• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS LAMA USAHA DAN UPAH KARYAWAN TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA UKM DI KABUPATEN LAMONGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS LAMA USAHA DAN UPAH KARYAWAN TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA UKM DI KABUPATEN LAMONGAN"

Copied!
155
0
0

Teks penuh

(1)

KABUPATEN LAMONGAN

SKRIPSI

Disusun Oleh:

MARDHIKA PUTRI PRIMANTARI

135020101111014

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Derajat Sarjana Ekonomi

JURUSAN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2017

(2)
(3)
(4)
(5)

DATA PRIBADI

Nama Lengkap : Mardhika Putri Primantari Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat / Tanggal Lahir : Lamongan, 21 April 1995

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat Rumah : Jl. Made Kidul XIX/14 RT/RW 03/03 Perumnas Made, Kecamatan Lamongan, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, Indonesia

Alamat Email : primantari.mardhika@gmail.com

RIWAYAT PENDIDIKAN

[2001-2007] SDN UNGGULAN JETIS 3 LAMONGAN [2007-2010] SMPN 1 TURI

[2010-2013]SMAN 3 LAMONGAN

[2013-2017]FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA

RIWAYAT ORGANISASI DAN KEPANITIAAN [2013] Staff Magang HMJIE

[2015] Staff Divisi Konsumsi Intellectual Dialogue of Economics FEB UB

PENGALAMAN KERJA

[2016] Magang – Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Lamongan

(6)

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmad dan hidayah-Nya maka peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ANALISIS LAMA USAHA DAN UPAH KARYAWAN TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA UKM DI KABUPATEN LAMONGAN. Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Nurkholis, SE., M.Bus.(Acc)., Ak., Ph.D selaku Dekan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Brawijaya.

2. Bapak Dwi Budi Santoso, SE., M.Sc., Ph.D selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.

3. Bapak Dr. Rachmad Kresna Sakti, SE., M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu, mengarahkan, memberi motivasi, dan segala bentuk bantuan yang telah diberikan selama pengerjaan skripsi ini. 4. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Brawijaya yang telah memberikan ilmu dan bantuan selama proses belajar hingga akhir studi.

5. Kedua orangtua tercinta, Bapak Bambang Margono, dan Ibu Wiwik Tiasih yang tidak pernah berhenti mendoakan, memotivasi, memberi semangat, memberi perhatian, kekuatan, dan kesabaran kepada penulis selama penulisan penelitian ini.

6. Adik Mahela Chika Yulia Pangestu, Almh. Kakak Pratiwi Yuniar Primastuti dan seluruh keluarga besar tercinta yang telah memberikan semangat dan dukungan kepada penulis.

7. Bapak Mahrus dan Ibu Jariatun yang telah memberikan doa, semangat, dan kekuatan kepada penulis selama melakukan penelitian.

8. Om Prayudo Eri Yandono, dan Tante Hamidah Amir yang telah memberikan motivasi dan semangat kepada penulis.

(7)

bantuan selama penelitian ini.

10. Novita Anjani Kusnadi, Parlin Firdiani, Arum Kusumawati, dan Jannis Mayasari yang telah memberikan motivasi, semangat, dan solusi untuk penulis.

11. Teman-teman seperjuangan dan seluruh keluarga besar FEB UB angkatan 2013 yang telah berjuang bersama untuk menyelesaikan skripsi.

12. Semua pihak, teman, dan keluarga yang namanya tidak disebutkan di atas. Yang keberadaan mereka membuat penulis memacu semangat dan berkontribusi bagi setiap lembar tulisan yang dibuat.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini baik dalam teknik penyajiam materi maupun pembahasan. Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Semoga karya tulis ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.

Malang, 25 Oktober 2017

(8)

Mardhika Putri Primantari

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Email: primantari.mardhika@gmail.com

ABSTRAK

Penyerapan tenaga kerja adalah banyaknya jumlah tenaga kerja yang terserap atau bekerja pada suatu usaha atau perusahaan. Peningkatan penyerapan tenaga kerja akan berpengaruh terhadap lama usaha dan upah karyawan.Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari lama usaha dan upah karyawan terhadap penyerapan tenaga kerja dengan kurun waktu 2013 sampai 2016. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis regresi berganda pada data panel dengan menggunakan eviews 8 untuk menentukan pengaruh variabel independen dengan variabel dependen. Karena menggunakan data panel, langkah pertama adalah dengan menggunakan uji Chow dan uji Hausman untuk menentukan model yang digunakan serta pengujian asumsi klasik. Hasil dari hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, kedua variabel berpengaruh signifikan. Variabel lama usaha dan upah karyawan berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja UKM di Kabupaten Lamongan.

(9)

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN UJIAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv

HALAMAN RIWAYAT HIDUP ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang ... 1

1.2 RumusanMasalah ... 9

1.3 TujuanPenelitian ... 9

1.4 ManfaatPenelitian ... 9

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Permintaan Tenaga Kerja ... 11

2.1.1 Permintaan Tenaga Kerja Jangka Pendek ... 12

2.1.2 Permintaan Tenaga Kerja Jangka Panjang ... 14

2.1.3 Tingkat Keseimbangan Tenaga Kerja ... 16

2.1.4 Elastisitas Permintaan ... 17

2.2 Usaha Kecil, dan Menengah ... 19

2.3 Upah ... 20

2.3.1 Sumber-Sumber Kenaikan Produktivitas ... 21

2.3.2 Faktor-Faktor Yang Menimbulkan Perbedaan Upah ... 22

2.3.3 Sistem Pengupahan dan Komponen Upah ... 24

2.4 Lama Usaha ... 30

2.5 Penelitian Terdahulu ... 30

2.6 Kerangka Pemikiran ... 33

2.7 Hipotesis ... 34

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian ... 35

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 35

3.3 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 35

3.3.1 Variabel Terikat (Dependent Variable ... 36

3.3.2 Variabel Bebas (Independent Variable) ... 36

3.4 Populasi dan Penentuan Sampel ... 37

3.4.1 Populasi ... 37

3.4.2 Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ... 37

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 39

3.5.1 Jenis dan Sumber Data ... 39

3.5.2 Teknik Pengumpulan Data ... 39

3.6 Metode Analisis ... 40

3.6.1 Spesifikasi Model ... 40

3.6.2 Pemilihan Model Estimasi ... 41

3.6.3 Pemilihan Metode Estimasi ... 41

(10)

4.1 GambaranUmumObyek Penelitian ... 47

4.1.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah Kabupaten Lamongan ... 47

4.1.2 Kondisi Penduduk Kabupaten Lamongan ... 48

4.1.3 Perkembangan Tenaga Kerja Kabupaten Lamongan ... 50

4.1.4 Kondisi UKM Kabupaten Lamongan ... 51

4.2 Analisis Data ... 51

4.2.1 Pengujian Model ... 52

4.2.2 Uji Asumsi Klasik ... 53

4.3 Uji Statistik ... 55

4.3.1 Persamaan Regresi Data Panel ... 55

4.3.2 Uji Regresi Parsial (Uji T) ... 57

4.3.3 Uji Simultan (Uji F) ... 58

4.3.4 Koefisien Determinasi (R2) ... 58

4.4 Pembahasan ... 59

4.4.1 Pengaruh Lama Usaha (X1) Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor UKM di Kabupaten Lamongan ... 59

4.4.2 Pengaruh Tingkat Upah (X2) Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor UKM di Kabupaten Lamongan ... 60

4.5 Implikasi Penelitian ... 60 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 65 5.2 Saran ... 66 DAFTAR PUSTAKA ... 67 LAMPIRAN ... 69

(11)

Judul Halaman Tabel 1.1 Jumlah UKM dan Tenaga Kerja di Provinsi Jawa Timur Tahun 20152

Tabel 1.2 Statistik Ketenagakerjaan ... 4

Tabel 1.3 Jumlah Indusri Besar/Sedang Menurut Sub Sektor di Kabupaten Lamongan, 2015 ... 5

Tabel 1.4 Jumlah Tenaga Kerja Indusri Besar/Sedang Menurut Kelompok Industri di Kabupaten Lamongan, 2015 ... 7

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 31

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Lamongan . 48 Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Lamongan tahun 2015 ... 49

Tabel 4.3 Hasil Regresi Uji Chow ... 52

Tabel 4.4 Hasil Regresi Uji Hausman ... 52

Tabel 4.5 Hasil Regresi Uji Heterokedastisitas ... 53

Tabel 4.6 Hasil Regresi Uji Normalitas ... 54

Tabel 4.7 Hasil Regresi Uji Multikolinearitas ... 55

(12)

Judul Halaman Gambar 2.1 Kurva Permintaan Tenaga Kerja Jangka Pendek dan Jangka

Panjang ... 14 Gambar 2.2 Kurva Efficiency Wage ... 27 Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran ... 33

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jawa Timur memiliki jumlah UKM sebanyak 6,8 juta UKM yang terdiri dari 9 sektor. Banyaknya sektor UKM di Jawa Timur diharapkan mampu untuk menyerap jumlah tenaga kerja yang juga termasuk tinggi guna mengurangi adanya pengangguran.

Jumlah UKM di Provinsi Jawa Timur pada setiap tahunnya mengalami kenaikan, begitupula dengan jumlah tenaga kerja yang terserap di sektor UKM juga mengalami kenaikan pada setiap tahunnya yang diharapkan dengan banyaknya jumlah tenaga kerja yang terserap pada sektor UKM dapat mengurangi pengangguran yang ada di wilayah Jawa Timur. Pada industri kecil dan rumah tangga memiliki jumlah 779.090 unit pada tahun 2012 dan pada tahun 2015 mengalami kenaikan sebesar 790.991 unit, sedangkan untuk tenaga kerjanya pada tahun 2012 sebesar 1.784.284 orang dan pada tahun 2015 sebesar 1.821.406 orang. Begitupula pada industri menengah yang pada tahun 2012 memilik usaha sebanyak 16.387 unit dan pada tahun 2015 mengalami kenaikan sebesar 19.146 unit, sedangkan jumlah tenaga kerja yang terserap pada industri menengah juga mengalami kenaikan yakni pada tahun 2012 sebesar 944.506 orang dan pada tahun 2015 sebesar 961.122 orang.

Dengan adanya kenaikan pada UKM dan penyerapan tenaga kerja yang tinggi, hal ini juga berdampak pada PDRB Jawa Timur yang juga mengalami kenaikan. PDRB Jawa Timur terus mengalami kenaikan pada setiap tahunnya.

(14)

Yang awalnya pada tahun 2010 sebesar 26.371,10 (dalam ribu rupiah) atau sekitar Rp. 26.371.100,00 terus mengalami kenaikan yang mana pada tahun 2015 sebesar 43.500,30 (dalam ribu rupiah) atau sekitar Rp. 43.500.300,00.

Sedangkan untuk jumlah UKM yang berada di Provinsi Jawa Timur dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 1.1: Jumlah UKM dan Tenaga Kerja di Provinsi Jawa Timur Tahun 2015

No Kabupaten/ Kota Jumlah

UKM Tenaga Kerja

1 Pacitan 181.115 221.784 2 Ponorogo 207.561 306.487 3 Trenggalek 143.455 194.016 4 Tulungagung 181.409 280.424 5 Blitar 255.622 406.719 6 Kediri 251.493 395.355 7 Malang 414.516 826.375 8 Lumajang 196.446 287.251 9 Jember 424.151 729.962 10 Banyuwangi 296.706 501.379 11 Bondowoso 172.378 277.434 12 Situbondo 156.272 263.547 13 Probolinggo 235.286 397.327 14 Pasuruan 248.802 403.965 15 Sidoarjo 171.264 306.481 16 Mojokerto 155.410 262.651 17 Jombang 188.614 328.380 18 Nganjuk 201.463 322.229 19 Madiun 146.562 242.654 20 Magetan 154.800 233.043 21 Ngawi 185.312 309.653 22 Bojonegoro 281.967 471.481

(15)

Tabel 1.1: Lanjutan 23 Tuban 223.998 370.537 24 Lamongan 252.734 421.285 25 Gresik 168.393 239.182 26 Bangkalan 166.768 210.003 27 Sampang 195.215 264.569 28 Pamekasan 195.554 257.481 29 Sumenep 269.005 486.196 30 Kota Kediri 29.306 51.039 31 Kota Blitar 21.291 35.349 32 Kota Malang 77.778 141.906 33 Kota Probolinggo 26.125 41.120 34 Kota Pasuruan 24.257 44.520 35 Kota Mojokerto 17.480 31.212 36 Kota Madiun 22.662 41.557 37 Kota Surabaya 260.762 466.779 38 Kota Batu 23.544 45.477

Sumber: Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Timur

Wilayah yang memiliki jumlah UKM paling banyak terletak di Kabupaten Jember dengan jumlah usaha sebanyak 424.151 dengan jumlah tenaga kerja yang bekerja pada UKM tersebut sebanyak 729.926 orang. Sedangkan jumlah UKM yang dapat menyerap jumlah tenaga kerja paling besar terdapat di Kabupaten Malang dengan jumlah penyerapan tenaga kerja sebanyak 826.375 orang.

Lamongan merupakan Kabupaten yang memiliki wilayah yang sangat strategis yakni berbatasan dengan Kabupaten Gresik, Kabupaten Jombang, Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Tuban, dan Kabupaten Bojonegoro. Kabupaten Lamongan sendiri dibelah oleh sungai bengawan solo dengan karakteristik daratannya sebagai berikut:

(16)

1. Bagian tengah selatan merupakan dataran rendah yang relatif subur.

2. Bagian selatan dan utara merupakan pegunungan kapur berbatu-batu dengan kesuburan sedang.

3. Bagian tengah utara merupakan daerah bonorowo yang merupakan daerah rawan banjir.

Di Kabupaten Lamongan sendiri jumlah penduduk yang bekerja sangat banyak, hal tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 1.2: Statistik Ketenagakerjaan Kabupaten Lamongan, 2012-2014

Uraian 2012 2013 2014 Angkatan Kerja 621.617 644.188 611.621 Bekerja 592.097 612.448 585.311 Pengangguran 29.520 31.740 26.310 TPT (%) 4,75 4,93 4,3 TPAK (%) 68,12 70,5 66,64

Sumber: BPS Kabupaten Lamongan

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa jumlah penduduk yang bekerja di Kabupaten Lamongan pada tahun 2012 ke tahun 2013 mengalami kenaikan yakni pada tahun 2012 sebesar 592.097 meningkat menjadi 612.448 pada tahun 2013, namun pada tahun 2014 mengalami penurunan kembali yakni sebesar 585.311. Untuk jumlah pengangguran juga hampir sama dengan jumlah penduduk yang bekerja, yakni pada tahun 2012 ke tahun 2013 mengalami kenaikan yaitu pada tahun 2012 sebesar 29.520 mengalami peningkatan pada tahun 2013 sebanyak 31.740 dan pada tahun 2014 mengalami penurunan kembali menjadi 26.310.

Di Kabupaten Lamongan, jumlah usaha menengah sangat banyak. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

(17)

Tabel 1.3: Jumlah Industri Besar/Sedang Menurut Sub Sektor di Kabupaten Lamongan, 2015 No Kecamatan Sub-Sektor Industri Makanan, Minuman, dan Tembakau Tekstil, Pakaian Jadi, dan Kulit Kayu, Barang dari Kayu, Perabotan Kertas, Percetakan, dan Penerbitan Kimia, Minyak Bumi, Batu Bara, Karet dan Plastik 1 Sukorame 1 - - - -2 Bluluk - - - - -3 Ngimbang 2 - - - -4 Sambeng - - - - -5 Mantup - - - - -6 Kembangbahu - - - - -7 Sugio - - -8 Kedungpring 3 - 1 - -9 Modo 2 - - - -10 Babat 6 13 - - -11 Pucuk 2 - - - -12 Sukodadi 3 - - - -13 Lamongan 2 - - - -14 Tikung - - - - -15 Sarirejo - - - - -16 Deket - 2 - - -17 Glagah - - - - -18 Karangbinangun - - - - -19 Turi - - - - -20 Kalitengah - - - - -21 Karanggeneng - - - - -22 Sekaran - - - - -23 Maduran 1 43 - - -24 Laren - - - - -25 Solokuro - - - - -26 Paciran 3 6 - - -27 Brondong 17 - - -

(18)

-Tabel 1.3: Lanjutan No Kecamatan Sub-Sektor Industri Barang Galian Non Logam Kecuali Minyak Bumi dan Batu

Bara Logam Dasar Barang dari Logam Mesin dan Peralatan Pengola han Lainnya Jumlah 1 Sukorame - - - - 1 2 Bluluk - - - - -3 Ngimbang - - - - 2 4 Sambeng 4 - - - 4 5 Mantup - - - - -6 Kembangbahu - - - - -7 Sugio - - - - -8 Kedungpring - - - - 4 9 Modo - - - - 2 10 Babat - - - 2 21 11 Pucuk - - - 1 3 12 Sukodadi - - - - 3 13 Lamongan - - - 13 15 14 Tikung - - - 2 2 15 Sarirejo - - - - -16 Deket - - - - 2 17 Glagah - - - - -18 Karangbinangun - - - - -19 Turi - - - - -20 Kalitengah - - - - -21 Karanggeneng - - - - -22 Sekaran - - - - -23 Maduran 1 - - - 44 24 Laren - - - - -25 Solokuro - - - - -26 Paciran 4 - - 1 14 27 Brondong 3 - - 1 21

(19)

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa usaha menengah yang memiliki jumlah usaha paling banyak adalah usaha yang bergerak di bidang tekstil, pakaian jadi, dan kulit dengan kecamatan yang menghasilkan tekstil, pakaian jadi, dan kulit paling banyak berada di wilayah Kecamatan Maduran dan Kecamatan Babat. Sedangkan kecamatan-kecamatan lainnya bergerak di bidang makanan, minuman, dan tembakau; kertas, percetakan, dan penerbitan; logam dasar, dan lain-lain.

Di Kabupaten Lamongan sendiri jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor UKM sangat banyak, hal tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 1.4: Jumlah Tenaga Kerja Industri menurut Kelompok Industri di Kabupaten Lamongan, 2015 No Kecamatan Industri Formal Industri Non Formal Jumlah Besar Sedang Kecil

1 Sukorame - - 39 995 1034 2 Bluluk - - 63 534 597 3 Ngimbang - - 191 580 771 4 Sambeng - 10 283 2631 2924 5 Mantup 1225 17 106 2114 3462 6 Kembangbahu 161 390 156 2065 2772 7 Sugio - 5 116 1213 1334 8 Kedungpring 359 10 166 1612 2147 9 Modo - - 123 669 792 10 Babat 10 43 606 650 1309 11 Pucuk - - 112 472 584 12 Sukodadi - 473 255 1818 2546

(20)

Tabel 1.4: Lanjutan 13 Lamongan 282 742 846 788 2658 14 Tikung 550 35 134 1122 1841 15 Sarirejo - - 67 247 314 16 Deket 963 - 123 255 1341 17 Glagah - - 116 757 873 18 Karangbinangun - - 102 654 756 19 Turi - 8 168 525 701 20 Kalitengah - - 144 746 890 21 Karanggeneng - - 116 764 880 22 Sekaran - - 53 289 342 23 Maduran 125 81 499 382 1087 24 Laren - - 69 559 628 25 Solokuro - 12 108 645 765 26 Paciran 485 288 754 1909 3436 27 Brondong 448 17 488 582 1535 Jumlah/Total 4608 2131 6003 25577 38319

Sumber: BPS Kabupaten Lamongan

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa jenis usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja paling banyak adalah jenis usaha kecil, yang mana jenis usaha tersebut tersebar di seluruh kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Lamongan. Sedangkan untuk jenis usaha menengah dan besar, hanya terdapat di beberapa kecamatan saja yang artinya tenaga kerja yang berada di suatu usaha tersebut jumlahnya tidak sama antara satu usaha dengan usaha yang lainnya yang dapat dilihat pada tabel diatas. Sedangkan UKM Kabupaten Lamongan sebagian besar pada sektor pertanian, hal ini dikarenakan kondisi

(21)

wilayahnya sangat cocok digunakan untuk kegiatan pertanian sehingga masyarakatnya banyak yang mendirikan usaha mikro, kecil, dan menengah.

Berdasarkan uraian yang diatas, perlunya identifikasi penyerapan tenaga kerja pada UKM. Oleh sebab itu, penulis mengambil judul “Analisis Lama Usaha Dan Upah Karyawan Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja UKM Di Kabupaten Lamongan”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis menyusun rumusan masalah sebagai berikut:Bagaimana pengaruh lama usaha dan tingkat upah terhadap penyerapan tenaga kerja UKM di Kabupaten Lamongan ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:Untuk menganalisa pengaruh lama usaha dan tingkat upahterhadap penyerapan tenaga kerja pada sektor UKM di Kabupaten Lamongan.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah: 1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pihak-pihak yang memiliki kepentingan seperti Dinas Perindustrian dan Perdagangan, serta Pemerintah Kabupaten Lamongan dalam kajian terkait penyerapan tenaga kerja sehingga dapat disusun kebijakan-kebijakan baru yang lebih tepat dan implementatif.

(22)

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan baik secara kritis, ilmiah, maupun sistematis terkait penyerapan tenaga kerja dan variabel-variabel yang mempengaruhinya.

2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian ilmiah selanjutnya mengenai tema terkait.

(23)

LANDASAN TEORI

2.1 Permintaan Tenaga Kerja

Angkatan kerja adalah penduduk usia kerja yang bekerja atau punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja dan yang sedang mencari pekerjaan (Feriyanto, 2014). Sedangkan kesempatan kerja adalah jumlah lowongan tenaga kerja untuk menghasilkan output tertentu (Feriyanto, 2014). Kemampuan lapangan kerja menyerap jumlah tenaga kerja yang memenuhi kriteria pada lapangan kerja itu disebut penyerapan tenaga kerja. Penyerapan tenaga kerja dapat sama atau lebih kecil dari kesempatan kerja yang tersedia. Bila penyerapan tenaga kerja sama dengan kesempatan kerja maka tidak akan ada pengangguran. Tetapi jika penyerapan tenaga kerja lebih kecil dari kesempatan kerja maka akan memunculkan pengangguran kerja.

Permintaan tenaga kerja merupakan keputusan pengusaha yang berkaitan dengan kepentingan perusahaannya yakni berkaitan dengan tingkat kesempatan kerja optimal yang diinginkan oleh perusahaan (Tarmizi, 2012). Untuk memenuhi kesempatan kerja yang optimal ini perusahaan akan memberikan respon terhadap perubahan dalam upah, biaya modal, dan input-input lainnya, tingkat penjualan perusahaan, dan perkembangan teknologi. Keputusan pengusaha dalam menentukan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan tergantung kepada kemampuan dan perkembangan produksi perusahaan. Dengan kata lain, pertambahan permintaan pengusaha terhadap tenaga kerja, tergantung dari pertambahan permintaan masyarakat terhadap barang yang diproduksinya.

(24)

Permintaan tenaga kerja dibedakan dalam dua kategori, yaitu: permintaan tenaga kerja jangka pendek dan dalam jangka panjang. Perbedaan ini memiliki kepentingan yang mendasar seperti: pertama, dalam jangka pendek, modal adalah konstan sedangkan dalam jangka panjang modal tidak konstan karena modal konstan maka dalam jangka pendek perusahaan tidak dapat meningkatkan atau menurunkan skala usaha maupun melakukan pembelian atau penjualan peralatan (equipment); perusahaan hanya dapat meningkatkan produksi yang dihasilkan dengan cara menambah input tenaga kerja dan bahan baku. Kedua, dalam jangka panjang perusahaan dapat melakukan ekspansi atau penurunan skala usaha dan peralatan, perusahaan dapat melakukan perubahan semua input selain perubahan tenaga kerja. Secara khusus permintaan tenaga kerja tergantung pada dua hal: (a) sejauhmana tenaga kerja dapat membantu untuk menghasilkan barang dan jasa dan (b) nilai pasar dari barang tersebut.

Permintaan tenaga kerja juga akan ditentukan oleh upah yang berlaku. Bila upah meningkat maka permintaan akan tenaga kerja mengalami penurunan. Sebaliknya, bila upah turun maka permintaan tenaga kerja akan mengalami peningkatan. Dengan demikian hubungan antara permintaan tenaga kerja dengan tingkat upah merupakan hubungan yang terbalik, karena itu slope kurva permintaan tenaga kerja bersifat downward. Hubungan antara tingkat upah dan tenaga kerja akan dianalisa dalam konsep elastisitas.

2.1.1 Permintaan Tenaga Kerja Dalam Jangka Pendek

Untuk menganalisa produktivitas marjinal permintaan tenaga kerja, ada beberapa asumsi yang diperlukan: 1) perusahaan bertujuan memaksimumkan laba; 2) hanya dua faktor produksi atau dua input, modal dan tenaga kerja; 3) perusahaan beroperasi di pasar produk dan pasar tenaga kerja yang bersaing sempurna; 4) upah hanya mewakili biaya tenaga kerja dan tenaga kerja adalah homogen, berarti masing-masing pekerja adalah identik.

(25)

a. Produk Marjinal dan Rata-Rata Produk

Produk marjinal dibedakan antara produk marjinal tenaga kerja atau MPL (Marginal Product Of Labor) dan produk marjinal modal atau MPK (Marginal Product Of Capital). Produk marjinal tenaga kerja didefinisikan sebagai tambahan produk yang dihasilkan sebagai akibat dari tambahan satu unit tenaga kerja (L) dengan asumsi input modal (K) konstan. Selaras dengan ini, produk marjinal modal adalah tambahan produk yang dihasilkan sebagai akibat dari tambahan satu unit modal (K) dengan asumsi input tenaga kerja (L) konstan. Dengan asumsi modal kosntan, rata-rata produk tenaga kerja atau APL (Average Proudct Of Labor) adalah rasio antara produk dengan tenaga kerja (APL = Q/L); sedangkan dengan asumsi tenaga kerja konstan maka rata-rata poduk modal atau APK (Average Product Of Capital) adalah rasio antara produk dengan modal (APK = Q/K).

b. Penghasilan Produk Marjinal Tenaga Kerja

Bila produk marjinal menggambarkan bentuk fisik dari tambahan produk yang dihasilkan sebagai akibat tambahan tenaga kerja, maka penghasilan produk marjinal (Marginal Revenue Product atau MRP) merupakan bentuk nilai. Perdefinisi MRP adalah penghasilan marjinal yang diperoleh perusahaan sebagai akibat tambahan pekerja.

c. Laba Maksimum

Asumsi penting dari teori permintaan tenaga kerja adalah bahwa perusahaan akan memaksimumkan laba. Keinginan perusahaan memaksimumkan laba akan tercapai bila tambahan penghasilan atau MR (Marginal Revenue) sama dengan tambahan biaya atau MC (Marginal Cost), MR = MC. Perusahaan akan memperluas usaha apabila MR dari penjualan produk lebih besar dari MC untuk

(26)

memproduksi produk tersebut. Atau dengan kata lain, perusahaan tidak akan memperluas usaha ketika MR < MC.

2.1.2 Permintaan Tenaga Kerja Dalam Jangka Panjang

Perilaku perusahaan dalam menggunakan tenaga kerja akan berbeda antara jangka pendek dan jangka panjang, karena perusahaan dalam jangka panjang akan cenderung dapat menggantikan penggunaan faktor input yang lebih murah. Hal ini terjadi karena sifat fleksibilitas yang tinggi dari perusahaan untuk bereaksi atau lebih responsif terhadap perubahan suatu biaya faktor input.

Gambar 2.1: Kurva Permintaan Tenaga Kerja Jangka Pendek dan Jangka Panjang

Sumber: Feriyanto, 2014

Dalam jangka pendek kurva permintaan tenaga kerja adalah DSR dengan upah W1 dan tenaga kerja L1 (titik a). Kemudian upah turun dari W1 ke W2, terjadi efek output, tenaga bertambah menjadi L2 (titik b). Dalam jangka panjang , modal tidak konstan (variabel) dan karena itu terjadi juga efek subtitusi yang selanjutnya akan meningkatkan jumlah tenaga kerja menjadi L3 (titik c). Bila dalam jangka pendek terdapat penyesuaian akibat perubahan upah dari titik a ke titik b, maka dalam jangka panjang terjadi penyesuaian dari titik b ke c. Garis yang

DSR DLR L1 L2 L3 W1 W2 Tenaga Kerja Upah a b c

(27)

menghubungkan titik a ke titik c merupakan kurva permintaan tenaga kerja jangka panjang.

Elastisitas permintaan tenaga kerja adalah sensivitas yang terjadi pada permintaan tenaga kerja sebagai akibat adanya perubahan pada variabel independen yang mempengaruhinya (Feriyanto, 2014). Semakin besar angka elastisitas permintaan tenaga kerja berarti semakin besar pula tingkat sensitivitasnya. Variabel-variabel independen yang dapat mempengaruhi permintaan tenaga kerja diantaranya adalah:

1. Upah tenaga kerja

Upah adalah pendapatan tenaga kerja yang telah memberikan jasanya pada perusahaan. Semakin tinggi upah tenaga kerja maka akan menyebabkan permintaan tenaga kerja akan turun.

2. Penjualan produk

Penggunaan tenaga kerja oleh perusahaan (industri) akan dipengaruhi oleh tingkat (volume) penjualan produk. Semakin besar penjualan produk dapat dilakukan perusahaan (industri) maka akan mendorong perusahaan menambah permintaan tenaga kerja agar produksinya dapat ditingkatkan untuk mengejar peningkatan penjualan yang terjadi.

3. Tingkat bunga

Tingkat bunga yang rendah dibandingkan Return On Investment (ROI) adalah faktor yang dapat mendorong pengusaha untuk memperluas usaha atau melakukan tambahan investasi. Konsekuensinya maka perusahaan akan menambah penggunaan tenaga kerja sehingga permintaan tenaga kerja akan meningkat.

(28)

2.1.3 Tingkat Keseimbangan Tenaga Kerja

Untuk menentukan tingkat penyerapan tenaga kerja yang optimal (optimum level of employment) maka ada dua keputusan yang saling berhubungan: pertama, produksi perusahaan harus optimal; dan kedua, bagaimana cara untuk menghasilkan Q1, Q2, atau Q3. Tingkat penyerapan tenaga kerja yang optimal akan dan dapat berubah jika terjadi perubahan tingkat upah. Dalam jangka pendek perubahan upah akan menimbulkan efek output (output effects atau scale effects) dan dalam jangka panjang meninmbulkan efek subtitusi (subtitution effects).

a. Efek Output

Efek output (output effects) adalah perubahan jumlah tenaga kerja yang digunakan sebagai akibat dari perubahan tingkat upah dan hal ini akan mempengaruhi biaya produksi. Perusahaan yang kompetitif akan menghasilkan produk dengan biaya minimum bila P=MC.

b. Efek Subtitusi

Efek subtitusi (subtitution effect) adalah perubahan jumlah tenaga kerja yang diminta sebagai akibat dari perubahan relatif harga tenaga kerja (relative price of labor) sedangkan jumlah output konstan. Dalam jangka pendek, modal adalah tetap, karena itu subtitusi antara modal dan tenaga kerja tidak akan terjadi. Dalam jangka panjang, bila terjadi perubahan tingkat upah maka perusahaan akan merespon dengan mensubtitusikan tenaga kerja dengan modal. Bila harga tenaga kerja lebih murah maka akan lebih banyak menggunakan tenaga kerja daripada modal. Sebaliknya, bila harga tenaga kerja mahal akan lebih banyak menggunakan modal daripada tenaga kerja. Dibawah ini akan diuraikan tentang kurva permintaan tenaga kerja dalam jangka pendek dan jangka panjang.

(29)

2.1.4 Elastisitas Permintaan

Permintaan masyarakat terhadap suatu barang dipasar sangat tergantung pada beberapa faktor antara lain: perubahan harga barang, perubahan pendapatan, dan perubahan harga barang pengganti atau barang pelengkap. Oleh sebab itu, bentuk elastisitas permintaan terdiri dari tiga jenis yaitu elastisitas permintaan terhadap harga barang (Price Elasticity Of Demand), elastisitas permintaan terhadap pendapatan (Income Elasticity Of Demand), dan elastisitas permintaan terhadap barang lain (Cross Elasticity Of Demand).

1. Price Elasticity Of Demand

Price elasticity of demand yaitu suatu ukuran untuk melihat tingkat kepekaan jumlah barang yang diminta apabila terjadi perubahan harga-harga barang tersebut. Untuk melihat tingkat kepekaan jumlah barang yang diminta tersebut dapat dilihat dari koefisien elastisitasnya. Besar kecilnya elastisitas permintaan terhadap perubahan harga sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:

a. Ada atau tidaknya barang pengganti

Semakin tinggi tingkat subtitusi suatu barang dengan barang lain, maka elastisitas permintaan terhadap harga bersifat elastis. Sebaliknya, semakin rendah tingkat subtitusi suatu barang dengan barang lain, maka elastisitas permintaan terhadap harga bersifat in elastis.

b. Luas atau sempitnya kemungkinan penggunaan barang yang bersangkutan

c. Pentingnya suatu barang bagi kehidupan d. Sifat tahan lama suatu barang

e. Harga barang dibanding dengan pendapatan konsumen f. Jangka waktu perubahan harga

(30)

2. Income Elasticity Of Demand

Income elasticity of demand yaitu suatu ukuran untuk melihat tingkat kepekaan atau respon jumlah barang yang diminta terhadap suatu barang apabila terjadi perubahan pendapatan. Jenis barang untuk membedakan respon pembeli akibat perubahan pendapatan antara lain:

a. Barang inferior: EI = negatif

Hal ini berarti bahwa pendapatan dan jumlah barang inferior yang diminta berbanding langsung, artinya kenaikan pendapatan akan menyebabkan penurunan jumlah barang yang diminta.

b. Barang esensial:EI< 1

Merupakan barang yang sangat penting, dan jumlah permintaan tidak akan banyak berubah bila terjadi perubahan pendapatan.

c. Barang normal: EI = positif

Merupakan barang yang bila terjadi pertambahan atau kenaikan pendapatan akan menyebabkan permintaan juga akan bertambah.

d. Barang mewah: EI> 1

Artinya perubahan pendapatan akan menimbulkan perubahan jumlah yang diminta, dalam hal ini perubahan permintaan lebih besar dari perubahan pendapatannya itu sendiri.

3. Cross Elasticity Of Demand (Elastisitas Silang)

Cross elasticity of demand yaitu suatu ukuran untuk melihat tingkat kepekaan permintaan terhadap suatu barang bila terjadi perubahan harga-harang barang lain. Bentuk hubungan antara suatu barang dengan barang-barang lain bila dikaitkan dengan elastisitas silang, antara lain:

(31)

a. Hubungan kedua barang bersifat komplementer: ES< 0

Hal ini berarti bahwa kenaikan harga barang X akan menyebabkan penurunan kuantitas barang Y yang diminta.

b. Hubungan kedua barang bersifat subtitusi: ES> 0

Hal ini berarti bahwa kenaikan harga barang X akan menyebabkan kenaikan kuantitas barang Y yang diminta.

c. Hubungan kedua barang independent 2.2 Usaha Kecil, Dan Menengah

Menurut World Bank (2015), Usaha Kecil Menengah (UKM) memiliki peran utama di berbagai negara terutama pada negara berkembang. UKM formal berkontribusi hingga 60% dari total pekerjaan dan 40% dari pendapatan nasional (PDB) di negara-negara berkembang. Sekitar 600 juta pekerjaan diperlukan dalam lima belas tahun berikutnya untuk menyerap pertumbuhan tenaga kerja global, terutama di Asia dan Afrika Sub-Sahara. Di pasar negara berkembang, pekerjaan formal yang paling umum adalah UKM. Namun, akses keuangan merupakan kendala utama untuk pertumbuhan UKM. Sekitar setengah dari UKM formal tidak memiliki akses ke kredit formal. Kesenjangan kredit saat ini untuk UKM formal diperkirakan mencapai US $ 1,2 triliun, sedangkan total kesenjangan kredit untuk UKM formal dan informal mencapai US $ 2,6 triliun.

Selain itu juda terdapat kategori UKM berdasarkan jumlah karyawan dan keuangan, yaitu:

1. Kategori usaha mikro, kecil, menengah terdiri dari perusahaan yang mempekerjakan 250 orang dan yang memiliki omset tahunan tidak melebihi EUR 50 juta dan neraca tahunan tidak melebihi EUR 43 juta.

(32)

2. Dalam kategori UKM, usaha kecil di definisikan sebagai perusahaan yang mempekerjakan kurang dari 50 orang dan omset tahunan serta neraca tahunan tidak melebihi EUR 10 juta.

3. Dalam kategori UKM, usaha mikro di definisikan sebagai perusahaan yang mempekerjakan kurang dari 10 orang dan omset tahunan serta neraca tahunan tidak melebihi EUR 2 juta.

Definisi usaha mikro, kecil, dan menengah dikelompokkan ke dalam dua kelas, yaitu:

1. Perusahaan manufaktur

Perusahaan yang bergerak dalam pembuatan atau produksi barang yang berkaitan dengan industri yang ditentukan dalam jadwal pertama undang-undang industri atau mempekerjakan pabrik dan mesin dalam proses penambahan nilai ke final produk yang memiliki nama atau karakter atau penggunaan berbeda.

2. Perusahaan service

Perusahaan yang terlibat dalam penyediaan atau pemberian layanan dan didefinisikan dalam hal investasi pada peralatan.

2.3 Upah

Di dalam teori ekonomi, upah diartikan sebagai pembayaran atas jasa-jasa fisik maupun mental yang disediakan oleh tenaga kerja kepada para pengusaha. Dengan demikian dalam teori ekonomi tidak dibedakan di antara pembayaran kepada pegawai tetap dengan pembayaran atas jasa-jasa pekerja kasar dan tidak tetap. Di dalam teori ekonomi kedua jenis pendapatan pekerja tersebut dinamakan upah.

Selain itu upah juga dibedakan menjadi 2 yaitu upah uang dan upah riil. Upah uang adalah jumlah uang yang diterima para pekerja dari para pengusaha sebagai pembayaran atas tenaga mental atau fisik para pekerja yang digunakan

(33)

dalam proses produksi. Sedangkan upah riil adalah tingkat upah pekerja yang diukur dari sudut kemampuan upah tersebut membeli barang-barang dan jasa-jasa yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan para pekerja (Sukirno, 2016). 2.3.1 Sumber-Sumber Kenaikan Produktivitas

Menurut Sadono Sukirno (2016) produktivitas dapat didefinisikan sebagai produksi yang diciptakan oleh seorang pekerja pada suatu waktu tertentu. Kenaikan produktivitas berarti pekerja itu dapat mengahasilkan lebih banyak barang pada jangka waktu yang sama, atau suatu tingkat produksi tertentu dapat dihasilkan dalam waktu yang lebih singkat. Kenaikan produktivitas disebabkan oleh beberapa faktor penting yaitu:

a. Kemajuan teknologi dalam memproduksi

Kemajuan teknologi menimbulkan dua akibat penting pada kegiatan produksi yaitu kemajuan teknologi memungkinkan penggantian kegiatan ekonomi dari menggunakan binatang dan manusia kepada tenaga mesin, serta kemajuan teknologi dapat memperbaiki mutu dan kemampuan mesin-mesin yang digunakan.

b. Perbaikan sifat-sifat tenaga kerja

Kemajuan ekonomi menimbulkan beberapa akibat yang pada akhirnya meningkatkan kepandaian dan keterampilan tenaga kerja, meningkatkan taraf kesehatan masyarakat, pendidikan dan latihan teknik, dan menambah pengalaman dalam pekerjaan.

c. Perbaikan dalam organisasi perusahaan dan masyarakat

Dalam perekonomian yang mengalami kemajuan, bentuk manajemen perusahaan mengalami perubahan. Pada mulanya pemilik merupakan juga pimpinan perusahaan. Tetapi semakin maju perekonomian, semakin banyak perusahaan yang diserahkan kepada manajer profesional. Dengan cara perubahan ini juga organisasi perusahaan diperbaiki, dan diselenggarakan

(34)

menurut cara-cara manajemen yang modern sehingga dengan cara seperti itu dapat meningkatkan produktivitas.

2.3.2 Faktor-faktor Yang Menimbulkan Perbedaan Upah

Faktor-faktor penting yang menjadi sumber dari perbedaan upah di antara pekerja-pekerja di dalam suatu jenis kerja tertentu, dan di antara berbagai golongan pekerjaan adalah:

1. Permintaan dan penawaran tenaga kerja

Permintaan dan penawaran tenaga kerja dalam suatu jenis pekerjaan sangat besar peranannya dalam menentukan upah di suatu jenis pekerjaan. Di dalam suatu pekerjaan dimana terdapat penawaran tenaga kerja yang cukup besar tetapi tidak banyak permintannya, upah cenderung untuk mencapai tingkat yang rendah. Sebaliknya, di dalam suatu pekerjaan dimana terdapat penawaran tenaga kerja yang terbatas tetapi permintaannya sangat besar, upah cenderung untuk mencapai tingkat yang tinggi.

2. Perbedaan corak pekerjaan

Kegiatan ekonomi meliputi berbagai jenis pekerjaan. Ada di antara pekerjaan tersebut merupakan pekerjaan yang ringan dan sangat mudah dikerjakan, tetapi ada pula pekerjaan yang harus dikerjakan dengan mengeluarkan tenaga fisik yang besar, adapula pekerjaan yang harus dilakukan di lingkungan yang kurang menenangkan. Pekerja yang bekerja di lapangan biasanya akan menuntut dan memperoleh upah yang lebih tinggi daripada pekerja yang berada di lingkup kantor, karena pekerja yang bekerja di lapangan lebih memerlukan tenaga fisik dan bekerja dalam keadaan yang kurang menyenangkan.

3. Perbedaan kemampuan, keahlian, dan pendidikan

Kemampuan, keterampilan, dan keahlian para pekerja di dalam suatu jenis pekerjaan adalah berbeda. Secara lahiriah segolongan pekerja mempunyai

(35)

kepandaian, ketekunan, dan ketelitian yang lebih baik menyebabkan mereka memiliki produktivitas yang lebih tinggi. Maka para pengusaha biasanya tidak segan-segan untuk memberikan upah yang lebih tinggi kepada pekerja yang seperti itu. Biasanya semakin rumit pekerjaan yang diperlukan, semakin lama masa pendidikan dari tenaga ahli yang diperlukan. Maka pendidikan yang panjang tersebut menyebabkan tidak banyak tenaga kerja yang dapat mencapai taraf pendidikan yang tinggi.

4. Pertimbangan bukan keuangan

Daya tarik suatu pekerjaan bukan saja tergantung pada besarnya upah yang ditawarkan. Ada tidaknya perumahan yang tersedia, jauh dekatnya kepada rumah pekerja, dan lain-lain adalah beberapa pertimbangan tambahan yang harus dipikirkan. Selain itu juga harus mempertimbangkan suasana kerja di dalam perusahaan yang dimasuki. Faktor-faktor keuangan diatas mempunyai peranan yang cukup penting pada waktu seseorang memilih pekerjaan.

5. Mobilitas tenaga kerja

Dalam konteks mobilitas tenaga kerja pemisalan ini berarti: kalau dalam pasar tenaga kerja terjadi perbedaan upah, maka tenaga kerja akan mengalir ke pasar tenaga kerja yang upahnya lebih tinggi. Perpindahan tersebut akan terus berlangsung sehingga tidak terdapat lagi perbedaan upah.

6. Faktor geografis

Faktor geografis merupakan salah satu sebab yang menimbulkan ketidaksempurnaan mobilitas tenaga kerja. Adakalanya di tempat-tempat tertentu terdapat masalah kekurangan buruh walaupun tingkat upah lebih tinggi, sedangkan di tempat lain terdapat pengangguran dan tingkat upahnya relatif rendah. Keengganan untuk meninggalkan kampung halaman dan sanak saudara seringkali mencegah orang untuk pindah ke tempat lain, walaupun upah dan kesempatan untuk maju lebih besar.

(36)

7. Faktor institusional

Ketidaksempurnaan dalam mobilitas tenaga kerja disebabkan pula oleh faktor-faktor institusional. Di pekerjaan-pekerjaan tertentu terdapat organisasi-organisasi profesional yang berusaha membatasi kemasukan tenaga profesional yang baru. Tujuannya adalah untuk menjamin supaya pendapatan mereka tetap berada pada tingkat yang tinggi.

2.3.3 Sistem Pengupahan Dan Komponen Upah

Sistem pengupahan merupakan kerangka bagaimana upah diatur dan diterapkan (Simanjuntak, 1985). Sistem pengupahan di Indonesia pada umumnya didasarkan kepada tiga fungsi upah, yaitu (1) menjamin kehidupan yang layak bagi pekerja dan keluarganya, (2) mencerminkan imbalan atas hasil kerja seseorang, (3) menyediakan insentif untuk mendorong peningkatan produktivitas kerja.

Penghasilan atau imbalan yang diterima seorang karyawan atau pekerja sehubungan dengan pekerjaannya dapat digolongkan ke dalam empat bentuk, yaitu:

1. Upah atau gaji

Sistem penggajian di Indonesia pada umumnya mempergunakan gaji pokok yang didasarkan pada kepangkatan dan masa kerja. Pangkat seseorang umumnya didasarkan pada tingkat pendidikan dan pengalaman kerja. Disamping gaji pokok tersebut, biasanya karyawan menerima berbagai macam tunjangan.

2. Tunjangan dalam bentuk natura

Tujuan pemberian tunjangan dalam bentuk natura adalah untuk menghindari karyawan dari permainan harga oleh pedagang, dan untuk menjamin pengadaan kebutuhan yang paling primer dari karyawan dan keluarganya.

(37)

3. Fringe benefits

Fringe benefits adalah berbagai jenis benefits di luar gaji yang diperoleh seseorang sehubungan dengan jabatan dan pekerjaannya. Fringe benefits dapat berbentuk dana yang disisihkan oleh pengusaha untuk pensiun, asuransi kesehatan, upah yang dibayarkan pada hari libur, sakit cuti, dan lain-lain. Setiap penyediaan fringe benefits berarti penambahan biaya pada perusahaan dan oleh sebab itu merupakan tambahan biaya per unit barang yang diproduksikan. Besarnya fringe benefits rata-rata yang diterima oleh setiap orang berbeda macam danjumlahnya.

4. Kondisi lingkungan kerja

Kondisi lingkungan kerja yang berbeda setiap perusahaan dapat memberikan tingkat utility yang berbeda juga bagi setiap karyawan. Kondisi lingkungan kerja dalam hal ini dapat mencakup lokasi perusahaan dan jaraknya dari tempat tinggal, kebersihan, repurasi perusahaan, dan lain-lain. Perbaikan-perbaikan kondisi lingkungan kerja oleh perusahaan merupakan tambahan biaya perusahaan, dan oleh sebab itu meningkatkan labor cost per unit barang yang diproduksikan.

Pendekatan yang paling populer untuk menerangkan real rigidities adalah pendekatan efficiency wage, yaitu tingkat upah yang diberikan oleh perusahaan untuk mempertahankan tenaga kerja dengan tingkat produktivitas tinggi. Terjadinya real rigidities dapat dijelaskan degan tiga alasan berikut:

a. Alasan sosiologis, pekerja yang dibayar rendah cenderung kurang loyal. b. Teori adverse selection meramalkan bahwa penurunan tingkat upah akan

menurunkan kualitas rata-rata pekerja karena pekerja yang terbaik yang akan keluar dari perusahaan.

(38)

c. Turunnya tingkat upah akan mengakibatkan rendahnya opportunity cost of getting fired yang pada gilirannya akan meningkatkan terjadinya shirking tanggung jawab.

Jika upah ditentukan melalui kontrak yang ditandatangani antara serikat buruh dan perusahaan, maka marginal cost dan harga output akan bersifat rigid. Tentunya hal ini mengakibatkan fluktuasi dalam permintaan akan ditransmisikan secara langsung dalam bentuk fluktuasi output dan kesempatan kerja.

Keterkaitan antara upah dan produktivitas salah satunya dijelaskan dalam teori efficiency wage. Hipotesis dasar dari teori efisiensi upah adalah bahwa produktivitas pekerja berhubungan positif dengan upah yang diterima. Mankiw (2003) menyatakan bahwa upah dapat digunakan sebagai pendorong produktivitas serta movtivasi dan memperkuat hubungan kerja antara pengusaha dan tenaga kerja pada jangka panjang. Jika hubungan antara upah dan produktivitas ini terjadi, perusahaan akan lebih diuntungkan dalam upah yang melebihi nilai pasar. Pengusaha akan keberatan untuk memotong upah meskipun pada kondisi kelebihan penawaran tenaga kerja karena keuntungan yang di dapat dari pengurangan upah tidak sebanding dengan biaya yang terjadi karena penurunan produktivitas. Implikasi dari penelitian ini dapat dijelaskan pada gambar 2.2 berikut:

(39)

Gambar 2.2: Kurva Efficiency Wage

Sumber: WP BI No. 13-2014

Berdasarkan tabel diatas, garis WW merupakan tingkat upah yang di tetapkan perusahaan sesuai dengan kondisi solow. Pada tingkat upah tersebut jumlah pekerja yang optimal bagi perusahaan adalah sebesar Nd. Sementara itu, jumlah suplai tenaga kerja pada tingkat upah sebesar W adalah Ns. Oleh karena itu, terdapat ketidakseimbangan di pasar tenaga kerja karena adanya pengangguran sebesar Ns-Nd. Pada kondisi tersebut, perusahaan tidak memilih untuk menurunkan upah dengan pertimbangan diatas. Namun, sebagai akibatnya akan mudah terjadi permanent unemployment.Selain pertimbangan untuk mencegah penurunan prouktivitas, alternatif dari pembayaran upah diatas upah pasar adalah:

1. Meminimalkan biaya turn over dan jumlah pekerja yang keluar dari pekerjaannya

Pada umumnya besaran upah berkaitan dengan tingkat turn over. Perusahaan dengan upah yang tinggi umumnya memiliki turn over pegawai yang rendah, demikian pula sebaliknya.

S S D D Nd Ns W W Efficiency Wage Unemployment Quantity of Labor Employed Real Wage

(40)

2. Berkompromi dengan keberadaan serikat pekerja guna menciptakan kondisi berusaha yang lebih kondusif

3. Ekspektasi untuk memperoleh pelamar kerja yang berkualitas tinggi

Jika kemampuan pekerja heterogen dan, jika kemampuan dan upah berkorelasi positif, perusahaan yang menawarkan upah lebih tinggi akan menarik pelamar kerja yang berkualitas lebih tinggi. Dalam kondisi perusahaan tidak bisa mengamati kualitas pelamar dan dilakukan perekrutan secara acak, upah yang lebih tinggi meningkatkan kemampuan yang diharapkan dari pekerja (Stiglitz 1976, Weiss 1980).

Menurut Mankiw (2005), keterkaitan antara upah riil dan produktivitas perlu dilihat dengan hati-hati dengan berdasarkan beberapa pertimbangan, yaitu:

1. Pengukuran upah harus berdasarkan total kompensasi yang meliputi upah dalam bentuk cash dan kompensasi yang intangible (fringe benefits) Dalam situasi kompensasi intangible, seperti dana pensiun dan asuransi kesehatan menjadi bagian utama dari kompensasi, upah dalam bentuk cash umumnya tidak sejalan dengan produktivitas.

2. Pemilihan indeks harga sangat penting karena produktivitas dihitung berdasarkan data output.

Deflator yang tepat untuk perhitungan adalah deflator harga yang terkait dengan output dan bukan deflator yang terkait dengan konsumsi. Upah riil yang dihitung dengan indeks harga konsumen (CPI) akan jatuh jika dibandingkan dengan produktivitas.

3. Adanya heterogenitas pekerja.

Produktivitas lebih mudah dihitung dengan menggunakan rata-rata pekerja, yaitu total output dibagi dengan total jamkerja. Namun, tidak semua pekerja memiliki perubahan tingkat produktivitas yang sama dengan rata-rata.

(41)

Produktivitas rata-rata (average productivity) lebih sesuai jika dibandingkan dengan upah riil rata-rata.

4. Tenaga kerja bukan satu-satunya input faktor produksi, faktor produksi lainnya adalah kapital.

Pengukuran produktivitas yang tepat untuk menentukan upah riil adalah Marginal Product of Labor (MPL), yaitu jumlah tambahan output yang dapat dihasilkan dengan adanya tambahan jumlah pekerja. Dengan standar fungsi produksi Cobb Douglas, Marginal Productivity (dY/dL) telah proporsional dengan average productivity.

Selain itu jumlah tenaga kerja yang ditawarkan selama waktu tertentu bergantung pada insentif yang diterima para pekerja (Mankiw, 2006). Para pekerja melakukan analisis biaya-manfaat ketika mereka memutuskan akan bekerja atau menikmati waktu senggang. Jika upah secara temporer tinggi atau jika tingkat bunga tinggi, itu adalah waktu yang baik untuk bekerja. Sedangkan jika upah secara temporer rendah atau tingkat bunga rendah, itu adalah waktu yang tepat untuk menikmati waktu senggang. Guncangan terhadap perekonomian yang menyebabkan tingkat bunga naik atau secara temporer meningkat menyebabkan orang ingin bekerja lebih lama, meningkatnya semangat kerja meningkatkan kesempatan kerja dan produksi. Guncangan yang menyebabkan tingkat bunga atau upah untuk sementara turun mengurangi kesempatan kerja dan produksi.

Pada umumnya New Keynesian memandang bahwa rigiditas nominal memiliki origin di pasar produk dan bukan di pasar tenaga kerja. Mankiw (1988), Barro (1977), dan Hall (1980) berargumen bahwa rigiditas upah tidak relevan dalam menentukan tingkat kesempatan kerja. Argumen diatas tentunya tidak sepenuhnya benar karena hal tersebut memiliki implikasi bahwa harga harus bersifat fleksibel sempurna untuk menjamin terjadinya market clearing. Supaya

(42)

suatu model New Keynesian dapat menghindari inkonsistensi seperti diatas, prinsip dasar menu cost dalam pasar produk juga seharusnya berlaku untuk pasar tenaga kerja. Perlakuan yang sama dalam biaya peyesuaian yang menghambat terjadinya perubahan harga seharusnya berlaku sebagai penghambat dalam penyesuaian upah. Rigiditas harga menyebabkan perubahan dalam permintaan agregat yang diterjemahkan sebagai pergeseran kurva permintaan yang tidak hanya dihadapi oleh produsen tetapi juga oleh buruh. 2.4 Lama Usaha

Pengalaman yang dimiliki oleh industri merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dalam pengelolaan proses produksi. Diharapkan semakin suatu lama usaha didirikan, maka keterampilan yang dimiliki dalam memproduksi semakin baik. Semakin lama usaha yang dijalankan keterampilan yang dimiliki oleh masing-masing tenaga kerja dapat dikatakan mengalami peningkatan hampir merata. Jadi, lamanya usaha dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana tingkat kemampuan industri untuk menghasilkan barang produksinya. 2.5 Penelitian Terdahulu

Pada penelitian ini membahas tentang pengaruh lama usaha dan tingkat upah terhadap penyerapan tenaga kerja UKM di Kabupaten Lamongan. Adapun penelitian terdahulu yang dikutip pada penelitian adalah:

(43)

Tabel 2.1: Penelitian Terdahulu

Nama Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian Rico Sasmita Hadi S. (2008) Peranan Industri Kerajinan Mebel Dalam Peningkatan Nilai Tambah Perekonomian dan Penyerapan Tenaga Kerja di Kabupaten Bojonegoro X1 = nilai produksi industri mebel (Rp/tahun) X2 = nilai bahan baku kayu (Rp/tahun) 1. Adanya manfaat ekonomi yang timbul dari keberadaan kluster industri mebel di Kabupaten Bojonegoro bagi perekonomian Kabupaten Bojonegoro: a. Peningkatan nilai tambah perekonomian b. Penyerapan tenaga kerja 2. Adanya faktor pendorong dan kendala yang mempengaruhi perkembangan kluster industri mebel di Kabupaten Bojonegoro Nurafuah (2015) Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Usaha Kecil-Menengah (UKM) di Provinsi Jawa Tengah

X1 = hubungan UKM dengan penyerapan tenaga kerja X2 = upah minimum X3 = investasi 1. Adanya hubungan yang signifikan antara

UKM dengan penyerapan tenaga kerja

2. Adanya hubungan yang signifikan antara upah minimum dengan penyerapan tenaga kerja 3. Adanya hubungan yang signifikan antara investasi dengan penyerapan tenaga kerja

Andre Widdyantoro (2013)

Pengaruh PDB, Investasi, dan Jumlah Unit Usaha Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Usaha Kecil dan

Menengah di Indonesia Periode 2000-2011 X1 = nilai PDB UKM X2 = investasi UKM X3 = jumlah unit usaha UKM

1. Pada hasil data panel dengan FEM dijelaskan bahwa PDB UKM, investasi UKM, dan jumlah unit usaha UKM berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja sektor UKM di Indonesia

2. Secara parsial hasil estimasi data panel

dengan FEM menjelaskan bahwa investasi UKM tidak berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja sektor UKM di Indonesia

(44)

Tabel 2.1: lanjutan Maharani

Tejasari (2008)

Peranan Sektor Usaha Kecil dan Menengah dalam Penyerapan Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia X1 = jumlah unit usaha X2 = kredit modal kerja X3 = PDB UKM X4 = kredit investasi X5 = pendapatan per kapita 1. Hasil penelitian menunjukan bahwa X1, X2, dan X3 berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja, sedangkan X4, dan X5 tidak berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja

2. Tenaga kerja dan investasi berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi,

sedangkan jumlah unit UKM berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi Andi Rahmat Ridha (2011) Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Usaha Percetakan Skala Kecil-Menengah di Kota Makassar X1 = upah pekerja X2 = produktivitas tenaga kerja X3 = modal kerja X4 = pengeluaran tenaga kerja non upah

1. X1, X2. X3, dan X4 berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja pada usaha percetakan di Kota Makassar

2. Faktor upah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja pada usaha percetakan di Kota Makassar

(45)

2.6 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan penjelasan latar belakang, rumusan masalah, serta tinjauan pustaka diatas, dapat disimpulkan kerangka pikir sebagai berikut:

Gambar 2.3: Kerangka Pemikiran

Sumber: Ilustrasi Penulis, 2017

Usaha Kecil Menengah (UKM) merupakan salah satu sektor yang turut berperan dalam perekonomian. UKM kini berperan penting dalam membangun perekonomian pada suatu daerah. Peran penting dengan adanya UKM ini dirasakan oleh masyarakat dan juga daerah yang sebagian pendapatannya diperoleh dari sektor UKM, salah satunya adalah pada perekonomian di wilayah Kabupaten Lamongan.

Beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan UKM adalah lama usaha dan tingkat upah. Suatu UKM yang telah beroperasi lama diharapkan telah memiliki keterampilan dalam memproduksi barang yang semakin baik sehingga dapat meningkatkan hasil produksi dan pada akhirnya akan membuat UKM tersebut berkembang. Selain itu, dengan meningkatnya hasil produksi diharapkan dapat meningkatkan upah para pekerjanya sehingga membuat

O Pengembangan

PerekonomianWilayah Lama Usaha (X1)

Penyerapan Tenga Kerja UKM

(46)

tenaga kerja enggan untuk mencari pekerjaan lain dan hal tersebut dapat menambah penyerapan tenaga kerja.

2.7 Hipotesis

Hipotesis adalah pernyataan tentatif yang merupakan dugaan mengenai apa saja yang kita amati dalam usaha untuk memahaminya (Nasution, 2000). Hipotesis merupakan kebenaran sementara yang perlu di uji kebenarannya, oleh karena itu hipotesis berfungsi sebagai kemungkinan untuk menguji kebenaran suatu teori. Fungsi hipotesis menurut Prof. Dr. S. Nasution adalah sebagai berikut:

1. Untuk menguji kebenaran suatu teori

2. Memberikan gagasan baru untuk mengembangkan suatu teori

3. Memperluas pengetahuan peneliti mengenai suatu gejala yang sedang dipelajari.

Berdasarkan rumusan masalah, tinjauan teori, dan penelitian terdahulu yang telah dipaparkan sebelumnya, maka peneliti mengajukan hipotesis penelitian sebagai berikut: Diduga ada pengaruh positif antara variabel lama usaha dan tingkat upah terhadap penyerapan tenaga kerja UKM di Kabupaten Lamongan.

(47)

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pendekatan penelitian kuantitatif. Kasiram dalam Kuntjojo (2009) menyatakan bahwa penelitian kuantitatif adalah suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat menganalisis keterangan mengenai apa yang ingin diketahui. Penelitian ini berupaya untuk menganalisis variabel-variabel yang berpengaruh pada penyerapan tenaga kerja pada sektor UMKM di Kabupaten Lamongan periode 2013-2016.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini menganalisis tentang variabel-variabel yang berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja pada sektor UMKM di Kabupaten Lamongan pada periode 2013-2016. Lokasi pada penelitian ini dilakukan di Kabupaten Lamongan, mengingat fokus penelitian merupakan UMKM yang berada di lingkungan Kabupaten Lamongan.

3.3 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional menurut Jonatha Sarwono (2006) adalah definisi yang menjadikan variabel-variabel yang sedang diteliti menjadi bersifat operasional dalam kaitannya dengan proses pengukuran variabel-variabel tersebut.Definisi operasional memungkinkan sebuah konsep yang bersifat abstrak dijadikan suatu yang operasional sehingga memudahkan peneliti dalam melakukan pengukuran.Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak tiga variabel antara lain penyerapan tenaga kerja sektor umkm, lama usaha, dan

(48)

tingkat upah. Selain itu, variabel pada penelitian ini sendiri terbagi menjadi dua, yaitu:

3.3.1 Variabel terikat (dependent variable)

Variabel terikat menurut Jonathan Sarwono (2006) adalah variabel stimulus atau variabel yang mempengaruhi variabel lain.Variabel terikat pada penelitian ini adalah:

1. Penyerapan tenaga kerja (Y)

Penyerapan tenaga kerja dalam sektor ikm dapat diketahui dan diukur dari jumlah tenaga kerja yang terserap dalam kegiatan produksi pada UMKM di seluruh Kabupaten Lamongan. Banyaknya jumlah tenaga kerja yang terserap dalam kegiatan porduksi berbeda-beda tergantung pada besaran output yang dihasilkan, permintaan konsumen atas barang jadi, dan jangka waktu dalam perekrutan tenaga kerja pada seluruh UMKM di Kabupaten Lamongan.

3.3.2 Variabel bebas (independent variable)

Variabel bebas menurut Jonathan Sarwono (2006) adalah variabel yang memberikan reaksi/ respon jika dihubungkan dengan variabel bebas. Variabel bebas pada penelitian ini adalah:

1. Lama usaha (X1)

Lama usaha merupakan rentang waktu sebuah kegiatan dibidang perdagangan dengan tujuan untuk mencari keuntungan.

2. Tingkat upah (X2)

Berdasarkan PP RI nomor 78 tahun 2015, tingkat upah merupakan hak pekerja/ buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha/ pemberi kerja kepada pekerja/ buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/ buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/ atau jasa yang telah atau akan dilakukan.

(49)

3.4 Populasi dan Penentuan Sampel 3.4.1 Populasi

Populasi adalah kumpulan dari individu dengan kualitas serta ciri-ciri yang telah ditetapkan. Kumpulan atau ciri tersebut dinamakan variabel. (Nazir, 2014). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh UMKM yang berada di Kabupaten Lamongan yaitu sebanyak 1622 unit.

3.4.2 Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh suatu populasi. Ada beberapa hal yang mempengaruhi berapa besar sampel diambil menurut Priyono (2016), yaitu sebagai berikut:

1. Heterogenitas dari populasi

Semakin heterogen sebuah populasi, jumlah sampel yang diambil pun harus semakin besar sehingga seluruh karakteristik populasi dapat terwakili.

2. Jumlah variabel yang digunakan

Semakin banyak jumlah variabel yang ada, jumlah sampel yang diambil pun harus semakin besar.

3. Teknik penarikan sampel yang digunakan

Jika menggunakan teknik penarikan sampel acak sederhana, otomatis jumlah sampel tidak terlalu berpengaruh dibandingkan dengan penggunaan teknik penarikan sampel acak terlapis. Semakin banyak lapisan, membutuhkan sampel yang lebih besar pula.

Pada penelitian ini, besarnya jumlah sampel yang diambil ditentukan dengan menggunakan rumus slovin, yaitu sebagai berikut:

N 1 Ne Dimana:

(50)

N = Ukuran populasi e = Batas kesalahan

Dengan jumlah populasi sebanyak 1632 unit UMKM, maka dapat ditentukan jumlah sampel dengan menggunakan rumus Slovin sebanyak 321 unit. Adapun perhitungan rumus Slovin dapat dilihat sebagai berikut:

n N 1 Ne n 1632 1  1632 0,05 n 1632 1 1632 0,0025 n 1632 1 4,08 n 1632 5,08 n 321,25

Teknik pengambilan sampel adalah suatu cara yang digunakan dalam pengambilan sampel penelitian. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random samplingyaitu pengambilan sebuah sampel yang dilakukan secara acak sehingga tiap unit penelitian dari populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Cara pengambilan sampel dengan teknik ini menurut Jonathan Sarwono (2006) yaitu dengan memberikan suatu nomor yang berbeda kepada setiap anggota populasi, kemudian memilih sampel dengan menggunakan angka-angka random.

(51)

3.5 Metode Pengumpulan Data 3.5.1 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung, melainkan sudah dikumpulkan oleh pihak lain. Sumber data yang digunakan berasal dari pengambilan secara langsung di lapangan yang meliputi data penyerapan tenaga kerja sektor UKM, lamanya usaha, dan upah karyawan pada sektor UKM. Data yang digunakan merupakan data tahunan kecamatan di Kabupaten Lamongan mulai tahun 2013-2016.

3.5.2 Teknik Pengumpulan Data

Setelah mengumpulkan data-data yang diperlukan, selanjutnya penulis akan melakukan analisis data. Analisis data yang dilakukan oleh penulis bertujuan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah dirumuskan pada rumusan masalah. Langkah-langkah pengolahan data dalam penelitian ini akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Mengumpulkan data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lamongan.

2. Melakukan pengelompokan data berdasarkan variabel yang digunakan. 3. Melakukan analisis regresi dengan menggunakan alat bantu eviews.

4. Melakukan uji data panel, uji asumsi klasik, dan uji statistik terhadap variabel-variabel penelitian.

Adapun teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Studi Literatur

Studi literatur merupakan studi yang digunakan sebagai landasan teori untuk menganalisis suatu kasus. Dasar yang digunakan pada studi literatur diperoleh dari buku, literatur, maupun tulisan yang berhubungan dengan penelitian.

(52)

b. Studi Dokumen

Studi dokumen merupakan suatu studi untuk mengumpulkan data yang dilakukan dengan cara melihat, membaca, mempelajari, kemudian mencatat data yang berhubungan dengan objek penelitian.

3.6 Metode Analisis 3.6.1 Spesifikasi Model

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini merupakan model regresi berganda data panel dan uji asumsi klasik untuk memprediksi apakah variabel independen (lama usaha dan upah) mempengaruhi penyerapan tenaga kerja pada sektor UMKM di Kabupaten Lamongan. Model persamaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

Yit = β0 + β1X1it + β2X2it+ µit, i = 1, 2, .... N; t = 1, 2, ... t

Dimana:

Y = Penyerapan tenaga kerja sektor UMKM di Kabupaten Lamongan periode 2013-2016

β0 = Intercept

X1 = Lama usaha periode 2013-2016 X2 = Tingkat upah periode 2013-2016 β1, β2 = Koefisien masing-masing X1, X2

(53)

3.6.2 Pemilihan Model Estimasi 1. Common Effect Model (CEM)

Model Common Effect menggabungkan seluruh data time series dan cross section dengan menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square). Secara umum persamaan modelnya dituliskan sebagai berikut:

Yit = α + β1X1it + β2X2it + βnXnit + it 2. Fixed Effect Model (FEM)

Model Fixed Effect memperhitungkan adanya kemungkinan dalam menghadapi masalah omitted variables, dimana omitted variables mungkin membawa perubahan pada intercept time series atau cross section. Pendekatan least square dummy variable digunakan untuk Pendekatan ini dapat ditulis sebagai berikut:

Yit = α + β1 X1it + β2 X2it + β3 X3it + ui + eit 3. Random Effect Model (REM)

Random effect model adalah pendekatan yang dilakukan untuk memperbaiki inefisiensi proses least square dengan memperhitungkan error dari cross section dan time series. Pendekatan ini mengasumsikan efek individu yang tidak terobservasi dan tidak berkorelasi dengan regressor atau dengan kata lain bersifat random. Dengan persamaan sebagai berikut:

Yit = α + β1 X1it + β2 X2it + β3 X3it + ui + wit 3.6.3 Pemilihan Metode Estimasi

Untuk menentukan teknik estimasi yang tepat pada data panel tersebut, maka dapat dilakukan pengujian model sebagai berikut:

(54)

1. Uji Chow

Pengujian ini didasari penentuan model terbaik antara model Pooled Least Square (PLS) lebih baik dibandingkan model Fixed Effect (LSDV).

Hipotesis pengujian ini adalah sebagai berikut: H0 : Pooled Least Square (PLS)

H1 : Efek tetap (Fixed Effect Model/ LSDV)

Statistik uji yang digunakan merupakan uji F, yaitu: Fhitung  / /    

Dimana:

n = jumlah individu (coss section) T = jumlah periode waktu (time series) K = jumlah variabel penjelas

RRSS = restricted residual sums of squares yang berasal dari model koefisien tetap

URSS = unrestricted residual sums of squares yang berasal dari model efek tetap

2. Uji Hausman

Pengujian ini didasari penentuan model terbaik antara model random effect lebih baik dibandingkan model efek tetap.

Hipotesis pengujian hausman aalah sebagai berikut: H0 : Efek acak ( Random Effect Model)

(55)

H1 : Efek tetap (Fixed Effect Model) 3. Uji Lagrange Multiplier

Pengujian ini didasari penentuan model terbaik antara model random effect lebih baik dibandingkan model Pooled Least Square (PLS).

Hipotesis pengujian ini adalah sebagai berikut: H0 : Pooled Least Square

H1 : Efek acak ( Random Effect Model) 3.6.4 Uji Asumsi Klasik

1. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas dapat didefinisikan sebagai adanya hubungan atau korelasi yang cukup kuat antara sesama variabel bebas yang disertakan dalam model (Sri Subanti dkk, 2014). Gejala multikolinearitas sebenarnya tidak akan mengubah sifat parameter OLS yang BLUE. Parameter yang diperoleh dari estimasi yang terkena multikolinearitas ini dapat dikatakan valid untuk mencerminkan kondisi populasi dan cukup baik bagi estimator yang sifatnya linier. Secara matematik dapat ditunjukan bahwa dengan adanya multikolinearitas tersebut maka standard error koefisien regresi akan meningkat.

2. Uji Heterokedastisitas

Menurut Sri Subanti, dkk (2014), heterokedastisitas adalah adanya penyimpangan nilai absolut model yang relatif sama untuk setiap nilai variabel bebas atau sepanjang periode observasi. Heterokedastisitas pada dasarnya tidak mempengaruhi nilai dugaan parameter model. Artinya nilai-nilai koefisien regresi yang diperoleh tetap tidak bias atau tidak menyimpang. Nilai yang dipengaruhi oleh keberadaan heterokedastisitas adalah variance dan juga standard error dari koefisien regresi, di mana secara matematik dapat ditunjukan

(56)

bahwa standard error koefisien dengan metode pendugaan OLS cenderung lebih besar dibandingkan dengan metode lain seperti GLS dan WLS.

3. Uji Autokorelasi

Autokorelasi dalam konsep regresi linier berarti komponen error berkolerasi berdasarkan urutan waktu (pada data berkala) atau urutan ruang (pada data tampang lintang), dan korelasi pada dirinya sendiri (Setiawan dkk, 2020). Model regresi linier klasik mengasumsikan bahwa autokorelasi tidak terjadi, artinya kovariansi antara i dengan j sama dengan nol. Secara matematis dapat dituliskan dengan persamaan berikut:

Cov( i j) = E {[ i – E( i)] [ j – E( j)]}

= E( i j) = 0 ; i ≠ j

Dengan asumsi bahwa E( i) = E( j) = 0

Artinya, komponen error i yang berkaitan dnegan data pengamatan ke-i

tidak dipengaruhi oleh j yang berhubungan dengan data pengamatan ke-j. Dengan kata lain regresi klasik mensyaratkan bahwa pengamatan yang satu (yi) dengan pengamatan yang lain (yj) saling bebas (independen).

Apabila terjadi keterkaitan antara pengamatan yang satu dengan yang lain, atau dengan kata lain terjadi ketergantungan antara error ke-i dengan error ke-j, autokorelasi akan terjadi atau disebut juga korelasi serial, dengan notasi matematis berikut:

E( i j) ≠ 0; i ≠ j

Pada model ekonometrika, kasus autokorelasi akan sering terjadi karena pada umumnya model ekonometrika menggunakan data berkala dengan

(57)

ketergantungan yang ada dalam pengamatan ke-t (yt) dengan pengamatan sebelumnya (yt-1).

Ada atau tidaknya pengujian autokorelasi dalam persamaan regresi dapat dilakukan dengan cara melihat nilai Durbin Watson (DW test). Apabila nilai DW hitung lebih kecil daripada dL maka terjadi autokorelasi positif (Gujarati, 2012).

4. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Untuk mengetahui suatu data berdistribusi normal univariat dapat digunakan uji Jarque-Bera (JB). Uji Jarque Bera adalah salah satu metode untuk menguji kenormalan data. Uji Jarque Bera mempunyai distribusi chi-kuadrat dengan derajat bebas dua. Jika hasil Jarque Bera lebih besar dari distribusi chi-kuadrat, maka H0 ditolak yang berarti tidak berdistribusi normal dan jika sebaliknya maka berarti berdistribusi normal.

3.6.5 Uji Statistik

Agar mendapatkan model regresi yang terbaik (Best Linier Unbiased Estimator/ BLUE), maka harus dilakukan beberapa uji seperti uji F, uji T, dan uji R2 sebagaimana berikut:

1. Uji F

Uji F digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat sekaligus tanpa memperhatikan tingkat pengaruh dari setiap variabel.

Hipotesis yang digunakan pada uji F: H0 : β1 = β2 = βk = 0

H1 : Minimal terdapat satu β yang tidak sama dengan nol

Sehingga apabila Fhitung> Ftabel maka H0 ditolak. Yang artinya, variabel bebas berpengaruh nyata terhadap variabel terikat.

(58)

2. Uji T

Uji T digunakan untuk menguji nilai suatu koefisien pada variabel bebas berpengaruh atau tidak terhadap variabel terikat.

H0 : βj = 0

H1 : βj ≠ 0; j = 1, 2,..., k

Apabila koefisien βi ≠ 0 maka H0 ditolak. Artinya bahwa koefisien βj dapat mempengaruhi variabel terikat (variabel dependen).

3. Uji Koefisien Determinasi R2

Koefisien determinasi (R2) digunakan sebagai salah satu kriteria untuk menilai kebaikan atau kesesuaian sebuah model regresi. Jika nilai R2 = 0, artinya variasi Y secara keseluruhan tidak dapat diterangkan oleh X. Dengan demikian, baik atau buruknya suatu persamaan regresi ditentukan oleh R2 yang memiliki nilai antara nol dan satu.

Gambar

Tabel 1.1: Jumlah UKM dan Tenaga Kerja di Provinsi Jawa Timur Tahun  2015
Tabel 1.1: Lanjutan  23 Tuban  223.998 370.537  24 Lamongan  252.734 421.285  25 Gresik  168.393 239.182  26 Bangkalan  166.768 210.003  27 Sampang  195.215 264.569  28 Pamekasan  195.554 257.481  29 Sumenep  269.005 486.196  30 Kota  Kediri  29.306 51.039
Tabel 1.2: Statistik Ketenagakerjaan Kabupaten Lamongan, 2012-2014
Tabel 1.3: Jumlah Industri Besar/Sedang Menurut Sub Sektor di Kabupaten  Lamongan, 2015  No Kecamatan  Sub-Sektor Industri Makanan,  Minuman,  dan  Tembakau Tekstil,  Pakaian  Jadi, dan Kulit  Kayu,  Barang  dari Kayu,  Perabotan  Kertas,  Percetakan, dan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sistem ini berfungsi sebagai jemuran pakaian yang bekerja secara otomatis sesuai dengan output dari sensor cahaya (LDR) dan sensor hujan dimana output dari sensor

Terjadinnya pola interaksi individu dengan kelompok memperlihatkan variasi interaksi baru dalam dunia maya dan sekaligus fakta bahwa antar individu dengan kelompok

Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan isolat bakteri dan isolat aktinomisetes terbaik untuk di aplikasikan sebagai agen biokompos dengan menganalisa kemampuan

Selain itu Soppeng juga dikenal memiliki budaya yang masih dipertahankan sampai sekarang ini, salah satu contoh bukti kebudayaannya yaitu makam Raja-Raja Soppeng, yang

Senyawa yang diisolasi dari tumbuhan terpilih Michelia champaca L., yaitu liriodenin memiliki aktivitas inhibitor topoisomerase I dan II yang merupakan salah satu

Bentuk asuransi keluarga syari'ah dilakukan menurut aturan- aturan sebagai berikut: (1) Peserta asuransi bebas memilih salah satu jenis atau produk asuransi keluarga yang ada,

Perhitungan VAR untuk ketiga metode dilakukan secara tersinkronisasi dengan horison historis seperti yang dijelaskan pada Bab 3 , dan kemudian dalam satu tahun nilai VAR yang