• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendekatan Teori Sistem terhadap Partisi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pendekatan Teori Sistem terhadap Partisi"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Pendekatan Teori Sistem terhadap Partisipasi Masyarakat Dalam Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan

Tugas Sistem Politik Indonesia diasuh oleh

Prof.Purwo Santoso, MA, Ph.D

OLEH :

Nama Mhs. : Muhammad Tabrani Mutalib, S.H

No. Pokok Mhs. : 15912042

BKU : HUKUM & HAM

PROGRAM MAGISTER ILMU HUKUM

PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

(2)

Pendekatan Teori Sistem terhadap Partisipasi Masyarakat Dalam Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan

A. Pendahuluan

Partisipasi publik merupakan conditio sine quo non (prasyarat mutlak) dalam sebuah negara demokrasis. tanpa partisipasi publik sebuah negara tidak dapat disebut negara demokratis. melainkan negara dalam pengertian yang sebaliknya: otoriter, totaliter.

Disadari betul memang istilah demokrasi merupakan istilah yang ambigouos,1

pengertiannya tidak tunggal karena sifatnya yang relatif. kenyataannya ada perbedaan disetiap negara maupun disetiap perkembangannya, sehingga demokrasi maupun totalitarian atau otoritarian tidaklah selalu sama antara yang ada di suatu negara dan di negara-negara lain. ini menunjukan tidak ada suatu negara yang betul-betul (sepenuhnya) demokratis, dan tidak ada suatu negara yang betul-betul (sepenuhnya) otoriter. Carter dan Herz2 mencirikan

kedua sistem tersebut dalam gambaran yang kontradiktif. dikatakannya, demokrasi liberal secara institusional ditandai dengan oleh adanya pembatasan-pembatasan terhadap tindakan pemerintah untuk memberikan perlindungan bagi individu dan kelompok-kelompok dengan menyusun pergantian pimpinan secara berkala, tertib, dan damai melalui alat-alat perwakilan rakyat yang bekerja efektif.

Demokrasi juga memberikan toleransi terhadap sifat yang berlawanan, menuntut keluwesan, dan kesediaan untuk bereksperimen. pembatasan terhadap wewenang pemerintah menyebabkan pemerintah tidak boleh turut campur dalam segi tertentu kehidupan warganya yang berarti pula bahwa pegawai pemerintah harus tunduk pada rule of law sebagai tindakan orang biasa dan hanya melaksanakan wewenangnya sesuai dengan yang diberikan oleh undang-undang. pencalonan dan peralihan anggota lembaga-lembaga perwakilan politik berlangsung fair dan lembaga-lembaga itu mendapat kesempatan seluas-luasnya untuk membahas persoalan-persoalan, mengkritik, dan mengkristalisasikan pendapat umum.3

Sistem demokrasi menegaskan pentingnya pastisipasi publik dalam pembuatan kebijakan negara (decision making) guna memastikan bahwa kepentingan masyarakat tidak

1 Ada yang menamakan Demokrasi Konstitusional, Demokrasi Parlemen, Demokrasi Terpimpin,

Demokrasi Pancasila, Demokrasi Rakyat, Demokrasi Soviet, Demokrasi Nasional dan sebagainya. lebih lengkap lihat Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, edisi revisi, cet-iv, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2010), hlm. 105.

2 Gwendolen M. Carter dan John H. Herz, “Demokrasi dan Totaliterisme: dua ujung dalam spektrum politik”, dikutip dari Mahfud MD, Politik Hukum di Indonesia, edisi revisi, cet-vi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hlm. 25.

(3)

diabaikan oleh pembentuk undang-undang. namun, dengan adanya sistem keterwakilan (legislatif) keharusan partisipasi masyarakat telah memunculkan perdebatan berkepanjangan antara kelompok kontra dan yang pro dengan partisipasi masyarakat. sebagaimana yang diutarakan oleh R.B Gibson4, kelompok yang tidak setuju bertahan pada dasar teori

demokrasi elit (elite demokracy) sementara yang setuju dengan partisipasi masyarakat bertahan dengan dasar teori demokrasi partisipatoris (participatory democracy).

Dalam pandangan demokrasi elit cenderung menisbikan peran masyarakat setelah proses pemilihan umum selesai yaitu dengan tepilihnya wakil rakyat. artinya, jika warga negara telah melaksanakan hak pilihnya dalam pemilihan umum, maka seterusnya penyelenggaraan pemerintahan diserahkan kepada mereka yag terpilih menjadi anggota lembaga legislatif. padahal dengan berbagai kepentingan politik yang mengitari mereka yang terpilih, kepentingan masyarakat amat potensial dilupakan.5 sementara iru, demokrasi

partisipatori justru mendorong keterlibatan masyarakat dalam proses pembentukan peraturan perundang-undangan. bagaimanapun terpilihnya wakil rakyat tidak menghilangkan peran masyarakat dalam pembuatan keputusan yang mempengaruhi kehidupan mereka. demokrasi partisipatori tidak hanya berupaya mewujudkan pemerintahan yang demokratis (democratic governments), tetapi juga masyarakat yang demokratis (democratic societies).6

Tulisan ini bermaksud menitik beratkan pada pandangan partisipasi sebagai demokrasi partisipatori. tapi tidak membahas lebih dalam terkait perbedaan dikotomis teori demokrasi melainkan berupaya menganalisa partispasi publik/rakyat untuk menentukan kebijakan negara sebagai prasyarat demokrasi dan persoalan-persoalan yang menderapnya dalam pendekaan sistem politik.

Partisiasi masyarakat secara normatif diatur dalam UU No. 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, BAB XI mengenai Partisipasi masyarakat hanya disebutkan dalam satu Pasal yaitu Pasal 96 sebagai berikut:

(1) Masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan dan/atau tertulis dalam Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.

(2) Masukan secara lisan dan/atau tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan melalui:

a. rapat dengar pendapat umum; b. kunjungan kerja;

c. sosialisasi; dan/atau

4 R.B Gibson, The Value of Partcipation, dikutip dari Saldi Isra, Pergesaran Fungsi Legislasi: menguatnya model legislasi parlementer dalam sistem presidensial Indonesia, cet-1, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hlm. 283.

(4)

d. seminar, lokakarya, dan/atau diskusi.

(3) Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah orang perseorangan atau kelompok orang yang mempunyai kepentingan atas substansi Rancangan Peraturan Perundang-undangan.

(4) Untuk memudahkan masyarakat dalam memberikan masukan secara lisan dan/atau tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1), setiap Rancangan Peraturan Perundang-undangan harus dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat.7

Penjelasan Pasal UU a quo hanya menerangkan soal kelompok masyarakat yang termasuk kelompok orang didalamnya antara lain, “kelompok/organisasi masyarakat, kelompok profesi, lembaga swadaya masyarakat, dan masyarakat adat”.8 selebihnya

disebutkan cukup jelas. lebih teknis terkait hal ini diatur dalam Tata Tertib Dewan Perwakilan DPR nomor 1 Tahun 2014 (selanjutnya disebut Tatib DPR).

Dalam Tatib DPR ditegaskan Masyarakat dapat memberikan masukan secara lisan dan/atau tertulis kepada DPR dalam proses penyusunan dan penetapan Prolegnas, penyiapan dan pembahasan RUU, pembahasan RUU tentang APBN, pengawasan pelaksanaan undang-undang, dan pengawasan pelaksanaan kebijakan pemerintah.9 namun apakah aspirasi

masyarakat menjadi bahan masukan yang menentukan terhadap rancangan undang-undang yang sedang dipersiapkan ataukah hanya menempatkan mekanisme partisipasi masyarakat sebagai ajang untuk “meredam” aspirasi publik.

Hal ini yang mendorong penulis mengangkat tema ini, penulis mencoba menjelaskan partisipasi masyarakat dan problematika yang melingkupinya dari perspektif teori sistem politik yang paling tidak berupaya menggambarkan bagaimana kedudukan mekanisme partisipasi masyarakat dalam sistem politik indonesia? siapakah aktornya? apakah norma, struktur, nilai, tujuan, bagaimana input dan outputnya berproses sebagaimana mestinya?

B. Pembahasan

Teori sistem David Easton ditujukan untuk memberi penjelasan yang bersifat ilmiah terhadap fenomena politik. Pendekatan sistem politik dimaksudkan juga untuk menggantikan pendekatan klasik ilmu politik yang hanya mengandalkan analisis pada negara dan kekuasaan.10 sistem politk dijelaskan David Easton adalah sistem sebagai kesatuan

7 UU No. 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, LN RI Tahun 2011

nomor 82.

8 Penjelasan UU No. 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, TLN RI

nomor 5234.

9 Pasal 215 Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat No. 1 tahun 2014 tentang Tata Tertib, Berita Negara

RI Tahun 2014 nomor 1607.

10 Anggina Mutiara Hanum, Pendekatan Teori Struktural Fungsional dalam Perumusan Sistem Politik

di Indonesia “critical review dan analisa atas sistem politik pemerintahan indonesia dengan merujuk kepada

teori sistem struktural fungsional”,

(5)

seperangkat struktur yang memiliki fungsi masing-masing yang bekerja untuk mencapai tujuan tertentu. Sistem politik adalah kesatuan (kolektivitas) seperangkat struktur politik yang memiliki fungsi masing-masing yang bekerja untuk mencapai tujuan suatu Negara.11 Pendekatan sistem politik ditujukan untuk memberi penjelasan yang bersifat ilmiah terhadap fenomena politik.

Dalam pendekatan sistem politik, masyarakat adalah konsep induk oleh sebab sistem politik hanya merupakan salah satu dari struktur yang membangun masyarakat seperti sistem ekonomi, sistem sosial dan budaya, sistem kepercayaan dan lain sebagainya. Sistem politik sendiri merupakan abstraksi (realitas yang diangkat ke alam konsep) seputar pendistribusian nilai di tengah masyarakat.12

Seperti telah dijelaskan, masyarakat tidak hanya terdiri atas satu struktur (misalnya sistem politik saja), melainkan terdiri atas multi struktur. sistem yang biasanya dipelajari kinerjanya adalah sistem politik, sistem ekonomi, sistem agama, sistem sosial, atau sistem budaya-psikologi. dari aneka jenis sistem yang berbeda tersebut, ada persamaan maupun perbedaan. Perbedaan berlingkup pada dimensi ontologis (hal yang dikaji) sementara persamaan berlingkup pada variabel-variabel (konsep yang diukur) yang biasanya sama antara satu sistem dengan lainnya.13 untuk memahami sistem politik Indonesia, layaknya kita memahami sistem-sistem lain, maka harus kita ketahui beberapa variabel kunci. variabel-variabel kunci dalam memahami sebuah sistem adalah adalah struktur, fungsi, aktor, nilai, norma, tujuan, input, output, respon, dan umpan balik.

Struktur adalah lembaga politik yang memiliki keabsahan dalam menjalankan suatu fungsi sistem politik. dari struktur ini ada struktur input, proses, dan output. Struktur input bertindak selaku pemasok komoditas ke dalam sistem politik, struktur proses bertugas mengolah masukan dari struktur input, sementara struktur output bertindak selaku

RUMUSAN_SISTEM_POLITIK_DI, diakses tanggal 20 November 2015.

11 Ronald H. Chilcote. “Sistem Sebagai Struktur dan Fungsi; Gabriel Almond dan Para Pelopornya”,

dikutip dari Anggina Mutiara...Ibid, hlm. 1.

12http://setabasri01.blogspot.co.id/2009/02/kerangka-kerja-sistem-politik-david.html diakses tanggal 5

Desember 2015.

(6)

mekanisme pengeluarannya.14 dalam konsteks ini strukur yang dimaksud adalah lembaga legislatif (Dewan Perwakilan Rakyat selanjutnya disebut DPR) yang menjalankan fungsinya dalam pembentukan peraturan perundang-undangan. struktur input, proses, dan output umumnya dijalankan oleh aktor-aktor yang dapat dikategorikan menjadi legislator (Anggota Dewan), interest group, pressure group dan sebagainya. aktor-aktor ini menjalankan tugas kolektif untuk membentuk produk hukum (Peraturan perundang-undangan). namun, setiap aktor yang mewakili struktur harus memiliki fungsi yang berbeda-beda: Tidak boleh suatu fungsi dijalankan oleh struktur yang berbeda karena akan menimbulkan konflik kepentingan.

Nilai adalah komoditas utama yang berusaha didistribusikan oleh struktur-struktur di setiap sistem politik yang wujudnya adalah: (1) kekuasaan, (2) pendidikan atau penerangan; (3) kekayaan; (4) kesehatan; (4) keterampilan; (5) kasih sayang; (6) kejujuran dan keadilan; (7) keseganan, respek.15 nilai-nilai tersebut diasumsikan dalam kondisi yang tidak merata persebarannya di masyarakat sehingga perlu campur tangan struktur-struktur yang punya kewenangan (otoritas) untuk mendistribusikannya pada elemen-elemen masyarakat yang seharusnya menikmati.

Norma adalah peraturan, tertulis maupun tidak, yang mengatur tata hubungan antar aktor di dalam sistem politik. norma diatur dalam aturan dasar maupun dalam aturan teknis. setiap aturan main memiliki rincian kekuasaan yang dimiliki struktur input, proses, dan output. aturan juga memuat mekanisme pengelolaan konflik antar aktor-aktor politik di saat menjalankan fungsinya, dan menunjuk aktor (sekaligus) lembaga yang memiliki otoritas dalan penyelesaian konflik. setiap negara memiliki norma yang berlainan namun dalam tulisan ini diartikan sebagai Undang-Undang terkait yang mengatur partisipasi publik serta aturan teknis (tata tertib DPR) yang mengatur proses partisipasi publik dalam pembentukan

14loc,cit.

(7)

peraturan perundang-undangan di DPR. Tujuan sistem politik, seperti halnya norma, juga terdapat di dalam konstitusi. Umumnya, tujuan suatu sistem politik terdapat di dalam mukadimah atau pembukaan konstitusi suatu negara. Tujuan sistem politik Indonesia termaktub di dalam Pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, sementara tujuan sistem politik Amerika Serikat termaktub di dalam Declaration of Independence.

Input dan output adalah dua fungsi dalam sistem politik yang berhubungan erat. Apapun output suatu sistem politik, akan dikembalikan kepada struktur input. Struktur input akan bereaksi terhadap apapun output yang dikeluarkan, yang jika positif akan memunculkan dukungan atas sistem, sementara jika negatif akan mendampak muncul tuntutan atas sistem. Umpan balik (feedback) adalah situasi di mana sistem politik berhasil memproduksi suatu keputusan ataupun tindakan yang direspon oleh struktur output. dalam konteks ini adalah aspirasi kelompok-kelompok masyarakat dalam proses perumusan perauran perundang-undangan.

Teori sistem David Easton yang penulis gunakan sebagai pisau analisis untuk menjelaskan proses pembentukan perundang-undangan di Indonesia dapat penulis deskripsikan dalam skema kerja berikut ini:

lingkungan Dukungan Struktur lingkungan

lingkungan Tuntutan lingkungan

Feedback

Dalam Undang-undang No. 17 tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (selanjutnya disebut UU MD3) Pasal 69 ayat (1) disebutkan DPR (legislatif) mempunyai (3) tiga fungsi, a. Legislasi, b. Anggaran, c. Pengawasan. ayat (2)-nya menyebutkan ketiga fungsi dijalankan dalam kerangka representasi rakyat, dan juga berhak

(8)

mendukung upaya pemerintah dlaam melaksanakan politik luar negeri. dalam tulisan ini fokus utamanya pada fungsi DPR selaku pemegang kekuasaan membentuk undang-undang. Pasal 72 huruf g UU a quo dijelaskan bahwa salah tugas DPR adalah menyerap, menghimpun, menampung, dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat.

Dengan menggunakan teori sistem skema kerja diatas dapat uraikan partisipasi publik dalam pembentukan peraturan perundang-undangan. diawali dengan masukan atau input kedalam struktur (DPR) baik tertulis maupun tidak tertulis. apabila masukan diberikan secara tertulis dalam proses penyusunan dan penetapan Prolegnas, penyiapan dan pembahasan rancangan undang-undang, pembahasan Rancangan Undang-Undang tentang APBN, pengawasan pelaksanaan undang-undang dan pengawasan pelaksanaan kebijakan pemerintah, masukan disampaikan kepada Anggota dan/atau pimpinan alat kelengkapan DPR. pemberi masukan atau kelompok masyarakat dan anggota serta alat kelengkapan DPR lainnya pada konteks ini adalah aktor.

Dalam hal masukan diberikan dalam proses pembahasan Rancangan Undang-Undang tentang APBN, masukan disampaikan kepada pimpinan komisi. semua masukan disampaikan dengan menyebutkan identitas yang jelas ditujukan kepada pimpinan DPR, pimpinan komisi, pimpinan gabungan komisi, pimpinan panitia khusus, pimpinan Badan Legislasi, atau pimpinan Badan Anggaran yang menyiapkan dan menangani pembahasan rancangan undang-undang serta melakukan pengawasan pelaksanaan undang-undang-undang-undang atau melaksanakan kebijakan pemerintah.16 masukan yang disampaikan kepada pimpinan DPR, masukan

diteruskan kepada pimpinan komisi, pimpinan gabungan komisi, pimpinan panitia khusus, pimpinan Badan Legislasi, atau pimpinan Badan Anggaran yang menyiapkan rancangan undang-undang.17

Sedangkan apabila masukan disampaikan secara lisan, pimpinan komisi, pimpinan gabungan komisi, pimpinan panitia khusus, pimpinan Badan Legislasi, atau pimpinan Badan Anggaran, menentukan waktu pertemuan dan jumlah orang yang diundang dalam pertemuan. Pimpinan komisi, pimpinan gabungan komisi, pimpinan panitia khusus, pimpinan Badan Legislasi, atau pimpinan Badan Anggaran menyampaikan undangan kepada orang yang diundang.18

16 Pasal 216 ayat (3) Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat No. 1 tahun 2014 tentang Tata Tertib, Berita

Negara RI Tahun 2014 nomor 1607.

(9)

Pertemuan tersebut dapat dilakukan dalam bentuk rapat dengar pendapat umum (RDPU), pertemuan dengan pimpinan komisi, pimpinan gabungan komisi, pimpinan panitia khusus, pimpinan Badan Legislasi, atau pimpinan Badan Anggaran, atau pertemuan dengan pimpinan komisi, pimpinan gabungan komisi, pimpinan panitia khusus, pimpinan Badan Legislasi, atau pimpinan Badan Anggaran didampingi oleh beberapa Anggota yang terlibat dalam penyiapan rancangan undang-undang.19 Hasil pertemuan sebagaimana dimaksud

menjadi bahan masukan terhadap rancangan undang-undang yang sedang dipersiapkan.20

kemudian Pimpinan alat kelengkapan yang menerima masukan sebagaimana dimaksud menyampaikan informasi mengenai tindak lanjut atas masukan kepada masyarakat melalui surat atau media elektronik.21 namun tidak ada penjelasan adanya jaminan bahwa masukan

masyarakat baik tertulis amupun lisan benar-benar dipertimbangkan atau tidak.

Dari penjelasan norma atau aturan yang mengatur mengenai peran publik dalam pembentukan peraturan perundang-undangan diatas, dapat dikategorikan bahwa partisipasi publik yang dianut oleh Indonesia merupakan Partisipasi model A Realism Model of Public Participation dimana pelaku-pelakunya cenderung dilakukan dan didominasi oleh adanya kelompok-kelompok kepentingan dan organisasi-organisasi lainnya yang diorganisir. Publik, selain ikut dalam pemilihan umum juga melakukan interaksi dengan lembaga perwakilan. Akan tetapi tidak semua warga negara melakukan public participation dalam bentuk membangun kontak interaksi dengan lembaga perwakilan. Pelaku-pelaku public participation telah mengarah pada kelompok-kelompok kepentingan dan organisasi-organisasi lainnya yang diorganisir. dengan demikian terdapat kecenderungan untuk memahami “public” dalam konteks yang terbatas.22 publik dalm hal ini hanya dimaknai

sebagai kelompok masyarakat yang terorganisir dan bukan masyarakat yang tidak terorganisir.

Proses sebagaimana uraikan diatas dapat disampaikan dalam beberapa benuk antara lain:

1. Partisipasi masyarakat dalam bentuk penelitian, dapat dilakukan masyarakat ketika melihat adanya suatu persoalan dalam tatanan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang perlu diteliti dan dikaji secara mendalam dan memerlukan penyelesaian

19 Pasal 217 ayat (3),...loc,cit. 20 Pasal 217 ayat (4),...loc,cit. 21 Pasal 218,...loc,cit.

22 http://nandoxodnan.blogspot.co.id/2013/11/partisipasi-masyarakat-dalam.html diakses tanggal 6

(10)

pengaturan dalam suatu UU. Penetitian ini dapat dilakukan secara mandiri maupun kerjasama dengan suatu instansi pemerintahan yang menangani bidang tersebut. Hasil dari penelitian dituangkan dalam format laporan penelitian sehingga dapat dipakai sebagai dasar dalam proses lebih lanjut pembentukan UU.

2. Partisipasi masyarakat dalam bentuk diskusi, lokakarya dan seminar, partisipasi dalam bentuk ini dapat dilakukan sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian terhadap suatu obyek yang akan diatur dalam UU. Diskusi, lokakarya dan seminar ini akan memberikan sumbangan yang penting dalam pengkajian terhadap persoalan materi muatan suatu RUU karena dilakukan oleh para akademisi, pengamat, dan pakar di bidangnya masing-masing. Oleh karena itu wacana yang dihasilkan dari suatu diskusi, lokakarya dan seminar akan lebih utuh dan komprehensif dalam melihat suatu persoalan yang akan dimuat dalam RUU. Jadi, diskusi, lokakarya dan seminar akan memperkaya wawasan terhadap materi yang akan dituangkan dalam RUU sehingga akan sangat membantu dalam proses penuangan dalam naskah akademik maupun RUU-nya.

3. Pengajuan usul inisiatif untuk dibuatnya suatu UU dapat dilakukan masyarakat dengan atau tanpa melalui penelitian, diskusi, lokakarya dan seminar terlebih dahulu. Akan tetapi, usul inisiatif ini tentu akan lebih kuat jika didahului dengan penelitian, diskusi, lokakarya dan seminar terhadap suatu masalah yang akan diatur dalam suatu UU. Pengajuan usul inisiatif dari masyarakat dapat diajukan melalui tiga jalur pilihan yaitu: Presiden DPR dan DPD (untuk RUU tertentu). Agar usul inisiatif ini dipertimbangkan dan lebih mudah diterima maka usul inisiatif masyarakat untuk dibuatnya suatu UU harus disesuaikan dengan program legislatif nasional yang telah ditentukan oleh Badan Legislasi di DPR.

4. Partisipasi masyarakat dalam bentuk perancangan terhadap suatu UU dapat dilakukan masyarakat setelah melakukan penelitian, pengusulan usul inisiatif maka pada gilirannya masyarakat dapat menuangkan hasil penelitian dalam RUU. Di dalam RUU sebaiknya didahului dengan uraian Naskah Akademik dibuatnya suatu RUU.

(11)

memilih alat kelengkapan DPR yang diharapkan dapat menyalurkan aspirasi masyarakat, misalnya Panitia Verja, Komisi, Panitia Khusus, Fraksi dsb. Audensi/RDPU ini dapat dilakukan oleh masyarakat baik secara lisan, tertulis maupun gabungan antara lisan dan tertulis.

6. Partisipasi masyarakat dalam bentuk masukan melalui media cetak maupun elektronik ini dapat dilakukan oleh masyarakat dengan membuat opini terhadap suatu masalah yang tengah dibahas dalam lembaga legislatif. Opini masyarakat ini dapat berupa artikel, jumpa pers, wawancara, pernyataan-pernyataan, maupun berupa tajuk-tajuk berita dari surat kabar dan majalah.

7. Partisipasi masyarakat dalam bentuk unjuk rasa ini dapat dilakukan masyarakat dalam rangka mendukung, menolak maupun menekan materi yang tengah dibahas dalam proses pembentukan UU ataupun bentuk penolakan terhadap lahirnya UU baru. partispasi jenis ini dapat disebut juga dalah satu bentuk feedback daari publik terhadap UU yang diterbitkan oleh lembaga DPR.

8. partisipasi dalam bentuk pengujian terhadap UU, adanya uji materiil terhadap Undang-Undang adalah dimaksudkan dalam rangka menjaga tegaknya konstitusi dari penyalahgunaan kekuasaan dari organ pembuat UU. Sebab, UU dibuat oleh lembaga legislatif yang merupakan lembaga politik dan oleh karena itu tak dapat dielakkan dapat sarat dengan kepentingan politik di dalamnya. Jadi, tuntutan uji material terhadap UU adalah hak masyarakatyang harus tetap dijamin dalam mewujudkan adanya partisipasi masyarakat dalam proses pembentukan UU.

Dengan demikian, Partisipasi publik adalah suatu keniscayaan bagi suatu negara-negara demokrasi dalam rangka membangun hubungan yang harmonis antara negara-negara dengan masyarakat sipil. tidak mengherankan jika pada negara-negara yang telah maju maupun negara-negara berkembang memberikan tempat bagi adanya partisipasi publik dalam pembentukan UU meskipun melalui proses yang berbeda. Ada negara demokrasi di mana partisipasi publik lahir sebagai suatu proses evolusi dari kematangan politik suatu bangsa, namun ada pula negara demokrasi yang sejak awal berdirinya negara secara sadar menempatkan partisipasi publik sebagai bagian dari matieri muatan konstitusinya. partisipasi publik di Indonesia berangkat dari evolusi yang panjang dan mendapat angin segar pasca reformasi.

(12)

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan beberap hal sebagai berikut, pertama, sistem politik adalah kesatuan (kolektivitas) seperangkat struktur politik yang memiliki fungsi masing-masing yang bekerja untuk mencapai tujuan suatu Negara.23 Pendekatan sistem politik ditujukan untuk memberi penjelasan yang bersifat ilmiah terhadap fenomena politik termasuk partisipasi masyarakat dalam pembentukan perundang-undangan. kedua, variabel-variabel kunci dalam memahami sebuah sistem partisipasi publik dalam perumusan UU adalah adalah struktur (lembaga DPR), fungsi (terkait peran, tugas dan wewenang) , aktor (pelaku yang terkait antara lain perangkat alat kelangkapan DPR, anggota kelompok masyarakat dan sebagainya) , nilai (terkait kekuasaan, budaya, tingkat pendidikan masyarakat), norma (mekanisme atau aturan main), tujuan (harapan yang ingin dicapai), input, output, respon, dan

Isra, Saldi, Pergesaran Fungsi Legislasi: menguatnya model legislasi parlementer dalam sistem presidensial Indonesia, cet-1, Jakarta: Rajawali Pers, 2010.

MD, Mahfud, Politik Hukum di Indonesia, edisi revisi, cet-vi, Jakarta: Rajawali Pers, 2014. Hanum, Anggina Mutiara, Pendekatan Teori Struktural Fungsional dalam Perumusan Sistem

Politik di Indonesia “critical review dan analisa atas sistem politik

UU No. 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, LN RI Tahun 2011 nomor 82.

Penjelasan UU No. 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, TLN RI nomor 5234.

23 Ronald H. Chilcote. “Sistem Sebagai Struktur dan Fungsi; Gabriel Almond dan Para Pelopornya”,

(13)

Referensi

Dokumen terkait

say {Dewi Sukma}{Hai Nyai Emas Padmawati, beritahukanlah pada rajamu.} say {Dewi Sukma}{Utuslah seseorang untuk mengambil pusaka Lalayang Salaka Domas di Jabaning Langit}. say

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisa faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian sembelit pada ibu post partum 3 hari di Desa Margorejo

pada Bidang Pelayanan Keluarga Berencana Badan Pemberdayaan 19651002 199203 2 005 Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Kota Bekasi..

Untuk masalah maksimisasi, solusi optimal suatu PL adalah suatu titik dalam daerah fisibel yang menyebabkan nilai fungsi objektif terbesar.. (Winston

N., (2016) Perbandingn Efektivitas Pendidikan Kesehatan Gigi Menggunakan Media Video dan Flip Chart Terhadap Peningkatan Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut Anak.. Jurnal

Pen- gukuran daya dukung habitat dilakukan secara kuantitatif melalui pengukuran produktivitas tumbuhan pakan MEP yang dalam hal ini dibatasi pada produktivitas buah dan

Adji, T.N., 2005, Agresivitas Airtanah Karst Sungai Bawah Tanah Bribin, Gunung Sewu, Indonesian Cave and Karst Journal, Vol. Variasi Spasial-Temporal Hidrogeokimia dan Sifat

3.1 Klasifikasi Hasil Evaluasi Belajar Siswa .... Matrik Penelitian ... Daftar siswa kelas VII c SMP Muhammadiyah 9 Watukebo ... Nama Kelompok Siswa ... Rekapitulasi observasi