DISTRIBUSI PRODUK DAN HARGA PADA
EKONOMI ISLAM
Ditujukan untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah : Pengantar Bisnis
Dosen : Yaumul Khair Afif M.E.I
Di Susun Oleh Kelompok 7 (tujuh)
1. Faisal Amir
2. Cintana Zulkarnain Putri 3. Devi Asmita
4. Asra Nabila 5. Ega Ananda
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
JAM’IYAH MAHMUDIYAH
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “DISTRIBUSI PRODUK DAN HARGA PADA EKONOMI ISLAM” Tidak lupa shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang merupakan inspirator terbesar dalam segala keteladanannya. Tidak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada Dosen mata kuliah Pengantar Bisnis yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam pembuatan makalah ini, orang tua yang selalu mendukung kelancaran tugas kami, serta pada anggota tim yang selalu kompak dan konsisten dalam penyelesaian tugas ini.
Akhirnya penulis sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap makalah ini, dan penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi tim penulis khususnya dan pembaca yang budiman pada umumnya. Tak ada gading yang tak retak, begitulah adanya makalah ini. Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan dari para pembaca guna peningkatan pembuatan makalah pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang.
Tanjung Pura Desesmber 2017
Tim Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...i
DAFTAR ISI...ii
BAB I PENDAHULUAN...1
A. Latar Belakang...1
B. Rumusan Masalah...1
C. Tujuan Pembahasan...1
BAB II PEMBAHASAN...2
A. Pengertian Distribusi...2
B. Fungsi – Fungsi Utama Saluran Distribusi...3
C. Macam-Macam Saluran Distribusi...4
D. Islam dan sistem pasar...6
E. Penetapan Harga Menurut Pandangan Islam...9
BAB III PENUTUP...13
A. Kesimpulan...13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Distribusi menggambarkan jalur barang dari produsen sampai ke pelanggan. Saluran tersebut biasanya melibatkan juga perantara pemasaran, atau perusahaan yang ikut serta dalam proses pemindahan barang sampai ke tangan konsumen. Keputusan perusahaan yang berkaitan dengan distribusi dapat berpengaruh terhadap kinerjanya karena mempengaruhi cakupan produk atas pelanggan.
Dalam islam telah diatur mengenai cara bermuamalah bagi seorang muslim. Dalam jual beli kaitannya dengan penentuan harga, islam memperbolehkan jual beli dan melarang riba. Hal tersebut tertuang dalam surat Al-Baqarah : 275 yang artinya:
“Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”
Penetapan harga menurut pandangan islam, tidak boleh ada unsur riba di dalamnya. Bagi pedagang tidak boleh meraup keuntungan yang sebesar-besarnya dengan menaikkan harga.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Itu Distribusi ?
2. Bagaimana Fungsi – Fungsi Utama Saluran Distribusi ? 3. Bagaimana Macam-Macam Saluran Distribusi ?
4. Bagaimana Islam dan sistem pasar ?
5. Bagaimana Penetapan Harga Menurut Pandangan Islam ?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk Mengetahui Distribusi.
2. Untuk Mengetahui Fungsi – Fungsi Utama Saluran Distribusi. 3. Untuk Mengetahui Macam-Macam Saluran Distribusi.
5. Untuk Mengetahui Penetapan Harga Menurut Pandangan Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Distribusi
Dalam usaha untuk memperlancar arus barang/jasa dari produsen ke
konsumen, maka salah satu faktor penting yang tidak boleh diabaikan adalah
memilih secara tepat saluran distribusi (channel of distribution) yang akan
digunakan dalam rangka usaha penyaluran barang-barang atau jasa-jasa dari
produsen ke konsumen.
Distribusi merupakan kegiatan menyalurkan barang atau jasa dari
produsen kepada konsumen. Kegiatan distribusi memiliki peranan penting bagi
produsen, sebab kegiatan tersebut mampu menyalurkan barang yang dihasilkan
produsen kepada masyarakat. Apabila barang atau jasa tidak disalurkan kepada
konsumen maka hasil produksi tersebut hanya akan menumpuk di gudang saja
sehingga produsen akan mengalami kerugian. Barang atau jasa akan berguna jika
sudah berada di tangan konsumen. Oleh karena itu, produsen berusaha
menyalurkan barang atau jasa tersebut kepada konsumen.1
Usaha jasa yang terkait dengan kegiatan distribusi di antaranya adalah
perdaganan, pengepakan, angkutan, dan asuransi.
Kegiatan distribusi akan berjalan lancar jika ditunjang oleh saluran
distribusi yang tepat. Saluran distribusi merupakan lembaga-lembaga atau badan
yang memasarkan barang atau jasa yang dihasilkan oleh produsen.
Lembaga-1 Mustafa Edwin Nasution, et. al, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, Kencana, Jakarta,
lembaga atau badan tersebut antara lain pedagang, distributor, agen, makelar,
pengecer dan lain-lain. Beberapa pengertian Saluran Distribusi antara lain sebagai
berikut
Menurut David A. Revzan Saluran Distribusi merupakan suatu jalur yang
dilalui oleh arus barang-barang dari produsen ke perantara dan akhirnya sampai
pada pemakai. Pengertian Distribusi yang dikemukakan tersebut masih bersifat
sempit karena istilah barang sering diartikan sebagai suatu bentuk fisik, sehingga
akibatnya lebih cenderung menggambarkan pemindahan jasa-jasa atau kombinasi
antara baranf dan jasa.
Menurut The American Marketing Association Saluran Distribusi
merupakan suatu struktur unik organisasi dalam perusahaan yang terdiri dari agen,
dealer, pedagang besar dan pengecer melalui sebuah komoditi, produk atau jasa
dipasarkan. Definisi ini lebih luas dibandingkan dengan definisi yang pertama.
Dengan memasukkan istilah struktur menjadikan definisi ini memiliki tambahan
arti yang bersifat statis pada saluran dan tidak dapat membantuuntuk mengetahui
tentang hubungan-hubungan yang ada antara masing-masing lembaga.2
B. Fungsi – Fungsi Utama Saluran Distribusi
Sebuah saluran pemasaran melakukan tugas memindahkan barang atau
jasa dari produsen ke konsumen. la mengatasi sepanjang waktu, tempat dan
kepemilikan yang memisahkan barang dan jasa dari calon pemakainya. Anggota
saluran pemasaran melaksanakan sejumlah fungsi utama sebagai berikut:
1) Informasi; Pengurnpulan dan penyebaran informasi riset pemasaran
mengenai pelanggan, pesaing dan pelaku lain,serta kekuatan dalam
lingkungan pemasaran yang potensial pada saat ini.
2) Promosi; Pengembangan dan penyebaran komunikasi persuasif mengenai
penawaran yang dirancang untuk menarik pelanggan.
3) Negosiasi; usaha untuk meneapai persetujuan akhir mengenai harga, dan
syarat lain sehingga transfer kepemilikan dapat dilakukan.
4) Pemesanan; Komunikasi terbaik dari anggota saluran pemasaran dengan
produsen mengenai minat untuk membeli.
5) Pembiayaan; perolehan dan alokasi dana yang dibutuhkan untuk membiayai
persediaan pada tingkat saluran pemasaran yang berbeda.
6) Pengambilan resiko; asumsi resiko yang berhubungan dengan pelaksanaan
fungsi saluran pemasaran tersebut.
7) Pemilikan fisik; kesinambungan penyimpanan dan pergerakan produk fisik
dari bahan mentah sampai ke pelanggan akhir.
8) Pembayaran; pembeli membayar tagihannya kepada penjual lewat bank dan
institusi keuangan lainnya.
9) Hak milik; transfer kepemilikan sebenarnya dari satu organisasi atau orang
ke organisasi atau orang yang lain.
C. Macam-Macam Saluran Distribusi
Terdapat berbagai macam saluran distribusi barang konsumsi, panjang pendeknya
saluran distribusi tergantung bergantung dari kebijakan perusahaan, diantaranya :3
1. Produsen – Konsumen
3 Prof. Dr. Husein Syahatah, Produk-Produk Investasi Bank Islam Teori Dan Praktek,
Bentuk saluran distribusi ini merupakan yang paling pendek dan sederhana
karena tanpa menggunakan perantara. Produsen dapat menjual barang
yang dihasilkannya melalui pos atau langsung mendatangi rumah
konsumen (dari rumah ke rumah). Oleh karena itu saluran ini disebut
saluran distribusi langsung.
2. Produsen – Pengecer – Konsumen
Produsen hanya melayani penjualan dalam jumlah besar kepada pedagang
besar saja, tidak menjual kepada pengecer. Pembelian oleh pengecer
dilayani oleh pedagang besar, dan pembelian oleh konsumen dilayani
pengecer saja.
3. Produsen – Pedagang Besar – Pengecer – Konsumen
Saluran distribusi ini banyak digunakan oleh produsen, dan dinamakan
saluran distribusi tradisional. Di sini, produsen hanya melayani penjualan
dalam jumlah besar kepada pedagang besar saja, tidak menjual kepada
pengecer. Pembelian oleh pengecer dilayani pedagang besar, dan
pembelian oleh konsumen dilayani pengecer saja.
4. Produsen – Agen – Pengecer – Konsumen
Di sini, produsen memilih agen sebagai penyalurnya. Ia menjalankan
kegiatan perdagangan besar dalam saluran distribusi yang ada. Sasaran
penjualannya terutama ditujukan kepada para pengecer besar.
5. Produsen – Agen – Pedagang Besar – Pengecer – Konsumen
Dalam saluran distribusi, produsen sering menggunakan agen sebagai
kemudian menjualnya kepada toko-toko kecil. Agen yang terlihat dalam
saluran distribusi ini terutama agen penjualan.4
D. Islam dan sistem pasar
Secara umum dapat disampaikan bahwa kemunculan pesan moral Islam
dan pencerahan teori pasar, dapat dikaitkan sebagai bagian dari reaksi penolakan
atas sistem sosialisme dan sekularisme. Meskipun tidak secara keseluruhan dari
kedua sistem itu bertentangan dengan Islam. Namun Islam hendak menempatkan
segala sesuatu sesuai pada porsinya, tidak ada yang dirugikan, dan dapat
mencerminkan sebagai bagian dari the holistic live kehidupan duniawi dan
ukhrowi manusia.
Oleh sebab itu, sangat utama bagi umat Islam untuk secara kumulatif
mencurahkan semua dukungannya kepada ide keberdayaan, kemajuan dan
kecerahan peradaban bisnis dan perdagangan. Islam secara ketat memacu umatnya
untuk bergiat dalam aktivitas keuangan dan usaha-usaha yang dapat meningkatkan
kesejahteraan social.
Berdagang adalah aktivitas yang paling umum dilakukan di pasar. Untuk
itu teks-teks Al Qur’an selain memberikan stimulasi imperative untuk berdagang,
dilain pihak juga mencerahkan aktivitas tersebut dengan sejumlah rambu atau
aturan main yang bisa diterapkan di pasar dalam upaya menegakkan kepentingan
semua pihak, baik individu maupun kelompok.5
Konsep Islam menegaskan bahwa pasar harus berdiri di atas prinsip
persaingan bebas (perfect competition). Namun demikian bukan berarti kebebasan
4 Ibid hal. 41
5 Wahbah Zuhaili Mausu’ah al- Fiqh al-Islam wa al-Qadhaya al- Mu’asharah, Vol. IV,
tersebut berlaku mutlak, akan tetapi kebebasan yang dibungkus oleh frame
syari’ah. Dalam Islam, Transaksi terjadi secara sukarela (antaradim
minkum/mutual goodwill, Sebagaimana disebutkn dalam Qur’an surat An Nisa’
ayat 29. Didukung pula oleh hadits riwayat Abu dawud, Turmudzi, dan Ibnu
Majjah dan as Syaukani sebagai berikut:
”Orang-orang berkata: “Wahai Rasulullah, harga mulai mahal. Patoklah harga
untuk kami!” Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah-lah yang mematok
harga, yang menyempitkan dan yang melapangkan rizki, dan aku sungguh
berharap untuk bertemu Allah dalam kondisi tidak seorangpun dari kalian yang
menuntut kepadaku dengan suatu kezhaliman-pun dalam darah dan harta”. (HR
Abu Dawud, at-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan asy-Syaukani).
Selanjutnya pasar yang adil akan melahirkan harga yang wajar dan juga
tingkat laba yang tidak berlebihan, sehingga tidak termasuk riba yang diharamkan
oleh Allah SWT. Artinya: Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak
dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan
lantaran (tekanan) penyakit gila. keadaan mereka yang demikian itu, adalah
disebabkan mereka Berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama
dengan riba, padahal Allah Telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba. orang-orang yang Telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu
terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang Telah diambilnya
dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah.
orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah
Dalam pada itu, transaksi yang dilakukan secara benar dan tidak masuk
dalam riba dalam mencari keutamaan Allah bahkan mendapat dukungan yang
kuat dalam agama6
“Dan carilah apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan)
dunia dan berbuat baiklah … (QS. Al Qoshos: 77)
Konsep mekanisme pasar dalam Islam dibangun atas prinsip-prinsip sebagai
berikut: Pertama, ArRidha, yakni segala transaksi yang dilakukan haruslah atas
dasar kerelaan antara masing-masing pihak (freedom contract). Hal ini sesuai
dengan Qur’an Surat an Nisa’ ayat 29:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh
dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.”(Qs: Annisa’
29)
Kedua, berdasarkan persaingan sehat (fair competition). Mekanisme pasar akan
terhambat bekerja jika terjadi penimbunan (ihtikar) atau monopoli. Monopoli
dapat diartikan, setiap barang yang penahanannya akan membahayakan konsumen
atau orang banyak.7
Ketiga, kejujuran (honesty), kejujuran merupakan pilar yang sangat
penting dalam Islam, sebab kejujuran adalah nama lain dari kebenaran itu sendiri.
Islam melarang tegas melakukan kebohongan dan penipuan dalam bentuk apapun.
Sebab, nilai kebenaran ini akan berdampak langsung kepada para pihak yang
melakukan transaksi dalam perdagangan dan masyarakat secara luas.
Keempat, keterbukaan (transparancy) serta keadilan (justice). Pelaksanaan
prinsip ini adalah transaksi yang dilakukan dituntut untuk berlaku benar dalam
pengungkapan kehendak dan keadaan yang sesungguhnya.
E. Penetapan Harga Menurut Pandangan Islam
Setelah perpindahan (hijrah) Rasulullah SAW ke Madinah, maka beliau
menjadi pengawas pasar (muhtasib). Pada saat itu, mekanisme pasar sangat
dihargai. Salah satu buktinya yaitu Rasulullah SAW menolak untuk membuat
kebijakan dalam penetapan harga, pada saat itu harga sedang naik karena
dorongan permintaan dan penawaran yang dialami. Bukti autentik tentang hal ini
adalah suatu hadis yang diriwayatkan oleh enam imam hadis (kecuali Imam
Nasa’i). Dalam hadis tersebut diriwayatkan sebagai berikut :
“Manusia berkata saat itu, ‘Wahai Rasulullah harga (saat itu) naik, maka
tentukanlah harga untuk kami’. Rasulullah SAW bersabda: ‘Sesungguhnya Allah
adalah penentu harga, Ia adalah penahan, Pencurah, serta Pemberi rezeki.
Sesungguhnya aku mengharapkan dapat menemui Tuhanku Diana salah seorang
di antara kalian tidak menuntutku karena kezaliman dalam hal darah dan harta.”
Nabi tidak menetapkan harga jual, dengan alasan bahwa dengan
menetapkan harga akan mengakibatkan kezaliman, sedangkan zalim adalah
haram. Karena jika harga yang ditetapkan terlalu mahal, maka akan menzalimi
pembeli; dan jika harga yang ditetapkan terlalu rendah, maka akan menzalimi
penjual.8
8 Siti Nur Fatoni, Pengantar Ilmu Ekonomi (Dilengkapi Dasar-Dasar Ekonomi Islam),
Hukum asal yaitu tidak ada penetapan harga (al-tas’ir), dan ini merupakan
kesepakatan para ahli fikih. Imam Hambali dan Imam Syafi’i melarang untuk
menetapkan harga karena akan menyusahkan masyarakat sedangkan Imam Maliki
dan Hanafi memperbolehkan penetapan harga untuk barang-barang sekunder.
Mekanisme penentuan harga dalam islam sesuai dengan Maqashid
al-Syariah, yaitu merealisasikan kemaslahatan dan menghindari kerusakan di antara
manusia. Seandainya Rasulullah saat itu langsung menetapkan harga, maka akan
kontradiktif dengan mekanisme pasar. Akan tetapi pada situasi tertentu, dengan
dalih Maqashid al-Syariah, penentuan harga menjadi suatu keharusan dengan
alasan menegakkan kemaslahatan manusia dengan memerangi distorsi pasar
(memerangi mafsadah atau kerusakan yang terjadi di lapangan)
Dalam konsep islam, yang paling prinsip adalah harga ditentukan oleh
keseimbangan permintaan dan penawaran. Keseimbangan ini terjadi bila antara
penjual dan pembeli bersikap saling merelakan . Kerelaan ini ditentukan oleh
penjual dan pembeli dan pembeli dalam mempertahankan barang tersebut. Jadi,
harga ditentukan oleh kemampuan penjual untuk menyediakan barang yang
ditawarkan kepada pembeli, dan kemampuan pembeli untuk mendapatkan harga
barang tersebut dari penjual.9
Akan tetapi apabila para pedagang sudah menaikkan harga di atas batas
kewajaran, mereka itu telah berbuat zalim dan sangat membahayakan umat
manusia,maka seorang penguasa (Pemerintah) harus campur tangan dalam
menangani persoalan tersebut dengan cara menetapkan harga standar. Dengan
maksud untuk melindungi hak-hak milik orang lain., mencegah terjadinya
penimbunan barang dan menghindari dari kecurangan para pedagang. Inilah yang
pernah dilakukan oleh Khalifah Umar bin Kattab.
Konsep mekanisme pasar dalam Islam dibangun atas prinsip-prinsip sebagai
berikut:
1. Ar-Ridha, yakni segala transaksi yang dilakukan haruslah atas dasar
kerelaan antara masing-masing pihak (freedom contract). Hal ini sesuai
dengan al-Qur’an Surat an- Nisa’ ayat 29 yang artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. dan janganlah kamu
membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu.”(QS: An-Nisa’: 29)
2. Berdasarkan persaingan sehat (fair competition). Mekanisme pasar akan
terhambat bekerja jika terjadi penimbunan (ihtikar) atau monopoli.
Monopoli setiap barang yang penahanannya akan membahayakan
konsumen atau orang banyak.
3. Kejujuran (honesty), kejujuran merupakan pilar yang sangat penting dalam
Islam, sebab kejujuran adalah nama lain dari kebenaran itu sendiri. Islam
melarang tegas melakukan kebohongan dan penipuan dalam bentuk
apapun. Sebab, nilai kebenaran ini akan berdampak langsung kepada para
pihak yang melakukan transaksi dalam perdagangan dan masyarakat
secara luas.10
4. Keterbukaan (transparancy) serta keadilan (justice). Pelaksanaan prinsip
ini adalah transaksi yang dilakukan dituntut untuk berlaku benar dalam
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian diatas yang menjadi titik pentingnya adalah bahwa regulasi pasar dalam islam adalah dimaksudkan agar terjaganya hak dari semua pihak, baik pembeli maupun penjual. Untuk itu perlu ditekankan disini bahwa aspek utama dalam ekonomi islam termasuk dalam system pasar adalah aspek moralitas. Beberapa aspek itu menyangkut persoalan integritas, akuntabilitas, dan profesionalitas bila diterapkan dalam pelaksanaan system moder saat ini.
Yang tak kalah penting dari persoalan regulasi adalah komitmen islam dalam menegakkan aturan-aturan itu dengan memberlakukan institusi hisbah, yang memiliki tanggungjawab dan wewenang dalam pengawasan pasar, bahkan lembaga hisbah atau wilayatul hisbah dapat berlaku pada persoalan-persoalan lain yang lebih universal, seperti kesejahteraan, terpenuhinya fasilitas umum dan terjaganya hukum.
DAFTAR PUSAKA
Mustafa Edwin Nasution, et. al, 2010. Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, Kencana, Jakarta
Prof. Dr. Husein Syahatah. 2005. Produk-Produk Investasi Bank Islam Teori Dan Praktek, Pusat Kajian Ekonomi Islam (Pakeis) Kairo, cet. III,
Wahbah Zuhaili 2008. Mausu’ah Fiqh Islam wa Qadhaya al-Mu’asharah, Vol. IV, Dar al- Fikr. Damaskus.