• Tidak ada hasil yang ditemukan

Orang Rimba di Aik Behan dan Asohon

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Orang Rimba di Aik Behan dan Asohon"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Orang

Rimba di

Aik

Behan

dan

Asohon,

TNBD-Selatan

(Laporan Kerja

Lapangan Bulan

Oktober 2015)

(2)

Orang Rimba Dikepung Api Hingga Dikunjungi oleh Rajo Godong Jokowi

Setelah saya kembali dari Aik Behan tanggal 20 Oktober 2015, di SPI tengah heboh dengan kasus kebakaran yang telah menghanguskan ribuan hektar ladang (huma) milik Orang Rimba dan warga sekitar. SPI seperti dikepung oleh dua titik api, yakni: dari Bukit Pal dan dari Bukit Enau yang posisinya di belakang kantor SPI. Beredar isu bahwa sumber api di Bukit Enau tersebut berawal pada kejadian sebulan yang lalu ketika ada pasangan muda-mudi remaja yang lupa memadamkan api bekas acara panggang-panggangan. Usaha pemadaman pada saat itu telah dilakukan oleh Kelompok Tani RT 3, Orang Rimba dan Pihak TNBD. Api yang telah berhasil dipadamkan ini kemudian menyala kembali karena tidak disket. Di sisi lain api yang dari Bukit Pal juga telah berkobar selama dua bulan terakhir. Api yang diduga akibat dari bakar-bakaran lahan antara Orang Rimba dan Orang Dusun. Untuk mengetahui penyebab kebakaran secara pasti tentunya perlu dilakukan penyelidikan yang lebih mendalam.

Khawatir dikepung api, Orang Rimba yang berada di sekitaran SPI memutuskan untuk mengungsi ke perumahan yang telah lama mereka tinggalkan di dekat kantor SPI. Api semakin dekat. Bahelo anjing dan berbagai sumpah serapah keluar dari mulut induk-induk ketika terpaksa mengikhlaskan ladang sumber penghidupannya habis dilalap si jago merah. Para rerayo pun mencoba untuk menghubungi

(3)

Beberapa Orang Rimba dan pihak TNBD dibagi ke dalam beberapa kelompok dan kemudian menyebar ke dalam rimba. Pihak TNBD sendiri hanya membantu pemadaman api pada siang hari jasa. Sementara api tidak bisa disuruh beristirahat pada malam hari. Justru saat malam hari kebakaran itu semakin cepat berkobar. Untuk mengantisipasinya Orang Rimba harus mengeluarkan energi ekstra dan menahan rasa kantuknya selama beberapa malam. Orang Rimba mengeluhkan ketimpangan pembagian kerja ini.

(4)

Pemanfaatan Keruangan bagi Orang Rimba

Sudah sejak lama Orang Rimba hidup survive dan berinteraksi dengan alam. Orang Rimba begitu dekat dengan halom mereka. Dalam perayaan ritus yang berhubungan dengan life cycle (kelahiran, pernikahan, kematian) Orang Rimba selalu menggunakan mediasi yang ada di alam sekitar mereka. Alam juga menyediakan berbagai kebutuhan hidup mereka. Dalam konsepsi berfikir Orang Rimba dikenal beberapa pembagian wilayah yang bisa diolah untuk memenemuhi kebutuhan hidupnya dan mana yang tidak boleh diolah. diantara pembagian wilayah tersebut adalah sebagai berikut:

1. Huma adalah istilah Orang Rimba untuk menyebutkan ladang. Luasannya sangat bervariasi, bahkan satu orang bisa memiliki puluhan hektar huma. Hal ini tergantung dari kemampuannya mengolah lahan tersebut. Letak huma biasanya berada di sekitar rumah mereka. Ada juga yang memiliki huma yang letaknya tersebar di beberapa tempat lainnya. Huma biasanya ditanami dengan berbagai macam tanaman campuran seperti: umbi-umbian, buah-buahan dan karet. Ketika seseorang telah membuka huma, maka lahan tersebut telah sah menjadi hak miliknya meskipun tanpa ada surat-surat kepemilikan yang menegaskan haknya tersebut. Setidaknya Orang Rimba menanam Kayu Sungkai atau merapatkan tanaman karetnya untuk memberikan batas teritorial lahan kepemilikan mereka.

Untuk membuka huma sendiri perlu melalui serangkaian proses sebagai berikut: a. Rangkaian ini dimulai dari menanyakan keadaan tanah tersebut kepada dukun.

Hal ini terkait dengan konsepsi berfikir Orang Rimba tentang adanya dewo-dewo yang menguasai alam. Singkatnya ada dewo yang sifatnya suka menolong dan ada juga sifatnya yang suka mencelakai manusia. Dewo yang terakhir inilah yang coba diantasipasi oleh mereka. Apabila tanah itu terindikasi ada kekuatan jahat biasanya terefleksi dari tanda-tanda alam seperti: langau hijau, kayu mati, dahan patah, dan lain sebagainya. Mereka harus segera pindah lokasi karena adanya rasa ketakutan dan kekhawatiran sesuatu yang buruk akan menimpa mereka kelak. b. Menumbang dilakukan setelah memanjatkan doa-doa. Alat yang digunakan

(5)

menggunakan beliung selama dua sampai tiga jam. Bila lelah ketika menumbang pohon mereka biasanya akan bekuamang1 sebagai sarana hiburan.

c. Sebulan kemudian lahan tersebut dibakar. Untuk itu perlu dilakukan memanggil angin oleh dukun. Sarap atau dedaunan kering kemudian dibersihkan. Dibuatlah tiga titik api dengan menggunakan sulu yang terbuat dari kulit kayu meranti. Tumbukan damar dilemparkan ke arah api, sehingga api semakin berkobar. Api dibiarkan sampai padam.

(6)

d. Tanah dibiarkan selama tiga malam tapi tidak sampai tujuh hari. Saat itu tanahnya masih lembut. Dipimpin oleh dukun maka untuk pertama kali ditanamlah pencalong yakni: ubi putih, serai, sidingin, keladi hitam, ubi dan hitam sebagai penangkal dari dewo pengganggu. Barulah ditanam tanaman lainnya. Dan terakhir yang dibangun adalah rumah untuk menunggui ladang tersebut.

2. Benuaron adalah lahan yang memang diperuntukkan khusus untuk menanam buah-buahan saja. Misal: Kuduk Kuya, Rambutan, Pedero, Siyu, Nadai, Durian, Tampui, Tungou, Rinai, dll

3. Sesap adalah ladang Orang Rimba yang baru ditinggalkan dan tidak digunakan lagi. Kira-kira tiga tahun setelah ditinggalkan.

4. Belukor awalnya adalah sesap namun telah ditumbuhi oleh pohon-pohon besar

5. Hompongon adalah lahan yang berfungsi sebagai benteng bagi Orang Rimba dari dunia luaron. Biasanya ditanami dengan tanaman obat-obatan dan karet yang ditanam lebih rapat.

6. Tano besamo adalah hutan rimba yang tidak ada pemiliknya, siapa saja boleh memanfatkan hasilnya.

Menurut Orang Rimba tanah yang bagus untuk ditanami adalah tanah yang datar dan dingin (subur). Biasanya lokasinya dinamakan rana yakni suatu lapangan dengan pohon-pohon yang tidak terlalu besar dan terletak di dekat muara sungai. Sementara itu ada tanah yang tidak bisa ditanami biasanya tanah tersebut bedewo, diantaranya:

1. Tano Terban yakni bukit yang mudah longsor

2. Subon yakni sebuah air dimana semua binatang minum di sana

3. Tano Peranaon yakni tempat melahirkan dimana ciri-cirinya terdapat tumbuhan sengeri dan sentubung tidak boleh ditebang

4. Tano Pasaron tempat pemakaman biasanya letaknya jauh di rimba dan ditentukan oleh keluarga

(7)

1. Tali Bukit yaitu bukit yang paling tinggi. Contoh Bukit Tergang. 2. Kepalo Tengkuruk adalah jurang tapi terdapat sumber air.

3. Tenggalau terletak di hulu/ puncak hompongon biasa disebut juga somok semak). 4. Pematong terletak diantara anak sungai dan tenggalau, tempatnya terang, bukitnya

agak tinggi.

5. Kasong tanah berbukit

6. Tulung adalah titik puncak sungai. Contoh di puncak telantam pertemuan sungai telantam dan batang kejasung

7. Kuyang terletak di atas pematong satu sampai dua batang kayu besar tak ada kayu kecil, rumput kecil seperti di ladang.

8. Ngengontingan adalah tali bukit yang bersambung dengan sumber dua mata air yang terputus di tengah

9. Pemasiron terletak di tengah bukit

Kehidupan Orang Rimba juga tidak dapat dilepaskan dari sungai. Ikan-ikan yang menjadi sumber protein bagi mereka bisa didapatkan dengan mudah. Di dalam konsepsi berfikir Orang Rimba juga terdapat pembagian wilayah berdasrkan sungai. Berdasarkan besar kecilnya sungai Orang Rimba membagi sungai menjadi tiga, yakni: kobuloton (sungai yang paling besar), sako (anak sungai yang lebih kecil) dan hompongon (yang paling kecil). Di sungai itu terdapat pembagian tempat dengan berbagai variasi ikan yang berbeda, yakni:

1. Siding yaitu lubang batu yang terdapat pada tebing. Ikan yang biasa hidup di sini adalah: hulonto, kepiung, boung, tano, bernet, tampuk, seluang dan ruon.

2. Liban yaitu lubang tanah yang terdapat di tebing. Ukurannya lebih besar dari siding. Biasanya yang hidup di sini adalah lelabi.

(8)

Berkunjung ke Bubung Meratai (Bepak Bejoget) di Aik Behan

Sketsa Kediaman Keluarga Meratai di Aik Behan

(9)

Bedegak Perempuan Anak 10 Tahun

*Orang Rimba tidak mengenal umurnya secara pasti. Mereka punya penghitungan sendiri yaitu menghitung mundur dari suatu fenomena alam yang gampang diingar.

(10)

Untuk menupang kehidupan ekonomi keluarganya, Meratai menggantungkan nasibnya dari huna yang ditanami dengan karet dan buah-buahan. Setidaknya ada lima Ha karet yang sudah siap untuk dipotong. Dua Ha di Aik Behan dan sisanya tiga Ha di Tupang Celang. Bepak masih memiliki dua Ha karet berumur dua tahun yang belum bisa dipotong .

Ketika penulis menjumpainya, beliau tengah berada di Pematang Kabau untuk menjual karet. Menurut cerita dari beliau harga karet sedang rendah yaitu Rp.5.500. Hasil karet yang diperdapat keluarga Meratai adalah 30 keping atau tujuh setengah pikul. Setelah dipotong hutang sebesar Rp. 550.000, uang yang diperdapat keluarga Meratai tersisa Rp.3.000.000. Mereka langsung membelikan berbagai kebutuhan sembako seperti: gula, minyak makan, beras, rokok, dsb. Mereka membawa barang-barang belanjaan tersebut menggunakan ambung.

Keluarga Meratai biasanya menyimpan uang dalam bentuk kain. Kain-kain tersebut sangat berguna dalam adat Orang Rimba. Kain-kain tersebut dirawat dan digantung di atas langit-langit rumah. Keluarga ini juga mempunyai sebuah sepeda motor bermerek JPT. Sepeda motor tersebut didapatkan dengan cara dikredit sebesar Rp. 600.000 selama satu setengah tahun dan DP sebesar Rp. 3.500.000. Sepeda motor tersebut diurus oleh Malik, orang dalam yang sudah masuk Islam di daerah Pematang Kabau.

Daftar alat-alar rumah tangga yang dimiliki oleh keluarga Meratai

No Nama Perabotan Rumah Tangga Kuantitas Perkiraan Harga

1 Kuali 1 buah Rp. 15.000- Rp. 80.000

2 Periuk 1 buah Rp. 40.000 – Rp. 80.000

3 Gelas plastik 1 lusin Rp. 15.000

4 Gelas beling 1 buah Rp. 8.000

5 Sudu (sendok) 1 lusin Rp. 20.000

6 Mangkuk 3 buah Rp. 5.000

7 Cerek 1 buah Rp. 15.000 – Rp. 20.000

8 Termos 1 buah Rp. 75.000

(11)

10 Tikar pandan 1 buah Rp. 50.000 – Rp. 200.000

11 Dirigen air 10 Ltr 1 buah Rp. 10.000

12 Tengki semprot 1 buah Rp. 300.000

13 Kain panjang 200

keping

Rp. 35.000

Tidak dapat berlama-lama bercakap-cakap dengan Meratai. Beliau beserta keluarga berencana untuk mencari manau dan tetebu. Biasanya mereka mencari manau dan tetebu di daerah: Ampang Gaung (anaknya Aik Behan ke Hilir), Desa Buluh, Tanoh Kepayang (3 jam jalan kaki), Kedudung Rabah (2 jam jalan kaki), Pisang Kraya dan Lembing.

Untuk melangsir manau dan tetebu biasanya seluruh anggota keluarga diikutsertakan. Sekali pikul Meratai mampu membawa 6-7 batang manau begitu juga isterinya. Abaedundsng (17) anak lakinya sebanyak 5 batang, Peloli (13) sebanyak 3 batang dan Bedegak si bungsu sebanyak 1 batang. Anak pertamanya Bedendang tidak ikut melansir karena mengurusi anak kecil menantunya sedang mencari jernang dan memotong karet.

Diperkirakan Meratai mereka akan mendapatkan 10 beban manau dan tetebu satu orang . Biasanya akan dilangsir selama berhari-hari tergantung dari jumlah beban dan jauhnya perjalanan mengeluarkannya hingga sampai ke toke. Kalau mereka mencari manau dan tetebu di daerah Tanoh Kepayang, biasanya akan ditumpuk dulu di Aik Behan selama dua hari, di Tupang Celang selama dua hari dan di Sungai Sari (Pematang Kabau) selama dua hari. Tokenya bernama Navid dan menurut masyarakat orangnya suka memberikan pinjaman hutang.

Harga manau di Toke Navid berdasarkan Sizenya

Size Manau Harga

L Rp. 9.000

M Rp. 4.000

S Rp. 3.000

(12)

Berkunjung ke Bubung Bebayang (Bepak Budi) di Asohon

Sketsa Denah Kediaman Keluarga Bebayang di Asohon

Perjalanan yang sempat tertunda karena kebakaran beberapa hari yang lalu. Sisa-sisanya masih meninggalkan asap kabut yang membuat dada sulit untuk bernafas lega. Perjalanan dari SPI menuju Lubuk Jering kami tempuh menggunakan sepeda motor. Perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki menyusuri kebun sawit dan karet milik warga dusun. Kami baru tahu ternyata jalan setapak tersebut sebenarnya bisa dilewati hingga kaki bukit. Jalannya

(13)

menunjukkan pukul 04.00 WIB, sebelum akhirnya Bebayang beserta menantunya Beginje pamit untuk istirahat.

(14)

Pada saat melangsir yang terakhir, Keluarga Bebayang dapat menghasilkan tujuh pikul tetebu atau seberat 80 Kg dan 500 betong manau berbagai ukuran. Hasil penjualannya mencapai Rp. 2.700.000, namun setelah dipotong hutangnya kepada toke maka yang tinggal hanya Rp. 1.800.000. Butuh waktu berhari-hari dan perjalanan panjang untuk mengeluarkan langsiran tersebut dari dalam rimba. Setidaknya harus ditumpuk secara tiga tahap, yaitu: di Hulu Sungai Geding, Batu Besumpah, Sako Keranji dan terakhir dikumpul pada toke di Dusun Lubuk Jering.

Berikut adalah daftar kebutuhan pokok yang dibelikan oleh keluarga Meratai ketika melangsir tetebu dan manau yang terakhir:

Nama Kebutuhan Pokok Unit Harga

Beras 10 Kg Rp. 110.000

Gula 4 Kg Rp. 12.000

Cabe 2 Ons Rp. 7.000

Rokok Harum Manis 2 Pack Rp. 100.000

Minyak Goreng ½ Kg Rp. 10.000

Miwon/ Penyedap Rasa 1 Bungkus Rp.5.000

Batrei 8 buah Rp. 20.000

Total Rp. 491.000

Referensi

Dokumen terkait

Tegasnya, Syaykh Abd Aziz bin Abd Salam telah memberi suatu sumbangan yang besar terhadap metodologi pentafsiran kepada pengajian tafsir di Malaysia.. Sumbangan

Hasil ini menyatakan variabel-variabel independen yang dicakup dalam persamaan dari penelitian ini (yaitu: Komite Audit, Dewan Komisaris, Kepemilikan Institusional dan

Untuk mengetahui distribusi tekanan dan kecepatan aliran fluida di dalam rumah pompa yang dioperasikan sebagai turbin.. Dapat mengetahui bentuk – bentuk (tampilan

Hasil dari penelitian adalah terbangun aplikasi yang diberi nama Let’s QR dan dapat memudahkan pustakawan dalam memberikan informasi kepada pengunjung perpustakaan dengan

Diagram sebab akibat pada Gambar 6 menunjukkan bahwa cacat sambungan terjadi dikarenakan akar masalah operator tidak tahu cara melakukan pengaturan mesin linking ,

Makna Ngaben Ningkeb di Banjar Kebon, Desa Pakraman Blahbatuh, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar adalah dimana konsepsi sarira yang digunakan sebagai makna

(Hirsjärvi, Remes & Sajavaara 2008, 226.) Laadullisen tutkimuksen kentällä näitä käsitteitä on kuitenkin kritisoitu, sillä ne ovat syntyneet määrällisen

Teori ini menjelaskan mengenai pemilihan sumber pendanaan yang membandingkan antara sumber pendanaan internal dan eksternal, namun teori ini tidak menjelaskan mengenai