• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: "Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Sedadi Penawangan Grobogan Semester II Tahun 2013/2014 "

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: "Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Sedadi Penawangan Grobogan Semester II Tahun 2013/2014 ""

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

33 Penawangan Grobogan pada semester II tahun 2013/2014, pembelajaran IPA yang dilaksanakan masih bersifat konvensional.

(2)

Hasil belajar adalah besarnya skor yang diperoleh dari pengukuran baik tes maupun non tes yang dijadikan acuan untuk mengetahui apakah siswa sudah mencapai tingkat kelulusan yang ditentukan. Hasil belajar yang ada di kelas IV SD Negeri 1 Sedadi Penawangan Grobogan diperoleh dari tes saja baik itu ulangan harian, tes tengah semester, dan tes akhir semester. Untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar maka digunakan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yakni ≥ 75. Distribusi hasil belajar pada pra siklus secara rinci dapat disajikan dalam tabel 4.1.

Tabel 4.1

Distribusi Hasil Belajar IPA Pada Pra Siklus Skor Frekuensi Persentase (%)

35-44 33 91,67

45-54 3 8,33

Jumlah 36 100

Sumber: Data Primer

(3)

Sumber: Data Primer

Gambar 4.1

Grafik Batang Distribusi Hasil Belajar IPA Pra Siklus

Gambar 4.1 tentang grafik batang distribusi hasil belajar berdasarkan pengemlompokkan skor pra siklus nampak bahwa batang tertinggi diperoleh siswa sebanyak 33 dari 36 siswa yaitu sebesar 91,67% pada interval skor 35-44. Sedangkan batang yang terendah jumlahnya diperoleh siswa sebanyak 3 dari 36 siswa yaitu sebesar 8,33% pada interval skor 45-54. Dari gambar 4.1 tersebut nampak bahwa ketuntasan belajar tidak tercapai pada seorang siswa atau siswa yang tidak tuntas mencapai 100% yakni 36 siswa. Hal itu didukung oleh skor maksimal yang diperoleh siswa sebesar 46 dan skor minimalnya sebesar 35 dengan skor rata-rata 37,75.

4.1.2 Siklus 1

1. Tahap Perencanaan

Dalam tahap perencanaan tindakan siklus I di kelas IV SDN 1 Sedadi Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan. RPP dirancang untuk 2 kali pertemuan.

(4)

pembelajaran yang akan dibagikan dengan judul jenis batuan dan pelapukan (lampiran 1), kisi-kisi penilaian (lampiran 7), butir soal evaluasi (lampiran 6), dan rubrik penilaian kinerja (lampiran 5). Media gambar batuan (lampiran 2), dan gambar pelapukan (lampiran 3).

2. Implementasi Tindakan dan Observasi

Implementasi tindakan siklus 1 dilaksanakan pada tanggal 5 dan 12 Mei 2014, melalui kegiatan pembelajaran yang terbagi dalam dua kali pertemuan yaitu:

Pertemuan 1

Kegiatan awal dalam pembelajaran ini, siswa mengucapkan selamat pagi kepada guru, kemudian guru mengajak siswa untuk berdoa sesuai keyakinan masing-masing, guru mengabsensi siswa, setelah itu siswa menyimak tujuan pembelajaran yang akan di capai. Serta langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

Dalam kegiatan inti siswa membentuk kelompok dengan masing-masing kelompok beranggotakan 6 orang. Kemudian guru membagikan bacaan yang berisi materi pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran serta lembar kerja kelompok. Selanjutnya siswa diberi waktu membaca mandiri. Selanjutnya siswa menceritakan pengalamannya sesuai dengan perintah yang ada dalam lembar kerja kelompok yang berkaitan dengan batuan dengan teman sekelompoknya. Siswa menanggapi cerita teman sekelompoknya dengan memberikan pendapat. Pada saat itu pula guru melakukan penilaian proses dengan menggunakan rubrik penilaian kinerja siswa ketika siswa dapat menceritakan dan berpendapat. Dari hasil berbagi cerita dan saling berpendapat siswa dapat mengerjakan lembar kerja kelompok. Setelah selesai, per kelompok menyampaikan hasil diskusinya kepada kelompok lainnya (sharing).

(5)

Pertemuan 2

Kegiatan awal siswa mengucapkan selamat pagi kepada guru, kemudian siswa bersama-sama dengan guru berdoa sesuai dengan keyakinan masing masing. Kemudian guru mulai bertanya jawab kepada siswa mengungkap materi yang dipelajari pada pertemuan sebelumnya, setelah itu guru mulai memberikan penjelasan materi yang akan dipelajari kepada siswa. Siswa menyimak tujuan dan langkah-langkah pembelajaran yang akan dicapai pada pertemuan saat ini.

Kegiatan inti siswa duduk secara berkelompok sesuai dengan pertemuan sebelumnya. Kemudian siswa menceritakan sumber daya alam disekitar lingkungannya, siswa yang lain ada yang menanggapi dengan memberikan pendapatnya. Kemudian guru memberikan lembar kerja kelompok yang harus dikerjakan secara kelompok. Siswa mengerjakan tugasnya secara kelompok. Setelah itu secara bergantian setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya ke kelompok lain. Bersama guru, siswa menegaskan kembali tentang proses pelapukan dan contoh-contohnya.

Pada kegiatan penutup siswa mengerjakan tes formatif. Untuk mengakhiri proses pembelajaran guru mengajak siswa untuk berdoa menurut kepercayaan masing-masing.

Dalam implementasi tindakan, secara bersamaan dilakukan observasi terhadap langkah-langkah model kooperatif tipe NHT. Observer yang menjadi pengamat jalannya pembelajaran dari awal sampai akhir adalah peneliti. Lembar observasi implementasi tindakan model kooperatif tipe NHT terdri dari 23 butir. Dalam penelitian ini pengamatan dilaksanakan dengan menggunakan lembar observasi yang mengacu pada kegiatan guru pada saat melakukan pembelajaran. Hasil observasi akan dianalisis untuk memantau sejauh mana pengaruh upaya tindakan perbaikan terhadap tujuan pembelajaran yang diinginkan.

(6)

Tabel 4.2

Hasil Lembar Observasi Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Siklus I

No Uraian kegiatan guru dan siswa

Pertemuan

1 2 Ya Ya

1 Apakah guru memberi salam pembuka dan doa? √ √

2 Apakah guru memberikan apersepsi? √ √

3 Apakah guru memotivasi siswa? √ √

4 Apakah guru menyampaikan tujuan pembelajaran? √ √

5 Apakah guru menjelaskan tentang langkah-langkah pembelajaran NHT?

√ √

6 Apakah guru memberikan informasi tentang materi yang dipelajari?

√ √

7 Apakah guru membagi siswa dalam kelompok dan beranggotakan 3-5 orang secara heterogen?

√ √

8 Apakah setiap anggota kelompok dibagikan nomor? √ √

9 Apakah guru mengajukan pertanyaan berupa tugas atau LKS untuk dikerjakan di dalam kelompok?

√ √

10 Apakah siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu?

√ √

11 Apakah siswa meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban timnya?

√ √

12 Apakah guru memanggil salah satu nomor tertentu secara acak? √ √ 13 Apakah siswa yang dipanggil nomornya maju kedepan untuk

mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya?

√ √

14 Apakah kelompok yang lain menanggapi jawaban dari kelompok yang mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya?

√ √

15 Apakah siswa dapat menemukan jawaban yang utuh? √ √

16 Apakah siswa di bimbing guru membuat rangkuman? √ √

17 Apakah siswa bersama guru melakukan refleksi? √ √

18 Apakah guru mengamati hasil yang diperoleh masing-masing kelompok?

√ √

19 Apakah guru memberikan penghargaan bagi kelompok yang berhasil?

√ √

20 Apakah guru memberikan semangat bagi kelompok yang belum berhasil dengan baik?

√ √

21 Apakah guru memberikan tindak lanjut berupa pekerjaan rumah (PR)?

√ √

22 Apakah guru menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya?

√ √

23 Apakah siswa mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru sebagai proses penilaian pembelajaran?

√ √

3. Refleksi

(7)

kelas tentang hasil observasi implementasi tindakan. Sedangkan refleksi terhadap hasil belajar dilakukan berdasarkan hasil analisis statistik sederhana. Hasil di refleksi menunjukkan bahwa dalam pembelajaran pada siklus 1 dengan menggunakan model pembelajaran tipe NHT memiliki kelebihan sebagai berikut:

1. Ada peningkatan ketrampilan guru dalam menerapkan pembelajaran dengan model kooperatif tipe NHT.

2. Walaupun guru baru saja menerapkan pembelajaran IPA sudah nampak proses pembelajaran berjalan sesuai dengan RPP yang telah disiapkan. 3. Siswa terlibat secara langsung dalam pembelajaran IPA yang

menggunakan model kooperatif tipe NHT.

4. Siswa nampak melakukan setiap aktifitas dalam pembelajaran tematik dengan model kooperatif tipe NHT..

5. Siswa nampak antusias memperhatikan siswa yang sedang menyampaikan hasil diskusinya ke kelompok lain (sharing).

Di sisi lain, melalui pembelajaran masyarakat belajar dalam NHT pada siklus 1 menunjukkan ada beberapa kelemahan yaitu:

1. Dalam pembentukan kelompok memerlukan waktu yang agak lama, dan gaduh. Solusinya guru harus membantu proses pembentukan kelompok. 2. Setiap siswa belum ingin menceritakan pengalamannya yang dimilikinya

saat pelaksanaan model kooperatif tipe NHT, solusinya guru memberikan pancingan atau rangsangan kepada siswa.

3. Setiap siswa belum ingin menanggapi cerita teman tersebut dengan memberikan pendapat, siswa banyak terdiam dan pasif, solusinya guru memberikan pancingan atau rangsangan kepada siswa.

4. Pelaksanaan penilaian proses belum terlalu optimal, karena guru juga sibuk mendampingi pelaksanaan diskusi kelompok.

(8)

Tabel 4.3

Distribusi Hasil Belajar IPA Siklus 1 Skor Frekuensi Persentase (%)

65-74 9 25

75-84 22 61,11

≥85 5 13,89

Jumlah 36 100

Sumber: Data Primer

Tabel 4.3 distribusi hasil belajar IPA pada siklus 1 nampak bahwa besarnya skor maksimal yang dicapai oleh siswa berada pada antara skor ≥85 yakni 87,5, sedangkan skor minimal yang dicapai oleh siswa berada pada antara skor 65-74 yakni 70, adapun skor rata-rata mencapai 77,70. Siswa yang memperoleh skor pada interval antara 65-74, ada 9 siswa atau sebesar 25%. Siswa yang memperoleh skor pada interval 75-84 ada 22 siswa atau 61,11%. Siswa yang memperoleh skor pada interval ≥85 ada 5 siswa atau sebesar 13,89%. Distribuisi hasil belajar pada siklus 1 secara rinci dapat disajikan lebih jelas dengan grafik batang di bawah ini melalui gambar 4.3.

Sumber: Data Primer

Gambar 4.2

(9)

Gambar 4.2 tentang grafik batang distribusi hasil belajar IPA pada siklus 1. Nampak bahwa batang tertinggi diperoleh siswa sebanyak 22 dari 36 siswa yaitu sebesar 61,11% pada antara skor 75-84. Sedangkan batang yang terendah diperoleh siswa sebanyak 5 dari 36 siswa (13,89%) pada interval skor ≥85.

Hasil belajar juga dapat diketahui melalui besarnya ketuntasan belajar, untuk menentukan ketuntasan belajar ditentukan KKM sebesar ≥ 75. Secara rinci distribusi ketuntasan IPA pada siklus 1 siswa kelas IV SD Negeri 1 Sedadi Penawangan Grobogan dapat disajaikan melalui tabel 4.4.

Tabel 4.4

Distribusi Ketuntasan Belajar IPA Siklus 1

No Skor Kriteria Frekuensi Persentase (%)

1 ≥ 75 Tuntas 27 75

2 < 75 Tidak tuntas 9 25

Jumlah 36 100

Sumber: Data Primer

Tabel 4.4 distribusi ketuntasan belajar IPA pada siklus 1, nampak bahwa pada siklus 1 terdapat 9 siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar dengan KKM ≥75 atau sebesar 25% dan yang sudah tuntas dengan KKM ≥75 ada 27 siswa atau sebesar 75%. Ketuntasan belajar siswa juga dapat digambarkan dengan diagram lingkaran seperti disajikan melalui gambar 4.3.

75% 25%

Tuntas

Sumber: Data Primer

Gambar 4.3

(10)

Gambar 4.3 diagram lingkaran distribusi ketuntasan belajar IPA Siklus 1. Nampak bahwa ketidaktuntasan mencapai 25% ditunjukkan oleh warna merah dan ketuntasan mencapai 75% ditunjukan oleh warna biru pada gambar diagram lingkaran. Hasil belajar siswa pada siklus 1 diperoleh dari total 50% skor tes dan 50% skor non tes.

4.1.3 Diskripsi Pelaksanaan Siklus 2 1. Tahap Perencanaan

Dalam tahap perencanaan tindakan siklus II di kelas V SD Negeri 1 Sedadi Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan disusun perangkat pembelajaran IPA dengan materi tanah dan struktur bumi. RPP dirancang untuk 2 kali pertemuan.

Kompetensi dasar (KD) dalam pembelajaran IPA ini meliputi 7.2 Mengidentifikasi jenis-jenis tanah, 7.3 Mendeskripsikan struktur bumi. Perangkat pembelajaran yang disusun dalam RPP ini meliputi lembar observasi untuk mengamati pelaksanaan aktivitas-aktivitas selama proses pembelajaran IPA dengan menggunakan model kooperatif tipe NHT. Materi pembelajaran yang berjudul tanah dan struktur bumi (lampiran 1), kisi-kisi penilaian (lampiran 6), butir soal evaluasi (lampiran 5), dan rubrik penilaian kinerja (lampiran 4).

Lembar kerja kelompok (lampiran 2 dan 3) 2. Implementasi Tindakan dan Observasi

Implementasi tindakan siklus 2 dilaksanakan pada tanggal 22 dan 31 Mei 2014, melalui kegiatan pembelajaran yang terbagi dalam dua kali pertemuan.

Pertemuan 1

(11)

Dalam kegiatan inti siswa duduk dengan kelompok masing-masing sesuai pertemuan pada siklus 1. Guru bertanya jawab dengan siswa untuk memancing siswa, agar bercerita dengan teman satu kelompok.

“Siapa yang pernah ke pantai, gunung, sawah? Disana kalian menemukan tanah apa? Bagaimana ciri tanah tersebut?”

Siswa yang lain akan menanggapi dengan memberikan pendapat terhadap cerita temannya. Pada saat itu pula guru melakukan penilaian proses dengan menggunakan rubrik penilaian kinerja siswa ketika siswa dapat menceritakan dan berpendapat. Setelah itu, guru membagikan lembar kerja kelompok dan tanah, setiap kelompok mendapat satu jenis tanah saja. Secara kelompok siswa mengamati tanah dan mengidentifikasi ciri dan fungsi tanah. Siswa mengerjakan lembar kerja kelompok tersebut. Setelah selesai mengerjakan, setiap kelompok menyampaikan hasil diskusi mereka ke kelompok lain sehingga kelompok yang mendapatkan tanah yang jenisnya berbeda menuliskan ciri-ciri di lembar kerja kelompoknya.

Kegiatan penutup siswa bersama guru membuat kesimpulan tentang materi yang sudah dipelajari. Dan doa penutup.

Pertemuan 2

Kegiatan awal siswa mengucapkan selamat pagi kepada guru, kemudian siswa bersama guru berdoa sesuai dengan keyakinan masing-masing. Guru mengungkap kembali materi yang sudah disampaikan di pertemuan kemarin. Siswa menyimak tujuan dan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan saat ini.

(12)

“Tadi sudah tahu apa saja bahan penyusun tiap lapisan bumi, sekarang sebutkan contoh peristiwa dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan lapisan bumi? Contoh nya : Gunung berapi. “Coba ceritakan bagaimana proses terjadinya? Ada yang bisa menyebutkan contoh peristiwa lainnya?” Setelah itu siswa membentuk kelompok. Guru membagikan lembar kerja kelompok. Siswa secara berkelompok mengerjakan tugas tersebut. Setelah selesai mengerjakan, per kelompok menunjukkan hasil tugas kelompok mereka kepada kelompok yang lain.

Pada kegiatan penutup siswa mengerjakan tes formatif. Kemudian guru bersama siswa melakukan refleksi tentang proses pembelajaran IPA yang telah dilakukan. Untuk menutup proses pembelajaran guru mengajak siswa untuk berdoa menurut kepercayaan masing-masing.

Dalam implementasi tindakan, secara bersamaan dilakukan observasi terhadap langkah-langkah model kooperatif tipe NHT. Observer yang menjadi pengamat jalannya pembelajaran dari awal sampai akhir adalah peneliti. Lembar observasi implementasi tindakan model kooperatif tipe NHT terdri dari 23 butir. Dalam penelitian ini pengamatan dilaksanakan dengan menggunakan lembar observasi yang mengacu pada kegiatan guru pada saat melakukan pembelajaran.

(13)

Tabel 4.5

Hasil Lembar Observasi Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Siklus II

No Uraian kegiatan guru dan siswa

Pertemuan

1 2 Ya Ya

1 Apakah guru memberi salam pembuka dan doa? √ √

2 Apakah guru memberikan apersepsi? √ √

3 Apakah guru memotivasi siswa? √ √

4 Apakah guru menyampaikan tujuan pembelajaran? √ √

5 Apakah guru menjelaskan tentang langkah-langkah pembelajaran NHT?

√ √

6 Apakah guru memberikan informasi tentang materi yang dipelajari?

√ √

7 Apakah guru membagi siswa dalam kelompok dan beranggotakan 3-5 orang secara heterogen?

√ √

8 Apakah setiap anggota kelompok dibagikan nomor? √ √

9 Apakah guru mengajukan pertanyaan berupa tugas atau LKS untuk dikerjakan di dalam kelompok?

√ √

10 Apakah siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu?

√ √

11 Apakah siswa meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban timnya?

√ √

12 Apakah guru memanggil salah satu nomor tertentu secara acak? √ √ 13 Apakah siswa yang dipanggil nomornya maju kedepan untuk

mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya?

√ √

14 Apakah kelompok yang lain menanggapi jawaban dari kelompok yang mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya?

√ √

15 Apakah siswa dapat menemukan jawaban yang utuh? √ √

16 Apakah siswa di bimbing guru membuat rangkuman? √ √

17 Apakah siswa bersama guru melakukan refleksi? √ √

18 Apakah guru mengamati hasil yang diperoleh masing-masing kelompok?

√ √

19 Apakah guru memberikan penghargaan bagi kelompok yang berhasil?

√ √

20 Apakah guru memberikan semangat bagi kelompok yang belum berhasil dengan baik?

√ √

21 Apakah guru memberikan tindak lanjut berupa pekerjaan rumah (PR)?

√ √

22 Apakah guru menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya?

√ √

23 Apakah siswa mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru sebagai proses penilaian pembelajaran?

√ √

3. Refleksi

(14)

guru kelas tentang hasil observasi implementasi tindakan. Sedangkan refleksi terhadap hasil belajar dilakukan berdasarkan hasil analisis statistik sederhana. Hasil di refleksi menunjukkan bahwa dalam pembelajaran IPA pada siklus 2 dengan menggunakan model masyarakat belajar memiliki kelebihan sebagai berikut:

1. Guru sudah bisa merangsang siswa untuk berbagi pengalaman dengan strategi yang dilakukan.

2. Guru sudah bisa merangsang siswa untuk berpendapat menunjukan bahwa keberanian siswa sudah tumbuh, meskipun belum maksimal 3. Proses pembelajaran sudah sesuai dengan rancangan yang telah di

rencanakan.

4. Siswa lebih tertarik pada pembelajaran dengan menggunakan model masyarakat belajar.

5. Kegiatan pembelajaran nampak lebih hidup. Karena guru tidak mendominasi pembelajaran secara keseluruhan.

Di sisi lain pelaksanaan pembelajaran IPA pada siklus 2 ada beberapa kelemahan yaitu:

1. Siswa masih belum bisa tenang ketika guru memberikan bimbingan. 2. Guru kurang bisa memenejemen waktu, terbukti waktu yang

dialokasikan dalam pembelajaran masih kurang.

Hasil belajar IPA siklus 2 secara rinci dapat disajikan melalui tabel 4.6. Tabel 4.6

Distribusi Hasil Belajar IPA Siklus 2 Skor Frekuensi Persentase (%)

75-84 10 27,78

≥85 26 72,22

Jumlah 36 100

Sumber: Data Primer

(15)

adapun rata-rata skor mencapai 85,49. Siswa yang memperoleh skor pada interval 75-84 ada 10 dari 36 siswa atau 27,78%. Siswa yang memperoleh skor pada interval ≥85 ada 26 dari 36 siswa atau 72,22%. Distribuisi skor hasil belajar juga dapat disajikan lebih jelas dengan menggunakan grafik batang di bawah ini melalui gambar 4.6.

Sumber: Data Primer

Gambar 4.4

Grafik Batang Distribusi Hasil Belajar IPA Siklus 2

Gambar 4.6 tentang grafik batang distribusi hasil belajar IPA pada siklus 2. Nampak bahwa batang tertinggi diperoleh siswa sebanyak 26 dari 36 siswa 72,22% pada interval skor ≥85. Sedangkan batang yang terendah jumlahnya diperoleh sebanyak 10 dari 36 siswa 22,78% pada interval skor 75-84.

(16)

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil belajar siswa di kelas V SD Negeri 1 Sedadi Penawangan Grobogan pada pra siklus menunjukkan bahwa belum ada satupun dari 36 siswa yang dapat mencapai ketuntasan belajar dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) ≥ 75. Hal itu nampak pada skor maksimal yang dicapai siswa baru mencapai 46 dan skor minimal mencapai 35 dengan rata-rata skor baru mencapai 37,75. Keadaan ini dikarenakan hasil belajar di kelas IV baru diukur dari tes tertulis saja sedangkan unjuk kerja siswa tidak diukur. Menurut Permendikbud Nomor 65 tahun 2013 Tentang Standar proses pendidikan dasar dan Menengah menyatakan bahwa sasaran pembelajaran mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan. Dalam proses pembelajaran ini tidak hanya ranah kognitif siswa yang akan dinilai namun sikap dan keterampilan siswa juga perlu dinilai. Pendapat lain dikemukakan oleh Krathwohl, Bloom dan Masia (Suprihatiningrum, 2013: 38) membedakan hasil belajar menjadi tiga aspek, yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.

(17)

dapat menggunakan teknik tes dan non tes. Tes adalah alat ukur indikator atau kompetensi tertentu untuk pemberian angka yang jelas dan spesifik, sehingga hasilnya relatif ajeg bila dilakukan dalam kondisi yang relatif sama (Wardani Naniek Sulistya 2012: 142). Teknik non tes berisi tentang pertanyaan atau pernyataan yang tidak memiliki jawaban benar atau salah. Instrumen non tes dapat berbentuk kuesioner atau inventori (Wardani Naniek Sulistya, dkk 2012:73). Namun pada kenyataannya pada kondisi pra siklus guru baru menilai hasil belajar siswa melalui tes saja, sedangkan unjuk kerja siswa tidak di nilai sebagai hasil belajar. Hal itu menunjukkan bahwa guru baru mengukur dari kognitifnya (intelektual) saja, sedangkan afektif (sikap) dan psikomotor (ketrampilan) belum diukur sebagai penilaian hasil belajar.

Asesmen pada semua siklus dilakukan dengan tes dan unjuk kerja yang di analisis menggunakan statistik sederhana melalui penjumlahan dan presentase. Siswa dianggap sudah tuntas apabila siswa mampu mencapai KKM ≥ 75, dan jika siswa tidak mampu mencapai KKM ≥75 maka dianggap tidak tuntas.

Berdasarkan hasil penelitian, kegiatan pembelajaran di kelas IV SD Negeri 1 Sedadi Penawangan Grobogan nampak bahwa ada peningkatan hasil belajar siswa setelah diadakan pembelajaran dengan menggunakana model kooperatif tipe NHT. Pada kondisi pra siklus besarnya skor rata-rata 37,75, pada siklus 1 skor rata-rata meningkat menjadi 77,70 dengan skor tertinggi 87,5 dan skor terendah 70. Berarti pembelajaran telah berhasil dengan tingkat keberhasilan 75% dari jumlah seluruh siswa sebanyak 36 siswa, dan pada siklus 1 ini hasil belajar siswa sudah mengalami peningkatan meskipun masih ada beberapa siswa yang belum tuntas sebanyak 25%. Karena ketuntasan yang diharapakan belun mencapai target keberhasilan yang diharapkan yaitu sebesar 80% dari seluruh siswa sehingga perlu diadakan tindakan pada siklus 2.

(18)

pembelajaran tipe NHT, solusinya guru memberikan pancingan atau rangsangan kepada siswa, setiap siswa belum ingin menanggapi cerita teman tersebut dengan memberikan pendapat, siswa banyak terdiam dan pasif, solusinya guru memberikan pancingan atau rangsangan kepada siswa, pelaksanaan penilaian proses belum terlalu optimal, karena guru juga sibuk mendampingi pelaksanaan diskusi kelompok, siswa masih belum bisa tenang ketika guru memberikan bimbingan.

Berdasarkan hasil belajar pada siklus 1 nampak bahwa sudah ada peningkatan ketuntasan hasil belajar yang cukup signifikan. Namun karena tingkat ketuntasan hasil belajar belum mencapai tingkat keberhasilan yang sudah ditetapkan yaitu 75%. Maka diadakan perbaikan pada siklus 2 dengan melakukan perbaikan atas semua kekurangan yang ada di siklus 1.

(19)

Tabel 4.7

Perbandingan Peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus 1, dan Siklus 2

Sumber: Data Primer

Perbandingan Peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar IPA Pra Siklus, Siklus 1, dan Siklus 2.

Berdasar tabel xx, nampak bahwa pada pada pra siklus belum ada siswa dari 36 siswa yang memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu ≥75. Pada siklus 1 terdapat 27 dari 36 siswa yang tuntas (75%) sedangkan siswa yang tidak tuntas ada 9 dari 36 siswa (25%). Sedangkan pada siklus 2 siswa yang tuntas ada 36 dari 36 siswa (100%) sedangkan yang tidak tuntas ada 0 dari 36 siswa (0%) atau tuntas semua. Perbandingan persentase ketuntasan hasil belajar pra siklus dengan siklus 1, dan siklus 2 lebih jelas dapat disajikan dengan menggunakan grafik linier di bawah ini melalui gambar.

0%

(20)

Gambar 4.6 Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus 1, dan Siklus 2 nampak ada peningkatan ketuntasan belajar siswa yang cukup signifikan. Nampak pada pra siklus persentase ketuntasannya masih 0%. Sedangkan pada siklus 1 persentase ketuntasan hasil belajar meningkat menjadi 75%. Di siklus 2 persentase hasil belajar juga mengalami peningkatan menjadi 100%. Ini menunjukkan model pembelajaran NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 1 Sedadi Penawangan Grobogan. Selain persentese ketuntasan belajar peningkatan juga terjadi pada skor maksimal, skor minimal dan rata-rata skor pada siklus 1, dan siklus 2 jika di bandingkan dengan pra siklus. Distribusi perbandingan peningkatan skor masimal, skor minimal dan rata-rata skor pada pra siklus, siklus 1, dan siklus 2 lebih jelas dapat disajikan dengan menggunakan tabel dibawah ini

Tabel 4.8

Distribusi Perbandingan Peningkatan Skor Maksimal, Skor Minimal, dan Rata-rata Skor Pada Pra Siklus, Siklus 1, dan Siklus 2

Peningkatan Skor Pra siklus Siklus 1 Siklus 2

Skor Maksimal 46 87,5 95

Skor Minimal 35 70 77,5

Rata-rata skor 37,75 77,70 85,49

Sumber: Data Primer

(21)

peningkatan yang signifikan. Peningkatan juga terjadi pada skor rata-rata yang diperoleh siswa jika dibandingkan antara pra siklus, siklus 1, dan siklus 2. Skor rata-rata yang diperoleh dalam pra siklus baru mencapai 37,75 sedangkan skor rata-rata yang diperoleh pada siklus 1 menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan, dimana pada siklus 1 skor rata-rata sudah mencapai 77,70. Pada siklus 2 juga terjadia peningkatan skor rata-rata sebesar 85,49. Peningkatan skor masimal, skor minimal dan rata-rata skor pada pra siklus, siklus 1, dan siklus 2 lebih jelas dapat disajikan dengan menggunakan gambar 4.7 di bawah ini.

Sumber: Data Primer

Gambar 4.6

Perbandingan Skor Maksimal, Skor Minimal dan Rata-rata Skor Pada Pra Siklus, Siklus 1, dan Siklus 2

(22)

Di sisi lain peningkatan skor juga terjadi pada skor minimal yang di peroleh siswa. Di pra siklus skor minimal yang diperoleh sebesar 35 sedangkan pada siklus 1 skor minimal yang diperoleh siswa sebesar 70. Berdasarkan data tersebut menujukkan adanya peningkatan skor minimal pada siklus 1 sebanyak 34. Peningkatan juga terjadi di siklus 2, skor minimal yang diperoleh siswa sebesar 77,5. Berdasarkan data tersebut menujukkan adanya peningkatan skor minimal pada siklus 2 bila dibandingkan dengan pra siklus dengan peningkatan sebanyak 7,5. Apabila dibandingkan dengan skor minimal yang diperoleh siswa skor minimal yang diperoleh sampai dengan siklus 2 ini menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan.

Selain itu nampak pula peningkatan skor rata-rata yang diperoleh siswa jika dibandingkan antara pra siklus, siklus 1, dan siklus 2. Skor rata-rata yang diperoleh dalam pra siklus baru mencapai 37,75 sedangkan skor rata-rata yang diperoleh pada siklus 1 menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan, dimana pada siklus 1 skor rata-rata sudah mencapai 77,70. Hal itu menunjukkan adanya peningkatan skor rata-rata pada siklus 1 sebanyak 39,95. Pada siklus 2 juga terjadia peningkatan skor rata-rata sebesar 85,49. Hal itu menunjukkan adanya peningkatan skor rata-rata pada siklus 2 sebanyak 7,79.

Berdasarkan data yang ada menunjukkan adanya peningkatan skor minimal, skor maksimal, dan skor rata-rata pada siklus 1, dan siklus 2 bila dibandingkan dengan pra siklus. Dalam penelitian ini hipotesis tindakan terbukti bahwa apabila pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran tipe NHT maka hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 1 Sedadi Penawangan Grobogan Semester II Tahun 2013/2014 meningkat.

Berdasarkan uraian pembahasan tersebut maka dapat dipaparkan implikasi teoritis dan implikasi praktis:

1. Implikasi Teoritis

(23)

2. Implikasi Praktis

a. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat melibatkan siswa secara aktif, membangun pengetahuaannya sendiri dan memiliki daya serap yang baik dalam pembelajaran IPA kelas IV.

Gambar

Tabel 4.1
Gambar 4.1 Grafik Batang Distribusi Hasil Belajar IPA Pra Siklus
Tabel 4.2 Hasil Lembar Observasi Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Siklus I
Tabel 4.3 distribusi hasil belajar IPA pada siklus 1 nampak bahwa besarnya
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada dasarnya, tujuan suatu sistem informasi berbasis komputer adalah untuk membantu manajemen dalam menyelesaikan masalah manajerial atau organisasi secara lebih cepat dan

PENGARUH KEPERCAYAAN MEREK DAN CITRA MEREK TERHADAP NIAT BELI SEPATU NIKE DI SURABAYA.. Disusun

Batasan penelitian bertujuan untuk membatasi ruang lingkup penelitian agar pembahasan penelitian lebih fokus kepada suatu permasalahan. Berikut ini adalah beberapa

pH optimum dari enzim amylase misalnya dapat diperoleh dengan menentukan jumlah milligram gula yang terbentuk dari beberapa reaksi yang menggunakan

diambil- Selain itu pendanaan yang bersumber dari urang dapat mengurangi konflik antara manajer dengan pemegang saham (Crutchley and Hansen, 1989), hal ini dapat

Namun dengan tercapainya pamudharan, yang memungkinkan orang untuk melepaskan diri dari kehidupan dunia kebendaan, orang itu juga tidak terbebas dari

Penelitian ini merupakan pemodelan geologi bawah permukaan menggunakan data gayaberat pada Lembar Tanjungkarang untuk menentukan batas-batas formasi batuan dan endapan granit

Siswa menunjukkan pemahaman yang baik tentang konsep tata bahasa, tetapi kalimat tidak memiliki kejelasan dan penguasaan tenses. Siswa menunjukkan pemahaman dan