• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAPATAN PENGHASILAN DAN PENJUALAN pasal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENDAPATAN PENGHASILAN DAN PENJUALAN pasal"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

KELOMPOK 9 :

DELLA VIRYA WULANDARI DEVI SURYANTI

KARNIDA MARYANTI

PENDAPATAN

PENGHASILAN DAN PENJUALAN

(2)

APA ITU PENDAPATAN, PENGHASILAN DAN

PENJUALAN ?

PENDAPATAN

Ikatan Akuntansi Indonesia dalam standar Akuntansi Keuangan PSAK No. 23 (1999 : 3) memberi penjelasan mengenai pendapatan atau revenue adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktifitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk itu mengakibatkan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal.

PENGHASILAN

Jika pendapatan masih merupakan pendapatan kotor yang belum dikurangi biaya dan beban untuk memperolehnya, maka penghasilan adalah pendapatan dikurangi dengan biaya (cost)

dan beban (expense). Dan dari penjelasan yang di berikan oleh Ikatan Akuntan Indonesia PSAK No. 25 (1999 : 1) bahwa: penghasilan (income) mengikuti baik pendapatan (revenue)

maupun keuntungan (gains). Pendapatan timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan

PENJUALAN

(3)

PENGHASILAN OBJEK PAJAK

Pajak yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan (Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan) dan pajak ini dikenakan atas penghasilan kena

pajak perusahaan Orang Pribadi dan Badan atau dikenakan atas jumlah bruto dari penghasilan yang diterimanya.

Yang

menjadi

objek

pajak

Setiap tambahan kemampuan

ekonomis yang diterima atau

diperoleh Wajib Pajak, baik

yang berasal dari Indonesia

maupun dari luar Indonesia,

yang dapat dipakai untuk

konsumsi atau untuk

menambah kekayaan Wajib

Pajak yang bersangkutan,

dengan nama dan dalam

bentuk apa pun.

Dan juga sebagai dasar untuk

perhitungan besanya PPh

(4)

APA SAJA YANG TERMASUK DALAM

PENGHASILAN OBJEK PAJAK ?

Laba usaha dan

gaji

Laba usaha : laba yang didapatkan dari suatu badan usaha yang bergerak dibidang perusahaan dagang dan jasa. yang mana dalam perpajakan ada tiga kriteria sebagai perhitungan pajak berikut :

1. Jika omzet (penjualan kotor belum dikurangi CoGS) lebih dari Rp.50.000.000.000/tahun maka pengasilan kena pajak (PKP) tarif 25% dari omzet.

2. Jika omzet kurang dari Rp.4.800.000.000/tahun maka PKP dikalikan 25% x 50% atau setara 12,5%

3. Jika omzet diantara a dan b yaitu lebih dari Rp.4,8M dan kurang dari Rp.50M maka tarif untuk PKP adalah ((PKP- (Rp.4,8M/omzet x PKP)X (25% X 50% atau 12,5%) + (PKP- (Rp.4,8M/omzet x PKP)X (25%))Gaji, upah, honorarium dan tunjangan-tunjangan yang

(5)

LANJUTAN …

Hadiah dari undian, pekerjaan, atau kegiatan dan penghargaan ;

Hadiah ini diberikan murni karena keberuntungan, seperti pengacakan nomor undian, hadiah doorprize yang memang tanpa ada usaha sama sekali untuk mendapatkan hadiah tersebut. Tarif pemotongan pajak untuk undian hadiah adalah 25% dari nilai kotor hadiah. Pajak atas hadiah undian ini bersifat final.

Contoh : Pak budi mendapatkan uang tunai Rp 100.000.000 dari hadiah undian  tabungan Bank b, atas hadiah undian tersebut dipotong pajak 25% saat itu juga  yaitu 25% x 100.000.000 = 25.000.000, jadi uang tunai yang bisa pak Budi bawa  pulang adalah Rp 75.000.000.

keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta

termasuk : keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal merupakan penghasilan kena pajak.

keuntungan  karena  pengalihan  harta  berupa  hibah,  bantuan,  atau 

(6)

LANJUTAN..

Sewa  dan  penghasilan  lain  sehubungan  dengan 

penggunaan  harta  yaitu  sewa  atas  tanah  dan/bangunan 

dikenakan PPh pasal 4 ayat 2 sebesar 10% yang bersifat 

final.  Dan  untuk  sewa  selain  tanah  dan/bangunan 

seperti angkutan darat dikenakan PPh pasal 23 sebesar 

2%  dari  jumlah  bruto  setelah  PPN  dan  merupakan 

penghasilan kena pajak atau tidak bersifat final.

Keuntungan selisih kurs mata uang asing, menggunakan 

(7)

LANJUTAN..

Contoh untuk kurs tengah BI

Sama seperti contoh sebelumnya PT. Rosida menjual produknya seharga  100.000 USD. Pada awal tahun piutang dagang sebesar 5.000 USD dengan  kurs  Rp.  9.000  per  dollarnya.  Pada  akhir  tahun  piutang  dagangnya  sebesar 15.000 USD dengan kurs sebesar Rp.10.000 per dollarnya. 

PT.  Rosida  yang  bergerak  dalam  usaha  ekspor  meubel,  pada  januari  2007  menjual produknya ke Amerika dengan nilai 100,000 USD dengan nilai kurs Rp.  9000 per dollarnya. Pada bulan maret 2007, piutang penjualan produk tersebut  dilunasi,  dengan  nilai  kurs  sebesar  Rp.10.000  per  1  USD.  PT  Rosida  mengakui  adanya laba selisih kurs sebesar Rp. 100.000.000. (ini contoh untuk kurs tetap).

PT.  Rosida  yang  bergerak  dalam  usaha  ekspor  meubel,  pada  januari  2007  menjual produknya ke Amerika dengan nilai 100,000 USD dengan nilai kurs Rp.  9000 per dollarnya. Pada bulan maret 2007, piutang penjualan produk tersebut  dilunasi,  dengan  nilai  kurs  sebesar  Rp.10.000  per  1  USD.  PT  Rosida  mengakui  adanya laba selisih kurs sebesar Rp. 100.000.000. (ini contoh untuk kurs tetap).

Keterangan USD Kurs awal tahun Kurs akhir tahun Laba selisih kurs

(8)

PENGHASILAN YANG BUKAN

OBJEK PAJAK

Dalam akuntansi pajak tidak  semua penghasilan merupakan  objek pajak penghasilan. Beberapa 

bentuk penghasilan menurut  akuntansi komersial sudah  dibukukan sebagai penghasilan, 

tetapi dalam akuntansi pajak  bukan merupakan penghasilan 

yang menjadi objek pajak  penghasilan. Artinya atas 

penghasilan tersebut tidak perlu  lagi diperhitungkan PPh 

(9)

Adapun bentuk

Bantuan sumbangan Zakat yang diterima Bazis/Lazis yang

diterima ahli waris sesudah terbagi

atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam

bentuk natura atau kenikmatan

dari wajib pajak maupun

pemerintah Klaim asuransi

Dividen tertentu yaitu dividen dari laba ditahan dan dividen

kepemilikan di atas 25%.

(10)

Penghasilan

yang sudah

dikenakan PPh

final

Penghasilan yang dikenakan pajak

bersifat final merupakan

penghasilan-penghasilan tertentu

yang dikenai PPh dengan tarif

tertentu (final) baik melalui

pemotongan oleh pihak lain atau

dengan menyetor sendiri, dan

(11)

1.

Penghasilan berupa bunga deposito dan

tabungan-tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat utang

negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh

koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi;

2.

Penghasilan berupa hadiah undian;

3.

Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas

lainnya, transaksi derivative yang diperdagangkan di

bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan

penyertaan modal pada perusahaan pasangannya

yang diterima oleh perusahaan modal ventura;

4.

Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa

tanah dan/atau bangunan, usaha jasa konstruksi,

usaha real estate, dan persewaan tanah dan

bangunan; dan

5.

Penghasilan tertentu lainnya.

Menurut Pasal 4 ayat (2)

UU PPh Nomor 36 Tahun

(12)

Berikut ini merupakan jenis-jenis penghasilan yang dikenakan PPh yang bersifat final disertai PP yang

mengaturnya

sesuai dengan PP Nomor 131 Tahun 2000 dan KMK-51/KMK.04/2001 tentang PPh atas bunga deposito dan tabungan serta diskonto

SBI yang mulai berlaku 1 Januari 2001, menetapkan pengenaan PPh atas bunga dari

deposito dan tabungan serta diskonto Sertifikasi Bank Indonesia

Dikenakan pajak final sebesar 20% (dua puluh persen) dari jumlah bruto terhadap WP dalam

negeri dan Bentuk Usaha Tetap (BUT) dan atau dengan tarif

berdasarkan Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B) yang berlaku, terhadap WP

dalam negeri.

Contoh

Tuan Budi menyimpan uang di Bank A berbentuk deposito sebesar Rp.100.000.000,00 dengan tingkat suku bunga 12% per tahun sehingga menerima bunga setiap bulan sebesar Rp.1.000.000, Bunga sebesar Rp.1.000.000,00 dipotong pph pasal 4 ayat (2)  sebesar: Rp.1.000.000,00 x 20% = Rp.200.000,00 Uang yang diterima Tuan Budi dari bunga deposito per bulan sebesar: Rp.1.000.000,00 - Rp.200.000,00 = Rp.800.000,00

Tuan Aditya Menyimpan Uang di Bank A berbentuk deposito sebesar Rp.7.000.000,00 dengan tingkat suku bunga 12% per tahun sehingga menerima bunga setiap bulan sebesar Rp.70.000,00 atas bunga sebesar Rp.70.000,00 tidak dipotong pph Pasal 4 ayat (2) karena nilai deposito kurang dari Rp.7.500.000,00

(13)

Penghasilan dari transaksi bunga obligasi sesuai dengan

PP Nomor 16 Tahun 2009 tentang PPh atas penghasilan

berupa bunga obligasi yang mulai berlaku 1 Januari 2009

Yang dimaksud dengan obligasi adalah surat utang dan Surat Utang Negara, yang berjangka waktu lebih dari 12 bulan. Sementara itu, bunga obligasi adalah imbalan yang diterima dan/atau diperoleh pemegang obligasi dalam bentuk bunga dan/atau diskonto. Atas penghasilan yang diterima dan/atau diperoleh WP berupa bunga obligasi dikenai pemotongan PPh yang bersifat final, kecuali bagi WP tertentu yaitu :

1. Dana pensiun yang pendirian atau pembentukannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan;

2. Bank yang didirikan di Indonesia atau cabang bank luar negeri di Indonesia.

Besarnya PPh adalah Bunga dari obligasi dengan kupon dan Diskonto obligasi tanpa bunga yaitu :

1. 15% (lima belas persen) bagi WP dalam negeri dan BUT; dan

2. 20% (dua puluh persen) atau sesuai dengan tarif Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B) bagi WP luar negeri selain BUT

Pada Tanggal 1 Mei 2008, pemerintah A (emiten) menerbitkan Surat Perbendaharaan Negara sebagai berikut: Nilai nominal Rp.100.000.000,00,Jangka waktu SPN 12 (dua belas) bulan jatuh tempo tanggal 1 Mei 2009, PT D (investor) pada saat penerbitan perdana membeli SPN dengan harga Rp.94.000.000,00, PT D tetap memegang SPN tersebut hingga saat jatuh tempo. Penghitungan diskonto dan pph final terutang oleh PT D pada saat jatuh tempo SPN adalah sebagai berikut:

Diskonto: Rp.100.000.000,00 – Rp.94.000.000,00 = Rp.6.000.000,00

pph Final: 20% x Rp.6.000.000,00 = Rp.1.200.000,00 (Dipotong oleh emiten yang ditunjuk selaku agen pembayaran dan jika telah jatuh tempo belum memegang SPN dipotong oleh sekuritas perantara.

(14)

Penghasilan dari transaksi bunga simpanan koperasi sesuai dengan

PP Nomor 15 Tahun 2009 tentang PPh atas bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi orang pribadi yang mulai berlaku 1 Januari

2009

Yang dimaksud dengan

penghasilan bunga

simpanan adalah

imbalan berupa bunga

sismpanan yang

diterima anggota

koperasi orang pribadi

dari dana yang disimpan

anggota koperasi orang

pribadi pada koperasi

tempat orang pribadi

tersebut menjadi

anggota. Tetapi tidak

termasuk bunga

simpanan yang diterima

anggota koperasi orang

pribadi yang merupakan

bagian dari sisa hasil

usaha.

Besarnya PPh adalah sebagai berikut :

0% (nol persen) untuk penghasilan berupa bunga simpanan sampai dengan Rp240.000 per bulan; atau

10% (sepuluh persen) dari jumlah bruto bunga untuk penghasilan berupa bunga simpanan lebih dari Rp240.000 per bulan.

Koperasi yang melakukan pembayaran bunga simpanan kepada anggota koperasi orang pribadi, wajib memotong PPh yang bersifat final pada saat pembayaran.

(15)

Transaksi Saham di Bursa Efek. Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh

orang pribadi atau badan dari transaksi penjualan saham di bursa efek dipungut Pajak

Penghasilan yang bersifat final.

penghasilan yang diterima atau diperoleh

orang pribadi atau badan dari

transaksi penjualan saham di bursa

efek dipungut

Seseorang atau badan menjual 1000 lembar saham dengan harga Rp 100 per

lembar. Maka ia dikenakan pajak

penghasilan sebesar : 0,1% X Rp 1000 X Rp 100  = Rp 1000.

Tambahan Pajak Penghasilan untuk transaksi penjualan saham pendiri sebesar 0,5%

(setengah persen) dari nilai jual saham Pendiri adalah orang pribadi atau badan yang namanya

tercatat dalam Daftar Pemegang Saham Perseroan Terbatas atau tercantum dalam

Anggaran Dasar Perseroan Terbatas.

Pemegang saham pendiri menjual 1000 lembar saham dan

harga per lembar 100. Ketika nantinya dijual ia misalnya

mendapat keuntungan Rp 10. Maka ia dikenakan pajak

penghasilan sebesar 5% X Rp10 = Rp 0,5. Tetapi besar pajak

ini belum final, bisa dikreditkan akhir tahun buku. Pajak ini

bisa mengurangi kewajiban perpajakan di akhir tahun buku.

(16)

Transaksi Obligasi di Bursa

Bunga/diskonto Obligasi adalah

imbalan yang diterima dan/atau diperoleh pemegang Obligasi dalam bentuk bunga dan/atau diskonto.

Bunga obligasi adalah jumlah

bruto bunga sesuai dengan masa kepemilikan obligasi.

Diskonto obligasi dengan kupon

(tingkat bunga) adalah selisih lebih harga jual atau nilai nominal di atas harga perolehan obligasi, tidak termasuk bunga berjalan.

Diskonto obligasi tanpa

bunga adalah selisih lebih harga jual atau nilai nominal di atas harga perolehan obligasi

Pada tanggal 1 Juli 2011, PT. ABC (emiten) menerbitkan Obligasi dengan kupon (interest bearing bond) sebagai berikut :

Nilai nominal Rp10.000.000,00 per lembar.

Jangka waktu Obligasi 5 tahun (jatuh tempo tanggal 1 Juli 2016).

Bunga tetap (fixed rate) sebesar 16% per tahun, jatuh tempo bunga setiap tanggal 30 Juni dan 31 Desember. Penerbitan perdana tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). PT. XYZ (investor) pada saat penerbitan perdana membeli 10 lembar Obligasi dengan harga di bawah nilai nominal (at discount), yaitu sebesar Rp9.000.000,00 per lembar. Penghitungan bunga dan Pajak Penghasilan yang bersifat final (PPh final) yang terutang oleh PT. XYZ pada saat jatuh tempo bunga tanggal 31 Desember 2011 adalah sebagai berikut:

bunga = (6/12 x 16% x Rp10.000.000,00) x 10 = Rp8.000.000,00

PPh final = 15% x Rp8.000.000,00 = Rp1.200.000,00 Dipotong oleh emiten atau kustodian yang ditunjuk sebagai agen pembayaran.

(17)

Pajak Penghasilan Dari Persewaan Tanah dan/atau Bangunan (Kep. Direktur Jenderal Pajak Nomor : Kep- 227/Pj/2002).

6 Besarnya Pajak Penghasilan yang

terutang bagi Wajib Pajak orang pribadi maupun Wajib Pajak badan yang menerima atau memperoleh penghasilan

dari persewaan tanah dan atau bangunan adalah 10% (sepuluh persen) dari jumlah bruto nilai persewaan tanah

dan atau bangunan PT.Rahardi Sport Center (Pengusaha Kena Pajak)

yang memiliki gedung kantor empat lantai menyewakan ruangan di lantai tiga gedung tersebut kepada PT.Gunung Abadi Jaya dengan nilai sewa 22.000.000 sebulan termasuk PPN, maka pph Pasal 4 ayat (2) atas persewaan gedung kantor tersebut adalah :

Nilai sewa termasuk PPN : 22.000.000 PPN : 2.000.000 -Objek pph Pasal 4 ayat (2) : 20.000.000 Pph Pasal 4 ayat (2) : 2.000.000 (20.000.000 x 10 %)

Amira (Bukan Pengusaha Kena Pajak) menyewakan rumah kepada CV.Makmur Jaya dengan nilai sewa 7.000.000 sebulan tanpa PPN, maka pph Pasal 4 ayat (2) atas persewaan rumah tersebut adalah :

(18)

Penghasilan Pengalihan Hak atau Tanah dan atau Bangunan. Dikenakan PPh

Final sebesar 5% dari Jumlah Bruto Nilai Pengalihan (nilai tertinggi antara nilai

berdasarkan akta pengalihan dan NJOP tanah dan bangunan). Dengan syarat

Jumlah Bruto Nilai Pengalihan lebih dari 60 juta; Pelaksanaan Perlakuan Pajak

Penghasilan Atas Penghasilan Dari Usaha Jasa Konstruksi SE‑13/PJ.42/2002. Atas

penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk

usaha tetap dari usaha di bidang jasa konstruksi, yang memenuhi kualifikasi

sebagai usaha kecil berdasarkan sertifikat yang dikeluarkan oleh Lembaga yang

berwenang, serta yang mempunyai nilai pengadaan sampai dengan

Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah), dikenakan Pajak Penghasilan yang

bersifat final;

Usaha real estate (PPh final sebesar 5%, kecuali untuk RSS (Rumah Susun

Sederhana 1%); Transaksi penjualan saham (pengalihan) oleh modal ventura;

Penghasilan dari jasa maklon internasional, sesuai dengan KMK Nomor 543 Tahun

2002, dikenakan PPh yang bersifat final sebesar 2,1%; Penghasilan dari

penerbangan dalam/luar negeri, dan pelayaran dalam/luar negeri sesuai dengan

KMK Nomor 417 Tahun 1996, dikenakan PPh final sebesar 2,64% dari peredaran

bruto untuk penerbangan dan pelayaran luar negeri. Sementara itu, untuk

penghasilan dari penerbangan dan pelayaran dalam negeri masing-masing adalah

1,2% dan 1,8% dari peredaran bruto (KMK Nomor 416 dan 475 Tahun1996);

Penjualan bahan bakar minyak jenis premix, super TT, dan gas untuk

(19)

BEBAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PAJAK

PENGHASILAN FINAL DAN NON-PAJAK

PENGHASILAN

BEBAN

PPh

FINAL

Sesuai pasal 4 ayat (1) UU PPh Nomor 36 Tahun 2008, apabila suatu jenis penghasilan

dikenakan dengan tariff yang bersifat final, maka penghasilan tersebut tidak boleh digabungkan dengan penghasilan lain yang

dikenakan dengan tarif umum. Sehingga biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang

bersifat final tersebut tidak boleh

digabungkan dengan biaya yang timbul atas penghasilan lain yang dikenakan tariff

umum.

NON-PPh

Berdasarkan Pasal 9 ayat (1) UU pph, pengeluaran yang tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto : Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi , Pembentukan atau pemupukan dana cadangan, Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa, yang dibayar oleh Wajib Pajak orang pribadi, Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan, Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi Wajib Pajak atau orang yang menjadi tanggungannya.

Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan, Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan,

firma, atau perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham, Sanksi

administrasi , Pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara

(20)

Referensi

Dokumen terkait

DAFTAR JEMAAH BERHAK LUNAS TAHAP I TAHUN 1441H/2020M PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR... ADI

• cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah industri untuk usaha pengolahan limbah industri.. Premi untuk asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan,

Data Primer menurut Indriantoro dan Supomo (2002:146), merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui media

Tingkatan tersebut berdasarkan dari peserta didik dalam menyelesaikan permasalahan dengan lima langkah pemecahan masalah Newman yaitu membaca (reading), memahami

Tujuan penelitian dan penciptaan seni ini adalah untuk menghasilkan motif batik khas Bali yang mempunyai bentuk unik dan karakteristik sehingga dapat mencerminkan

Pada prinsipnya biaya yang boleh dikurangkan dari penghasilan bruto adalah biaya yang mempunyai hubungan langsung dan tidak langsung dengan usaha atau kegiatan untuk

Pengeluaran yang tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto atau tidak dapat dibebankan sebagai biaya adalah pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara

Berdasarkan hasil tersebut, diinterpretasikan bahwa variabel-variabel independen, yaitu struktur modal (X1), inflasi (X2), suku bunga (X2) dan nilai tukar (X3), memiliki