalasi penangkal petir yang tanpa menggunakan alat monitoring maka akan sulit untuk mengetahui efektifitas dari instalasi penangkal petir tersebut. Untuk mengetahui instalasi penangkal petir yang terpasang tanpa menggunakan sistem monitoring biasanya dengan rusaknya atau bahkan hancurnya ujung penangkal petir tersebut. Pada penelitian ini akan dirancang suatu alat yang berfungsi untuk memonitoring dan mendeteksi adanya sambaran petir melalui jarak jauh. Dengan menggunakan Arduino Uno, Ethernet shield, Sensor Arus dan SIM800L untuk mengirim data pengukuran arus sambaran melalui SMS serta berbasis Web untuk memonitoring dari manapun. Dengan adanya alat ini akan memudahkan teknisi dalam melakukan pengecekan dan perbaikan pada saat terjadi sambaran petir, sebelum sesuatu yang lebih buruk terjadi.

Dari hasil perancangan ini dapat disimpulkan bahwa dengan dilakukannya monitoring terhadap sambaran petir yang ada pada penelitian ini, antisipasi dan penanganan gangguan dapat dilakukan dengan lebih cepat. Sehingga jika terjadi permasalahan akibat sambaran petir dapat segera dilakukan perbaikan.

Kata kunci :

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN LEMBAR PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ... iv

KATA PENGANTAR ... v

2.3. Parameter-parameter Petir ... 12

2.3.1. Bentuk Gelombang Arus Petir ... 12

2.3.2. Kerapatan Sambaran Petir (Ng) ... 14

2.3.3. Arus Puncak (Imax) ... 14

2.3.4. Kecuraman Gelombang (Steepness) ... 15

2.4. Jenis-jenis Proteksi Petir ... 15

2.4.1. Franklin Rod (Metoda Konvensional) ... 15

2.4.2. Sangkar Faraday (Metoda Konvensional) ... 16

2.4.3. Early Streamer Emmision (Metoda Non Konvensional)17 2.5. Sistem Proteksi Petir Eksternal ... 19

2.5.1. Terminasi Udara (Air Terminal) ... 20

2.5.2. Konduktor Penyalur Arus Petir (Down Conductor) ... 21

2.5.3. Pembumian (Grounding) ... 21

2.6. Lightning Discharge Counter ... 22

2.7. Mikrokontroler Arduino... 23

2.7.1. Arduino Uno ... 23

2.7.2. Arduino IDE ... 26

(9)

2.9. Modul SIM800L GSM/GPRS ... 28

2.10. LCD (Liquid Crystal Display) ... 29

2.10.1. LCD 16x2 ... 30

2.10.2. Deskripsi Pin LCD ... 30

2.11. Sensor Arus SCT 019... 31

BAB 3. PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT ... 33

3.1. Blok Diagram ... 33

3.2. Diagram Alir ... 34

3.3. Rangkaian Perangkat ... 35

3.3.1. Perancangan Perangkat Keras ... 35

3.3.2. Perancangan Perangkat Lunak (Software) ... 43

3.3.2.1. Aplikasi Program Arduino IDE ... 43

3.3.2.2. Bahasa Program Arduino yang digunakan .... 44

3.3.3. Implementasi Antarmuka ... 52

BAB 4. ANALISA DATA DAN HASIL PENELITIAN ... 54

4.1. Penerapan Sistem ... 54

4.2. Cara Pengoprasian Alat... 54

4.3. Pengujian Alat ... 55

4.3.1. Tujuan Pengujian Alat ... 55

4.3.2. Alat Bantu Pengujian ... 55

4.4. Pengujian Sistem ... 55

4.4.1. Pengujian Ethernet Shield ... 55

4.4.2. Pengujian Jaringan SIM Card dengan SIM800L ... 56

4.4.3. Pengujian Rangkaian LCD ... 57

4.4.4. Pengujian Sensor Arus ... 58

4.5. Kondisi Hasil Sebelum Penelitian ... 59

4.6. Kondisi Hasil Sesudah Penelitian ... 59

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1. Pin dari LCD 16x2 ... 39

Tabel 4.1. Hasil Pengujian Waktu Respon SMS Notifikasi ... 56

Tabel 4.2. Hasil Pengujian Sensor Arus dengan Tang Ampere ... 59

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Petir ... 07

Gambar 2.2. Pembentukan Awan Petir ... 08

Gambar 2.3. Pembentukan Badai Petir dan Ionisasi Natural ... 10

Gambar 2.4. Downward Leader ... 10

Gambar 2.5. Upward Leader ... 11

Gambar 2.6. Return Stroke ... 12

Gambar 2.7. Osilogram Bentuk Gelombang Arus Petir ... 13

Gambar 2.8. Bentuk Gelombang Impuls Petir Standar ... 13

Gambar 2.9. Konsep Jarak Sambar ... 14

Gambar 2.10. Metoda Franklin Rod ... 16

Gambar 2.11. Metoda Sangkar Farraday... 16

Gambar 2.12. Perbandingan Jenis Proteksi Franklin Rod dengan ESE ... 17

Gambar 2.13. Teknologi ESE... 18

Gambar 2.14. Terminal Udara ESE merk Viking ... 20

Gambar 2.15. Lightning Discharge Counter ... 22

Gambar 2.16. Arduino Uno ... 24

Gambar 2.17. Arduino Ethernet Shield R3 ... 28

Gambar 2.18. Modul SIM800L ... 29

Gambar 2.19. Tampilan LCD 16x2 ... 30

Gambar 2.20. Skema Transformator Arus ... 32

Gambar 2.21. Sensor Arus SCT 019 ... 32

Gambar 3.1. Diagram Blok ... 34

Gambar 3.2. Flow Chart Simulasi dan Perancangan Alat ... 35

Gambar 3.3. Rangkaian Sistem Proteksi Petir ... 36

Gambar 3.4. Skema Rangkaian Sensor Arus ... 37

Gambar 3.5. Skema Konfigurasi Arduino dengan LCD ... 40

Gambar 3.6. Skema Konfigurasi Arduino dengan SIM800L ... 42

Gambar 3.7. Program Arduino IDE ... 44

Gambar 3.8. Tampilan Halaman Login ... 52

Gambar 3.9. Tampilan Halaman Manage Data ... 53

Gambar 3.10. Tampilan Halaman Grafik Data Sambaran ... 53

Gambar 4.1. Pengetesan Koneksi Ethernet Shield ... 56

Gambar 4.2. Kalibrasi LCD ... 57

Gambar 4.3. Tampilan Alat Monitoring pada LCD ... 58

Gambar 4.4. Alat Monitoring Sistem Proteksi Petir ... 60

Gambar 4.5. Tampilan Notifikasi SMS ... 61

Gambar 4.6. Tampilan Web Data Sambaran Petir ... 62

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Monitoring Sistem Proteksi Petir ... 64

Lampiran 2 Spesifikasi... 68

Lampiran 3 Lembar Konsultasi Bimbingan Tesis ... 74

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penulisan

Indonesia merupakan daerah hari guruh pertahun tertinggi di dunia menurut

buku Guinness of Records yakni berkisar antara 180 - 260 hari guruh pertahun

dengan kerapatan sambaran petir ke tanah (Ng) mencapai 30 sambaran per km2

per tahun.

Petir merupakan kejadian alam dimana terjadi loncatan muatan listrik antara

awan dengan bumi. Loncatan muatan listrik tersebut diawali dengan

pengumpulnya uap air di dalam awan. Ketinggian antara permukaan atas dan

permukaan bawah pada awan dapat mencapai jarak sekitar 8 km dengan

temperature bagian bawah sekitar 15,5⁰C dan temperature bagian atas sekitar

-51⁰C. Akibatnya, di dalam awan tersebut akan terjadi kristal-kristal es. Karena di

dalam awan terdapat angin ke segala arah, maka Kristal-kristal es tersebut akan

saling bertumbukan dan bergesekan sehingga terpisahkan antara muatan positif

dan muatan negatif.

Pemisahan muatan inilah yang menjadi sebab utama terjadinya sambaran

petir. Pelepasan muatan listrik dapat terjadi di dalam awan, antara awan dengan

awan dan antara awan dengan bumi tergantung dari kemampuan udara dalam

menahan beda potensial yang terjadi.

Petir yang dikenal sekarang terjadi akibat awan dengan muatan tertentu

menginduksi muatan yang ada di bumi. Bila muatan di dalam awan bertambah

besar, maka muatan induksi makin besar sehingga beda potensial antara awan

dengan bumi semakin besar. Kejadian ini diikuti sambaran pelopor yang menurun

dari awan dan diikuti dengan adanya sambaran pelopor yang naik dari bumi

mendekati sambaran pelopor yang turun. Pada saat itulah terjadi apa yang

dinamakan petir.

Sambaran petir langsung dapat menyebabkan kerusakan bangunan, peralatan,

(14)

disebabkan sambaran petir tidak langsung dapat mempengaruhi kinerja peralatan,

umur pakai, bahkan kerusakan peralatan. Hal ini dapat menimbulkan kerugian

yang besar, sehingga dibutuhkan usaha untuk mengurangi resiko kerusakan akibat

sambaran petir, yaitu dengan sistem proteksi petir.

Sistem proteksi petir pada bangunan meliputi sistem proteksi petir eksternal

dan internal, sistem proteksi petir eksternal berfungsi untuk mengurangi resiko

terhadap bahaya kerusakan akibat sambaran langsung pada bangunan yang

dilindungi, sedangkan sistem proteksi petir internal bertujuan untuk melindungi

instalasi peralatan di dalam bangunan terhadap tegangan lebih akibat sambaran

petir. Perancangan sistem proteksi petir dipengaruhi karakteristik bangunan yang

diproteksi dan karakteristik tahanan tanah di daerah tersebut.

Lightning counter merupakan alat penghitung sambaran petir yang berfungsi

sebagai alat pencatat adanya sambaran petir yang menyambar ujung penangkal

petir yang terpasang. Untuk mengetahui apakah instalasi penangkal petir yang

terpasang berfungsi atau tidak, maka diperlukan alat yang kita sebut lightning

counter. Cara kerja lightning counter ini yaitu alat ini akan menghitung jumlah

sambaran petir yang menyambar ujung penangkal petir, sehingga kita bisa

mengetahui efektif atau tidaknya instalasi penangkal petir yang telah terpasang.

Pada prinsipnya lightning counter bekerja bila ada sambaran petir yang

mengenai penangkal petir (head protector) yang terpasang. Lightning counter

dalam instalasi penangkal petir termasuk bisa di katakan sebagai monitoring

kontrol sebuah instalasi penangkal petir. Apabila instalasi penangkal petir yang

kita pasang dengan menambah lightning counter kita bisa mengetahui lebih dini

adanya sambaran petir yang mengenai instalasi penangkal petir yang terpasang.

Sedangkan instalasi penangkal petir yang tanpa menggunakan alat lightning

counter maka akan sulit untuk mengetahui efektif atau tidaknya instalasi

penangkal petir tersebut.

Untuk mengetahui instalasi penangkal petir yang terpasang tanpa

menggunakan alat lightning counter biasanya dengan rusaknya atau bahkan

hancurnya ujung penangkal petir (head protector). Mekanisme kerja lightning

counter sendiri dengan menggunakan power dan induksi yang ditimbulkan adanya

(15)

conduktor (kabel induktor) sehingga kumparan yang terdapat dalam lighting

counter akan bergerak dengan indikator angka.

Besarnya arus yang dapat dibaca lightning counter tergantung dari merknya

(pada merk CPT cirprotec 250A – 100kA), dengan besarnya induksi tersebut akan

dapat di olah oleh kumparan yang terdapat di dalam lightning counter untuk di

jadikan energi listrik yang dapat menggerakkan indikator untuk arus

elektromagnetik sehingga alat ini bisa berfungsi dalam perhitungan sambaran dari

petir, pada dasarnya alat ini difungsikan oleh arus listrik yang disebabkan oleh

adanya sambaran petir itu sendiri. Lightning counter tidak akan berfungsi apabila

kuatnya sambaran dari petir terlalu lemah, seperti kita ketahui kekuatan sambaran

petir tidak semua sama besarnya dengan lemahnya sambaran petir maka

kumparan yang terdapat dalam lighting counter tidak akan bisa bekerja, sehingga

tidak terdapat hitungan pada alat tersebut.

Untuk memperbaiki kinerja serta perbaikan pada sistem lightning counter,

maka perlu ada perubahan yang semula sistem konvensional (hanya

menggerakkan indikator angka) menjadi kumpulan informasi yang disimpan di

dalam komputer secara sistematik sehingga dapat diperiksa menggunakan suatu

program komputer untuk memperoleh informasi dari basis data tersebut.

Sistem monitoring pada proteksi petir ini dilakukan dengan memasang sensor

arus pada konduktor penyalur arus petir (down conductor), dengan tujuan untuk

mengetahui kapan dan berapakali sambaran petir tersebut terjadi. Selanjutnya,

keluaran sensor dibaca oleh Arduino dan dikirimkan ke server menggunakan jalur

internet dan server juga melakukan komunikasi melalui SMS gateway untuk

memberi informasi apabila terjadi sambaran petir yang melalui sensor arus

tersebut.

Informasi yang ditampilkan dalam Web adalah informasi cuaca, data

sambaran petir yang meliputi tanggal, waktu dan besaran arus sambaran, serta

grafik terjadinya sambaran dalam setiap bulannya. Selain informasi dari Web juga

terdapat notifikasi melalui SMS yang menampilkan tanggal, waktu dan besaran

arus sambaran petir.

Informasi-informasi tersebut sangat berguna sekali bagi teknisi gedung dalam

(16)

perbaikan pada sistem proteksi petir eksternal tersebut, karena jika terjadi

kerusakan pada sistem proteksi petir tersebut, maka dengan cepat dapat langsung

terdeteksi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, permasalahan dalam perancangan

penelitian ini adalah bagaimana merancang sebuah alat proteksi petir early

streamer emmision menggunakan sensor arus yang dapat di monitoring secara

real time melalui Web browser serta mengirimkan notifikasi SMS gateway

kepada teknisi gedung.

1.3 Batasan Masalah

Agar penelitian dapat lebih fokus dan perancangan alat dapat disimulasikan,

maka penelitian dibatasi dengan melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Penelitian ini terbatas pada rancangan pembuatan alat monitoring sistem

proteksi petir early streamer emission. Didalam mengukur besarnya arus petir

yang tertangkap melewati konduktor penyalur arus petir (down conductor)

peneliti menggunakan percobaan dengan sensor arus 200A, sedangkan dalam

mensimulasikan aliran arus peneliti menggunakan arus listrik sebagai

percobaan.

2. Pemanfaatan Web browser sebagai monitoring kerja sistem.

3. Sistem hanya melakukan fungsi monitoring adanya arus yang di asumsikan

sebagai sambaran petir.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah terbentuknya sebuah aplikasi nyata berbasis web

dan SMS gateway yang pada akhirnya dapat digunakan untuk meningkatkan

keamanan serta monitoring pengukuran secara real time dalam mengetahui

(17)

sebagai acuan di dalam melakukan pemeriksaan secara berkala ataupun perbaikan

pada sistem proteksi petir (early streamer emmision).

1.5 Manfaat Penelitian

Pada hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat diantaranya

adalah sebagai berikut:

1. Bahan studi perbandingan dan pertimbangan untuk penelitian dan

pengembangan lebih lanjut.

2. Memperkenalkan metode rancang bangun monitoring pada sistem proteksi

petir (early streamer emmision) menggunakan sms gateway dan berbasis

Web.

3. Memberikan solusi kemudahan dalam pemantauan sambaran petir dari jarak

jauh.

1.6 Sistematika Penulisan

Penulisan proposal tesis berdasarkan pada ketentuan sebagaimana yang telah

ditentukan, terdiri dari beberapa bab yaitu :

Bab I : Pendahuluan

Membahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah,

batasan masalah, maksud dan tujuan penulisan, manfaat penelitian

serta sistematika penulisan dari tesis yang akan disusun.

Bab II : Tinjauan Pustaka

Membahas tentang penjelasan tentang teori yang berhubungan dengan

penelitian, kerangka pemikiran, model dalam penelitian serta hipotesis

yang melandasi dalam penelitian ini.

Bab III : Perancangan dan Pembuatan Alat

Membahas mengenai metode yang digunakan dalam menyelesaikan

penelitian, mencakup objek penelitian, desain perancangan alat, teknik

(18)

Bab IV : Analisis Data dan Hasil Penelitian

Membahas mengenai penjelasan analisis data dan hasil penelitian dari

perancangan alat monitoring pada sistem proteksi petir.

Bab V : Kesimpulan dan Saran

Dalam bab ini membahas kesimpulan dari penelitian dan saran untuk

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini diawali dengan tinjauan pustaka, yang menjelaskan mengenai

penelitian terdahulu, yang berkaitan langsung dengan penelitian ini.

2.1 Pengertian Petir

Petir adalah sebuah cahaya yang terang benderang yang dihasilkan oleh tenaga

listrik alam yang terjadi di antara awan-awan atau awan ke tanah. Sering kali

terjadi bila cuaca mendung atau badai. Petir merupakan peristiwa alam yaitu

proses pelepasan muatan listrik (electrical discharge) yang terjadi di atmosfer.

Peristiwa pelepasan muatan ini akan terbentuknya konsentrasi muatan-muatan

positif dan negatif didalam awan ataupun perbendaan muatan dengan permukaan

bumi.

Gambar 2.1 Petir

Ketinggian antara permukaan atas dan permukaan bumi pada awan dapat

mencapai jarak sekitar 8 km dengan temperatur bagian bawah 13⁰C dan

temperatur bagian atas sekitar -65⁰C. Akibatnya, didalam awan tersebut akan

terjadi Kristal-kristal es. Karena didalam awan terdapat angin ke segala arah,

(20)

terpisah antara muatan positif dan muatan negatif. Pemisahan muatan inilah yang

menjadi sebab utama terjadinya sambaran petir. Pelepasan muatan listrik dapat

terjadi didalam awan, antara awan dengan awan dan antara awan dengan bumi

tergantung dari kemampuan udara dalam menahan beda potensial yang terjadi.

Panjang kanal petir bisa mencapai beberapa kilometer, dengan rata-rata 5 km.

Kecepatan pelopor menurun dari awan bisa mencapai 3% dari kecepatan cahaya.

Sedangkan kecepatan pelepasan muatan balik mencapai 10% dari kecepatan

cahaya. Dimana besar kecepatan cahaya (c) adalah 3x106 km/s.

2.2 Proses Terjadinya Petir

2.2.1 Pembentukan Awan Bermuatan

Terjadinya petir merupakan hasil dari proses pada atmosfer sehingga muatan

terkumpul pada awan. Terjadinya awan merupakan konsekuensi dari ketidak

stabilan atmosfer bumi. Energi sinar matahari menumbuk partikel udara dan akan

memanaskan lapisan udara bagian bawah yang akan menyebabkan berkurangnya

kerapatan dan atmosfer menjadi tidak stabil untuk gerakan keatas. Hal ini

disebabkan tekanan atmosfer berkurang sebanding dengan ketinggian yang akan

mengakibatkan udara yang memuai akan bergerak keatas.

Gambar 2.2 Pembentukan Awan Petir

Gerakan lapisan udara keatas akan menurunkan temperatur lapisan udara

sehingga pada ketinggian dan temperatur tertentu akan terbentuk uap air dan

terbentuk titik-titik air yang terkumpul membentuk awan. Dalam keadaan normal

pada atmosfer bumi terdapat sejumlah ion-ion positif dan negatif yang tersebar

acak. Ion-ion ini terjadi karena tumbukan atom, pancaran sinar kosmis dan energi

(21)

Pada keadaan cuaca cerah diudara terdapat medan listrik yang berarah tegak

lurus kebawah menuju bumi. Dengan adanya medan listrik itu, butiran air yang

terdapat di udara akan terpolarisasi karena induksi. Bagian atas bermuatan negatif

dan bagian bawah bermuatan positif. Dengan demikian butiran air yang terdapat

di awan akibat proses kondensasi akan terpolarisasi. Didalam awan adakalanya

terjadi pergerakan arus udara keatas membawa butir-butir air yang berat jenisnya

rendah dengan kecepatan sekitar 30 sampai 40 m/s. Karena mengalami

pendinginan, butiran air ini akan membeku sehingga berat jenisnya membesar

yang mengakibatkan timbulnya gerakan udara kebawah dengan kecepatan cukup

tinggi. Dalam pergerakan didalam awan ini, pada permukaan bagian bawah

butiran air timbul gaya tarik terhadap ion-ion negatif yang mempunyai mobilitas

rendah, sedangkan ion-ion positif ditolak. Akibatnya pada butiran air ini

terkumpul muatan negatif. Butir-butir air yang besar akan membawa muatan

negatif berkumpul di awan bagian bawah sedangkan butir-butir air yang lebih

kecil yang bermuatan positif berkumpul di awan bagian atas. Bersamaan

terjadinya pengumpulan muatan, pada awan timbul medan listrik yang

intensitasnya semakin bertambah besar. Akibatnya gerakan kebawah butir-butir

air menjadi terhambat atau terhenti. Dengan terjadinya muatan pada awan bagian

bawah, di permukaan bumi terinduksi muatan yang berlawanan dengan muatan

pada awan bagian bawah. Akibatnya terbentuk medan listrik antara awan dengan

permukaan bumi. Apabila medan listrik ini melebihi kekuatan tembus udara,

maka terjadilah pelepasan muatan.

(22)

2.2.2 Downward Leader

Proses ionisasi pada awan petir tersebut akan menghasilkan medan listrik

antara awan petir dan bumi. Apabila medan listrik yang dihasilkan mencapai level

breakdown voltage kira-kira 100 juta volt terhadap bumi, maka akan terjadi

pelepasan elektron dari awan petir ke bumi (Downward Leader). Pelepasan

muatan elektro ini pada umumnya berupa lidah-lidah petir yang bercahaya yang

turun bertahap menuju permukaan bumi dengan kecepatan rambat rata-rata 100 -

800 km/s. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar berikut ini.

Gambar 2.4 Downward Leader

2.2.3 Upward Leader

Terbentuknya Downward Leader dengan kecepatan yang tinggi ini

menyebabkan naiknya medan listrik yang dihasilkan antara ujung lidah petir

tersebut dengan permukaan bumi. Sehingga menyebabkan terbentuknya Upward

Leader yang berasal dari puncak - puncak tertinggi dari permukaan bumi. Proses

ini berlanjut hingga keduanya bertemu disuatu titik ketinggian tertentu, yang

dikenal dengan Striking Point.

Dengan demikian maka lengkaplah sudah pembentukan kanal ionisasi antara

awan petir dan bumi, dimana kanal ionisasi ini merupakan saluran udara yang

(23)

Gambar 2.5 Upward Leader

2.2.4 Return Stroke

Return Stroke yang diistilahkan dengan sambaran balik merupakan arus petir

yang sesungguhnya yang mengalir dari bumi menuju awan petir melalui kanal

ionisasi yang sudah terbentuk diatas. Oleh karena kanal udara yang terionisasi ini

memiliki konduktivitas yang tinggi, maka kecepatan rambat arus petir ini jauh

lebih cepat dibandingkan dengan kecepatan rambat dari step leader, yaitu ±

20.000 - 110.000 km/s.

Gambar 2.6 Return Stroke

(24)

Parameter petir menyatakan karakteristik atau penggambaran pertir itu sendiri.

Parameter-parameter petir cukup banyak, terutama yang berkaitan usaha-usaha

protektif petir. Selain itu, parameter ini juga berguna dalam studi efek perusakan

akibat sambaran petir dan kemungkinan pemanfaatannya. Parameter-parameter

tersebut yaitu bentuk gelombang petir, kerapatan sambaran (Ng), arus puncak

(Imax), kecuraman gelombang atau steepness (di/dt).

2.3.1 Bentuk Gelombang Arus Petir

Bentuk gelombang arus petir ini menggambarkan besar arus, kecuraman

(kenaikan arus), serta lamanya kejadian (durasi gelombang), dinyatakan oleh

waktu ekor. Pada kenyataannya, bentuk gelombang arus petirnya bisa berbeda

Gambar 2.7 Osilogram Bentuk Gelombang Arus Petir

Karena ada perbedaan tersebut, maka bentuk standar gembang arus petir

berbeda-beda untuk suatu Negara atau Lembaga, misalnya standar Jepang (JIS),

atau Jerman (VDE), Inggris (BS) dan sebagainya. Untuk internasional biasanya

mengacu pada IEC. Bentuk gelombang arus petir dinyatakan dalam dua besaran

yakni, waktu muka (Tf) yang menyatakan lamanya muka gelombang (front

(25)

Gambar 2.8 Bentuk Gelombang Impuls Petir Standar

2.3.2 Kerapatan Sambaran Petir (Ng)

Parameter ini menyatakan banyaknya aktifitas petir atau sambaran petir ke

bumi dalam rentang satu tahun di suatu wilayah, dinyatakan dalam sambaran per

km2 per tahun. Jumlah sambaran kilat ini sebanding dengan jumlah hari guruh per

tahun atau biasa disebut Iso Keraunic Level (IKL). Banyak peneliti yang

memberikan perhatian kearah ini dan mengemukakan rumus-rumus yang

berlainan. Untuk Indonesia, T.S. Hutauruk memberikan usulan kerapatan

sambaran petir adalah sebesar :

Ng = 0,15 IKL

...(2.1)

2.3.3 Arus Puncak (Imax)

Parameter arus puncak ini menentukan jatuh tegangan resistif pada tahanan

pertanahan dan tahanan peralatan yang terkena sambaran. Selain itu juga, ikut

menentukan kenaikan temperatur pada peralatan yang disambar. Biasanya nilai

arus puncak ini yang digunakan dalam menyatakan suatu gelombang impuls petir,

bersama-sama dengan dua besaran gelombang sebelumnya yaitu waktu muka (Tf)

dan waktu ekor (Tt).

Menurut Whitehead, arus puncak ini menentukan jarak sambaran petir dalam

(26)

r = 8,0 . Imax0,65

[meter]...(2.2)

dimana Imax dalam kA

Gambar 2.9 Konsep Jarak Sambar

2.3.4 Kecuraman Gelombang (Steepness)

Kecuraman gelombang merupakan salah satu parameter paling penting.

Parameter ini menyatakan kecepatan kenaikan arus petir dalam setiap satuan

waktu (di/dt). Semakin besar nilai arus dalam setiap satuan waktu, berarti semakin

curam bentuk gelombang arusnya dan makin pendek durasi muka gelombang

(front duration).

2.4 Jenis-jenis Proteksi Petir

Dewasa ini, banyak dikenal berbagai jenis proteksi petir, dari berbagai jenis

tersebut dapat dikelompokkan kedalam 2 macam metode, yaitu proteksi petir

metode konvensional dan metode non konvensional.

2.4.1 Franklin Rod (Metoda Konvensional)

Pengamanan bangunan terhadap sambaran kilat dengan menggunakan system

penangkal petir Franklin merupakan cara yang tertua, namun masih sering

digunakan karena hasilnya dianggap cukup memuaskan, terutama untuk

bangunan-bangunan dengan bentuk tertentu, seperti misalnya : menara, gereja dan

bangunan-bangunan lain yang beratap runcing. Franklin Rod (Tongkat Franklin),

alat ini berupa kerucut tembaga dengan daerah perlindungan berupa kerucut

imajiner dengan sudut puncak 112⁰. Agar daerah perlindungan besar, Franklin

(27)

Rod makin lemah perlindungan di dalam daerah perlindungan tersebut. Franklin

Rod dapat dilihat berupa tiang-tiang di bubungan atap bangunan. Sistem yang

digunakan untuk mengetahui area proteksi dari penyalur petir ini adalah dengan

menggunakan sistem proteksi kerucut.

Gambar 2.10 Metoda Franklin Rod

2.4.2 Sangkar Faraday (Metoda Konvensional)

Untuk mengatasi kelemahan Franklin Rod karena adanya daerah yang tidak

terlindungi dan daerah perlindungan melemah bila jarak makin jauh dari Franklin

Rod-nya maka dibuat sistem sangkar faraday. Sangkar faraday mempunyai sistem

dan sifat seperti Franklin Rod, tapi pemasangannya diseluruh permukaan atap

bangunan dengan tinggi tiang yang lebih rendah.

(28)

2.4.3 Early Streamer Emmision (Metoda Non Konvensional)

Metoda ini pertama kali dipatenkan oleh Gusta P Carpart tahun 1931.

Sebelumnya seorang ilmuwan Hungaria, Szillard tahun 1941 pernah melontarkan

gagasan untuk menambahkan bahan radioaktif pada franklin rod guna

meningkatkan tarikan pada sambaran petir. Metoda ini terdiri atas franklin rod

dengan bahan radioaktif radium atau sumber thorium sebagai penghasil ion yang

dihubungkan ke pentanahan melalui penghantar khusus.

Gambar 2.12 Perbandingan jenis proteksi Franklin Rod dengan ESE

Sistem proteksi petir Early Streamer Emmission adalah pendekatan relative

terbaru dalam penyelesaian masalah kerusakan instalasi petir, yang dilengkapi

dengan system Franklin Rod. Early Streamer Emmision adalah terminal udara

radioaktif non konvensional, tetapi banyak negara telah melarang hal ini.

Bahwasanya sumber radioaktif yang posisinya dekat dengan bagian atas terminal

membahayakan kesehatan.

Peralatan Early Streamer Emmision non radioaktif yang banyak digunakan

adalah Pulsar (dikembangkan oleh Helita, Perancis), Dynasphere (dikembangkan

oleh Erico, Australia), Prevectron (dikembangkan oleh Indelec, Perancis), EF

(dikembangkan oleh EF International, Swiss), dan LPI Stormaster (dikembangkan

(29)

Performa yang unggul dari tipe non konvensional ini adalah kemampuan

untuk meyebabkan ionisasi elektrostatik lebih awal pada penangkap petir ini

dibanding jenis Franklin Rod, sehingga system non konvensional tersebut

kemudian diberi nama jenis ESE (Early Streamer Emmision).

Gambar 2.13 Teknologi ESE

Radius dari proteksi, Rp dari alat ESE digambarkan pada gambar berikut dari

standar perancis NF C 17 –102. Hal ini tergantung pada alat inisiasi, ΔT dari atat

ESE. Radius dari proteksi, Rp di dapat dari :

Rp (m) = √

...(2.3)

dimana :

Rp (m) = Radius dari proteksi dalam are horizontal dalam jarak vertical h dari

ujung tipe ESE dari Viking.

h (m) = Tinggi dari ujung atas terminal elemen yang diproteksi, untuk h ≥ 5 m

D (m) = 20 m untuk tingkat proteksi I

45 m untuk tingkat proteksi II

60 m untuk tingkat proteksi III

ΔL (m) = Tambahan jarak

Tambahan jarak, ΔL didapat dari :

ΔL = V ΔT (µs)

(30)

dimana :

V (m/µs) = Rata – rata kecepatan dari tracer yang turun (2 x 104 m/s).

ΔT (µs) = Tambahan dalam waktu spark dari leader yang keatas diukur dalam kondisi lab.

ΔT = TFR – TESE

...(2.5)

Untuk tinggi terminal yang lebih rendah dari 5 m, nilai Rp yang respektif bisa

diperoleh dari tabel pembuktian dari standar Perancis NFC. Jadi performa yang

unggul dari tipe ini adalah dating dari kemampuan untuk menyebabkan inisiasi

yang lebih awal dari streamer secara terus menerus ke atas dari pada sebuah FR

dalam kondisi yang sama dari sambaran petir.

2.5 Sistem Proteksi Petir Eksternal

Sistem proteksi petir eksternal berfungsi untuk menghindari bahaya langsung

suatu sambaran petir pada instalasi-instalasi atau peralatan-peralatan yang

terpasang diluar gedung atau bangunan, di menara dan bagian-bagian luar

bangunan. Dalam hal ini termasuk juga perlindungan terhadap manusia yang

berada di luar gedung. System proteksi petir eksternal pada dasarnya terdiri dari:

 Terminasi udara (Air Terminal)

 Konduktor penyalur arus petir (Down Conductor)

 Pembumian (Grounding)

2.5.1 Terminasi Udara (Air Terminal)

Terminasi udara adalah bagian sistem proteksi petir eksternal yang

dikhususkan untuk menangkap sambaran petir, berupa elektroda logam yang

dipasang secara tegak, maupun mendatar. Penangkapan petir ini ditempatkan

sedemikian rupa sehingga mampu menangkap semua petir yang menyambar tanpa

(31)

Posisi penyalur petir yang vertical membuat tampak atasnya hanya berupa

suatu titik, sehingga bila step leader mendekati penyalur petir dari daerah

manapun akan mengalami reaksi yang sama (tanpa kondisi khusus). Hal ini

menggambarkan secara umum bahwa perilaku penyalur petir dalam melindungi

daerahnya cenderung untuk membentuk suatu lingkup volume, dengan penyalur

petir sebagai sumbu. Bidang dasar zona proteksinya merupakan suatu lingkaran

dengan penyalur petir sebagai titik pusat. Oleh sebab itu, untuk menyatakan

kemampuan proteksi penyalur petir digunakan sebutan radius proteksi atau

jari-jari proteksi, yaitu jarak terjauh dari pusat lingkaran yang masih dapat dilindungi

oleh penyalur petir.

Daerah lindung atau sudut lindung suatu terminasi udara (air terminal)

penyalur petir ditentukan oleh “jarak sambar” suatu sambaran petir yang

panjangnya ditentukan oleh tingginya arus petir. Salah satu metode dan teori yang

digunakan pada saat ini untuk menentukan penempatan terminasi udara dan untuk

mengetahui daerah proteksi, yaitu metode bola bergulir (rolling sphere method).

Gambar 2.14 Terminal Udara ESE merk Viking

2.5.2 Konduktor Penyalur Arus Petir (Down Conductor)

Down conductor berfungsi sebagai penyalur arus petir yang mengenai

terminasi udara (air terminal) dan diteruskan ke pembumian (grounding).

Pemilihan jumlah dan posisi konduktor penyalur sebaiknya memperhitungkan

kenyataan bahwa jika arus petir dibagi dalam beberapa konduktor penyalur, resiko

loncatan ke samping dan gangguan elektro magnetic di dalam gedung berkurang.

Jenis-jenis bahan penghantar penyalur petir adalah:

1. Kawat tembaga (BCC = Bare Copper Cable)

(32)

3. Campuran alumunium dan baja (ACSR = Alumunium Cable Steel Reinforce)

4. Kawat baja yang diberi lapisan tembaga (Copper Weld)

5. Alumunium puntir berisolasi (Twisted Wire)

6. Kawat baja, dipakai pada kawat petir dan pentanahan

7. Kabel HVSC (High Voltage Shielded Cable)

2.5.3 Pembumian (Grounding)

Pembumian adalah menanam satu atau beberapa elektroda ke dalam tanah

dengan cara tertentu untuk mendapatkan tahanan pembumian yang diinginkan.

Elektroda pembumian tersebut membuat kontak langsung dengan bumi.

Penghantar bumi yang tidak berisolasi yang ditanam dalam bumi dianggap

sebagai bagian dari elektroda bumi. Sebagai bahan elektroda, digunakan tembaga

atau baja yang digalvanisasi atau dilapisi tembaga, sepanjang kondisi setempat

tidak mengharuskan memakai bahan lain (misalnya pada perusahaan kimia).

Dalam penentuan sistem pembumian, ada beberapa hal yang perlu

Adalah peralatan tambahan untuk menghitung jumlah sambaran yang

menghantam dan mengenai perangkat penyalur petir yang terpasang pada sebuah

bangunan, fungsi utamanya adalah sebagai analisa keakurasian dari penangkal

petir yang telah terpasang.

Dengan adanya perangkat counter tersebut, maka pihak pengelola ataupun

pemilik bangunan dapat mengetahui seberapa banyak unit penyalur petirnya telah

terkena sambaran petir dan apabila ada kerusakan dengan dugaan terkena petir

dengan adanya counter petir ini maka dapat menganalisa sebab-sebab kerusakan

(33)

yang masuk melalui penyalur petir nya ataukah karena sambaran tidak langsung

yang berdampak pada bangunan.

Gambar 2.15 Lightning Discharge Counter

Adapun data teknisnya, adalah sebagai berikut:

 Minimum metering current : 250A

 Maximum metering current : 100kA

 Matering range : 0-999999

 IP Rating : IP-65

 Working temperature : -20°C - 65°C

 Pin analog input : 6

 Color : RAL 9004 (Black)

 Dimmensions (mm) : 63x33x57

 Weight (gr) : 225

2.7 Mikrokontroler Arduino

Arduino adalah mikrokontroler singleboard yang dirancang untuk

memudahkan penggunanya karena sifatnya yang open-source. Mikrokontroler

jenis Atmel AVR adalah mikrokontroler yang digunakan pada arduino.

Mikrokontroler AVR menggunakan basis arsitektur AVR RISC (Reduced

Intrution Set Computer) mengacu pada arsitektur Harvard, yang dibuat oleh Atmel

tahun 1996. Adapun kelebihan yang dimiliki adalah (Arduino, 2016):

1. Lintas platform yaitu software arduino dapat dijalankan pada sistem operasi

windows, macintosh OSX dan linux, sementara platform lain umumnya

(34)

2. Sangat mudah dipelajari dan digunakan karena bahasa pemrogramannya

masih sama seperti bahasa C.

3. Open source, baik dari sisi hardware maupun softwarenya.

4. Memiliki modul siap pakai (shield) yang bisa ditancapkan pada board arduino

yaitu shield GSM/GPRS, GPS, Ethernet, SD Card dan lain-lain.

2.7.1 Arduino Uno

Arduino Uno adalah arduino board yang menggunakan mikrokontroller

Atmega328. Arduino Uno memiliki 14 pin digital (6 pin dapat digunakan sebagai

output PWM), 6 input analog, sebuah 16 MHz osilator kristal, sebuah koneksi

USB, sebuah konektor sumber tegangan, sebuah header ICSP dan sebuah tombol

reset.

Arduino Uno memuat segala hal yang dibutuhkan untuk mendukung sebuah

mikrokontroller. Hanya dengan menghubungkannya ke sebuah komputer melalui

USB atau memberikan tegangan DC dari baterai atau adaptor AC ke DC sedah

dapat membuatnya bekerja. Arduino Uno menggunakan Atmega16U2 yang

diprogram sebagai USB-to-serial converter untuk komunikasi serial ke komputer

melalui port USB. Tampak atas dari arduino uno dapat dilihat pada gambar 2.11

Gambar 2.16 Arduino Uno

Adapun data teknis board Arduino Uno R3, adalah sebagai berikut:

(35)

 Tegangan Operasi : 5V

 Tegangan Input (recommended) : 7-12V

 Tegangan Input (limit) : 6-20V

 Pin digital I/O : 14 (6 diantaranya pin PWM)

 Pin analog input : 6

 Arus DC per pin I/O : 40 mA

 Arus DC untuk pin 3.3V : 150 mA

 Flash memory : 32 KB dengan 0.5 KB digunakan untuk bootloader

 SRAM : 2 KB

 EEPROM : 1 KB

 Kecepatan Pewaktuan : 16 MHz

Masing-masing dari 14 pin digital arduino uno dapat digunakan sebagai

masukan atau keluaran menggunakan fungsi pinMode(), digitalWrite() dan

digitalRead(). Setiap pin beroperasi pada tegangan 5 volt. Setiap pin mampu

menerima atau menghasilkan arus maksimum sebesar 40 mA dan memiliki

resistor pull-up internal (diputus secara default) sebesar 20-30 KΩ. Sebagai

tambahan, beberapa pin masukan digital memiliki kegunaan khusus yaitu:

 Komunikasi serial : pin 0 (RX) dan pin 1 (TX), digunakan untuk menerima (RX) dan mengirim (TX) data secara serial.

 External interrupt : pin 2 dan pin 3 ini dapat dikonfigurasi untuk memicu sebuah interrupt pada nilai rendah, sisi naik atau turun atau pada saat

terjadi perubahan nilai.

 Pulse-width modulation (PWM) : pin 3,5,6,9,10 dan 11 menyediakan keluaran PWM 8-bit dengan menggunakan fungsi analogWrite().

 Serial peripheral interface (SPI) : pin 10 (SS), 11 (MOSI), 12 (MISO) dan 133 (SCK) pin ini mendukung komunikasi SPI dengan menggunakan SPI

library.

 LED : pin 13, terdapat built-in LED yang terhubung ke pin digital 13, ketika pin bernilai HIGH maka LED menyala dan sebaliknya ketika pin

(36)

Arduino Uno memiliki 6 masukan analog yang diberi label A0 sampai A5,

setiap pin menyediakan resolusi sebanyak 10 bit (1024 nilai yang berbeda). Secara

default pin mengukur nilai tegangan dari ground (0V) hingga 5V, walaupun

begitu dimungkinkan untuk mengganti nilai batas atas dengan menggunakan pin

AREF dan fungsi analogReference(). Sebagai tambahan beberapa pin masukan

analog memiliki fungsi khusus yaitu pin A4 (SDA) dan pin A5 (SCL) yang

digunakan untuk komunikasi Two Wire Interface (TWI) atau Inter Integrated

Circuit (I2C) dengan menggunakan Wire library.

2.7.2 Arduino IDE

Arduino IDE (Integrated Development Environment) merupakan software

yang digunakan untuk membuat kode program dilengkapi dengan fitur pada

toolbar memiliki fungsi yang dapat membantu dalam menghubungkan program

dengan mikronontroler arduino. Program yang dibuat dengan arduino IDE disebut

dengan sketches. File sketches yang dibuat selanjutnya akan disimpan dengan

menggunakan format .ino. Berbagai fitur yang dapat digunakan dalam membuat

kode program seperti copy, paste, cut, searching dan replace text. Sketches yang

sudah dibuat akan diperiksa dan menampilkan pesan error saat proses exporting.

Pesan error juga memberikan informasi letak dari kesalahan pada sketches.

Arduino IDE juga dilengkapi dengan pilihan jenis mikrokontroler yang digunakan

nantinya. Fitur-fitur lainnya seperti verify, upload, new, open, save dan serial

monitor memiliki fungsinya masing-masing (Arduino, 2016).

1. Verify

Verify berfungsi melakukan pemeriksaan terhadap kode program yang dibuat

agar tidak terdapat kesalahan baik secara struktur maupun perintah yang

digunakan.

2. Upload

Upload memiliki fungsi untuk mengkompilasi kode program serta

mengunduh kode program dari dalam modul mikrokontroler yang digunakan.

3. New

New berfungsi untuk menyediakan lembar kerja baru untuk membuat

(37)

4. Open

Fungsi dari fitur ini untuk membuka file kode program yang sudah pernah

dibuat sebelumnya dan tersimpan dengan format .ino.

5. Save

Save digunakan untuk menyimpan kode program atau sketches yang sudah

dibuat.

6. Serial monitor

Serial monitor adalah fitur yang digunakan untuk monitoring kode program

apakah sudah berfungsi sesuai dengan yang direncanakan.

2.8 Modul Ethernet Shield

Arduino Ethernet Shield dapat menghubungkan board Arduino dengan

Internet. Arduino Ethernet Shield ini dibuat berdasarkan Ethernet chip Wiznet

W5100 (datasheet). Chip Wiznet W5100 menyedikan jaringan (protocol internet)

dengan kemampuan TCP dan UDP. Mendukung sampai dengan 4 koneksi secara

bersamaan. Ethernet library digunakan untuk membuat program (sketch) untuk

koneksi ke internet menggunakan shield ini. Ethernet Shield ini terhubung dengan

board arduino menggunakan header yang dapat ditumpuk (stackable header).

Dengan header ini layout pin akan tetap terjaga dan memungkinkan untuk shield

lain ditumpukkan diatasnya.

Pada Ethernet shield terdapat sebuah slot micro-SD, yang dapat digunakan

untuk menyimpan file yang dapat diakses melalui jaringan. Onboard micro-SD

card reader diakses dengan menggunakan SD library.

Arduino board berkomunikasi dengan W5100 dan SD card menggunakan bus

SPI (Serial Peripheral Interface). Komunikasi ini diatur oleh library SPI.h dan

Ethernet.h. bus SPI menggunakan pin digital 11, 12 dan 13 pada Arduino Uno.

Pin digital 10 digunakan untuk memilih W5100 dan pin digital 4 digunakan untuk

memilih SD card. Pin-pin yang sudah disebutkan sebelumnya tidak dapat

digunakan untuk input/output umum ketika kita menggunakan ethernet shield.

Karena W5100 dan SD card berbagi bus SPI, hanya salah satu yang dapat aktif

(38)

ini akan diatasi oleh library yang sesuai. Jika kita tidak menggunakan salah satu

perangkat dalam program kita, kiranya kita perlu secara eksplisit men-deselect

-nya. Untuk melakukan hal ini pada SD card, set pin 4 sebagai output dan

menuliskan logika tinggi padanya, sedangkan untuk W5100 yang digunakan

adalah pin 10. Tampilan arduino Ethernet Shield R3 dapat dilihat pada gambar

2.14.

Gambar 2.17 Arduino Ethernet Shield R3

2.9 Modul SIM800L GSM/GPRS

SIM800L adalah sebuah modem (modulator/demodulator) GSM/GPRS

yang dikeluarkan oleh SIMCOM (Shanghai, China) yang bekerja pada frekuensi

850 – 1900 MHz yang memiliki beberapa fitur diantaranya GPRS multi slot class

12, mendukung kode GPRS CS-1 sampai dengan CS-4, memiliki pin GPIO

(General Purpose Input Output), ADC (Analog to Digital Converter) 10 bit,

PWM (Pulse Width Modulation), radio FM dan masih banyak lagi.

(39)

2.10 LCD (Liquid Crystal Display)

Display LCD adalah sebuah liquid cristal atau perangkat elektronik yang

dapat digunakan untuk menampilkan angka atau teks. Ada dua jenis utama layar

LCD yang dapat menampilkan numerik dan menampilkan teks alfanumerik.

Dalam menampilkan numerik ini kristal yang dibentuk menjadi bar, dan dalam

menampilkan alfanumerik kristal hanya diatur ke dalam pola titik. Setiap kristal

memiliki sambungan listrik individu sehingga dapat dikontrol secara independen.

Ketika kristal off, cahaya kristal terlihat sama dengan latar belakangnya, sehingga

kristal tidak dapat terlihat. Namun ketika arus listrik melewati kristal, maka akan

merubah bentuk dan menyerap lebih banyak cahaya. Hal ini membuat kristal

terlihat lebih gelap dari penglihatan mata manusia sehingga bentuk titik atau bar

dapat dilihat dari perbedaan latar belakang.

Sangat penting untuk menyadari perbedaan antara layar LCD dan layar LED.

Sebuah LED display terdiri dari sejumlah LED yang benar-benar mengeluarkan

cahaya. Sebuah layar LCD hanya mencerminkan cahaya, sehingga tidak dapat

dilihat dalam gelap.

Memori LCD terdiri dari 9.920 bit CGROM. 64 byte CGRAM dan 80x8 bit

DDRAM yang diatur pengalamatannya oleh Address Counter dan akses datanya

dilakukan melalui register data.

Pada LMB162A terdapat register data dan register perintah. Proses akses data

ke atau dari register data akan mengakses ke CGRAM, DDRAM atau CGROM

bergantung pada kondisi Address Counter, sedangkan proses akses data ke atau

dari register perintah akan mengakses Instruction Decoder yang akan menentukan

perintah-perintah yang akan dilakukan oleh LCD.

2.10.1 LCD 16x2

LCD 2x16 merupakan LCD yang memiliki 2 baris dimana setiap barisnya

dapat memuat 16 karakter. LCD inilah yang sering digunakan sebagai display data

sederhana untuk data yang tidak panjang (tidak banyak jumlahnya), seperti yang

ditunjukan pada gambar 2.16. LCD ini mudah dihubungkan dengan

(40)

Gambar 2.19 Tampilan LCD 16x2

2.10.2 Deskripsi Pin LCD

Untuk keperluan antar muka suatu komponen elektronika dengan

mikrokontroler, perlu diketahui dari setiap kaki yang ada pada komponen tersebut.

a. Kaki 1 (GND) : Kaki ini berhubungan dengan tegangan +5 Volt yang

merupakan tegangan untuk sumber daya.

b. Kaki 2 (VCC) : Kaki ini berhubungan dengan tegangan 0 Volt (Ground).

c. Kaki 3 (VEE/VLCD) : Tegangan pengatur kontras LCD, kaki ini terhubung

pada cermet. Kontras mencapai nilai maksimum pada saat kondisi kaki ini

pada tegangan 0 volt.

d. Kaki 4 (RS) : Register Select, kaki pemilih register yang akan diakses. Untuk

akses ke Register Data, logika dari kaki ini adalah 1 dan untuk akses ke

Register Perintah, logika dari kaki ini adalah 0.

e. Kaki 5 (R/W) : Logika 1 pada kaki ini menunjukkan bahwa modul LCD

sedang pada mode pembacaan dan logika 0 menunjukkan bahwa modul LCD

sedang pada mode penulisan. Untuk aplikasi yang tidak memerlukan

pembacaan data pada modul LCD, kaki ini dapat dihubungkan langsung ke

Ground.

f. Kaki 6 (E) : Enable Clock LCD, kaki mengaktifkan clock LCD. Logika 1

pada kaki ini diberikan pada saat penulisan atau pembacaan data.

g. Kaki 7 – 14 (D0 – D7) : Data bus, kedelapan kaki LCD ini adalah bagian

dimana aliran data sebanyak 4 bit ataupun 8 bit mengalir saat proses

(41)

h. Kaki 15 (Anoda) : Berfungsi untuk tegangan positif dari backlight LCD

sekitar 4,5 volt (hanya terdapat untuk LCD yang memiliki backlight).

i. Kaki 16 (Katoda) : Tegangan negatif backlight LCD sebesar 0 volt (hanya

terdapat pada LCD yang memiliki backlight).

2.11 Sensor Arus SCT 019

Splilt-core Current Transformer adalah sensor arus yang menggunakan

konsep kinerja dari trafo arus. Transformator arus dirancang untuk menghasilkan

nilai arus sekunder yang lebih kecil dibandingkan sisi primernya. Trafo arus

mengubah nilai arus pada suatu saluran transmisi ke nilai yang lebih kecil

sehingga lebih aman untuk dilakukan pengukuran. Gambar 2.17 akan menjelaskan

cara kerja dari trafo arus.

Gambar 2.20 Skema Transformator Arus

(Sumber: Stephen, 2005)

Trafo arus terdiri dari lilitan sekunder yang terdapat pada cincin

ferromagnetic, dengan lilitan primer yang melewati bagian tengah dari cincin.

Cincin ferromagnetic menahan sedikit fluks dari lilitan primer. Fluks ini

menginduksikan tegangan dan arus ke dalam lilitan sekunder. Rasio trafo arus

antara lilitan primer dan sekunder mempengaruhi arus yang dihasilkan. Rasio

transformator arus biasanya berkisar antara 600:5, 800:5 atau 1000:5 ampere

(42)

Gambar 2.21 Sensor Arus SCT 019

Gambar 2.21 adalah jenis trafo arus SCT 019-000 dengan batas maksimum

arus yang dapat diukur sebesar 200 ampere. Transformator arus ini menggunakan

(43)

BAB III

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

Objek penelitian ini adalah perancangan alat monitoring pada sistem

proteksi petir earlystreamer emmision dengan sms gateway dan berbasis web.

Tujuan perancangan alat tersebut adalah untuk mengetahui kapan dan berapakali

sambaran petir tersebut terjadi yang dapat dimonitor secara real time serta di

analisa melalui web broser.

3.1 Blok Diagram

Bab ini membahas perancangan alat monitoring pada sistem proteksi petir

early streamer emission dengan sms gateway dan berbasis web. Sensor arus akan

mendeteksi adanya arus yang melewati konduktor penyalur petir (down

conductor) ketika terjadi sambaran petir (lightning strike) yang mengenai

penangkal petir (head protector) yang terpasang lalu akan terhubung ke Arduino

untuk diprogram, mikrokontroler digunakan untuk mengolah informasi

kemudian akan dikirimkan informasi melalui LCD besaran sambaran arus

tersebut dan informasi SMS melalui modul GSM SIM800L, informasi-informasi

tersebut secara real time juga dapat di akses melalui laptop.

Ethernet Shield akan tersambung dengan mikrotik yang mana mikrotik telah

dikonfigurasi sehingga memiliki jalur VPN dan internet yang terkoneksi dengan

virtual mikrotik pada laptop sehingga mampu untuk membuka tampilan web

(44)

Gambar 3.1 Diagram Blok

3.2 Diagram Alir

Pada saat alat mulai berjalan inisialisasi program dilakukan pada Arduino

Uno untuk membaca status dari sensor arus yang dipasang, kemudian data di olah

menjadi program webserver kemudian di transmisikan menggunakan Ethernet

Shield lalu di tampilkan pada web browser. Berikut adalah diagram alir dalam

(45)

Start

A Periksa Buffer RX Ada Data Yang Diterima

Gambar 3.2 Flow Chart Simulasi dan Perancangan Alat

3.3 Rangkaian Perangkat

Pada bab ini membahas perancangan alat monitoring pada sistem proteksi

petir early streamer emission dengan sms gateway dan berbasis Web, yang

terdiri dari rangkaian perangkat keras dan rangkaian perangkat lunak yang saling

berkesinambungan agar dapat menghasilkan alat yang diharapkan.

3.3.1 Perancangan Perangkat Keras

Perangkat keras pada rangkaian alat monitoring pada sistem proteksi petir

early streamer emission dengan sms gateway dan berbasis Web, terdiri dari

Arduino Uno, Ethernet Shield, Sensor Arus, SIM800L dan LCD. Dalam

pemilihan komponen pada sistem-sistem ini maka sangatlah penting untuk

(46)

1. Menggunakan mikrokontroler dengan platform open source, sehingga untuk

pengembangannya dapat dibantu oleh komunitas pengguna mikrokontroler

tersebut.

2. Menggunakan jaringan ethernet, sehingga dapat terhubung baik secara

jaringan LAN internal maupun terhubung ke jaringan internet.

3. Menggunakan komponen-komponen yang tersedia di pasaran, sehingga

harganya murah, mudah di dapat jika ada komponen yang suatu saat rusak.

4. Rangkaian yang sederhana sehingga mudah untuk dilakukan pengembangan

lebih lanjut kedepannya.

Gambar 3.3 Rangkaian Sistem Proteksi Petir

Cara kerja rangkaian perangkat keras:

1. Sensor Arus SCT

Pada simulasi alat ini peneliti menggunakan sensor arus SCT 019, prinsip

kerja yang digunakan adalah mengukur arus yang melewati konduktor

penyalur petir (down conductor) ketika terjadi sambaran petir (lightning

(47)

dan melewati Transformer (CT) yang terdapat pada komponen didalam

sensor arus.

Seperti transformator pada umumnya, transformator pada sensor arus

memiliki gulungan primer, inti magnetik dan gulungan sekunder.

Gambar 3.4 Skema Rangkaian Sensor Arus

Pin V+ dari SCT 019 dihubungkan dengan catu daya pada pin power 5

volt yang terdapat pada arduino, pin GDN dihubungkan ke pin GDN

power arduino dan pin Vout- yang menghasilkan tegangan analog hasil

arus dihubungkan ke pin A1 analog In pada arduino.

Berikut contoh programnya:

// EmonLibrary examples openenergymonitor.org, Licence GNU GPL V3

#include "EmonLib.h" // Include Emon Library

EnergyMonitor emon1; // Create an instance

void setup()

{

Serial.begin(9600);

(48)

}

void loop()

{

double Irms = emon1.calcIrms(1480); // Calculate Irms only

Serial.print(Irms*230.0); // Apparent power

Serial.print(" ");

Serial.println(Irms); // Irms

2. LCD 16x2

LCD (Liquid Crystal Display) adalah suatu jenis media tampilan yang

menggunakan kristal cair sebagai penampilan utama. LCD sudah

digunakan di berbagai bidang, misalnya dalam alat-alat elektronik, seperti

televisi, kalkulator ataupun layar komputer. Pada percobaan kali ini adalah

menggunakan LCD 16x2 yang artinya LCD tersebut terdiri dari 16 kolom

dan 2 baris karakter (tulisan).

Tabel 3.1 Pin dari LCD 16x2

No. Kaki/Pin Nama Keterangan

(49)

13 D6 Data Bus 6

14 D7 Data Bus 7

15 Anoda Teg backlight +

16 Katoda Teg backlight -

Pin LCD nomor 4 (RS) merupakan Register Selector yang berfungsi

untuk memilih Register Kontrol atau Register Data. Register Kontrol

digunakan untuk mengkonfirmasi LCD. Register Data digunakan untuk

menulis data karakter ke memori display LCD. Pin LCD nomor 5 (R/W)

digunakan untuk memilih aliran data apakah READ atau WRITE. Karena

kebanyakan fungsi hanya untuk membaca data dari LCD dan hanya perlu

menulis data saja ke LCD, maka kaki ini dihubungkan ke GND (WRITE).

Pin LCD nomor 6 (ENABLE) digunakan untuk mengaktifkan LCD pada

proses penulisan data ke Register Kontrol dan Register Data LCD.

Menyambungkan LCD dengan Board Arduino

 Pin RS (kaki 4) di sambungkan dengan pin arduino digital pin 12

 Pin E (kaki 6) di sambungkan dengan pin arduino digital pin 11

 Pin D4 (kaki 11) di sambungkan dengan pin arduino digital pin 5

 Pin D5 (kaki 12) di sambungkan dengan pin arduino digital pin 4

 Pin D6 (kaki 13) di sambungkan dengan pin arduino digital pin 3

 Pin D7 (kaki 14) di sambungkan dengan pin arduino digital pin 2

(50)

Gambar 3.5 Skema Konfigurasi Arduino dengan LCD

Berikut contoh programnya:

// include the library code:

#include <LiquidCrystal.h>

// initialize the library with the number of the interface pins

LiquidCristal lcd(12, 11, 5, 4, 3, 2);

void setup() {

// set put the LCD's number of columns and rows:

lcd.begin(16, 2);

// Print a message to the LCD.

lcd.print("hello, world");

}

void loop() {

// set the cursor to column 0, line 1

// (not: line 1 is the second row, since counting begins with 0):

lcd.setCursor(0, 1);

(51)

lcd.print(milis()/1000);

}

3. Modul GSM SIM800L

Modul GSM pada alat ini berfungsi untuk mengirimkan sms ke pengguna

tentang informasi besaran arus melalui sensor arus dimana prinsip

kerjanya adalah data yang sudah diolah arduino dikirimkan dengan

menggunakan jalur data pin TX arduino ke pin RX yang ada pada

SIM800L. Karena perbedaan tegangan pin TX dan RX antara SIM800L

dengan arduino maka data dari pin TX arduino disambungkan dengan 2

resistor yang diseri baru dihubungkan dengan RX SIM800L seperti

gambar dibawah.

Gambar 3.6 Skema Konfigurasi Arduino dengan SIM800L

Resistor yang digunakan pada rangkaian ini adalah sebesar R1=10kΩ dan R2=2,2kΩ. Perhitungan tegangan ini dirumuskan dengan persamaan

berikut.

...

( )

Berikut contoh programnya:

#include <Sim800l.h>

(52)

Sim800l Sim800l; //to declare the library

char* text;

char* number;

bool error; //to catch the response of sendSms

void setup(){

Sim800l.begin(); // initializate the library.

text="Testing Sms"; //text for the message.

number="2926451386"; //change to a valid number.

error=Sim800l.sendSms(number,text);

// OR

//Sim800l.sendSms("+620111111111","the text go here")

}

void loop(){

//do nothing

}

3.3.2 Perancangan Perangkat Lunak (Software)

Setelah proses rangkaian selesai dibuat langkah selanjutnya adalah membuat

perangkat lunak. Spesifikasi perangkat lunak yang akan dirancang meliputi:

 Perangkat lunak/program arduino IDE untuk keperluan komunikasi mikrokontroller dengan komputer PC

 Perangkat lunak/program PPH sebagai tampilannya

3.3.2.1Aplikasi Program Arduino IDE

Setelah proses rangkaian selesai dibuat langkah selanjutnya adalah membuat

program pada aplikasi program arduino IDE (Integrated Development

Environment). Buka program aplikasi arduino IDE kemudian bentuk tampilan

(53)

Gambar 3.7 Program Arduino IDE (Integrated Development Environment)

3.3.2.2Bahasa Program Arduino yang digunakan

Float

Float point number sering digunakan untuk memperkirakan nilai analog dan

berkelanjutan karena nilai tersebut memiliki resolusi yang lebih besar dari

pada integers. Float point number dapat menyimpan sebesar 32-bit dengan

range 3.4028235E+38 sampai -3.4028235E+38. Angka tersebut disimpan

dalam 32 bits (4 bytes) dari informasi. Float hanya memiliki 6-7 digit

desimal. Pada arduino, double sama nilainya dengan Float.

Contoh :

float myfloat;

float sensorCalbrate = 1.117;

Syntax :

float var = val;

 var - your float variable name

(54)

Contoh kode :

Tipe byte dapat menyimpan 8-bit nilai angka bilangan asli tanpa koma. Byte

memiliki range 0 – 255.

Contoh :

Byte biteVariable = 180; // mendeklarasikan ‘biteVariable’ sebagai type

byte

Void (Setup)

Fungsi setup() hanya di panggil satu kali ketika program pertama kali di

jalankan. Ini digunakan untuk pendefinisian mode pin atau memulai

komunikasi serial. Fungsi setup() harus di ikut sertakan dalam program

walaupun tidak ada statement yang dijalankan.

Contoh :

Setelah melakukan fungsi setup() maka secara langsung akan melakukan

fungsi loop() secara berurutan dan melakukan instruksi-instruksi yang ada

(55)

Contoh :

Statement ini digunakan untuk mengaktifkan komunikasi serial dan mengeset

baudrate.

Contoh :

void setup()

{

Serial.begin(9600); //open serial port and set baudrate 9600 bps

}

Analog Read ()

Papan arduino memiliki 6 chanel, 10 bit analog ke digital, artinya kita dapat

memasukkan tegangan antara 0 dan 5 volt pada nilai integer antara 0 sampai

1023. Kisaran input atau masukan dan resolusi dapat dirubah menggunakan

analog reference. Untuk membaca analog input dibutuhkan sekitar 100

microsecond (0.0001 s). Jadi rata-rata membacanya sekitar 10.000 kali dalam

satu detik. Catatan : jika pin analog input tidak dapat terkoneksi dengan

apapun nilainya akan kembali pada analog Read.

Syntax :

analogRead(pin)

Contoh :

Int analogPin = 3 // potentiometer wiper middle terminal

connected to analog pin 3

(56)

{

Serial.begin (9600);

}

Void loop ()

{

Val = analogRead(analogPin); // Read the input pin

Serial.println(val); //debug value

}

Delay ()

Menghentikan program untuk mengukur waktu (dalam milisecond) yang

terspesifikasi pada parameter (ada 1000 milisecond dalam setiap detik). Pada

saat mudahnya membuat LED berkedip dengan fungsi delay, beberapa sketch

atau lembar kerja mengalami delay. Membaca sensor, perhitungan

matematika atau memanipulasi pin dapat bekerja pada saat fungsi delay

bekerja. Beberapa program berbasis pengetahuan biasanya menghindari

penggunaan delay untuk kegiatan yang membutuhkan waktu lebih dari 10

miliseconds.

Contoh :

Delay(1000); // menunggu selama satu detik

Selanjutnya menghubungkan arduino Uno ke komputer dengan menggunakan

kabel USB (Universal Serial Bus). Kemudian kita dapat mengetikkan program

pada lembar kerja sketch dan compile untuk mengecek atau memeriksa apakah

kode sudah benar sebelum dikirim ke papan arduino, program tersebut dapat

diketik seperti dibawah ini :

/*

Cloud Control

@author Elvianto

Gambar

Gambar 2.3 Pembentukan Badai Petir dan Ionisasi Natural
Gambar 2.4 Downward Leader
Gambar 2.5 Upward Leader
Gambar 2.7 Osilogram Bentuk Gelombang Arus Petir
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hukum Islam, penyimpan harta berkewajiban untuk menjaga harta dengan baik, yaitu menjaga harta supaya tidak diambil oleh orang lain dengan tanpa hak dan tidak

a) Pembinaan Anak Jalanan di Kota Pekanbaru yang secara tekhnis dilaksanakan oleh Dinas Sosial dan Pemakaman Kota Pekanbaru, ditinjau dari aspek pelayanannya

• Pendugaan model ekonometrika simultan untuk: • Bidang perdagangan luar negeri (ekspor dan impor) dari sisi permintaan dan sisi penawaran, yang terdiri dari: • Ekspor total •

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) dapat

Pada paper ini diturunkan fungsi Ei secara numerik yang bertujuan untuk mendapatkan persamaan pendekatan fungsi Ei yang sederhana dan berlaku untuk berbagai nilai x, sehingga

Tiga dan Jatismara. Tara Wiguna).. Petunjuk tersebut dapat ditelusuri kembali berdasarkan isi prasasti tentang adanya bangunan Hyang Api dan bangunan untuk Bhatara di

Permainan kipas pecahan adalah permainan dengan cara siswa menemukan pasangan kipas yang sama warnanya di dalam kipas besar ke kelompok lain untuk memperoleh

Dimensi reliability berkaitan dengan ke- mampuan puskesmas memenuhi apa yang telah dijanjikan, misalnya ketepatan jam buka dan kese- suaian proses layanan dengan dengan alur yang