• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA KADAR HbA1c PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE-2 DENGAN KATARAK DI RS. HAJI SURABAYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA KADAR HbA1c PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE-2 DENGAN KATARAK DI RS. HAJI SURABAYA"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA TULIS AKHIR

HUBUNGAN ANTARA KADAR HbA1c PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE-2 DENGAN KATARAK DI RS. HAJI SURABAYA

Oleh:

HARJUNA DUTA NUSWANTARA 201010330311027

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS KEDOKTERAN

(2)

KARYA TULIS AKHIR

HUBUNGAN ANTARA KADAR HbA1c PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE-2 DENGAN KATARAK DI RS. HAJI SURABAYA

Diajukan kepada

Universitas Muhammadiyah Malang untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

dalam Menyelesaikan Program Sarjana Fakultas Kedokteran

Oleh:

HARJUNA DUTA NUSWANTARA 201010330311027

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS KEDOKTERAN

(3)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirrobil’alamin. Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis akhir yang berjudul “Hubungan antara Kadar HbA1c Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 dengan Katarak di RS. Haji Surabaya”. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW karena atas kerja keras dan suri tauladan beliau, kita mampu menuju jalan yang telah di ridhoi oleh Allah SWT. Penulisan penelitian ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kedokteran Jurusan Pendidikan Dokter pada Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan penelitian ini, sangatlah tidak mudah. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. dr. Yuliono Trika Nur Hasan, Sp.M. sebagai pembimbing I atas segala bimbingan, koreksi serta motivasi yang diberikan demi kesempurnaan karya tulis ini. Kesabaran dan kecermatan beliau menjadi inspirasi penulis dalam mengerjakan karya tulis akhir.

2. dr. Suharto, Sp.Rad, sebagai pembimbing II atas segala bimbingan, koreksi serta motivasi yang diberikan demi kesempurnaan karya tulis ini. Kebijaksanaan dan kesabaran beliau menjadi jalan bagi penulis untuk selalu berjuang dalam menyelesaikan karya tulis akhir.

3. dr. Bangun Nusantoro, Sp.Rad, selaku penguji atas berbagai saran, kritik dan inspirasi yang begitu membakar motivasi penulis untuk menyempurnakan karya tulis akhir. Kebaikan dan kesabaran beliau memberi ketenangan kepada penulis pada saat sidang penelitian.

(4)

5. Yudistira Pratama dan Shinta Dewi Putri, mas dan mbak yang selalu mendukung dan mendoakan saya agar segera menyelesaikan karya tulis akhir. 6. Seluruh Staff Tata Usaha (Pak Yono, Bu Endang, Mas Didit, Mas Faisal, Mas Nyono, Mbak Citra, Mbak Nuke, dan Mbak Fat). Terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan.

7. Kepala Bagian Laboratorium RS. Haji Surabaya Bu Benita, yang membantu dan memperjuangkan saya sepenuh hati untuk mendapatkan dan mengumpulkan data-data hasil laboratorium pasien.

8. Staff Litbang RS. Haji Surabaya (Mbak Laras, Mbak Windi, Bu Indri) yang membantu penulis untuk mendapatkan izin melakukan penelitian di RS. Haji Surabaya. Dan staff Rekam Medik RS. Haji Surabaya yang membantu penulis untuk mendapatkan data pasien di RS. Haji Surabaya.

9. dr. Hadi Wandono, Sp.PD, KGEH, selaku dosen pembimbing klinis di RS. Haji Surabaya.

10. Sahabat penulis mbah (Wildan Firmansyah), cimeng (Genio Rachmandana), alay (Risky Kukuh Widadi), oyek (Abdul Malik Fajri), mas Indro, Nur, Iqbal, ,Sigit, Habibi, Hanggara, Tantia, Dewi, Novita, dan teman-teman FK UMM lainnya yang tidak dapat disebutkan seluruhnya yang telah banyak membantu, mengingatkan, serta memberikan motivasi dan doanya dalam penelitian ini. 11. Teman-teman kos BBJ 9 (mas Samid, bang Izzy, Doni, Rio, mas Yitno, mbak

Sum, pak Gandung) yang telah membantu penulis.

12. Masha Andina, yang selalu memberikan kesabaran, perhatian, dukungan dan bantuan kepada penulis disetiap waktu.

13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu-persatu, yang telah memberikan dukungan dan motivasi dalam penyelesaian penelitian ini. Penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Dengan kerendahan hati penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya dan mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Semoga penelitian ini dapat menambah wawasan dan bermanfaat bagi semua pihak.

Malang, September 2014

(5)

ABSTRAK

Nuswantara, Harjuna Duta. 2014. Hubungan antara Kadar HbA1c dengan Katarak di RS Haji Surabaya. Karya Tulis Akhir, Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang. Pembimbing: (1) Yuliono Trika Nur Hasan*, (2) Suharto**.

Latar Belakang: Diperkirakan secara epidemiologi pada tahun 2030 prevalensi DM (Diabetes Mellitus) di Indonesia bisa mencapai angka 21,3 juta orang. Komplikasi pada mata terjadi sekitar 20 tahun setelah onset. Penuaan merupakan penyebab katarak yang terbanyak, tetapi banyak juga faktor lain yang terlibat, salah satunya adalah penyakit DM. HbA1c dapat mencerminkan kadar gula darah didalam darah hingga kurang lebih 3 bulan sebelum pemeriksaan. Sehingga diperkirakan kadar HbA1c pada pasien DM tipe 2 dengan kejadian katarak sangat berhubungan erat.

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kadar HbA1c pada pasien DM tipe 2 mempengaruhi kejadian katarak.

Metode: Observasional analitik, menggunakan data sekunder berupa rekam medik. Data pertama menggunakan tingkatan kadar HbA1C kategori baik dengan skor < 6% dan data kedua menggunakan tingkatan kadar HbA1C kategori buruk dengan skor ≥ 6%. Analisis data menggunakan uji Chi-Square dan Odds Ratio.

Hasil Penelitian: Hasil uji Chi-square menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara kadar HbA1c pasien DM tipe 2 dengan angka kejadian katarak, dengan nilai siginifikansi p : 0,009 (p < 0,05). Hasil uji Odds Ratio menunjukkan nilai kekuatan hubungan 0,273 dengan confidence interval 95% 0,100-0,749. Kesimpulan : Kadar HbA1c pasien DM tipe 2 memiliki hubungan yang bermakna dengan angka kejadian katarak.

Kata Kunci: Diabetes Mellitus, HbA1c, Katarak.

* : Dokter spesialis mata dan staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang.

(6)

ABSTRACT

Nuswantara, Harjuna Duta. 2014. The relationship between the level of HbA1c with cataract in RS Haji Surabaya. Final Assignment, Faculty of Medicine University of Muhammadiyah Malang. Advisors: (1) Yuliono Trika Nur Hasan*, (2) Suharto**

Background: The epidemiological study estimated that in 2030, prevalence of DM (Diabetes Mellitus) in Indonesia could reach 21.3 million people. Ocular complications occurred about 20 years after onset of DM. Aging is the biggest cause of cataracts, but also many other factors involved, one of which is a disease of diabetes. HbA1c may reflect blood sugar levels in the blood of up to approximately 3 months before the examination. Thus estimated HbA1c levels in type 2 diabetes patients with cataract occurrence is very closely linked.

Objective: This study aimed to determine the relationship between the level of HbA1c in patients with type 2 DM with the incidence of cataracts.

Methods: Observational analytic, using secondary data from medical records. The first data was using HbA1C level of good category with a score of <6% and the second data was using HbA1C level of bad category with a score of ≥ 6%. Data were analyzed using Chi-Square test and Odds Ratio test.

Results: Chi-square test result showed that there is significant association between the level of HbA1c in type 2 DM patients with the incidence of cataracts, with p : 0.009 (p <0.05). Odds Ratio test result showed that value is 0,273 with confidence interval 95% 0,100-0,749.

Conclusion: The rate of HbA1c in type 2 DM patients have significant association with the incidence of cataracts.

Keywords: Diabetes Mellitus, HbA1c, Cataract

*: An ophthalmologist and lecturer of the Faculty of Medicine, University of Muhammadiyah Malang.

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR SINGKATAN ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar belakang ... 1

1.2 Rumusan masalah ... 2

1.3 Tujuan penelitian... 3

1.3.1 Tujuan umum... 3

1.3.2 Tujuan khusus... 3

1.4 Manfaat penelitian... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Diabetes Mellitus ... 4

2.1.1 Definisi ... 4

2.1.2 Klasifikasi ... 4

2.1.3 Epidemiologi ... 5

2.1.4 Patogenesis DM tipe 2 ... 6

2.1.5 Gejala klinis DM tipe 2 ... 6

2.1.6 Diagnosis ... 8

2.1.7 Komplikasi ... 9

2.1.8 Pengendalian DM tipe 2 ... 11

2.2 Hemoglobin terglikasi (HbA1c) ... 11

2.2.1 Definisi ... 11

2.3 Mata ... 13

(8)

2.3.2 Lensa ... 14

2.4 Katarak ... 15

2.4.1 Definisi ... 15

2.4.2 Prevalensi ... 16

2.4.3 Klasifikasi ... 16

2.4.4 Katarak metabolik... 22

2.4.5 Katarak traumatik ... 22

2.4.6 Katarak komplikata... 23

2.4.7 Katarak terinduksi obat ... 23

2.4.8 Patofisiologi katarak terkait DM ... 23

2.4.9 Gejala klinis ... 25

2.4.10 Faktor resiko ... 25

2.4.11 Diagnosis ... 26

2.4.12 Terapi ... 26

2.4.13 Lensa intraokular ... 27

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 28

3.1 Kerangka konsep ... 28

3.2 Hipotesis ... 29

BAB 4 METODE PENELITIAN... 30

4.1 Jenis penelitian... 30

4.2 Lokasi penelitian ... 30

4.3 Populasi dan sampel ... 30

4.3.1 Populasi ... 30

4.3.2 Sampel ... 30

4.3.3 Besar minimal sampel ... 30

4.3.4 Teknik pengambilan sampel ... 31

4.3.5 Karakteristik Sampel Penelitian ... 31

4.3.5.1 Kriteria Inklusi ... 31

4.3.5.2 Kriteria Eksklusi... 31

4.3.6 Variable penelitian ... 31

4.3.6.1 Variabel bebas ... 31

(9)

4.3.7 Definisi operasional ... 32

4.4 Instrumen penelitian ... 32

4.5 Prosedur penelitian ... 32

4.6 Alur Penelitian ... 34

4.7 Analisis data... 35

BAB 5 ANALISIS DATA ... 36

5.1 Hasil Penelitian ... 36

5.2 Analisa data ... 37

BAB 6 PEMBAHASAN ... 39

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ... 43

7.1 Kesimpulan ... 43

7.2 Saran ... 43

DAFTAR PUSTAKA ... 45

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring ... 9

4.1 Standar Pengukuran HbA1c ... 33

5.1 Karakteristik sampel penelitian berdasarkan jenis kelamin responden... 36

5.2 Karakteristik sampel penelitian berdasarkan usia responden ... 36

5.3 Karakteristik sampel penelitian berdasarkan pemeriksaan HbA1c responden……….. ... ... 37

5.4 Karakteristik sampel penelitian berdasarkan komplikasi responden ... 37

5.5 Karakteristik sampel penelitian ... 37

5.6 Crosstabulation hubungan HbA1c dengan katarak ... 37

5.7 Chi-Square test... ... 38

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Anatomi keseluruhan bola mata ... 13

2.2 Kutub dan ekuator bola mata ... 14

2.3 Potongan cross-section dari lensa ... 15

3.1 Kerangka konsep penelitian ... 28

(12)

DAFTAR SINGKATAN

ADA : American Diabetes Association

AGEs : Advanced Glication End Products

DM : Diabetes Mellitus

HbA1c : Hemoglobin A1c

HLA : Human Leukocyte Antigen

IDDM : Insulin Dependent Diabetes Mellitus

IMT : Indeks Massa Tubuh

IOL : Intra Ocular Lens

KHONK : Koma Hiperosmolar Non Ketotik

Malonyl-CoA : Malonyl Coenzyme A

MDA : Malondialdehyde

MHR : Maximum Heart Rate

NF-κB : Nuclear Factor Kappa-B

NIDDM : Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus

PAI : Plasminogen Activator Inhibitor

PERKENI : Perkumpulan Endokrinologi Indonesia RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar

ROS : Reactive Oxygen Species

SU : Sulfonilurea

TAC : Total Antioxidant Capacity

TGF : Transforming Growth Factor

THR : Target Heart Rate

TNF-α : Tumor Necrosis Factor Alpha

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Al-Agha, A., Ocheltree, A. Rashad, R., et al, 2012, Metabolic cataract in an 8-year-old diabetic boy, The Turkish Journal of Pediatrics, Diunduh 20 Agustus 2014, http://turkishjournalpediatrics.org/pediatrics/pdf/pdf_TJP_1027.pdf

Andley, U. P. 2007. Crystallins in the eye: Function and pathology. Prog Retin Eye Res, 26, Hal. 78-98.

Bathia, R.P., Rai, R., Rao, G.R., 2006, Role of malondialdehyde and superoxide dismutase in cataractogenesis, Ann Ophthalmology, Hal. 103.

Bloomed, 2004, Diagnose for Diabetes Mellitus with HbA1c Examination, Investigate Ophthalmology and Visual Science, Vol. 50, No. 2, Hal. 49-52.

Chen, S. J., Lee, C. J., Wen, Y. C., et al, 2014, Effects of UVB-induced damage on corneal tissues in surgical menopause female rats by bilaterally Ovariectomy, Life

Science Journal, Diunduh 10 Agustus, 2014,

http://www.lifesciencesite.com/lsj/life1105/060_A00282life110514_428_433.pdf Fakhrualdeen R. J. & Al-Shaerify M. Z., 2004, HbA1C% Induced Cataract in Diabetic

Patients, Basrah Journal of Sugery, Diunduh 10 Agustus 2014,

http://www.iasj.net/iasj?func=fulltext&aId=55593

Harper, R. A. dan Shock, P. S., 2008. Lensa, Dalam: Riordan, E. P., Vaughan & Asbury's general ophthalmology, Edisi 17, Buku Kedokteran EGC, Jakarta, Hal. 169-176.

Harrington, V., McCall, S., Huynh, S., et al, 2004, Crystallins in Water Soluble-High Molecular Weight Protein Fractions and Water Insoluble Protein Fractions in Aging and Caractous Human Lenses, Molecular Vision, diunduh 17 Agustus 2014, http://www.molvis.org/molvis/v10/a61/v10a61-harrington.pdf

Hashim, Z., Zarina, S., 2007, Assessment of paraoxonase activity and lipid peroxidation levels in diabetic and senile subjects suffering from cataract, Clinical Biochem, Hal. 705.

Huntjens, B., O’Donnell, C., 2006, Refractive Error Changes in Diabetes Mellitus, Optometry in Practice Vol. 7, Diunduh 12 Agustus 2014, http://www.college-optometrists.org/filemanager/root/site_assets/oip/oip volume_7_issue_3-3_article__refractive_error_changes_in_diabetes

Ilyas, Sidarta, 2010. Ilmu Penyakit Mata, Edisi ke-3 Cetakan ke-8 : Katarak, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, Hal. 107-111.

James, B., Chew, Chris, et all, 2006. Lecture Notes: Ophthalmology, Edisi 9, Hal. 107-111.

(15)

Khurana, A.K., 2007, Comprehensive Ophthalmology, Edisi 4, New Age International, New Delhi, Hal. 3-4.

Kowalak, J. P., Welsh, W., Mayer, B., 2003, Sistem Endokrin, Buku Ajar Patofisiologi, Buku Kedokteran EGC, Jakarta, Hal. 520.

Maidment, J. M., Duncan, G., Tamiya, S., Collison, D. J., Wang, L. & Wormstone, I. M. 2004. Regional differences in tyrosine kinase receptor signaling components determine differential growth patterns in the human lens. Invest Ophthalmol Vis Sci, 45, pp. 1427-35.

mellitus.pdf

Mihardja, L., 2009. Faktor yang Berhubungan dengan Pengendalian Gula Darah pada Penderita Diabetes Mellitus di Perkotaan Indonesia, Majalah Kedokteran

Indonesia, Vol. 59 No. 9, Diunduh 1 Agustus 2014,

http://www.indonesia.digitaljournals.org/index.php/idnmed/681-740-1-PB-1.pdf Moemen, L.A., Mahmoud, A.M., Mostafa, A.M., et al, 2014, The Relation Between

Advanced Glycation End Products and Cataractogenesis in Diabetics, IDOSI, Diunduh 9 Agustus 2014, http://www.idosi.org/wjms/10%284%2914/1.pdf

Pintor, J., 2012, Sugars, The Crystalline Lens and the Development of Cataracts, Biochemistry & Pharmacology, Vol. 1, Diunduh 3 Agustus 2014, http://omicsgroup.org/journals/2167-0501/2167-0501-1-e119.pdf

Pollreisz, A., Erfurt, U. S., 2010. Diabetic Cataract Pathogenesis, Epidemiology, and Treatment, Journal of Ophthalmology, diunduh 26 Maret 2014, http://www.hindawi.com/journals/joph/2010/608751/

Price, S. A., Wilson, L. M., 2002, Pathophysiology: Clinical Concept of Disease Processes, 6th Edition, Elsevier, USA.

Purnamasari, D., 2009. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Mellitus, Dalam: Sudoyo, W. A., . Setyohadi, B., Alwi, I. et al, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 5, Jilid 3, Interna Publishing, Jakarta, Hal. 1880-1883.

Saygili, E.I., Aksoy, S.N., Gurler, B., 2010, Oxidant/Antioxidant Status of Patients with Diabetic and Senile Cataract, Biotechnol EQ. 24, Hal. 1648-1652.

Silbernagl, S., Lang, F., 2000. Hormones, Dalam: Lang, F., Color Atlas of Pathophysiology, Thieme, New York, Hal. 290.

Soegondo, S. 2009, Farmako Terapi pada Pengendalian Glikemia Diabetes Mellitus tipe 2, dalam: A. W. Sudoyo, Setiyohadi, B., Alwi, I. et al Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 5, Jilid 3, Interna Publishing, Jakarta, Hal. 1884-1890.

Tan, J., 2007, Carbohidrat Nutrition, Glycemic Index and The 10-y Incidence of Cataract. American Journal of Clinical Nutrition Vol. 86 No.5, Hal. 1502-1508.

(16)

Tholozan, F. M. & Quinland, R. A. 2007. Lens cells: more than meets the eye. Int J Biochem Cell Biol, 39, pp. 1754-9.

Thomas, D. dan Graham, E. M., 2008. Gangguan Mata yang Menyertai Penyakit Sistemik, Dalam: Riordan, E. P., Vaughan & Asbury's general ophthalmology, Edisi 17, Buku Kedokteran EGC, Jakarta, Hal. 319.

WHO, 2011, Use of Glycated Haemoglobin (HbA1c) in the Diagnosis of the Diabetes

Mellitus, Diunduh 15 Agustus 2014,

http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/70523/1/WHO_NMH_CHP_CPM_11.1_e ng.pdf?ua=1

Wormstone, I. M., Collison, D. J., Hansom, S. P. & Duncan, G. 2006. A focus on the human lens in vitro. Environmental Toxicology and Pharmacology 21, pp. 215-221.

(17)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes mellitus adalah suatu gangguan metabolik kompleks yang mengenai pembuluh-pembuluh darah kecil dan sering menyebabkan kerusakan jaringan yang luas termasuk mata. Secara epidemiologi diperkirakan pada tahun 2030 prevalensi Diabetes Mellitus (DM) di Indonesia bisa mencapai angka 21,3 juta orang. Di sisi lain hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menyebutkan bahwa proporsi dari penyebab kematian yang disebabkan oleh Diabetes Mellitus pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan menduduki peringkat ke-2 dengan persentase sebesar 14,7% sedangkan di daerah pedesaan, Diabetes Mellitus menduduki peringkat ke-6 dengan persentase sebesar 5,8% (Thomas, 2008; Diabetes Care, 2004; Kemenkes, 2009).

Komplikasi pada mata terjadi sekitar 20 tahun setelah onset meskipun diabetesnya tampak cukup terkontrol. Semakin panjangnya masa hidup pasien diabetes menyebabkan peningkatan insiden retinopati dan komplikasi mata lainnya secara mencolok. Prognosis penglihatan diabetes tipe 2 umumnya lebih baik daripada pasien diabetes tipe 1 (Thomas, 2008).

(18)

2

eye studies mengindikasikan 3-4 kali peningkatan prevalensi katarak pada pasien

diabetes usia dibawah 65 tahun, dan meningkat 2 kali lipat pada pasien diabetes usia diatas 65 tahun. (Harper, 2008; Pollreisz, 2010).

Kecepatan pembentukan HbA1c sejalan dengan konsentrasi glukosa darah. Pemeriksaan HbA1c menunjukkan rata-rata konsentrasi glukosa darah dalam waktu 1-3 bulan sebelumnya. HbA1c bukanlah reaksi enzimatik, sehingga HbA1c terbentuk secara perlahan didalam pembuluh darah pasien diabetes, selama kadar

glukosa darah lebih tinggi dari normal. Glukosa dimetabolisme didalam darah

untuk memproduksi energi, dimana HbA1c tidak dapat dimetabolisme. Sehingga

HbA1c dapat dijadikan sebagai pemicu dari perubahan transparansi lensa mata

dan pembentukan katarak. Dan juga kadar HbA1c yang tinggi didalam darah akan

menetap lebih lama daripada glukosa, dan molekul dari HbA1c sangat besar

dengan banyak efek negatif yang ditimbulkan terhadap transparansi lensa mata.

Kadar HbA1c sering digunakan untuk mengukur komplikasi DM dan keberhasilan pengendalian kadar glukosa darah. Penulis ingin mengetahui tentang faktor resiko dari peningkatan kadar HbA1c dengan katarak. Diperkirakan kejadian katarak pada pasien diabetes melitus sangat berhubungan erat. Sehingga berdasarkan latar belakang ini penulis ingin mengambil judul “Hubungan antara kadar HbA1c dengan katarak di RS. Haji Surabaya” (Fakhrualdeen &

Al-Shaerify, 2004; Tan, 2007).

1.2 Rumusan Masalah

(19)

3

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui faktor resiko antara kadar HbA1c pada pasien DM tipe 2 dengan komplikasi katarak dan non katarak.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui kadar HbA1c baik (< 6%) atau buruk (≥ 6%) pada pasien DM tipe-2 yang menderita katarak dan non katarak.

b. Mengetahui prevalensi pasien DM tipe-2 yang menderita katarak. 1.4 Manfaat Penelitian

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas dokter dalam menangani komplikasi katarak pada penderita DM.

b. Dapat memberikan edukasi pada pasien dengan menekankan pentingnya menjaga kadar glukosa darah agar terhindar dari komplikasi-komplikasi DM.

Referensi

Dokumen terkait

Sebagian siswa MTs Darul Huda Mayak sudah memiliki akhlak terpuji dalam kesehariannya, namun sebagian yang lain masih memiliki sikap yang tidak sesuai dengan

Dengan ini kami mengundang Bapak/Ibu untuk melakukan pembuktian kualifikasi terhadap pekerjaan pengadaan Komputer, Printer, Notebook.. Bendungan Bili-Bili No.1

Bank Kustodian akan menerbitkan Surat Konfirmasi Transaksi Unit Penyertaan yang menyatakan antara lain jumlah Unit Penyertaan yang dijual kembali dan dimiliki

Socialiniuose tinkluose, kuriuose visiems demokratiškai suteikiamos lygios teisės savarankiškai kurti komunikacinį turinį, jau pastebėta, kad, kaip ir tradicinėje

P SURABAYA 03-05-1977 III/b DOKTER SPESIALIS JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH RSUD Dr.. DEDI SUSILA, Sp.An.KMN L SURABAYA 20-03-1977 III/b ANESTESIOLOGI DAN

(Buku Pedoman Praktik Industri SMK 1 PIRI Yogyakarta) Dari pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi praktik industri adalah kemampuan, keterampilan, dan sikap

Refleks propioseptif diantaranya adalah refleks dalam (deep reflexes) misalnya refleks otot, tendon dan periosteum dan refleks yang berhubungan dengan tonus otot dan

Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa intra okular posterior,