• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kompensasi keamanan dan kesehatan (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kompensasi keamanan dan kesehatan (1)"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

B. Kompensasi Keamanan

Terkait dengan bahasan tentang kompensasi keamanan, berikut dikemukakan teori/konsep, definisi atau batasan serta pendapat para ahli di bidangnya juga analisis yang pebulis berikan. Samsudin (2005:203) menyatakan:”Keamanan (safety) adalah keadaan karyawan yang bebas dari rasa takut dan bebas dari segala kemungkinan kecelakaan kerja”.

Selanjutnya, Handoko (dalam samsudin, 2005:203) mengemukakan sebagai berikut:

“Program-program keamanan yang dapat dilakukan antara lain: a) menggunakan mesin-mesin yang dilengkapi alat-alat pengaman; b) menggunakan peralatan yang lebih baik; c) mengatur lay-out pabrik dan penerangan sebaik mungkin; d) lantai-lantai, tangga-tangga, bebas dari air, minyak, dan oli; e) melakukan pemeliharaan fasilitas pabrik secara baik; f) menggunakan berbagai pentunjuk dan peralatan keamanan, beserta larangan-larangan yang dianggap perlu; g) mendidik para karyawan dalam hal keamanan; h) membentuk komite manajemen serikat kerja untuk memecahkan masalah-masalah keamanan, dan sebagainya”.

Di lihat dari factor individu pekerja sebagaimana dikatakan Maslow, keamanan kerja merupakan salah satu kebutuhanndasar manusia yang dapat memengaruhi motivasi dan kepuasan kerja. Secara sosial, pekerja merupakan aset masyarakat sebagai subjek dalam usaha meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan yang terakhir dengan melakukan usaha-usaha untuk meningkatkan keselamatan kerja dan meningkatkan profesionalisme unti sumber daya manusia dalam mengelola produktivitas. Oleh karena itu, organisasi/perusahaan dalam hal ini Unit Sumber Daya Manusia, berkewajiban melakukan berbagai kegiatan dalam meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja seperti yang diharuskan oleh undang-undang maupun yang tidak dipikirkan sebagai usaha untuk meningkatkan keselamatan kerja.

Secara umum, kewajiban organisasi/perusahaan dalam meningkatkan keamanan atau keselamatan kerja dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Memelihara tempat kerja yang aman dan sehat bagi karyawan; 2. Mematuhi semua standard an syarat kerja;

(2)

Sercara spesifik kewajiban tersebut diatur dalam undang-undang, yang di suatu Negara dapat berbeda dengan Negara lain. Di lain pihak, Megginson (1981:304) mengemukakan sebagai berikut.

The term safety is an overall term that can include both safety and health hazards. In the personel area, however, a distinction is usually made between them. Occuption safety refers to the condition of being safe from suffering or causing-hurt, injury, or loss in the workplace. Safety hazards are those aspects of the work environment that can cause burns electrical shock, cut, bruises, spains, broken bones, and the loss of limbs, eyesight, or hearing. They are often associated tiwh industrial equipment or the physical environment and involve job takes that require care and training. The harm is usually immediate and sometimes violent. Occupational health efers to the condition of being free from physical, mental, or emotional disease or pain caused by the work environment that, over a period of time, can create emotional stress or physical disease.”

Dengan demikian, dapat dikemukakan di sini bahwa istilah keselamatan mencakup dua istilah, yaitu risiko keselamatan dan risiko kesehatan. Dalam bidang kepergawaian, kedua istilah tersebut dibedakan. Keselamatan kerja menunjukkan kondisi aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian di tempat kerja. Risiko keselamtan merupakan aspek-aspek dari lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kebakaran, ketakutan aliran listrik terpotong, luka memar, patah tulang, kerugian alat tubuh, penglihatan, dan pendengaran. Semua itu sering dihubungkan dengan perlengkapan perusahaan atau lingkungan fisik dan mencakup tugas-tugas kerja yang membutuhkan pemeliharaan dan latihan. Sedangkan kesehatan kerja menunjukkan pada kondisi yang bebas dari gangguan fisik, mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja. Risiko kesehatan merupakan faktor-faktor dalam lingkungan yang dapat membantu stress, emosi, dan gangguan fisik.

(3)

mengurangi biaya-biaya akibat keselamatan kerja, dan mengurangi kesalahan. Di Indonesia keselamatan dan kesehatan kerja diatur dalam Undang-Undang nomor 1 tahun 1970 yang berlaku sejak tanggal 12 januari 1970 dalam pasal 3 ayat (1) mengemukakan sebagai beriku:

a) Mencegah dan mengurangi kecelakaan;

b) Mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran; c) Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;

d) Memberi kesempatan atau jalan keselamatan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian yang berbahaya;

e) Memberi pertolongan pada kecelakan;

f) Memberikan alat-alat perlindungan diri pada pekerja;

g) Mencegah dan mengendalikan tumbulnya atau menyebar luaskan suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angina, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran;

h) Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik maupun psikis, peracunan, infeksi, dan penularan;

i) Memperoleh penerangan yang cukup sesuai;

j) Menyelenggarakan suhu dan lembab udara uang cukup; k) Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup; l) Memelihara kebersihan, kesehatan, dan ketertiban;

m) Memperoleh keserasian antara lembaga tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara, dan proses kerjanya.

n) Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman, atau barang;

o) Mengamankan dan memelihara segala jenis bangungan;

p) Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan, dan penyimpanan barang;

q) Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya; dan

(4)

Semua kewajiban dan persaratan di atas, dilihat dari kacamata manajemen sumber daya manusia jelas merupakan hal yang sangat penting dalam upaya meningkatkan kepuasa kerja pegawai, memotivasi, pengembangan SDM, dan peningkatan produktivitas sehingga perusahaan harus mengeluarkan usaha dan dana untuk mencapainya atau apa yang harus dilakukan oleh perusahaan untuk meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja. Yang dilakukan perusahaan/organisasi tentunya sesuai dengan situasi yang dihadapi perusahaan, dikaitkan dengan faktor-faktor keselamatan dan kesehatan kerja yang ada, dana yang dimiliki, sumber daya manusia yang dimiliki, jenis pekerjaan, dan tidak bertentangan dengan peraturan pemerintah. Dalam hal ini, pemerintah merumuskan pedoman sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang dituangkan dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor Per.05/MEN/1996 tentang sistem manajemen keselamatan kerja.

Inti peraturan tersebut adalah:

1. Tujuan dan sasaran sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (K3), yaitu menciptakan suatu sistem keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja yang melibatkan manajemen, tenaga kerja, kondisi, dan lingkungan kerja yang terintegrasi untuk mencegah, mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja, dan menciptakan tempat kerja yang efisien dan efektif (Pasal 1 PP No.05/MEN/1996).

2. Dalam rangka mencapai tujuan di atas, Pasal 4 PP Per.05/MEN/1996 menyatakan bahwa perusahaan wajib:

a. Menetapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dan adanya komitmen terhadap penerapan sistem manajemen KK;

b. Merencanakan pemenuhan kebijakan, tujuan, dan sasaran penerapan keselamatan dan kesehatan kerja;

c. Menerapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja secara efektif dengan mengembangkan kemampuan dan mekanisme pendukung yang diperlukan untuk mencapai kebijakan, tujuan, dan sasaran keselamatan dan kesehatan kerja;

d. Mengukur, memantau, dan mengevaluasi keselamatan dan kesehatan kerja serta melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan;

(5)

3. PP No. Per.05/MEN/1996 selanjutnya undang-undang tersebut mengemukakan pedoman penerapan dan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. Adapun inti pedoman tersebut adalah merumuskan berbagai aspek yang berkaitan dengan komitmen manajemen terhadap keselamatan dan kesehatan kerja, pelembagaan K3 di perusahaan, strategi, pelaksanaan, pengevaluasian, pengadministrasian, dan beberapa aspek yang terkait, dalam upaya perbaikan dan pencapaian tujuan program sebagai pedoman pelaksanaan, sebagaimana tertuang dalam Lampiran I Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per.05/MEN/1996 Tanggal 12 Desember 1996.

Terlepas dari yang dilakukan oleh perusahaan dalam upaya peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja, yang secara operasional dapat berbeda antara satu perusahaan dengan perusahaan lain, barangkali perlu dikaji kira-kira faktor apa saja yang dapat menyebabkan terajadinya kecelakaan kerja, yang terutama tentunya dapat dipakai sebagai kerangka acuan dalam merencakan program kesehatan dan kecelakaan kerja. Pada prinsipnya mudah dilihat beberapa faktor penyebab kecelakaan kerja, yang berkisar pada faktor manusia, faktor peralatan kerja, dan faktor lingkungan kerja. Manusia atau pekerja tentu saja memiliki keterbatasan, dalam arti bias lelah, lalai atau melakukan kesalahan-kesalahan, yang bias disebabkan oleh berbagai persoalan peribadi atau keterampilan yang kurang dalam melakukan pekerjaan. Untuk mengatasi hal itu, perusahaan harus melakukan pelatihan-pelatihan dalam melakukan pekerjaan secara baik, membuat pedoman pelaksanaan kerja secara tertulis, meningkatkan disiplin, melakukan pengawasan oleh atasan langsung, dan mungkin dapat memberikan reward bagi mereka yang mengikuti prosedur dengan benar.

(6)

memadai. Selain itu, iklim psikologis di antara karyawan juga bisa kurang baik, misalnya tidak ada interaksi yang saling membantu di antara para pekerja terhadap keselamatan yang lain.

Jadi perusahaan/organisasi juga harus membangun teamwork yang baik melalui berbagai macam program. Analog dengan ilustrasi pengemudi di atas, kecelakaan juga bisa terjadi akibat kondisi jalan yang tidak baik, tanda lalu lintas yang tidak lengkan dan jelas, serta sikap dan perilaku pengemudi yang hanya mementingkan diri sendiri. Berdasarkan penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa program keselamatan kerja dan kesehatan kerja harus dilakukan melalui pendekatan sistem, yaitu membenahi keseluruhan elemen yang dapat mengganggu keselamatan dan kesehatan kerja. Keselamatan dan kesejatan kerja, akan menciptakan terwujudnya pemeliharaan karyawan yang baik. Keselamatan dan kesehatan kerja ini harus ditanamkan pada diri masing-masing individu karyawan, dengan penyuluhan dan pembinaan yang baik agar mereka menyadari pentingnya keselamatan kerja bagi dirinya maupun untuk organisasi/perusahaan. Apabila banyak terjadi kecelakaan, karyawan banyak yang menderita, absensi meningkat, produksi menurun, dan biaya pengobatan semakin besar.

Ini semua akan menimbulkan kerugian pada karyawan maupun perusahaan bersangkutan, karena mungkin karyawan terpaksa berhenti bekerja sebab cacat dan organisasi/perusahaan kehilangan karyawannya. Hal inilah yang mendoron pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja ditanamkan pada diri karyawan, bahkan perlu diberikan hukuman bagi karyawan yang tidak memakai alat-alat pengaman saat bekerja. Keselamatan dan kesehatan kerja ini merupakan tindakan control preventif yang mendorong terwujudnya pemeliharaan karyawan yang baik. Dengan demikian, organisasi/perusahaan ,memerhatikan tentang keamanan, hal ini untuk memberikan kondisi kerja yang lebih aman dan lebih sehat, teruatama bagi organisasi-organisasi yang mempunyai tingkat kecelakaan yang tinggi. Pelaksanaan tanggung jawab organisasional atas keamanan ini berhubungan erat dengan tugas manajer operasi organisasi, tetapi ini merupakan bidang spesialisasi yang membutuhkan penanganan seorang spesialis.

(7)

pemeliharaan, dan desain-desain mesin untuk membetulkan kondisi-kondisi yang tidak aman. Mereka juga bertanggung jawab atas pemeliharaan peraturan-peraturan keamanan dan standar-standar serta pencatatan dan pelaporan kecelakaan. Mereka mengelola dan mengembangkan program-program keamanan di seluruh organisasi dan biasanya terkait pula dengan masalah kesehatan misalnya memerhatikan pengaturan kelembaban dan suhu udara, penerangan, ventilasi, dan kebersihan lingkungan. Program-program ini mencakup program-program latihan keamanan bagi karyawan dan orientasi karyawan baru secara tepat dari sudut pandang keamanan.

Program-program keamanan dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, misalnya membuat kondisi kerja aman, antar lain dengan membeli atau mempergunakan mesin-mesin yang dilengkapi alat-alat pengaman, menggunakan peralatan-peralatan yang lebih baik, mengatur layout ruangan dan penerangan sebaik mungkin, lantai-lantai/tangga-tangga dan lerengan-lerengan harus dijaga agar bebas dari air, minyak, dan lain-lain, melakukan fasilitas kantor secara baik, dan menggunakan petunjuk-petunjuk dan peralatan-peralatan keamanan. Selanjutnya, melakukan kegiatan-kegiatan pencegahan kecelakaan dengan mengendalikan praktik-praktik manusia yang tidak aman. Pencegahan ini dilakukan dengan mendidik para karyawan dalam hal keamanan, memberlakukakn larangan-larangan secara keras, misalkan larangan merokok, memasangan poster-poster, dan kartun-kartun untuk selalu mengingatkan tentang kemanan, menunjukkan gambar-gambar karyawan yang luka dan data-data statistic kecelakaan yang menimbulkan dan meningkatkan kebutuhan akan keamanan, atau membentuk komite manajemen serikat kerja untuk memecahkan masalah-masalah keamanan dan sebagainya.

Rangkuman

(8)

oleh undang-undang maupun yang tidak diharuskan oleh undang-undang secara tegas, sejauh itu dipikirkan sebagai usaha untuk meningkatkan keselamatan kerja.

Secara umum, kewajiban organisasi/perusahaan dalam meningkatkan keamanan atau keselamatan kerja dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Memelihara tempat kerja yang aman dan sehat bagi karyawan; 2. Mamatuhi senua standar dan syarat kerja;

3. Mencatat semua peristiwa kecelakaan yang terjadi yang berkaitan dengan keselamatan kerja.

Secara spesifik kewajiban tersebut diatur dalam undang-undang, yang di suatu Negara dapat berbeda dengan Negara lain. Program-program keamanan dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, misalnya membuat kondisi kerja aman, antara lain dengan membeli atau mempergunakan mesin-mesin yang dilengkapi alat-alat pengaman, menggunakan peralatan-peralatan yang lebih baik, mengatur layout ruangan dan penerangan sebaik mungkin, lantai-lantai/tangga-tangga dan lereng-lerengan harus dijaga agar bebas dari air, mintal, dan lain-lain, melakukan fasilitas kantor secara baik, dan menggunakan petunjuk-petunjuk dan peralatan-peralatan keamanan. Selanjutnya, melakukan kegiatan-kegiatan pencegah kecelakaan dengan mengendalikan praktik-praktik manusia yang tidak aman.

C. Kompensasi Kesehatan

Dalam kaitan dengan bahasan tentang ksehatan ini, berikut dikemukakan beberapa teori/konsep, definisi atau batasan serta pendapat dari para ahli di bidangnya.

Samsudin (2005:203) menyatakan sebagai berikut.

(9)

Dengan demikian, penciptaan lingkungan kerja yang sehat dapat dilakukan dengan hal-hal sebagai berikut.

1. Menjaga kesehatan karyawan dari berbagai gangguan penglihatan, pendengaran, kelelahan, dan sebagainya (pengendalian suara asing, pengaturan penerangan tempat kerja, pengaturan suhu udara, pengaturan penggunaan warna, dan fasilitas istirahat). 2. Penyediaan fasilitas-fasilitas pengobatan dan pemeriksaan kesehatan bagi karyawan

dengan berbagai kemudahan sehingga terjangkau bagi setiap karyawan yang memerlukan (termasuk penyediaan dokter dengan stagnya.)

Dilain pihak, Mathis dan Jackson (2000:18) mengemukakan sebagai berkut.

“Penguasa memberikan berbagai tunjangan kesehatan dan perawatan kesehatan, biasanya melalui perlindungan asuransi. Bentuk yang paling umum meliputi pengobatan, dokter gigi, obat yang diresepkan, dan biaya perawatan mata untuk karyawan dan tanggungannya. Asuransi kesehatan yang paling dasar yang melindungi baik biaya pengobatan yang normal maupun yang besar adalah yang palaing disukai oleh karyawan. Asuransi perawatan gigi juga penting untuk banyak karyawan. Banyak program perawatan gigi ini mencakup perlingungan perawatan gigi, di mana sangat mahal biayanya. Beberapa program asuransi kesejatan pengusaha juga mencakup konsultasi psikiatri.”

(10)

Statistik pada pengusaha kecil ini mencerminkan fakta bahwa tunjangan perawatan kesehatan merupakan biaya yang banyak pengusaha enggan atau tidak mampu menanggungnya. Meskipun ada keunggulan dari program tunjangan perawatan kesehatan untuk pengusaha ukuran besar atau sedang, jumlah pengusaha yang mempunyai program perawatan kesejatan makin menurun sampai dekade terakhir. Satu penelitian lagi yang dilakukan AFL-CIO, sebuah serikat tingkat federasi di AS, menemukan bahwa makin sedikit pekerja Amerika yang mempunyai asuransi kesehatan dari perusahaan, dibandingkan di tahun 1989. Kebanyakan penurunan dari 8 juta pekerja tanpa perlindungan asuransi kesehatan ini adalah sehubungan dengan banyaknya pengusaha yang menhentikan program asuransi kesehatan atau meminta karyawan untuk membayar persentase iuran premi dengan lebih besar, yang menyebabkan banyak pekerja tidak ikut program kesehatan ini sama sekali.

Di Amerika Serikat jumlah pekerja yang tidak diasuransikan diperkirakan sekitar 30 juta jiwa di tahun 2005. Pendekatan kedua adalah pengusaha yang biasanya memuat biaya perawatan kesehatan akhirnya berubah dengan menggunakan program kesehatan yang dikelola baik dan menggunakan cara kontrol biaya lainnya. Terkait dengan perawatan terkelola, dijelaskan bahwa terdapat beberapa jenis program yang digunakan untk mengurangi biaya perawatan kesehatan oleh penguasa. Perawatan terkelola terdiri dari pendekatan-pendekatan yang mengawasi dan mengurangi biaya pengobatan dengan menggunakan batasan-batasan dari alternatif sistem pasar. Program perawatan terkelola ini menekankan pada perawatan primer dan preventif, menggunakan provider yang spesifik dan akan membebankan biaya premi lebih rendah, dan larangan/batasan terhadap perawatan tertentu, dan harga-harga yang dinegosiasikan dengan pihak rumah sakit dan tenaga dokter.

Program perawatan terkelola ini berhasil menghemat biaya perusahaan hngga miliaran dolar dengan menurunnya klaim, tetapi kadang uasha pengurangan biaya menimbulkan beban lebih besar untuk karyawan dan ketidakpuasan terhadap program asuransi yang diberikan perusahaan. Selanjutnya, Samsudin (2006:12) menyatakan sebagai berikut.

(11)

Dijelaskan bahwa semakin baik kesehatan karyawan, makin positif sumbangan mereka bagi organisasi/perusahaan. Pada umumnya perusahaan memerhatikan masalah kesehatan karyawan justru untuk memungkinkan terciptanya kondisi kerja yang lebih baik dalam pemeliharaan kesehatan. Hal ini penting sekali, terutama bagi bagian-bagian organisasi yang memiliki tingkat kecelakaan yang tinggi.

Biasanya tanggung jawab pembinaan kesehatan karyawan tersebut terletak pada manaje Operasional dari perusahaan atau organisasi yang bersangkutan. Kesehatan pada dasarnya mencakup kesehatan jasmani dan rohani. Seseorang disebut sehat jasmani apabila seluruh unsur organisme badaniahnya berfungsi normal dan baik yang berarti tanpa sakit, tanpa mengidap penyakit, dan tanpa kelemahan fisik. Sedangkan sehat rohaniah adalah isa seseorang sudah berhasil mengadaptasikan dirinya pada organisasi tempat ia bekerja, memiliki konsepsi yang akurat tentang kenyataan-kenyataan hidup, dapat mengatasi berbagai stress dan frustasi dan sebagainya.

:Penciptaan lingkungan kerja yang sehat dapat dilakukan dengan: pertama, menjaga ksehatan karyawan dari berbagai gangguan penglihatan, pendengaran, kelelahan, dan sebagainya.

Selanjutnya, Rifal (2005:411) mengemukakan sebagai berikut.

“Kesehatan kerja menunjukkan pada kondisi-kondisi fisiologis/fisikal dan psikologis tenaga kerja yang disediakan oleh perusahaan. Jika sebuah perusahaan melaksanakan tindakan-tindakan kesehatan yang efektif, maka lebih sedikit pekerja yang menderita penyakit baik jangka pendek maupun jangka panjang sebagai akibat dari pekerjaan mereka di perusahaan.”

(12)

sistem saraf pusat, dan bronchitis kronis. Bidang manajemen SDM yang semakin penting adalah pemeliharaan kesehatan karyawan. Perusahaan memerhatikan hal ini adalah untuk memberikan kondisi kerja yang lebih sehat, serta menjadi lebih bertanggung jawab atas kegiatan-kegiatan tersebut terutama bagi organisasi-organisasi yang mempunyai tingkat kecelakaan yang tinggi. Pelaksanaan tanggung jawan operasional atas kesehatan karyawan ini berhubungan erat dengan tugas para manajer operasi organisasi.

Program-program kesehatan karyawan dapapt dilakukan dalam berbagai bentuk, yaitu: pertama, membuat kondisi kerja aman antar lain dengan membeli atau mempergunakam mesin-mesin yang dilengkapi alat-alat pengaman; menggunakan peralatan-peralatan yang lebih baik; mengatur layout pabrik dan penerangan sebaik mungkin. Kedua, melakukan kegiatan-kekgiatan pencegah kecelakaan dengan mengendalikan praktik-praktik manusia yang tidak sehat. Ketiga, menciptakan lingkungan kerja yang sehat untuk menjaga kesehatan karyawan dari berbagai gangguan. Penciptaan lingkungan kerja yang sehat secara tidak langsung akan mempertahankan atau bahkan meningkatkan produktivitas.

Akhirnya perusahaan dapat memberikan pelayanan kesehatan dengan penyediaan dokter organisasi dan klinik kesehatan perusahaan. Terkait dengan jaminan kesehatan kerja, jaminan ini dasarnya tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan perasaan aman dan puas (quality of work lofe atua QWL). Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut.

1. Asuransi jiwa, yaitu sebagai jaminan kehidupan keluarga di masa depan bukanlah menopoli atau hanya berlaku bagi para pekerja di lingkungan suatu organisasi/perusahaan. Asuransi jiwa dapat dimanfaatkan oleh setiap orang sesuai kemampuannya masing-masing. Organisasi/perusahaan dapat menggunakan program ini untuk membantu para pekerja agar memiliki rasa aman dalam melaksanakan tugas-tugasnya yang berbahaya dengan risiko dapat merenggut kehidupan.

(13)

3. Asuransi cacat tubuh. Asuransi ini termasuk asuransi kecelakaan, keadaan terburuk yang menempatkan asuransi ini menjadi sangat penting adalah kecelakaan yang berakibat cacat jasmani (tubuh) sehingga pekerja tidak dapat lagi menjalankan fungsi utama dalam pekerjaannya.

4. Biaya rumah sakit. Dalam penyelenggaraan jaminan kesehatan bagi pekerja, salah satu bentuknya adalah penyediaan biaya perawatan rumah sakit, termasuk pembedaan dan biaya bersalin (melahirkan). Di suatu pihak jaminan kesehatan ini sangat diperlukan oleh pekerja dan keluarganya yang menderita sakit berkepanjangan, sedang di pihak lain pembiayaan tesebut dapat menjadi beban yang cukup berat bagi organisasi/perusahaan. Oleh karena itu, untuk tidak merugikan pihak pekerja dan sebaliknya tidak terlalu memberatkan perusahaan, jaminan kesehatan ini dapat diselenggarakannya dalam bentuk asuransi kesehatan, baik dengan premi yang dibayar sepenuhnya oleh organisasi/perusahaan maupun dengan menentukan persentase tertentu yang dibebankan juga pada upah/gaji yang diterima pekerja.

5. Jaminan pengobatan lainnya. Jaminan ini memperluas kompensasi tidak langsung yang tidak sekedar mengenai pekerja yang menderita sakit berkepanjangan, tetapi juga berbagai aspek kesehatan lainnya seperti perawatan dan pengobatan gigi, mata, termasuk kacamata yang berpengaruh pada pelaksanaan pekerjaan, bahkan mungkin juga untuk menyembuhkan dari kecanduan obat (khususnya obat bius), alcohol, dan gangguan mental yang realtif berat.

Terkait dengan tidak bekerja karena sakit, dapat dijelaskan program ini diberikan jaminan bahwa pekerja tidak berkurang atau kehilangan penghasilannya, apabila menderita sakit yang tidak terlalu lama, sehingag tidak dapat bekerja seperti biasa. Untuk mengatasi kemungkinan terjadinya penyalahgunaan, banyak organisasi/perusahaan membaliknya dengan menyelenggarakan program memberikan intensif bagi pekerja yang tidak pernah sakit atau absen, yang dilakukan setahun sekali.

(14)

Oleh sebab itu, menurut teori produktivitas, nilai seorang pekerja ditentukan oleh tingkat kemampuannya menghasilkan sesuatu. Sedangkan ASKES dalam bahasan ini merupakan bentuk benefit yang diberikan kepada pegawai oleh perusahaan/majukan, dan di lingkungan. Pegawai Negeri Sipil dikenal adanya asuransi kesehatan. Pasal 2 peraturan pemerintahan nomor 28 tahun 2003 tentang subsidi dan iuran. Pemerintah dalam penyelenggaraan asuransi kesehatan bagi pegawai negeri sipil (PNS) dan penerima pension, dikatakan: ”dalam rangka penyelenggaraan asuransi kesehatan bagi PNS dan penerima pension, pemerintah wajib memberikan subsidi dan iuran.

Selanjutnya dalam pasal 3 disebutkan bahwa yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan dengan menggunakan alat kesehatan canggih adalah sejenis pelayanan medis baik untuk tujuan diagnostik maupun terapi/pengobatan yang menggunakan teknologi media mutakhir dan memerlukan biaya yang tinggi seperti:

a. Pelayanan diagnostic antara lain magnetic resonance imaging (MRI), radio nuklir, radio isotope, dan terapi.

b. Pelayanan tindakan antara lain operasi kardiovasculalr (jantung dan pembuluh darah), transplantasi organ, dan hemodialysis (cuci darah). Sementara yang dimaksudkan dengan sarana kesehatan dalam peraturan pemerintah adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaua kesehatan yang meliputi balai pengobatan, pusat kesehatan masyarakat, rumah sakit umum, rumah sakit khusus, apotek, pedang besar farmasi, pabrik obat, laboratorium, dan sarana kesehatan lainnya. Kewajiban pemerintah memberikan iuran sebagaimana dimaksud dilaksanakan oleh pemerintah pusat untuk iuran penyelenggaraan asuransi kesehatan bagi PNS pusat dan penerima pension dan oleh pemerintah daerah untuk iuran penyelenggaraan asuransi kesehatan bagi PNS daerah (Pasal 4).

(15)

penyelenggara kesehatan PNS yang ditunjuk oleh pemerintah adalah Badan Usaha Milik Negara PT (Persero) Asuransi Kesehatan.

Rangkuman

Keamanan (safety) merupakan keadaan karyawan yang bebas dari rasa takut dan bebas dari segala kemungkinan kecelakaan kerja. Dalam kaitan ini program-program keamanan yang dapat dilakukan antara lain:

1. Menggunakan mesin-mesin yang dilengkapi alat-alat pengaman; 2. Menggunakan peralatan yang lebih baik;

3. Mengatur tata letak pabrik dan penerangan sebaik mungkin;

4. Lantai-lantai, tangga-tangga, dan lereng-lerengan harus dijaga agar bebas dari air, minyal, dan oli;

5. Melakukan pemeliharaan fasilitas pabrik secara baik;

6. Menggunakan berbagai petunjuk dan peralatan keamanan; beserta larangan-larangan yang dianggap perlu;

7. Mendidik padre karyawan dalam hal keamanan;

8. Membentuk komite manajemen serikat kerja untuk memecahkan masalah-masalah keamanan, dan sebagainya.

(16)

Referensi

Dokumen terkait

 balik muatan muatan kosong, kosong, akan akan dapat dapat beroperasi beroperasi se"ara se"ara efisien efisien jika jika alat alat ini ini mempunyai

Masalah ini dianggap sangat menarik bagi penulis untuk mengetahui bagaimana sistem dan prosedur verifikasi dokumen pembayaran dalam pengadaan barang dan jasa

Pada model yang diusulkan ini, faktor faktor pemicu terjadinya kebakaran, seperti tipe kawasan, kerapatan bangunan, jenis bahan bangunan, dan lainnya akan diidentifikasi

Kadang-kadang saluran empedu tidak terlihat jelas pada pemeriksaan USG untuk menentukan letak obstruksi, karena bagian distal saluran empedu sukar terlihat pada

Quraish Shihab yang berkaitan dengan perpecahan umat dari seluruh aspek yang terkandung di dalam ayat-ayat al-Quran, kemudian dikuatkan dengan penafsiran ahli tafsir yang

Oleh karena itu, maka penelitian ini meneliti faktor- faktor yang mempengaruhi kualitas audit yang dilaksanakan oleh aparat Inspektorat Kota Gorontalo dalam pengawasan keuangan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, adapun impilkasinya yaitu semoga peneliti selanjutnya lebih memaksimalkanhasil penelitiannya dengan menggunakan strategi

Pentingnya mata pelajaran Ke-NW-an disadari dan didasarkan pada - bahwa dalam upaya meletakkan dasar-dasar keyakinan akan kebenaran perjuangan NW di kalangan pelajar