• Tidak ada hasil yang ditemukan

Demokrasi dan Pluralisme Politik pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Demokrasi dan Pluralisme Politik pdf"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

TABRANI. ZA www.tabraniza.com

www.tabraniza.com

About Education Zone

Philosophical Thought on Education Zone oriented not only to formal education, but education is oriented to all aspects of education through which human life from birth until the end. Education is an attempt to empower, develop and humanize, education oriented to the formation of character, faith, and faith. Oriented education to the process of changing attitudes, capabilities and process development as well as the potential increase in the quality of human life, thereby producing learners who have the intellectual and noble spirit. We believe in constantly learning and taking bold actions that create lasting, systemic change within public education. We value all dimensions of diversity and seek to model the fairness and justice that we want to see in the world.

Title

Demokrasi dan Pluralisme Politik

Author

Tabrani. ZA

Categories

Agama, Sosial dan Budaya

Configuration Article

Publish Date

January 17, 2017

Source

(2)

Education Zone (www.tabraniza.com) Page 1

DEMOKRASI DAN PLURALISME POLITIK

TABRANI. ZA

Fakultas Tarbiyah Universitas Serambi Mekkah Indonesia Peneliti pada SCAD Independent

Keberadaan kekuasaan negara tidak terpisahkan dan bahkan berhubungan secara langsung dengan kekuasaan rakyat. Penyaluran kekuasaan rakyat dari berbagai jalur pada akhirnya bermuara pada dua jalur inti yaitu jalur partai politik dan non partai politik. Hierarki nilai demokrasi pada puncak tertinggi adalah pluralisme politik. Menurut Ronald H Chilcote (ahli perbandingan politik), bahwa dalam pluralisme politik, nilai demokrasi disandarkan pada keragaman kepentingan dan penyebaran kekuasaan. Inti dari teori ini merujuk pada konsep dasar demokrasi di mana rakyat dengan berbagai kelompok dan beragam kepentingannya diperkenankan untuk menguasai negara melalui berbagai jalur kekuasaan yang telah dibentuk dan dimiliki oleh negara. Seluruh jalur kekuasaan yang telah membentuk kekuatan negara pada prinsipnya paralel dengan jalur kekuasaan yang dimiliki rakyat.

Pluralisme politik adalah ruang demokrasi yang mampu membuka sumbatan-sumbatan agar kekuasaan dari berbagai kelompok rakyat dapat mengalir dengan bebas menuju penguasaan rakyat terhadap negara. Demokrasi telah menjamin bahwa pluralisme politik dalam sebuah negara tidak akan melahirkan negara totaliter, tidak akan menciptakan sentra kekuasaan pada golongan tertentu (seperti pada masa orde lama dan orde baru Indonesia). Tidak boleh ada niat apa lagi tindakan dari kelompok rakyat tertentu untuk mendominasi kelompok rakyat yang lain dalam sebuah sistem kekuasaan negara, baik kekuasaan negara di tingkat nasional (pemerintah pusat) atau kekuasaan negara di daerah (pemda). Dalam dimensi pluralisme politik, seluruh rakyat melalui berbagai jalur “entitas” dan komunitasnya harus diberi jalan untuk mengendalikan kekuasaan atau mempengaruhi kekuasaan. Melalui jalan tersebut rakyat dapat mengirim orang-orang yang telah dipilih untuk masuk ke lembaga legislatif dan eksekutif.

Hari ini Indonesia telah memberi hak kepada rakyatnya untuk dapat masuk ke dalam lembaga pemerintahan baik melalui jalur parpol dan non parpol. Di samping rakyat parpol, rakyat non parpol bisa masuk parlemen sebagai anggota DPD RI, dan rakyat non parpol juga bisa jadi gubernur, bupati/walikota melalui jalur independen. Kedua kelompok rakyat ini telah diberi hak yang sama oleh negara untuk masuk ke dalam sistem kekuasaan.

(3)

Education Zone (www.tabraniza.com) Page 2

Kondisi ini berbeda dengan negara-negara yang menganut konsep separation of power (pemisahan kekuasaan) antara legislatif, eksekutif dan yudikatif, seperti di Eropa dan Amerika, ada ketegasan fungsi tugas yang jelas pada masing-masing lembaga tersebut. Fungsi legislatif sebagai pembuat kebijakan, dan eksekutif sebagai eksekutor (pelaksana kebijakan). Sistem politik Indonesia dengan pola distribusi kekuasaan telah membangun hubungan rumit antara legislatif dan eksekutif. Mengutip pendapat guru besar ilmu politik Universitas Indonesia, Prof. Dr. Nazaruddin Syamsuddin yang menyatakan bahwa sistem politik Indonesia adalah “banci”; maksudnya sistem politik negara kita tidak jelas, diumpamakan bukan sebagai laki-laki dan juga bukan sebagai perempuan.

Akibat dari sistem “banci” ini maka kedua lembaga ini di Indonesia tidak pernah berdiri kokoh dalam menjalankan fungsinya. Hubungan kedua lembaga ini menjadi semakin rumit jika dikaitkan dengan konsep pluralisme politik di mana nilai demokrasi disandarkan pada keragaman kepentingan dan penyebaran kekuasaan. Kenyataan ini dapat dilihat dari berbagai bentuk hubungan “rumit” antara legislatif dan eksekutif yang dipertontonkan oleh para elit politik parlemen dan elit politik eksekutif baik di tingkat nasional maupun di tingkat daerah. Dalam membahas anggaran misalnya, yang terlihat dominan adalah hubungan negatif (kolaborasi kepentingan) dan hubungan konflik (saling memaksa mempertahankan kepentingan).

Di tingkat DPR-RI misalnya mencuatnya kasus hak angket century dan hak angket mavia pajak. Sedangkan di tingkat daerah sering kita melihat keterlambatan “ketok” palu (pengesahan) APBD disebabkan penyesuaian kepentingan elit. Dan terakhir yang paling hangat di Indonesia adalah para anggota DPR RI yang studi banding ke luar negeri yang menurut saya di sini “tidak ada manfaatnya”. belum lagi masalah pembangunan gedung baru DPR RI yang banyak menuai kontroversi. Di sini kita melihat bahwa semua itu semuanya adalah sarat dengan kepentingan pribadi dan kelompok.

Di sini saya penulis melihat keadaan Aceh, yaitu keinginan Gubernur Aceh sebagai pimpinan eksekutif agar raqan pilkada Aceh harus mengakomodir keinginan rakyat non parpol (independen) untuk dapat maju sebagai calon kepala daerah, sebagaimana telah diputuskan oleh Mahkamah Konstitusi Indonesia. Usulan Gubernur sebenarnya bukan keinginan Irwandi Yususf (jika dikaitkan dengan Irwandi Yusuf yang ingin maju sebagai calon gubernur dari jalur independen), tetapi keinginan mayoritas rakyat Aceh dalam dinamika pluralisme politik Aceh.

Tapi kenapa DPRA masih bersikeras menolak usul Gubernur? Pertanyaan ini akan terjawab bila kita kaitkan dengan keberadaan sistem politik “banci” yang diterapkan di Indonesia, sementara aliran pluralisme politik ingin terus mencapai nilai-nilai demokrasi ideal dalam struktur dan lembaga politik negeri kita yang “kabur”. Dibukanya jalur independen secara nasional adalah upaya meredam “kebanci-an” sistem politik kita yang masih menciptakan jarak antara rakyat dan pemerintah, akibat dari lebih dominannya kekuasaan parpol dibanding dengan kekuasaan rakyat di dalam lembaga-lembaga kekuasaan negara. Diharapkan akan terciptanya balancing of power antara lembaga eksekutif yang dipimpin oleh rakyat non parpol dan lembaga legislatif yang diisi oleh rakyat parpol.

(4)

Education Zone (www.tabraniza.com) Page 3

independen yang kini sedang bergemuruh dilaksanakan di Indonesia. Jika Gubernur sebagai wakil rakyat di lembaga eksekutif mengusulkan calon independen untuk disepakati bersama dalam Qanun Pilkada, sebenarnya Gubernur hanya meneruskan usulan dari semangat pluralisme politik yang menghendaki meningkatnya nilai demokrasi dalam berbagai pilar kekuasaan politik rakyat pada di setiap lembaga kekuasaan negara di daerah. Dan apabila ada gerakan penolakan dari elite legislatif Aceh saat ini, itu juga karena semangat pluralisme politik yang ingin mempertahankan jalur kekuasaan politik berdasar kepentingan dan ideologi parpol yang mereka yakini. Terserah, semangat pluralisme politik yang mana yang paling diinginkan oleh mayoritas rakyat Aceh.

Masalah yang hampir serupa juga terjadi di Yogyakarta yang (oleh Pemerintah Pusat) “meng-kentut-kan keinginan rakyat. Karena menurut hasil survey oleh salah satu lembaga survey di Indonesia, bahwa mayoritas rakyat Yogyakarta adalah memilih penetapan. Tapi kenapa pemerintah pusat dan DPR RI masih belum mengesahkan RUU Keistimewaan Yogyakarta? Kenapa masih mengedepankan kepentingan pribadi dan golongan, bukan kepentingan rakyat? Kenapa tidak mau meneruskan usulan dan keinginan rakyat? Perlu diingat bahwa Rakyat adalah Raja.

Tulisan ini di muat di website MSI UII: http://master.islamic.uii.ac.id/demokrasi-dan-pluralisme-politik/

Bibliography

Achinike, H., & Ogbonna, S. (2016). Federalism Critical Arguments as The Transfigurations of Nigerian Federalism. Jurnal Ilmiah Peuradeun, 4(3), 369-382. Acosta, M. (2016). Paradigm Shift in Open Education and E-Learning Resources as

Teaching and Learning in Philippines. Jurnal Ilmiah Peuradeun, 4(2), 161-172. Altanchimeg, Z., Battuya, D., & Tungalag, J. (2016). The Current Circumstances and

Challenges of Migrant Labor Force of Mongolia in North Eastern Asia. Jurnal Ilmiah Peuradeun, 4(1), 27-38.

Amna, Z., & Lin, H. C. (2016). The Effects of Psychoeducational Methods On College

Students’attitudes Toward PTSD.Jurnal Ilmiah Peuradeun, 4(2), 183-194.

Bhebhe, G., & Mugurani, M. (2016). Challenge Learning for Teachers in Rural Gweru Zimbabwe. Jurnal Ilmiah Peuradeun, 4(3), 295-308.

Dhuhri, S. (2016). Art as A Cultural Instrument: The Role of Acehnese Art in Resolving Horizontal Conflict. Jurnal Ilmiah Peuradeun, 4(1), 89-102.

Faruqi, Y. M. (2015). Role of Muslim Intellectuals in the Development of Scientific Thought. Jurnal Ilmiah Peuradeun, 3(3), 451-466.

Gooby, P. T. (2015). UK Policy Community Viewing Ethnic Diversity Policy: From Stronger To Weaker Multi-Culturalism?. Jurnal Ilmiah Peuradeun, 3(2), 217-234. Ismail, M. (2015). The Effectiveness of Agreement Hudaybiya. Jurnal Ilmiah

(5)

Education Zone (www.tabraniza.com) Page 4

Karibi, R. A. I. N. (2015). Religion, Human Rights and the Challenges of Freedom. Jurnal Ilmiah Peuradeun, 3(1), 39-54.

Lvina, E. (2015). The Role of Cross-Cultural Communication Competence: Effective Transformational Leadership Across Cultures. Jurnal Ilmiah Peuradeun, 3(1), 1-18. Meraj, M. A. (2016). Islamic Approach to The Environment and The Role's in The

Environment Protected. Jurnal Ilmiah Peuradeun, 4(1), 1-14.

Musradinur & Tabrani. ZA. (2015). Paradigma Pendidikan Islam Pluralis Sebagai Solusi Integrasi Bangsa (Suatu Analisis Wacana Pendidikan Pluralisme Indonesia). Proceedings 1st Annual International Seminar on Education 2015. Banda Aceh: FTK

Ar-Raniry Press, 77-86

Tabrani, Z. A. (2014). Islamic Studies dalam Pendekatan Multidisipliner (Suatu Kajian Gradual Menuju Paradigma Global). Jurnal Ilmiah Peuradeun, 2(2), 127-144.

Tabrani, Z. A., & Masbur, M. (2016). Islamic Perspectives on the Existence of Soul And ITS Influence in Human Learning (A Philosophical Analysis of the Classical and Modern Learning Theories). Jurnal Edukasi: Jurnal Bimbingan Konseling, 1(2), 99-112.

Tabrani. ZA & Hayati. (2013). Buku Ajar Ulumul Qur`an (1). Yogyakarta: Darussalam Publishing, kerjasama dengan Universitas Serambi Mekkah, Banda Aceh

Tabrani. ZA. (2008). Mahabbah dan Syariat. Selangor: Al-Jenderami Press

Tabrani. ZA. (2009). Ilmu Pendidikan Islam (Antara Tradisional dan Modern). Selangor: Al-Jenderami Press

Tabrani. ZA. (2011). Dynamics of Political System of Education Indonesia. International Journal of Democracy, 17(2), 99-113

Tabrani. ZA. (2011). Nalar Agama dan Negara dalam Perspektif Pendidikan Islam.

(Suatu Telaah Sosio-Politik Pendidikan Indonesia). Millah Jurnal Studi Agama,

10(2), 395-410

Tabrani. ZA. (2011). Pendidikan Sepanjang Abad (Membangun Sistem Pendidikan Islam di Indonesia Yang Bermartabat). Makalah disampaikan pada Seminar Nasional 1 Abad KH. Wahid Hasyim. Yogyakarta: MSI UII, April 2011.

Tabrani. ZA. (2012). Future Life of Islamic Education in Indonesia. International Journal of Democracy, 18(2), 271-284

Tabrani. ZA. (2012). Hak Azazi Manusia dan Syariat Islam di Aceh. Makalah disampaikan pada International Conference Islam and Human Right, MSI UII April 2012, 281-300

Tabrani. ZA. (2013). Kebijakan Pemerintah dalam Pengelolaan Satuan Pendidikan Keagamaan Islam (Tantangan Terhadap Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah), Jurnal Ilmiah Serambi Tarbawi, 1(2),65-84

Tabrani. ZA. (2013). Modernisasi Pendidikan Islam (Suatu Telaah Epistemologi Pendidikan), Jurnal Ilmiah Serambi Tarbawi, 1(1),65-84

(6)

Education Zone (www.tabraniza.com) Page 5

Tabrani. ZA. (2013). Urgensi Pendidikan Islam dalam Pemberdayaan Masyarakat. Jurnal Sintesa, 13(1), 91-106

Tabrani. ZA. (2014). Buku Ajar Filsafat Umum. Yogyakarta: Darussalam Publishing, kerjasama dengan Universitas Serambi Mekkah, Banda Aceh

Tabrani. ZA. (2014). Buku Ajar Penelitian Tindakan Kelas (PTK) (Bahan Ajar untuk Mahasiswa Program Srata Satu (S-1) dan Program Profesi Keguruan (PPG)). Banda Aceh: FTK Ar-Raniry Press

Tabrani. ZA. (2014). Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Darussalam Publishing

Tabrani. ZA. (2014). Isu-Isu Kritis dalam Pendidikan Islam. Jurnal Ilmiah Islam Futura, 13(2), 250-270

Tabrani. ZA. (2014). Menelusuri Metode Pendidikan dalam Al-Qur`an dengan Pendekatan Tafsir Maudhu`i. Jurnal Ilmiah Serambi Tarbawi, 2(1),19-34

Tabrani. ZA. (2015). Arah Baru Metodologi Studi Islam. Yogyakarta: Penerbit Ombak

Tabrani. ZA. (2015). Keterkaitan Antara Ilmu Pengetahuan dan Filsafat (Studi Analisis atas QS. Al-An`am Ayat 125). Jurnal Sintesa, 14(2), 1-14

Tabrani. ZA. (2015). Persuit Epistemologi of Islamic Studies (Buku 2 Arah Baru Metodologi Studi Islam). Yogyakarta: Penerbit Ombak

Tabrani. ZA. (2016). Aliran Pragmatisme dan Rasionalisasinya dalam Pengembangan Kurikulum 2013, dalam Saifullah Idris (ed.), Pengembangan Kurikulum: Analisis Filosofis dan Implikasinya dalam Kurikulum 2013, Banda Aceh: FTK Ar-Raniry Press 2016

Tabrani. ZA. (2016). Mengugat Nalar Logika Rasionalisme Aristoteles. Yogyakarta: Mizan

Tabrani. ZA. (2016). Perubahan Ideologi Keislaman Turki (Analisis Geo-Kultur Islam dan Politik Pada Kerajaan Turki Usmani). Jurnal Edukasi: Jurnal Bimbingan Konseling, 2(2), 130-146.

Tabrani. ZA. (2016). Transpormasi Teologis Politik Demokrasi Indonesia (Telaah Singkat Tentang Masyarakat Madani dalam Wacana Pluralisme Agama di Indonesia). Al-Ijtima`i- International Journal of Government and Social Science, 2(1), 41-60

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini menunjukkan jumlah ibu hamil dengan LILA dengan kriteria kurang dan mengalami anemia sebanyak 9 responden (11,3%), sedangkan responden dengan LILA

Setelah dilakukan tindakan dengan menggunakan model pembelajaran tipe NHT pada pembelajaran IPA kelas IV SD Negeri 1 Sedadi Penawangan Grobogan Tahun 2013/ 2014 nampak

Kajian yang dibuat oleh Yahya (2004) telah mendapati beberapa kemahiran “Employability” penting yang dipersetujui oleh majikan industri dan perlu diberi perhatian telah

Seperti telah diuraikan di atas, bahwa sekalipun pasien telah diberikan informasi secara memadai namun harus ada pendamping agar dapat membentuk dan mengambil keputusan

Evaluasi kepeawatan adalah mengkaji respon klien setelah dilakukan intervensi keperawatan dan mengkaji ulang asuhan keperawatan yang telah diberikan(Deswani, 2009). Penulis

Penelitian lain (Djunaidi, Setiawan, & Andista, 2005) “penentuan jumlah produksi dengan metode fuzzy-mamdani” di mana variabel input yang digunakan yaitu

Hasil orang lain bisa saja menjadi motivasi, tetapi pun bisa menjadi obsesi yang justru menjauhkan kita dari hasil pemberian sang Maha yang memiliki kekuatan tanpa

Dari kasus, telah dijelaskan oleh seorang psikiatris bahwa Tuan X suami dari ibu yang berusia 68 tahun didiagnosis menderita dimensia tipe