LAMPIRAN
Hasil wawancara dengan Bapak Ikhwan Simanjuntak
(Staff Divisi Penyelamatan Kredit (DPK) Kantor Pusat PT. Bank Sumut)
Sarah : Apa yang menjadi Visi dan Misi dari PT. Bank Sumut?
Bapak Ikhwan : Visi dari bank sumut adalah menjadi bank andalan untuk membantu
mendoronng pertumbuhan perekonomian dan pembangunan
daerahserta sebagai salah satu sumber pendapatan daerah dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat, dan yang menjadi misi dari bank
sumut adalah mengelola dana pemerintah dan masyarakat secara
profesional yang didasarkan pada prinsip-prinsip compliance dan
budaya dari perusahaan ini adalah yakni ingin memberikan pelayanan
yang terbaik bagi seluruh nasabahnya.
Sarah : Bagaimana struktur organisasi yang ada di PT. Bank Sumut?
Bapak Ikhwan : Struktur organisasi yang digunakan pada PT.Bank Sumut Kantor Pusat
memiliki banyak bagian-bagian atau jenis-jenis divisi, yaitu divisi
pengawasan, divisi perencanaan, divisi kepatuhan dan manajemen
resiko, divisi sumber daya manusia, divisi teknologi informasi dan
akuntasi, divisi umum, divisi terasury, divisi kredit, divisi
kredit sebagai divisi yang mengurus segala yang berurusan dengan
perkreditan.
Sarah : Apa saja yang menjadi Hak dan Kewajiban debitur dan kreditur?
Bapak Ikhwan : Kewajiban debitur adalah menaati seluruh isi perjanjian yang telah dibuat,
namun sebelum perjanjian tersebut ditandatangani oleh debitur, maka
debitur berhak membaca terlebih dahulu isi perjanjian tersebut. Dan
yang menjadi hak dari kreditur adalah, kreditur berhak menerima
kembali uang dari kredit tersebut baik berupa angsuran maupun bunga,
berhak melakukan kunjungan yang rutin apabilapihak debitur sudah
mulai terlihat tidak cooperative, berhak menagih jumlah kredit yang
diberikan apabila debitur tidak memenuhi pembayaran kredit
sebagaimana yang telah ditentukan, dan pihak bank juga berhak
melelang barang yang menjadi agunan apabila debitur benar-benar tidak
bisa menyelesaikan hutangnya. Dan selengkapnya dapat dilihat dalam
perjanjian kredit yang telah dituangkan dalam perjanjian baku.
Sarah : Dalam perjanjian kredit yang telah sering dilakukan oleh Bank Sumut,
apakah pernah terjadi wanprestasi? Dan bagaimana bentuk dan wujud
dari wanprestasi tersebut?
Bapak Ikhwan : Dalam perjanjian kredit sangat mungkin terjadi wanprestasi, yaitu debitur
tidak melakukan prestasi, tidak melaksanakan kewajibannya dan dia bisa
dipersalahkan. Wanprestasi yang sering terjadi yaitu debitur melakukan
membayar, debitur memenuhi prestasi tetapi tidak sesuai denga yag
diperjanjikan, debitur menggunakan kredit nya itu tidak sesuai dengan
permohonannya di awal, dan debitur sama sekali tidak melakukan
kewajibannya, yaitu tidak melakukan pembayaran. Dan akibat dari
debitur melakukan wanprestasi ini akan membuat pihak bank sulit
percaya lagi kepada pihak debitur. Sehingga itu akan memberikan hak
kepada pihak bank untuk lebih sering melakukan kunjungan, atau
menaikkan frekuensi penagihan kepada pihak debitur.
Sarah : Selain melakukan kunjungan penagihan yang lebih rutin, apalagi yang akan
dilakukan oleh Bank Sumut dalam menagih kepada debitur?
Bapak Ikhwan : Pihak bank akan memberikan surat peringatan selama 3 kali, dan apabila
juga tidak ditanggapi oleh pihak debitur, maka pihak bank akan
melakukan pelelangan, namun itu adalah jalan terakhir dan pihak bank
juga sebenarnya tidak mau melakukan hal tersebut karena pihak bank
juga mau menjaga hubungan yang baik dengan pihak nasabah, maka dari
itu akan dicarilah jalan lain bagaimana agar debitur dapat menyelesaikan
hutangnya.
Sarah : Bagaimana proses pemberian kredit di Bank Sumut?
Bapak Ikhwan : Pertama pihak pemasaran kredit dan dana akan melakukan analisis terlebih
dahulu terhadap calon debitur, ini berfungsi untuk melihat mutu
permintaan kredit yang baru maupun penambahan kredit, selain itu ini
nasabah membayar kembali kredit yang diterimanya. Dengan melakukan
analisis yang baik akan sedikit kemungkinan terjadinya kredit macet.
Sarah : Analisis apa saja yang dilakukan oleh pihak Bank Sumut?
Bapak Ikhwan : Menganalisis karakter calon debitur, dapat dilihat dari pertama didasarkan
oleh hubungannya sebelumnya dengan pihak bank dan bisa juga
menganalisis langsung dengan mewawancarai debitur, melihat riwayat
hidupnya, meneliti lingkungan dan kegiatan usaha nya, bagaimana
pengalaman usah nya. Mencari tahu apa tujuan pengambilan kredit
tersebut, apakah debitur ingin membuka usaha baru atau ingin
menambahkan modal usahanya, caranya dengan pihak bank akan
menghitung terlebih dahulu prospek dari usaha calon debitur tersebut,
apabila kredit itu untuk penambahan modal usaha yang dijaalaninya
maka pihak bank akan mencari tahu keberadaan usaha tersebut apakah
memang benar ada atau hanya untuk mengelabui saja, dan tetap melihat
bagaimana keadaan dari usaha tersebut, apakah usaha nya lancar atau
tidak.
Sarah : Syarat apa saja yang harus dipenuhi oleh debitur dalam mengajukan
permohonan kredit? Dan tahapan apa saja yang harus dilewati?
Bapak Ikhwan : Syarat-syarat nya berbeda-beda sesuai dengan jenis kredit yang debitur
inginkan,namun yang umum adalah, mengisi formulir permohonan
kredit,fotocopy KTP, fotocopy buku nikah, fotocopy keluarga, foto
usaha dari kelurahan. Tahapan yang pertama adalah melakukan
wawancara, kemudian pihak bank akan melakukan survei atau
pemeriksaan langsung ke tempat, tahap evaluasi yaitu mengevaluasi
tentang tujuan dari pengambilan kredit itu, dan akan dilakukan negoisasi
untuk menentukan jumlah kredit yang akan dikeluarkan sesuai dengan
hasil dari evaluasi tersebut, kemudian tahap keputusan kredit, apakah
kredit tersebut disetujui atau tidak, jika disetujui maka pihak bank akan
menghubungi pihak nasabah untuk memenuhi tahap dokumentasi yaitu
pembuatan akta perjanjian, pemungutan bea materai, pengikatan jaminan
pada notaris. Dan kemudian nasabah diminta untuk membuka rekening
di bank tersebut guna untuk mendroping uang tersebut apabila nanti
kredit telah cair, dan yang terakhir pencairan kredit, sebelumnya pihak
bank juga akan melakukan pengecekan ulang baru pihak bank
melakukan droping.
Sarah : Apa saja yang menjadi faktor pendorong terjadinya kredit macet?
Bapak Ikhwan : Faktor yang pertama bisa berasal dari pihak bank, yaitu pihak bank salah
menganalisis atau kurang teliti dalam menganalisis calon debitur nya,
melihat keadaan usaha nya, dan yang harus diperhatikan adalah melihat
jaminan yang diberikan oleh debitur, selain itu adalah faktor dari pihak
debitur itu sendiri, ada memang debitur yang nakal, atau terganggunya
penghasilan mereka yaitu seperti gaji, honorium dan sebagainya, setiap
jenis yang mengganggu keuangan mereka pasti akan berkesinambungan
terjadinya pengalihan penggunaan kredit yang dilakukan oleh pihak
debitur, pengalihan penggunaan kredit yang tidak sesuai dengan tujuan
awal pasti akan berpotensi sebagai kredit macet, karena tidak sesuai dengan
perhitungan awal. Faktor lain diluar dari kekuasaan bank dan nasabah
adalah faktor kebijakan ekonomi pemerintah atau kondisi ekonomi negara
yang tidak mendukung usaha nya, seperti kenaikan BBM, dan faktor lain
terjadi musibah terhadap usahanya.
Sarah : Bagaimana ketentuan kredit dapat dikatakan macet bagi PT. Bank Sumut?
Bapak Ikhwan : Kredit macet menurut Bank Sumut berdasarkan Keputusan Direksi Bank
Indonesia No. 7/2/PBI/2005. Terdapat 5 kolektibilitas atau sering disebut
sebagai sandi untuk melihat kredit tersebut dikatakan macet. Yang pertama
lancar yaitu tidak ada masalah nasabah membayar dengan lancar,
kolektibilitas kedua yaitu dalam perhatian khusu yaitu terdapat tunggakan
selama 90 hari, kurang lancar yaitu terdapat tunggakan angsuran pokok
maupun bunga sampai 180 hari, diragukan yaitu terdapat tunggakan
melampaui 180 hari sampai 270 hari dan tingkat keraguan bank kepada
nasabah semakin tinggi bahwa kredit itu akan macet, dan yang terakhir
adalah macet, kredit tersebut benar-benar macet.
Sarah : Tindakan apa yang akan dilakukan oleh pihak bank apa bila telah terjadi
tunggakan atau tidak lancarnya suatu pembayaran kredit oleh debitur? Dan
Bapak Ikhwan : Pihak bank akan melakukan kunjungan atau mendatangi langsung kerumahnya
atau ke tempat usaha nya, dan reaksi yang didapatkan bermacam-macam,
beberapa nasabah lenih memilih menghindari petugas kami, dan bahkan
ada yang bereaksi marah pada saat ditagih karena debitur merasa seperti
dipermalukan karena sampai didatangi kerumah ataau ke tempat usahanya.
Namun bagi pihak bank reaksi marah tersebut menjadi suatu pertanda baik,
karena jika debitur merasa malu dan sudah merasa terganggu
ketenangannya maka akan timbul lah itikad baik dari diri debitur untuk
dapat menyelesaikan hutangnya.
Sarah : Hambatan apa yang dihadapi dalam melakukan mediasi perbankan untuk
menyelesaikan kredit macet?
Bapak Ikhwan : Adanya perbedaan padangan antara bank dan nasabah dalam sengketa
nya, pada dasar nya pihak bank hanya berpegang dengan perjanjian
kredit yang seharusnya dipatuhi oleh nasabah, ini terjadi karena
perbedaan karakteristik dan sudut pandang, nasabah yang mengadukan
masalahnya tidak mau mendengar penjelasan karena faktor emosional,
nasabah masih melakukan wanprestasi meskipun sudah terjadi
kesepakatan dalam mediasi, dan faktor lain nasabah itu sendiri tidak