• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II ETNIK MINANGKABAU DI KOTA MEDAN 2.1 Deskripsi Kota Medan - Tari Piring (Studi Etnografi Mengenai Komodifikasi Tari Piring di Kota Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II ETNIK MINANGKABAU DI KOTA MEDAN 2.1 Deskripsi Kota Medan - Tari Piring (Studi Etnografi Mengenai Komodifikasi Tari Piring di Kota Medan)"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

ETNIK MINANGKABAU DI KOTA MEDAN

2.1 Deskripsi Kota Medan

Kota Medan merupakan ibukota provinsi Sumatera Utara, hal ini didasarkan atas faktor sejarah terbentuknya Kota Medan yang memiliki cikal bakal dari wilayah kekuasaan Kesultanan Deli pada waktu itu (BPS, 2010:xxxv). Secara spesifik pada zaman dahulu Kota Medan ini dikenal dengan nama Tanah Deli dan keadaan tanahnya berawa-rawa. Terdapat beberapa sungai melintasi Kota Medan ini dan bermuara ke Selat Malaka. Sungai-sungai itu adalah Sei Deli, Sei Babura, Sei Sikambing, Sei Denai, Sei Putih, Sei Babura, Sei Belawan dan Sei Sulang Saling/Sei Kera.

Pada mulanya yang membuka perkampungan Medan adalah Guru Patimpus lokasinya terletak di Tanah Deli, maka sejak zaman penjajahan orang selalu merangkaikan Medan dengan Deli (Medan–Deli). Setelah zaman kemerdekaan lama kelamaan istilah Medan Deli secara berangsur-angsur lenyap sehingga akhirnya kurang popular.

(2)

Medan, cepat berkembang menjadi pelabuhan transit yang sangat penting.

Pesatnya perkembangan Kampung "Medan Putri" sebagai cikal bakal terbentuknya sebuah kota juga tidak terlepas dari perkebunan tembakau yang sangat terkenal dengan tembakau Delinya, yang merupakan tembakau terbaik untuk pembungkus cerutu.

Usaha perkebunan berkaitan erat dengan pembukaan lahan bagi perkebunan tembakau yang dirintis oleh Jacobus Nienhuys dan berpusat di pertemuan dua alur sungai (sungai Babura dan sungai Deli) yaitu suatu wilayah yang disebut sebagai Medan Putri.

Tujuan Nienhuys datang ke Deli adalah sebagai rangkaian perjalanan mencari lahan untuk perkebunan tembakau sebagai tugas dari perusahaan dagang Pieter van den Arend & Consortium (Pelzer, 1951).

Pada perkembangan lanjutan, cikal-bakal Kota Medan ditentukan oleh pemberian konsesi tanah oleh Sultan Mahmud kepada Nienhuys yang turut menyeret pengakuan atas hak tanah-tanah rakyat yang termasuk dalam konsesi tanah tersebut (Said, 1977:36-37). Konsesi tanah tersebut yang meliputi Kampung Baru dan Deli menjadi lahan bagi tanaman tembakau dan pala pada masa itu, menurut Said (1977:37-38) pada tahun 1870 kegiatan perkebunan atas konsesi tanah tersebut atau disebut juga perkebunan Deli Mij telah menjadi luas.

(3)

Simalungun, Angkola), Jawa, Aceh, Minangkabau, Tionghoa, India (Tamil, Sikh). Komposisi masyarakat Kota Medan yang heterogen terbagi-bagi atas beberapa lokasi, hal ini disebabkan karena pada awalnya lokasi tersebut merupakan daerah awal tumbuh dan berkembangnya suku tersebut di Kota Medan. Perbedaan lokasi tersebut bukan merupakan gambaran penduduk yang terpecah-belah melainkan sebagai wujud persatuan etnisitas yang dimiliki setiap masyarakat di Kota Medan.

2.1.1 Kota Medan Secara Geografis

Kota Medan secara geografis menurut data Badan Pusat Statisitik (2010: 3) terletak antara 3°,27' - 3°,47' Lintang Utara dan 98°,35' - 98°,44' Bujur Timur dengan ketinggian 2,5 – 37,5 Meter di atas permukaan laut. Selain itu, Kota Medan memiliki batas-batas wilayah yang dikelilingi oleh Kabupaten Deli Serdang dari batas sebelah Utara, Selatan, Timur dan Barat.

(4)

sama maka melalui Surat Persetujuan Menteri Dalam Negeri Nomor 140/2271/PUOD, tanggal 5 Mei 1986, Kota Medan melakukan pemekaran Kelurahan menjadi 144 Kelurahan.

Perkembangan terakhir berdasarkan Surat Keputusan Gubernur KDH Tingkat I Sumatera Utara Nomor 140.22/2772.K/1996 tanggal 30 September 1996 tentang pendefitipan 7 Kelurahan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 tahun 1992 tentang Pembentukan Beberapa Kecamatan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan, secara administrasi Kota Medan dimekarkan kembali, dibagi atas 21 Kecamatan yang mencakup 151 Kelurahan. Berdasarkan perkembangan administrative ini Kota Medan kemudian tumbuh secara geografis, demografis dan sosial ekonomis.

(5)

dengan daerah-daerah sekitarnya.

Di samping itu sebagai daerah yang pada pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka, Maka Kota Medan memiliki posisi strategis sebagai gerbang (pintu masuk) kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik maupun kuar negeri (ekspor-impor). Posisi geografis Kota Medan ini telah mendorong perkembangan kota dalam 2 kutub pertumbuhan secara fisik , yaitu daerah terbangun Belawan dan pusat Kota Medan saat ini.

2.1.2. Kota Medan Secara Demografis

(6)

oleh perubahan pada aspek sosial ekonomi.

Penurunan tingkat kematian disebabkan oleh membaiknya gizi masyarakat akibat dari pertumbuhan pendapatan masyarakat. Pada tahap ini pertumbuhan penduduk mulai menurun. Pada akhir proses transisi ini, baik tingkat kelahiran maupun kematian sudah tidak banyak berubah lagi, akibatnya jumlah penduduk juga cenderung untuk tidak banyak berubah, kecuali disebabkan faktor migrasi atau urbanisasi.

Komponen kependudukan lainnya umumnya menggambarkan berbagai berbagai dinamika social yang terjadi di masyarakat, baik secara sosial maupun kultural. Menurunnya tingkat kelahiran (fertilitas) dan tingkat kematian (mortalitas), meningkatnya arus perpindahan antar daerah (migrasi) dan proses urbanisasi, termasuk arus ulang alik (commuters), mempengaruhi kebijakan kependudukan yang diterapkan.

(7)

Tabel 1

Jumlah Penduduk Meneurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2009

Golongan Umur Laki Laki Perempuan Jumlah

(1) (2) (3) (4)

0-4 85 479 92 031 177 510

5-9 92 938 95 831 188 769

10-14 93 816 101 718 195 534

15-19 112 384 102 112 214 496

20-24 118 376 123 835 242 211

25-29 101 077 105 293 206 370

30-34 85 089 72 358 157 447

35-39 75 751 88 369 164 120

40-44 77 067 77 986 155 053

45-49 57 601 51 876 109 477

50-54 47 369 52 936 100 305

55-59 36 150 38 715 74 865

60-64 27 363 23 351 50 714

65-69 21 220 19 092 40 312

70-74 11 793 13 230 25 023

75+ 5 984 12 863 18 847

Jumlah/Total 1 049 457 1 071 596 2 121 053

(8)

Tabel 2

Penduduk Kota Medan Menurut Jenis Kelamin Tahun 2000-2009

Tahun Laki-laki Perempuan Jumlah

(1) (2) (3) (4)

2000 945.847 958.426 1.904.273

2001 960.477 966.043 1.926.520

2002 979.106 984.776 1.963.882

2003 990.216 1.003.386 1.993.602

2004 995.968 1.010.174 2.006.142

2005 1.012.040 1.024.145 2.036.185

2006 1.027.607 1.039.681 2.067.288

2007 1.034.696 1.048.460 2.083.156

2008 1.039.707 1.062.398 2.102.105

2009 1.049.457 1.071.596 2.121.053

Sumber BPS Kota Medan

2.1.3. Kota Medan secara Kultural

(9)

2.2 Perantauan Minangkabau di Kota Medan

Masyarakat perantauan Minangkabau di Kota Medan telah ada sejak sekitar tahun 1840-an saat dibukanya perkebunan di wilayah Kesultanan Deli pada masa itu, masyarakat perantauan Minangkabau yang turut dalam pembukaan perkebunan tersebut memiliki mata pencaharian sebagai pengusaha ataupun usaha kecil-kecilan, diantaranya pedagang, saudagar dan pengrajin.

Mengutip Pelly (1994: 55) yang mengatakan bahwa bagi masyarakat perantauan Minangkabau yang memiliki kemampuan akademis dan pendidikan tinggi pada umumnya akan memilih pekerjaan secara profesional dengan semangat wiraswasta.

Komposisi penduduk Sumatera Timur berdasarkan etnis pada tahun 1920 seperti yang dikutip Pelly (1994:57) terdapat keberadaan etnis Minangkabau sebagai bagian dari komposisi masyarakat Sumatera Timur pada masa itu dengan jumlah penduduk 15.002 Jiwa dan pada tahun 1930 jumlah penduduk Kota Medan berjumlah 41.270 Jiwa dengan 5.590 diantaranya merupakan etnik Minangkabau.

Pelly (1994:8) mengatakan bahwa etnik Minangkabau yang melakukan perpindahan dari daerah asal menuju daerah lain merupakan bagian dari kegiatan migrasi yang secara umum disebut dengan istilah merantau.

(10)

Perkembangan perantauan etnik Minangkabau di Kota Medan semakin menunjukkan eksistensi keberadaannya dengan turut menciptakan suasana tersendiri melalui dibukanya pusat perbelanjaan di luar pusat Kota Medan, yaitu di wilayah Sukaramai pada tahun 1955. Kondisi ini juga menciptakan wilayah bagi masyarakat Minangkabau di Kota Medan dengan memiliki usaha di wilayah Sukaramai dan juga menjadikan wilayah tersebut sebagai daerah tempat tinggal, sehingga secara umum dapat dikatakan bahawa daerah Sukaramai merupakan basis masyarakat Minangkabau di Kota Medan.

(11)

Gambar 1

Peta Wilayah Kota Medan dan Persebaran Perantauan Minangkabau Sumber : Googlemaps/diakses pada 13 Maret 2014 (data diolah penulis)

Pemukiman masyarakat Minangkabau dianggap memiliki posisi mapan ketika pada wilayah pemukiman tersebut terdapat adanya pembangunan tempat ibadah (surau dan mesjid), hal ini menjadi simbol dari kemapanan perantauan Minangkabau di Kota Medan.

(12)

Perantauan Minangkabau di Kota Medan selain berprofesi dalam dunia usaha, juga turut membawa nilai budaya tradisi dalam kegiatan merantau tersebut hal ini sebagai bentuk menjaga dan memelihara nilai-nilai budaya tradisi kepada generasi selanjutnya dan juga sebagai bentuk eksistensi nilai budaya tradisi pada kompetisi kehidupan di Kota Medan yang juga diisi oleh beragam latar belakang etnik.

Dalam konteks ini, bentuk nilai budaya tradisi perantauan Minangkabau di Kota Medan salah satunya adalah bentuk kesenian tari piring, yang dianggap merepresentasikan kekuatan, keindahan dan ketangguhan masyarakat Minangkabau dalam menghadapi kehidupan.

2.3 Organisasi Sosial Minangkabau di Kota Medan

Keberadaan perantauan Minangkabau di Kota Medan juga tidak lepas dari adanya organisasi sosial yang dibentuk oleh individu-individu Minangkabau sebagai suatu bentuk sarana komunikasi antar perantauan Minangkabau di Kota Medan.

Organisasi sosial masyarakat Minangkabau di Kota Medan tidak hanya sebagai suatu institusi yang menawarkan romantisme melainkan berfungsi sebagai perekat diantara individu Minangkabau di perantauan, sebagai institusi yang menolong individu Minangkabau bahkan secara luas juga berkontribusi terhadap etnik lainnya, serta sebagai institusi yang menjaga nilai budaya tradisi Minangkabau terhadap generasi Minangkabau yang berada di perantauan.

(13)

persatuan masyarakat Minangkabau berdasarkan klan (marga), berdasarkan wilayah asal, berdasarkan mata pencaharian dan aspek lainnya.

2.3.1. Badan Musyawarah Masyarakat Minang (BM3)

Penelitian terhadap tari piring di Kota Medan berkaitan dengan keberadaan organisasi sosial masyarakat Minangkabau di Kota Medan, yaitu Badan Musyawarah Masyarakat Minang atau disingkat dengan BM3.

Keberadaan organisasi masyarakat seperti BM3 bagi masyarakat Minangkabau di Kota Medan memegang peranan penting, diantaranya sebagai lembaga yang menyatukan antara individu Minangkabau di daerah perantauan; sarana komunikasi diantara individu yang meliputi sikap saling tolong-menolong.

Mengutip Dewi (2007:97) yang menuliskan bahwa :

“Lebih lanjut, munculnya berbagai organisasi sosial di daerah-daerah perantauan ini dapat dipandang sebagai sesuatu yang positif. Dengan hal tersebut, maka pengenalan antarbudaya sekaligus interaksi di antara suku bangsa segera dapat diwujudkan.”

Pendapat tersebut menegaskan akan pentingnya kehadiran organisasi masyarakat di daerah perantauan dan juga sebagai representasi etnik di daerah perantauan dalam lingkup interaksi dengan etnik lainnya di Kota Medan sebagai suatu wujud ekspresi etnik.

(14)

Pada perkembangannya, di tahun 1971 atas kesepakatan yang tercapai diantara anggota masyarakat dan beragam organisasi sosial-masyarakat Minangkabau maka terbentuk Badan Musyawarah Masyarakat Minang (BM3), kehadiran Badan Musyawarah Masyarakat Minang kemudian disepakati sebagai lembaga yang menaungi masyarakat perantauan Minangkabau di Kota Medan.

Keberadaan Badan Musyawarah Masyarakat Minang (BM3) sebagai sarana mempersatukan masyarakat Minangkabau di daerah perantauan Kota Medan dan juga sebagai sarana pelestarian nilai budaya Minangkabau di Kota Medan.

2.3.2. Ikatan Keluarga Bayur (IKB)

Ikatan Keluarga Bayur merupakan organisasi kedaerahan Minangkabau yang ada di Medan. Bayur sendiri ialah nagari (kelurahan) yang berada di sekitar Danau Maninjau Kecamatan Tanjung Raya Propinsi Sumatra Barat. IKB ini beranggotakan sekitar 1000 orang dan IKB bukan hanya suatu himpunan untuk menghimpun IKB saja tetapi juga untuk melestarikan kebudayaan Minang di perantauan. Di Medan IKB berlokasi di Jalan Utama No.135/71.

(15)

menggalakkan pembangunan bangsa dan Negara5

Salah satu perhimpunan warga Minang yang paling terkenal dan terorganisasi dengan baik adalah Sulit Air Sepakat atau SAS. Sulit Air Sepakat

adalah suatu organisasi yang dibentuk oleh masyarakat perantauan Sulit Air, Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Organisasi ini berpusat di Jakarta dan memiliki tidak kurang dari 80 Dewan Perwakilan Cabang (DPC) di seluruh Indonesia serta 4 DPC di luar negeri, seperti di Malaysia, Sydney dan Melbourne, Australia serta Washington DC, Amerika Serikat. SAS dianggap sebagai organisasi masyarakat perantauan Minangkabau yang tersukses di antara organisasi sejenis lainnya yang ada dalam masyarakat Minangkabau perantauan.

.

2.3.3. Sulit Air Sepakat

6

Sanggar tari Tri Arga ialah sanggar tari yang berdiri sejak tahun 1997, yang didirikan oleh Buk Herna, Pak Mus, dan Pak Khairul dan di ketuai oleh Buk

2.4. Sanggar Tari Minangkabau di Kota Medan

Tari piring sebagai salah satu kesenian khas Minangkabau yang dikembangkan melalui sanggar sebagai sarana komodifikasi. Pada penelitian ini penulis mengkaji beberapa sanggar tari minangkabau di Kota Medan yang melakukan komodifikasi pada tari piring.

Adapun sanggar-sanggar tersebut ialah sanggar tari Tri Arga, Ikatan Kesenian Sri Antokan, dan sanggar Tari La Tansa.

2.4.1. Sanggar Tari Tri Arga

5

“Ikatan Keluarga Bayur”

6

(16)

Herna sendiri. Pada awalnya sanggar tri arga berlokasi di Komplek Tasbih Blok 5, yang merupakan tempat latihan menari sekaligus latihan bermusik. Akan tetapi seiiring berjalannya waktu sanggar Tri Arga berganti kepengurusan dengan Pak Khairul sebagai ketuanya dan menunjuk Bang Is sebagai pengurus sanggar. Saat ini sanggar Tri Arga berlokasi di Jalan Dolok Sanggul No. 3 Medan yang merupakan rumah dari Pak Khairul.

Sanggar Tri Arga ialah sanggar tari berbasis minang, hal ini dapat dilihat bahwa sanggar ini mengutamakan tari-tarian minang sebagai produk utama sanggar untuk ditawarkan kepada konsumennya, seperti tari piring, tari persembahan, tari galombang, tari payung, tari rantak, tari bagurau dsb. Akan tetapi, sanggar Tri Arga juga menawarkan tari-tarian daerah lainnya seperti Melayu, Batak, Mandailing, Jawa, Sunda dsb. Selain tari-tarian, sanggar ini juga menawarkan live musik daerah Minangkabau, misalnya pada arak-arakan pengantin dan juga musik mengiringi tari.

Sanggar Tri Arga ini beranggotakan 27 orang yang aktif termasuk penari dan pemusik. Kegiatan latihan menari dan latihan bermusik dilakukan setiap Rabu dan Sabtu sore. Sanggar Tri Arga mengutamakan job oriented, yaitu mempelajari tari dan musik daerah untuk kepentingan pertunjukkan. Secara lebih lengkap Bang Is mengungkapkan :

“Kalau disini kita belajar materi-materi yang paling sering di-order

(17)

2.4.2. IKSA (Ikatan Kesenian Sri Antokan)

Ikatan Kesenian Sri Antokan (IKSA) ialah salah satu grup kesenian di BM3. IKSA sudah berdiri sejak tahun 1966, nama IKSA sendiri berasal dari nama sungai Sri Antokan di Kecamatan Lubuk Pasung Sumatera Barat. Saat ini IKSA diketuai Mayunas Pilliang yang sudah menjabat sejak 2004 sampai sekarang, dengan Ramadian Putra sebagai sekretaris, Herison Chaniago sebagai Bendahara, Hendri sebagai Humas.

IKSA beranggotakan 30 orang yang aktif yang terdiri dari 10 orang penari dan 20 orang pemusik dari semua kelompok umur, ada anak-anak, remaja, dewasa dan juga orang tua. Seperti halnya Iqbal yang berumur 10 tahun, ia sudah belajar musik dan tari di IKSA sejak berumur 7 tahun dan saat ini ia adalah anggota termuda di IKSA. Ia sudah bisa memainkan semua alat music Minangkabau seperti tambur, tansa, talempong dan pupuik. Selain memainkan alat musik Iqbal juga sudah menguasai tari piring, silat galombang dan tari randai. Kegiatan yang dilakukan di-IKSA berupa menari, memainkan alat musik khas Minangkabau, dan

basilek.

(18)

Gambar 2

Kegiatan Latihan Menari IKSA di teras Gedung BM3

Gambar 3 : Iqbal sedang memainkan alat musik tansa

2.4.3. Sanggar Tari La Tansa

(19)

merupakan tempat Raihan mengajar ektrakulikular tari. La Tansa beranggotakan 15 orang yang terdiri dari murid-murid MTS Miftahussalam. Ide mendirikan sanggar muncul ketika ada yang meminta Raihan untuk menari di salah satu acara perkawinan, lebih lengkap Raihan mengatakan :

“pertama kali buat sanggar karena dulu ada yang minta buat nari, kakak kan ngajar eskul nari disini, jadi kakak ambil anak-anak yang bagus narinya untuk nge-job. Awalnya sih cuma kecil-kecilan aja, lama-lama banyak dapat tawaran nari jadi Alhamdulillah kakak buat sanggar”.

Gambar 4

Gambar

Tabel 1
Tabel 2
Gambar 1 Peta Wilayah Kota Medan dan Persebaran Perantauan Minangkabau
Gambar 2
+2

Referensi

Dokumen terkait

Kapasitas resiliensi ada pada setiap individu sehingga mereka memiliki kemampuan untuk dapat bertahan ketika mengalami tantangan dalam hidupnya namun untuk menjadi

Evaluasi terhadap program pendidikan harus dilakukan secara sistematik, terstruktur, periodik dan berkesinambungan dengan menggunakan alat ukur yang dapat diterima

Modul Bimbel Kami selalu disesuikan dengan Kurikulum yang ada di sekolah, sehingga kegiatan Bimbingan tidak sia-sia karena soal-soal yang kita sediakan hampir sama dengan

Modul Bimbel Kami selalu disesuikan dengan Kurikulum yang ada di sekolah, sehingga kegiatan Bimbingan tidak sia-sia karena soal-soal yang kita sediakan hampir sama dengan

Adib Bahrul Huda MI Miftahul Mubtadiin Islamiyah III/b 6 Penata Muda Tk.. Ali Mahbub MI Sunan Giri III/b 8 Penata

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian kemudian diolah dengan menggunakan program SPSS, dapat dijadikan dasar untuk menjawab hipotesis yang diajukan

Plant height, chlorophyll content index (CCI), number of trifoliate leaf per plant (LN), leaf area per plant (LA) and total dry matter per plant (TDM) significantly affected

Untuk menguji hipotesis kedua ini, data yang digunakan adalah kedua data rata-rata harian return saham pada perusahaan yang terdaftar pada kedua Index pasar modal,