MAKNA ARSITEKTUR
(TEORI ESTETIKA DAN PERILAKU)
ARSITEKTUR MODERN
–
ARSITEKTUR POST-MODERN
NILLA ARDYA P. 3212100032
SHINTA OCTAVIANA P. 3212100041
IMAM PRATAMA I. 3212100051
KELAS A
MAKNA ARSITEKTUR
(TEORI ESTETIKA DAN PERILAKU)
ARSITEKTUR MODERN
–
ARSITEKTUR POST-MODERN
A. MAKNA KARYA ARSITEKTUR
ARSITEKTUR MODERN
SEAGRAM BUILDING
Lokasi : 375 Park Avenue, New York City, New York, USA. Arsitek : Mies van der Rohe + Philip Johnson
Tahun : 1954 – 1958
Seagram building adalah bangunan skyscraper pertama yang berhasil diselesaikan oleh Mies. Seagram dirancang untuk melambangkan keanggunan dan prinsip – prinsip modernism.(1) Bangunan ini terdiri dari 38
lantai dan dilengkapi plasa pada lantai dasar. Bangunan
ini menganut gaya international style. Dalam arsitektur modern, kita akan melihat kesan simple dan tanpa ornamen atau hiasan. Pemaknaan sebuah bangunan tak akan lepas dari pemikiran sang arsitek. Untuk mendapatkan kesan pada sebuah karya arsitektur, harus melihat pandangan dan pemikiran dari arsitek.
Pemikiran dan konsep Mies van der Rohe
Mies van der rohe atau Ludwig Mies van der Rohe adalah arsitektur dari Jerman yang menerapkan prinsip “Less is More”(2) dan “God is in the details”(3)
yang artinya kesederhanaan adalah sebuah estetika dinilai lebih, dimana fitur dalam disain tidak diperlukan dan minimalis adalah sebuah kewajiban, dimana arsitek dituntut untuk lebih simple dan berani berimajinasi dengan batas-batas minimalis tertentu. Prinsip ini dijadikan sebagai pedoman dalam arsitektur modern.
dalam sebuah ruang secara keseluruhan dan artikulasi yang berbeda dari bagian seperti yang diungkapkan oleh Gerrit Rietveld menarik Mies. Teori desain dari Adolf Loos ditemukan resonansi dengan Mies, khususnya ide-ide pemberantasan ornamen, dangkal dan tidak perlu mengganti diterapkan rumit dengan tampilan langsung dari bahan dan bentuk. Loos telah terkenal menyatakan bahwa "ornamen adalah kejahatan".(4) Mies juga mengagumi
ide-idenya tentang bangsawan yang dapat ditemukan dalam anonimitas kehidupan modern.
Ludwig Mies menciptakan sebuah gaya arsitektur abad kedua puluh yang
berciri khas “clear” dan “simple“. Karyanya memanfaatkan bahan modern
seperti baja dan kaca piring untuk mendekor ruang interior. Ia berusaha menerapkan konsep minimalis namun tetap seimbang dengan gaya arsitektur
ruang terbuka. Gedung karyanya sering mendapat sebutan arsitektur “kulit dan tulang”, karena kesederhanaannya. Ludwig Mies menggunakan
pendekatan rasional yang akan memandu proses kreatif desain arsitektur.(3)
Teori dan prinsip-prinsip Arsitektur Ludwig Mies Van Der Rohe(5)
o Mies menganut falsafah Rasionalisme dan arsitektur modern
o Solusi bangunan harus memungkinkan untuk gelar optimal dari
fleksibilitas untuk mengakomodasi kebutuhan ekonomi sering untuk merevisi pengaturan ruang hidup dan bekerja.
o Bekerja dalam tiga jenis bangunan trabeated: rendah-naik kerangka
bangunan frame, bangunan bertingkat tinggi kerangka frame, dan satu lantai jelas-span bangunan.
o Mengekspresikan skala dalam hal kategori keseluruhan penggunaan
atau memperhitungkan besarnya bangunan
o Desain yang diasah untuk kesempurnaan yang lebih besar dalam setiap
bangunan berturut-turut oleh perbaikan halus dalam proporsi dan merinci bukan oleh perubahan radikal dalam ekspresi keseluruhan
o Interaksi kritis antara bangunan, konstruksi fungsi dan struktur, yang
merupakan jantung dari arsitektur, sering menyentuh ekspresi puitis yang benar.
o Dia percaya arsitektur menjadi proses sejarah, dan bahwa dalam arsitek
ARSITEKTUR POST-MODERN
MUSEUM TSUNAMI
Museum Tsunami Aceh adalah sebuah museum yang dibangun untuk mengenang peristiwa tsunami dan gempa bumi yang melanda wilayah Aceh dan sekitarnya pada 26 Desember 2004 silam. Desain museum ini dirancang oleh Bapak Ridwan Kamil dan merupakan hasil sayembara yang diselenggarakan oleh Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh-Nias (BRR Aceh-Nias) pada 17 Agustus 2007 lalu. Pembangunan museum ini dimulai pada tahun 2007, diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 27 Februari 2009.
Gambar 11. Denah, potongan dan tampak Museum Tsunami Aceh “Rumoh Aceh as Escape Hill” adalah konsep desain yang digunakan oleh Ridwan Kamil dalam proses perancangan Museum Tsunami Aceh. "Emosi saya ikut teraduk-aduk, acapkali air mata saya tertumpah saat mengerjakan
rancangan museum tsunami. Buat saya Aceh sangat istimewa," kata Kang
Emil, sapaan karib Ridwan, dalam sebuah diskusi di Jakarta, tahun lalu. Ridwan
menganggap Aceh sebagai rumah keduanya.
1.1. Bentuk
Desain Museum Tsunami ini mengambil ide dasar dari rumoh Aceh.
Bentuk rumah panggung dipilih sebagai hasil pemikiran kearifan lokal terhadap respon bencana alam banjir dan tsunami.
Gambar 12. Bentuk Museum Tsunami yang terinspirasi Rumoh Aceh Jika ini dilihat dari atas, Museum Tsunami Aceh menganalogikan sebuah
epicenter atau pusat pusaran air dari gelombang laut tsunami. Bentuk ini
dirancang untuk merepresantikan building as a moment sehingga bisa mengingatkan peristiwa tsunami yang terjadi.
Gambar 13. Bentuk tampak atas Museum Tsunami
Bentuk museum juga merepresentasikan hubungan manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan Tuhan. Dalam islam dikenal
habluminnallah dan habluminnannas. Tanda panah ke atas itu
menggambarkan habluminnallah atau hubungan dengan Allah,
Gambar 14. Hablumminallah dan Hablumminannas
Bentuk keseluruhan bangunan Museum Tsunami juga menganalogikan bentuk kapal. Bentuk ini juga dimaksudkan sebagai building as a moment. Kapal adalah satu fenomena yang banyak diketahui oleh
masyarakat Aceh dengan terdamparnya kapal didekat pantai
menjadikan suatu kenangan atau momen yang tidak dapat dilupakan.
Gambar 15. Bentuk bangunan yang menyerupai kapal 1.2. Fasad
Kulit luar bangunan Museum Tsunami Aceh menyimbolkan hubungan antar manusia yang dicerminkan dari kebudayaan lokal Tari Saman. Dimana ukiran kulit bangunan tersebut mengadopsi dari tari saman yang
menurut sang arsiteknya melambangkan kekompakan dan kerja sama
antar manusia Aceh.
Gambar 16. Ukiran fasad bangunan yang terinspirasi dari gerakan Tari Saman
1.3. Tata Ruang Dalam
Dalam tata ruang dalamnya Museum Tsunami dibagi menjadi beberapa bagian yang mempunyai makna tersendiri dari tiap bagiannya.
Dalam space of fear terdapat sebuah lorong yang bernama lorong tsunami yang merupakan akses awal pengunjung memasuki museum. Air mengalir di kedua sisi dinding museum, suara gemuruh air, cahaya yang remang dan gelap, lorong yang
sempit dan lembab, mendeskripsikan ketakutan masyarakat Aceh
pada saat tsunami terjadi, sehingga disebut space of fear.
Gambar 17. Lorong Tsunami 1.3.2. Space of Memory
Setelah melewati lorong tsunami pengunjung akan tiba di sebuah ruang yang dinamai Memorial Hall. Ruangan ini berisikan 26 monitor yang melambangkan tanggal terjadinya tsunami 26 Desember 2004 dimana setiap monitor tersebut berisikan gambar-gambar kenangan saat kejadian tsunami saat itu. Gambar dan foto ini seakan mengingatkan kembali kenangan tsunami yang
melanda Aceh atau disebut space of memory yang tidak mudah
Gambar 18. Memorial Hall 1.3.3. Space of Sorrow
Melewati ruang memori, pengunjung akan dibawa ke Ruang Sumur Doa (Chamber of Blessing). Ruangan ini berbentuk menyerupai sumur dengan ketinggian 30 meter yang dindingnya berisikan ribuan nama korban yang meninggal dunia akibat bencana tsunami. Ruangan ini difilosofikan sebagai kuburan massal tsunami dan pengunjung yang memasuki ruangan ini
dianjurkan untuk mendoakan para korban menurut agama dan
kepercayaan masing-masing.
Di puncak sumur doa terhadap sebuah cahaya terang yang mmembentuk lafal Allah. Ruangan ini juga menggambarkan hubungan manusia dengan Tuhannya (hablumminallah) dan
setiap manusia yang hidup pada akhirnya akan kembali kepada-Nya.
Gambar 19. Sumur doa dan lafal Allah dipuncaknya 1.3.4. Space of Confuse
Lorong ini didesain dengan lantai yang bekelok dan tidak rata. Desain ini merupakan filosofi dari kebingungan dan keputusasaan masyarakat Aceh saat didera tsunami pada tahun 2004 silam,
kebingungan akan arah tujuan, kebingungan mencari sanak
saudara yang hilang, dan kebingungan karena kehilangan harta
dan benda, maka filosofi lorong ini disebut Space of Confuse.
Gambar 20. Lorong Cerobong 1.3.5. Space of Hope
Lorong cerobong membawa pengunjung ke arah jembatan harapan (space of hope). Lorong gelap yang membawa pengunjung menuju cahaya alami melambangkan sebuah
harapan bahwa masyarakat Aceh pada saat itu masih memiki
harapan dari adanya bantuan dunia untuk Aceh guna membantu
B. TEORI ESTETIKA
Pengertian estetika dalam Garis Besar Estetik
Estetika secara tradisional telah dipahami sebagai cabang filsafat yang berkaitan dengan keindahan dan hal yang indah dalam alam dan seni. (The Liang Gie, Garis Besar Estetik, 1983:16)
Menurut John Lang
Teori estetika terbagi menjadi : 1. Estetika Formal
Nilai estetika yang terfokus pada objek, dalam kontribusinya terhadap respon estetis mengenai ukuran, bentuk, warna, ritme, sekuen visual, dsb.
2. Estetika Sensori
Nilai estetika sensori ditimbulkan dari suatu sensasi yang menyenangkan yang diperoleh dari warna, suara, textur, bau, rasa, sentuhan, dsb. yang dihadirkan dalam sebuah lingkungan yang diciptakan. Dengan kata lain estetika ini memperhatikan aspek fisiologis yaitu memunculkan sebuah ‘rasa’.
3. Estetika Simbolik
Nilai estetika yang dihasilkan dengan cara memberikan kesenangan pada seseorang secara sosio-kultural.
4. Estetika intelektual
Sebuah karya arsitektur, tidak hanya membawa wujud fisiknya saja, tetapi juga dapat ‘mengajak’ penggunanya untk merasakan lebih ‘dalam’ lagi makna arsitektural objek tersebut melalui beberapa aspek estetika seperti yang telah disebutkan di atas.
Menurut Monroe Beardsley
Terdapat tiga ciri yang menjadi sifat-sifat ‘membuat baik (indah)’ dari benda estetis pada umumnya. Ketiga ciri itu adalah sebagai berikut :
1. Keasatuan (Unity)
Berarti benda estetis itu tersusun secara baik atau sempurna bentuknya. 2. Kerumitan (Complexity)
jika kita bicara mengenai arsitektur, maka kita tidak hanya bicara tentang fungsi dan bentuk saja. Masih ada unsur-unsur lain yang juga terkait erat dengan arsitektur, yang merupakan konsekuensi logis dari adanya fungsi. Karena fungsi merupakan gambaran dari kegiatan, dimana kegiatan tersebut membutuhkan tempat/ruang untuk keberlangsungannya. Sehingga jika kita membahas fungsi, tentunya akan berlanjut dengan pembahasan tentang ruang.
Sedangkan bentuk yang menurut Sullivan merupakan akibat dari pewadahan fungsi, dapat memberikan ekspresi tertentu. Jadi pembahasan fungsi tidak dapat dipisahkan dari pembahasan tentang ruang, bentuk dan ekspresi bentuk yang dihasilkan.
Menurut Charles Jencks
Mengenai suatu ragam pemahaman cara, rupa, bentuk, dan sebagainya yang ada dalam arsitektur post modern :
1. Hybrid Expression adalah Penampilan hasil gabungan unsur–unsur modern dengan: Vernacular, Local, Metaphorical, Revivalist, Commercial, dan contextual.
2. Complexity adalah Hasil pengembangan ideology–ideology dan ciri– ciri post modern yang mempengaruhi perancangan dasar sehingga menampilkan perancangan yang bersifat kompleks. Pengamat diajak menikmati, mengamati, dan mendalami secara lebih seksama.
3. Variable Space with surprise adalah Perubahan ruang–ruang yang tercipta akibat kejutan, misalnya: warna, detail elemen arsitektur, suasana interior dan lain–lain.
4. Conventional and Abstract Form adalah menampilkan bentuk konvensional dan bentuk bentuk yang rumit (popular), sehingga mudah ditangkap artiinya.
5. Eclectic adalah Campuran langgam–langgam yang saling berintegrasi secara kontinu untuk menciptakan unity.
6. Semiotic adalah Arti yang hendak di tampilkan secara fungsi.
7. Varible Mixed Aesthetic Depending On Context Expression on content and semaic appropriateness toward function. Gabungan unsur estetis dan fungsi yang tidak mengacaukan fungsi.
8. Pro Or Organic Applied Ornament adalah Mencerminkan kedinamisan sesuatu yang hidup dan kaya ornamen.
9. Pro Or Representation adalah Menampilkan ciri–ciri yang gamblang sehingga dapat memperjelas arti dan fungsi.
10.Pro-metaphor adalah Hasil pengisian bentuk–bentuk tertentu yang diterapkan pada desain bangunan sehingga orang lebih menangkap arti dan fungsi bangunan.
12.Pro-Humor ialah Mengandung nilai humoris, sehingga pengamat diajak untuk lebih menikmatinya.
13.Pro-simbolic adalah Menyiratkan simbol-simbol yang mempermudah arti dan yang dikehendaki perancang.
Pengertian Responsive dan Representational Meaning Secara Singkat
Makna Responsif, terbagi atas :
a. Makna Afektif : Perasaan dan emosi seseorang ketika melihat suatu bentuk bangunan. Respons ini didasari oleh pengalaman dan budaya pengguna.
b. Makna Evaluatif : Penghayatan seseorang terhadap representasi dan emosi seketika berdasarkan kompetensinya.
c. Makna Preskriptif : Penghayatan seseorang untuk melakukan sesuatu setelah menglihat dan mengevaluasinya sistem Komunikasi melalui komponen bangunan
Makna Representasional terbagi atas:
a. Makna presentasional : Makna yang didapat tidak berbentuk verbal, melainkan berupa ikon
C. KAJIAN ARSITEKTUR TERHADAP TEORI ESTETIKA
Kajian Arsitektur modern (Seagram Building)
Menurut Teori Monroe Beardsley
Menurut Monroe, bangunan estetik memiliki 3 ciri, yaitu unity, complexity, dan intensity. Pada seagram building, kita akan melihat ketiga ciri-ciri tersebut pada:
1. Kesatuan (Unity)
Seagram building merupakan bangunan dengan gaya international style yang memiliki ciri bentuk berupa geometri murni yang setiap elemen pada fasad bangunan memiliki fungsi.
2. Kerumitan (Complexity)
Material yang digunakan pada seagram merupakan
material hasil produksi pabrik yang dikerjakan secara masal. Material yang digunakan adalah baja dan kaca
yang disusun mengikuti bentuk geometri murni. Kesan less is more sangat terasa dalam fasad bangunan ini, karena tidak ada ornamen yang digunakan sebagai “pemanis” bangunan. Semua ornamen yang ada merupakan perwujudan dari fungsi yang ingin dihadirkan.
3. Sungguhan (Intensity)
Seagram Building merupakan perwujudan dari fungsi yang ingin dihadirkan, yaitu kantor yang dilengkapi lobi serta plasa pada bagian bawah. Karakter “Less is More” sangat terlihat pada seluruh aspek bangunan. Sehingga setiap elemen yang membentuk ruang
4. Symmetry 5. Propriety 6. Economy
Kajian arsitekrut post
—
moderm
Berikut ini adalah kajian arsitektur Museum Tsunami Aceh menurut teori estetika John Lang.
1. Estetika Formal
Merupakan nilai estetika yang terfokus pada objek, dalam kontribusinya terhadap respon estetis. Dalam Museum Tsunami Aceh, estetika formal dihadirkan melalui bentuknya. Bentuk museum terinspirasi dari rumah panggung aceh, berbentuk seperti epicentrum dengan simetri putar. Tekstur kulitnya mengadopsi gerakan tari saman aceh.
2. Estetika Sensori
3. Estetika Simbolik
Nilai estetika yang dihasilkan dengan cara memberikan kesenangan pada seseorang secara sosio-kultural. Estetika simbolik dimunculkan dalam Museum Tsunami berupa penghadiran pengalaman dalam bencana tsunami.
4. Estetika Intelektual
Berikut ini adalah kajian arsitektur Museum Tsunami Aceh menurut teori Charles Jencks mengenai suatu ragam pemahaman cara, rupa, bentuk, dan sebagainya yang ada dalam arsitektur post modern.
Museum tsunami aceh mengandung unsur Hybrid Expression dimana museum menggabungkan unsur modern seperti warna bangunan dengan unsur-unsur lokal seperti bentuk yang terinspirasi dari rumah adat dan fasad yang diambil dari tarian adat.
Desain museum tsunami juga pro organic yang ditunjukkan dalam bentuk bangunan yang dinamis dan pro metaphor yang tergambar dalam bentuk bangunan yang menyerupai pusaran air sehingga mengingatkan pada gelombang tsunami.
Dalam desain museum tsunami digunakan prinsip Varible Mixed Aesthetic Depending On Context Expression on content and semaic appropriateness
toward function sehingga unsur estetika dan fungsi tidak saling mengacaukan. Justru unsur-unsur estetika mendukung fungsi bangunan atau ruangan itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
(1)
http://www.archdaily.com/59412/seagram-building-mies-van-der-rohe/
(2)
http://archmagazine.blogspot.com/2009/11/teori-dan-gerakan-arsitektur.html
(3)
https://luckty.wordpress.com/2012/03/26/ludwig-mies-van-der-rohe-bapak-arsitektur-modern-di-logo-google/
(4)
http://archiholic99danoes.blogspot.com/2011/11/tokoh-arsitektur-ludwig-mies-van-der.html
(5)
http://arsitekdosenarsitektur.blogspot.com/2013/02/ludwig-mies-van-der-rohe.html