• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Pengaruh Peran Franchisor terhadap Keberhasilan Usaha Bisnis Franchise pada PT. Indomaret Pristama (INDOMARET) Di Kota Medan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Pengaruh Peran Franchisor terhadap Keberhasilan Usaha Bisnis Franchise pada PT. Indomaret Pristama (INDOMARET) Di Kota Medan."

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan dunia bisnis semakin pesat membuat orang berpikir lebih

kreatif untuk membuat cara yang lebih efektif dalam memajukan perekonomian

guna meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Dalam

melakukan kegiatan bisnis sehari-hari orang dapat melakukan dengan berbagai

cara, bisa dengan melakukan kerjasama dengan pihak lokal, atau kerjasama

dengan pihak asing, mungkin untuk kepentingan pribadi atau melakukannya untuk

kepentingan perusahaan salah satu cara itu adalah waralaba dalam istilah asing

disebut dengan franchise sebagai suatu pilihan untuk meningkatkan perkembangan bisnis sebagai suatu bentuk perkembangan usaha.

Franchise merupakan cara yang paling mudah untuk memulai dan memasuki dunia usaha. Bila semua usaha harus mulai dari nol, maka kita berhadapan dengan risiko kerugian besar karena harus melalui trial dan error

yang meningkatkan risiko gagal. Dengan adanya sistem bisnis franchise, maka risiko kerugian investasi dapat diturunkan menjadi sekitar 15 persen (Odop,2006).

Dalam bisnis franchise pemegang lisensi yang disebut franchisor harus membina yang biasa disebut franchisee. Teori agensi menjelaskan bagaimana mengorganisasikan hubungan dengan baik dimana salah satu pihak (the principal) menentukan kerja, sedangkan pihak yang lain menerimanya (Eisenhardt, 1985).

Teori ini berargumentasi bahwa dalam kondisi yang tidak menentu dan

kekurangan informasi, maka akan timbul masalah diantara keduanya. Bertahannya

(2)

meminimalkan agency costs dan kemampuan franchisor untuk membina franchise

sebagai agen-agennya.

Franchising sendiri menawarkan keuntungan bagi franchisor (pemilik) meskipun tidak ada penyatuan menyeluruh tapi semi integrated. Dari banyaknya penggunaan sistem franchise ini perlu dilakukan kajian mendalam mengenai hubungan relationship dalam franchise baik itu segi konflik yang terjadi dan kepercayaan maupun keberhasilan yang diperoleh dari bisnis tersebut.

Franchise merupakan fenomena yang tidak lagi baru dalam dunia bisnis khususnya di Indonesia, waralaba yang menjadi titik tolak adalah adanya

kesepakatan antara kedua pihak yaitu franchisor dengan franchisee yang didasarkan pada perjanjian atau kontrak. Para pihak diberi kebebasan

untuk membuat dan menyepakati kontrak asal.

Dari tahun ke tahun, bisnis waralaba di Indonesia memang terus

meningkat. Dari hasil kajian AK and Partners (konsultan waralaba), pada periode

tahun 2009-2011 pertumbuhan pewaralaba (franchisee) nasional/lokal rata-rata sebesar 22 persen. Indikasi ini sangat menggembirakan dan memberikan

optimisme bahwa waralaba (franchisee) nasional/lokal akan mampu terus tumbuh dan menguasai pangsa pasar domestik secara cukup signifikan. Sedangkan

waralaba utama (master franchisee) penyandang merek dagang asing, selama periode yang sama (2009-2011), rata-rata pertumbuhannya masih turun 2 persen.

Pada sisi lain dalam tahun 2009-2011 waralaba utama asing telah tumbuh rata-rata

9 persen/tahun. Angka ini diperkirakan akan terus meningkat dan mendekati

pertumbuhan pewaralaba nasional/lokal dalam tahun 2012 mendatang (Sinar

(3)

Masuknya waralaba asing memang akan menggairahkan bisnis waralaba

di Indonesia. Kondisi ini juga dapat menjadi pemicu bagi waralaba lokal, hingga

saat ini waralaba lokal masih banyak kekurangan terutama disebabkan lemahnya

konsep seperti kriteria dan produk yang belum lengkap serta cara kerja dan

sistematika pekerjaan yang belum tertata dengan baik dan jelas. Bergairahnya

bisnis waralaba di tahun 2009 karena kondisi industri waralaba di Indonesia saat

ini menunjukkan tanda-tanda bergairah setelah terpuruk cukup lama akibat

kondisi ekonomi yang belum kondusif. Peluang dan mendorong para pengusaha

untuk mengembangkan usahanya melalui sistem waralaba. Masih banyak sektor

usaha dalam negeri yang berpotensi untuk dikembangkan.

Menurut data Asosiasi Franchise Indonesia (AFI), hingga tahun 2012 tercatat lebih dari 1508 perusahaan franchise di Indonesia yang terdiri dari

franchise asing dan lokal. Dan total nilai bisnis dari franchise di Indonesia tercatat mencapai Rp.132 triliun. Nilai bisnis industri franchise mendorong penyerapan tenaga kerja yang tidak sedikit yaitu mencapai sekitar 4 juta orang (Kontan edisi

khusus, Desember 2012).

Produk franchise memiliki keunikan tersendiri. Keunikan tersebut yang menunjukkan keunggulan yang dimiliki oleh sistem kerja sama dalam franchise. Produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan ke dalam pasar untuk diperhatikan,

dimiliki, dipakai atau dikonsumsi sehingga dapat memuaskan keinginan atau

kebutuhan (Kotler, 2005).

Potensi keuntungan masa depan setiap usaha franchise harus dihitung secara cermat dengan mempertimbangkan tingkat pertumbuhan pasar dan posisi

(4)

utama yang dihadapi perusahaan maka akan terlihat apakah perusahaan tersebut

memiliki ukuran bisnis yang ideal atau tidak. Laba perusahaan masih merupakan

tujuan yang kritis dan menjadi ukuran keberhasilan.

Memulai usaha selalu menghadapi kendala atau ketidak pastian, begitupun

dengan bisnis waralaba meskipun bisnis waralaba tingkat kesuksesan yang lebih

tinggi dibandingkan dengan bisnis yang lain, tetapi bisnis waralaba memiliki

resiko yang namanya kegagalan, semua tergantung keseriusan serta perencanaan

yang matang dalam menjalankan bisnisnya. Usaha Waralaba sebagai bisnis yang

telah teruji dan memiliki perencanaan yang baik didalam perencaan bisnis

waralaba dengan bisnis biasa sangat berbeda jika dalam perencanaan bisnis pada

umumnya hanya untuk satu pihak saja maka didalam bisnis waralaba perlu

perencanaan untuk dua pihak yaitu sebagai franchisor dan sebagai franchisee. Perencanaan Bisnis waralaba sebagai franchisor adalah perencanaan yang

dibuat untuk pemberi waralaba, sebagai contoh ada beberapa rekan yang memiliki

merek begitu terkenal dan memiliki banyak cabang dimana-mana kemudian

dengan tanpa perencanaan yang matang si pemilik bisnis tersebut bermaksud

mewaralabakan bisnisnya karena banyaknya permintaan untuk membuka cabang

dimana-mana. Pemilik bisnis beranggapan bahwa tanpa perlu perencanaan dia

sudah bisa mewaralabakan bisnisnya dan belum memiliki persiapan apa saja yang

akan terjadi nantinya.

Perencanaan yang sering dilakukan didalam bisnis waralaba adalah

merumuskan bisnis konsepnya pada bisnis yang akan di waralabakan, yang kedua

sebagai pemberi bisnis waralaba, memberikan pengetahuan dan menjelaskan

(5)

perencanaan perencanaan baik yang bersifat kualitatif ataupun operasional seperti

berapa besar outletnya, lokasinya dimana yang strategis, cara saat memulai

bisnisnya dan bagaimana menjual bisnis waralaba tentunya semua memerlukan

perencanaan yang baik.

Dalam franchising konsentrasi franchisor adalah bagaimana membuat para mitra franchisee untuk dapat segera mandiri dan terampil dalam menjalankan bisnis franchisenya dan menjadi sukses. Jika franchisor hanya mempersiapkan diri untuk sekedar melakukan support saja, tanpa memberdayakan para mitra

franchisee menjadi pengusaha sukses yang mandiri, maka semakin banyak jaringan outlet akan membuat franchisor menjadi semakin sibuk dan melepaskan fungsi pemberdayaan kepada franchisee . Hal ini secara akumulatif juga akan membuat para franchisee merasa franchisornya mengecewakan mereka.

Franchisor yang mengeluh dan menganggap franchise di Indonesia makin payah, sebenarnya mereka tidak mempunyai pemahaman yang lengkap mengenai

konsentrasi pengelolaan franchise yang efektif. Mereka tidak mempunyai program yang sistematik dan efektif untuk membimbing para franchiseenya

menjadi entrepreneur yang tangguh. Para franchisor harus membuat bobot

program yang cukup untuk menjadikan para franchisee-nya menjadi “businessman” yang sukses.

Perkembangan bisnis di kota Medan sebagai salah satu pusat perdagangan

menimbulkan banyak perubahan. Perubahan yang paling jelas terlihat adalah

timbulnya persaingan bisnis yang semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan

berdirinya usaha-usaha baru yang bergerak dibidang usaha waralaba yang

(6)

teruji keberhasilannya dengan diperolehnya penghargaan dari Presesiden

Republik Indonesia sebagai Perusahaan Waralaba Nasional pada Tahun 2003

Pada tahun 2004 usaha indomaret telah dibuka di kota medan, salah satu

pasar modern yang saat ini sedang menjadi trend di tengah masyarakat kota

Medan. Perusahaan franchise ini juga ikut berpartisipasi dalam berbagai acara acara sesuai dengan visi dan misi untuk memberikan pendidikan kesehatan pada

masyarakat yang menjadi alasan Indomaret. Selain itu, Indomaret juga ingin

memperkuat brandnya di tengah masyarakat.

Maraknya bisnis mini market menjadikan persaingan di dunia usaha kian

kompetitif. Kota Medan merupakan salah satu tempat yang potensial bagi para

pebisnis yang ingin mengembangkan bisnisnya. Kebutuhan akan barang-barang

konsumtif semakin hari semakin tinggi seiring dengan permintaan masyarakat.

Fakta ini dapat terlihat dengan keberadaan Indomaret yang bagi kota Medan saja

berjumlah lebih puluhan unit usaha di berbagai wilayah di kota Medan.

Jumlah usaha franchise Indomaret yang bertambah di kota Medan setiap tahunnya menjadi indikator bahwa semakin banyak wirausahawan yang membeli

usaha franchise. Jumlah franchise yang telah ada di kota Medan hingga tahun 2012 ini sudah berjumlah 127 tenant franchise. Dengan semakin bertambahnya usaha franchise yang ada di kota Medan, menunjukkan bahwa semakin banyak wirausahawan yang tertarik untuk membeli usaha franchise yang risiko untuk gagal lebih minim.

Indomaret bukan hanya menyediakan peralatan sehari-hari, tetapi juga

(7)

bawah harga pasaran. Indomaret memberikan kesempatan tentang berbagai

keunggulan menjadi franchise. Salah satunya dengan modal yang cepat kembali, keamanan produk yang terjamin, dan laba yang cukup tinggi akan diterima.

Bukan hanya menjual produk dari berbagai kebutuhan masyarakat seperti

makanan, minuman dan produk kesehatan. Indomaret juga menyediakan pulsa,

dan setiap pembelian pulsa dengan harga tertentu akan mendapatkan hadiah

menarik.

Peranan franchisor dalam mensukseskan bisnis franchise adalah

promotion dalam menginformasikan dan mempengaruhi pihak lain sehingga tertarik untuk melakukan transaksi produk dan barang, support service merupakan dukungan ataupun bantuan pelayanan yang diberikan franchisor seperti bimbingan ataupun konsultasi masalah-masalah operasional dan keuangan,

training merupakan kegiatan peningkatan kemampuan karyawan untuk mengelola usaha dan pengambilan keputusan, control system dalam menjalankan proses sesuai dengan petunjuk teknis yang ditetapkan, communication sebagai hubungan yang terjalin antara franchisor dan franchise.

Sasaran pasar Indomaret semua kalangan masyarakat. Strategi pemasaran

Indomaret diintegrasikan dengan kegiatan promosi. Secara berkala Indomaret

menjalankan program promosi dengan berbagai cara, seperti memberikan harga

khusus, undian berhadiah maupun hadiah langsung. Berdasarkan latar belakang

sebelumnya, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Analisis

(8)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang sebelumnya maka perumusan masalah dalam

penelitian ini adalah Apakah Peran Franchisor berpengaruh terhadap Keberhasilan usaha bisnis Franchise pada PT. Indomaret Pristama (INDOMARET) di kota Medan.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui dan menganalisis pengaruh Peran

Franchisor terhadap Keberhasilan usaha bisnis Franchise pada PT. Indomaret Pristama (INDOMARET) di kota Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Perusahaan

Bahan masukan bagi PT. Indomaret Pristama (INDOMARET) didalam

menyikapi fenomena yang terjadi antara Peran Franchisor terhadap Keberhasilan usaha bisnis Franchise.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Sebagai bahan referensi dalam meneliti dan mengkaji masalah yang sama

di masa yang akan datang.

3. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan bagi peneliti tentang pengaruh Peran Franchisor

Referensi

Dokumen terkait

Pada pertemuan pertama metode pembelajaran adalah dalam bentuk ceramah dan diskusi kelas, sedangkan untuk pertemuan lainnya metode pembelajaran adalah dengan

Kebutuhan sekunder adalah kebutuhan yang pemenuhannya setelah kebutuhan primer terpenuhi, namun tetap harus dipenuhi, agar kehidupan manusia berjalan dengan baik. Contoh: pariwisata

(*) Sedang dalam proses pembukaan blokir anggaran. o Jadwal sewaktu-waktu bisa

PEMBERIAN BIOCHAR DARI BEBERAPA BAHAN BAKU UNTUK MENGURANGI PENCEMARAN LOGAM BERAT CdDI

Token yang telah didapat akan di simpan ke penyimpanan browser agar mudah diakses, Gambar 5 merupakan Source Code untuk menyimpan ke Local Stored sebagai penyimpanan

Pelanggan Perlindungan Konsumen Jaminan Halal Pasar Domestik Ekspor Kelembagaan Berkeadilan Pemberdayaan Lingkungan Berkelanjutan Terbarukan Inovasi Mutu Produk Nilai Tambah

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan subyek penelitian siswa kelas 9E SMPN 1 Teras. Setelah dilaksanakan pembelajaran menggunakan

Konsep zero delta Q policy (ZDQP) diatur pada PP Nomor 26 Tahun 2008 merupakan salah satu upaya pengelolaan limpasan di dalam persil bangunan sendiri dengan tujuan untuk