Adolf Hitler “Si Pencipta Neraka dari Jerman: Awal Perang Dunia II” Eropa merupakan benua yang dipenuhi segudang ilmuwan dan cendekiawan
yang mempelopori lahirnya suatu ideologi-ideologi baru yang cukup berdampak bagi
dunia. Benua tersebut memiliki banyak negara bagian di dalamnya. Masing-masing
negara memiliki tokoh dan kisah sejarah yang unik, salah satunya adalah Jerman.
Kekalahan Jerman pada Perang Dunia I dan ketidakhadiran Jerman saat penyusunan
perjanjian damai bagi seluruh negara yang terlibat perang dunia atau Perjanjian
Versailles pada tanggal 28 Juni 1919 menjadi pertanyaan besar. (Hynson, 2007)
Mengapa Jerman tidak hadir?
Smith (2009) menyatakan bahwa Perjanjian Versailles berisi deklarasi yang
menyatakan bahwa pemerintahan Jerman bertanggung jawab tunggal atas terjadinya
Perang Dunia I. Jerman dihukum atas keterlibatannya sehingga Jerman harus membayar
kompensasi yang sangat besar kepada Sekutu, mengurangi wilayah kekuasaannya,
memindahkan sebanyak tujuh juta penduduk Jerman dari daerah kekuasaannya,
menyerahkan koloninya di luar negeri, dan mengurangi pasukan tentaranya menjadi
100.000 orang.
Jerman menganggap bahwa perjanjian tersebut tidak adil dan tidak dapat
dipertahankan. Salah satu akibat dari perjanjian tersebut, perekonomian Jerman
dihantam hiperinflasi pada tahun 1920-an. Hiperinflasi adalah inflasi sangat cepat yang
menyebabkan nilai mata uang turun sangat cepat. Uang kertas sejuta mark (setara
dengan 7.327.412.112 rupiah saat ini) yang dikeluarkan Jerman pada tahun 1920 hampir
tidak memiliki nilai sehingga penduduk Jerman membutuhkan uang dalam jumlah yang
Pada tahun 1929 sampai 1939 terjadi depresi besar-besaran di Eropa dan
Amerika Utara. Namun, dibalik kegelisahan dan depresi masyarakat yang terus
meningkat tetap ada dampak positif yang muncul yaitu rasa nasionalisme tumbuh di
masing-masing negara khususnya Jerman. (Oktorino, 2011) Manusia sering berpikir
bahwa penderitaan atau tekanan yang dialami dalam menjalani kehidupan adalah
sesuatu yang bersifat negatif dan harus dihindari. Namun bagaimanakah respons
seorang pengikut Kristus menghadapi suatu penderitaan? Jika penduduk Eropa dan
Amerika Utara saja mampu bangkit di dalam penderita mereka maka seorang pengikut
Kristus tetaplah bertekun di dalam doa dan berpengharapan di dalam Tuhan karena Roh
Kudus pasti akan menolong, menghibur, dan menguatkan.
Jerman yang beribu kota di Berlin dikenal sebagai pusat budaya Eropa dan salah
satu kota paling terbuka dan toleren di dunia pada tahun 1933 berubah total, ketika
seorang laki-laki bernama Adolf Hilter mempromosikan paham fasisme ke dalam
negara tersebut. (Hynson, 2007) Surat kabar online tempo.co menuliskan bahwa Adolf
Hilter lahir di Austria pada tanggal 20 April 1889. Ayahnya bernama Alois Hilter,
bekerja sebagai petugas bea cukai dan ibunya bernama Klara. Pada tahun 1914, ketika
Jerman mamasuki kancah Perang Dunia I, Hitler memutuskan bergabung dengan
ketentaraan Bavaria dan dianugerahi Iron Cross. Ia menjadi pemimpin Partai
Nationalsozialistische Deutsche Arbeiterpartei (NSDAP) atau dikenal dengan Partai
Nazi.
Pemilihan presiden yang dimenangkan oleh Hindenberg dengan Adolf Hilter
menempati posisi kedua menjadikan banyak pengikut Hitler di dalam Parlemen Jerman
(Reichstag) melakukan intimidasi dan kekerasan. Maka Hindenberg menunjuk Hitler
memanfaatkan kepahitan dari Veteran Jerman, dan kematian Hindenberg di bulan
Agustus, Hitler secara hukum pada tanggal 30 Januari 1993 meraih kekuasaan absolut
di Jerman dan membentuk pemerintahan satu partai. Hitler bersama angkatan
bersenjatanya bernyanyi “Horst Wessel Lied”, ia menjadi “The Fuhrer” dan para
pendukungnya bangkit dan bersorak “Heil Hilter!”. (Smith, 2009) Dalam setiap
pidatonya Hitler selalu menyampikan slogan nasionalisnya yaitu “Sebelum kita Jerman
terbaring. Bersama, kita gemparkan Jerman. Di belakang kita, semua Jerman akan
mengikuti”. Ini merupakan inti paham fasisme. Melalui teknik propaganda Nazi dan ide
menjadikan Jerman yang kuat, Hitler mendapat dukungan rakyat secara penuh.
(Hynson, 2007)
Fasisme adalah suatu gerakan radikal ideologi nasionalis otoriter politik yang
mengedepankan bangsa sendiri dan memandang bahwa negara lain rendah. Secara tegas
kekristenan tidak membenarkan paham ini. Prinsip mengedepankan bangsa sendiri
merupakan suatu tidakan yang tidak menunjukkan kasih. Yesus berkata, “Dan hukum
yang kedua, yang sama dengan itu ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu
sendiri” (Matius 22: 39) dan “Lakukanlah segala pekerjaanmu dalam kasih!” (1 Kor. 16:
14). Sedangkan prinsip memandang rendah negara lain menunjukkan dosa
kesombongan diri dan secara tersirat menghina Allah sebagai Pencipta. Setiap manusia
memiliki nilai dan martabat yang sama dihadapan Allah. Semua manusia baik dari
Afrika, Eropa, Asia dicipta menurut gambar dan rupa-Nya yang mulia, berharga, dan
sempurna. Sehingga tidak ada satu pun manusia yang layak merampas, menghina
bahkan mengambil nyawa sesamanya.
Dalam buku Hitler yaitu “Mein Kampf” atau “Perjuanganku”, ia dengan jelas
disebabkan oleh Perjanjian Versailles, menjadikan Jerman sebagai “Kekuatan dunia”.
Bagi Hitler, Yahudi adalah penyebab perang dunia, kekalahan besar Jerman, inflasi, dan
pengangguran. (Zacharias, 2006) Sehingga pada perang berikutnya merupakan perang
terhadap Yahudi. Mereka akan dikirim ke Dachar, kamp konsentrasi pertama yaitu
tempat memenjarakan orang-orang anti-Nazi, komunis, sosial-demokrat, dan semua
yang menentang rezim Nazi. Undang-undang Nuremberg 1935 mencabut
kewarganegaraan Jerman bagi warga Yahudi dan melarang mereka menikah dengan
warga bukan Yahudi. Banyak orang Yahudi dipaksa tinggal di ghetto (pemukiman
kumuh) dan mengenakan bintang kuning sebagai tanda bahwa mereka orang Yahudi.
(Smith, 2009)
Pada tahun 1936 pasukan Jerman memasuki Rhinneland yaitu wilayah Jerman
yang telah didemiliterisasi setelah berakhirnya Perang Dunia I. Jerman kemudian
membentuk sekutu dengan fasis Italia dan penguasa militer Jepang. Pada tahun 1938
Jerman berhasil menduduki Austria dan Sudetenland selanjutnya tahun 1939 Jerman
berhasil menduduki Cekoslowakia dan Polandia. Namun Invasi Jerman atas Polondia
pada 1 September 1939 akhirnya mendorong Inggris dan Perancis mengumumkan
perang atas Jerman. Inilah awal Perang Dunia II. Di London Perdana Menteri Winston
Chuchill menyatakan, “Tidak diragukan lagi kekalahan Belanda, Belgia, Polondia,
Cekoslowakia, dan Austria akan ditentukan oleh kemenangan Inggris dan Perancis.”
Namun pada akhirnya Perancis berhasil diruntuhkan. 3.000 prajurit Afrikan dan perwira
pasukan Perancis dibunuh. (Jordan, 2015)
Setelah tujuh tahun doktrinasi paham fasisme oleh Nazi, rasisme juga
ditanamkan pada prajurit dan rakyat Jerman. Pada 19 September 1941 Jerman berhasil
rendah”. (Oktorino, 2011) Hitler membiarkan mereka mati kelaparan. Di lokasi lainnya
yaitu Ukrania kedatangan Marsekal Goring dan Alfred Rosenberg, mereka menjadikan
rakyat Ukrania sebagai budak dan melaksanakan pelenyapan orang Yahudi. (Jordan,
2015)
Himller dan Heydrick mendirikan tim eksekusi “Einsatzgrupen” yang terdiri
dari SS dan tentara Jerman. Mereka mengumpulkan dan memerintah orang Yahudi
menggalih kuburan dalam ukuran besar lalu membuat korban berbaris di dalamnya
kemudian tentara Jerman akan menembaki mereka. Hitler masih kurang puas. SS pun
menyiapkan sebuah jurang yaitu Babi Yar dekat Kiev. Di sana 33.771 Yahudi tanpa
pakaian dieksekusi dalam dua hari baik laki-laki, perempuan, dan anak-anak. (Jessup,
2006) Ini merupakan gambaran neraka dunia yang diciptakan oleh manusia bernama
Adolf Hilter.
Profesi seorang guru Kristen memiliki kesamaan dengan Adolf Hilter yaitu
seorang “The Fuhrer” atau pemimpin di dalam kelas. Guru dipercayai, ditiru, dan
digugu oleh siswa-siswanya. Lalu apa bedanya? Guru Kristen adalah seorang guru yang
telah lahir baru dan mengasihi Kristus di dalam kehidupannya. Ia membawa setiap
siswa pada pengenalan akan Kristus yang adalah kasih. Di setiap kegiatan belajar
mengajar guru Kristen akan mengusahkan tercapainya sikap saling mengasihi,
menolong, menghargai, dan menghormati tanpa menurunkan kualitas konten yang
diajarkan. Contohnya, Guru membagi siswa di dalam dua kelompok. Kedua kelompok
akan berlomba menjawab pertanyaan. Pertanyaan akan dijawab oleh kelompok yang
pertama sekali mengambil spidol di meja guru. Kelompok yang kalah akan menerima
hukuman dari kelompok yang menang. Pada perlombaan merebut spidol akan terlihat
dan melukai atau tidak. Pada saat pemberian hukuman akan terlihat apakah kelompok
yang menang menganggap rendah kelompok kalah dengan menertawakan dan
Referensi Sumber buku:
Hynson, C. (2007). Kisah yang terlewatkan: Perang dunia II. Elex Media Komputindo: Jakarta.
Jessup, P.C. (2006). The birth of natios: Sejarah kelahiran negara-negara pasca perang dunia II. Center for Information Analysis: Yogyakarta.
Jordan, D. (2015). Kronologi perang dunia II. Elex Media Komputindo: Jakarta. Oktorino, N. (2011). Di bawah bayangan swastika. Gaco Books: Jakarta.
Smith, M. (2009). Ensiklopedia sejarah dan budaya sejarah dunia. Lentera Abadi: Jakarta.
Weeks, W. (2014). Heads up psychology. Dorling Kindersley Limited: London.