VISKOSITAS DAN TENAGA PENGAKTIFAN ALIRAN
I. TUJUAN
1. Menentukan viskositas cairan dengan metoda Ostwald
2. Mempelajari pengaruh suhu terhadap viskositas cairan
II. DASAR TEORI
Viskositas diartikan sebagai resistensi atau ketidakmauan suatu bahan untuk
mengalir yang disebabkan karena adanya gesekan atau perlawanan suatu bahan
terhadap deformasi atau perubahan bentuk apabila bahan tersebut dikenai gaya
tertentu (Kramer, 1996).
Viskositas secara umum dapat juga diartikan sebagai suatu tendensi untuk
melawan aliran cairan karena internal friction atau resistensi suatu bahan untuk
mengalami deformasi bila bahan tersebut dikenai suatu gaya (Lewis, 1987).
Viskositas biasanya berhubungan dengan konsistensi yang keduanya merupakan
sifat kenampakan (appearance property) yang berhubungan dengan indera
perasa. Konsistensi dapat didefinisikan sebagai ketidakmauan suatu bahan untuk
melawan perubahan bentuk (deformasi) bila suatu bahan mendapat gaya gesekan
(sheering fore). Gesekan yang timbul sebagai hasil perubahan bentuk cairan yang
disebabkan karena adanya resistensi yang berlawanan yang diberikan oleh cairan
tersebut dinamakan gaya irisan (sheering stress). Jika tenaga diberikan pada
suatu cairan, tenaga ini akan menyebabkan suatu bentuk atau deformasi.
Perubahan bentuk ini disebut sebagai aliran (Lewis, 1987).
Menurut Suyitno (1988) ada dua tipe aliran, yaitu :
1. Newtonian
Viskositas cairan yang bersifat Newtonian tidak berubah dengan
adanya perubahan gaya irisan dan kurva hubungan antara shear stress dan
shear ratenya linier melewati titik (0,0) atau dengan kata lain viskositasnya
tidak berubah dengan adanya perubahan gaya gesekan antar permukaan
cairan dengan dinding. Cairan newtonian biasanya merupakan cairan murni
secara kimiawi dan homogen secara fisikawi. Contohnya adalah larutan gula,
air, minyak, sirup, gelatin, dan susu.
2. Non-newtonian
Viskositas cairan yang bersifat Non-newtonian berubah dengan
adanya perubahan gaya irisan dan kurva hubungan antara shear stress dan
adanya perubahan gaya gesekan antar permukaan cairan dengan dinding.
Cairan non newtonian ini termasuk cairan yang bersifat non true liquid/non
ideal. Contohnya yaitu soas tomat, kecap, slurry permen, dan susu kental
manis.
Menurut Kartika (1990), viskositas suatu bahan dipengaruhi oleh beberapa
factor, yaitu :
1) Suhu
Viskositas berbanding terbalik dengan suhu. Jika suhu naik maka
viskositas akan turun, dan begitu pula sebaliknya. Hal ini disebabkan karena
adanya gerakan partikel-partikel cairan yang semakin cepat apabila suhu
ditingkatkan dan menurun kekentalannya.
2) Konsentrasi larutan
Viskositas berbanding lurus dengan konsentrasi larutan. Suatu larutan
dengan konsentrasi tinggi akan memiliki viskositas yang tinggi pula, karena
konsentrasi larutan menyatakan banyaknya partikel zat yang terlarut tiap
satuan volume. Semakin banyak partikel yang terlarut, gesekan antar partikel
semakin tinggi dan viskositasnya semakin tinggi pula.
3) Berat molekul solute
Viskositas berbanding lurus dengan berat molekul solute, karena
dengan adanya solute yang berat akan menghambat atau memberi beban
yang berat pada cairan sehingga akan menaikkan viskositasnya.
4) Tekanan
Viskositas berbanding lurus dengan tekanan, karena semakin besar
tekanannya, cairan akan semakin sulit mengalir akibat dari beban yang
dikenakannya. Viskositas akan bernilai tetap pada tekanan 0-100 atm.
Ada beberapa tipe viskometer yang biasa digunakan antara lain :
a. Viskometer kapiler Ostwald
Viskositas dari cairan newton bisa ditentukan dengan mengukur waktu
yang dibutuhkan bagi cairan tersebut untuk lewat antara 2 tanda ketika ia
mengalir karena gravitasi melalui viskometer Ostwald. Waktu alir dari
cairan yang diuji dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan bagi suatu
zat yang viskositasnya sudah diketahui (biasanya air) untuk lewat 2 tanda
tersebut.
b. Viskometer Hoppler
Berdasarkan hukum Stokes pada kecepatan bola maksimum,
gaya archimides. Prinsip kerjanya adalah menggelindingkan bola (yang
terbuat dari kaca) melalui tabung gelas yang hampir tikal berisi zat cair yang
diselidiki. Kecepatan jatuhnya bola merupakan fungsi dari harga resiprok
sampel.
c. Viskometer Cup dan Bob
Prinsip kerjanya sampel digeser dalam ruangan antara dinding luar
dari bob dinding dalam dari cup dimana bob masuk persis ditengah-tengah.
Kelemahan viskometer ini adalah terjadinya aliran sumbat yang
disebabkan geseran yang tinggi disepanjang keliling bagian tube
sehingga menyebabkan penurunan konsentrasi. Penurunan konsentrasi ini
menyebabkan bagian tengah zat yang ditekan keluar memadat. Hal ini
disebut aliran sumbat.
d. Viskometer Cone dan Plate
Cara pemakaiannya adalah sampel ditempatkan ditengah-tengah
papan, kemudian dinaikkan hingga posisi dibawah kerucut. Kerucut
digerakkan oleh motor dengan bermacam kecapatan dan sampelnya digeser
didalam ruang semit antara papan yang diam dan kemudian kerucut
yang berputar.
Metoda Ostwald merupakan suatu variasi dari metoda Poisseuille. Prinsip
dari metode ini dapat dipelajari dari gambar 1. sejumlah tertentu cairan
dimasukkan ke dalam A, kemudian dengan cara menghisap atau meniup, cairan
dibawa ke B, sampai melewati garis m. Selanjutnya cairan dibiarkan mengalir
secara bebas dan waktu yang diperlukan untuk mengalir bebas dan waktu yang
diperlukan untuk mengalir dari garis ke n diukur. Pada proses pengaliran melalui
kapiler C, tekanan penggerak tidak tetap dan pada setiap saat sama dengan h.g.ρ,
dengan h adalah beda tinggi permukaan cairan pada kedua reservoir alat, g adalah percepatan gravitasi dan ρ adalah rapat massa cairan.
Karena pada metode ini selalu diperhatikan aliran cairan dari m ke n dan
menggunakan viskometer yang sama, maka viskositas suatu cairan dapat ditentukan dengan membandingkan hasil pengukuran waktu t, rapat massa ρ cairan tersebut terhadap waktu to dan rapat massa ρo, cairan pembanding yang
telah diketahui viskositasnya pada suhu pengukuran. Perbandingan viskositas
kedua cairan dapat dinyatakan sebagai :
(Persamaan 1) :
Dari persamaan (1), viskositas cairan dapat dihitung dengan merujuk pada
viskositas cairan pembanding.
Viskositas cairan adalah fungsi dari ukuran dan permukaan molekul, gaya
tarik antar molekul dan struktur cairan. Tiap molekul dalam cairan dianggap dalam
kedudukan setimbang maka sebelum suatu lapisan molekul dapat melewati
lapisan molekul lainnya diperlukan suatu energi tertentu. Sesuai dengan hukum
distribusi Maxwell-Boltzmann, jumlah moleul yang memiliki energi yang diperlukan
untuk mengalir dihubungkan dengan faktor eE/RT. Secara kuantitatif pengaruh suhe
terhadap viskositas dinyatakan dengan persamaan empirik:
(Persamaan 2) :
volume molar cairan dan E adalah energi ambang per mol yang diperlukan untuk
III. ALAT DAN BAHAN
1. Alat-alat yang digunakan:
a. Viskometer Ostwald
b. Termostat
c. Termometer 0-100ºC
d. Pencatat waktu atau stopwatch
e. Pipet ukur 25 ml
f. Pipet filter
g. Piknometer atau neraca westphal
2. Bahan-bahan yang digunakan:
a. Cairan yang akan ditentukan viskositasnya, yaitu: air sabun 5% dan
alkohol 10%
IV. CARA KERJA
Viskometer Otswald
Diletakkan pada thermostat dengan posisi vertikal
Memipet cairan ke reservoir A sehingga :
Mengatur suhu thermostat (30oC, 35oC, 40oC, 45oC, 50oC
Viscometer dan isinya dibiarkan 10 menit untuk mencapai suhu termostat
Mencatat waktu yang diperlukan cairan untuk mengalir dari m ke n.
Lakukan beberapa kali
Menentukan ρ cairan dengan piknometer
Melakukan pengerjaan pertama sampai terakhir untuk cairan
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
0.00305 0.0031 0.00315 0.0032 0.00325 0.0033 0.00335
lo
0.00305 0.0031 0.00315 0.0032 0.00325 0.0033 0.00335
lo
g
Praktikum viskositas dan tenaga pengaktifan aliran ini bertujuan untuk
menentukan besarnya harga viskositas dan mempelajari pengaruh suhu terhadap
viskositas cairan dengan menggunakan metoda Otswald. Adapun cairan yang
akan diuji viskositas dan energy pengaktifan aliran nya dalam praktium ini adalah
larutan alkohol 10% dan larutan air sabun 5%, dengan air suling (aquades)
sebagai cairan pembanding.
Massa piknometer kosong dan massa piknometer setelah diisi air, larutan
alkohol 10% dan air sabun 5% ditimbang. Hal ini dimaksudkan untuk menghitung massa jenis (ρ) masing-masing cairan tersebut.
Adapun hasil yang diperoleh, yaitu : ρ air = 0,998 gr/mL
ρ alkohol 10% = 0,988 gr/mL ρ air abun 5% = 0,999 gr/mL
Untuk menghitung besarnya koefisien viskositas (η) air sebagai cairan pembanding dan besarnya koefisien viskositas larutan yang akan diuji, yaitu
larutan alkohol 10% dan air sabun 5%, digunakan viskometer Viskometer terlebih
dahulu dibilas dengan aquades atau alkohol untuk menjaga validitas viskometer
yang digunakan sehingga data praktikum yang diperoleh benar-benar tepat.
Adapun rata-rata waktu yang diperoleh pada suhu 30oC, 35oC, 40oC, 45oC,
50oC berturut-turut berdasarkan hasil praktikum pada : (1) air : 78,6 ; 75 ; 69,6 ;
66,6 ; 62,4 ; (2) larutan alkohol 10% : 76,8 ; 69 ; 58,8 ; 50,4 ; 43,2 ; (3) larutan air
sabun 5% : 96 ; 90 ; 81 ; 75,6 ; 66,6. Data tersebut selanjutnya diolah untuk menghitung besarnya koefisien viskositas (η) air, alkohol dan air sabun. Nilai koefisien viskositas (η) yang diperoleh dicari hubungannya dengan suhu (T) melalui grafik log η vs 1/T seperti pada gambar 2 dan 3. Energi pengaktifan aliran
larutan alkohol 10% dan larutan air sabun 5% berturut-turut berdasarkan grafik
yaitu 12,795 kJ/mol dan 8,92 kJ/mol.
Berdasarkan gambar 2 dan 3, dapat ditarik kesimpulan bahwa ternyata
viskositas berbanding terbalik dengan suhu. Hal ini sesuai dengan teori yang ada.
Jika suhu naik maka viskositas akan turun, dan begitu pula sebaliknya. Hal ini
disebabkan karena adanya gerakan partikel-partikel cairan yang semakin cepat
VI. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan
a. Berikut merupakan viskositas air, larutan alcohol 10% dan larutan air
sabun 5% dalam berbagai suhu :
Suhu (oC) Viskositas ( N detik/m
2
)
Air Lar. Alkohol 10% Lar. Air Sabun 5%
30 0,000800 0,00077 0,00098
35 0,000725 0,00066 0,00087
40 0,000650 0,00054 0,00076
45 0,000600 0,00045 0,00068
50 0,000550 0,00038 0,00059
b. Viskositas berbanding terbalik dengan suhu. Semakin tinggi suhu reaksi,
semakin kecil nilai koefisien viskositasnya. Sebaliknya, semakin rendah
suhu reaksi, semakin besar nilai koefisien viskositasnya.
2. Saran
a. Praktikan lebih teliti dalam melakukan praktikum sehingga data yang
diperoleh tepat
b. Praktikum harus menguasai materi praktikum sebelum pelaksanaan
VII. DAFTAR PUSTAKA
Kartika.1990.Viskositas.Makassar : Universitas Hasanuddin.
Kramer.1996.Penuntun Praktium Kimia Fisik untuk Universitas.Jakarta : PT
Gramedia.
Lewis.1978.Kimia Fisika Jilid 2.Jakarta : Erlangga.
Suyitno.1988.Kimia Fisika.Jakarta : Bumi Pustaka.
Tim Dosen Kimia Fisika.2007.Diktat Petunjuk Praktikum Kimia Fisik.Semarang :
FMIPA UNNES.
Mengetahui, Semarang, 12 November 2012
Dosen Pengampu Praktikan,
Ir. Sri Wahyuni, M.Si Ana Yustika
PERTANYAAN DAN JAWABAN
1. Bilangan Reynold adalah bilangan tidak berdimensi NR
NR =
Vr
2
Hubungan bilangan Reynold dengan aliran laminer bahwa aliran suatu fluida
laminer (non turbulen) dipengaruhi oleh bilangan Reynold. Bila V suatu fluida
menjadi cukup besar, maka aliran laminer rusak dan turbulensi terjadi.
2. Cara lain untuk menentukan viskositas yaitu dengan metode kapiler oleh
sevolume tertentu cairan V1 untuk mengalir melalui pipa kapiler di bawah
tekanan penggerak pertemuan yang tetap. Dapat dinyatakan sebagai berikut.
Vl
Massa piknometer kosong = 19.9261 gram
Massa piknometer + air = 44.8845 gram
Massa piknometer kosong = 19.9261 gram
Massa piknometer + air sabun = 44.8951 gram
ρ air sabun =
Massa piknometer kosong = 19.9261 gram
Massa piknometer + alkohol = 44.6260 gram
Massa alkohol (m) = 24.6999 gram
Menghitung viskositas larutan
Rumus viskositas relatif
Viskositas air
Berdasaran literatur, viskositas air pada suhu :
30ºC = 0,0080 dyne detik/cm2 = 0,00080 N detik/m2
35ºC = 0,0080 dyne detik/cm2 = 0,000725 N detik/m2
40ºC = 0,0065 dyne detik/cm2 = 0,00065 N detik/m2
45ºC = 0,0080 dyne detik/cm2 = 0,00060 N detik/m2
50ºC = 0,0055 dyne detik/cm2 = 0,00055 N detik/m2 Viskositas larutan alkohol 10%
40ºC = N detik/m2
45ºC = N detik/m2
50ºC = N detik/m2
Menghitung Energi Pengaktifan Aliran (E) Larutan alkohol 10%
y = 1549x – 8,216
m = 1549
b = - 8,216
E = m x R
= 1549 x 8,314 J/mol
= 12795 J/mol
= 12,795 kJ/mol Larutan air sabun 5%
y = 1073x – 6,549
m = 1073
b = - 6,549
E = m x R
= 1073 x 8,314 J/mol
= 8920,92 J/mol