• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tindak Lanjut Supervisi Akademik Kunjungan Kelas dalam Upaya Meningkatkan Profesionalisme Guru SMPN 2 Boja Kecamatan Boja Kabupaten Kendal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tindak Lanjut Supervisi Akademik Kunjungan Kelas dalam Upaya Meningkatkan Profesionalisme Guru SMPN 2 Boja Kecamatan Boja Kabupaten Kendal"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

9

2.1. Kepemimpinan Kepala Sekolah

Suatu organisasi dapat berjalan dengan baik dan lancar bila memiliki pemimpin yang baik. Pemimpin dalam suatu organisasi memegang kendali utama dalam mengatur jalannya organisasi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 874) disebutkan bahwa ”pemimpin artinya orang yang memimpin atau cara memimpin”. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang memiliki sifat-sifat kepemimpinan yang dapat diandalkan. Kepemimpinan itu sendiri merupakan salah satu yang sangat penting dalam mempengaruhi prestasi kerja dan merupakan aktivitas utama untuk pencapaian tujuan organisasi. Kepemimpinan dapat diartikan sebagai kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang yang diarahkan terhadap pencapaian tujuan organisasi.

(2)

Purwanto (2008: 26) menyatakan bahwa:

“kepemimpinan adalah sekumpulan dari serangkaian kemampuan dan sifat-sifat kepribadian, termasuk di dalamnya kewibawaan, untuk dijadikan sebagai sarana dalam rangka meyakinkan yang dipimpinnya agar mereka mau dan dapat melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya dengan rela, penuh semangat, ada kegembiraan batin, serta merasa tidak terpaksa”.

Robbins dalam Tjiptono dan Diana (2005: 152) menyebutkan bahwa ”kepemimpinan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi sekelompok anggota agar bekerja mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan”.

Soepardi dalam Mulyasa (2012: 107) mendefinisikan kepemimpinan sebagai

”kemampuan untuk menggerakkan, mempengaruhi, memotivasi, mengajak, mengarahkan, menasehati, membimbing, menyuruh, memerintah, melarang dan bahkan menghukum (kalau perlu), serta membina agar maksud manusia sebagai media manajemen mau bekerja dalam rangka mencapai tujuan administrasi secara efektif dan efisien”.

Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas kita bisa melihat bahwa ada persamaan pemahaman tentang kepemimpinan yaitu didalamnya berisi kemampuan seseorang untuk memberi pengaruh pada orang lain agar bertindak sesuai dengan yang telah ditetapkan dengan sukarela atau tanpa paksaan karena tindakan itu lahir dari dalam dirinya sebagai tanggungjawab yang harus dilaksanakan.

(3)

serta adanya situasi kelompok tempat memimpin dan berinteraksi. Kepemimpinan dapat timbul dari mana saja asalkan unsur-unsur dalam kepemimpinan itu terpenuhi, antara lain: adanya orang yang mempengaruhi, adanya orang yang dipengaruhi, adanya tujuan dan sasaran yang ingin dicapai, adanya aktifitas, interaksi dan otoritas.

2.1.1. Pengertian Kepemimpinan Kepala Sekolah

Andang (2014: 54) menyatakan pengertian tentang kepemimpinan kepala sekolah sebagai berikut

Kepemimpinan pendidikan merupakan kemampuan

seorang pemimpin (kepala sekolah) dalam

memengaruhi komponen-komponen sekolah agar bekerja dalam mencapai tujuan bersama. Kepala sekolah merupakan pemimpin tunggal di sekolah yang mempunyai tanggung jawab dan wewenang untuk mengatur, mengelola, dan menyelenggarakan kegiatan di sekolah, agar apa yang menjadi tujuan sekolah dapat tercapai.

Sedangkan Mulyasa (2009: 115) menyatakan,

Kemampuan yang harus diwujudkan kepala sekolah sebagai leader dapat dianalisis dari kepribadian, pengetahuan terhadap tenaga kependidikan, visi dan misi sekolah, kemampuan mengambil keputusan dan kemampuan berkomunikasi.

(4)

Berdasarkan beberapa pernyataan diatas, penulis memberikan pendapat bahwa kepemimpinan dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk beraktivitas, memimpin, menggerakkan, atau mempengaruhi bawahan, melakukan koordinasi serta mengambil keputusan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kenyataannya, apapun bentuk suatu organisasi pasti memerlukan seorang untuk menduduki posisi pimpinan/pemimpin. Seseorang yang menduduki posisi pimpinan dalam suatu organisasi mengemban tugas melaksanakan kepemimpinan, termasuk dalam hal ini adalah organisasi pendidikan, yang mana pemimpin dalam organisasi ini adalah kepala sekolah/madrasah.

2.1.2. Peran dan Fungsi Kepala Sekolah

(5)

perpustakaan dan lain sebagainya. Dan kepala sekolah berfungsi sebagai pemimpin pendidikan berarti peningkatan mutu akan berjalan dengan baik apabila guru bersifat terbuka, kreatif dan memiliki semangat kerja yang tinggi. Suasana yang demikian ditentukan oleh bentuk dan sifat kepemimpinan yang dilakukan kepala sekolah.

Menurut Mulyasa (2009: 98-122) kepala sekolah mempunyai 7 fungsi utama, yaitu:

1. Kepala Sekolah Sebagai Educator (Pendidik) Kegiatan belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan dan guru merupakan pelaksana dan pengembang utama kurikulum di sekolah. Kepala sekolah yang menunjukkan komitmen tinggi dan fokus terhadap pengembangan kurikulum dan kegiatan belajar mengajar di sekolahnya tentu saja akan sangat memperhatikan tingkat kompetensi yang dimiliki gurunya, sekaligus juga akan senantiasa berusaha memfasilitasi dan mendorong agar para guru dapat secara terus menerus meningkatkan kompetensinya, sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berjalan efektif dan efisien.

2. Kepala Sekolah Sebagai Manajer

(6)

profesi melalui berbagai kegiatan pendidikan dan pelatihan, baik yang dilaksanakan di sekolah, seperti: MGMP/MGP tingkat sekolah, atau melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan di luar sekolah, seperti kesempatan melanjutkan pendidikan atau mengikuti berbagai kegiatan pelatihan yang diselenggarakan pihak lain.

3. Kepala Sekolah Sebagai Administrator

Khususnya berkenaan dengan pengelolaan keuangan, bahwa untuk tercapainya peningkatan kompetensi guru tidak lepas dari faktor biaya. Seberapa besar sekolah dapat mengalokasikan anggaran peningkatan kompetensi guru tentunya akan mempengaruhi terhadap tingkat kompetensi para gurunya. Oleh karena itu kepala sekolah seyogyanya dapat mengalokasikan anggaran yang memadai bagi upaya peningkatan kompetensi guru.

4. Kepala Sekolah Sebagai Supervisor

(7)

kekurangan yang ada sekaligus mempertahankan keunggulannya dalam melaksanakan pembelajaran. 5. Kepala Sekolah Sebagai Leader (Pemimpin)

Dalam teori kepemimpinan setidaknya kita mengenal dua gaya kepemimpinan yaitu kepemimpinan yang berorientasi pada tugas dan kepemimpinan yang berorientasi pada manusia. Dalam rangka meningkatkan kompetensi guru, seorang kepala sekolah dapat menerapkan kedua gaya kepemimpinan tersebut secara tepat dan fleksibel, disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan yang ada. Mulyasa (2009: 25) menyebutkan kepemimpinan seseorang sangat berkaitan dengan kepribadian, dan kepribadian kepala sekolah sebagai pemimpin akan tercermin sifat-sifat sebagai berikut: (1) jujur; (2) percaya diri; (3) tanggung jawab; (4) berani mengambil resiko dan keputusan; (5) berjiwa besar; (6) emosi yang stabil, dan (7) teladan. 6. Kepala Sekolah Sebagai Inovator

(8)

7. Kepala Sekolah Sebagai Motivator

Sebagai motivator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberikan motivasi tenaga kependidikan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Motivasi ini dapat ditumbuhkan melalui pengaturan lingkungan fisik, pengaturan suasana kerja, disiplin, dorongan, penghargaan secara efektif, dan penyediaan berbagai sumber belajar melalui pengembangan pusat sumber belajar.

Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis berpendapat bahwa terdapat 7 tugas pokok seorang kepala sekolah dalam organisasi sekolah yaitu EMASLIM, kepala sekolah berfungsi sebagai edukator, manajer, administrator, supervisor, leader, inovator, dan motivator.

2.2. Supervisi

2.2.1. Pengertian Supervisi Pendidikan

Menurut Purwanto (2008: 76) supervisi adalah “suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif”. Hal ini lebih ditegaskan Pidarta (2009: 2) yang menyatakan bahwa supervisi adalah “upaya membina guru-guru dalam mengembangkan proses pembelajaran pada daerah tertentu yang mencakup unsur-unsur: 1) materi pelajaran, 2) proses pembelajaran, 3) kecakapan yang dibutuhkan, 4) tingkat kompetensi setiap guru, dan 5) kondisi siswa”.

(9)

“supervisi pendidikan adalah segala bantuan dari supervisor dan atau semua pemimpin kepala sekolah untuk memperbaiki manajemen pengelolaan sekolah dan meningkatkan kinerja staf/guru dalam menjalankan tugas, fungsi, dan kewajibannya sehingga tujuan pendidikan dapat dicapai dengan optimal. Caranya, dengan cara memberi bantuan, dorongan, pembinaan, bimbingan, dan memberi kesempatan bagi pengelola sekolah dan para guru untuk memperbaiki dan mengembangkan kinerja dan profesionalismenya”.

Menurut Mulyasa (2012: 154) bahwa “supervisi secara etimologi berasal dari kata super dan visi yang mengandung arti melihat dan meninjau dari atas atau menilik dan menilai dari atas yang dilakukan oleh pihak atasan terhadap aktivitas, kreativitas, dan kinerja bawahan.

Carter dalam Mulyasa (2012: 155) menyatakan bahwa

“supervisi adalah segala usaha pejabat sekolah dalam memimpin guru-guru dan tenaga kependidikan lainnya untuk memperbaiki pengajaran, termasuk

menstimulasi, menyeleksi pertumbuhan dan

perkembangan jabatan guru-guru, menyeleksi dan

merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahkan

pengajaran dan metode-metode mengajar serta evaluasi pengajaran”.

(10)

perannya dalam memperbaiki manajemen pengelolaan sekolah.

Dari beberapa pernyataan peneliti dapat memberikan pendapat bahwa supervisi adalah kegiatan yang dilakukan oleh seorang supervisor untuk membantu orang lain yang disupervisi agar dapat menemukan solusi atas permasalahan atau kendala yang dijumpai untuk meningkatkan profesionalisme dan kinerja mereka. Dalam konteks pembelajaran di kelas, supervisi dilakukan untuk membantu guru mengidentifikasi masalah dan hambatan yang dijumpai terkait dengan tugas dan tanggung jawab guru dalam pembelajaran, kemudian menemukan solusi atas masalah dan hambatan tersebut, sehingga dapat meningkatkan profesionalisme dan kinerja mereka dalam mengelola pembelajaran yang lebih aktif, interaktif, dan efektif. Dengan demikian fokus supervisi adalah untuk meningkatkan kualitas dan efektivitas pembelajaran, meskipun kegiatan supervisi terkait pula dengan urusan administrasi, karir dan kesejahteraan.

Hubungan pengawasan dibangun atas dasar kepercayaan, kerahasiaan, dukungan, dan empati pengalaman. Kualitas lain yang terdapat dalam hubungan pengawasan meliputi konstruktif umpan balik, keamanan, rasa hormat, dan perawatan diri.

2.2.2. Prinsip dan Fungsi Supervisi

Sahertian dalam Jasmani (2013: 47) menyebutkan bahwa,

(11)

kepala sekolah dalam melaksanakan kegiatan supervisi agar benar-benar efektif dalam usaha mencapai tujuannya.

a. Ilmiah (Scientific), prinsip ini mengandung ciri-ciri antara lain: a) kegiatan supervisi dilaksanakan berdasarkan data objektif yang diperoleh dalam kenyataan proses belajar mengajar, b) untuk memperoleh data perlu diterapkan alat perekam data, seperti angket, observasi, percakapan pribadi, dan seterusnya, c) setiap kegiatan supervisi dilaksanakan secara sistematis, terencana, dan kontinu.

b. Demokratis, servis, dan bantuan yang diberikan kepada guru berdasarkan hubungan kemanusiaan yang akrab dan kehangatan sehingga guru-guru merasa aman untuk mengembangkan tugasnya.

c. Kooperatif atau Kerja sama, mengembangkan usaha bersama, menstimulasi guru sehingga mereka merasa tumbuh bersama.

d. Konstruktif dan kreatif, setiap guru akan merasa termotivasi dalam mengembangkan potensi kreativitas kalau supervisi mampu menciptakan suasana kerja yang menyenangkan, bukan melalui cara-cara yang menakutkan”.

(12)

Adapun fungsi dari adanya supervisi pendidikan menurut Imron (2011: 12) adalah menumbuhkan iklim bagi perbaikan proses dan hasil belajar melalui serangkaian upaya supervisi terhadap guru-guru dalam wujud layanan profesional. Berdasarkan pendapat tersebut, maka bisa dikatakan bahwa dalam pelaksanaan supervisi, supervisor hendaknya memiliki prinsip Ilmiah (Scientific), demokratis, kooperatif, serta konstruktif dan kreatif sehingga proses pembelajaran menjadi lebih kondusif”.

2.3. Supervisi Akademik

2.3.1. Pengertian Supervisi Akademik

Hakikat supervisi akademik merupakan upaya nyata untuk membantu guru-guru mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan pembelajaran. Dengan demikian, berarti esensi supervisi akademik itu sama sekali bukan menilai kinerja guru dalam mengelola proses pembelajaran, melainkan membantu guru mengembangkan kemampuan profesionalismenya.

(13)

Supervisi yang menekankan pada pembinaan professional guru sebagai upaya memperbaiki dan meningkatkan kemampuan professional guru sering disebut dengan istilah supervisi akademik (Jasmani, 2013: 28). Jadi supervisi akademik ini merupakan supervisi yang dilaksanakan untuk menilai dan membina guru dalam rangka mempertinggi kualitas proses pembelajaran yang dilaksanakannya, agar berdampak terhadap kualitas hasil belajar siswa disebut supervisi akademik.

Menurut Lantip (2011: 112) bahwa

“supervisi akademik dilakukan dengan inisiatif awal dari supervisor. Hal ini berarti pelaksanaan supervisi ini didasarkan atas keinginan kepala sekolah untuk membantu guru dalam mengatasi masalahnya dalam pembelajaran”.

Menurut Muslim (2013: 68) bahwa

“seorang supervisor harus memiliki kompetensi teknis khususnya bidang akademik berkaitan dengan pekerjaan orang-orang yang disupervisi. Karena sasaran utama dari kegiatan supervisi adalah guru dengan tugas utamanya melaksanakan KBM”.

(14)

2.3.2. Prinsip Supervisi Akademik

Terdapat 14 prinsip yang harus dipahami apabila akan melaksanakan supervisi akademik, prinsip-prinsip itu adalah (1) Praktis, artinya mudah dikerjakan sesuai kondisi sekolah, (2) Sistematis, artinya dikembangan sesuai perencanaan program supervisi yang matang dan tujuan pembelajaran, (3) Objektif, artinya masukan sesuai aspek-aspek instrumen, (4) Realistis, artinya berdasarkan kenyataan sebenarnya, (5) Antisipatif, artinya mampu menghadapi masalah-masalah yang mungkin akan terjadi, (6) Konstruktif, artinya mengembangkan kreativitas dan inovasi guru dalam mengembangkan proses pembelajaran, (7) Kooperatif, artinya ada kerja sama yang baik antara supervisor dan guru dalam mengembangkan pembelajaran, (8) Kekeluargaan, artinya mempertimbangkan saling asah, asih, dan asuh dalam mengembangkan pembelajaran, (9) Demokratis, artinya supervisor tidak boleh mendominasi pelaksanaan supervisi akademik, (10) Aktif, artinya guru dan supervisor harus aktif berpartisipasi, (11) Humanis, artinya mampu menciptakan hubungan kemanusiaan yang harmonis, terbuka, jujur, ajeg, sabar, antusias, dan penuh humor, (12) Berkesinambungan supervisi akademik dilakukan secara teratur dan berkelanjutan, (13) Terpadu, artinya menyatu dengan dengan program pendidikan, (14) Komprehensif, artinya memenuhi ketiga tujuan supervisi akademik, Lantip (2011: 87).

2.3.3. Tujuan Supervisi Akademik

(15)

“ada tiga tujuan supervisi akademik yaitu 1) supervisi akademik diselenggarakan dengan maksud membantu guru mengembangkan kemampuan profesionalnya dalam memahami akademik, kehidupan kelas, mengembangkan keterampilan mengajarnya dan menggunakan kemampuannya melalui teknik-teknik tertentu, (2) supervisi akademik diselenggarakan dengan maksud untuk memonitor kegiatan proses belajar mengajar di sekolah. Kegiatan memonitor ini bisa dilakukan melalui kunjungan kepala sekolah ke kelas-kelas di saat guru sedang mengajar, percakapan pribadi dengan guru, teman sejawatnya, maupun dengan sebagian murid-muridnya, (3) supervisi akademik diselenggarakan untuk mendorong guru menerapkan kemampuannya dalam melaksanakan

tugas-tugas mengajarnya, mendorong guru

mengembangkan kemampuannya sendiri, serta

mendorong guru agar ia memiliki perhatian yang sungguh-sungguh (commitment) terhadap tugas dan tanggung jawabnya”.

Glickman dalam Lantip (2011: 86) menyebutkan “tujuan supervisi akademik adalah membantu guru mengembangkan kompetensinya, mengembangkan kurikulum, mengembangkan kelompok kerja guru, dan membimbing penelitian tindakan kelas (PTK)”. Gambar tiga tujuan supervisi akademik yang dituliskan dalam Lantip (2011 : 86) sebagaimana dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Pengembangan

(16)

Dari penjelasan diatas tujuan supervisi akademik adalah membantu guru dalam mengembangkan kemampuannya supaya tujuan pembelajaran yang ditetapkan tercapai.

2.3.4. Teknik-Teknik Supervisi Akademik

Satu di antara tugas kepala sekolah adalah melaksanakan supervisi akademik. Untuk melaksanakan supervisi akademik secara efektif diperlukan keterampilan konseptual, interpersonal dan teknikal. Oleh sebab itu, setiap Kepala sekolah harus memiliki keterampilan teknikal berupa kemampuan menerapkan teknik-teknik supervisi yang tepat dalam melaksanakan supervisi akademik. ”Teknik-teknik supervisi akademik meliputi dua macam, yaitu: individual dan kelompok”, Lantip (2011: 102).

Teknik supervisi akademik ada dua yaitu: individual dan kelompok seperti gambar berikut.

(17)

2.3.4.1. Teknik Supervisi Individual

Teknik supervisi individual adalah pelaksanaan supervisi perseorangan terhadap guru. Supervisor di sini hanya berhadapan dengan seorang guru. Dari hasil supervisi ini dapat diketahui kualitas pembelajaran guru bersangkutan.

Teknik supervisi individual ada lima macam adalah sebagai berikut.

1) Kunjungan Kelas, (Classroom Visitation) Menurut Muslim (2013: 74) bahwa

“kunjungan kelas adalah kunjungan seorang supervisor ke kelas pada saat guru sedang mengajar, artinya supervisor menyaksikan dan mengamati guru mengajar. Melalui kunjungan kelas tersebut supervisor dapat mengetahui apa kelebihan dan kekurangan guru terutama dalam konteks pelaksanaan KBM. Dengan kata lain, untuk melihat apa kekurangan atau kelemahan yang sekiranya perlu diperbaiki.

Tahap-tahap kunjungan kelas terdiri dari empat tahap yaitu:

(1) tahap persiapan.

(2) tahap pengamatan selama kunjungan. (3) tahap akhir kunjungan

(4) tahap terakhir adalah tahap tindak lanjut”.

2) Kunjungan Observasi (Observation Visits)

(18)

penggunaan media dengan materi, (5) ketepatan penggunaan metode dengan materi, dan (6) reaksi mental para siswa dalam proses belajar mengajar.

Pelaksanaan observasi melalui tahap: persiapan, pelaksanaan, penutupan, penilaian hasil observasi; dan tindak lanjut. Dalam rangka melakukan observasi, seorang supervisor hendaknya telah mempersiapkan instrumen observasi, menguasai masalah dan tujuan supervisi.

3) Pertemuan Individual

Pertemuan individual adalah satu pertemuan, percakapan, dialog, dan tukar pikiran antara supervisor dan guru. Tujuannya adalah: (1) mengembangkan perangkat pembelajaran yang lebih baik, (2) meningkatkan kemampuan guru dalam pembelajaran, dan (3) memperbaiki segala kelemahan dan kekurangan pada diri guru.

Menurut Swearingen dalam Lantip (2011: 105) mengatakan bahwa,

(19)

Hal yang dilakukan supervisor dalam pertemuan individual: (1) berusaha mengembangkan segi-segi positif guru, (2) mendorong guru mengatasi kesulitan-kesulitannya, (3) memberikan pengarahan, dan (4) menyepakati berbagai solusi permasalahan dan menindaklanjutinya.

4) Kunjungan Antar Kelas

Kunjungan antar kelas adalah guru yang satu berkunjung ke kelas yang lain di sekolah itu sendiri. Tujuannya adalah untuk berbagi pengalaman dalam pembelajaran. Cara-cara melaksanakan kunjungan antar kelas adalah sebagai berikut: (1) Jadwal kunjungan harus direncanakan, (2) Guru-guru yang akan dikunjungi harus diseleksi, (3) Tentukan guru-guru yang akan mengunjungi, (4) Sediakan segala fasilitas yang diperlukan, (5) Supervisor hendaknya mengikuti acara ini dengan pengamatan yang cermat, (6) Adakah tindak lanjut setelah kunjungan antar kelas selesai? misalnya dalam bentuk percakapan pribadi, penegasan, dan pemberian tugas-tugas tertentu, (7) Segera aplikasikan ke sekolah atau ke kelas guru bersangkutan, dengan menyesuaikan pada situasi dan kondisi yang dihadapi, (8) Adakan perjanjian-perjanjian untuk mengadakan kunjungan antar kelas berikutnya.

2.3.4.2. Supervisi Kelompok

(20)

analisis kemampuan kinerja guru, kemudian dikelompokan berdasarkan kebutuhan guru. Kemudian guru diberikan layanan supervisi sesuai dengan permasalahan atau kebutuhan yang diperlukan. Dalam teknik supervisi kelompok, terdapat beberapa tindakan yang dapat dilakukan oleh kepala sekolah sebagai berikut: (1) Mengadakan pertemuan atau rapat (meeting). Seorang kepala sekolah menjalankan tugasnya berdasarkan rencana yang telah disusun termasuk mengadakan rapat-rapat secara periodik dengan guru-guru, dalam hal ini rapat-rapat yang diadakan dalam rangka kegiatan supervisi. Rapat tersebut antara lain melibatkan KKG, MGMP, dan rapat dengan pihak luar sekolah. (2) Mengadakan diskusi kelompok (group discussions). Diskusi kelompok dapat diadakan dengan membentuk kelompok-kelompok guru bidang studi sejenis. Di dalam setiap diskusi, supervisor atau kepala sekolah memberikan pengarahan, bimbingan, nasihat-nasihat dan saran-saran yang diperlukan. (3) Mengadakan penataran-penataran (inservice-training). Teknik ini dilakukan melalui penataran-penataran, misalnya penataran untuk guru bidang studi tertentu. Mengingat bahwa penataran pada umumnya diselenggarakan oleh pusat atau wilayah, maka tugas kepala sekolah adalah mengelola dan membimbing pelaksanaan tindak lanjut (follow-up) dari hasil penataran ( Rifa’I, 2001: 144).

2.3.5.Supervisi Akademik Kunjungan Kelas

(21)

kelas sebagai bahan masukan apakah pelaksanaannya dapat digunakan untuk meningkatkan profesionalisme guru di SMP Negeri 2 Boja.

Berdasarkan pernyataan Muslim (2013: 74) kunjungan kelas adalah

“kunjungan seorang supervisor ke kelas pada saat guru sedang mengajar, artinya supervisor menyaksikan dan mengamati guru mengajar. Melalui kunjungan kelas tersebut supervisor dapat mengetahui apa kelebihan dan kekurangan guru terutama dalam konteks pelaksanaan KBM. Dengan kata lain, untuk melihat apa kekurangan atau kelemahan yang sekiranya perlu diperbaiki”.

Menurut Lantip (2011: 102) tujuan dari kunjungan kelas adalah

“untuk menolong guru dalam mengatasi masalah di dalam kelas. Jadi dari pernyataan Muslim dan Lantip penulis berpendapat bahwa tujuan dari supervisi kunjungan kelas ini pada prinsipnya adalah membantu guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran melalui analisis kelebihan dan kekurangannya dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran”.

2.3.5.1. Tahap-Tahap Kunjungan Kelas

(22)

Penelitian yang dilakukan menggunakan tahapan yang dinyatakan dalam Muslim sehingga diharapkan pada pelaksanaan kegiatan supervisi kunjungan kelas ini dapat dilakukan secara runtut dan berkesinambungan mulai dari tahap persiapan untuk menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan, tahap pengamatan sebagai bentuk dari cross check apa yang sudah ditulis pada perencanaan guru, tahap akhir kunjungan sebagai bentuk analisa pelaksanaan supervisi dan yang terakhir adalah tahap tindak lanjut sebagai bagian pemecahan dan solusi solusi kesulitan yang dialami guru.

2.3.5.2. Kriteria Kunjungan Kelas

Kunjungan kelas menggunakan enam kriteria, seperti yang dinyatakan dalam Muslim (2013: 75) yaitu: (1) Memiliki tujuan-tujuan tertentu, (2) Mengungkapkan aspek-aspek yang dapat memperbaiki kemampuan guru, (3) Menggunakan instrumen observasi untuk mendapatkan data yang objektif, (4) Terjadi interaksi antara pembina dan yang dibina sehingga menimbulkan sikap saling pengertian, (5) Pelaksanaan kunjungan kelas tidak mengganggu proses pembelajaran, (6) Pelaksanaannya diikuti dengan program tindak lanjut.

(23)

teknik mengajar secara keseluruhan dengan berbagai faktor yang mempengaruhinya. Hasil kunjungan kelas ini dapat digunakan oleh supervisor atau kepala sekolah bersama guru untuk meningkatkan kondisi belajar mengajar.

2.4. Profesionalisme Guru 2.4.1.Pengertian Profesi

Menurut Dedi (2000: 19) bahwa:

“profesi menunjuk pada suatu pelayanan atau jabatan yang menuntut keahlian, tanggung jawab, dan kesetiaan terhadapnya. Profesionalitas menunjuk pada kualitas atau sikap pribadi individu terhadap suatu pekerjaan. Profesional menunjuk pada penampilan seseorang yang sesuai dengan tuntutan yang seharusnya dan

menunjuk pada orangnya itu sendiri.

Profesionalisasi menunjuk pada proses menjadikan seseorang sebagai profesional. Profesionalisme menunjuk pada (a) derajat penampilan seseorang sebagai profesional; tinggi, rendah sedang, dan (b) sikap dan komitmen anggota profesi untuk bekerja berdasarkan standar yang paling ideal dari kode etik profesinya”.

Hamalik (2003: 2) menyatakan bahwa:

“hakikat profesi adalah suatu pernyataan atau suatu janji terbuka yang sungguh-sungguh keluar dari lubuk hatinya dan mengandung norma-norma atau nilai-nilai etik dan ditunjukkan dalam tingkah lakunya sehari-hari. Suatu profesi mengandung unsur pengabdian sehingga profesi bukanlah dimaksudkan untuk mencari keuntungan materi belaka, melainkan

untuk pengabdian kepada masyarakat.

(24)

Menurut Sanusi (2001: 19) bahwa:

“ Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian para anggotanya. Artinya, ia tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang yang tidak dilatih dan tidak disiapkan secara khusus untuk melakukan pekerjaan itu. keahlian diperoleh melalui apa yang disebut profesionalisasi, yang dilakukan baik sebelum

seseorang menjalani profesi

itu(pendidikan/latihan pra-jabatan)maupun setelah menjalani suatu profesi(in-service training). Diluar pengertian ini, ada beberapa ciri profesi khususnya yang berkaitan dengan profesi kependidikan.

Professional menunjuk pada dua hal. Pertama orang yang menyandang suatu profesi, misalnya “Dia seorang profesional”. Kedua, penampilan seseorang dalam melakukan pekerjaannya yang sesuai dengan profesinya. Pengertian kedua ini, professional dikontraskan dengan “non-profesional” atau “ amatir”.

Profesionalisme menunjuk kepada komitmen

para anggota suatu profesi untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terus-menerus

mengembangkan strategi-strategi yang

digunakannya dalam melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesinya.

Dari beberapa pernyataan diatas penulis berpendapat bahwa profesi, professional dan profesionalisme sangat erat hubungannya, artinya seseorang yang professional maka akan bertindak sesuai komitmen pada profesinya untuk selalu mengadakan pengembangan strategi dalam rangka meningkatkan sikap profesionalnya.

2.4.2.Sasaran Sikap Profesional

Mulyasa (2004: 60) mengemukakan, sasaran sikap profesionalisme guru sebagai berikut:

(25)

Pada butir 9 kode etik guru Indonesia disebutkan bahwa: Guru melaksanakan segala kebijakan pemerintah untuk bidang pendidikan. Kebijakan pendidikan di Negara kita dipegang oleh pemerintah, oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan ketentuan dan peraturan merupakan kebijakan yang akan dilaksanakan oleh aparatnya.

2. Sikap terhadap organisasi profesi

Guru bersama–sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian. PGRI sebagai organisasi profesi memerlukan pembinaan agar lebih berdaya guna dan berhasil sebagai wadah untuk membawakan misi dan memantapkan profesi guru. Maka dari itu setiap orang harus memberikan waktu sebagiannya untuk kepentingan pembinaan profesinya dan semua waktu dan tenaga yang diberikan oleh para anggota ini dikoordinasikan oleh para pejabat organisasi tersebut, sehingga pemanfaatannya menjadi efektif dan efisien. 3. Sikap terhadap teman sejawat

(26)

4. Sikap terhadap anak didik

(27)

pendidikan lebih banyak ditentukan oleh guru dalam mengelola kelas. Dalam mengajar, guru harus pandai menggunakan pedekatan secara arif dan bijaksana bukan sembarangan yang bisa merugikan anak didik. 5. Sikap terhadap tempat kerja

Suasana yang harmonis disekolah tidak akan terjadi bila personal yang terlibat didalamnya tidak menjalin hubungan yang baik diantara sesamanya. Penciptaan suasana kerja memang harus dilengkapi dengan terjalinnya hubungan yang baik denagn orang tua dan masyarakat sekitarnya. Ini dimaksudnya untuk membina peran serta rasa tanggung jawab bersama terhadap pendidikan.

6. Sikap terhadap pemimpin

Dalam kerja sama yang dituntut pemimpin tersebut diberikan berupaya tuntutan akan kepatuhan dalam melaksanakan arahan dan petunjuk yang diberikan mereka. Kerja sama juga dapat diberikan dalam bentuk usulan dan kritis yang membangun demi pencapaian tujuan yang telah digariskan bahwa sikap seorang guru terhadap pemimpin harus positif, dalam pengertian harus bekerja sama dalam mensukseskan program yang sudah disepakati, baik di sekolah maupun diluar sekolah.

7. Sikap terhadap pekerjaan

(28)

persamaan dan perbedaan yang melayaninya harus memerlukan kesabaran dan ketelatenan yang tinggi, terutama bila berhubungan dengan peserta didik yang masih kecil. Mengingat peranan guru dalam setiap upaya peningkatan mutu, relevansi, dan efisiensi pendidikan, maka peningkatan profesionalisme guru merupakan kebutuhan. Mutu pendidikan bukan hanya ditentukan oleh guru, melainkan oleh mutu masukan (siswa), sarana manajemen, dan faktor-faktor eksternal lainnya. Akan tetapi seberapa banyak siswa mengalami kemajuan dalam belajarnya, banyak tergantung kepada kepiawaian guru dalam membelajarkan siswa”.

Hamalik (2009: 38) menyatakan bahwa:

“guru yang dinilai kompeten secara professional, apabila: 1) guru tersebut mampu mengembangkan tanggungjawab dengan sebaik-baiknya, 2) Guru tersebut mampu melaksanakan peranan-peranannya secara berhasil, 3) Guru tersebut mampu bekerja dalam usaha mencapai tujuan pendidikan (tujuan instruksional) sekolah, dan 4) Guru tersebut mampu melaksanakan peranannya dalam proses mengajar dan belajar dalam kelas”.

(29)

Berdasarkan uraian tersebut maka penulis berpendapat bahwa seorang guru profesional diharapkan memiliki sasaran sikap keprofesionalismenya meliputi 1) sikap terhadap peraturan perundang-undangan, 2) sikap terhadap organisasi profesi, 3) sikap terhadap teman sejawat, 4) sikap terhadap anak didik, 5) Sikap terhadap tempat kerja, 6) Sikap terhadap pemimpin, dan 7) Sikap terhadap pekerjaan.

2.4.3.Kompetensi dan Indikator Profesionalisme Guru

Guru mempunyai tanggung jawab sangat besar dalam menjalankan peranannya sebagai tenaga pendidik di sekolah. Guna mencapai tujuan pembelajaran yang berkualitas maka peningkatan kompetensi dan profesionalitas guru harus selalu ditingkatkan. Kompetensi guru perlu ditingkatkan secara terprogram, berkelanjutan melalui berbagai sistem pembinaan profesi, sehingga dapat meningkatkan kemampuan guru tersebut.

Arikunto (2006: 239) menyatakan bahwa kompetensi profesional berarti

“Guru harus memiliki pengetahuan yang luas serta dalam tentang subject matter (bidang studi) yang akan diajarkan, serta penguasaan metodologi dalam arti memiliki pengetahuan konsep teoritik, mampu memilih metode yang tepat, serta mampu menggunakan dalam proses belajar mengajar”.

(30)

kemampuan guru dalam penguasaan terhadap materi pelajaran dan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran. Pengelolaan pembelajaran yang dimaksud adalah pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan pelaksanaan pembelajaran, penguasaan metode dan media pembelajaran serta penilaian hasil belajar.

Melihat keberadaan pendidik dalam proses pendidikan, substansinya kompetensi pendidik menduduki posisi strategis dalam menentukan kualitas pendidikan, sehingga pemenuhan kompetensi pendidik menjadi suatu yang harus diupayakan, seiring dengan dinamika tuntutan masyarakat yang dinamis, yang memiliki kebutuhan untuk berubah. Sadar terhadap kondisi tersebut dan tuntutan profesionalnya yang terus berkembang, maka pengembangan kompetensi pendidik perlu terus diupayakan dengan melalui berbagai tahapan secara berjenjang.

Menurut pendapat Martinis (2006: 7) bahwa:

“guru yang profesional harus memiliki persyaratan-persyaratan sebagai berikut a. Memiliki bakat sebagai guru; b. Memiliki keahlian sebagai guru; c. Memiliki keahlian yang baik dan terintegrasi; d. Memiliki mental yang sehat; e. Berbadan sehat; f. Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas; g. Guru adalah manusia berjiwa pancasila; h. Guru adalah seorang warga negara yang baik”.

(31)

penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuannya.

Menurut Usman (2006: 17) bahwa:

“kompetensi profesional secara spesifik dapat dilihat dari indikator-indikator sebagai berikut.

1) Menguasai landasan pendidikan, yaitu mengenal tujuan pendidikan, mengenal fungsi sekolah dan masyarakat, serta mengenal prinsip-prinsip psikologi pendidikan.

2) Menguasai bahan pengajaran, yaitu menguasai bahan pengajaran kurikulum pendidikan dasar dan menengah, menguasai bahan penghayatan.

3) Menyusun program pengajaran, yaitu menetapkan tujuan pembelajaran, memilih dan mengembangkan bahan pengajaran, memilih dan mengembangkan strategi belajar mengajar, memilih media

pembelajaran yang sesuai, memilih dan

memanfaatkan sumber belajar, melaksanakan

program pengajaran, menciptakan iklim belajar mengajar yang tepat, mengatur ruangan belajar, mengelola interaksi belajar mengajar.

4) Menilai hasil dan proses pembelajaran yang telah dilaksanakan.

Menurut Saiful (2007: 3), pengertian kompetensi profesional adalah “kemampuan atau kompetensi yang berhubungan dengan penyesuaian tugas-tugas keguruan. Kompetensi ini merupakan kompetensi yang sangat penting dan langsung berhubungan dengan kinerja yang ditampilkan”. Tingkat profesionalisme seorang guru dapat dilihat dari kompetensi sebagai berikut

1) Kemampuan untuk memahami landasan kependidikan

2) Pemahaman dalam bidang psikologi pendidikan, 3) Kemampuan dalam penguasaan materi pelajaran

(32)

4) Kemampuan merancang dan memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar,

5) Kemampuan dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran,

6) Kemampuan dalam menyusun program pembelajaran,

7) Kemampuan dalam melaksanakan penelitian dan berpikir ilmiah untuk meningkatkan kinerja.

Menurut Aqib (2002: 102) mengungkapkan sepuluh kemampuan dasar profesional

“ada sepuluh kemampuan dasar professional guru yaitu 1) kemampuan menguasai bahan pelajaran dan kurikulum sekolah; 2) mengelola program belajar mengajar; 3) mengelola kelas; 4) menggunakan media

sumber; 5) menguasai landasan-landasan

kependidikan; 6) mengelola interaksi belajar mengajar; 7) menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran; 8) mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan penyuluhan; 9) mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah; 10) memahami prinsip-prinsip dan mentafsirkan hasil-hasil penelitian pendidik guna keperluan pengajaran”.

Berdasarkan uraian-uraian diatas penulis berpendapat bahwa kompetensi profesional guru dapat diartikan sebagai kemampuan yang harus dimiliki sebagai dasar dalam melaksanakan tugas profesional yang bersumber dari pendidikan dan pengalaman yang diperoleh. Kompetensi profesional tersebut berupa kemampuan dalam memahami landasan kependidikan, kemampuan merencanakan proses pembelajaran, kemampuan melaksanakan proses pembelajaran, dan kemampuan mengevaluasi proses pembelajaran.

(33)

aspek utama yaitu: 1) menguasai landasan pendidikan, 2) menguasai bahan pengajaran, 3) menyusun program pengajaran, 4) menilai hasil dan proses pembelajaran yang telah dilaksanakan.

2.4.4. Supervisi Akademik Kunjungan Kelas untuk Peningkatan Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran

Menurut Mulyasa (2009: 111) Kepala sekolah merupakan pemimpin organisasi pendidikan di sekolah yang harus bertanggung jawab terhadap program pendidikan. Keberhasilan program pendidikan cenderung dipengaruhi oleh kepala sekolah sebagai pemimpin.

Salah satu tugas dan tanggung jawab Kepala sekolah dalam mewujudkan tercapainya tujuan program pendidikan adalah sebagai supervisor yaitu mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kependidikan. Salah satu supervisi yang bisa diterapkan oleh kepala sekolah adalah supervisi akademik teknik kunjungan kelas. Fokus utama model supervisi ini adalah pengawasan kepala sekolah pada guru dalam penyusunan perangkat pembelajaran dan pengawasan pengelolaan kelas oleh guru.

(34)

Kondisi pembelajaran yang kondusif sebagai sasaran utama guru profesional, yaitu sebagai dampak positif dari kompetensi profesional yang dimiliki oleh guru dalam pengelolaan pembelajaran. Oleh karena itu, program pelaksanaan supervisi akademik dengan teknik kunjungan kelas oleh kepala sekolah diasumsikan mampu meningkatkan kompetensi profesional guru dalam pengelolaan pembelajaran sehingga pembelajaran lebih optimal.

2.5. Penelitian Terdahulu

(35)

nilai rata-rata 89%. Implikasi hasil Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) melalui supervisi akademis dapat meningkatkan kinerja majelis guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran pada SDN 05 Puhun Pintu Kabun Kec. Mandiangin Koto Selayan kota Bukittinggi. Jadi penelitian Iskandar Hasan dan M. Azwir memiliki persamaan yaitu menggunakan model penelitian tindakan sekolah dimana mereka melaksanakan penelitian dengan 2 siklus. Hasil penelitian Iskandar Hasan digunakan untuk melihat seberapa besar peningkatan kompetensi guru dalam penyusunan RPP melalui pembinaan secara umum sesuai standar proses, sedangkan Azwir melihat seberapa besar peningkatan kinerja guru melalui pembinaan professional secara umum pada siklus 1 dan pembinaan individual sesuai kinerja guru pada siklus 2.

(36)

akademik oleh pengawas sekolah membutuhkan waktu yang lebih lama. Upaya yang dilakukan pengawas sekolah dinilai sudah cukup, namun tetap perlu ditingkatkan, kelemahan yang lain terletak pada frekuensi kunjungan pengawas sekolah yang dinilai belum optimal karena masih ada guru yang belum dikunjungi oleh pengawas sekolah.

Penelitian yang dilakukan beberapa peneliti diatas menunjukkan bahwa dengan adanya supervisi akademik terjadi peningkatan kinerja maupun profesionalisme guru dalam tugasnya sebagai pendidik.

Pada penelitian yang dilakukan penulis memfokuskan pada tindakan pembinaan indidual untuk meningkatkan profesionalisme guru dalam pembelajaran melalui supervisi kunjungan kelas oleh kepala sekolah yang diteliti mencakup perencanaan pembelajaran yang meliputi penyusunan RPP serta pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru di dalam kelas. Pembuatan RPP disesuaikan dengan visi misi, keadaan peserta didik serta sarana prasarana di sekolah. Supervisi ini diutamakan untuk mengefektifkan kegiatan supervisi yang selama ini belum terlaksana hingga tuntas dan difokuskan pada tindak lanjut yang selama ini belum terlaksana. Tindakan yang dilakukan berupa pembinaan dari kepala sekolah maupun dari guru pendamping.

2.6. Kerangka Berpikir

(37)

saing. Salah satu komponen penentunya adalah pengelolaan proses pembelajaran yang kondusif oleh tenaga edukatif secara profesional. Namun, tingkat profesionalisme guru juga tidak selamanya berada pada posisi yang stabil sebagaimana yang diharapkan sebagai pengelola pembelajaran. Tinggi rendahnya profesionalisme guru dalam sekolah masih dipengaruhi oleh berbagai faktor baik internal maupun eksternal. Salah satu faktor eksternal profesionalisme guru adalah kepemimpinan kepala sekolah dalam hal memberikan supervisi pada guru, seperti pelaksanaan supervisi akademik berupa kunjungan kelas. Supervisi kunjungan kelas ini bertujuan untuk memberikan bimbingan dan pengar ahan tentang keprofesionalan guru dalam pengelolaan pembelajaran. Hal ini diasumsikan kegiatan supervisi kunjungan kepala sekolah ini akan mampu mengkondisikan tingkat profesionalisme guru seperti di SMPN 2 Boja kecamatan Boja Kabupaten Kendal.

(38)

Gambar 2.3. Kerangka Berpikir

Penelitian yang digunakan penulis yaitu penelitian tindakan. Dalam penelitian tindakan ini penulis akan meneliti tentang kepemimpinan kepala sekolah dalam supervisi kunjungan kelas untuk meningkatkan profesionalisme guru. Supervisi yang dilakukan menyeluruh disertai pembinaan dan pendampingan ini diharapkan dapat memberi motivasi dan peningkatan kepercayaan diri guru.

2.7. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dari penelitian tindakan ini adalah bahwa tindak lanjut supervisi akademik kunjungan kelas dapat meningkatkan profesionalisme guru di SMPN 2 Boja Kabupaten Kendal.

Pr ofesionalisme gur u r endah

Faktor pendukung/ penghambat

Kepemimpinan kepala sekolah melalui super visi akademik

Peningkatan pr ofesionalisme

Gambar

Gambar tiga tujuan supervisi akademik yang dituliskan
Gambar 2.2. Teknik Supervisi
Gambar 2.3. Kerangka Berpikir

Referensi

Dokumen terkait

Program pembelajaran berterusan dalam latihan keselamatan seharusnya dirangka bagi memberikan input tambahan dan dalam usaha meningkatkan tahap keselamatan, mengurangkan

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, proses pengeboran pada sumur FZH- 10 trayek 12¼” menggunakan sistem sirkulasi lumpur Kla Shield (HPWBM) yang terdapat Ultrahib

Proses pembelajaran terpadu tersebut dapat menciptakan pemahaman yang utuh oleh siswa dalam mempelajari suatu pelajaran baik dari segi keilmuan sains dan juga

Sistem diagnostik kesulitan belajar fisika online adalah sebuah solusi yang akan meningkatkan kualitas pembelajaran fisika dengan pendekatan ke guru dan siswa secara

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan analisis spektral, analisis SHD dan SVD serta pemodelan 2D yang dikorelasikan dengan penampang seismik untuk mengetahui

Sedangkan yang dilaporkan oleh Kurniawan (2011) pemberian sumber nitrogen KNO3 dengan rasio C/N=10 pada medium mampu menghasilkan aktifitas protease paling tinggi

Pada proses pembelajaran digunakan aspek mengumpulkan data pengamatan yang terdiri dari empat deskriptor yaitu mengajukan hasil analisis sesuai dengan rumusan masalah, melihat

Meskipun tidak ada obat yang diketahui dapat menyembuhkan MS, studi klinis menunjukkan bahwa penyakit ini dapat diperlambat secara signifikan