• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI PENDIDIKAN KUALITATIF dan EVALU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "EVALUASI PENDIDIKAN KUALITATIF dan EVALU"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI PENDIDIKAN

A. Pengertian Evaluasi Pendidikan

Evaluasi berasal dari bahasa Inggris yaitu evaluation, dalam bahasa

Indonesia dapat diartikan sebagai penilaian. Dibawah ini terdapat beberapa pengertian evaluasi pendidikan :

 Evaluasi Pendidikan menurut Wikipedia The free Encyclopedia , Educational Evaluation is the evaluation process of characterizing and appraising some aspects of an educational process.

Evaluasi pendidikan adalah proses mengevaluasi karakteristik dan menilai beberapa aspek dari sebuah proses pendidikan. Dalam hal ini, evaluasi pendidikan merupakan kegiatan professional yang perlu dilakukan oleh pendidik bila berniat untuk meninjau dan meningkatkan pembelajaran,  Evaluasi pendidikan selalu dikaitkan dengan prestasi belajar siswa. Ralph

Tyler dalam Arikunto ( 2007:3) menyatakan bahwa evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagaimana tujuan pendidikan sudah tercapai. Cronbach dan Stuffebean mengemukakan definisi yang lebih luas lagi yaitu, proses evaluasi bukan sekedar mengukur sejauh mana tujuan tercapai, tetapi digunakan untuk membuat keputusan.

 Trianto (2010 : 252-254) ,menyatakan bahwa penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisa, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Tujuannya adalah mengukur seberapa jauh tingkat keberhasilan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan, dikembangkan dan ditanamkan di sekolah serta dapat dihayati, diamalkan /direapkan, dan dipertahankan oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari.

(2)

pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Prinsif penilaian meliputi :

 Shahih  Objektif  Ekonomis  Transparan  Akuntabel

Pendekatan penilaian yang digunakan adalah Penilaian Acuan Kriteria (PAK) yang berdasarkan pada KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). KKM ditentukan oleh satuan pendidikan dengan mempertimbangkan :

 Intake (kemampuan rata-rata peserta didik)

 Kompleksitas (identifikasi indicator; tingkat kesukaran dan kemudahan materi ajar)

 Kemampuan daya pendukung ; termasuk didalamnya sarana dan prasarana sekolah.

Bagi peserta didik yang belum mencapai KKM harus mengikuti remedial.

B. Perkembangan konsep dan lingkup Sasaran Evaluasi/Penilaian Keadaan konsep dan lingkup sasaran penilaian menurut Nana Sudjana dan Ibrahim (2009:213-215),terbagi dalam masa :

 Masa sebelum th.1930.

Kegiatan pengukuran dan penilaian sangat bersifat kuantitatif dan lebih banyak diarahkan untuk memeriksa perbedaan-perbedaan individual. Dalam bidang pendidikan , berbagai alat uji /tes diarahkan untuk mmengungkapkan informasi tentang perbedaan individual antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya dalam setiap bidang studi. Dalam situasi ini hubungan antara penilaian /pengukuran dan kurikulum sekolah hampir tidak ada. Hasil pengukuran hanya mengungkap informasi tentang perbedaan-perbedaan individual dan bukan tentang kualitas kurikulum atau system pendidikan.  Keadaan antara 1930 -1960

(3)

perbaikan kurikulum. Menurut Tyler penilaian harus dilakukan sebelum dan sesudah suatu system pendidikan dilaksanakan sehingga dapat dilihat ada tidaknya perubahan perilaku yang terjadi. Dari kadar perubahan tingkah laku dapat dilihat efektivitas sebuah system pendidikan dan bagian mana yang perlu diperbaiki. Penilaian cenderung menggunakan patokan mutlak yang disebut criterion-referended.

 Perkembangan setelah th 1960

Pada masa kini penilaian diperlukan untuk mengetahui : - Sejauh mana tujuan pendidikan berhasil dicapai

- Bagian mana dari kurikulum yang masih lemah, factor-faktor apa yang menyebabkan dan bagaimana cara memperbaikinya

- Apakah kurikulum baru yang dikembangkan tersebut lebih unggul dari kurikulum yang ada ditinjau dari berbagai segi.

C. Sasaran, Tujuan dan Fungsi Evaluasi

Menurut Suharsimi Arikunto (2007:4-5) sasaran evaluasi unsur-unsurnya terdiri dari :

 Input

Input dapat berupa,kemampuan, kepribadian, sikap, dan intelegensi  Transformasi

Dalam transformasi terdapat unsure-unsur, Kurikulum/materi, metode dan cara penilaian, sarana pendidikan/media, system administrasi, guru, dan personel lainnya

 Out put

Penilaian terhadap lulusan suatu sekolah dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tingkat pencapaian prestasi belajar mereka selama mengikuti program. Alat untuk mengukur pencapaian ini disebut achievement test

(4)

apakah seseorang dapat lulus atau tidak, maka perlu diadakan kegiatan penilaian sebagai penyaring kualitas.

Transformasi itu sendiri adalah mesin yang bertugas mengolah bahan mentah menjadi bahan jadi. Dalam dunia sekolah, sekolah itulah yang dimaksud

dengan transformasi. Sekolah terdiri dari beberapa mesin yang menyebabkan berhasil atau gagalnya sebagai transformasi. Unsur-unsur penentu berhasil atau gagalnya sekolah sebagai transformasi adalah :

 Siswa itu sendiri

 Guru dan personal lainnya  Bahan pelajaran

 Metode mengajar dan system evaluasi  Sarana penunjang

 System administrasi

Selanjutnya Suharsimi (2007-10-11)mengungkapkan tujuan dan fungsi evaluasi adalah sebaga berikut :

1. Penilaian berfungsi selektif

Dengan mengadakan evaluasi guru dapat mengadakan seleksi terhadap siswanya unberbagai tujuan, antara lain :

 Untuk memilih siswa yang dapat diterima di sekolah tertentu  Memilih siswa yang dapat naik kelas atau tidak

 Memilih siswa yang seharusnya mendapat beasiswa  Memilih siswa yang sudah berhak meninggalkan sekolah 2. Penilaian berfungsi diagnostic

Dengan mengadakan penilaian, guru dapat mengetahui kelemahan siswa dan mengetahui sebab kelemahan tersebut. Dengan mengadakan penilaian maka mempermudah mencari cara untuk mengatasi kelemahan tersebut. 3. Penilaian berfungsi sebagai penempatan

Hasil penilaian dapat digunakan untuk menentukan dengan pasti di kelompok mana seorang siswa harus digunakan. Sekelompok siswa yang mempunyai hasil penilaian yang sama, akan berada dalam kelompok yang sama dalam belajar.

4. Penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan

Penilaian dilakukan untuk mengetahui sejauh mana suatu program berhasil diterapkan.

(5)

o Evaluasi hendaknya dirancang sedemikian rupa sehingga jelas abilitas yang harus dinilai, materi penilaian, alat penilaian,dan interpretasi hasil penelitian

o Penilaian hasil belajar hendaknya menjadi bagian integral dari proses belajar mengajar

o Agar diperoleh hasil belajar yang objektif dalam menggambarkan prestasi dan kemampuan siswa sebagaimana adanya, penilaian harus

menggunakan berbagai alat penilaian dan sifatnya komprehensif. o Penilaian hasil belajar harus diikuti dengan tindak lanjut.

D. Pengertian Evaluasi Kuantitatif dan Evaluasi Kualitatif Berikut ini adalah pengertian dari Evaluasi Kuantitatif :  Evaluasi kuantitatif menekankan paradigma bahwa suatu

variable/gejala dapat digambarkan secara teoritik.

 Hasil dari evaluasi kuantitatif dapat berupa angka-angka hasil

pengukuran. Bahwa pendekatan kuantitatif adalah proses pengukuran yang objektif yang menggunakan prosedur formal dan metode yang fokus pada bidang yang sangat spesifik yaitu perkembangan anak yang dapat dengan mudah diamati dan dicatat.

 Informasi dikumpulkan pada satu waktu, dan hasilnya dapat digunakan untuk membandingkan kinerja anak dalam grup dan usia yang

sama/sebaya. Hasil ini juga dapat menunjukkan apakah seorang anak telah menguasai tujuan khusus yang ditetapkan atau tidak.

 Ciri yang menonjol dari evaluasi kuantitatif adalah penggunaan prosedur kuantitatif untuk mengumpulkan data sebagai konsekuensi penerapan pemikiran paradigma positivisme. Sehingga model-model evaluasi kuantitatif yang ada menekankan peran penting metodologi kuantitatif dan penggunaan tes.

 Ciri berikutnya dari model-model kuantitatif adalah tidak digunakannya pendekatan proses dalam mengembangkan criteria evaluasi.

 Prosedur evaluasi kuantitatif meliputi :

(6)

- Penentuan variable, jenis data dansumber data - Penentuanmetodologi

- Pengembangan instrument

- Penentuan proses pengumpulan data

- Pengumpulan data dan proses pengolahan data

Adapun model evaluasi kualitatif selalu menempatkan proses pelaksanaan kurikulum sebagai focus utama evaluasi. Oleh karena itulah dimensi kegiatan dan proses lebih mendapatkan perhatian dibandingkan dimensi lain. Hasil evaluasi kualitatif berupa peringkat, mis.sangat baik, baik, sedang, kurang, sangat kurang

Said Hamid Hasan (1988 : 83 – 136) mengelompokan model evaluasi sebagai berikut :

 Model evaluasi kuantitaif : model Tyler,model teoritik, Tyler and

Maguire,model pendekatan sitem Alkin, model countinence stake, model CIPP, model ekonomi makro.

 Model evaluasi Kualitatif : model Studi Kasus, model Iluminatif, dan model responsive.

E. Model Evaluasi Kuantitatif

Seperti yang telah diuraikan diatas bahwa evaluasi kuantitatif dapat menggunakan beberapa model diantaranya :

1. Congruence Model

Penilaian model ini adalah usaha untuk memeriksa kesesuaian (congruence) antara tujuan pendidikan yang ingin dicapai dan hasil belajar yang telah dicapai karena itu dapat kita sebut sebagai model Congruence.

(7)

tujuan pendidikan mencerminkan perubahan-perubahan tingkah laku peserta didik, maka yang penting dalam proses penilaian adalah

memeriksa sejauh mana perubahan tingkah laku telah terjadi pada peserta didik. Hal tersebut penting dilakukan untuk mengambil keputusan tentang tindakan apa yang perlu diambil sehubungan dengan system pendidikan dan siswa yang bersangkutan..

Penilaian tingkah laku yang dinilai mencakup aspek cognitive/ilmu pengetahua, psikomotor/keterampilan dan afektive/sikap. Alat penilaian yang digunakan berdasarkan pada tujuan mana yang hendak dicapai., karena itu penilaian tidak terbatas pada tes terulis saja, berbagai kemungkinan alat penilaian perlu digunakan.

Model ini dibangun atas dua pemikiran yaitu: Evaluasi ditujukan kepada tingkah laku peserta didik

Evaluasi diadakan kepada peserta didik pada awal pembelajaran dan sesudah melaksanakan pembelajaran (hasil belajar)

Dasar pemikiran tyler ini menjadikan guru harus menentukan pada awal kegiatan, bahwa dari proses pembelajaran yang dibawakannya perubahan tingkah laku apa yang ingin dicapainya.dengan demikian guru biasanya mengadakan pre test dan post test. Karena menekankan adanya pre test dan post test maka model ini disebut juga model black box (kotak Hitam).

Menurut Tyler dalam Nana Sudjana dan Ibrahim (2009 : 242) ada 4 langkah pokok yang harus dilakukan adalah :

a. Menentukan tujuan pembelajaran yang akan dievaluasi

Sehubungan teset diadakan untuk memeriksa sejauh mana tujuan yang telah dirumuskan telah dapat dicapai, maka perlu masing-masing tujuan diperjelas rumusannya sehingga memberikan arah yang lebih tegas didalam proses perencanaan penilaian yang akan dievaluasi.

b. Menetapkan “test situation” yang diperlukan.

Menentukan situasi dimana peserta didik memperoleh kesempatan untuk menunjukan tingkah laku yang berhubungan dengan

(8)

memecahkan persoalan secara tertulis, memimpin kegiatan kelompok,dan sebagainya.

c. Menentukan alat evaluasi yang akan digunakan

Berdasarkan tujuan dan test situasi yang telah ditetapkan dalam langkah-langkah sebelumnya, maka ditetapkan dan disusun alat-alat penilaian yang cocok untuk digunakan dalam menilai jenis-jenis tingkah laku yang tergambar dalam tujuan tersebut.

d. Menggunakan hasil penelitian

Untuk kepentingan bimbingan siswa maupun untuk perbaikan system. Tindak lanjut dari penilaian ini adalah pemberian bimbingan dapat berupa remedial untuk peserta didik yang masih dianggap belum berhasil dan mengadakan pengayaan untuk peserta didik yang dianggap berhasil mencapai tujuan. Hasil penilaian dapat digunakan untuk menyempurnakan system bimbingan siswa dan untuk

memberikan informasi kepada fihak-fihak diluar pendidikan mengenai hasil yang telah dicapai.

2. Educational System Evaluation Model

Ruang lingkup model evaluasi ini lebih luas dari model Tyler. Tokoh – tokoh penilaian ini antara lain Daniel L. Stuflebeam, Robert E. Stake dan Malcom M.

Hakekat penilaian ini adalah bahwa keberhasilan dalam mencapai tujuan pendidikan dipengaruhi oleh berbagai factor yang mempengaruhi konsep penilaian. Penilaian menurut model ini bermaksud

membandingkan performance dari berbagai dimensi system yang dikembangkan dengan sejumlah criteria tertentu untuk akhirnya sampai pada suatu deskripsi dan judgement mengenai system yang dinilai tersebut.

Model penilaian ini menekankan pentingnya system penilaian yang menyeluruh terhadap dimensi-dimensi yang berpengaruh terhadap hasil yang akan dicapai tidak semata pada aspek hasil yang dicapai saja.

Pendekatan yang ditempuh oleh model ini dalam pelaksanaan evaluasi adalah :

(9)

 Membandingkan performance setiap dimensi system dengan criteria ekstern diluar system itu sendiri.

Robert E. Stake dalam Nana Sudjana dan Ibrahim (2009:244-245) Dalam The Countenance of educational Evaluation, mengemukakan bahwa from relative judgement as well as from absolute judgement, we obtain an overall or composite rating of merit, a rating to be used in making an educational dicision. Stake berpandangan bahwa kegiatan penilaian tidak hanya berakhir pada suatu deskripsi tentang keadaan dari sesuatu yang dinilainya , melainkan harus sampai pada suatu judgement mengenai baik-buruk, efektif tidaknya suatu system. Dalam mengadakan judgement, kita dapat menggunakan standard yang mutlak yang sudah ditetapkan, ataupun standard relative dalam bentuk perbandingan dengan system pendidikan yang lain. Hal ini berbeda tentunya dengan model Tyler yang tidak meninginkan adanya perbandingan.

Stake membagi objek penilaian atas 3 katagori :  Antecedents

Dimensi ini meliputi sumber/modal/input ; tenaga, keuangan, karakteristik siswa, dan tujuan yang ingin dicapai

 Transactions

Dimensi ini mencakup rencana kegiatan, proses pelaksanaan, bentuk interaksi anatara guru dan siswa dsb.

 Outcomes

Dimensi ini menilai hasil yang dicapai siswa, reaksi guru terhadap system tersebut dan efek samping dari system yang

bersangkutan. .

3. Model CIPP

Model CIPP dikembangkan oleh Daniel Stufflebeam dan rekan pada tahun 1960. Model ini unik karena memungkinkan evaluator untuk

(10)

dimulai untuk membantu evaluator menilai kebutuhan apa yang diperlukan dan pada akhir program untuk menilai apakah sebuah program telah berjalan efektif atau tidak.

Dalam Wikipidia The free Encyclopedia, Stufflebeam

mengembangkan model CIPP (singkatan dari 4 dimensi evaluasi) dimana penilaian atas pendidikan meliputi 4 dimensi evaluasi yaitu:

 Evaluasi Context

Tujuan utama dari evaluasi context adalah untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan evaluan. Evaluator mengidentifikasi berbagai factor guru, peserta didik, manajemen, fasilitas kerja, suasana kerja, peraturan, peran komite sekolah, masyarakat dan factor lain yang mungkin berpengaruh terhadap kurikulum.

 Evaluasi Input

Evaluasi ini penting karena untuk pemberian pertimbangan terhadap keberhasilan pelaksnaan kurikulum. Evaluator menentukan tingkat kemanfaatan berbagai factor yang dikaji dalam konteks pelaksanaan kurikulum. Pertimbangan mengenai ini menjadi dasar bagi evaluator untuk menentukan apakah perlu ada revisi atau pergantian kurikulum.  Process

Evaluasi proses adalah evaluasi mengenai pelaksanaan dari suatu inovasi kurikulum. Evaluator mengumpulkan berbagai informasi

mengenai keterlaksanaan implementasi kurikulum, berbagai kekuatan dan kelemahan proses implementasi. Evaluator harus merekam berbagai pengaruh variable input terhadap proses.

 Product

(11)

Sehubungan dengan dimensi yang dinilai dalam evaluasi model ini, jenis data yang diperlukan adalah data objektif (skor hasil tes) juga data subjektif atau judgemental data (pandangan para guru, reaksi para siswa dll). Model CIPP mencoba menghubungkan program evaluasi dengan pengambilan

keputusan. Hasil evaluasi bertujuan untuk memberikan analisa dan dasar yang rasional untuk diambilnya sebuah keputusan.

Ke-empat aspek evaluasi CIPP diatas diatas membantu para pembuat keputusan untuk menjawab pertanyaan :

o What should we do? o How should we do it ? o Are we doing it as planned? o Did the programme work?

Dengan demikian hasil evaluasi ke-empat dimensi dapat memberikan arahan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan, apa yang harus kita lakukan?, bagaimana cara kita melakukannya? Apakah kita telah melakukan semua yang telah direncanakan? Dan bagaiman program-program itu telah dilaksanakan. Dengan demikian para pengambil keputusan akan lebih mampu menetapkan keputusan, apak program akan dilanjutkan, dimodifikasi, atau dibatalkan sama sekali.

Model CIPP memungkinkan kita untuk mengajukan pertanyaan formatif pada awal program , kemudian memberi kita panduan tentang bagaimana untuk mengevaluasi dampak dari program tersebut dengan memungkinkan kita untuk mengajukan pertanyaan sumatif pada semua aspek program .

• Konteks : Apa yang perlu dilakukan ? Vs. Apakah kebutuhan penting

ditujukan ?

• Input : Bagaimana itu dilakukan? Vs. Apakah desain dipertahankan digunakan ?

• Proses : Apakah hal itu dilakukan ? Vs. Apakah desain baik dieksekusi ?

Produk : Apakah berhasil ? Vs. Apakah upaya sukses

(12)

o Non test : skala penilaian ( rating scale), kuesioner, daftar cek (check list), wawancara (interview), pengamatan (observation).

o Teknik test : test sumatif, test formatif , dan test diagnostic.

Sesuai dengan Permendiknas no. 66 th 2013 tentang Standar Penilaian pendidikan , mekanisme dan prosedur penilaian meliputi :

a. Penilaian hasil belajar pada jenjang pendidikan dasar dan menengah dilaksanakan oleh pendidik, satuan pendidikan, pemerintah dan /lembaga mandiri

b. Penilain hasil belajar dilakukan dalam bentuk :

 Penilaian otentik ; dilakukan guru secara berkelanjutan  Penilaian diri : dilakukan peserta didik

 Penilaian projek : dilakukan pendidik untuk tiap akhir bab atau tema  Ulangan harian : dilakukan pendidik

 Ulangan tengah semester : dilakukan oleh pendidik dibawah koordinasi satuan pendidikan

 Ujian Tingkat kompetensi : dilakukan oleh satuan pendidikan dengan menggunakan kisi-kisi dari pemerintah

 Ujian Mutu Tingkat Kompetensi : dilakukan dengan metode survey oleh pemerintah

 Ujian Sekolah : dilakukan oleh satuan pendidikan sesuai peraturan perundang-undangan

 Ujian nasional : dilakukan oleh pemerintah sesuai perundang-undangan.

Syarat-syarat penyusunan Evaluasi yang baik harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

 Validitas

Sebuah tes dapat dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang akan diukur atau sesuai dengan keadaan yang dievaluasi. Data hasil evaluasi yang sesuai dengan kenyataan disebut data valid.

 Reliabilitas

(13)

hal yang sama. Jika alat ukur tidak dapat diandalkan maka pengukuran menjadi tidak efektive. Suatu alat evaluasi baik tes maupun non test disebut reliable bila hasilnya relative tetap jika digunakan untuk subjek dengan karakteristik yang sama secara berulang-ulang.

 Objektifitas

Penilaian tidak dipengaruhi unsure pribadi  Praktibilitas

Sebuah tes dikatakan memiliki praktibilitas yang tinggi apabila tes tersebut bersifat praktis, mudah pengadministrasiannya. Tes yang praktis adalah :

- Mudah dilaksanakan - Mudah pemeriksaannya

- Dilengkapi petunjuk yang jelas

- Ekonomis, dimana pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan biaya yang mahal, tenaga yang banyak, dan waktu yang lama.  Kemampuan membandingkan

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2007). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

http://en.wikipedia.org/wiki/Main_Page. (n.d.). Retrieved September 15, 2014

CIPP Model of evaluation. (n.d.). Retrieved September 10, 2014, from Wikipedia The Free Encyclopedia: http://en.wikipedia.org

Permendiknas no 66 ( 2013) tentantang Standar Penilaian

Quantitative Approach to Evaluation and Assessment. (n.d.). Retrieved

September 12, 2014, from http://olms1.cte.jhu.edu/olms/output/page.php? id=308

Sudjana, N., & Ibrahim. (2009). Penelitian dan penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar baru Algensindo.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk melihat sejauh mana kemajuan pelaksanaan kegiatan PKM berdasarkan rencana yang telah disetujui, Direktorat Pendidikan Tinggi Vokasi dan Profesi akan melaksanakan

1204/ Menkes/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit, kelembaban di ruang Perawatan I saat dilakukan penelitian rata-rata hasil pengukuran 30,8%

Buku Petunjuk Pendaftaran Mahasiswa Baru Universitas Airlangga tahun 2013 ini merupakan satu-satunya petunjuk dalam pengisian formulir pendaftaran elektronik,

Menuurut pamuji (2014), menyatakan salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk merangsang hormon prolaktin dan oksitosin pada ibu setelah melahirkan adalah

Tingkat pengetahuan tentang tanda dan gejala dismenore pada remaja putri dari hasil penelitian didapatkan 39 responden (78 %) responden mengetahui tentang tanda

menyatakan PT Smelting bekerjasama dengan PT Freeport Indonesia dalam memurnikan anoda slime di dalam negeri.. Sedianya Smelting diminta membangun fasilitas

Pelayanan Umum sesuai dengan sumber data yang ada berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan untuk dipergunakan sebagai bahan masukan bagi atasan; dan 19 Melaksanakan tugas-tugas

Setelah mengamati teks dan gambar, siswa dapat mengidentifikasi ide pokok dari informasi yang didengar/disajikan tentang ciri-ciri makhluk hidup dengan tepat.. Setelah