commit to user i
ANALISIS WACANA
KUMPULAN GEGURITAN PAGELARAN
KARYA J.FX HOERY
(KAJIAN KOHESI)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah
Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret
Disusun oleh
Ika Dewi Murwantari C0107025
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user v
MOTTO
Hidupku adalah petualanganku ( Penulis)
Tak ada yang paling pandai dan paling bodoh di dunia ini karena setiap yang pandai bisa
commit to user vi
Karya sederhana ini kupersembahkan untuk
Bapak dan Ibu tercinta
Adikku Vina dan Arul yang tersayang
Sahabat dan teman dalam setiap
commit to user vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah peneliti panjatkan kepada Allah S.W.T atas rahmat dan
hidayahNya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Penyususn skripsi ini
merupakan tugas akhir dan sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar sarjana pada
Jurusan Sastra Daerah, Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Dalam penyusunan hingga terselesaikannya skripsi ini peneliti sadari bahwa banyak
hambatan atau kesulitan yang dihadapi, baik bersifat teoretik atau praktis. Dengan bekal
keyakinan yang kuat dan usaha yang tulus serta adanya dukungan dari berbagai pihak,
segala hambatan dan kesulitan dapat diatasi. Oleh karena itu, dengan kesadaran dan
kerendahan hati yang tulus, dalam kesempatan ini peneliti mengucapkan banyak
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.
1. Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa
yang telah memberikan kesempatan untuk menyususn skripsi ini.
2. Drs. Supardjo, M. Hum. selaku ketua jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan
Seni Rupa dan selaku pembimbing akademik yang telah memberi ijin kepada
peneliti untuk menyelesaikan skripsi.
3. Drs. Sri Supiyarno, M. A selaku pembimbing pertama yang dengan tekun, teliti
commit to user viii
4. Prof. Dr. H. Sumarlam, M. S selaku pembimbing kedua yang telah membantu
proses penyelesaian skripsi.
5. Bapak-bapak dan Ibu-ibu dosen jurusan Sastra Daerah, terimakasih atas ilmu
yang di berikan kepada peneliti.
6. Kedua orang tuaku yang sangat aku sayangi, terimakasih atas doa, motivasi, serta
nasihat-nasihatnya.
7. Kawan-kawan UKM Wiswakarman
8. Kawan-kawan angkatan 2007 (Astri, Dian, Iffa, Ilafi, Rara, Novi, Ucup, Wisnu,
Aris, Jampes, Puput) kenangan indah bersama kalian takkan pernah terlupakan.
9. Kawan-kawan sepermainan Indra, Donny, Say, Yani, Kethip, Aplek terimakasih
atas bantuan dan semangat yang kalian berikan kepadaku.
Semoga amal kebaikan dari semua pihak yang telah peneliti sebutkan diatas
mendapat balasan dari Allah S.W.T.
Peneliti menyadari bahwa dalam penyususnan skripsi ini masih jauh dari
sempurna, masih banyak kekurangan dan batasan ilmu. Oleh karena itu, peneliti berharap
kritik dan saran yang membangun guna penyempurnan skripsi ini. Semoga skripsi ini
dapat memberikan manfaat baik bagi penyususn secara pribadi atau pada pembaca pada
umumnya.
Surakarta,
commit to user ix
DAFTAR TANDA DAN SINGKATAN
Daftar Tanda
Cetak miring : Menandakan data tidak menggunakan bahasa
nasional
Cetak tebal : Menandakan data yang dianalisis
(Ø) : Menandakan pelesapan
’...’ : Gloss sebagai pengapit terjemahan
( ) : Tanda Kutipan
Daftar Singkatan
(AAP,II,8) : Geguritan Apa Abamu Panggurit bait ke 2 baris ke 8
AAP : Apa Abamu Panggurit
AB : Alun-alun Bojonegoro 1982
Ant : Antonimi
BWP : Ballada Wong-wong Pengeboran
CAP : Cumondhokmu ing Ati Papa
Ekv : Ekuivalensi
Elps : Elipsis
GP : Geguritan Pagelaran
Hip : Hiponimi
KG : Kali Grindulu
Kj : Konjungsi
commit to user x KP : Kidung Pambiwara
KSD : Kabar Saka Desa
M : Manunggal
N : Natal
PD : Pengacuan Demonstratif
PK : Pengacuan Komparatif
Pn : Panandhang
PP : Pengacuan Persona
Pr : Prasetya
PS : Prawan Sunthi
Pt : Pitakon
R An : Repetisi Anadiplosis
RA : Repetisi Anafora
RM : Repetisi Mesodiplosis
RT : Repetisi Tautotes
commit to user xi
DAFTAR ISI
JUDUL ... i
PERSETUJUAN ... ii
PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN ... iv
MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR TANDA DAN SINGKATAN... ix
DAFTAR ISI ... xi
INTISARI ... xxii
SARI PATHI... . xxiii
ABSTRACT... ... xxiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan Masalah ... 5
C. Rumusan Masalah ... 5
commit to user xii
E. Manfaat Penelitian ... 5
1. Manfaat Teoretis ... 5
2. Manfaat Praktis ... 6
F. Sistematika Penulisan ... 6
BAB II LANDASAN TEORI ... 8
A. Pengertian Wacana... 8
B. Jenis-jenis Wacana ... 10
C. Kohesi ... 14
1. Kohesi Gramatikal ... 14
a. Pengacuan... 14
1) Pengacuan Persona... 14
2) Pengacuan Demonstratif... 15
3) Pengacuan Komparatif ... 15
b. Penyulihan ... 15
c. Pelesapan ... 16
d. Perangkaian ... 16
2. Kohesi Leksikal ... 16
a. Repetisi ... 17
b. Sinonimi ... 17
c. Kolokasi ... . 18
d. Hiponimi ... 18
e. Antonimi ... 18
commit to user xiii
D. Geguritan Modern/Puisi ... 19
BAB III METODE PENELITIAN ... 21
A. Jenis Penelitian ... 21
B. Alat Penelitian ... 21
C. Data dan Sumber Data ... 21
D. Populasi dan Sampel ... 22
E. Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 23
F. Metode dan Teknik Analisis Data ... 24
G. Metode Penyajian Hasil Analisis Data... 26
BAB IV ANALISIS DATA ... 27
A. Analisis Kohesi... ... 27
1. Analisis Kohesi Gramatikal ... 27
a. Referensi ... 28
1) Pengacuan Persona ... 28
a) PP dalam Geguritan Kabar Saka Desa………... 28
b) PP dalam Geguritan Alun-alun Bojonegoro 1982… . 29 c) PP dalam Geguritan Tarub……… ... 31
d) PP dalam Geguritan Teleng……… ... 32
e) PP dalam Geguritan Prawan Sunthi………... 33
commit to user xiv
g) PP dalam Geguritan Sugeng Tindak Mitra……… 33
h) PP dalam Geguritan Slenca……… 34
i) PP dalam Geguritan Upethi……… 35
j) PP dalam Geguritan Apa Abamu Panggurit………….. 35
k) PP dalam Geguritan Prasetya……… 36
l) PP dalam Geguritan Tekamu……….. 37
m) PP dalam Geguritan Natal……… .. 38
n) PP dalam Geguritan Pitakon……… 39
o) PP dalam Geguritan Cumondhokmu ing Ati-ati Papa….. 39
p) PP dalam Geguritan Kidung Pambiwara……….. 40
2) Pengacuan Demonstratif ... 41
a) PD dalam Geguritan Kali Grindulu………. 41
b) PD dalam Geguritan Kabar Saka Desa…….. ... 41
c) PD dalam Geguritan Alun-Alun Bojonegoro 1982… .. 42
d) PD dalam Geguritan Tarub……… 43
e) PD dalam Geguritan Teleng………..……… 44
f) PD dalam Geguritan Prawan Sunthi ………. 44
g) PD dalam Geguritan Ballada Wong-wong Pengeboran… 45 h) PD dalam Geguritan Sugeng Tindak Mitra ... .. 45
commit to user xv
j) PD dalam geguritan Upethi……….. 46
k) PD dalam Geguritan Apa Abamu Panggurit……… 46
l) PD dalam Geguritan Prasetya……… 47
m) PD dalam geguritan Panandhang……… 47
n) PD dalam Geguritan Tekamu……….. 47
o) PD dalam Geguritan Natal……….. 48
p) PD dalam Geguritan Manunggal………. 49
q) PD dalam Geguritan Pitakon……… 49
r) PD dalam Geguritan Cumondhokmu Ing Ati-ati Papa… 49 s) PD dalam Geguritan Kidung Pambiwara………. 49
3) Pengacuan Komparatif ……….. 50
a) PK dalam Geguritan Teleng………. 50
b) PK dalam Geguritan Sugeng Tindak Mitra……… 51
b. Substitusi ………... 51
1) Sub dalam Geguritan Kabar Saka Desa……… 51
2) Sub dalam Geguritan Alun-alun Bojonegoro 1982…… 51
3) Sub dalam Geguritan Tarub……… 52
4) Sub dalam Geguritan Prawan Sunthi……… 52
5) Sub dalam Geguritan Sugeng Tindak Mitra……… 53
commit to user xvi
7) Sub dalam Geguritan Prasetya……… 53
8) Sub dalam Geguritan Tekamu……… 54
9) Sub dalam Geguritan Natal……… 54
c. Elipsis ……… 55
1) Elps dalam Geguritan Kabar Saka Desa……… 55
2) Elps dalam Geguritan Alun-alun Bojonegoro 1982…… 56
3) Elps dalam Geguritan Tarub……… 57
4) Elps dalam Geguritan Teleng……… 58
5) Elps dalam Geguritan Sugeng Tindak Mitra………… 59
6) Elps dalam Geguritan Slenca……….……… 60
7) Elps dalam Geguritan Apa Abamu Panggurit……….. 61
8) Elps dalam Geguritan Prasetya……… 63
9) Elps dalam geguritan Panandhang……… 65
10) Elps dalam Geguritan Natal……… 66
11) Elps dalam geguritan Cumondhokmu ing Ati-ati Papa… 67 12) Elps dalam geguritan Kidung Pambiwara……….. 69
d. Konjungsi ……….. 70
1) Kj dalam Geguritan Kali Grindulu……… 70
2) Kj dalam Geguritan Kabar Saka Desa……….. 71
commit to user xvii
4) Kj dalam Geguritan Tarub……… 72
5) Kj dalam Geguritan Teleng ……...……… 72
6) Kj dalam Geguritan Prawan Sunthi ………. 72
7) Kj dalam Geguritan Ballada Wong Wong Pengeboran… 72 8) Kj dalam Geguritan Sugeng Tindak Mitra……… 73
9) Kj dalam Geguritan Slenca……….……… 73
10) Kj dalam Geguritan Apa Abamu Panggurit……… 74
11) Kj dalam Geguritan Prasetya……… 74
12) Kj dalam geguritan Panandhang……… 75
13) Kj dalam geguritan Tekamu………. 75
14) Kj dalam Geguritan Natal………. 75
15) Kj dalam Geguritan Cumondhokmu ing Ati-ati Papa…. 76 16) Kj dalam Geguritan Kidung Pambiwara……… 76
2. Analisis Kohesi Leksikal ... 77
a. Repetisi ... 77
1) Repetisi Utuh ... 77
a) RU dalam Geguritan Upethi ... 77
b) RU dalam Geguritan Apa Abamu Panggurit ... 78
c) RU dalam Geguritan Prasetya ... 78
commit to user xviii
2) Repetisi Tautotes ... 79
a) RT dalam Geguritan Natal ... 79
3) Repetisi Anafora ... 79
a) RA dalam Geguritan Prawan Sunthi ... 79
b) RA dalam Geguritan Sugeng Tindak Mitra ... 80
c) RA dalam Geguritan Slenca ... 80
d) RA dalam Geguritan Upethi ... 81
e) RA dalam Geguritan Apa Abamu Panggurit ... 81
f) RA dalam Geguritan Prasetya ... 82
g) RA dalam Geguritan Cumondhokmu Ing Ati-ati Papa .... 83
h) RA dalam Geguritan Manunggal ... 84
4) Repetisi Mesodiplosis ……… 84
a) RM dalam Geguritan Tekamu………. 84
5) Repetisi Anadiplosis ………. 85
a) R An dalam Geguritan Kali Grindulu……… 85
b) R An dalam geguritan Apa Abamu Panggurit………… 85
b. Sinonimi ……… 85
1) Sin dalam Geguritan Alun-alun Bojonegoro 1982…… 85
2) Sin dalam Geguritan Tarub……… 86
3) Sin dalam Geguritan Ballada Wong Wong Pengeboran .. 86
commit to user xix
5) Sin dalam Geguritan Sugeng Tindak Mitra……… 87
6) Sin dalam Geguritan Apa Abamu Panggurit…………. 87
7) Sin dalam Geguritan Prasetya……… 88
8) Sin dalam Geguritan Natal……… 89
c. Antonimi ……… 89
1) Ant dalam Geguritan Kali Grindulu……… 90
2) Ant dalam Geguritan Ballada Wong Wong Pengeboran .. 90
3) Ant dalam Geguritan Sugeng Tindak Mitra……… 91
4) Ant dalam Geguritan Slenca………... 91
5) Ant dalam Geguritan Apa Abamu Panggurit…………. 91
6) Ant dalam Geguritan Prasetya……… 92
7) Ant dalam Geguritan Tekamu……… 92
8) Ant dalam Geguritan Natal……… 93
9) Ant dalam Geguritan Cumondhokmu ing Ati-ati Papa … 93
10) Ant dalam Geguritan Kidung Pambiwara……… 94
d. Kolokasi ………... 94
1) Kol dalam Geguritan Kali Grindulu……… 95
2) Kol dalam Geguritan Kabar Saka Desa……… 95
3) Kol dalam Geguritan Alun-alun Bojonegoro 1982…… 95
commit to user xx
5) Kol dalam Geguritan Teleng……… 96
6) Kol dalam Geguritan Prawan Sunthi……… 96
7) Kol dalam Geguritan Sugeng Tindak Mitra……… 96
8) Kol dalam Geguritan Prasetya……… 97
9) Kol dalam Geguritan Cumondhokmu Ing Ati-ati Papa… 97 e. Hiponimi ………. 98
1) Hip dalam Geguritan Tarub……… 98
2) Hip dalam Geguritan Ballada Wong Wong Pengeboran… 98 3) Hip dalam Geguritan Sugeng Tindak Mitra……… 98
f. Ekuivalensi ……….. 99
1) Ekv dalam Geguritan Kali Grindulu………. 99
2) Ekv dalam Geguritan Kabar Saka Desa……… 99
3) Ekv dalam Geguritan Tarub……… 100
4) Ekv dalam Geguritan Ballada Wong Wong Pengeboran… 100 5) Ekv dalam Geguritan Sugeng Tindak Mitra…………. 100
6) Ekv dalam Geguritan Prasetya……….. 100
7) Ekv dalam Geguritan Panandhang……… 101
8) Ekv dalam Geguritan Tekamu……… 102
9) Ekv dalam Geguritan Natal……… 102
commit to user xxi
BAB V PENUTUP ... 103
A.Simpulan ... 103
B.Saran ... 103
DAFTAR PUSTAKA ... 104
commit to user xxii
INTISARI
Ika Dewi Murwantari. C0107025. Analisis Wacana Kumpulan Geguritan
Pagelaran Karya J.F.X Hoery (Kajian Kohesi). Skripsi : Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah : (1) Bagaimanakah bentuk kohesi gramatikal wacana geguritan karya J.F.X Hoery? (2) Bagaimanakah bentuk kohesi leksikal wacana geguritan karya J.F.X Hoery?
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan bentuk kohesi gramatikal dan kohesi leksikal pada wacana geguritan bahasa Jawa..
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Data dalam penelitian ini adalah data tulis yang berupa beberapa geguritan yang telah dipilih oleh peneliti yang didalamnya terdapat penanda kohesi gramatikal dan kohesi leksikal dalam kumpulan geguritan karya J.F.X Hoery. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kumpulan geguritan “Pagelaran” karya J.F.X Hoery. Populasi penelitian ini adalah semua
tuturan dalam beberapa geguritan karya J.F.X Hoery cetakan pertama tahun 2003 yang telah dipilih oleh peneliti yang mengandung kohesi gramatikal dan kohesi leksikal yang terdapat pada sumber data. Sampel dalam penelitian ini adalah beberapa geguritan yang telah dipilih oleh peneliti yang mengandung kohesi leksikal dan kohesi gramatikal yang dapat mewakili poulasi. Pengumpulan data dilakukan dengan metode simak dan catat. Metode analisis data yang digunakan adalah metode distribusional. Metode distribusional dengan teknik dasar Bagi Unsur Langsung (BUL), dengan teknik lanjutan berupa teknik lesap. Adapun metode penyajian hasil analisis data menggunakan metode formal dan metode informal.
commit to user xxiii
SARI PATHI
Ika Dewi Murwantari. C0107025. Analisis Wacana Kumpulan Geguritan
“Pagelaran” Karya J.F.X Hoery (Kajian Kohesi). Skripsi : Jurusan Sastra Daerah
Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Pêrkawis ingkang dipunrêmbag wontên panalitèn inggih punika (1) Kados pundi
wujudipun kohesi gramatikal wonten ing wacana geguritan karya J.F.X Hoery ? (2)
Kados pundi wujudipun kohesi leksikal wontên ing wacana geguritan karya J.F.X Hoery?
Ancasipun panalitèn punika kanggé: (1) Ngandharakên wujudipun kohesi
gramatikal wonten ing wacana geguritan karya J.F.X Hoery, (2) Ngandharakên
wujudipun kohesi leksikal wontên ing wacana geguritan karya J.F.X Hoery.
Jênisipun panalitèn inggih punika deskriptif kualitatif . Data wontên panalitèn
mênika data tulis ingkang arupi wacana geguritan kang sampun dipunpilih ingkang
ngêmu kohesi gramatikal lan kohesi leksikal wontên ing kêmpalan gêguritan
”PAGELARAN” anggitanipun J.F.X Hoery. Sumber data ingkang dipunginakakên
wontên panalitèn inggih mênika kêmpalan gêguritan ”PAGELARAN” anggitanipun
J.F.X Hoery. Populasi panalitèn inggih punika sadaya ukara wujudipun wacana gêguritan
ingkang ngêmu kohesi gramatikal lan kohesi leksikal wontên sumber data. Sampel ing
panalitèn inggih punika ukara wujudipun wacana gêguritan ingkang ngêmu kohesi
gramatikal lan kohesi leksikal ingkang sagêd minangka wakil populasi. Pangêmpalipun
data metode simak kalihan catat. Metode analisis ingkang dipun ginakakên inggih
mênika metode distribusional kalajênganipun kalihan metode mênika, mila
dipunginakakên teknik dasar kagêm unsur langsung. Mênawi teknik lanjutanipun arupi
teknik lesap. Dene metode andharan asiling panaliten ngginakakên metode formal saha
informal.
Lêlandhêsan kasil analisis data saged ngasilakên dudutan kalajênganipun 1.)
wujud kohesi gramatikal wontên wacana geguritan sadaya bab (a) pengacuan (referensi),
(b) penyulihan (substitusi),(c) pelesapan (elipsis), lan (d) perangkaian (konjungsi).
2.) wujud kohesi leksikal (a) repetisi (pengulangan), (b) sinonimi (padan kata), (c)
kolokasi (sanding kata), (d) hiponimi (hubungan atas bawah), (e) antonimi (lawan kata)
commit to user xxiv
ABSTRACT
Ika Dewi Murwantari. C0107025. Analisis Wacana Kumpulan Geguritan
Pagelaran Karya J.F.X Hoery (Kajian Kohesi). Thesis: Department of Regional Literature Faculty of Literature and Fine Arts University of Sebelas Maret Surakarta.
Problems discussed in this study were (1) How grammatical forms of discourse cohesion Geguritan JFX work Hoery ? (2) how is the form of lexical cohesion discourse Geguritan work Hoery JFX?.
Purpose of this study is to describe the form of grammatical cohesion and lexical cohesion in the Java language Geguritan
This type of qualitative research is descriptive. The data in this study is the data written in the form of some Geguritan chosen by the researchers in which there are grammatical markers of cohesion and lexical cohesion in a collection of works Geguritan Hoery JFX. Source of data used in this study is a collection Geguritan "performances" by JFX Hoery. The study population was all speech within a few Geguritan JFX Hoery first printing works in 2003 which has been chosen by the researchers that contain grammatical cohesion and lexical cohesion are contained in the data source. The sample in this study are some of Geguritan chosen by the researchers that contain lexical cohesion and grammatical cohesion that can represent poulasi. The data was collected by the method see and record. Data analysis methods used are distributional methods. Distributional methods with basic techniques for Elements Direct (BUL), with advanced engineering techniques in the form disappeared. The method of presenting the results of data analysis using methods of formal and informal methods.
ANALISIS WACANA
2011. Thesis: Department of Regional Literature Faculty of Literature and Fine Arts University of Sebelas Maret Surakarta. Problems discussed in this study were (1) How grammatical forms of discourse cohesion Geguritan JFX work Hoery ? (2) how is the form of lexical cohesion discourse Geguritan work Hoery JFX?. Purpose of this study is to describe the form of grammatical cohesion and lexical cohesion in the Java language Geguritan This type of qualitative research is descriptive. The data in this study is the data written in the form of some Geguritan chosen by the researchers in which there are grammatical markers of cohesion and lexical cohesion in a collection of works Geguritan Hoery JFX. Source of data used in this study is a collection Geguritan "performances" by JFX Hoery. The study population was all speech within a few Geguritan JFX Hoery first printing works in 2003 which has been chosen by the researchers that contain grammatical cohesion and lexical cohesion are contained in the data source. The sample in this study are some of Geguritan chosen by the researchers that contain lexical cohesion and grammatical cohesion that can represent poulasi. The data was collected by the method see and record. Data analysis methods used are distributional methods. Distributional methods with basic techniques for Elements Direct (BUL), with advanced engineering
1
Mahasiswa Jurusan Sastra Daerah dengan NIM C0107025
2
Dosen Pembimbing I
3
Dosen Pembimbing II
techniques in the form disappeared. The method of presenting the results of data analysis using methods of formal and informal methods.
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa sebagai suatu sistem yang khas mampu menjembatani pikiran dan
perasaan manusia lainya. Begitu pula dengan bahasa Jawa yang merupakan
lambang identitas daerah dan juga sebagai alat komunikasi yang memegang
peranan penting dalam kehidupan masyarakat Jawa untuk mengadakan interaksi
dengan sesamanya dan yang menjadi buah pikiran maupun perasaannya. Wujud
bahasa sebagai alat komunikasi dapat berupa kata, frasa, klausa, dan kalimat.
Pada peristiwa komunikasi, bahasa berfungsi ideasional dan interpersonal.
Sedangkan untuk merealisasikan dan mewujudkan adanya wacana, bahasa
berfungsi tekstual. Dalam hal ini, para partisipan (penutur dan mitra-tutur,
pembicara dan mitra-bicara) berkomunikasi dan berinteraksi sosial melalui bahasa
dalam wujud konkret berupa wacana (lisan atau tulis) (Sumarlam, 2003:4).
Dengan adanya wacana untuk berkomunikasi dan melakukan interaksi sosial,
dapat ditegaskan bahwa fungsi tekstual pada hakikatnya merupakan sarana bagi
terlaksananya kedua fungsi lainnya, yaitu fungsi ideasional dan fungsi
interpersonal. Dalam fungsi tekstual, yang menjadi objek kajian penelitian ini
salah satu contohnya adalah dalam bentuk kajian geguritan (puisi).
Geguritan (puisi) merupakan hasil budi manusia yang dinyatakan dengan
bahasa dalam bentuk lisan atau tulis, dan mengandung keindahan. Keindahan
dalam puisi amatlah luas mungkin keindahan karena isi, bahasa atau unsur-unsur
commit to user
memahami daya bayang (imajinasi) pengarang yang menceritakan tentang sesuatu
yang mungkin pernah dialami atau yang pernah dilihat oleh pengarang.
Hal yang menarik hati peneliti untuk meneliti geguritan karena bahasa
yang singkat memberikan tantangan kepada peneliti untuk mengetahui maksud
dari geguritan yang diteliti. Karena mungkin saja geguritan yang dibuat penyair
berbeda penafsiran dengan peneliti.
Pagelaran merupakan kumpulan puisi yang diciptakan oleh J.FX Hoery
dan merupakan satu dari sekian banyak kumpulan geguritan yang telah
diterbitkan. Bahasa jawa dalam kumpulan geguritan karya J.FX Hoery kalau
dilihat dari tataran kebahasaan adalah wacana yang memiliki makna dan amanat
yang disampaikan kepada pembaca. Dalam kumpulan geguitan ini ada 190
geguritan yang telah diciptakan oleh penyair dan karya-karyanya itu telah terbit di
majalah-majalah berbahasa jawa seperti Panjebar Semangat, Kumandhang, Djaka
Lodang, Jaya Baya, Parikesit, dan Dharma Nyata.
Peneliti tertarik dengan karya J.FX Hoery karena geguritan-geguritan yang
terdapat didalam kumpulan geguritan Pagelaran bertemakan tentang kehidupan
sosial manusia, mulai dari masalah percintaan hingga masalah hubungan manusia
dengan penciptanya. Disamping itu juga banyak terdapat aspek kohesi gramatikal
dan kohesi leksikal pembentuk puisi yang sesuai dengan penelitian yang akan
dilakukan oleh peneliti.
Geguritan sebagai sebuah wacana dituntut adanya kekohesian informasi
dalam kalimat-kalimat yang berelasi satu sama lain. Penanda kohesi sebagai
bagian dari wacana bukan hanya berkedudukan sebagai alat penghubung unit
commit to user
dikatakan bahwa penanda kohesi berhubungan dengan aspek bentuk tetapi juga
berhubungan dengan aspek makna. Wacana kohesi akan membawa pengaruh pada
kejelasan hubungan antar satuan bentuk kebahasaan yang satu dengan yang lain,
sehingga ide dalam wacana dapat lebih terarah secara jelas dan utuh. Peranan dan
fungsi penanda kohesi secara formal yaitu sebagai alat penjalin keselarasan dan
kepaduan hubungan juga berimplikasi pada kelancaran pemahaman wacana.
Ketepatan penempatan dan penggunaan penanda kohesi pada sebuah wacana akan
menghindarkan gangguan salah tafsir bagi pembaca (penulis) maupun pendengar,
karena dengan ketepatan itu jalinan antar proposisi yang satu dengan yang lainnya
memiliki hubungan yang selaras.
Penanda kohesi yang terdapat dalam geguritan dibedakan menjadi dua
yaitu kohesi gramatikal dan kohesi leksikal. Contoh penanda kohesi gramatikal
pada geguritan bisa dilihat seperti berikut,
(1) selagine Ø sesalaman ajak prasetya ‘sewaktu Øbersalaman mengajak setia’
Pada tuturan di atas terjadi pelesapan subjek yaitu aku lan kowe ( aku =
J.F.X Hoery / panggurit dan kowe = sumitra / kawan).
Sedangkan penanda kohesi leksikal dalam geguritan dapat diamati dari
contoh berikut,
(2) Selagine sesalaman ajak prasetya
‘Sewaktu saling berjabat tangan mengajak janji’
(3) Ing langit mendhung gumandhul sumpah
‘Di langit yang mendung bergantung sumpah’
(4)Laku iki jangkah panuntut
commit to user
Terlihat pada tuturan di atas kata prasetya(janji) pada bersinonim dengan
kata sumpah(sumpah) pada, sedangkan pada tuturan kata laku (laku) bersinonim
dengan kata jangkah (langkah).
Penelitian tentang wacana telah banyak dilakukan dalam kaitanya dengan
pendekatan kohesi, diantaranya sebagai berikut,
1. Analisis Wacana Obrolan Rujak Cingur dan Warung Tegal
dalam Majalah Panjebar Semangat” ( Kajian Kohesi ) oleh Marningsih
(2009) sebuah skripsi yang membahas tentang bentuk penanda kohesi
leksikal maupun gramatikal dan tentang ke khasan kohesi gramatikal dan
leksikal.
2. Wacana Berita Bahasa Jawa di TVRI Semarang Jawa Tengah
( Kajian Kohesi dan Koherensi ) oleh Tri Suhartanti tahun 2004 berupa
skripsi hasil penelitian yang membahas tentang penanda kohesi dan
koherensi dalam berita Bahasa Jawa TVRI Semarang Jawa Tengah.
3. Analisis Wacana Puisi Jawa “Jaka Ijo & Tresnawulan” Karya
N. Sakdani Tinjauan dari Segi Konteks Kultural dan Situasi serta
Aspek Gramatikal dan Leksikal oleh Dr. H. Sumarlam, M. S.
Penelitian-penelitian yang pernah dilakukan tersebut diatas berfungsi
sebagai acuan bagi pemulis dan digunakan sebagai pembanding penanda wacana
pada wacana yang berbeda ragamnya.
Bedasarkan penelitian-penelitian tersebut, menunjukan bahwa penelitian
tentang análisis wacana kohesi yang terdapat dalam kumpulan geguritan
commit to user
Adapun penelitian ini di beri judul Analisis Wacana Kumpulan Geguritan
PAGELARAN Karya J.FX Hoery (Analisis Kohesi).
B. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dalam penelitian ini dilakukan agar penelitian
terfokus dan tidak keluar dari masalah yang akan dikaji. Adapun pembatasan
masalah dalam penelitian ini adalah pada analisis kohesi wacana geguritan, baik
dari kohesi gramatikal maupun kohesi leksikal.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah penelitian
sebagai berikut.
1. Bagaimanakah bentuk kohesi gramatikal wacana geguritan karya
J.F.XHoery?
2. Bagaimanakah bentuk kohesi leksikal wacana geguritan karya J.FX
Hoery ?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Mendeskripsikan bentuk kohesi gramatikal dalam wacana geguritan
karya J.FX Hoery.
2. Mendeskripsikan bentuk kohesi leksikal dalam wacana geguritan karya
J.FX Hoery.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Dapat digunakan sebagai salah satu acuan untuk mengkaji
commit to user
2. Manfaat Praktis
a. Dapat memberikan sumbangan materi pembelajaran tentang
deskripsi wacana geguritan bagi guru atau pengajar Bahasa Jawa
mengenai kajian wacana.
b. Dapat digunakan sebagai temuan materi baru yang berupa
penelitian kohesi gramatikal dan kohesi leksikal dalam geguritan.
c. Hasil penelitian ini dapat membantu pembaca dalam mengapresiasi
kohesi gramatikal dan kohesi leksikal wacana geguritan dari
sumber yang lain.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika Penulisan dalam penelitian ini meliputi lima bab yaitu sebagai
berikut,
Bab I Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah, pembatasan
masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan
sitematika penulisan.
Bab II Landasan Teori, yang meliputi pengertian wacana, jenis-jenis
wacana, pengertian puisi, pengertian kohesi meliputi kohesi gramatikal dan kohesi
leksikal.
Bab III Metode Penelitian, meliputi jenis penelitian, data dan sumber data,
alat penelitian, populasi dan sample, metode pengumpulan data, analisis data,
metode analisis data, metode penyajian hasil analisis.
Bab IV Analisis Data, mengenai kohesi gramatikal dan kohesi leksikal
Bab V Penutup, berisi simpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah
commit to user DAFTAR PUSTAKA
commit to user
8 BAB II
LANDASAN TEORI
Sarana bahasa yang digunakan pada wacana itu dibedakan menjadi dua,
yaitu bahasa lisan dan bahasa tulis. Bahasa lisan adalah bahasa yang diungkapkan
secara lisan. Bahasa tulis ialah bahasa yang dituliskan atau dicetak, berupa suatu
karangan. Dengan demikian, bahasa tulis dalam sebuah puisi merupakan bagisn
dari suatu karangan. Penelitian ini juga menggunakan puisi berbahasa Jawa tulis
(Ramlan 1993:1 dalam Titik Indiyastini 2005:2).
A. Pengertian Wacana
Secara etimologis, kata wacana berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti
„bacaan‟. Kata wacana di dalam bahasa Jawa Baru itu diserap secara utuh ke
dalam bahasa Indonesia yang berarti „komunikasi verbal, percakapan‟
(Wedhawati, 2006).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:1265) dinyatakan bahwa
wacana merupakan kelas kata benda (nomina) yang mempunyai arti: (a) ucapan,
perkataan, tuturan; (b) keseluruhan tutur yang merupakan suatu kesatuan; (c)
satuan bahasa terlengkap, realisasinya tampak pada bentuk karangan yang utuh,
seperti novel, buku, atau artikel.
Analisis wacana adalah salah satu altenatif dari analisis isi selain analisis
isi kuantitatif yang dominan dan banyak dipakai. Jika analisis kuantitatif lebih
menekankan pada pertanyaan “apa” (what), analisis wacana lebih melihat pada
“bagaimana” (how) dari pesan atau teks komunikasi. Melalui analisis wacana
commit to user
melihat bagaimana bangunan struktur kebahasaan yang meliputi kata, frase,
kalimat, dan lainnya, analisis wacana dapat melihat makna yang tersembunyi dari
suatu teks. (Eriyanto, 2001:xv)
Wacana adalah satuan bahasa terlengkap yang dinyatakan secara lisan
seperti cerpen, novel, buku, surat dan dokumen tertulis yang dilihat dari struktur
lahirnya(dari segi bentuk) bersifat kohesif, saling terkait dan dari struktur batinnya
(dari segi makna) bersifat koheren, terpadu (Sumarlam, 2009:15).
Jamess desse (1994:267) dalam karyanya Thought into Speech: the
Psychology of a language, seperti dikutip oleh Henry Guntur Tarigan (1987:25)
menyatakan bahwa wacana adalah seperangkat proposisi yang saling berhubungan
untuk menghasilkan suatu rasa kepaduan yang dirasakan oleh penyimak atau
pembaca harus muncul dari cara pengutaraan wacana itu.
Menurut Abdul Chaer (1994:267) wacana ditekankan pada satuan bahasa
terlengkap, sehingga dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal
tertinggi dan terbesar. Ada dua pokok dalam definisi ini yaitu wacana sebagai
satuan bahasa yang terlengkap berarti di dalam wacana terdapat konsep, gagasan,
pikiran atau ide pendengar (dalam wacana lisan) dan sebagai satuan gramatikal
tertinggi dan terbesar berarti wacana dibentuk dari kalimat-kalimat yang
memenuhi persyaratan gramatikal.
Pendapat Mulyana (2005: 1) menyatakan bahwa wacana merupakan unsur
kebahasaan yang relatif paling kompleks dan paling lengkap. Dalam batasan
tersebut Mulyana tidak sekedar memberikan definisi apa itu wacana, tetapi juga
menjelaskan bahwa keutuhan wacana harus mengandung aspek-aspek yang
commit to user
koherensi, topik wacana, aspek leksikal, aspek gramatikal, aspek fonologis dan
aspek semantis.(2005: 25-26).
Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka wacana dapat berarti wacana
merupakan hasil kreatifitas manusia yang ditiuangakan dalam bentuk tulisan yang
mempunyai keterkaitan hubungan secara kohesif dan koheren.
B. Jenis-jenis Wacana
Sumarlam (2003:15-21) mengklasifikasikan wacana menjadi beberapa
jenis menurut dasar pengklasifikasiannya. Klasifikasi jenis-jenis wacana yersebut
adalah sebagai berikut.
1. Berdasarkan bahasa yang dipakai sebagai sarana untuk mengungkapkannya,
wacana dapat diklasifikasikan menjadi :
a. Wacana bahasa nasional (Indonesia),yaitu wacana yang diungkapkan
dengan menggunakan bahasa Indonesia sebagai sarana pengantarnya.
b. Wacana bahasa lokal atau daerah (bahasa Jawa, Bali, Sunda, Madura,
dan sebagainya), yaitu wacana yang diungkapkan dengan menggunakan
bahasa lokal atau daerah sebagai sarana pengantarnya.
c. Wacana bahasa internasional (Inggris), yaitu wacana yang diungkapkan
dengan menggunakan bahasa inggris sebagai sarana pengantarnya.
d. Wacana bahasa lainya, seperti bahasa Belanda, Jerman, Perancis, dan
sebagainya, yaitu wacana yang diungkapkan dengan menngunakan
bahasa lainya.
2. Berdasarkan media yang digunakan maka wacana dapat dibedakan atas,
a. Wacana tulis artinya wacana yang disampaikan dengan bahasa tulis
commit to user
b. Wacana lisan, yaitu wacana yang disampaikan dengan bahasa lisan atau
media lisan
3. Beradasarkan sifat atau jenis pemakainya wacana dapat dibedakan antara lain,
a. Wacana monolog, yaitu wacana yang disampaikan oleh seorang diri
tanpa melibatkan orang lain untuk ikut berpartisipasi. Wacana monolog
sifatnya searah dan tidak interaktif.
b. Wacana dialog, yaitu wacana atau percakapan yang dilakukan oleh dua
orang atau lebih secara langsung. Wacana dialog bersifat dua arah dan
masing-masing pelaku secara aktif berperan dalam komunikasi tersebut
sehingga disebut komunikasi interaktif.
4. Berdasarkan bentuknya dapat diklasifikasikan menjadi tiga bentuk,
a. Wacana prosa, yaitu wacana yang disampaikan dalam bentuk prosa
(Jawa: gancaran). Wacana berbentuk prosa ini dapat berupa wacana
tulis atau lisan.
b. Wacana puisi, yaitu wacana yang disampaikan dalam bentuk puisi
(Jawa: geguritan). Wacana berbentuk puisi ini dapat nerupa wacana
tulis atau lisan.
c. Wacana drama, yaitu wacana yang disampaikan dalam bentuk drama,
dalam bentuk dialog, baik berupa wacana tulis maupun lisan.
5. Berdasarkan cara dan tujuan pemaparanya, dapat dibagi menjadi,
a. Wacana narasi atau wacana penceritaan, yaitu wacana yang
mementingkan urutan waktu, dituturkan oleh persona pertama atau
commit to user
dan seluruh bagiannya diikat secara kronologis, umumnya terdapat pada
berbagai fiksi.
b. Wacana deskripsi, yaitu wacana yang bertujuan melukiskan,
menggambarkan, atau memerikan sesuatu menurut apa adanya.
c. Wacana eksposisiatau wacana pembeberan yaitu wacana yang tidak
mementingkan waktu dan pelaku.
d. Wacana argumentasi yaitu wacana yang berisi ide atau gagasan yang
dilengkapi dengan data-data sebagai bukti, dan bertujuan meyakinkan
pembaca akan kebenaran ide dan gagasannya.
e. Wacana persuasi, yaitu wacana yang isinya bersifat ajakan atau nasihat,
biasanya ringkas dan menarik, serta bertujuan untuk mempenaruhi
secara kuat peda pembaca atau pendengar agar melakukan nasihat atau
ajaran tersebut.
6. Berdasarkan penyusunan isi dan sifatnya diklasifikasikan menjadi,
a. Wacana naratif, yaitu rangkaina tuturan yang mencerutakan atau
menyajikan suatu hal atau kejadian melalui penonjolan tokoh atau
pelaku (orang pertama tau orang ketiga) dengan maksud memperluas
pengetahuan pendengar atau penbaca. Kekuatan wacana ini terletak
pada urutan cerita berdasarkan waktu dan cara-cara bercerita yang
diatur melalui alur (plot).
b. Wacana ekspositorik, yaitu rangkaian tuturan yang bersifat
memaparkan suatu pokok pikiran. Pokok pikiran itu lebih dijelaskan
lagi dengan cara menyampaikan uraian bagian-bagian atau detilnya.
commit to user
terhadap sesuatu secara lebih jelas, mendalam, dan luas daripada
sekedar sebuah pertanyaan yang bersifat umum atau global. Wacana
ekspositorik ini hampir sama dengan wacana eksposisi yang telah
dijelaskan.
c. Wacana prosedural, yaitu rangkaian tuturan yang melukiskan sesuatu
secara berurutan yang tidak boleh dibolak-balik unsur-unsurnya karena
urgensi unsur terdahulu menjadi landasan unsur yang berikutnya.
d. Wacana hortatorik, yaitu tuturan yang isinya bersifat ajakan atau
nasihat, kadang-kadang tuturan itu bersifat memperkuat keputusan agar
lebih meyakinkan. Tokoh penting di dalamnya adalah orang. Wacana
ini hampir sama dengan wacana persuasif.
e. Wacana deskriptif, yaitu rangkaian tuturan yang memaparkan atau
melukiskan sesuatu, baik bertdasarkan pengalaman maupun
pengetahuan penuturnya. Tujuan yang ingin dicapai oleh wacana ini
adalah tercapainya pengamatan yang agak imajinatif terhadap sesuatu
sehingga pembaca atau pendengar merasakan seolah-olah ia sendiri
mengalami atau mengetahui secara langsung.
Dari penklasifikasian di atas maka wacana geguritan merupakan wacana
lokal yang menggunakan sarana bahasa Jawa, wacana geguritan berdasarkan
medianya termasuk wacana tulis karena disampaikan dengan bahasa tulisan atau
media tulis, wacana geguritan berdasarkan sifatnya merupakan wacana monolog
karena disampaikan oleh seorang diri tanpa melibatkan orang lain untuk ikut
commit to user C. Kohesi
Menurut Sumarlam (2003:23) hubungan bentuk (form) antar bagian
wacana disebut kohesi (cohesion). Mulyana (2005:26) menyataka bahwa kohesi
dalam wacana diartikan sebagai kepaduan bentuk secara struktural membentuk
ikatan sintaktikal.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian kohesi
adalah hubungan bentuk (form) antar wacana yang baik dan utuh yang
mensyaratkan kalimat-kalimat yang kohesif.
1. Kohesi Gramatikal
Kohesi gramatikal adalah analisis wacana yang dilihat dari segi bentuk
atau struktur lahir wacana. Kohesi gramatikal wacana berupa referensi, subtitusi,
elipsis, dan konjungsi.
a. Pengacuan (referensi)
Pengacuan (referensi) adalah salah satu jenis kohesi gramatikal
yang berupa satuan lingual tertentu dengan mengacu pada satuan lingual
lain (atau satuan acuan) yang mendahului atau mengikutinya. Satuan
lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain itu dapat berupa
persona (kata ganti orang), demonstratif (kata ganti penunjuk), dan
komparatif (satuan lingual yang berfungsi membandingkan antara unsur
yang satu dengan unsur lainnya).
1) Pengacuan Persona
Pengacuan persona direalisasikan melalui pronomina persona
(kata ganti orang), yang meliputi persona pertama (persona I),
commit to user
jamak. Pronomina persona I tunggal, II tunggal, dan III tunggal ada
yang berupa bentuk bebas (morfem bebas) dan ada pula yang
terikat (morfem terikat). Selanjutnya yang berupa bentuk terikat
ada yang melekat di sebelah kiri (lekat kiri) dan ada yang melekat
di sebelah kanan (lekat kanan).
2) Pengacuan Demonstratif
Pengacuan demonstratif (kata ganti penunjuk) dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu pengacuan waktu (temporal) dan
tempat (lokasional). Pengacuan demonstrativa waktu terdiri atas
waktu kini (, waktu lampau, waktu yang akan datang, dan waktu
netral. Adapun pengacuan tempat yaitu, dekat dengan penutur,
agak dekat, jauh, serta menunjuk secara eksplisit.
3) Pengacuan Komparatif
Pengacuan Komparatif (perbandingan) ialah salah satu jenis
kohesi gramatikal yang bersifat membandingkan dua hal atau lebih
yang mempunyai kemiripan atau kesamaan dari segi bentuk/wujud,
sikap, sifat, watak, perilaku, dan sebagainya. Kata-kata yang secara
umum digunakan untuk membandingkan.
b. Penyulihan (substitusi)
Substitusi adalah penggantian satuan lingual tertentu yang telah
disebut dengan satuan lingual yang lain. Dilihat dari segi satuan
lingualnya, substitusi dapat dibedakan menjadi substitusi nominal adalah
penggantian satuan lingual yang berkategori nomina (kata benda) dengan
commit to user
penggantian satuan lingual yang berkategori verba (kata kerja) dengan
satuan lingual lain yang juga berkategori verba, subtitusi frasal adalah
penggantian satuan lingual tertentu yang berupa kata atau frasa dengan
satuan lingual lain yang berupa frasa, dan klausal.
c. Pelesapan (ellipsis)
Pelesapan (ellipsis) adalah pelesapan satuan lingual tertentu yang
telah disebutkan sebelumnya. Unsur atau satuan yang dilesapkan dapat
berupa kata, frasa, klausa, atau kalimat. Adapun fungsi pelesapan dalam
wacana antara lain ialaha untuk (1) menghasilkan kalimat yang efektif
(untuk efektivitas kalimat), (2) efisiensi, yaitu untuk mencapai nilai
ekonomis dalam pemakaian bahasa, (3) mencapai aspek kepaduan wacana,
(4) bagi pembaca/pendengar berfungsi untuk mengaktifkan pikirannya
terhadap hal-hal yang tidak diungkapkan dalam satuan bahasa, dan (5)
untuk kepraktisan berbahasa terutama dalam berkomunikasi secara lisan.
d. Perangkaian (konjungsi)
Konjungsi yaitu salah satu kohesi gramatikal yang dilakukan dengan cara
menghubungkan unsur yang satu dengan yang lain. Unsur yang dirangkaikan
dapat berupa kata, frasa atau klausa, kalimat, paragraf.
2. Kohesi Leksikal
Kohesi Leksikal adalah alat pemandu kalimat-kalimat yang berupa sistem
leksikal, aspek leksikal diwujudkan dengan pengulangan, sinonimi, antonimi,
commit to user a. Repetisi (pengulangan)
Repetisi adalah pengulangan satuan lingual (bunyi, suku kata, kata, atau
bagian kalimat) yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah
konteks yang sesuai (Sumarlam, 2001:35). Berdasarkan tempat satuan lingual
yang diulang dalam baris, klausa atau kalimat, repetisi dapat dibedakan menjadi
delapan macam, yaitu repetisi epizeuksis, tautotes, anafora, epistrofa, simploke,
mesodiplosis, epanalepsis, dan anadiplosis (Keraf, 1994: 127-128)
b. Sinonimi (padan kata)
Sinonimi diartikan sebagai nama lain untuk benda atau hal yang sama;
atau ungkapan yang maknanya kurang lebih sama dengan ungkapan lain (Chaer
dalam Sumarlam 2003:39). Secara garis besar, kata-kata sinonim adalah kata-kata
yang sama artinya. Namun sebenarnya tidak ada dua kata yang seratus persen
bersinonim. Hal ini diungkapkan Keraf (1984:131) bahwa antara dua kata selalu
terdapat perbedaan, walaupun sedikit saja; entah perbedaan itu berupa perasaan
kata saja maupun perbedaan makna dan perbedaan lingkungan yang dapat
dimasukinya. Sinonimi merupakan salah satu aspek leksikal untuk mendukung
kepaduan wacana. Sinonimi berfungsi menjalin hubungan makna yang sepadan
antara satuan lingual tertentu dengan satuan lingual lain dalam wacana.
Berdasarkan wujud satuan lingualnya, sinonimi dapat dibedakan menjadi
lima macam yaitu, (1) sinonimi antara morfem (bebas) dengan morfem (terikat),
(2) kata dengan kata (3) kata dengan frase atau sebaliknya, (4) frasa dengan frasa,
commit to user c. Kolokasi (sanding kata)
Kolokasi atau sanding kata adalah asosiasi tertentu dalam menggunakan
pilihan kata yang cenderung digunakan secara berdampingan. Kata-kata yang
berkolokasi adalah kata-kata yang cenderung dipakai dalam satu domain atau
jaringan tertentu, misalnya dalam jaringan pendidikan akan digunakan kata-kata
yang berkaitan dengan masalah pendidikan dan orang-orang yang terlibat di
dalamnya. Kata-kata seperti guru, murid, buku, sekolah, pelajaran, dan alat tulis
misalnya, merupakan contoh kata-kata yang cenderung dipakai secara
berdampingan dalam domain sekolah atau jaringan pendidikan.
d. Hiponimi (hubungan atas-bawah)
Hiponimi (hubungan atas-bawah) diartikan sebagai satuan bahasa (kata,
frase, kalimat) yang maknanya dianggap merupakan bagian dari makna satuan
lingual yang lain. Unsur atau satuan lingual yang mencakupi beberapa unsur atau
satuan lingual yang berhiponim itu disebut ”hipernim” atau “superordinat”.
e. Antonimi (lawan kata)
Antonimi dapat diartikan sebagai nama lain untuk benda atau hal yang
lain; atau satuan lingual yang maknanya berlawanan atau beroposisi dengan
satuan lingual yang lain. Antonimi disebut juga oposisi makna. Pengertian oposisi
makna mencakup konsep yang betul-betul berlawanan sampai kepada yang hanya
kontras makna saja.
Berdasarkan sifatnya, oposisi makna dapat dibedakan menjadi lima
macam, yaitu oposisi mutlak, oposisi kutub, oposisi hubungan, oposisi hirarkial,
commit to user
aspek leksikal yang mampu mendukung kepaduan wacana secara semantis
(Sumarlam, 2003:40).
f. Ekuivalensi (kesepadanan atau paradigma)
Ekuivalensi adalah hubungan kesepadanan antara satuan lingual tertentu
dengan satuan lingual yang lain dalam sebuah paradigma. Dalam hal ini, sejumlah
kata hasil proses afiksasi dari morfem asal yang sama yang menunjukkan adanya
hubungan kesepadanan, misalnya hubungan makna antara kata membeli, dibeli,
membelikan, dibelikan,, dan pembeli, semuanya dibentuk dari bentuk asal yang
sama yaitu beli. Demikian pula belajar, mengajar, pelajar, pengajar, dan
pelajaran yang dibentuk dari bentuk asal ajar juga merupakan hubungan
ekuivalensi.
D. Geguritan Modern / Puisi
Puisi Jawa atau yang lebih dikenal dengan sebutan seni geguritan sekarang
tidak jauh berbeda dengan bentuk puisi modern sepeti yang kita kenal saat ini.
Pada umumnya isi dari geguritan tersebut adalah pandangan dari penulis geguritan
terhadap keadaan sosial masyarakat sekitar. Namun ada kalanya juga berisi
ungkapan cinta, harapan, keluhan dan lain-lain.
Geguritan adalah hasil karta sastra yang bahasanya pendek, berinti dan
indah. Geguritan berasal dari kata “gurit” yang berarti lagu atau tulisan.
Sedangkan geguritan disini berarti kumpulan lagu yang memiliki aturan yang
sudah ada yaitu :
1. jumlah gatra tidak tentu, tetapi selalu 4 gatra
2. setiap gatra guru lagu dan guru wilangan sama, runtut berdasarkan
commit to user
3. biasanya diawali dengan kata “sungegurit”
Geguritan ini termasuk puisi Jawa modern, karena tidak terikat aturan
seperti lagu. Geguritan biasanya tercipta karena adanya ilham atau inspirasi.
Geguritan adalah wujud karya sastra yang bersifat pribadi, maka geguritan ciptaan
satu dan satunya berbeda. Inpirasi yang ada dipikiran penyair selanjutnya diolah
supaya menjadi geguritan yang seperti diinginkan penyair. Oleh karena itu,
geguritan itu bahasanya terlihat indah, dapat menggunakan purwakanthi
dwipurwa, seselan dll.
1. pendek yaitu tidak menggunakan bahasa yang panjang lebar
2. inti yaitu kata mempunyai makna yang berarti
3. indah karena terdapat purwakanthi guru swara, sastra, maupun basa
commit to user
21 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Untuk mencapai deskriptif
kualitatif ada tiga tahapan strategi penelitian bahasa yaitu (1) tahap pengumpulan
data, (2) tahap analisis data, (3) tahap penyajian hasil data.
B. Alat Penelitian
Alat penelitian meliputi alat utama dan alat bantu. Alat utama penelitian
adalah peneliti itu sendiri. Disebut alat utama karena alat tersebut yang paling
dominan dalam dominan dalam penelitian khususnya dalam pencarian data,
Sedangkan alat bantu penelitian berupa bolpoint, pensil, kertas, komputer, dan
buku-buku acuan.
C. Data dan Sumber Data
Data adalah fenomena lingual khusus yang mengandung dan berkaitan
langsung dengan masalah yang dimaksud (Sudaryanto, 1992:5). Data dalam
penelitian ini adalah data tulis berupa 190 geguritan yang telah diciptakan oleh
penyair yang di dalamnya terdapat penanda kohesi gramatikal dan kohesi leksikal
dalam kumpulan geguritan karya J.FX Hoery.
Sumber data adalah penghasil atau pencipta bahasa sekaligus yang
pencipta atau penghasil data tersebut, biasa disebut dengan narasumber
(Sudaryanto, 1990:35). Sumber data yang diambil dalam penelitian ini adalah
commit to user D. Populasi dan Sampel
Populasi adalah objek penelitian. Dalam penelitian linguistik populasi
pada umumnya keseluruhan individu dari segi-segi tertentu bahasa. Adapun
populasi dalam penelitian ini adalah semua tuturan dalam 19 geguritan karya
J.FX Hoery cetakan pertama tahun 2003 yang terpilih oleh peneliti.
Sampel adalah sebagian dari populasi yang dijadikan objek penelitian
langsung. Sampel hendaknya mewakili atau dianggap mewakili populasi secara
keseluruhan. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode
acak, yang kemudian dianggap dapat mewakili semua populsi. Sampel dalam
penelitian ini adalah geguritan yang mengandung kohesi gramatikal dan kohesi
leksikal. Adapun sampel yang dimaksud adalah:
1. Geguritan no. 1 berjudul “Kali Grindulu” Panjebar Semangat tahun
1971
2. Geguritan no.11 berjudul “Kabar Saka Desa” Dharma Nyata Maret
tahun 1976
3. Geguritan no.21 berjudul “Alun-alun Bojonegoro 1982” Jayabaya
Februari 1983
4. Geguritan no.31 berjudul “Tarub” Panjebar Semangat 25 April 1987
5. Geguritan no.41 berjudul “Teleng” Panjebar Semangat 27 November
1993
6. Geguritan no.51 berjudul “Prawan Sunthi” Dharma Nyata April 1974
7. Geguritan no.61 berjudul “Ballada Wong-wong Pengeboran”
commit to user
8. Geguritan no.71 berjudul “Sugeng Tindak Mitra” Djaka Lodang 7
Mei 1988
9. Geguritan no.81 berjudul “Slenca” Jayabaya 24 Oktober 1993
10. Geguritan no.91 berjudul “Upeti” Kumandhang 1973
11. Geguritan no.101 berjudul “Apa Abamu Panggurit” Kumandang Juni
1976
12. Geguritan no.111 berjudul “Prasetya” Bojonegoro 1982
13. Geguritan no.121 berjudul “Panandhang” Padangan – Bojonegoro
akhir tahun 1988
14. Geguritan no.131 berjudul “Tekamu” Panjebar Semangat 2
September 1995
15. Geguritan no.141 berjudul “Natal” Dharma Nyata Desember 1976
16. Geguritan no.151 berjudul “Manunggal” Panjebar Semangat 5 Juli
1986
17. Geguritan no.161 berjudul “Pitakon” Panjebar Semangat 3 Mret
1989
18. Geguritan no.171 berjudul “CumondhokMu Ing Ati Papa” Desember
1991
19. Geguritan no.181 berjudul “Kidung Pambiwara” Bojonegoro akir
tahun 1997
E. Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini mengikuti prosedur yang digunakan Sudaryanto (1988:57),
commit to user
Pada tahap pengumpulan data dilakukan penghimpunan dan pengklasifikasian
data dengan menggunakan metode simak yang diikuti oleh teknik catat.
F. Metode dan Teknik Analisis Data
Pada tahap analisis data dilakukan penelaahan data terhadap yang telah
diklasifikasi. Dari tahap analisis data bertujuan untuk mengetahui bentuk penanda
kohesi gramatikal dan kohesi leksikal dalam geguritan
Lebih lanjut dapat dijelaskan bahwa metode penelitian yang dipakai adalah
metode distribusional. Metode distribusional atau metode agih menurut
Sudaryanto, yaitu menganalisis sistem bahasa atau keseluruhan kaidah yang
bersifat mengatur di dalam bahasa berdasarkan perilaku atau ciri-ciri khas
kebahasaan satuan-satuan lingual tertentu. Teknik yang digunakan ialah teknik bagi
unsur langsung (BUL). Teknik lanjutan berupa teknik lesap. Adapun contoh penerapan
adalah sebagai berikut dari segi kohesi gramatikal,
(5)Marga donyaku lan donyamu padha „karena duniaku dan duniamu sama‟
Pada tuturan diatas terdapat konjungsi marga “karena” yang merupakan
hubungan kausalitas yang menyatakan makna sebab akibat, konjungsi tersebut
menjelaskan bahwa karena dunia pengarang dan sumitra (kawan/ pembaca ) sama,
maka menyebabkan pengarang menulis geguritan yang diambil dari hati sumitra
itu. Sedang konjungsi lan “dan” pada tuturan diatas, menyatakan makna
penambahan/ adiktif, yang berfungsi menghubungkan secara setara/ koordinatif
antara klausa yang berada disebelah kirinya dengan klausa yang mengandung kata
lan“dan” itu sendiri.
Pada data diatas selanjutnya diuji dengan teknik BUL, yaitu wacana dibagi
commit to user
(5a) Marga // donyaku lan donyamu padha
‟karenaduniaku dan duniamu sama‟
Unsur langsung pada kalimat tersebut adalah ”marga” dan ”donyaku lan
donyamu padha”, terdapat jeda diantara kedua unsur langsung, tahap berikutnya
adalah menentukan unsur langsung dari kontruksi ”donyaku lan donyamu padha”.
Ada beberapa kemungkinan untuk memperlihatkan keabsahan satuan-satuan
gramatikal yang berkemungkinan untuk memberikan jeda diantaranya menjadi
donyaku lan donyamu // padha; atau donyaku lan // donyamu padha; atau
donyaku // lan donyamu padha.
Berdasarkan pertimbangan kepaduan semantik ”donyaku lan donyamu”
lebih padu dan berdasarkan pemenggalan jedanya lebih mendukung karena
konjungsi lan ‟dan‟ berfungsi sebagai penghubung secara setara/koordinatif antar
kata.
Kemudian data diatas diuji dengan teknik lesap untuk mengetahui kadar
keintian unsur yang dilesapkan (Sudaryanto, 1992:42)
(5b) donyaku Ø donyamu padha
‟duniaku Ø duniamu sama‟
Hasil analisis pada data diatas diuji dengan teknik lesap ternyata pada kata
lan ‟dan‟ wajib hadir karena apabila kata itu dilesapkan tidak terlihat
pengabungan kata secara koordinatif.
Contoh penerapan dari segi kohesi leksikal,
(5c) Marga donyaku lan donyamu padha
commit to user
Dari kata diatas merupakan antonimi atau lawan kata yaitu kata donyamu
„duniamu‟ dan donyaku „duniaku‟ yang beroposisi hubungan antara duniaku dan
duniamu.
Unsur langsung pada kalimat tersebut adalah ”marga” dan ”donyaku lan
donyamu padha”, terdapat jeda diantara kedua unsur langsung, tahap berikutnya
adalah menentukan unsur langsung dari kontruksi ”donyaku lan donyamu padha”.
Ada beberapa kemungkinan untuk memperlihatkan keabsahan yang
berkemungkinan untuk memberikan jeda diantaranya menjadi donyaku lan
donyamu // padha; atau donyaku lan // donyamu padha; atau donyaku // lan
donyamu padha.
Berdasarkan pertimbangan kepaduan semantik ”donyaku lan donyamu”
lebih padu dan berdasarkan pemenggalan jedanya lebih mendukung.
G. Metode Penyajian Hasil Data
Penyajian hasil analisis menggunakan metode formal dan informal.
Metode formal adalah metode penyajian hasil analisis dengan menggunakan
lambang atau tanda-tanda, sedangkan metode informal yaitu metode penyajian
hasil analisis data dengan menggunakan kata-kata biasa atau sederhana agar
commit to user
27
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Analisis Kohesi
Yang pertama akan dibahas adalah pemanfaatan kohesi dalam wacana
kumpulan geguritan karya J.F.X. Hoery. Pendekatan kohesi ini terdiri atas kohesi
gramatikal yang berkaitan dengan segi bentuk sebagai struktur lahir bahasa.
Penanda kohesi gramatikal ini terdiri atas empat jenis, yaitu: pengacuan
(referensi), penyulihan (substitusi), pelesapan (ellipsis), serta perangkaian
(conjunction).
Di samping keempat jenis kohesi gramatikal di atas, terdapat kohesi
leksikal, yaitu hubungan antarunsur dalam wacana secara semantik. Kohesi
leksikal ini terdiri atas: pengulangan (repetisi), padan kata (sinonimi), lawan kata
(antonimi), sanding kata (kolokasi), hubungan atas-bawah (hiponimi), serta
kesepadanan atau paradigma (ekuivalensi).
1. Analisis Kohesi Gramatikal
Dalam wacana GP banyak terdapat pemarkah aspek gramatikal yang
berfungsi mendukung kepaduan atau kekohesifan sebuah wacana. Penanda aspek
gramatikal itu ialah: pengacuan (referensi), penyulihan (substitusi), pelesapan
(ellipsis), serta perangkaian (conjunction). Penerapan analisis wacana geguritan
commit to user a. Referensi
Pengacuan (referensi) adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang
berupa satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain (atau satuan
acuan) yang mendahului atau mengikutinya.
1) Pengacuan Persona
Pengacuan yang berupa pronomina persona dapat dilihat pada wacana di
bawah ini:
a) PP dalam Geguritan Kabar Saka Desa
(6) Daktampa kabar saka desa (KSD,I,1)
(9) Marga ing lurung iki nate dakprepegi (KSD,I,15)
‟karena di lorong ini pernah saya temui‟
Pemakaian unsur dak-, pada satuan lingual daktampa „saya terima‟ (6)
merupakan referensi (pengacuan) pronomina persona pertama tunggal bentuk
terikat lekat kiri, dengan realitas yang diacu berpindah-pindah, tergantung pada
siapa penuturnya, dalam geguritan diatas satuan lingual dak- mengacu pada
pengarang yaitu J.FX Hoery, ini merupakan jenis kohesi gramatikal eksofora
karena acuannya berada di luar teks. Hal yang sama juga terjadi pada pemakaian
unsur dak-, pada satuan lingual dakprepegi„saya temui‟ (9).
Pemakaian unsur –mu, pada satuan lingual pangrasamu „perasaanmu‟ (7)
commit to user
terikat lekat kanan yang mengacu pada pembaca, merupakan jenis kohesi
pengacuan eksofora.
Unsur –ku , pada satuan lingual bumiku „bumiku‟ (8) merupakan
pengacuan pronominal persona pertama tunggal bentuk terikat lekat kanan dengan
realitas yang diacu berpindah-pindah tergantung siapa penuturnya, jika disini
mengacu pada pengarang J.FX Hoery. Yang merupakan jenis kohesi gramatikal
pengacuan eksofora.
b) PP dalam Geguritan Alun-Alun Bojonegoro 1982
(10) Aku ora ngerti karepmu Nimas
(AB,I,1)
„saya tidak mengerti keinginanmu Nimas‟
(11) Apa atimu ora kabukak kanggo aprasetya
(AB,I,2)
„apa hatimu tidak terbuka untuk kesetyaan‟
(12) Panggrahitaku kadhung tumangsang ing panyawang (AB,I,3)
„pikiranku terlanjur tergantung dipandangan‟
(13) Nalika aku midak plataran kang kapisan
(AB,I,4)
„ketika aku pertama kali menginjak halaman‟
(14) Nalikane akuaweh salam “kula nuwun”
(AB,I,8)
„ketika aku memberi salam permisi‟
(15) Aku ora kuwawa njajagi sedyamu, Nimas
(AB,II,1)
„aku tidak kuasa menduga kesediaanmu Nimas‟
(16) Apa mangsa kang nguyak kadhewasanmu
(AB,II,2)
„apa zaman yang mengejar kedewasaanmu‟
(17) Nalika aku bali aweh prasapa
(AB,II,3)
commit to user
(18) Wedhak pupurmu pratanda gorehing ati
(AB,II,4)
„bedakmu pertanda terlukanya hati‟
(19) Aku ora keduga miyak warana ing dhadhamu (AB,II,3)
„aku tidak menduga membuka sekat di dadamu‟
(20) Ing ngendi kapribadenmu? (AB,III,5)
„dimana kepribadianmu? „
(21) Nalika daktampa salam pangiring ”sugeng tindak”
(AB,III,8)
„ketika saya terima salam pengiring sugeng tindak
Pemakaian unsur dak-, pada satuan lingual daktampa „saya terima‟ (21)
merupakan referensi (pengacuan) pronomina persona pertama tunggal bentuk
terikat lekat kiri, dengan realitas yang diacu berpindah-pindah, tergantung pada
siapa penuturnya, dalam geguritan diatas satuan lingual dak- mengacu pada
pengarang yaitu J.FX Hoery, ini merupakan jenis kohesi gramatikal eksofora.
Unsur –mu, pada satuan lingual karepmu „keinginanmu‟ (10), atimu
„hatimu‟ (11), sedyamu „kesediaanmu‟ (15), kadhewasanmu „kedewasaanmu‟
(16), pupurmu „bedakmu‟ (18), dhadhamu „dadamu‟ (19) dan kapribadhenmu
„kepribadianmu‟ (20) merupakan referensi (pengacuan) pronomina persona kedua
tunggal bentuk terikat lekat kanan yang mengacu pada Nimas, merupakan jenis
kohesi pengacuan endofora.
Unsur –ku , pada satuan lingual panggrahitaku „pikiranku‟ (12)
merupakan pengacuan pronomina persona pertama tunggal bentuk terikat lekat
kanan dengan realitas yang diacu berpindah-pindah tergantung siapa penuturnya,
jika disini mengacu pada pengarang J.FX Hoery. Yang merupakan jenis kohesi