• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembelajaran PKn Yang Efektif dalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pembelajaran PKn Yang Efektif dalam "

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Nama : Arip Gunawan

NPM : 1413032009

Mata Kuliah : Strategi Pembelajaran PKn PEMBELAJARAN PKN YANG EFEKTIF

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia dan suku bangsa untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Pendidikan Kewarganegaraan dapat diartikan sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku kehidupan sehari-hari peserta didik sebagai individu, anggota masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

(2)

kelayakan dan ketepatannya. Ketujuh, Commitment Approach, yaitu pendekatan kesepakatan, dimana siswa diajak untuk menyepakati sikap dan pola pikir berdasarkan acuan tertentu. Dan yang terakhir yaitu Union Approach, yaitu pendekatan dengan mengintegrasikan diri dalam kehidupan riil atau stimuli yang dirancang guru.

Disamping itu hendaknya memperhatikan pendekatan umum dalam proses pembelajaran, seperti diungkapkan Indra Djati Sidi (2001 : 1999) bahwa proses pembiasaan akan mampu membentuk sikap dan perilaku peserta didik melalui interaksi dan komunikasi dengan warga sekolah sebagai komunitas sosial yang cukup homogen. Proses internalisasi nilai-nilai akan semakin bermakna apabla dilakukan dalam suasana kehidupan sekolah yang demokratis, jujur dan terbuka.

Tentunya di dalm pembelajaran yang efektif terdapat beberapa jenis-jenis strategi dalam belajar. Berbagai jenis strategi Belajar Mengajar dapat dikelompokkan berdasarkan berbagai pertimbangan, pertama yaitu atas dasar pertimbangan proses pengolahan pesan.

o Strategi Deduktif. Dengan Strategi Deduktif materi atau bahan pelajaran diolah dari mulai yang umum, generalisasi atau rumusan, ke yang bersifat khusus atau bagian-bagian. Bagian itu dapat berupa sifat, atribut atau ciri-ciri. Strategi. Deduktif dapat digunakan dalam mengajarkan konsep, baik konsep konkret maupun konsep terdefinisi.

o Strategi Induktif. Dengan Strategi Induktif materi atau bahan pelajaran diolah mulai dari yang khusus (sifat, ciri atau atribut) ke yang umum, generalisasi atau rumusan. Strategi Induktif dapat digunakan dalam mengajarkan konsep, baik konsep konkret maupun konsep terdefinisi.

Yang kedua atas dasar pertimbangan pihak pengolah pesan.

(3)

o Strategi Belajar Mengajar Heuristik, yaitu suatu strategi belajar mengajar yang mensiasati agar aspek-aspek dari komponen pembentuk sistem intruksional mengarah pada pengaktifan siswa untuk mencari dan menemukan sendiri fakta, prinsip dan konsep yagn mereka butuhkan.

Yang ketiga atas dasar pertimbangan pengaturan guru.

o Strategi Seorang Guru. Seorang guru mengajar kepada sejumlah siswa. Strategi Pengajaran Beregu (Team Teaching). Dengan Pengajaran Beregu, dua orang atau lebih guru mengajar sejumlah siswa.

o Pengajaran Beregu dapat digunakan di dalam mengajarkan salah satu mata pelajaran atau sejumlah mata pelajaran yang terpusat kepada suatu topik tertentu.

Yang keempat atas dasar pertimbangan jumlah siswa.

o Strategi Klasikal

o Strategi Kelompok Kecil o Strategi Individual.

Yang kelima atas dasar pertimbangan interaksi guru dengan siswa.

o Strategi Tatap Muka. Akan lebih baik dengan menggunakan alat peraga.

o Strategi Pengajaran Melalui Media. Guru tidak langsung kontak dengan siswa, akan tetapi guru “mewakilkan” kepada media. Siswa berinteraksi dengan media.

Yang keenam berdasarkan model desain pelaksanaan evaluasi belajar berdasarkan maksud atau fungsinya, terdapat beberapa model desain pelaksanaan evaluasi belajar-mengajar. Di antaranya ialah evaluasi; sumatif, formatif, refleksi, dan kombinasi dari ketiganya.

(4)

keberhasilan proses belajar-mengajar tersebut. Atas dasar itu, kita dapat menentukan apakah dapat dilanjutkan kepada program baru atau harus diadakan pelajaran ulangan seperlunya.

o Evaluasi formatif ialah model pelaksanaan evaluasi yang dilakukan selama masih berjalannya proses kegiatan belajar-mengajar. Mungkin kita baru menyelesaikan bagian-bagian atau unit-unit tertentu dari keseluruhan program atau bahan yang harus diselesaikan. Tujuannya ialah apabila kita menghendaki umpan-balik yang secara (immediate feedback), kelemahan-kelemahan dari proses belajar itu dapat segera diperbaiki sebelum terlanjur dengan kegiatan lebih lanjut yang mungkin akan lebih merugikan, baik bagi siswa maupun bagi guru sendiri. Bila dibiarkan kesalahan akan berlarut-larut. Dengan kata lain, evaluasi formatif ini lebih bersifat diagnostik untuk keperluan penyembuhan kesulitan-kesulitan atau kelemahan belajar-mengajar (remedial teaching and learning), sedangkan reevaluasi sumatif (EBTA) biasanya lebih berfungsi informatif bagi keperluan pengambilan keputusan, seperti penentuan nilai (grading), dan kelulusan.

o Evaluasi reflektif ialah model pelaksanaan evaluasi yang dilakukan sebelum proses belajar-menagjar dilakukan atau sering kita kenal dengan sebutan pre-test. Sasaran utama dari evaluasi reflektif ini ialah untuk mendapatkan indikator atau informasi awal tentang kesiapan (readliness) siswa dan disposisi (keadaan taraf penguasaan) bahan atau pola-pola perilaku siswa sebagai dasar penyusunan rencana kegiatan belajar-menagjar dan peramalan tingkat keberhasilan yang mungkin dapat dicapainya setelah menjalani proses belajar-menagjar nantinya. Jadi, evaluasi reflektif lebih bersifat prediktif.

(5)

Setelah metode kemudian terdapat beberapa mertode, pendidikan kewarganegaraan sebagai mata pelajaran yang memiliki karakteristik tersendiri, harus disampaikan melalui proses pembelajaran yang khusus, yaitu Ceramah nurani, ekspositorik, demonstrasi, tanya jawab/reportasi, permainan andai-andai, kliping, daftar baik-buruk, daftar gejala sikap, daftar gejala kontinum, analisis nilai moral, observasi partisipatorik, simulasi permainan peran, role playing, modeling (pengembangan model), karyawisata (studi tour), Value Clarification Technique (VCT), dan ekshibisi.

Metode-metode itu dilakukan dengan mempertimbangkan bahan ajar, situasi dan kondisi siswa, sarana dan prasarana belajar serta lingkungan dimana proses belajar mengajar itu berlangsung. Sehingga suatu metode itu dianggap baik apabila terdapat kesesuaian antar metode, bahan ajar, situasi dan kondisi siswa.

Dalam kurikulum Berbasis kompetensi 2004 metode yang direkomendasikan adalah Metode ceramah, tanya jawab, diskusi (akan tetapi guru lebih sering menggunakan metode ceramah, karena mengejar penyampaian materi sesuai target kurikulum yang berorientasi pada penguasaan materi) lebih bervariasi, karena metode ceramah dikolaborasikan dengan metode-metode pembelajaran yang lain yaitu: tanya jawab, diskusi, inkuiri lapangan; kepustakaan, pemecahan masalah dan lain-lain disertai juga dengan strategi pembelajaran dalam bentuk permainan yang berkaitan dengan materi, seperti: Permainan andai-andai, simulasi, role playing dan sebagainya.

Referensi

Dokumen terkait

Informasi yang disampaikan dalam buku ini disajikan dalam bentuk rekap data melalui grafik dan tabel yang dijelaskan secara deskriptif berupa eksisting PNS, data jenis

Metode pengikatan ionik berdasarkan pengikatan ionik dari protein enzim pada pembawa yang tidak larut dalam air yang mengandung residu penukar ion.Kelemahan metode ini

Abstrak. Guru sekolah pendidikan kejuruan terutama bidang teknologi, saat ini dan masa yang akan datang memerlukan pembenahan terutama yang berkaitan dengan

Berangkat dari pemikiran itu, telah dilakukan peneli- tian bahan isolasi dari tandan kosong sawit yang ter- nyata banyak mengandung selulosa dan belum diman- faatkan secara

Pada bahan minyak kecepatan rotasi digunakan sebesar 50 rpm dikarenakan dengan ukuran tersebut spindlenya bisa berputar di sampel bahan tersebut, setelah

Perihal keewenangan daerah di bidang penanaman modal, ditegaskan kemudian dalam UU No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah, bahwa lingkup kewenangan daerah di bidang

Tidak tinggal di hunian dengan pencahayaan matahari yang baik lebih beresiko terhadap peningkatan angka kejadian penyakit TB Paru BTA+ dibandingkan dengan yang tinggal

Alhamdulillahhirobbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan