• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tantangan ICRC Sebagai Institusi Humanit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Tantangan ICRC Sebagai Institusi Humanit"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

Nama : Kuntara Ajie Pratama

NIM : 1701349914

Kelas : LC66

“Tantangan ICRC Sebagai Institusi Humaniter: Perang Iraq-Iran 1980-1988”

ICRC (International Committee of the Red Cross) sebagai sebuah institusi humaniter merupakan institusi internasional yang bertugas untuk menolong dan mengawasi korban serta tawanan perang. ICRC dibentuk pada tahun 1863 atas inisisasi dari Henry Dunant di Geneva, Swiss. Meskipun ICRC merupakan institusi humaniter yang bersifat netral, akan tetapi ICRC sering mendapatkan tantangan seperti kesulitan untuk melakukan pengawasan terhadap tahanan perang dan membantu korban perang di zona berbahaya. ICRC merupakan salah satu enfrocement dalam Hukum Internasional, namun mengapa ICRC masih sulit untuk menjalankan misi mereka? Dalam kasus perang Iraq-Iran ini ICRC memiliki peran yang besar dalam mengawasi para korban perang dan tahanan perang, namun bagaimana tantangan terhadap ICRC dapat dilewati?

Perang Iraq-Iran itu sendiri dimulai pada tahun 1980 dan berlangsung cukup lama yang berakhir pada tahun 1988, dimana hubungan diplomatik kedua negara tersebut memburuk semenjak kekaisaran Shah Iran mengalami revolusi menjadi negara Islam Iran dibawah kepemimpinan Ruhollah Khomeini pada tahun 1979. Kemudian terjadi sengketa wilayah di sungai Shatt Al-Arab dan kedua belah pihak bersikeras untuk menguasi wilayah tersebut.1 Selain sengketa wilayah, pergerakan revolusioner Islamis Iran dan Arab Nasionalisme Iraq juga menjadi penyebab perang Iraq-Iran, pada akhirnya perangpun terjadi pada 22 September 1980 ditandai dengan serangan Iraq ke Iran.2 ICRC sebagai institusi humaniter langsung memberikan respon dengan mengirim para relawan dang pengawas tahanan perang untuk melakukan monitoring terhadap tahanan perang tersebut dan juga korban perang, baik yang terluka maupun yang tewas.

ICRC berhak untuk mengirim delegasinya untuk melakukan pengawasan terhadap perang ini hanya berselang empat hari dari serangan pertama yang diluncurkan oleh Iraq atas

1 Daniel Palmieri, Crossing the desert the ICRC in Iraq: analysis of a humanitarian operation, International

Review of the Red Cross (Maret 2008) p.142

(2)

perintah Saddam Hussein, yaitu pada 28 September 1980 dan pada 28 September 1980, ICRC mengirimkan delegasinya ke Baghdad, Iraq.3 Kemudian ICRC berhak untuk mengirimkan delegasinya ke Iran satu bulan setelahnya pada 21 Oktober 1980 dan mengirimkan delegasinya pada tanggal 22 Oktober 1980, selain itu misi ICRC pada perang Iraq-Iran memberikan kesempatan bagi mereka untuk melakukan pengawasan terhadap para staff kedutaan besar AS di Iran yang sedang ditawan oleh pemerintahan Khomeini.4 Peran ICRC sangat penting untuk menghitung berapa banyak tahanan perang selama perang tersebut berlangsung dan juga ICRC melakukan perawatan terhadap korban luka-luka serta membantu menyediakan fasilitas yang layak bagi korban tewas seperti ambulan dan peti mati.

Selain peran konvensional ICRC dalam menolong korban perang di darat, ICRC juga pernah ditugaskan oleh PBB untuk melakukan evakuasi terhadap beberapa kapal pedagang di sungai Shatt Al-Arab, dimana sungai tersebut merupakan zona berbahaya pada saat itu. ICRC memberikan saran kepada Iraq-Iran untuk melakukan genjatan senjata untuk menjamin keselamatan para penumpang di kapal-kapal tersebut. Pada akhirnya para penumpang tersebut berhasil dievakuasi.5 Sebenarnya peran ICRC dalam peperangan di wilayah perairan sudah diatur dalam Geneva Convention 1949, dimana ICRC berhak untuk melakukan misi humaniternya di wilayah perairan selain misi di darat. Namun kasus kapal pedagang di sungai Shatt Al-Arab ini merupakan contoh yang jarang ditemukan dalam misi ICRC dalam konflik di perairan.

ICRC tidak semata-mata mendapatkan hak atau otoritas untuk mengawasi serta membantu para korban perang, walaupun hak bagi ICRC untuk melakukan perawatan terhadap korban perang sudah diatur dalam article 3, Geneva Convention 1949 yang menjelaskan bahwa ICRC berhak untuk merawat korban perang di darat maupun laut, merawat tahanan perang, dan melindungi warga sipil selama perang berlangsung.6 hal ini yang menjadi tantangan bagi ICRC. Seperti pada kasus ICRC di Khorram Shahr yang merupakan area okupasi Iraq, awalnya ICRC mendapatkan hak untuk mengirimkan delegasi

3 Annual Report 1980, International Committee of the Red Cross, p.21

4 Loc.cit

5 Ibid, p.47

6 Philip Spoerri, The Geneva Conventions of 1949: origins and current significance, ICRC Resource Center (12

Agustus 2009) https://www.icrc.org/eng/resources/documents/statement/geneva-conventions-statement-120809.htm diakses 24 Juni 2015

Commented [K1]: Ships blocked on the Shatt al Arab In October 1980 the ICRC had been approached by the Iraqi authorities, which requested its assistance to evacuate the numerous merchant ships blocked on the Shatt al Arab after the outbreak of hostilities.

The ICRC then made an attempt to negotiate a ceasefire out of concern for the crews. When all of them had finally been* evacuated by other means, the ICRC considered that the removal of the ships did not lie within its competence; besides, almost all the vessels had managed to leave the dangerous area. At the beginning of 1981, representatives of the United Nations asked the ICRC to intervene, because the use of the Red Cross emblem had been envisaged in the negotiations between the United Nations and the parties involved in the conflict. In a memorandum to the parties concerned, the ICRC explained its position and the condi- tions on which it might lend its support for such an opera- tion. At the end of the year, however, the problem had still not been solved.

(3)

dan bantuannya pada Desember 1980, kemudian pada April 1981 hak ICRC dicabut padahal perang masih terus berlangsung,7

Selama 8 tahun, sejak 1980 sampai 1988, ICRC melakukan monitoring dan perawatan terhadap tahanan perang. ICRC mengalami tantangan yang berat di tugas ini, yaitu ICRC tidak dapat memastikan jumlah tahanan perang secara pasti karena antara Iraq serta Iran menolak untuk mencatat nama para tahanan perang untuk didata, pada akhirnya ICRC yang melakukan pendataan terhadap para tahanan perang walaupun akses ICRC dibatasi dan tidak semua tahanan perang terdata, selama 8 tahun perang Iraq-Iran tersebut berlangsung diperkirakan tahanan perang dari kedua belah pihak berjumlah 100.000 orang, dari pihak Iran sebanyak 70.000 tahanan dan Iraq sebanyak 35.000 tahanan.8

Kemudian untuk masalah tahanan perang walaupun perang sudah selesai melalui genjatan senjata tahun 1988 masih mengalami masalah, dimana lebih dari 1.000 orang hilang masih hilang dan tidak tercatat dalam ICRC. Selain itu pertukaran dan pemulangan tahanan perang antara Iraq-Iran paska perang juga berlangsung alot walaupun kedua belah pihak tetap mematuhi Third Geneva Convention mengenai tahanan perang, dimana dalam article 108 menjelaskan bahwa tahanan perang yang sakit atau terluka wajib dipulangkan tanpa perlu menunggu musuh untuk melakukan permohonan, dan bagi tahanan perang yang tidak terluka dapat dipulangkan jika pihak musuh mengajukan permohonan yang dibahas dalam article 119.9

Dapat disimpulkan bahwa misi ICRC sebagai institusi humaniter yang merupakan International Humanitarian Law tidak selalu berjalan mulus. Mereka harus menghadapi regulasi-regulasi yang ada di negara yang mereka tuju ditambah Iran saat perang Iraq-Iran baru saja mengalami revolusi dan menahan staff kedutaan AS, sehingga tidak mudah bagi ICRC untuk dapat menyesuaikan dengan kondisi di Iran. Walaupun sudah ada landasan hukum yang tercatat dalam Geneva Convention, akan tetapi kedaulatan negara-negara tetap menjadi prioritas, sehingga ICRC harus dapat beradaptasi dengan kondisi di negara tujuannya.

7 Annual Report 1980, Op.cit,. p.47

8 John Quigley, Repatriation of POWS, Iran and Iraq and the Obligations to Release and Repatriate Prisoners of War After the Close of Hostilities, American University International Law Review (1989), p.77

(4)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil berikutnya menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan secara parsial antara variabel kompensasi finansial, kepemimpinan partisipatif dan

Serta permasalahan lain yang ditunjukkan dengan adanya ketidaksesuaian antara teori dengan data empiris dan adanya research gap mengenai faktor-faktor yang

Jenis lensa ini (lihat gambar 6) dapat menghasilkan fitur wajah dalam prespektif alami, dan subjek foto berada pada jarak yang nyaman dari kamera. Dinamakan

Agar para mahasiswa dapat mengembangkan semua potensi, kecakapan dan karakteristiknya secara optimal, dibutuhkan pendekatan, model, dan metode pembelajaran yang

Hasil penelitian yang sama juga dilakukan oleh Delone dan McLean (2003) dengan menguji obyek penelitian serqualitas dan Holsapple dan Lee-post (2006) pada pelajar online

Hasil studi yang diperoleh ini tidak disarankan untuk digunakan dalam menentukan hubungan antara kualitas tanah dan produktivitas tambak, tetapi dapat menjadi dasar dalam

Mengklasifikasi tanda-tanda yang dipakai dalam suatu komunikasi (pesan) menggunakan kriteria tertentu sebagai prediksi, selain dengan metode analisa isi juga digunakan

Bila pengunduran diri dilakukan setelah 27 Juli 2018, Universitas Prasetiya Mulya hanya mengembalikan pembayaran biaya semester 1 yang telah dibayarkan, yang terdiri dari Biaya