• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of PERAN POLA ASUH ORANG TUA DALAM MEMOTIVASI BELAJAR ANAK USIA 6 -12 TAHUN DI KELURAHAN BIRU WATAMPONE KAB.BONE TAHUN 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "View of PERAN POLA ASUH ORANG TUA DALAM MEMOTIVASI BELAJAR ANAK USIA 6 -12 TAHUN DI KELURAHAN BIRU WATAMPONE KAB.BONE TAHUN 2017"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN POLA ASUH ORANG TUA DALAM MEMOTIVASI BELAJAR

ANAK USIA 6 -12 TAHUN DI KELURAHAN BIRU

WATAMPONE KAB.BONE TAHUN 2017

A.Artifasari

1

,Irawati

2

1Akademi Keperawatan Batari Toja 2Akademi Keperawatan Batari Toja

Alamat korespondensi: artifasari@383gmail.com/081241144979

ABSTRAK

Orang tua membimbing anaknya karena kewajaran dan kodratnya sebagai orang tua dan selain karena cinta. Dari segi tanggung jawab, orang tua adalah orang yang paling bertanggung jawab terhadap pendidikan anak. Salah satu contoh sikap dan perlakuan yang keliru dari peran orangtua adalah memnuntut terlalu tinggi dan sering menyalahkan sehingga anak merasa tertekan dan takut gagal. Jenis penelitian ini kualitatif dengan pendekatan fenomologi, sampel dalam penelitian ini berjumlah 4 orang tua yang memiliki anak usia 6 – 12 tahun yang diambil secara purposive sampling. Metode pengumpulan data yaitu interview (wawancara). Pengalaman informan dalam menciptakan rasa percaya diri kepada anaknya adalah dengan cara memberikan pujian, mengucapkan terima kasih dan ketika berhasil memberikan hadiah.Membuat kesepakatan berrsama orang tuadan anak, menciptakan kedisiplinan, menegakkan kedisiplinan dan ketegasan. Motivasi orang tua dapat menciptakan rasa percaya diri, membuat kesepakatan bersama antara orang tua dan anak, menciptakan kedisiplinan dan ketegasan sikap dan terciptanya komunikasi yang efektif. Diharapkan perlunya disedikan informasi tentang pola asuh orang tua.

Kata Kunci : Pola asuh orangtua, belajar, anak

ABSTRACT

Parent see across their child because the nature of character also the affection. Parent is the most responsible concerning child education, one of erroneous action of parent is too demanding and blaming in such way that the child feel depress and fear of failure. This research using qualitative method with fenomologi approach, 4 samples taken from parents whom has 6 -12 years child with perpusif way. Data collection method through interview. Base on the research we can take conclusion that parent motivation cause to emerge self confidence, agreement among parent and child cause to emerge discipline and assertiveness, education systems apply are codding, authoritative and indifference, effective communication and always care for their child. Recommendation of this research that need to provide information system for the community about parent education role system.

Key Word: education role system, learning, child.

PENDAHULUAN

Pendidikan anak pada hakikatnya adalah tanggung jawab para Orang tua. Oleh karena itu keterlibatan orang tua dalam mendukung sukses anak menuntut ilmu di sekolah merupakan kewajiban. Sebagai orang tua, sudah selayaknya orang tua memberikan bekal yang baik bagi anaknya kelak. Dalam hal ini, di tangan anaklah tergenggam masa depan umat. Menjadi keharusan bagi seluruh komponen masyarakat, pemerintah, dan tak terkecuali keluarga (Orang tua) untuk membantu mewujudkan pemenuhan terhadap

hak anak dan strategi pendidikan yang tepat untuk membentuk generasi masa depan yang berkualitas. Peran keluarga merupakan salah satu faktor penting untuk mewujudkan generasi berkualitas.Rahmi (2008).

(2)

dengan upaya-upaya yang harus dilakukan untuk menciptakan sumber daya manusia yang kompeten dan berkualitas. Rendahnya mutu pendidikan dan rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia sangatlah memprihatinkan. Menurut laporan Education for all (EFA) Global Monitoring Report yang dirilis oleh UNESCO 2012, perkembangan pendidikan Indonesia berada pada peringkat ke-64 dari 120 negara. Mutu pendidikan berkaitan erat dengan prestasi belajar.

Prestasi belajar dipengaruhi oleh banyak faktor baik dari dalam dan luar diri siswa.Slameto (2010: 54-60) mengemukakan faktor yang memengaruhi hasil belajar dibedakan menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa, seperti disiplin belajar, kondisi fisiologis (keadaan fisik siswa), kondisi psikologi (kecerdasan, bakat, minat, motivasi).Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa, seperti faktor lingkungan,keluarga, alat instrumen (kurikulum, sarana dan prasarana serta pendidik).

Salah satu faktor yang berasal dari dalam diri siswa adalah motivasi belajar. Sardiman (2004: 75) menyatakan “motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar dapat tercapai”. Motivasi seseorang dapat bersumber dari dalam diri sendiri dan dari luar diri seseorang. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002: 90) “motivasi seseorang dapat berupa motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik”. Motivasi intrinsik merupakan motivasi yang berasal dari dalam diri seseorang dan motivasi ekstrinsik merupakan motivasi yang berasal dari luar diri seseorang.Motivasi belajar yang dimiliki peserta didik pada setiap kegiatan pembelajaran sangat berperan untuk meningkatkan prestasi belajarnya. Peserta didik akanberhasil dalam belajar apabila dalam

dirinya ada keinginan untuk belajar. Peserta didik yang memiliki keinginan belajar atau motivasi belajar akanberpengaruh pada kegiatan belajar di sekolah sehingga peserta didik lebih aktif dalam proses belajar di kelas, keinginan tersebut disebut juga motivasi intrinsik.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:80) “motivasi timbul karena adanya kebutuhan, dorongan,dan tujuan”. Motivasi belajar timbul

karena ada tujuan, dorongan, dan kebutuhan pada diri peserta didik tersebut.

Pemberian motivasi yang tepat pada peserta didik akan sangat mendukung semangat belajarnya dan memberikan dorongan pada peserta didik untuk mencapai prestasi yang optimal. Peserta didik yang memiliki motivasi belajar yang tinggi akan memiliki banyak energi positif dan konsentrasi yang kuat saat proses pembelajaran di sekolah (Sardiman: 2004).

Faktor lain yang memengaruhi prestasi belajar siswa yang berasal dari luar diri siswa adalah lingkungan keluarga. Keluarga memiliki peranan penting atas pengajaran dan perlindungan anak dari mulai anak lahir sampai dengan remaja. Chasiyah, Dkk(2009: 81) mengemukakan “fungsi dasar keluarga adalah memberikan rasa memiliki,

rasa aman, kasih sayang dan

mengembangkan hubungan yang baik diantara anggota keluarga”. Anak merupakan tanggung jawab orang tua, maka dari itu orang tua harus berusaha untuk memberikan yang terbaik untuk anak-anak mereka. Keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam pendidikan anak, karena keluargalah terutama orang tua adalah lingkungan serta orang yang pertama kali dikenal oleh anak, sehingga pendidikan dasar merupakan tanggung jawab orang tua.

Menurut Walgito (2004: 98-99) “Perhatian adalah pemusatan atau konsentrasi dan seluruh aktivitas individu yang ditujukan pada sesuatu atau sekumpulan obyek”. Perhatian orang tua adalah suatu aktivitas yang tertuju pada suatu hal dalam hal ini adalah aktivitasanak dalam belajar yang dilakukan oleh orang tuanya. Orang tua bisa berarti ayah, ibu atau wali dalam keluarga yang bertanggung jawab atas pendidikan anaknya. Perhatian, kasih sayang, materi harus secara seimbang diberikan oleh orang tua kepada anak-anaknya.Penyediaan fasilitas belajar dan lingkungan belajar yang nyaman, tenang dan aman akan mendorong peserta didik untuk lebih semangat dalam belajar dan meraih prestasi yang optimal. Selain penyediaan fasilitas belajar dan materi perlu adanya perhatian terkait dengan kegiatan belajar anak karena fasilitas yang mewah jika tidak dimanfaatkan dengan baik tidak akan dapat mendukung peningkatan prestasi belajar siswa. Perhatian orang tua terhadap aktivitas belajar anak di rumah mempunyai arti penting untuk meningkatkan semangat anak dalam meraihprestasi belajar yang optimal.

(3)

belajar.Menurut Slameto (2010: 60) “Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap belajar anaknya”, jadi keberhasilan belajar peserta didik juga dipengaruhi oleh pola asuh orang tua peserta didik. Pola asuh orang tua berbeda-beda antara satu dengan yang lain. Pola asuh orang tua ada yang bersifat overprotection (terlalu melindungi), spermissiveness (memberikan kebebasan), rejection (acuh tak acuh), acceptence (kasih sayang yang tulus), domination (mendominasi anak), sibmission (memanjakan) dan overdiclipline (Chasiyah, dkk. 2009).

Latar belakang orang tua siswa yang berbeda-beda baik dari segi pekerjaan atau kesibukan, kondisi ekonomi dan lain-lain memengaruhi juga macam perhatian yang diberikan kepada anak-anaknya. Orang tua yang bersifat overprotection akan menimbulkan sikap ketergantungan pada diri anak. Misalnya, orang tua terus menerus memberikan bantuan pada anak meskipun anaknya sudah bisa melakukan hal tersebut. Ini akan menyebabkan tidak adanya kemandirian pada diri anak. Hal ini sama halnya dengan perhatian yang bersifat

sibmission yaitu memanjakan

anaknya.Apapun yang diminta anak orang tua cenderung menurutinya walaupun sebenarnya itu tidak bermanfaat untuk kegiatan belajarnya .Perhatian yang terlalu disiplin (overdiclipline) juga bukan hal yang baik diterapkan dalam keluarga karena akan menimbulkan sikap berontak pada anak karena anak merasa tertekan dan tidak bisa mengungkapkan pendapatnya. Apalagi perhatian kepada anak yang bersifat acuh tak acuh (rejection) tidak mempedulikan kegiatan belajar anak, kebutuhan anak dan lain-lain. Jika orang tua bersikap acuh tak acuh pada anaknya, anak akan merasa tidak dipedulikan dalam keluarga sehingga anak cenderung pendiam dan sulit bergaul dengan lingkungannya selain itu akan menimbulkan rasa malas dalam kegiatan belajar. Pola asuh yang demikian itu tidak diharapkan diterapkan dalam keluarga karena akanmemberikan dampak yang tidak baik bagi anak-anak. Perhatian yang seharusnya dilakukan orang tua adalah perhatian yang bersifat acceptence, yaitu perhatian yang penuh dengan kasih sayang yang tulus, menempatkan anak dalam posisi yang penting dalam keluarga, memberikan arahan kepada anak, serta selalu membangun hubungan yang harmonis dalam keluarga. Dengan demikian akantercipta suasana rumah yang nyaman

untukanak, yang akan mendorong anak untuk lebih semangat dalam belajar. Hubungan cinta

kasih dalam keluarga tidak sebatas perasaan, akantetapi juga menyangkut pemeliharaan, rasa tanggung jawab, perhatian dan lainlain. Slameto (2010: 62) “ menyatakan hubungan yang baik adalah hubungan yang penuh pengertian dan kasih sayang, disertai dengan bimbingan, arahan dan bila perlu hukuman untuk mesukseskan belajar anak”. Hubungan yang terjalin harmonis dalam keluarga, perhatian yang tulus dan penuh kasih sayang dari orang tua akan memberikan rasa nyaman bagi peserta didik dalam belajar. Dengan demikian perlu adanya komunikasi antar anggota keluarga yang baik agar tercipta suasana yang membuat peserta didik merasa nyaman dan aman di rumah untuk mendukung kegiatan belajarnya. Arahan dari orang tua tentang pentingnya belajar dan disertai bimbingan dari orang tua terhadap anak akan dapat menimbulkan semangat belajar yang tinggi pada anak sehingga anak akan mudah dalam mencapai prestasi belajar yang optimal.

BAHAN DAN METODE Lokasi, populasi dan sampel

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan cara pengumpulan data melalui wawancara mendalam dan observasi tak terstruktur. Melakukan interview (wawancara) dengan orang. Penelitian ini di lakukan di watampone Kabupaten Bone . Waktu penelitian selama 2 bulan yaitu bulan Mei-Juli 2017 tua yang memiliki anak usia 6 – 12 tahun.

Populasi dalam penelitian ini yaitu para orang tua yang memiliki anak usia 6 – 12 tahun yang berada di SDN 10 Manurunge dengan jumlah orang tua yaitu 80 dengan jumlah anak 6 -12 tahun yaitu 25 anak. Sampel diambil secara non probability sampling, yaitu penarikan sampel purposive dimana peneliti menetapkan sampel diantara populasi sesuai yang dikehendaki peneliti. Sampel sebanyak 4 orang informan.

Adapun karakteristik sampel yang dapat dimasukkan atau layak di teliti yaitu : a. Orang tua yang memiliki anak dengan usia

6 – 12 tahun

b. Bersedia menjadi responden

Pengolahan Data

a. Comprehending

(4)

Menyaring data yang telah diananlisis dan mendapatkan sesuatu yang telah disetting. Mendiskripsikan kata yang penuh arti dan diberi keterangan yang sama

c. Teorizing

Melakukan seleksi secara sistemik dan mencocokkan dengan alternatif model kata. Menjelaskan alternatif penyususnan data dan menjelaskan sampai data betul – betul lengkap kedalam data yang lebih sederhana

d. Recontextualizing

Melakukan pengakuan teori yang berkembang dan diubah ke dalam teori yang lebih aplikatif ke ppulasi lain.

HASIL PENELITIAN

Motivasi Orangtua dapat menciptakan rasa percaya diri

Pengalaman informan dalam

menciptakan rasa percaya diri kepada anaknya adalah dengan cara memberikan pujian, mengucapkan terima kasih dan ketika berhasil memberikan hadiah sebagaimana pendapat informan berikut :

Pengalaman informan lain adalah menggunakan cara menunjukkan kelebihan dan kekurangan belajar di rumah dibandingkan dengan belajar di sekolah, menanamkan apa yang dipelajari di sekolah supaya tertanam di benaknya, apa yang dipelajari di sekolah diulas lagi di rumah sebagaimana pendapat informan berikut :

Pengalaman informan lain adalah mengatakan bahwa reward dapat mendukung kondisi mental dan jiwa anak untuk maju sebagaimana pendapat informan berikut :

Sebagian infornan mengatakan bahwa anaknya berambisi dan model anaknya mencontoh sebagaimana pendapat informan berikut :

Sebagian informan mengatakan bahwa tanpa disuruh anaknya mau belajar sendiri, mandiri, berdiri sendiri sebagaimana pendapat informan berikut :

Membuat Kesepakatan Bersama Antara Orangtua dan anak, menciptakan kedisiplinan, menegakkan Kedisiplinan dan Ketegasan Sikap

Pengalaman informan dalam membuat kesepakatan bersama antara orangtua dan anak, menciptakan kedisiplinan, menegakkan kedisiplinan, dan ketegasan sikap kepada anaknya adalah dengan cara menjelaskan kepada anak kalau memang salah, harus minta maaf, telah ada kesepakatan antara orangtua dan anak, saya diam dia dah tau, dia ngomong dulu sebagaimana pendapat informan berikut :

Pengalaman informan lain adalah memberikan hukuman bila anaknya gagal, dan juga mengurung anaknya di kamar, sebagaimana pendapat informan berikut :

Pengalaman informan lain adalah kalau anaknya keluar tidak kapok, ngeyel dan ogah-ogahan, sebagaimana pendapat informan berikut :

Pola asuh yang diterapkan : Memanjakan, Otoriter dan acuh tak acuh

.. Saya kasi motivasi...(I.1) ...biasanya kasih pujian... (I.1) ...terima kasih ya,kamu pinter...(I.1) ..ketika berhasil saya akan memberikan hadiah..(I.2)

...dikasih pujian...(I.3)

...Selalu memberikan pujian...(I.4)

.. Saya tunjukkan kelebihan dan kekurangan dia belajar di rumah dibandingkan dengan dia belajar di sekolah...(I.2)

.. saya mencoba untuk menanamkan apa yang tadi dpelajari disekolah supaya tertanam di benaknya..(I.2)

.. apa yang dia pelajari tadi di sekolah,

... reward karena itu dapat mendukung kondisi mental dan jiwa anak untuk maju...(I.2)

... memang anaknya berambisi...(I.1) ... modelnya anaknya mencontoh..(I.1)

... tanpa disuruh dia mau belajar sendiri..(I.1)

... mandiri, berdiri sendiri...(I.2)

... saya diem. Dia udah tahu mamanya marah, ga mau tak omongin gitu, saya diam, dia dah tau.. (I.1)

... awalnya kita dah janjian..kalo mama marah, mama akan diam..klo dia ngerjain salah mama diem, jadi otomatis dia nyadar.. sebelum saya tegur, dia ngomong dulu ..(I.1)

... kalau gagal saya akan memberikan hukuman..(I.2)

... di kurung di kamar...(I.3)

(5)

Pengalaman informan dalam menerapkan pola asuh kepada anaknya adalah memenuhi semua kebutuhan belajar anaknya yang peting anaknya senang dan tidak pernah memberikan hukuman kepada anaknya karena kasihan sebagaimana pendapat informan berikut :

Pengalaman informan lainnya yaitu menerapkan pola asuh kepada anaknya adalah sekecil mungkin mendapatkan bantuan dan membiarkan anaknya mengelola dan mencari sendiri apa yang dia cari, sebagaimana pendapat informan berikut :

Pengalaman informan lainnya adalah menerapkan pola asuh anaknya belajar dan kadang-kadang koreksi PR lebih sering diurus pembantu karena orang tuanya bekerja, sebagaimana pendapat informan berikut :

Pengalaman informan lainnya adalah menerapkan pola asuh kalau mau belajar ya silahkan, kalau tidak mau belajar ya tterserah, Cuma di katanya kalau tindakannnya salah, nanti juga dia akan tahu, sebagaimana pendapat informan berikut :

Terciptanya Komunikasi Efektif antara orang tua dan anak

Pengalaman informan dalam

menciptakan komunikasi efektif adalah kalau pulang sekolah anak informan biasanya menceritakan keadaannya di sekolah

anaknya.sebagaimana pendapat informan berikut :

PEMBAHASAN

Motivasi Orangtua dapat menciptakan rasa percaya diri

Anak dengan motivasi belajar yang tinggi, umumnya akan memiliki prestasi belajar yang baik. Menjaga agar anak tetap memiliki motivasi belajar adalah hal mendasar.Motivasi tersebut dapat berasal dari dalam maupun dari luar.Dalam teori insentif, seseorang berperilaku tertentu untuk mendapatkan sesuatu.Insentif biasanya merupakan hal-hal yang menarik dan menyenangkan, sehingga anak tertarik mendapatkannya.

Anak menjadi bosan dan tidak memiliki motivasi belajar karena anak tidak melihat manfaat dari materi pelajaran yang harus ia pelajari. Selama anak tidak bisa melihat manfaatnya, pikiran anak akan tertutup.

Motivasi yang diberikan orangtua dapat menumbuhkan keyakinan dan kepercayaan diri maupun mendorong tindakan mandiri membuat keputusan sendiri akan berakibat munculnya tingkah laku mandiri yang bertanggung jawab.

Membuat Kesepakatan Bersama Antara Orangtua dan anak, menciptakan kedisiplinan, menegakkan Kedisiplinan dan Ketegasan Sikap

Kesepakatan dibuat untuk

menciptakan keadaan dan tanggung jawab sserta memotivasi anak dalam belajar bukan memaksakan kehendak orangtua. Kalaupun ada sanksi yang harus dibuat atau disepakati, biarlah anak yang menentukannya sebagai bukti tanggung jawabnya terhadap sesuatu yang akan disepakati bersama. Orang tua yang sudah terbiasa menciptakan disiplin dalam belajar yang dilaksanakan secara konsisten dan berkesinambungan.

Menegakkan disiplin dilakukan bila mana anak mulai meninggalkan kesepakatan yang telah disepakati.Bilamana anak melakukan kesalahan maka sebaiknya hindari sansi yang bersifat fisik. Untuk mengalihkannya menggunakan konsekuensi yang logis yang dapat diterima oleh akaldan pikiran

Pola asuh yang diterapkan : Memanjakan, Otoriter dan acuh tak acuh

Pola asuh otoriter, orang tua menentukan standar mutlak yang harus ... semua kebutuhan anak saya untuk

belajar semuanya saya penuhi..(I.4) ... yang penting anak saya bisa senang.. (I.4)

... kasih hukuman saya tidak pernah..(I.4)

... sekecil mungkin mendapatkan bantuan dari saya.. (I.2)

... biarkan dia mengelola dan mencari sendiri apa yang dia cari..(I.2)

... ada tekanan...(I.3)

... tidak di beri kebebasan..(I.3)

... saya bekerja..(I.4)

... sehari – hari lebih dekat dengan pembantu.. (I.4)

... anak saya belajar dengan anak kost..(I.4)

... Cuma kadang – kadang sih mba saya periksa Prnya, kalau ada waktu cukup..(I.4)

... kalau mau belajar silahkan,kalau tidak mau ya terserah...(I.3)

... Cuma dibilangin kalau tindakannya salah..(I.4)

... nanti juga dia tahu..(I.4)

(6)

dipenuhi anaknya.Komunikasi bersifat searah dari orangtua ke anak.

Pada pola manja pengawasan orangtua kepada anak sangat longgar. Orangtua memberikan kesempatan kepada anak tanpa pengawasan yang cukup.Orangtua dibiarkan saja dan tidak ditegur dengan pertimbangan masih anak-anak.Orangtua yang menerapkan pola asuh seperti ini hanya tidak ingin konflik dengan anaknya.

Pola asuh penelantar, biasanya orangtua membiarkan anak tanpa pengawasan dan perhatian sama sekali. Orangtuanya menghabsikan waktu hanya untuk bekerja Orangtua melihat, bahwa yang dibutuhkan anak hanyalah uang dan materi saja. Asal itu dipenuhi maka mereka beranggapan anak akan bahagia.

Seorang anak akan dapat mandiri apabila dia mempunyai ruang dan waktu baginya untuk berkreasi sesuai dengan kemampuan dan rasa percaya diri. Hal ini harus menjadi perhatian bersama karena hal tersebut dapat muncul dari sikap orang tua.Sehingga anak-anak termotivasi untuk mengaktualisasikan potensi yang ada dalam dirinya.

Terciptanya Komunikasi Efektif antara orang tua dan anak

Komunikasi efektif merupakan bagian pola asuh yang efektif. Syarat untuk berkomunikasi efektif sederhana yaitu waktu luang untuk berdialog dengan anak.Menjadi pendengar yang baik dan tanpa meremehkan pendapat anak.Menjadi pendengar baik tanpa meremehkan pendapat anak.

KESIMPULAN

Ada peran pola asuh orangtua yang signifikan antara orang tua terhadapprestasi belajar siswa SD Negeri 10 Manurunge, demikian juga terdapat pengaruh yang signifikan motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa SD Negeri 10 Manurunge

SARAN

Motivasi orang tua dapat menciptakan rasa percaya diri, membuat kesepakatan bersama antara orang tua dan anak, menciptakan kedisiplinan dan ketegasan sikap dan terciptanya komunikasi yang efektif. Diharapkan perlunya disedikan informasi tentang pola asuh orang tua.

DAFTAR PUSTAKA

Chasiyah, Chadidjah, & Legowo, Edy (2009). Perkembangan Peserta Didik. Surakarta: UNS Press

Dimyati & Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Ghullam Hamdu & Lisa Agustina.(2011). Pengaruh Motivasi Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar IPA Di Sekolah Dasar.Jurnal penelitian pendidikan, vol. 12, 90-96.

Malik Amer Atta & Asif Jamil.(2012). Effects Of Motivation And Parental Influence on the Educational Attainments of Students at Secondary. Savap International, 2 (3), 427-431.Purnamawati, Ika Ratna. 2011. Hubungan Perhatian Orang Tua dan Motivasi Belajar 13 | JUPE UNS, Vol. ,No. ,Hal 1 s/d 13

Siska Eko Mawarsih, Pengaruh Perhatian Orang Tua dan Motivasi BelajarTerhadap Prestasi Siswa SMA Negeri Jumapolo, Juni 2013terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas X Jurusan Administrasi Perkantoran SMK Batik 2 Surakarta Tahun Diklat 2010/2011. Surakarta

Sardiman, A.M. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.Jakarta: Rajawali pers.

Slameto. 2010. Belajar dan faktorfaktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta

Suryabrata, Sumadi.1993. Psikologi pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Susanti, Yuni. 2005. Pengaruh Perhatian Orang Tua dan Budi Pekerti siswa terhadap Prestasi Belajar Kewarganegaraan Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Wonosari Grobogan Tahun Ajaran 2004/2005. Surakarta

Rahmi. Mencetak Anak Tangguh Tergantung Pola Asuh. 5 Mei 2008. Availiable from http://www.halohalo.Co.Id, Diakses pada tanggal 10 Juni 2008

Heni Susilawati Forum 2: Orang dan Kuantitas Pendidikan. 4 Mei 2007. Availabel from http ://

www.lampungpost.com/ Diakses pada tanggal 13 Juli 2008

Rahabeat. Peran Orang Tua Dalam Pendidikan Anak 16 Mey 2008 availiable from http:// www. Bunyan.co.id/new/, Diakses pada tanggal 13 Juli

Referensi

Dokumen terkait

Mengapa asbes termasuk dalam kategori bahan yang sangat berbahaya, karena asbes yang kita kenal terdiri dari serat-serat yang berukuran sangat kecil, kira – kira lebih tipis

4.3.3 Pengaruh Dukungan keluarga dan Pengalaman Praktik Kerja Industri secara bersama-sama terhadap Kesiapan Memasuki Karier Dikalangan Siswa Jurusan Administrasi Perkantoran di

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 sebagai produk baru yang mengamendemen Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik dinilai sebagai produk yang bertentangan

Johtopäätökset syntyivät pohtimalla miten tulokset vastasivat tutkimuksen tutkimuskysymyksiin, millaiset ovat nuorten aikuisten kannabiksen käytön motiivit ja millaisia

Proses belum selesai pada sebatas ijin, namun terdapat kegitan sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 12 (1) RUU tentang PPKIPT dan EBT , bahwa “Setelah mendapat izin

Tujuan penelitian untuk mengevaluasi kelahiran pedet sapi perah dengan indikator jumlah kelahiran jantan dan betina, lama kebuntingan dan bobot lahir sapi yang

kembali ke bentuk semula ( irreversible). Hasil pertumbuhan 19 genotipe gandum menunjuk- kan perbedaan pada beberapa genotipe. Hal ini tampak jelas pada parameter umur berbunga,

activity of ceria-promoted Ni catalyst supported on powder alumina (96%) was quite close to the equilibrium CO conversion (99.6%) at the same temperature (250 ° C) and CO/S molar