BAB I
PENDAHULUAN
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna dan hampir transparan sempurna. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Lensa tergantung pada zonula di belakang iris; zonula menghubungkannya dengan corpus ciliare. Di sebelah anterior lensa terdapat Aquos Humour; disebelah posteriornya vitreus.1
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa terjadi akibat dua-duanya. Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama.Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut, akan tetapi dapat juga akibat kelainan kongenital, atau penyulit penyakit mata lokal yang menahun.2
Survei kesehatan indera penglihatan dan pendengaran tahun 1993 -1996 menunjukkan angka kebutaan di indonesia adalah 1,5 %. Dengan penyebab utama kebutaan ini adalah katarak (0,75%), glaukoma (0,20%), kelainan refraksi (0,14%) dan penyakit-penyakit lainnya yang berhubungan dengan usia lanjut (0,38%). Besarnya jumlah penderita katarak di Indonesia berbanding lurus dengan jumlah pertumbuhan penduduk. Pada tahun 2000 diperkirakan sebedasar 15,3 juta penduduk (7,4% dari total populasi) menderita katarak, dengan insiden katarak 0,1% atau 210.000 orang pertahun. Dari jumlah itu, hanya sekitar 80.000 orang sudah dioperasi. 6
Penatalaksanaan katarak adalah dengan operasi dan setiap operasi selalu ada penyulit akibat operasi tersebut. Macam-macam penyulit tersebut bisa karena sewaktu operasi dan setelah operasi dini dan lanjut penyulit dini pasca operasi, penyulit terkait IOL. 4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Anatomi dan Fisiologi Lensa 2.1.1 Penerapan Anatomi
Lensa adalah sesuatu yang transparan, bikonveks, struktur kristalin terletak di antara iris dan vitreous dalam sebuah lekukan fossa patellar berbentuk cawan.4 Mempunyai diameter 9-10 mm dan ketebalan bervariasi sesuai umur, dari 3.5 mm (saat lahir) sampai 5 mm (saat usia tua). Beratnya bervariasi, dari 135 mg (0-9 tahun) sampai 255 mg (usia 40-80 tahun).4
Struktur
1. Kapsul lensa
Merupakan bentuk yang tipis, transparan, membran hyalin yang mengelilongi lensa permukaannya lebih tebal pada anterior daripada posterior.4
2. Epitelium anterior
Merupakan selapis sel kuboid yang terletak dalam ke kapsul anterior.4
3. Serat-serat lensa
Sel-sel epitel memanjang untuk membentuk serat-serat lensa yang mempunyai bentuk struktur yang rumit. Ketika serat-serat lensa terbentuk sepanjang hidup, ini tersusun secara padat sebagai nukleus dan korteks.4
i. Nukleus. Merupakan bagian sentral yang mengandung serat-serat paling tua. Macamnya :
Nukleus embrionik
Merupakan bagian paling dalam dari nukleus membentuk lensa sampai dengan 3 bulan pertama kehamilan.
Nukleus fetal
Terletak di sekitar nukleus embrionik dan membentuk lensa dari 3 bulan kehamilan sampai lahir.
Nukleus infantil membentuk lensa dari saat lahir sampai pubertas, dan
Nukleus dewasa membentuk serat-serat lensa setelah pubertas sampai akhir hidup.4
Gambar 1. Struktur lensa kristalin
ii. Korteks. Adalah bagian perifer yang terdiri dari serat-serat
lensa paling muda.4
4. Ligamen suspensori dari lensa (Zonula Zinn)
Juga disebut sebagai zonula siliari, ini merupakan inti dari rangkaian serat yang beralih dari badan siliari ke lensa. Ini memegang lensa pada posisi dan mengaktifkan otot ciliary untuk bertindak di atasnya
2.1.2. Penerapan fisiologi dan biokimia4
Lensa kristalin adalah struktur transparan yang memainkan peran utama dalam mekanisme memfokuskan penglihatan. Aspek fisiologinya meliputi:
Transparansi lensa
Akomodasi
Akomodasi7
Adalah mekanisme perubahan fokus mata dari gambaran jauh ke dekat, diproduksi oleh perubahan bentuk lensa hasil dari aksi otot siliari pada serat-serat fiber. Substansi lensa adalah paling dapat dibentuk selama masa kanak-kanak tahun-tahun dewasa muda, secara progresif kehilangan kemampuannya merubah bentuk sesuai usia. Setelah sekitar usia 40 tahun, kekakuan nukleus lensa secara klinis menurunkan akomodasi.7
2.2 Definisi katarak
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa terjadi akibat dua-duanya. Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalm waktu yang lama.2
Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut, akan tetapi dapat juga akibat kelainan kongenital, atau penyulit penyakit mata lokal yang menahun. Bermacam macam penyakit mata dapat mengakibatkan katarak seperti glaukoma, ablasi, uveitis dan retinitis pigmentosa. Katarak dapat berhubungan proses penyakit intraokuler lainnya.
Katarak dapat disebabkan oleh bahan toksik khusus (kimia dan fisik). Keracunan beberapa jenis obat dapat menimbulkan katarak seperti eserin , kortikosteroid, ergoit, dan anti kolinesterase topikal. Kelainan sistemik atau metabolik yang dapat menimbulkan katarak adalah diabetes melitus, galaktosemi, dan distrofi miotonik.2
Katarak dapat ditemukan dalam keadaan tanpa adanya kelainan mata atau sistemik (katarak senil, juvenil, herediter) atau kelainan kongenital mata.
Faktor-faktor penyebab katarak: Fisik
Kimia
Penyakit predisposisi
Genetik dan gangguan perkembangan Infeksi virus pertumbuhan janin
Usia
Pasien dengan katarak mengeluh penglihatan seperti berasap dan tajam penglihatan yang menurun secara progresif. Kekeruhan lensa ini mengakibatkan lensa tidak transparan, sehingga pupil akan berwarna putih atau abu-abu. Pada mata akan tampak kekeruhan lensa bermacam-macam bentuk dan tingkat. Kekeruhan ini juga dapat ditemukan pada berbagai lokasi di lensa seperti korteks dan nukleus. 2
Gambar 2. Katarak
2.3 Klasifikasi katarak 2
Berdasarkan macam katarak dibagi menjadi:
Katarak developmental : katarak kongenital Katarak degeneratif
A. Katarak primer : I. Berdasar umur :
1. Katarak juvenil umur < 20 th 2. Katarak pre senil umur 20 – 50 th 3. Katarak senilis umur > 50 th II. Berdasar stadium:
2. Stadium imatur 3. Stadium matur 4. Stadium hipermatur B. Katarak komplikata: 1. Akibat penyakit mata 2. Akibat trauma
3. Penyakit sistemik
2.3.1 Katarak development
-
Katarak KongenitalDefinisi
Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah bayi berusia kurang dari 1 tahun. Katarak kongenital merupakan penyebab kebutaan pada bayi yang cukup berarti terutama akibat penanganannya yang kurang tepat.
Katarak kongenital digolongkan dalam katarak : 2
1. Kapsulolentikular dimana pada golongan ini termasuk katarak kapsular dan katarak polaris
2. Katarak lentikular termasuk dalam golongan ini katarak yang mengenai korteks atau nukleus lensa saja.
Patofisiologi
Sepertiga katarak kongenital disebabkan oleh kelainan herediter, sepertiga yang lain karena gangguan metabolisme atau infeksi atau berkaitan dengan bemacam sindrom, sedang sepertiga terakhir tidak dapat dipastikan penyebabnya. Katarak kongenital disebabkan karena gangguan pertumbuhan lensa akibat dari peradangan intra uterin. Virus Rubella menyerang kehamilan ibu trimester pertama dikatakan menghambat mitosis sel-sel dibeberapa jaringan janin. Pertumbuhan vesikel lensa pada saat itu terjadi pemanjangan sel-sel epitel posterior yang mengakibatkan perkembangan lensa menjadi abnormal.3
Gambar 3. Katarak kongenital
Pembagian 3
Katarak kongenital sering disertai kelainan kongenital lainnya sehingga merupakan sindrom, antara lain:
Sindrom rubella : diserai kelainan jantung, telinga dan genito urinari
Galaktosemi : adanya gangguan metabolisme galaktosa. Sering disertai retardasi mental, hambatan pertumbuhan dan gangguan fungsi hati.
Hipoglikemi : kadar gula darah 20 mg/100 ml atau kurang yang terjadi berulang-ulang menyebabkan konvulsi, somnolen, diaforesis dan tidak sadar
Sindroma lowe ( sindroma okuloserebral renal) : katarak nuklear bilateral dan mikrofakia. Bisa disertai retardasi mental, proteinuri, glukosuri dan batu ginjal
Distrofi miotonik : suatu penyakit autosomal dominan. Katarak ditandai dengan bintik-bintik halus tersebar dikorteks dan subkapsuler. Nukleus jernih. Kelainan sistemik yang menyertai adalah distrofi otot-otot, gangguan kontraksi dan relaksasi, atrofi testis.
Gejala klinis 3 Subyektif :
-
Orang tua penderita mengamati bahwa anaknya setelah kelahiran bulan atau tahun pertama, tajam penglihatan sangat berkurang-
Pupil mungkin berwarna putih, tergantung tebalnya kekeruhan lensa Obyektif :
-
Leukokoria : tampak warna putih pada pupil-
Reflek fundus dilakukan setelah pupil dilebarkan dengan midriatikDiagnosa banding3
-
Retinoblstoma : tumor ganas yang mneyerang retina ditandai dengan gejala mata kucing (amaurotic cat’s eye) yang disertai dengan strabismus, glaukoma-
Retrolental fibroplasia : timbul sebagai akibat pemberian oksigen yang berlebihan pada bayi prematurPenyulit
-
Ambliopia eks anopsia : tajam penglihatan tidak mencapai 6/6 karena makula lutea tidak berkembang-
Nistagmus-
StrabismusPenatalaksanaan
1. Pencegahan : melalui vaksinasi rubela bagi wanita sebelum hamil, diharapkan mengurangi insiden penyakit ini.
2. Pembedahan : apabila didapatkan katarak unilateral yang padat, sentral dengan diameter lebih dari 2 mm atau katarak yang menyerang kedua mata, dianjurkan ekstraksi katarak pada waktu bayi berusia 2 bulan untuk memungkinkan berkembangnya tajam penglihatan dan mencegah ambliopia. Apabila opersi ini berhasil baik, operasi mata kedua dapat dilaksanakan segera
penyulit operasi lebih rendah
4. Tindakan pembedahan berupa disisi lensa diikuti dengan aspirasi irigasi.dilakukan kapsulotomi posterior primer dan vitrektomi anterior untuk mncegah kekruhan pada kapsul
5. Koreksi afakia dilakukan dengan pemberian lensa kontak atau kacamta. Pemasangan lensa intra okuler pada infatil mash merupakan kontroversi
2.3.2 Katarak degeneratif
Katarak Juvenil
Definisi
Katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda, yang dimulai terbentuknya pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak juvenil biasanya merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun metabolik dan penyakit lainnya
Pembagian
Katarak juvenil biasanya merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun metabolik dan penyakit lainnya, antara lain:
1. Katarak metabolik
a. katarak diabetik dan galaktosemik (gula) b. katarak hipokalsemik (tetanik)
c. katarak defisiensi gizi
d. Katarak aminoasiduria (termasuk sindrom lowe dan homsistinuria)
e. Penyakit wilson
f. Katarak berhubungan dengan kelainan metabolik lain
2. Otot
Distrofi miotonik ( umur 20 sampai 30 tahun)
3. Katarak traumatik 4. Katarak komplikata
a. Kelainan kongenital dan herediter (siklopia, koloboma, mikroftamia, aniridia, pembuluh hialoid, persisten, heterokromia, iriditis)
b. Katarak degenaratif (dengan miopia dsan distrofi vitreoretinal, seperti wagner dan retinitis pigmentosa, dan neoplasma)
c. Katarak anoksis
d. Toksik (kortikosteroid sistemik, atau topikal, ergot, naftelein, dinitrofenol, triparanol (MER-29), antikholinsterase, klorpromazin, miotik,
klorpromazinbusulfan)
e. Lain-lain kelainan kongenital, sindroma tertentu, disertai kelainan kulit (sindermatik), tulang dan kromosom
f. Katarak radiasi
Katarak Senilis
Definisi
Katarak senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu diatas 50 tahun yang berkaitan dengan proses degeneratif pada lensa 2
Patofisiologi
Penyebab pasti sampai sekarang belum diketahui. Terjadi perubahan kimia pada protein lensa dan agregasi menjadi protein dengan serat molekul tinggi. Agregasi protein ini mengakibatkan fluktuasi indeks refraksi lensa, pemendaran cahaya dan mengurangi kejernihan lensa. Perubahan kimia pada protein inti lensa mengakibatkan pigmentasi progresif menjadi kuning atau kecoklatan dengan bertambahnya umur, juga terjadi penurunan konsentrasi glutation dan kalium, peningkatan konsentrasi natrium dan kalsium serta peningkatan hidrasi lensa. Faktor yang berperan pada pembentukan katarak antara lain proses oksidasi dari radikal bebas, paparan sina ultraviolet dan malnutrisi.3
Pembagian3
Berdasar tebal tipis kekeruhan lensa : 1. Katarak insipien
Kekeruhan lensa tampak terutama dibagian perifer korteks berupa garis-garis yang melebar dan makin ke sentralmenyerupai ruji sebuah roda. Biasanya pada stadium ini tidak menimbulkan gangguan tajam pengelihatan dan masih bisa dikoreksi mencapai 6/6 2. Katarak imatur
mengenai seluruh lapisan lensa. Terjadi pencembungan lensa karena lensa menyerap cairan, akan mendorong iris ke depan yang menyebabkan bilik mata depan menjadi dangkal dan bisa menimbulkan glaukoma sekunder.
Lensa yang menjadi lebih cembung akan meniingkatkan daya bias , sehingga kelainan refraksi menjadilebih miop 3. Katarak matur
Katarak sudah mengenai seluruh lensa, warna menjadi putih keabu-abuan. Tajam penglihatan menurun tonggal melihat gerakan tangan atau persepsi cahaya.
Gambar 4. katarak matur
4. Katarak hipermatur
Apabila stadium matur dibiarkan akan terjadi pencairan korteks dan nukleus tenggelam kebawah( katarak morgagni), atau lensa akan terus kehilangan cairan dan keriput (shrunken catarak). Operasi stadium ini kurang menguntungkan karena menimbulkan penyulit
Gejala klinis
Subyektif
-
Tajam penglihatan menurun, makin tebal kekeruhan lensa, tajam penglihatan makin kabur. Demikian pula bila kekeruhan terletak disentral dari lensa penderitamersa lebih kabur dibandingkan kekeruhan di perifer-
Penderita meras lebih enak membaca dekat tanpa kacamata seperti biasanya karena miopisasipenderita mengeluh silaudan penurunan penglihatan pada keadaan terang
Obyektif
-
Leukokoria : pupil berwarna putih pada katarak matur-
Tes iris shadow ( banyangan iris pada lensa) : yangpositif pada katarak imatur dan negatif pada katarak matur
-
Reflek fundus berwarna jingga akan menjadi gelap ( reflek fundus negatif ) pada katarak maturDiagnosa banding
Reflek senil : pada orang tua dengan lampu senter tampak berwarna pupil keabu-abuan mirip katarak, tetapi pada pemeriksaan reflek fundus positif
Katarak komplikata : katarak terjadi sebagai penyulit dari penyakit mata (misal uveitis anterior) atau penyakit sistemik ( misal diabetes melitus)
Katarak karena penyeabab lain: misal obat-obatan (kortokosteroid), radiasi, rudapaksa mata dll
Kekeruhan badan kaca Ablasi retina
Penyulit
Glaukoma sekunder : terjadi pada katarak imatur karena pencembungan lensa
Uveitis pakotoksik atau glaukoma fakolitik :terjadi pada stadium hipermatur sebagai akibat masa lensa yang keluar dan masuk kedalam bilik mata depan.
Katarak Komplikata
Merupakan katarak akibat penyakit mata lain seperti radang, dan proses degenerasi ( ablasi retina, retinitis pigmentosa, glaukoma, tumor intra okuler), bisa disebabkan penyakit sistemik endokrin dan keracunan obat. Katarak ini memberikan tanda khas
dimana muali katarak selamanya didaerah bawah kapsul atau pada lapis korteks, kekeruhan dapat difus, punctata dan linier, dapat terbentuk rosete, retikulum, dan biasanya terlihat vakuol.
Gambar 5. katarak komplikata
2.4 Operasi Katarak4
Indikasi bedah katarak
1. Memperbaiki penglihatan. Sejauh ini merupakan indikasi yang paling umum. Kapan saat pembedahan harus disarankan untuk memperbaiki penglihatan berbeda-beda pada setiap orang tergantung kebutuhan penglihatan masing-masing individu. Jadi, setiap individe harus dioperasi katarak saat kebutuhan akan penglihatan menjadi sebuah halangan signifikan untuk gaya hidupnya.4
2. Indikasi medis. Kadang-kadang pasien mungkin nyaman dalam segi visual (karena visus yang berguna dari mata yang lain atau sebaliknya) tetapi mungkin disarankan karena alasan medis seperti:
Lensa menginduksi glaukoma Phacoanaphylactic Endophthalmitis
Penyakit-penyakit retina seperti retinopati diabetes atau perlepasan retina, pengobatan yang sedang terhambat oleh adanya kekeruhan lensa.4
3. Indikasi kosmetik. Kadang-kadang pasien dengan katarak matur tetap dilakukan ekstraksi katarak (meskipun tidak ada harapan untuk membuat visus yang berguna), dengan tujuan untuk mendapatkan pupil yang berwarna hitam.4
Jenis-jenis operasi katarak4
1. Ekstraksi katarak ekstrakapsular (EKEK)
Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek kasul lensa anterior sehingga massa lensa dan korteks lensa dapat keluar melalui robekan tersebut.
Termasuk dalam pembedahan ini ekstraksi linear, aspirasi, dan ligasi.
Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa intra okular posterior, perencanaan implantasi sekunder lensa intra okuler, kemungkinan akan dilakukan bedah glaukoma, mata dengan predisposisi untuk terjadinya prolaps badan kaca, sebelumnya mata mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid makular edema, pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca.4
Jenis-jenis ekstraksi katarak ekstrakapsular:
Gambar 6. Langkah bedah ekstraksi katarak ekstrakapsular konvensional
dengan implantasi IOL posterior: Teknik capsulotomy anterior, teknik pembuka kaleng; B, pembersihan kapsul anterior; C, penyelesaian bagian corneo-scleral; D, pembersihan inti (metode tekanan dan kontra-tekanan); E, aspirasi dari korteks; F, penyisipan haptic inferior dari IOL bilik posterior; G, penyisipan haptic superior PCIOL; H, memasang IOL; I, menjahit corneo-scleral.4
Manual small incission cataract surgery (SICS)
Gambar 7. Langkah operasi katarak SICS: A, rektus superior dijahit
bridle; B, flap konjungtiva dan paparan sklera; C, D & E, sayatan sclera Eksterna (lurus, berbentuk kerutan kening, dan chevron, berurutan) bagian dari terowongan sayatan; F, buat terowongan Sclero-kornea dengan pisau sabit; G, sayatan kornea internal; H, Side Port entri; I, CCC besar; J, Hydrodissection; K, Prolaps inti ke dalam bilik anterior; L, pengiriman dengan mengairi kawat vectis; M, Aspirasi korteks; N, penyisipan haptic inferior dari IOL ruang posterior; O, Penyisipan haptic superior PCIOL; P, pemasangan IOL; Q, Reposisi dan penahan flap konjungtiva.
Gambar 8. Langkah bedah phacoemulsification: A,kapsulorrhexis
kurvilinear berkelanjutan; B, Hydrodissection; C, Hydrodelineation; D &E; Inti emulsifikasi dengan teknik membagi dan menghancurkan (retakan empat kuadran); F, aspirasi korteks4
2. Ekstraksi katarak intrakapsular4
Pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul. Dapat dilakukan pada zonula zinii telah rapuh atau berdegenerasi dan mudah diputus. Pada katarak ekstraksi intrakapsular merupakan tindakan pembedahan yang sangat lama telah populer. Pembedahan ini dilakukan dengan
menggunakan mikroskop dan pemakain alat khusus sehingga penyulit tidak banyak seperti sebelumnya.
Ekstraksi katarak seperti ini tidak boleh dilakukan atau kontraindikasi pada pasien berusia kurang dari 40 tahun yang masih mempunyai ligamen hialoidea kapsular.4
Kontraindikasi absolut termasuk katarak pada anak-anak dan dewasa muda serta kasus-kasus ruptur kapsular karena trauma. Kontraindikasi relatif termasuk miopia yang tinggi, marfan syndrome, katarak morgagni, dan vitreous terdapat di bilik mata depan.7
Gambar 9. Langkah bedah ekstraksi katarak intrakapsular dengan
implantasi lensa intraokular bilik anterior: A, jahit melewati rektus superiorl; B, flap fornix dasar konjungtiva, C, alur ketebalan parsial, D,
penyelesaian dari bagian corneo-scleral; E, iridectomy perifer; F, ekstraksi cryolens; G & H, penyisipan Kelman multiflex IOL dalam bilik anterior; I, jahit corneo-scleral4
BAB III
PENYULIT OPERASI KATARAK
3.1 Penyulit selama operasi
Penyulit selama operasi berlangsung ini dapat berakibat fatal, contohnya bisa menurunkan visus atau sampai terjadinya kebutaan. Contoh kesalahan selama operasi tersebut adalah :
a. Human error. Kesalahan human error mungkin kesalahan yang terbesar saat terjadinya operasi. ini terjadi bisa karena instrumen yang dipakai untuk operasi belum familier dengan operator, atau faktor dari operator itu sendiri.
b. Keberadaan alat-alat instrumen yang terbatas. c. Sterilisasi kurang sempurna selama operasi.
Penyulit saat operasi ini berlangsung dari si pasien mulai memasuki ruang operasi sampai dengan selesai dilakukannya operasi. berikut penyulit selama operasi katarak :
1. Penyulit saat pasien masuk ruang operasi.
Ketika pasien memasuki ruangan operasi, hal ini dapat menyebabkan kecemasan ataupun rasa takut muncul pada pasien. Sehingga memungkinkan terjadinya peningkatan tekanan darah yang dapat menjadi penyulit saat dilakukan operasi.
Penatalaksanaan:
a. Edukasi pasien tentang operasi sehingga pasien mempunyai pengetahuan sehingga tenang.
b. Pemberian obat-obat penenang golongan anxiolytic, contohnya diazepam.
c. Pembauran pasien pra operasi dan pasca operasi, sehingga pasien yang telah dioperasi dapat menceritakan pengalaman keberhasilan operasi pada pasien yang akan dioperasi. Sehingga dapat menurunkan tingkat ketakutan serta meningkatkan rasa kepercayaan pasien bahwa dirinya telah memilih tempat berobat yang benar.Dengan jalan seperti ini dapat menurunkan stres dan perbaikan mental pasien.
d. Pengenalan identitas dokter sebagai operator agar pasien tidak cemas.
2. Desinfeksi mata dengan Betadine 10% 3. Dilakukan anestesi.
Anastesi dapat diberikan secara lokal/blok atau secara general. Namun saat ini lebih banyak dilakukan anastesi secara lokal, contohnya :
a. Anastesi retrobulbar.
Anastesi ini bisa menggunakan penggabungan lidocain sebagai short acting dan marcain sebagai long acting sehingga didapatkan efek yang cepat dan panjang waktunya. Pada saat dilakukan anestesi ini pasien harus melihat ke atas, jika terjadi kesalahan maka bola mata dapat tertusuk. b. Anastesi subkonjungtiva.
Sama seperti anestesi lainnya, apabila terjadi kesalahan baik pada pasien atau operator maka bola mata dapat tertusuk. Tertusuknya sklera disini lebih banyak terjadi, sehingga dapat dihindarkan dengan instruksi yang benar pada pasien agar melihat ke atas dan pelaksanaan dengan instrumen yang benar oleh operator agar tidak terjadi kesalahan yang tidak diinginkan.
c. Anastesi subtenon.
4. Insisi untuk memisahkan konjungtiva dan sklera. Pada langkah ini terdapat penyulit, contohnya :
Insisi terlalu lebar dapat menyebabkan :
a. Perdarahan yang masuk ke dalam bilik mata depan. b. Hifema. Penatalaksanaan. Bila perdarahan berasal
dari insisi, harus dilakukan kauteurisasi. Irigasi dengan BSS dilakukan sebelum ekstraksi lensa. Perdarahan dari iris yang normal jarang terjadi, biasanya timbul bila terdapat rubeosis iridis dan iridosiklitis.
Gambar 10. Hifema
5. Insisi dibelakang limbus corneo-sklera untuk kapsulektomi anterior. Komplikasi yang dapat terjadi :
Iris tertusuk sehingga terjadi perdarahan. Iris terpotong sehingga terjadi iridodialisis.
Komplikasi ini dapat disebabkan oleh instrumen. Biasanya terjadi pada bagian proksimal dari insisi. Clayman menjelaskan bahwa iridodialisis yang kecil tidak berbahaya dan dapat berfungsi sebagai iridektomi perifer.
Penatalaksanaan. Iridodialisis yang besar seharusnya dijahit,
karena secara kosmetik tidak dapat diterima pasien dan dapat merubah posisi pupil.
Mengecilnya pupil saat pupil terkena alat instrumen.
Ingrowth epithelial. Jarang terjadi sel-sel epitelial konjungtiva menginvasi bilik mata depan melalui defek pada insisi. Membran epitelial yang abnormal ini tumbuh secara perlahan-lahan dan berbaris di belakang kornea dan trabecular meshwork menyebabkan glaukoma.4
Penatalaksanaan. Menghilangkan epitel yang tumbuh
Gambar 11. Ingrowth epithelial
Downgrowth fibrous ke dalam bilik mata depan sangat jarang dapat muncul saat aposisi luka katarak tidak sempurna. Hal ini dapat menyebabkan glaukoma sekunder, kekacauan segmen anterior dan utamanya ptosis bulbi.4
Penatalaksanaan. Menghilangkan epitel yang tumbuh
dengan pembedahan.
Gambar 12. Downgrowth fibrous 6. Melebarkan insisi corneo-sklera.
Insisi dilakukan tidak lebih dari 160 derajat atau dari jam 10 ke jam 2. Apabila terlalu lebar maka akan mengakibatkan :
Prolaps Iris. Penyulit ini tidak terjadi pada teknik SICS manual dan fakoemulsi.
Penatalaksanaan. Sebuah prolaps kecil dalam durasi kurang
dari 24 jam dapat direposisi kembali dan luka dijahit. Sebuah prolaps yang besar pada durasi yang panjang memerlukan insisi dan penjahitan luka.
Gambar 13. Prolaps iris
7. Pengeluaran nukleus.
Saat nukleus dikeluarkan, pasien diinstruksikan untuk melirik kebawah. Komplikasi yang dapat terjadi pada langkah ini :
Prolaps corpus vitreum. Prolaps Corpus vitreum merupakan kasus yang serius pada operasi katarak. Apabila terjadi prolaps corpus vitreum akibat kapsul posterior yang robek maka cairan vitreous dapat keluar dan menghambar sirkulasi humor aquos yang menyebab kan tekanan meningkat dan tejadi glaukoma.
Selain itu dapat menyebabkan keratopati bulosa, epithelial dan endothelial downgrowth, prolaps iris, uveitis,ablasi retina, edema macula kistoid, kekeruhan korpus vitreum, endoftalmitis dan neuritis optik.
Penatalaksanaan. Untuk menghindari hal tersebut, harus
dilakukan vitrektomi anterior sampai segmen anterior bebas dari korpus vitreum yang ditandai bentuk pupil normal kembali.
8. Aspirasi dan irigasi.
Komplikasi yang dapat terjadi :
a. Robeknya kapsul posterior yang menyebabkan vitreus prolaps.
b. Aspirasi kurang bersih sehingga masih tersisa yang dapat menyebabkan katarak sekunder.
c. Apabila terkena pupil, pupil akan mengecil. 9. Pemasangan IOL
a. Komplikasi yang terjadi apabila mengenai kornea adalah Striae keratopati. Dikarakterisasikan oleh oedema kornea ringan dengan lipatan Descement merupakan penyulit yang harus sering
diobservasi segera setelah periode pasca operasi. Ini muncul disebabkan oleh kerusakan endotelial selama pembedahan.
Penatalaksanaan. Striae keratopati ringan biasanya hilang secara
spontan dalam waktu seminggu. Keratopati sedang dan berat dapat diterapi dengan instilasi dari salin hipertonis drop (sodium chloride 5%) bersamaan dengan steroid.
Gambar 14. Striae keratopati
b. Bisa terjadi prolaps iris apabila saat pemasangan IOL pasien mengejan atau batuk secara tidak sengaja.
c. Malposisi IOL atau pemasangan yang kurang tepat dapat menyebabkan Astigmatisme.
Gambar 15. Desentrasi IOL
Nama-nama untuk berbagai malposisi IOL, yaitu: I. Sunset syndrome (subluksasi IOL inferior)
II. Sunrise syndrome (subluksasi IOL superior)
III. Syndroma hilang lensa mengacu pada dislokasi komplet
IV. Windshield syndrome dihasilkan saat IOL yang sangat kecil
terletak secara vertikal dalam sulkus. Di dalam, lengkungan superior bergerak-gerak ke kiri dan kanan sesuai dengan pergerakan kepala.4
d. Pupil terperangkap IOL dapat muncul berikut iritis pasca operasi atau proliferasi dari sisa-sisa serat lensa.4
e. Sindroma lensa toksik. Berupa peradangan uvea baik oleh gas etilen yang digunakan untuk sterilisasi IOLs (dalam kasus awal) atau dengan bahan lensa (pada kasus lanjut).4
10.Aspirasi dan irigasi saat mengambil viscoelastin.
Proses pengambilan viscoelastin yang telah dimasukkan guna membentuk bilik mata depan sewaktu memasukkan lensa tanam dan mencegah terjadinya glaucoma. Selain itu juga bisa menyebabkan katarak sekunder.
Katarak Sekunder. Penyebab :
I. sisa materi lensa yang keruh dapat bertahan karena setelah katarak ketika terperangkap di antara sisa-sisa kapsul anterior dan posterior, dikelilingi oleh fibrin (berikut iritis) atau darah (berikut hyphaema).
II. tipe proliferatif setelah katarak dapat berkembang dari sel-sel
epitelial anterior yang tertinggal. Pita hialin proliferatif dapat membentang pada seluruh kapsul posterior.
Tipe klinikal. Setelah katarak dapat muncul sebagai penebalan
kapsul posterior, atau membran padat setelah katarak (A) atau Soemmering’s ring yang mengacu pada cincin tebal pada katarak sekunder terbentuk di belakang iris (B) atau Elsching’s pearls yaitu vakuola subkapsular sel epitel berkelompok seperti gelembung sabun sepanjang kapsul posterior (C).4
Penatalaksanaan.
a) Pembedahan seperti disisi katarak sekunder, kapsulotomi, membranektomi, atau mengeluarkan seluruh membran keruh.
b) Sebelum laser Neodymium Ytrium (ndYAG) digunakan, katarak sekunder diobati dengan menggunakan
kapsulotomi kecil dengan pisau jarum / jarum nomor 27 gauge berkait.
Gambar 16. Types of after cataract : A, dense membranous;
B, Soemmering's ring; C, Elschnig's pearls.
11. Jahit luka insisi.
Komplikasi yang dapat terjadi :
Terlalu banyak jahitan mengakibatkan kelengkungan kornea yang berlebih dan tidak berautran , maka dapat terjadi astigmatisme. Jahitan yang kuat harus diangkat untuk mencegah terjadinya infeksi namun mungkin diperlukan penjahitan kembali jika penyembuhan luka insisi tidak sempurna. Fakoemulsi tanpa jahitan melalui insisi yang kecil menghindarkan komplikasi ini. Selain itu, penempatan luka memungkinkan koreksi astigmatisme yang telah ada sebelumnya.
3.2. Penyulit selama di ruangan.
Pengumpulan darah pada bilik mata depan yang dapat muncul dari pembuluh darah konjungtiva atau sklera akibat trauma mata minor atau sebaliknya.
Penatalaksanaan. Kebanyakan hifema diabsorbsi secara spontan
dan tidak diperlukan penanganan. Kadang-kadang hifema dapat membesar dan berkaitan dengan peningkatan tekanan intra okular. Pada beberapa kasus, tekanan intra okuler harus diturunkan dengan acetazolamide dan agen hiperosmotik. Jika darah tidak diabsorbsi dalam hitungan minggu, maka paracentesis harus dilakukan untuk mengeringkan darah.
Perdarahan ekspulsif. Perdarahan ekspulsif merupakan
komplikasi yang jarang terjadi. Keadaan ini biasanya ditandai dengan peningkatan tekanan intra okuler yang mendadak diikuti dengan refleks fundus merah tua, luka insisi terbuka, prolaps iris serta diikuti keluarnya lensa, viterus dan darah.
Penatalaksanaan. Pengelolaannya adalah segera menutup luka
insisi dengan jahitan atau menekan bola mata secara digital. Pearlstein dan Lindstorm menyarankan, setelah perdarahan berhenti luka insisi dibuka kembali dan dilakukan vitrektomi anterior. Beberapa penulis menyarankan membuat sklerotomi posterior untuk mengalirkan darah
2. Prolaps Iris.
Hal ini biasanya disebabkan penjahitan insisi yang tidak adekuat setelah EKIK dan EKEK konvensional dan muncul selama hari pertama atau kedua pasca operasi. Penyulit ini tidak terjadi pada teknik SICS manual dan fakoemulsi.
Penatalaksanaan. Sebuah prolaps kecil dalam durasi kurang dari
24 jam dapat direposit kembali dan luka dijahit. Sebuah prolaps yang besar pada durasi yang panjang memerlukan absisi dan penjahitan luka.
3. Infeksi nosokomial.
Uveitis anterior pasca operasi dapat terjadi akibat trauma instrumental, penanganan yang tidak semestinya pada
jaringan uvea, reaksi terhadap korteks residu atau reaksi kimia diinduksi oleh viscoelastics, pilocarpine, dll.
Penatalaksanaan. Termasuk penggunaan steroid topikal
secara agresif, sikloplegik, dan NSAID. Steroid sistemik jarang diperlukan pada kasus-kasus dengan reaksi fibrin berat.
Gambar 17. Uveitis anterior
Endoftalmitis bakterial. Ini adalah salah satu penyulit yang paling ditakuti dengan angka kejadian 0,2 sampai 0,5 %. Sumber utama infeksi adalah solusio yang terkontaminasi, tangan dokter yang melakukan bedah, flora konjungtiva pasien sendiri, kelopak mata dan bakteri air-borne.
Gejala dan tanda dari endoftalmitis bakteri umumnya
muncul antara 48 – 72 jam setelah pembedahan dan termasuk: nyeri mata, visus berkurang, oedema kelopak, kemosis konjungtiva dan ditandai dengan kongesti sirkumsilier, oedema kornea, eksudat pada daerah pupil, hipopion di bilik mata depan5, dan berkurangnya atau hilangnya sinar merah pupil.
Penatalaksanaan. Ini adalah keadaan emergensi dan harus
Gambar 18. Endoftalmitis bakterial
4. Bilik mata depan datar (dangkal atau tidak terbentuk). Ini merupakan penyulit yang jarang terjadi akibat peningkatan penutupan luka. Hal ini juga dapat diakibatkan kebocoran luka, perlepasan siliokoroidal, atau blok pupil.
- Bila mata depan datar dengan kebocoran luka adalah berkaitan dengan hipotonus. Hal ini dibuktikan dengan tes Seidel. Dalam tes ini, setetes floresens diteteskan pada fornix bawah dan pasien diminta berkedip agar merata. Insisi kemudian diperiksa dengan slit lamp menggunakan filter cobalt biru. Pada lokasi yang bocor floresens akan didilusikan dengan aqueous. Pada beberapa kasus kebocoran luka sembuh dalam jangka waktu 4 hari dengan perban dan asetozolamid oral. Jika kondisi tidak berubah injeksi udara pada bilik mata depan dan penjahitan kembali harus dilakukan.
- Perlepasan siliokoroidal. Dapat atau tidak dapat berkaitan dengan kebocoran luka. Berupa massa konveks kecokelatan dalam kuadran yang terlibat dengan bilik mata depan dangkal. Pada kebanyakan kasus perlepasan koroid sembuh dalam jangka waktu 4 hari dengan perban dan penggunaan asetozolamid oral. Jika kondisi tidak berubah, maka indikasi untuk melakukan drainase suprakoroid dengan injeksi udara dalam bilik mata depan.
- Blok pupil sebagai akibat pembengkakan vitreous setelah EKIK mengarah ke pembentukan iris bombans dan pendangkalan
bilik mata depan. Jika kondisi tetap selama 5 – 7 hari maka
peripheral anterior sinechia permanen dapat terbentuk
mengarah ke glukoma sudut tertutup sekunder.
Penatalaksanaan blok pupil dengan midriatik, agen
hiperosmotik (misal: manitol 20%) dan asetozolamid. Jika tidak sembuh maka iridektomi perifer dengan laser atau pembedahan dapat dilakukan untuk memberikan jalan pintas blok pupil.4
Gambar 19. Bilik mata depan datar
3.3 Penyulit saat di rumah.
1. Iris prolaps.
Iris prolaps saat di rumah mungkin terjadi karena pasien tidak mentaati edukasi yang telah diberikan oleh dokter. contohnya : mengejan saat buang air besar, kemudian sujud saat Sholat (seharusnya posisi duduk),
2. Endophtalmitis tertunda terjadi pada saat organisme dengan virulensi rendah (Propionobacterium acne atau Staphylococcus epidermidis) terperangkap di antara kantong kapsular. Mempunyai jangka onset dari 4 minggu sampai tahunan (rata-rata 9 bulan) pascaoperasi dan secara khas diikuti suatu kebetulan ekstraksi katarak dengan PCIOL dalam kantong.
Penatalaksanaan. Diberikan terapi antibiotik (Intravitreal,
subconjungtiva, topikal dan sistemik), terapi streroid, terapi suportif. Antibiotik dapat diberikan dengan injeksi gentamisin 0,5 cc intravitreal atau injeksi 0,1 cc subconjungtiva. Obat topikal dapat
diberikan antibiotik levofloxacin, Tobramisin eyedrop, gentamicin zalf. Obat sistemik dapat diberikan ceftriaxon intravena dan baquinor ( Ciprofloxacin ) tablet.
Gambar 20. Endoftalmitis kronik
3. Retinal detachment. Insiden perlepasan retina lebih tinggi pada pasien afaki jika dibandingkan dengan pasien faki. Telah tercatat bahwa perlepasan retina lebih umum setelah EKIK daripada setelah EKEK. Faktor resiko lain untuk perlepasan retina pada afaki termasuk kehilangan vitreous selama operasi, terkait dengan miopia dan degenerasi retina.4
Penatalaksanaan. Menggunakan Cryotherapy (Freezing)
Teknik :
3. Scleral Buckling 4. Pneumatic Retnopexy 5. Virectomy
BAB IV
KESIMPULAN
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna dan hampir transparan sempurna. Struktur lensa terdiri dari:
1. Kapsul lensa 2. Epitel anterior 3. Serat-serat lensa a. Nukleus b. Korteks 4. Zonula zinn
Fisiologi lensa adalah:
1. Mempertahankan transparansi dan kejernihan lensa 2. Aktifitas metabolik lensa
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa terjadi akibat dua-duanya. Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama.
Faktor-faktor penyebab katarak: Fisik
Kimia
Penyakit predisposisi
Genetik dan gangguan perkembangan Infeksi virus pertumbuhan janin
Usia
Penatalaksanaan katarak adalah dengan operasi dan setiap operasi selalu ada penyulit akibat operasi tersebut. Macam-macam penyulit tersebut bisa karena penyulit dini pasca operasi, penyulit lanjut pasca operasi katarak, penyulit terkait IOL, penyulit pasca operasi katarak pada anak.
Jenis-jenis operasi katarak yaitu: EKIK, EKEK, SICS, fakoemulsi. Penyulit pasca operasi katarak terbagi menjadi: penyulit dini pasca operasi dan =enyulit lanjut pasca operasi, penyulit pasca operasi katarak kongenital, penyulit paca operasi katarak terkait IOL, penyulit pasca operasi pasca afakia dan penyulit pasca operasi pada glaukoma.
DAFTAR PUSTAKA
1. Vaughan D. Opthalmologi Umum . Edisi 17. EGC, Jakarta, 2010 2. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata, Edisi keempat FKUI, Jakarta,
2011
3. Pedoman diagnosis dan Terapi. Edisi III dr Soetomo.Surabaya, 2006
4. Comprehensive Ophtalmology 4th edition, A.K.Khurana New Age International, India, 2007
5. J Jack. Kanski. Clinical Ophtalmology a Sistemic Approach 6 th edition. Elsevier.2007
6. James B, Chew C,Bron A. Lecture notes Oftalmologi 9 th edition. Airlangga medical series, 2003
7. Lens and Cataract Section 11, the Foundation of the American Academy of Ophthalmology, 2001-2002
8. en.wikipedia.org/wiki/Aphakia
9. emedicine.medscape.com/article/1207170-clinical#a0218 10. emedicine.medscape.com/article/1224609-overview