BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Asma Bronkial
Kata “Asthma” berasal dari bahasa yunani yang berarti “terengah-engah” atau
sukar bernapas. Menurut “United States National Tuberculosis Association” 1967,
Asma Bronkial merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh tanggap reaksi yang
meningkat dari trakea dan bronkus terhadap berbagai macam rangsangan dengan
manifestasi berupa kesukaran bernapas yang disebabkan oleh penyempitan yang
menyeluruh dari saluran napas.10
Gambar 2.1. Normal dan Asma Bronkial11
Asma Bronkial adalah suatu kelainan berupa inflamasi (peradangan) kronik
saluran napas yang menyebabkan hipereaktivitas bronkus terhadap berbagai
sesak napas dan rasa berat di dada terutama pada malam atau dini hari yang
umumnya bersifat reversible baik dengan atau tanpa pengobatan.12
Asma Bronkial dikenal karena adanya gejala sesak napas, batuk dan mengi.
Gejala-gejala tersebut disebabkan oleh penyempitan saluran napas. Penyempitan
tersebut disebabkan oleh mengkerutnya otot-otot yang melingkari saluran napas,
membengkaknya dan meradangnya jaringan sekitar selaput lendir saluran dan
meningkatnya produksi lendir atau dahak yang ditumpahkan ke saluran napas.
Akibatnya aliran udara yang masuk maupun keluar dari paru terganggu.10
Asma Bronkial bersifat fluktuatif (hilang timbul) artinya dapat tenang tanpa
gejala, tidak menganggu aktifitas tetapi dapat eksaserbasi dengan gejala ringan
sampai berat bahkan dapat menimbulkan kematian.12
2.2 Anatomi Paru-Paru 2.2.1 Trakea
Trakea merupakan organ tabung antara laring sampai dengan puncak paru,
panjangnya sekitar 10-12 cm dengan diameter 2,5 cm. Tersusun dari 16 sampai 20
cincin tulang rawan berbentuk huruf C yang terbuka pada bagian belakangnya.
Terdapat silia yang memicu terjadinya reflek batuk/bersin. Pada ujung trakea
bercabang 2 kanan dan kiri disebut bronkus.
2.2.2 Bronkus
Trakea bercabang menjadi dua bronkus yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri
yang menyalurkan udara kesetiap paru-parunya. Bronkus kemudian
mempunyai diameter 0,5 mm. berfungsi menghangatkan, melembabkan dan
membersihkan udara.
2.2.3 Alveoli
Alveoli merupakan bagian terminal cabang-cabang bronkus dan bertanggung
jawab akan struktur paru-paru yang menyerupai kantong kecil terbuka pada salah satu
sisinya. Disini terjadi pertukaran gas antara gas bersih (O2) dengan gas kotor (CO2).13
2.3 Klasifikasi Asma Bronkial
2.3.1 Klasifikasi Asma Bronkial Berdasarkan Penyebabnya
1. Asma Bronkial Ekstrinsik/Alergik/Atopik
a. Asma dengan alergen seperti bulu binatang, debu, tepung sari, makanan
dan lain-lain. Alergen terbanyak adalah airborne dan musiman (seasonal).
b. Memiliki riwayat penyakit alergi pada keluarga.
c. Biasanya dimulai sejak kanak-kanak.
2. Asma Bronkial Non Atopik /Intrinsik/Non Alergenik
a. Faktor-faktor pencetus : common cold, infeksi saluran pernapasan atas,
aktivitas, emosi/stress, dan polusi lingkungan. Beberapa agen farmakologi
seperti bahan sulfat (penyedap makanan)
b. Serangan Asma Bronkial ini dengan berjalannya waktu dapat berkembang
menjadi bronkitis dan empisema
c. Pada beberapa kasus dapat menjadi Asma Bronkial campuran
3. Asma Bronkial Campuran / Mixed Asma Bronkial
a. Asma Bronkial yang paling sering ditemukan
b. Dikarakteristikkan dengan bentuk kedua jenis Asma Bronkial alergi dan
non alergi.14
2.3.2 Klasifikasi Berdasarkan Beratnya Asma Bronkial (GINA, 2007)
1. Asma Bronkial Intermiten
Gejala-gejala kurang dari satu kali perminggu, kekambuhan
(eksaserbasi) sebentar, gejala-gejala di malam hari tidak lebih dari dua kali per
bulan, APE (Arus Puncak Ekspirasi) ≥ 80% prediksi, variabilitas APE < 20%. 2. Asma Bronkial Persisten Ringan
Gejala-gejala lebih dari sekali per minggu tetapi kurang dari satu kali
per hari, eksaserbasi dapat mempengaruhi aktivitas dan tidur, gejala-gejala di
malam hari lebih dari dua kali per bulan, APE ≥ 80% prediksi, variabilitas APE < 20-30 %.
3. Asma Bronkial Persisten Sedang
Gejala-gejala setiap hari, eksaserbasi dapat mempengaruhi aktivitas
dan tidur, gejala-gejala di malam hari lebih dari dua kali per bulan, APE ≥ 80% prediksi dan variabilitas APE > 30%.
4. Asma Bronkial Persisten Berat
Gejala-gejala setiap hari, eksaserbasi sering kali, gejala-gejala Asma
Bronkialdi malam hari sering kali, keterbatasan aktivitas fisik,
2.4 Gejala Asma Bronkial
Gejala Asma Bronkial bersifat episodik, seringkali reversible dengan atau
tanpa pengobatan. Gejala awal berupa :
1. Batuk terutama pada malam atau dini hari
2. Sesak napas
3. Napas berbunyi (mengi) yang terdengar saat menghembuskan napas
4. Rasa berat di dada
5. Dahak sulit keluar
Gejala yang berat adalah keadaan gawat darurat yang mengancam jiwa, yang
termasuk gejala yang berat adalah :
1. Serangan batuk yang hebat
2. Sesak napas yang berat dan tersengal-sengal
3. Sianosis
4. Sulit tidur dan posisi tidur yang nyaman adalah dalam keadaan duduk
5. Kesadaran menurun.16
2.5 Epidemiologi Asma Bronkial
2.5.1 Distribusi Frekuensi Asma Bronkial (Orang, Tempat dan Waktu)
Penyakit Asma Bronkial biasa terjadi pada semua kelompok umur baik
laki-laki maupun perempuan dan dapat muncul kapan saja. Menurut angka kejadian Asma
Bronkial diseluruh dunia (GINA/Global Initiative For Asthma) tahun 2003, lebih dari
5,2 juta orang Inggris mendapat terapi Asma Bronkial. Jumlah ini terdiri dari 1,1 juta
Berdasarkan jenis kelamin, perbandingan Asma Bronkial pada anak laki-laki
dan perempuan sebesar 1,5:1 dan perbandingan ini cenderung menurun pada usia
yang lebih tua. Pada orang dewasa serangan Asma Bronkial dimulai pada umur lebih
dari 35 tahun. Perempuan lebih banyak dari pada pria. Di Inggris perbandingan
tersebut 25% perempuan dan 10% pria.10
Penelitian Feni,dkk (2008) prevalensi Asma Bronkial pada siswa SLTP yang
berusia 13-14 tahun di daerah hijau di Jakarta Selatan adalah 129 orang (6,4%)
terdiri atas 63 orang (48,8%) laki-laki dan 66 orang (51,2%) perempuan.18 Penelitian wahani (2007) di Rs Prof.R.D.Kandouw Malalayang Manado menyebutkan bahwa
berdasarkan usia kejadian Asma Bronkial terbanyak pada usia 5-9 tahun adalah
(58,1%), jenis kelamin laki-laki (52,5%).19
Penelitian Sundaru H tahun 1990, prevalensi Asma Bronkial pada usia > 14
tahun di kelurahan Utan Kayu Jakarta sebesar 6,91 %.20 Berdasarkan hasil
RISKESDA tahun 2007 prevalensi Asma Bronkial pada anak ≤ 14 tahun sebesar 2%
jauh dibawah hasil temuan Depkes pada tahun 1995 Asma Bronkial pada anak usia
2.5.2 Faktor Risiko Asma Bronkial 2.5.2.1 Faktor Host (Penjamu)
Faktor host adalah organisme, biasanya manusia atau hewan yang menjadi
tempat persinggahan penyakit. Host/Penjamu bisa saja terkena atau tidak terkena
penyakit.22
1. Genetik
Asma Bronkial timbul karena faktor genetik / keturunan dan lingkungan.
Asma Bronkial tidak dapat timbul semata – mata hanya karena faktor lingkungan, namun juga harus di latar belakangi oleh adanya bawaan/keturunan yang memiliki
Asma Bronkial.8 Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat yang juga menderita alergi. Jika salah satu orangtua menderita alergi,
kemungkinan anaknya menderita alergi adalah 25-50% dan kemungkinan bertambah
50-75% bila kedua orangtuanya menderita alergi.23 2. Hipereaktivitas saluran napas
Asma Bronkial dengan orang normal yang membedakannya adalah sifat saluran
napas pasien Asma Bronkial yang sangat peka terhadap berbagai rangsangan seperti
iritan (debu), zat kimia (histamine, metakolin) dan fisis (kegiatan jasmani). Sebagian
hipereaktivitas saluran napas diduga didapat sejak lahir, tetapi sebagian lagi didapat.24
3. Umur
Asma Bronkial dapat terjadi pada semua golongan usia. Sekitar setengah
kasus terjadi pada anak-anak dan sepertiga lainnya terjadi sebelum usia 40 tahun.
justru sesudah usia ini. Karena alasan yang belum diketahui, serangan Asma Bronkial
pada sebagian besar anak akan berkurang dan bahkan menghilang. Bahwa 60% Asma
Bronkial anak akan menghilang pada umur 10 tahun, 75-80% menghilang pada usia
14 tahun. Asma Bronkial pada orang dewasa dapat merupakan kelanjutan Asma
Bronkial yang terjadi pada masa kanak-kanak, atau Asma Bronkial yang kambuh lagi
atau yang memang pertama kali muncul pada usia dewasa. Penelitian di Amerika
menunjukkan bahwa usia 10-20 tahun mempunyai angka kesembuhan yang paling
tinggi. Semakin meningkatnya usia angka kekambuhan juga semakin besar. Jadi
jangan heran bila Asma Bronkial akan kembali lagi pada usia 60 tahun, meskipun
anda telah bebas Asma Bronkial selama 40 tahun.23 4. Jenis kelamin
pada masa kanak-kanak, penderita Asma Bronkial pada laki-laki lebih banyak
dari pada penderita perempuan, pada usia dewasa terjadi sebaliknya.23 Berdasarkan penelitian Sihombing di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2004-2007, menunjukkan
bahwa proporsi Asma Bronkial berdasarkan jenis kelamin paling banyak adalah
perempuan (61,4%) sedangkan proporsi Asma Bronkial pada laki-laki (38,6%).25
2.5.2.2 Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan adalah segala sesuatu yang mengelilingi dan juga kondisi
luar manusia atau hewan yang menyebabkan atau memungkinkan penularan
1. Alergen
Alergen merupakan faktor pencetus Asma Bronkial yang paling sering
dijumpai pada penderita Asma Bronkial. Beberapa alergen faktor pencetus Asma
Bronkial :
a. Debu rumah dan tungau
Debu rumah terdiri dari berbagai alergen seperti potongan rambut dan
berbagai serpihan kulit binatang seperti kecoak dan serangga. Salah satu Sumber
alergen yang di timbulkan kecoak baik dari kotoran maupun urinnya bila sudah
kering menjadi debu, merupakan alergen yang cukup kuat.
Tungau (Dermatophagoides pteronyssynus) selalu terdapat dalam debu
rumah apalagi di daerah lembab. Berkembang biak sangat cepat terutama di
kamar tidur karena makanannya adalah serpihan kulit manusia yang terlepas
sewaktu tidur, dan juga hidup di karpet, buku-buku tua, barang-barang yang
berbulu seperti selimut, gorden, kursi dan lain-lain. Reaksi alergi juga dapat
ditimbulkan dari kotoran, air seni dan potongan-potongan badan yang telah mati
yang berasal dari tungau.
b. Hewan peliharaan
Hewan peliharaan juga dapat menimbulkan Asma Bronkial seperti :
anjing, kucing, kelinci serta kuda.23
c. Makanan
Makanan tertentu dapat menyebabkan serangan Asma bronkial pada
ikan dan kerang. Makanan-makanan tersebut hanya akan memicu Asma Bronkial
pada sejumlah kecil orang yang sensitif. Zat pengawet makanan seperti asam
benzoate, dan zat pewarna kuning tartarazin yang di pakai dalam industri
makanan dan minuman kadang-kadang dapat menimbulkan serangan Asma
Bronkial.17,23
2. Infeksi Saluran Napas
Diperkirakan 2/3 penderita Asma Bronkial anak dan 1/3 penderita Asma
Bronkial dewasa serangan Asma Bronkialnya ditimbulkan oleh infeksi saluran
napas. Berbagai macam virus, seperti virus influenza sangat sering dijumpai pada
penderita yang sedang mendapat serangan Asma Bronkial.
3. Tekanan Jiwa
Tekanan jiwa bukan penyebab Asma Bronkial tetapi pencetus Asma
Bronkial. Tekanan jiwa juga bisa memperberat serangan Asma Bronkial yang
sudah ada. Di samping gejala Asma Bronkial yang timbul harus segera diobati,
penderita Asma Bronkial yang mengalami tekanan jiwa juga perlu mendapat
nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Asma Bronkial yang berat bisa
membawa masalah kejiwaan bagi penderita dan keluarganya. Serangan Asma
Bronkial sering mengakibatkan kehidupan penderita terganggu baik di sekolah,
pekerjaan maupun aktivitas lainnya dan dapat berakibat kepada keluarganya.
4. Olah Raga/Kegiatan Jasmani
Sebagian besar penderita Asma Bronkial akan mendapat serangan Asma
olah raga menentukan timbulnya Asma Bronkial. Lari cepat paling mudah
menimbulkan Asma Bronkial, kemudian bersepeda, sedangkan renang dan jalan
kaki yang paling kecil resikonya. Serangan Asma Bronkial karena kegiatan
jasmani biasanya terjadi segera setelah selesai olahraga, lamanya sesak antara
10-60 menit dan jarang serangan Asma Bronkial timbul beberapa jam setelah olah
raga.
5. Obat-Obatan
Obat yang sering mencetuskan serangan Asma Bronkial yaitu obat-obat
yang termasuk golongan penyekat resptor-beta atau lebih dikenal dengan nama
“beta-blocker” golongan obat ini sangat sering dipakai untuk pengobatan penyakit
jantung koroner dan darah tinggi. Aspirin dan obat-obatan antirematik dapat
mencetuskan serangan Asma 2-10% penderita Asma Bronkial.23
6. Polusi Udara
Polusi udara dapat terjadi di luar ruangan maupun di dalam ruangan.
Pendirian pabrik-pabrik yang mengeluarkan hasil sampingan berupa debu dan
uap. Polusi dari asap kendaraan bermotor dan asap dari hasil pembakaran lainnya.
Polusi udara di dalam rumah seringkali terjadi seperti asap rokok, semprotan obat
nyamuk dan semprotan rambut yang dapat mencetuskan Asma Bronkial. Bagi
penderita Asma Bronkial, rokok merupakan masalah yang nyata. Asap rokok
dapat merusak paru-paru dan mungkin menghentikan kerja obat Asma Bronkial
tertentu, seperti kortikosteroid inhalasi (suatu obat pencegah/preventer), sehingga
asap rokok dapat membuat gejala memburuk dan bahkan memicu serangan Asma
Bronkial.17,23
Asma Bronkial pekerjaan (occupational asthma) adalah Asma Bronkial
yang dipicu oleh zat-zat khusus yang terdapat di lingkungan kerja seperti enzim
bakteri subtilis pada industri deterjen, debu kopi dan teh pada tempat pengolahan
kopi dan teh, debu kapas pada industri tekstil, amoniak, sulfur dioksida, asam
klorida, klorin pada industri kimia dan perminyakan. Keluhan akan terjadi setelah
penderita terpapar dengan zat-zat tersebut, tetapi ada kalanya gejala baru timbul
setelah 6-12 jam terpapar.23
2.6 Pencegahan Penyakit Asma Bronkial
Target utama pengobatan Asma Bronkial adalah pencegahan timbulnya serangan Asma Bronkial. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menghindari faktor penyebab timbulnya Asma Bronkial. Untuk itu, sangat penting bagi kita untuk
mengidentifikasi pemicu pada penderita Asma Bronkial dan menghindarinya.7
2.6.1 Pencegahan Primordial
Primordial prevention (pencegahan tingkat awal) memberikan kondisi pada
masyarakat yang memungkinkan penyakit itu tidak mendapat dukungan dari
kebiasaan, gaya hidup dan faktor resiko lainnya. Prinsipnya upaya pencegahan
primordial adalah mempertahankan gaya hidup yang sudah ada dan benar dalam
masyarakat, serta memodifikasi, penyesuaian terhadap risiko yang ada atau
hidup bersih dan sehat, menghindari rokok, menghindari bahan pengawet, pewarna,
makan makanan yang bergizi, istirahat yang cukup, dan olah raga yang teratur.
2.6.2 Pencegahan Primer
Menjaga kesehatan merupakan usaha yang tidak terpisahkan dari pengobatan
penyakit Asma Bronkial antara lain berupa makan makanan yang bernilai gizi baik,
minum banyak, istirahat yang cukup, rekreasi dan olah raga yang sesuai. Penderita
dianjurkan banyak minum kecuali bila dilarang dokter, karena menderita penyakit
lain seperti penyakit jantung atau ginjal yang berat. Banyak minum akan
mengencerkan dahak yang ada di saluran pernapasan, sehingga dahak mudah
dikeluarkan. Banyak penderita kekurangan cairan pada serangan penyakit Asma
Bronkial berat, Ini disebabkan oleh pengeluaran keringat yang berlebihan, kurang
minum dan penguapan cairan yang berlebihan dari saluran napas akibat bernapas
cepat dan dalam.
Lingkungan tempat penderita hidup sehari-hari sangat mempengaruhi
timbulnya serangan penyakit Asma Bronkial. Keadaan rumah harus diperhatikan,
Rumah sebaiknya tidak lembab, cukup ventilasi dan cahaya matahari. Saluran
pembuangan air harus lancar. Kamar tidur merupakan tempat yang perlu mendapat
perhatian khusus, karena di tempat tersebut tungau sangat cepat berkembang biak.
Langkah-langkah mengurangi jumlah tungau debu rumah antara lain :
1. Bersihkan debu (gunakan alat penyedot debu) diseluruh rumah secara teratur.
2. Cucilah sarung atau penutup yang didesain khusus untuk kasur, guling dan bantal
3. Gunakan sarung atau penutup yang didesain khusus untuk kasur, guling dan
bantal. Penutup ini menjadi penghalang dan mungkin akan mengurangi gejala
Asma Bronkial.
Hewan peliharaan seperti kucing, anjing, burung perlu mendapat perhatian
dengan menjaga kebersihan hewan peliharaan dan lebih baik lagi jika tidak
memelihara hewan dirumah. Zat-zat yang merangsang saluran napas seperti asap
rokok, asap kendaraaan, uap bensin, semprotan nyamuk dan lain-lain yang
mencetuskan penyakit Asma Bronkial harus dihindari.
Hindari kelelahan yang berlebihan, kehujanan, pergantian cuaca yang ekstrim
atau olahraga yang melelahkan. Lingkungan pekerjaan juga perlu mendapat
perhatian, zat-zat kimia yang ada dilingkungan kerja yang dapat menimbulkan
serangan Asma Bronkial sebaiknya di hindari atau menggunakan sarana pengaman
seperti masker dan lain-lain.23
2.6.3 Pencegahan Sekunder
Jika dengan cara-cara pencegahan primer gejala Asma Bronkial masih tetap
timbul maka barulah kita menggunakan obat-obatan antiasma. Tujuan pengobatan
Asma Bronkial yaitu membebaskan penderita dari serangan Asma Bronkial atau
mencegah serangan Asma Bronkial jangan sampai terjadi. Mengobati disini berarti
menghilangkan gejala-gejala yang berupa sesak, batuk dan mengi. Keadaan yang
sudah bebas dari gejala Asma Bronkial ini harus dipertahankan agar serangan Asma
2.6.3.1 Pemeriksaan Penunjang
1. Spirometri
Spirometri adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengukur secara
obyektif kapasitas/fungsi paru (ventilasi) pada pasien dengan indikasi medis. Alat
yang digunakan disebut spirometer.
Gambar 2.2 Spirometri27
Cara yang paling cepat dan sederhana untuk menegakkan diagnosis Asma
Bronkial adalah melihat respons pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan
spirometri dilakukan sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator hirup (inhaler
atau nebulizer). Caranya, setelah penderita menghirup udara sebanyak-banyaknya
lalu diminta meniupkan udara dengan cepat sampai habis ke dalam alat
spirometer.28 Untuk anak yang sudah besar (>6 tahun) pemeriksaan faal/fungsi paru sebaiknya dilakukan. Uji fungsi paru yang sederhana dengan peak flow
meter.29
2. Pemeriksaan Darah
Pada penderita yang mengalami stress, dehidrasi dan infeksi, leukosit
normal (normal = 250/mm3). Pada Asma Bronkial tipe alergi, eosinofil dapat meningkat sampai 800-1000/mm3. Bila peningkatan eosinofil ini melebihi 1000/mm3, ada kemungkinan peningkatan ini disebabkan infeksi, bila eosinofil tetap tinggi setelah diberi kortekosteroid, maka Asma Bronkial tipe ini disebut
steroid resistant bronchial asthma.10
Pemeriksaan analisis gas darah hanya dilakukan pada Asma Bronkial yang
berat, saat penderita sudah tidak dapat lagi meniup spirometer, karena sudah
terlalu sesak. Pemeriksaan ini dapat menunjukkan berat ringannya suatu serangan
Asma Bronkial, yang di ukur adalah tekanan oksigen dan tekanan karbon dioksida
dan keasaman darah. Pada Asma Bronkial yang berat tekanan oksigen ini
menurun, bila lebih berat lagi tekanan karbon dioksida meninggi dan darah
menjadi asam.
3. Uji Kulit
Tes ini bertujuan untuk menunjukkan adanya antibody IgE spesifik dalam
tubuh. Uji ini hanya mendukung anamnesis, karena uji alergen yang positif tidak
selalu merupakan penyebab Asma Bronkial, demikian pula sebaliknya.
4. Pemeriksaan Rontgen
Pemeriksaan rontgen hanya sedikit membantu dalam diagnosis Asma
Bronkial, karena pemeriksaan ini tidak dapat menunjukkan adanya penyempitan
saluran napas. Tujuan pemeriksaan rontgen pada Asma Bronkial adalah untuk
melihat adanya penyakit paru lain seperti empisema, tuberkulosis atau
5. Uji Provokasi Bronkus
Pemeriksaan provokasi baru dilakukan bila dokter masih belum dapat
memastikan diagnosis Asma Bronkial meskipun sudah melakukan berbagai
macam pemeriksaan. Untuk menunjukan adanya hipereaktivitas bronkus
dilakukan uji provokasi Bronkus. Ada beberapa cara melakukan uji provokasi
bronkus seperti uji provokasi dengan histamine, metakolin, kegiatan jasmani,
udara dingin, larutan garam, hipertonik, dan bahkan dengan aqua destilata.23 Provokasi dengan zat kimia penderita diminta untuk menghirup uap zat kimia.
Sedangkan provokasi dengan kegiatan jasmani penderita diminta berlari cepat
selama 6 menit sehingga mencapai denyut jantung 80-90% dari maksimum.
Dianggap bermakna bila menunjukkan penurunan APE (Arus Puncak Ekspirasi)
paling sedikit 10%. Sama halnya uji provokasi dengan alergen, hanya dilakukan
pada pasien yang alergi terhadap elergen yang di uji.28
2.6.3.2 Obat Asma Bronkial dikelompokkan menjadi :
1. Obat pereda/pelega (reliever)/Golongan bronkodilator
a.Obat untuk serangan Asma Bronkial akut.
b.Obat yang dapat melebarkan saluran napas dengan jalan melemaskan otot-otot
2. Obat pencegahan serangan Asma Bronkial (preventer)/Golongan kortikosteroid
sistemik
a.Obat yang menjaga agar peradangan saluran napas tetap terkontrol dan
mencegah agar saluran napas tidak terus menyempit hingga tahap yang dapat
menimbulkan serangan Asma Bronkial.
b.Tidak dapat segera menghilangkan gejala Asma Bronkial karena untuk
mengurangi peradangan diperlukan paling sedikit 6-8 jam.
c.Diberikan bila obat-obat bronkodilator sudah tidak mempan lagi.17
3. Obat-obat yang sering digunakan bersamaan dengan obat antiasma seperti
Antibiotika, antihistamin, obat batuk dan lain-lain.
2.6.4 Pencegahan Tersier
1. Psikologik
Pada sebagian penderita, bila Asma Bronkialnya sukar dikendalikan
meskipun telah mencoba berbagai macam obat antiasma. Dalam keadaan seperti
ini penderita memerlukan motivasi untuk membesarkan hati.
2. Latihan pernapas dan kesegaran jasmani
Latihan pernapasan ini untuk memperkuat otot-otot pernapasan dan
mempermudah pengeluaran dahak dari saluran napas. Latihan dilakukan secara
teratur dan dilakukan diluar serangan agar mendapatkan manfaat yang
2.7 Kerangka Konsep Penelitian
Karakteristik Penderita Asma Bronkial 1. Sosiodemografi
Umur
Jenis Kelamin Suku
Agama Pekerjaan
Status Perkawinan Daerah Asal