• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Wacana Kumpulan Geguritan Pagelaran Karya J.Fx Hoery (Kajian Kohesi)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Analisis Wacana Kumpulan Geguritan Pagelaran Karya J.Fx Hoery (Kajian Kohesi)"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user i

ANALISIS WACANA

KUMPULAN GEGURITAN PAGELARAN

KARYA J.FX HOERY

(KAJIAN KOHESI)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Disusun oleh

Ika Dewi Murwantari C0107025

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)
(3)
(4)
(5)

commit to user v

MOTTO

Hidupku adalah petualanganku ( Penulis)

Tak ada yang paling pandai dan paling bodoh di dunia ini karena setiap yang pandai bisa

(6)

commit to user vi

Karya sederhana ini kupersembahkan untuk

Bapak dan Ibu tercinta

Adikku Vina dan Arul yang tersayang

Sahabat dan teman dalam setiap

(7)

commit to user vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah peneliti panjatkan kepada Allah S.W.T atas rahmat dan

hidayahNya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Penyususn skripsi ini

merupakan tugas akhir dan sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar sarjana pada

Jurusan Sastra Daerah, Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Dalam penyusunan hingga terselesaikannya skripsi ini peneliti sadari bahwa banyak

hambatan atau kesulitan yang dihadapi, baik bersifat teoretik atau praktis. Dengan bekal

keyakinan yang kuat dan usaha yang tulus serta adanya dukungan dari berbagai pihak,

segala hambatan dan kesulitan dapat diatasi. Oleh karena itu, dengan kesadaran dan

kerendahan hati yang tulus, dalam kesempatan ini peneliti mengucapkan banyak

terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.

1. Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa

yang telah memberikan kesempatan untuk menyususn skripsi ini.

2. Drs. Supardjo, M. Hum. selaku ketua jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan

Seni Rupa dan selaku pembimbing akademik yang telah memberi ijin kepada

peneliti untuk menyelesaikan skripsi.

3. Drs. Sri Supiyarno, M. A selaku pembimbing pertama yang dengan tekun, teliti

(8)

commit to user viii

4. Prof. Dr. H. Sumarlam, M. S selaku pembimbing kedua yang telah membantu

proses penyelesaian skripsi.

5. Bapak-bapak dan Ibu-ibu dosen jurusan Sastra Daerah, terimakasih atas ilmu

yang di berikan kepada peneliti.

6. Kedua orang tuaku yang sangat aku sayangi, terimakasih atas doa, motivasi, serta

nasihat-nasihatnya.

7. Kawan-kawan UKM Wiswakarman

8. Kawan-kawan angkatan 2007 (Astri, Dian, Iffa, Ilafi, Rara, Novi, Ucup, Wisnu,

Aris, Jampes, Puput) kenangan indah bersama kalian takkan pernah terlupakan.

9. Kawan-kawan sepermainan Indra, Donny, Say, Yani, Kethip, Aplek terimakasih

atas bantuan dan semangat yang kalian berikan kepadaku.

Semoga amal kebaikan dari semua pihak yang telah peneliti sebutkan diatas

mendapat balasan dari Allah S.W.T.

Peneliti menyadari bahwa dalam penyususnan skripsi ini masih jauh dari

sempurna, masih banyak kekurangan dan batasan ilmu. Oleh karena itu, peneliti berharap

kritik dan saran yang membangun guna penyempurnan skripsi ini. Semoga skripsi ini

dapat memberikan manfaat baik bagi penyususn secara pribadi atau pada pembaca pada

umumnya.

Surakarta,

(9)

commit to user ix

DAFTAR TANDA DAN SINGKATAN

Daftar Tanda

Cetak miring : Menandakan data tidak menggunakan bahasa

nasional

Cetak tebal : Menandakan data yang dianalisis

(Ø) : Menandakan pelesapan

’...’ : Gloss sebagai pengapit terjemahan

( ) : Tanda Kutipan

Daftar Singkatan

(AAP,II,8) : Geguritan Apa Abamu Panggurit bait ke 2 baris ke 8

AAP : Apa Abamu Panggurit

AB : Alun-alun Bojonegoro 1982

Ant : Antonimi

BWP : Ballada Wong-wong Pengeboran

CAP : Cumondhokmu ing Ati Papa

Ekv : Ekuivalensi

Elps : Elipsis

GP : Geguritan Pagelaran

Hip : Hiponimi

KG : Kali Grindulu

Kj : Konjungsi

(10)

commit to user x KP : Kidung Pambiwara

KSD : Kabar Saka Desa

M : Manunggal

N : Natal

PD : Pengacuan Demonstratif

PK : Pengacuan Komparatif

Pn : Panandhang

PP : Pengacuan Persona

Pr : Prasetya

PS : Prawan Sunthi

Pt : Pitakon

R An : Repetisi Anadiplosis

RA : Repetisi Anafora

RM : Repetisi Mesodiplosis

RT : Repetisi Tautotes

(11)

commit to user xi

DAFTAR ISI

JUDUL ... i

PERSETUJUAN ... ii

PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR TANDA DAN SINGKATAN... ix

DAFTAR ISI ... xi

INTISARI ... xxii

SARI PATHI... . xxiii

ABSTRACT... ... xxiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 5

(12)

commit to user xii

E. Manfaat Penelitian ... 5

1. Manfaat Teoretis ... 5

2. Manfaat Praktis ... 6

F. Sistematika Penulisan ... 6

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

A. Pengertian Wacana... 8

B. Jenis-jenis Wacana ... 10

C. Kohesi ... 14

1. Kohesi Gramatikal ... 14

a. Pengacuan... 14

1) Pengacuan Persona... 14

2) Pengacuan Demonstratif... 15

3) Pengacuan Komparatif ... 15

b. Penyulihan ... 15

c. Pelesapan ... 16

d. Perangkaian ... 16

2. Kohesi Leksikal ... 16

a. Repetisi ... 17

b. Sinonimi ... 17

c. Kolokasi ... . 18

d. Hiponimi ... 18

e. Antonimi ... 18

(13)

commit to user xiii

D. Geguritan Modern/Puisi ... 19

BAB III METODE PENELITIAN ... 21

A. Jenis Penelitian ... 21

B. Alat Penelitian ... 21

C. Data dan Sumber Data ... 21

D. Populasi dan Sampel ... 22

E. Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 23

F. Metode dan Teknik Analisis Data ... 24

G. Metode Penyajian Hasil Analisis Data... 26

BAB IV ANALISIS DATA ... 27

A. Analisis Kohesi... ... 27

1. Analisis Kohesi Gramatikal ... 27

a. Referensi ... 28

1) Pengacuan Persona ... 28

a) PP dalam Geguritan Kabar Saka Desa………... 28

b) PP dalam Geguritan Alun-alun Bojonegoro 1982… . 29 c) PP dalam Geguritan Tarub……… ... 31

d) PP dalam Geguritan Teleng……… ... 32

e) PP dalam Geguritan Prawan Sunthi………... 33

(14)

commit to user xiv

g) PP dalam Geguritan Sugeng Tindak Mitra……… 33

h) PP dalam Geguritan Slenca……… 34

i) PP dalam Geguritan Upethi……… 35

j) PP dalam Geguritan Apa Abamu Panggurit………….. 35

k) PP dalam Geguritan Prasetya……… 36

l) PP dalam Geguritan Tekamu……….. 37

m) PP dalam Geguritan Natal……… .. 38

n) PP dalam Geguritan Pitakon……… 39

o) PP dalam Geguritan Cumondhokmu ing Ati-ati Papa….. 39

p) PP dalam Geguritan Kidung Pambiwara……….. 40

2) Pengacuan Demonstratif ... 41

a) PD dalam Geguritan Kali Grindulu………. 41

b) PD dalam Geguritan Kabar Saka Desa…….. ... 41

c) PD dalam Geguritan Alun-Alun Bojonegoro 1982… .. 42

d) PD dalam Geguritan Tarub……… 43

e) PD dalam Geguritan Teleng………..……… 44

f) PD dalam Geguritan Prawan Sunthi ………. 44

g) PD dalam Geguritan Ballada Wong-wong Pengeboran… 45 h) PD dalam Geguritan Sugeng Tindak Mitra ... .. 45

(15)

commit to user xv

j) PD dalam geguritan Upethi……….. 46

k) PD dalam Geguritan Apa Abamu Panggurit……… 46

l) PD dalam Geguritan Prasetya……… 47

m) PD dalam geguritan Panandhang……… 47

n) PD dalam Geguritan Tekamu……….. 47

o) PD dalam Geguritan Natal……….. 48

p) PD dalam Geguritan Manunggal………. 49

q) PD dalam Geguritan Pitakon……… 49

r) PD dalam Geguritan Cumondhokmu Ing Ati-ati Papa… 49 s) PD dalam Geguritan Kidung Pambiwara………. 49

3) Pengacuan Komparatif ……….. 50

a) PK dalam Geguritan Teleng………. 50

b) PK dalam Geguritan Sugeng Tindak Mitra……… 51

b. Substitusi ………... 51

1) Sub dalam Geguritan Kabar Saka Desa……… 51

2) Sub dalam Geguritan Alun-alun Bojonegoro 1982…… 51

3) Sub dalam Geguritan Tarub……… 52

4) Sub dalam Geguritan Prawan Sunthi……… 52

5) Sub dalam Geguritan Sugeng Tindak Mitra……… 53

(16)

commit to user xvi

7) Sub dalam Geguritan Prasetya……… 53

8) Sub dalam Geguritan Tekamu……… 54

9) Sub dalam Geguritan Natal……… 54

c. Elipsis ……… 55

1) Elps dalam Geguritan Kabar Saka Desa……… 55

2) Elps dalam Geguritan Alun-alun Bojonegoro 1982…… 56

3) Elps dalam Geguritan Tarub……… 57

4) Elps dalam Geguritan Teleng……… 58

5) Elps dalam Geguritan Sugeng Tindak Mitra………… 59

6) Elps dalam Geguritan Slenca……….……… 60

7) Elps dalam Geguritan Apa Abamu Panggurit……….. 61

8) Elps dalam Geguritan Prasetya……… 63

9) Elps dalam geguritan Panandhang……… 65

10) Elps dalam Geguritan Natal……… 66

11) Elps dalam geguritan Cumondhokmu ing Ati-ati Papa… 67 12) Elps dalam geguritan Kidung Pambiwara……….. 69

d. Konjungsi ……….. 70

1) Kj dalam Geguritan Kali Grindulu……… 70

2) Kj dalam Geguritan Kabar Saka Desa……….. 71

(17)

commit to user xvii

4) Kj dalam Geguritan Tarub……… 72

5) Kj dalam Geguritan Teleng ……...……… 72

6) Kj dalam Geguritan Prawan Sunthi ………. 72

7) Kj dalam Geguritan Ballada Wong Wong Pengeboran… 72 8) Kj dalam Geguritan Sugeng Tindak Mitra……… 73

9) Kj dalam Geguritan Slenca……….……… 73

10) Kj dalam Geguritan Apa Abamu Panggurit……… 74

11) Kj dalam Geguritan Prasetya……… 74

12) Kj dalam geguritan Panandhang……… 75

13) Kj dalam geguritan Tekamu………. 75

14) Kj dalam Geguritan Natal………. 75

15) Kj dalam Geguritan Cumondhokmu ing Ati-ati Papa…. 76 16) Kj dalam Geguritan Kidung Pambiwara……… 76

2. Analisis Kohesi Leksikal ... 77

a. Repetisi ... 77

1) Repetisi Utuh ... 77

a) RU dalam Geguritan Upethi ... 77

b) RU dalam Geguritan Apa Abamu Panggurit ... 78

c) RU dalam Geguritan Prasetya ... 78

(18)

commit to user xviii

2) Repetisi Tautotes ... 79

a) RT dalam Geguritan Natal ... 79

3) Repetisi Anafora ... 79

a) RA dalam Geguritan Prawan Sunthi ... 79

b) RA dalam Geguritan Sugeng Tindak Mitra ... 80

c) RA dalam Geguritan Slenca ... 80

d) RA dalam Geguritan Upethi ... 81

e) RA dalam Geguritan Apa Abamu Panggurit ... 81

f) RA dalam Geguritan Prasetya ... 82

g) RA dalam Geguritan Cumondhokmu Ing Ati-ati Papa .... 83

h) RA dalam Geguritan Manunggal ... 84

4) Repetisi Mesodiplosis ……… 84

a) RM dalam Geguritan Tekamu………. 84

5) Repetisi Anadiplosis ………. 85

a) R An dalam Geguritan Kali Grindulu……… 85

b) R An dalam geguritan Apa Abamu Panggurit………… 85

b. Sinonimi ……… 85

1) Sin dalam Geguritan Alun-alun Bojonegoro 1982…… 85

2) Sin dalam Geguritan Tarub……… 86

3) Sin dalam Geguritan Ballada Wong Wong Pengeboran .. 86

(19)

commit to user xix

5) Sin dalam Geguritan Sugeng Tindak Mitra……… 87

6) Sin dalam Geguritan Apa Abamu Panggurit…………. 87

7) Sin dalam Geguritan Prasetya……… 88

8) Sin dalam Geguritan Natal……… 89

c. Antonimi ……… 89

1) Ant dalam Geguritan Kali Grindulu……… 90

2) Ant dalam Geguritan Ballada Wong Wong Pengeboran .. 90

3) Ant dalam Geguritan Sugeng Tindak Mitra……… 91

4) Ant dalam Geguritan Slenca………... 91

5) Ant dalam Geguritan Apa Abamu Panggurit…………. 91

6) Ant dalam Geguritan Prasetya……… 92

7) Ant dalam Geguritan Tekamu……… 92

8) Ant dalam Geguritan Natal……… 93

9) Ant dalam Geguritan Cumondhokmu ing Ati-ati Papa … 93

10) Ant dalam Geguritan Kidung Pambiwara……… 94

d. Kolokasi ………... 94

1) Kol dalam Geguritan Kali Grindulu……… 95

2) Kol dalam Geguritan Kabar Saka Desa……… 95

3) Kol dalam Geguritan Alun-alun Bojonegoro 1982…… 95

(20)

commit to user xx

5) Kol dalam Geguritan Teleng……… 96

6) Kol dalam Geguritan Prawan Sunthi……… 96

7) Kol dalam Geguritan Sugeng Tindak Mitra……… 96

8) Kol dalam Geguritan Prasetya……… 97

9) Kol dalam Geguritan Cumondhokmu Ing Ati-ati Papa… 97 e. Hiponimi ………. 98

1) Hip dalam Geguritan Tarub……… 98

2) Hip dalam Geguritan Ballada Wong Wong Pengeboran… 98 3) Hip dalam Geguritan Sugeng Tindak Mitra……… 98

f. Ekuivalensi ……….. 99

1) Ekv dalam Geguritan Kali Grindulu………. 99

2) Ekv dalam Geguritan Kabar Saka Desa……… 99

3) Ekv dalam Geguritan Tarub……… 100

4) Ekv dalam Geguritan Ballada Wong Wong Pengeboran… 100 5) Ekv dalam Geguritan Sugeng Tindak Mitra…………. 100

6) Ekv dalam Geguritan Prasetya……….. 100

7) Ekv dalam Geguritan Panandhang……… 101

8) Ekv dalam Geguritan Tekamu……… 102

9) Ekv dalam Geguritan Natal……… 102

(21)

commit to user xxi

BAB V PENUTUP ... 103

A.Simpulan ... 103

B.Saran ... 103

DAFTAR PUSTAKA ... 104

(22)

commit to user xxii

INTISARI

Ika Dewi Murwantari. C0107025. Analisis Wacana Kumpulan Geguritan

Pagelaran Karya J.F.X Hoery (Kajian Kohesi). Skripsi : Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah : (1) Bagaimanakah bentuk kohesi gramatikal wacana geguritan karya J.F.X Hoery? (2) Bagaimanakah bentuk kohesi leksikal wacana geguritan karya J.F.X Hoery?

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan bentuk kohesi gramatikal dan kohesi leksikal pada wacana geguritan bahasa Jawa..

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Data dalam penelitian ini adalah data tulis yang berupa beberapa geguritan yang telah dipilih oleh peneliti yang didalamnya terdapat penanda kohesi gramatikal dan kohesi leksikal dalam kumpulan geguritan karya J.F.X Hoery. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kumpulan geguritan “Pagelaran” karya J.F.X Hoery. Populasi penelitian ini adalah semua

tuturan dalam beberapa geguritan karya J.F.X Hoery cetakan pertama tahun 2003 yang telah dipilih oleh peneliti yang mengandung kohesi gramatikal dan kohesi leksikal yang terdapat pada sumber data. Sampel dalam penelitian ini adalah beberapa geguritan yang telah dipilih oleh peneliti yang mengandung kohesi leksikal dan kohesi gramatikal yang dapat mewakili poulasi. Pengumpulan data dilakukan dengan metode simak dan catat. Metode analisis data yang digunakan adalah metode distribusional. Metode distribusional dengan teknik dasar Bagi Unsur Langsung (BUL), dengan teknik lanjutan berupa teknik lesap. Adapun metode penyajian hasil analisis data menggunakan metode formal dan metode informal.

(23)

commit to user xxiii

SARI PATHI

Ika Dewi Murwantari. C0107025. Analisis Wacana Kumpulan Geguritan

“Pagelaran” Karya J.F.X Hoery (Kajian Kohesi). Skripsi : Jurusan Sastra Daerah

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pêrkawis ingkang dipunrêmbag wontên panalitèn inggih punika (1) Kados pundi

wujudipun kohesi gramatikal wonten ing wacana geguritan karya J.F.X Hoery ? (2)

Kados pundi wujudipun kohesi leksikal wontên ing wacana geguritan karya J.F.X Hoery?

Ancasipun panalitèn punika kanggé: (1) Ngandharakên wujudipun kohesi

gramatikal wonten ing wacana geguritan karya J.F.X Hoery, (2) Ngandharakên

wujudipun kohesi leksikal wontên ing wacana geguritan karya J.F.X Hoery.

Jênisipun panalitèn inggih punika deskriptif kualitatif . Data wontên panalitèn

mênika data tulis ingkang arupi wacana geguritan kang sampun dipunpilih ingkang

ngêmu kohesi gramatikal lan kohesi leksikal wontên ing kêmpalan gêguritan

”PAGELARAN” anggitanipun J.F.X Hoery. Sumber data ingkang dipunginakakên

wontên panalitèn inggih mênika kêmpalan gêguritan ”PAGELARAN” anggitanipun

J.F.X Hoery. Populasi panalitèn inggih punika sadaya ukara wujudipun wacana gêguritan

ingkang ngêmu kohesi gramatikal lan kohesi leksikal wontên sumber data. Sampel ing

panalitèn inggih punika ukara wujudipun wacana gêguritan ingkang ngêmu kohesi

gramatikal lan kohesi leksikal ingkang sagêd minangka wakil populasi. Pangêmpalipun

data metode simak kalihan catat. Metode analisis ingkang dipun ginakakên inggih

mênika metode distribusional kalajênganipun kalihan metode mênika, mila

dipunginakakên teknik dasar kagêm unsur langsung. Mênawi teknik lanjutanipun arupi

teknik lesap. Dene metode andharan asiling panaliten ngginakakên metode formal saha

informal.

Lêlandhêsan kasil analisis data saged ngasilakên dudutan kalajênganipun 1.)

wujud kohesi gramatikal wontên wacana geguritan sadaya bab (a) pengacuan (referensi),

(b) penyulihan (substitusi),(c) pelesapan (elipsis), lan (d) perangkaian (konjungsi).

2.) wujud kohesi leksikal (a) repetisi (pengulangan), (b) sinonimi (padan kata), (c)

kolokasi (sanding kata), (d) hiponimi (hubungan atas bawah), (e) antonimi (lawan kata)

(24)

commit to user xxiv

ABSTRACT

Ika Dewi Murwantari. C0107025. Analisis Wacana Kumpulan Geguritan

Pagelaran Karya J.F.X Hoery (Kajian Kohesi). Thesis: Department of Regional Literature Faculty of Literature and Fine Arts University of Sebelas Maret Surakarta.

Problems discussed in this study were (1) How grammatical forms of discourse cohesion Geguritan JFX work Hoery ? (2) how is the form of lexical cohesion discourse Geguritan work Hoery JFX?.

Purpose of this study is to describe the form of grammatical cohesion and lexical cohesion in the Java language Geguritan

This type of qualitative research is descriptive. The data in this study is the data written in the form of some Geguritan chosen by the researchers in which there are grammatical markers of cohesion and lexical cohesion in a collection of works Geguritan Hoery JFX. Source of data used in this study is a collection Geguritan "performances" by JFX Hoery. The study population was all speech within a few Geguritan JFX Hoery first printing works in 2003 which has been chosen by the researchers that contain grammatical cohesion and lexical cohesion are contained in the data source. The sample in this study are some of Geguritan chosen by the researchers that contain lexical cohesion and grammatical cohesion that can represent poulasi. The data was collected by the method see and record. Data analysis methods used are distributional methods. Distributional methods with basic techniques for Elements Direct (BUL), with advanced engineering techniques in the form disappeared. The method of presenting the results of data analysis using methods of formal and informal methods.

(25)

ANALISIS WACANA

2011. Thesis: Department of Regional Literature Faculty of Literature and Fine Arts University of Sebelas Maret Surakarta. Problems discussed in this study were (1) How grammatical forms of discourse cohesion Geguritan JFX work Hoery ? (2) how is the form of lexical cohesion discourse Geguritan work Hoery JFX?. Purpose of this study is to describe the form of grammatical cohesion and lexical cohesion in the Java language Geguritan This type of qualitative research is descriptive. The data in this study is the data written in the form of some Geguritan chosen by the researchers in which there are grammatical markers of cohesion and lexical cohesion in a collection of works Geguritan Hoery JFX. Source of data used in this study is a collection Geguritan "performances" by JFX Hoery. The study population was all speech within a few Geguritan JFX Hoery first printing works in 2003 which has been chosen by the researchers that contain grammatical cohesion and lexical cohesion are contained in the data source. The sample in this study are some of Geguritan chosen by the researchers that contain lexical cohesion and grammatical cohesion that can represent poulasi. The data was collected by the method see and record. Data analysis methods used are distributional methods. Distributional methods with basic techniques for Elements Direct (BUL), with advanced engineering

1

Mahasiswa Jurusan Sastra Daerah dengan NIM C0107025

2

Dosen Pembimbing I

3

Dosen Pembimbing II

techniques in the form disappeared. The method of presenting the results of data analysis using methods of formal and informal methods.

(26)

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa sebagai suatu sistem yang khas mampu menjembatani pikiran dan

perasaan manusia lainya. Begitu pula dengan bahasa Jawa yang merupakan

lambang identitas daerah dan juga sebagai alat komunikasi yang memegang

peranan penting dalam kehidupan masyarakat Jawa untuk mengadakan interaksi

dengan sesamanya dan yang menjadi buah pikiran maupun perasaannya. Wujud

bahasa sebagai alat komunikasi dapat berupa kata, frasa, klausa, dan kalimat.

Pada peristiwa komunikasi, bahasa berfungsi ideasional dan interpersonal.

Sedangkan untuk merealisasikan dan mewujudkan adanya wacana, bahasa

berfungsi tekstual. Dalam hal ini, para partisipan (penutur dan mitra-tutur,

pembicara dan mitra-bicara) berkomunikasi dan berinteraksi sosial melalui bahasa

dalam wujud konkret berupa wacana (lisan atau tulis) (Sumarlam, 2003:4).

Dengan adanya wacana untuk berkomunikasi dan melakukan interaksi sosial,

dapat ditegaskan bahwa fungsi tekstual pada hakikatnya merupakan sarana bagi

terlaksananya kedua fungsi lainnya, yaitu fungsi ideasional dan fungsi

interpersonal. Dalam fungsi tekstual, yang menjadi objek kajian penelitian ini

salah satu contohnya adalah dalam bentuk kajian geguritan (puisi).

Geguritan (puisi) merupakan hasil budi manusia yang dinyatakan dengan

bahasa dalam bentuk lisan atau tulis, dan mengandung keindahan. Keindahan

dalam puisi amatlah luas mungkin keindahan karena isi, bahasa atau unsur-unsur

(27)

commit to user

memahami daya bayang (imajinasi) pengarang yang menceritakan tentang sesuatu

yang mungkin pernah dialami atau yang pernah dilihat oleh pengarang.

Hal yang menarik hati peneliti untuk meneliti geguritan karena bahasa

yang singkat memberikan tantangan kepada peneliti untuk mengetahui maksud

dari geguritan yang diteliti. Karena mungkin saja geguritan yang dibuat penyair

berbeda penafsiran dengan peneliti.

Pagelaran merupakan kumpulan puisi yang diciptakan oleh J.FX Hoery

dan merupakan satu dari sekian banyak kumpulan geguritan yang telah

diterbitkan. Bahasa jawa dalam kumpulan geguritan karya J.FX Hoery kalau

dilihat dari tataran kebahasaan adalah wacana yang memiliki makna dan amanat

yang disampaikan kepada pembaca. Dalam kumpulan geguitan ini ada 190

geguritan yang telah diciptakan oleh penyair dan karya-karyanya itu telah terbit di

majalah-majalah berbahasa jawa seperti Panjebar Semangat, Kumandhang, Djaka

Lodang, Jaya Baya, Parikesit, dan Dharma Nyata.

Peneliti tertarik dengan karya J.FX Hoery karena geguritan-geguritan yang

terdapat didalam kumpulan geguritan Pagelaran bertemakan tentang kehidupan

sosial manusia, mulai dari masalah percintaan hingga masalah hubungan manusia

dengan penciptanya. Disamping itu juga banyak terdapat aspek kohesi gramatikal

dan kohesi leksikal pembentuk puisi yang sesuai dengan penelitian yang akan

dilakukan oleh peneliti.

Geguritan sebagai sebuah wacana dituntut adanya kekohesian informasi

dalam kalimat-kalimat yang berelasi satu sama lain. Penanda kohesi sebagai

bagian dari wacana bukan hanya berkedudukan sebagai alat penghubung unit

(28)

commit to user

dikatakan bahwa penanda kohesi berhubungan dengan aspek bentuk tetapi juga

berhubungan dengan aspek makna. Wacana kohesi akan membawa pengaruh pada

kejelasan hubungan antar satuan bentuk kebahasaan yang satu dengan yang lain,

sehingga ide dalam wacana dapat lebih terarah secara jelas dan utuh. Peranan dan

fungsi penanda kohesi secara formal yaitu sebagai alat penjalin keselarasan dan

kepaduan hubungan juga berimplikasi pada kelancaran pemahaman wacana.

Ketepatan penempatan dan penggunaan penanda kohesi pada sebuah wacana akan

menghindarkan gangguan salah tafsir bagi pembaca (penulis) maupun pendengar,

karena dengan ketepatan itu jalinan antar proposisi yang satu dengan yang lainnya

memiliki hubungan yang selaras.

Penanda kohesi yang terdapat dalam geguritan dibedakan menjadi dua

yaitu kohesi gramatikal dan kohesi leksikal. Contoh penanda kohesi gramatikal

pada geguritan bisa dilihat seperti berikut,

(1) selagine Ø sesalaman ajak prasetya ‘sewaktu Øbersalaman mengajak setia’

Pada tuturan di atas terjadi pelesapan subjek yaitu aku lan kowe ( aku =

J.F.X Hoery / panggurit dan kowe = sumitra / kawan).

Sedangkan penanda kohesi leksikal dalam geguritan dapat diamati dari

contoh berikut,

(2) Selagine sesalaman ajak prasetya

‘Sewaktu saling berjabat tangan mengajak janji’

(3) Ing langit mendhung gumandhul sumpah

‘Di langit yang mendung bergantung sumpah’

(4)Laku iki jangkah panuntut

(29)

commit to user

Terlihat pada tuturan di atas kata prasetya(janji) pada bersinonim dengan

kata sumpah(sumpah) pada, sedangkan pada tuturan kata laku (laku) bersinonim

dengan kata jangkah (langkah).

Penelitian tentang wacana telah banyak dilakukan dalam kaitanya dengan

pendekatan kohesi, diantaranya sebagai berikut,

1. Analisis Wacana Obrolan Rujak Cingur dan Warung Tegal

dalam Majalah Panjebar Semangat” ( Kajian Kohesi ) oleh Marningsih

(2009) sebuah skripsi yang membahas tentang bentuk penanda kohesi

leksikal maupun gramatikal dan tentang ke khasan kohesi gramatikal dan

leksikal.

2. Wacana Berita Bahasa Jawa di TVRI Semarang Jawa Tengah

( Kajian Kohesi dan Koherensi ) oleh Tri Suhartanti tahun 2004 berupa

skripsi hasil penelitian yang membahas tentang penanda kohesi dan

koherensi dalam berita Bahasa Jawa TVRI Semarang Jawa Tengah.

3. Analisis Wacana Puisi Jawa “Jaka Ijo & Tresnawulan” Karya

N. Sakdani Tinjauan dari Segi Konteks Kultural dan Situasi serta

Aspek Gramatikal dan Leksikal oleh Dr. H. Sumarlam, M. S.

Penelitian-penelitian yang pernah dilakukan tersebut diatas berfungsi

sebagai acuan bagi pemulis dan digunakan sebagai pembanding penanda wacana

pada wacana yang berbeda ragamnya.

Bedasarkan penelitian-penelitian tersebut, menunjukan bahwa penelitian

tentang análisis wacana kohesi yang terdapat dalam kumpulan geguritan

(30)

commit to user

Adapun penelitian ini di beri judul Analisis Wacana Kumpulan Geguritan

PAGELARAN Karya J.FX Hoery (Analisis Kohesi).

B. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dalam penelitian ini dilakukan agar penelitian

terfokus dan tidak keluar dari masalah yang akan dikaji. Adapun pembatasan

masalah dalam penelitian ini adalah pada analisis kohesi wacana geguritan, baik

dari kohesi gramatikal maupun kohesi leksikal.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah penelitian

sebagai berikut.

1. Bagaimanakah bentuk kohesi gramatikal wacana geguritan karya

J.F.XHoery?

2. Bagaimanakah bentuk kohesi leksikal wacana geguritan karya J.FX

Hoery ?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Mendeskripsikan bentuk kohesi gramatikal dalam wacana geguritan

karya J.FX Hoery.

2. Mendeskripsikan bentuk kohesi leksikal dalam wacana geguritan karya

J.FX Hoery.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Dapat digunakan sebagai salah satu acuan untuk mengkaji

(31)

commit to user

2. Manfaat Praktis

a. Dapat memberikan sumbangan materi pembelajaran tentang

deskripsi wacana geguritan bagi guru atau pengajar Bahasa Jawa

mengenai kajian wacana.

b. Dapat digunakan sebagai temuan materi baru yang berupa

penelitian kohesi gramatikal dan kohesi leksikal dalam geguritan.

c. Hasil penelitian ini dapat membantu pembaca dalam mengapresiasi

kohesi gramatikal dan kohesi leksikal wacana geguritan dari

sumber yang lain.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika Penulisan dalam penelitian ini meliputi lima bab yaitu sebagai

berikut,

Bab I Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah, pembatasan

masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

sitematika penulisan.

Bab II Landasan Teori, yang meliputi pengertian wacana, jenis-jenis

wacana, pengertian puisi, pengertian kohesi meliputi kohesi gramatikal dan kohesi

leksikal.

Bab III Metode Penelitian, meliputi jenis penelitian, data dan sumber data,

alat penelitian, populasi dan sample, metode pengumpulan data, analisis data,

metode analisis data, metode penyajian hasil analisis.

Bab IV Analisis Data, mengenai kohesi gramatikal dan kohesi leksikal

Bab V Penutup, berisi simpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah

(32)

commit to user DAFTAR PUSTAKA

(33)

commit to user

8 BAB II

LANDASAN TEORI

Sarana bahasa yang digunakan pada wacana itu dibedakan menjadi dua,

yaitu bahasa lisan dan bahasa tulis. Bahasa lisan adalah bahasa yang diungkapkan

secara lisan. Bahasa tulis ialah bahasa yang dituliskan atau dicetak, berupa suatu

karangan. Dengan demikian, bahasa tulis dalam sebuah puisi merupakan bagisn

dari suatu karangan. Penelitian ini juga menggunakan puisi berbahasa Jawa tulis

(Ramlan 1993:1 dalam Titik Indiyastini 2005:2).

A. Pengertian Wacana

Secara etimologis, kata wacana berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti

„bacaan‟. Kata wacana di dalam bahasa Jawa Baru itu diserap secara utuh ke

dalam bahasa Indonesia yang berarti „komunikasi verbal, percakapan‟

(Wedhawati, 2006).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:1265) dinyatakan bahwa

wacana merupakan kelas kata benda (nomina) yang mempunyai arti: (a) ucapan,

perkataan, tuturan; (b) keseluruhan tutur yang merupakan suatu kesatuan; (c)

satuan bahasa terlengkap, realisasinya tampak pada bentuk karangan yang utuh,

seperti novel, buku, atau artikel.

Analisis wacana adalah salah satu altenatif dari analisis isi selain analisis

isi kuantitatif yang dominan dan banyak dipakai. Jika analisis kuantitatif lebih

menekankan pada pertanyaan “apa” (what), analisis wacana lebih melihat pada

“bagaimana” (how) dari pesan atau teks komunikasi. Melalui analisis wacana

(34)

commit to user

melihat bagaimana bangunan struktur kebahasaan yang meliputi kata, frase,

kalimat, dan lainnya, analisis wacana dapat melihat makna yang tersembunyi dari

suatu teks. (Eriyanto, 2001:xv)

Wacana adalah satuan bahasa terlengkap yang dinyatakan secara lisan

seperti cerpen, novel, buku, surat dan dokumen tertulis yang dilihat dari struktur

lahirnya(dari segi bentuk) bersifat kohesif, saling terkait dan dari struktur batinnya

(dari segi makna) bersifat koheren, terpadu (Sumarlam, 2009:15).

Jamess desse (1994:267) dalam karyanya Thought into Speech: the

Psychology of a language, seperti dikutip oleh Henry Guntur Tarigan (1987:25)

menyatakan bahwa wacana adalah seperangkat proposisi yang saling berhubungan

untuk menghasilkan suatu rasa kepaduan yang dirasakan oleh penyimak atau

pembaca harus muncul dari cara pengutaraan wacana itu.

Menurut Abdul Chaer (1994:267) wacana ditekankan pada satuan bahasa

terlengkap, sehingga dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal

tertinggi dan terbesar. Ada dua pokok dalam definisi ini yaitu wacana sebagai

satuan bahasa yang terlengkap berarti di dalam wacana terdapat konsep, gagasan,

pikiran atau ide pendengar (dalam wacana lisan) dan sebagai satuan gramatikal

tertinggi dan terbesar berarti wacana dibentuk dari kalimat-kalimat yang

memenuhi persyaratan gramatikal.

Pendapat Mulyana (2005: 1) menyatakan bahwa wacana merupakan unsur

kebahasaan yang relatif paling kompleks dan paling lengkap. Dalam batasan

tersebut Mulyana tidak sekedar memberikan definisi apa itu wacana, tetapi juga

menjelaskan bahwa keutuhan wacana harus mengandung aspek-aspek yang

(35)

commit to user

koherensi, topik wacana, aspek leksikal, aspek gramatikal, aspek fonologis dan

aspek semantis.(2005: 25-26).

Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka wacana dapat berarti wacana

merupakan hasil kreatifitas manusia yang ditiuangakan dalam bentuk tulisan yang

mempunyai keterkaitan hubungan secara kohesif dan koheren.

B. Jenis-jenis Wacana

Sumarlam (2003:15-21) mengklasifikasikan wacana menjadi beberapa

jenis menurut dasar pengklasifikasiannya. Klasifikasi jenis-jenis wacana yersebut

adalah sebagai berikut.

1. Berdasarkan bahasa yang dipakai sebagai sarana untuk mengungkapkannya,

wacana dapat diklasifikasikan menjadi :

a. Wacana bahasa nasional (Indonesia),yaitu wacana yang diungkapkan

dengan menggunakan bahasa Indonesia sebagai sarana pengantarnya.

b. Wacana bahasa lokal atau daerah (bahasa Jawa, Bali, Sunda, Madura,

dan sebagainya), yaitu wacana yang diungkapkan dengan menggunakan

bahasa lokal atau daerah sebagai sarana pengantarnya.

c. Wacana bahasa internasional (Inggris), yaitu wacana yang diungkapkan

dengan menggunakan bahasa inggris sebagai sarana pengantarnya.

d. Wacana bahasa lainya, seperti bahasa Belanda, Jerman, Perancis, dan

sebagainya, yaitu wacana yang diungkapkan dengan menngunakan

bahasa lainya.

2. Berdasarkan media yang digunakan maka wacana dapat dibedakan atas,

a. Wacana tulis artinya wacana yang disampaikan dengan bahasa tulis

(36)

commit to user

b. Wacana lisan, yaitu wacana yang disampaikan dengan bahasa lisan atau

media lisan

3. Beradasarkan sifat atau jenis pemakainya wacana dapat dibedakan antara lain,

a. Wacana monolog, yaitu wacana yang disampaikan oleh seorang diri

tanpa melibatkan orang lain untuk ikut berpartisipasi. Wacana monolog

sifatnya searah dan tidak interaktif.

b. Wacana dialog, yaitu wacana atau percakapan yang dilakukan oleh dua

orang atau lebih secara langsung. Wacana dialog bersifat dua arah dan

masing-masing pelaku secara aktif berperan dalam komunikasi tersebut

sehingga disebut komunikasi interaktif.

4. Berdasarkan bentuknya dapat diklasifikasikan menjadi tiga bentuk,

a. Wacana prosa, yaitu wacana yang disampaikan dalam bentuk prosa

(Jawa: gancaran). Wacana berbentuk prosa ini dapat berupa wacana

tulis atau lisan.

b. Wacana puisi, yaitu wacana yang disampaikan dalam bentuk puisi

(Jawa: geguritan). Wacana berbentuk puisi ini dapat nerupa wacana

tulis atau lisan.

c. Wacana drama, yaitu wacana yang disampaikan dalam bentuk drama,

dalam bentuk dialog, baik berupa wacana tulis maupun lisan.

5. Berdasarkan cara dan tujuan pemaparanya, dapat dibagi menjadi,

a. Wacana narasi atau wacana penceritaan, yaitu wacana yang

mementingkan urutan waktu, dituturkan oleh persona pertama atau

(37)

commit to user

dan seluruh bagiannya diikat secara kronologis, umumnya terdapat pada

berbagai fiksi.

b. Wacana deskripsi, yaitu wacana yang bertujuan melukiskan,

menggambarkan, atau memerikan sesuatu menurut apa adanya.

c. Wacana eksposisiatau wacana pembeberan yaitu wacana yang tidak

mementingkan waktu dan pelaku.

d. Wacana argumentasi yaitu wacana yang berisi ide atau gagasan yang

dilengkapi dengan data-data sebagai bukti, dan bertujuan meyakinkan

pembaca akan kebenaran ide dan gagasannya.

e. Wacana persuasi, yaitu wacana yang isinya bersifat ajakan atau nasihat,

biasanya ringkas dan menarik, serta bertujuan untuk mempenaruhi

secara kuat peda pembaca atau pendengar agar melakukan nasihat atau

ajaran tersebut.

6. Berdasarkan penyusunan isi dan sifatnya diklasifikasikan menjadi,

a. Wacana naratif, yaitu rangkaina tuturan yang mencerutakan atau

menyajikan suatu hal atau kejadian melalui penonjolan tokoh atau

pelaku (orang pertama tau orang ketiga) dengan maksud memperluas

pengetahuan pendengar atau penbaca. Kekuatan wacana ini terletak

pada urutan cerita berdasarkan waktu dan cara-cara bercerita yang

diatur melalui alur (plot).

b. Wacana ekspositorik, yaitu rangkaian tuturan yang bersifat

memaparkan suatu pokok pikiran. Pokok pikiran itu lebih dijelaskan

lagi dengan cara menyampaikan uraian bagian-bagian atau detilnya.

(38)

commit to user

terhadap sesuatu secara lebih jelas, mendalam, dan luas daripada

sekedar sebuah pertanyaan yang bersifat umum atau global. Wacana

ekspositorik ini hampir sama dengan wacana eksposisi yang telah

dijelaskan.

c. Wacana prosedural, yaitu rangkaian tuturan yang melukiskan sesuatu

secara berurutan yang tidak boleh dibolak-balik unsur-unsurnya karena

urgensi unsur terdahulu menjadi landasan unsur yang berikutnya.

d. Wacana hortatorik, yaitu tuturan yang isinya bersifat ajakan atau

nasihat, kadang-kadang tuturan itu bersifat memperkuat keputusan agar

lebih meyakinkan. Tokoh penting di dalamnya adalah orang. Wacana

ini hampir sama dengan wacana persuasif.

e. Wacana deskriptif, yaitu rangkaian tuturan yang memaparkan atau

melukiskan sesuatu, baik bertdasarkan pengalaman maupun

pengetahuan penuturnya. Tujuan yang ingin dicapai oleh wacana ini

adalah tercapainya pengamatan yang agak imajinatif terhadap sesuatu

sehingga pembaca atau pendengar merasakan seolah-olah ia sendiri

mengalami atau mengetahui secara langsung.

Dari penklasifikasian di atas maka wacana geguritan merupakan wacana

lokal yang menggunakan sarana bahasa Jawa, wacana geguritan berdasarkan

medianya termasuk wacana tulis karena disampaikan dengan bahasa tulisan atau

media tulis, wacana geguritan berdasarkan sifatnya merupakan wacana monolog

karena disampaikan oleh seorang diri tanpa melibatkan orang lain untuk ikut

(39)

commit to user C. Kohesi

Menurut Sumarlam (2003:23) hubungan bentuk (form) antar bagian

wacana disebut kohesi (cohesion). Mulyana (2005:26) menyataka bahwa kohesi

dalam wacana diartikan sebagai kepaduan bentuk secara struktural membentuk

ikatan sintaktikal.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian kohesi

adalah hubungan bentuk (form) antar wacana yang baik dan utuh yang

mensyaratkan kalimat-kalimat yang kohesif.

1. Kohesi Gramatikal

Kohesi gramatikal adalah analisis wacana yang dilihat dari segi bentuk

atau struktur lahir wacana. Kohesi gramatikal wacana berupa referensi, subtitusi,

elipsis, dan konjungsi.

a. Pengacuan (referensi)

Pengacuan (referensi) adalah salah satu jenis kohesi gramatikal

yang berupa satuan lingual tertentu dengan mengacu pada satuan lingual

lain (atau satuan acuan) yang mendahului atau mengikutinya. Satuan

lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain itu dapat berupa

persona (kata ganti orang), demonstratif (kata ganti penunjuk), dan

komparatif (satuan lingual yang berfungsi membandingkan antara unsur

yang satu dengan unsur lainnya).

1) Pengacuan Persona

Pengacuan persona direalisasikan melalui pronomina persona

(kata ganti orang), yang meliputi persona pertama (persona I),

(40)

commit to user

jamak. Pronomina persona I tunggal, II tunggal, dan III tunggal ada

yang berupa bentuk bebas (morfem bebas) dan ada pula yang

terikat (morfem terikat). Selanjutnya yang berupa bentuk terikat

ada yang melekat di sebelah kiri (lekat kiri) dan ada yang melekat

di sebelah kanan (lekat kanan).

2) Pengacuan Demonstratif

Pengacuan demonstratif (kata ganti penunjuk) dapat

dibedakan menjadi dua, yaitu pengacuan waktu (temporal) dan

tempat (lokasional). Pengacuan demonstrativa waktu terdiri atas

waktu kini (, waktu lampau, waktu yang akan datang, dan waktu

netral. Adapun pengacuan tempat yaitu, dekat dengan penutur,

agak dekat, jauh, serta menunjuk secara eksplisit.

3) Pengacuan Komparatif

Pengacuan Komparatif (perbandingan) ialah salah satu jenis

kohesi gramatikal yang bersifat membandingkan dua hal atau lebih

yang mempunyai kemiripan atau kesamaan dari segi bentuk/wujud,

sikap, sifat, watak, perilaku, dan sebagainya. Kata-kata yang secara

umum digunakan untuk membandingkan.

b. Penyulihan (substitusi)

Substitusi adalah penggantian satuan lingual tertentu yang telah

disebut dengan satuan lingual yang lain. Dilihat dari segi satuan

lingualnya, substitusi dapat dibedakan menjadi substitusi nominal adalah

penggantian satuan lingual yang berkategori nomina (kata benda) dengan

(41)

commit to user

penggantian satuan lingual yang berkategori verba (kata kerja) dengan

satuan lingual lain yang juga berkategori verba, subtitusi frasal adalah

penggantian satuan lingual tertentu yang berupa kata atau frasa dengan

satuan lingual lain yang berupa frasa, dan klausal.

c. Pelesapan (ellipsis)

Pelesapan (ellipsis) adalah pelesapan satuan lingual tertentu yang

telah disebutkan sebelumnya. Unsur atau satuan yang dilesapkan dapat

berupa kata, frasa, klausa, atau kalimat. Adapun fungsi pelesapan dalam

wacana antara lain ialaha untuk (1) menghasilkan kalimat yang efektif

(untuk efektivitas kalimat), (2) efisiensi, yaitu untuk mencapai nilai

ekonomis dalam pemakaian bahasa, (3) mencapai aspek kepaduan wacana,

(4) bagi pembaca/pendengar berfungsi untuk mengaktifkan pikirannya

terhadap hal-hal yang tidak diungkapkan dalam satuan bahasa, dan (5)

untuk kepraktisan berbahasa terutama dalam berkomunikasi secara lisan.

d. Perangkaian (konjungsi)

Konjungsi yaitu salah satu kohesi gramatikal yang dilakukan dengan cara

menghubungkan unsur yang satu dengan yang lain. Unsur yang dirangkaikan

dapat berupa kata, frasa atau klausa, kalimat, paragraf.

2. Kohesi Leksikal

Kohesi Leksikal adalah alat pemandu kalimat-kalimat yang berupa sistem

leksikal, aspek leksikal diwujudkan dengan pengulangan, sinonimi, antonimi,

(42)

commit to user a. Repetisi (pengulangan)

Repetisi adalah pengulangan satuan lingual (bunyi, suku kata, kata, atau

bagian kalimat) yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah

konteks yang sesuai (Sumarlam, 2001:35). Berdasarkan tempat satuan lingual

yang diulang dalam baris, klausa atau kalimat, repetisi dapat dibedakan menjadi

delapan macam, yaitu repetisi epizeuksis, tautotes, anafora, epistrofa, simploke,

mesodiplosis, epanalepsis, dan anadiplosis (Keraf, 1994: 127-128)

b. Sinonimi (padan kata)

Sinonimi diartikan sebagai nama lain untuk benda atau hal yang sama;

atau ungkapan yang maknanya kurang lebih sama dengan ungkapan lain (Chaer

dalam Sumarlam 2003:39). Secara garis besar, kata-kata sinonim adalah kata-kata

yang sama artinya. Namun sebenarnya tidak ada dua kata yang seratus persen

bersinonim. Hal ini diungkapkan Keraf (1984:131) bahwa antara dua kata selalu

terdapat perbedaan, walaupun sedikit saja; entah perbedaan itu berupa perasaan

kata saja maupun perbedaan makna dan perbedaan lingkungan yang dapat

dimasukinya. Sinonimi merupakan salah satu aspek leksikal untuk mendukung

kepaduan wacana. Sinonimi berfungsi menjalin hubungan makna yang sepadan

antara satuan lingual tertentu dengan satuan lingual lain dalam wacana.

Berdasarkan wujud satuan lingualnya, sinonimi dapat dibedakan menjadi

lima macam yaitu, (1) sinonimi antara morfem (bebas) dengan morfem (terikat),

(2) kata dengan kata (3) kata dengan frase atau sebaliknya, (4) frasa dengan frasa,

(43)

commit to user c. Kolokasi (sanding kata)

Kolokasi atau sanding kata adalah asosiasi tertentu dalam menggunakan

pilihan kata yang cenderung digunakan secara berdampingan. Kata-kata yang

berkolokasi adalah kata-kata yang cenderung dipakai dalam satu domain atau

jaringan tertentu, misalnya dalam jaringan pendidikan akan digunakan kata-kata

yang berkaitan dengan masalah pendidikan dan orang-orang yang terlibat di

dalamnya. Kata-kata seperti guru, murid, buku, sekolah, pelajaran, dan alat tulis

misalnya, merupakan contoh kata-kata yang cenderung dipakai secara

berdampingan dalam domain sekolah atau jaringan pendidikan.

d. Hiponimi (hubungan atas-bawah)

Hiponimi (hubungan atas-bawah) diartikan sebagai satuan bahasa (kata,

frase, kalimat) yang maknanya dianggap merupakan bagian dari makna satuan

lingual yang lain. Unsur atau satuan lingual yang mencakupi beberapa unsur atau

satuan lingual yang berhiponim itu disebut ”hipernim” atau “superordinat”.

e. Antonimi (lawan kata)

Antonimi dapat diartikan sebagai nama lain untuk benda atau hal yang

lain; atau satuan lingual yang maknanya berlawanan atau beroposisi dengan

satuan lingual yang lain. Antonimi disebut juga oposisi makna. Pengertian oposisi

makna mencakup konsep yang betul-betul berlawanan sampai kepada yang hanya

kontras makna saja.

Berdasarkan sifatnya, oposisi makna dapat dibedakan menjadi lima

macam, yaitu oposisi mutlak, oposisi kutub, oposisi hubungan, oposisi hirarkial,

(44)

commit to user

aspek leksikal yang mampu mendukung kepaduan wacana secara semantis

(Sumarlam, 2003:40).

f. Ekuivalensi (kesepadanan atau paradigma)

Ekuivalensi adalah hubungan kesepadanan antara satuan lingual tertentu

dengan satuan lingual yang lain dalam sebuah paradigma. Dalam hal ini, sejumlah

kata hasil proses afiksasi dari morfem asal yang sama yang menunjukkan adanya

hubungan kesepadanan, misalnya hubungan makna antara kata membeli, dibeli,

membelikan, dibelikan,, dan pembeli, semuanya dibentuk dari bentuk asal yang

sama yaitu beli. Demikian pula belajar, mengajar, pelajar, pengajar, dan

pelajaran yang dibentuk dari bentuk asal ajar juga merupakan hubungan

ekuivalensi.

D. Geguritan Modern / Puisi

Puisi Jawa atau yang lebih dikenal dengan sebutan seni geguritan sekarang

tidak jauh berbeda dengan bentuk puisi modern sepeti yang kita kenal saat ini.

Pada umumnya isi dari geguritan tersebut adalah pandangan dari penulis geguritan

terhadap keadaan sosial masyarakat sekitar. Namun ada kalanya juga berisi

ungkapan cinta, harapan, keluhan dan lain-lain.

Geguritan adalah hasil karta sastra yang bahasanya pendek, berinti dan

indah. Geguritan berasal dari kata “gurit” yang berarti lagu atau tulisan.

Sedangkan geguritan disini berarti kumpulan lagu yang memiliki aturan yang

sudah ada yaitu :

1. jumlah gatra tidak tentu, tetapi selalu 4 gatra

2. setiap gatra guru lagu dan guru wilangan sama, runtut berdasarkan

(45)

commit to user

3. biasanya diawali dengan kata “sungegurit”

Geguritan ini termasuk puisi Jawa modern, karena tidak terikat aturan

seperti lagu. Geguritan biasanya tercipta karena adanya ilham atau inspirasi.

Geguritan adalah wujud karya sastra yang bersifat pribadi, maka geguritan ciptaan

satu dan satunya berbeda. Inpirasi yang ada dipikiran penyair selanjutnya diolah

supaya menjadi geguritan yang seperti diinginkan penyair. Oleh karena itu,

geguritan itu bahasanya terlihat indah, dapat menggunakan purwakanthi

dwipurwa, seselan dll.

1. pendek yaitu tidak menggunakan bahasa yang panjang lebar

2. inti yaitu kata mempunyai makna yang berarti

3. indah karena terdapat purwakanthi guru swara, sastra, maupun basa

(46)

commit to user

21 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Untuk mencapai deskriptif

kualitatif ada tiga tahapan strategi penelitian bahasa yaitu (1) tahap pengumpulan

data, (2) tahap analisis data, (3) tahap penyajian hasil data.

B. Alat Penelitian

Alat penelitian meliputi alat utama dan alat bantu. Alat utama penelitian

adalah peneliti itu sendiri. Disebut alat utama karena alat tersebut yang paling

dominan dalam dominan dalam penelitian khususnya dalam pencarian data,

Sedangkan alat bantu penelitian berupa bolpoint, pensil, kertas, komputer, dan

buku-buku acuan.

C. Data dan Sumber Data

Data adalah fenomena lingual khusus yang mengandung dan berkaitan

langsung dengan masalah yang dimaksud (Sudaryanto, 1992:5). Data dalam

penelitian ini adalah data tulis berupa 190 geguritan yang telah diciptakan oleh

penyair yang di dalamnya terdapat penanda kohesi gramatikal dan kohesi leksikal

dalam kumpulan geguritan karya J.FX Hoery.

Sumber data adalah penghasil atau pencipta bahasa sekaligus yang

pencipta atau penghasil data tersebut, biasa disebut dengan narasumber

(Sudaryanto, 1990:35). Sumber data yang diambil dalam penelitian ini adalah

(47)

commit to user D. Populasi dan Sampel

Populasi adalah objek penelitian. Dalam penelitian linguistik populasi

pada umumnya keseluruhan individu dari segi-segi tertentu bahasa. Adapun

populasi dalam penelitian ini adalah semua tuturan dalam 19 geguritan karya

J.FX Hoery cetakan pertama tahun 2003 yang terpilih oleh peneliti.

Sampel adalah sebagian dari populasi yang dijadikan objek penelitian

langsung. Sampel hendaknya mewakili atau dianggap mewakili populasi secara

keseluruhan. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode

acak, yang kemudian dianggap dapat mewakili semua populsi. Sampel dalam

penelitian ini adalah geguritan yang mengandung kohesi gramatikal dan kohesi

leksikal. Adapun sampel yang dimaksud adalah:

1. Geguritan no. 1 berjudul “Kali Grindulu” Panjebar Semangat tahun

1971

2. Geguritan no.11 berjudul “Kabar Saka Desa” Dharma Nyata Maret

tahun 1976

3. Geguritan no.21 berjudul “Alun-alun Bojonegoro 1982” Jayabaya

Februari 1983

4. Geguritan no.31 berjudul “Tarub” Panjebar Semangat 25 April 1987

5. Geguritan no.41 berjudul “Teleng” Panjebar Semangat 27 November

1993

6. Geguritan no.51 berjudul “Prawan Sunthi” Dharma Nyata April 1974

7. Geguritan no.61 berjudul “Ballada Wong-wong Pengeboran”

(48)

commit to user

8. Geguritan no.71 berjudul “Sugeng Tindak Mitra” Djaka Lodang 7

Mei 1988

9. Geguritan no.81 berjudul “Slenca” Jayabaya 24 Oktober 1993

10. Geguritan no.91 berjudul “Upeti” Kumandhang 1973

11. Geguritan no.101 berjudul “Apa Abamu Panggurit” Kumandang Juni

1976

12. Geguritan no.111 berjudul “Prasetya” Bojonegoro 1982

13. Geguritan no.121 berjudul “Panandhang” Padangan – Bojonegoro

akhir tahun 1988

14. Geguritan no.131 berjudul “Tekamu” Panjebar Semangat 2

September 1995

15. Geguritan no.141 berjudul “Natal” Dharma Nyata Desember 1976

16. Geguritan no.151 berjudul “Manunggal” Panjebar Semangat 5 Juli

1986

17. Geguritan no.161 berjudul “Pitakon” Panjebar Semangat 3 Mret

1989

18. Geguritan no.171 berjudul “CumondhokMu Ing Ati Papa” Desember

1991

19. Geguritan no.181 berjudul “Kidung Pambiwara” Bojonegoro akir

tahun 1997

E. Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini mengikuti prosedur yang digunakan Sudaryanto (1988:57),

(49)

commit to user

Pada tahap pengumpulan data dilakukan penghimpunan dan pengklasifikasian

data dengan menggunakan metode simak yang diikuti oleh teknik catat.

F. Metode dan Teknik Analisis Data

Pada tahap analisis data dilakukan penelaahan data terhadap yang telah

diklasifikasi. Dari tahap analisis data bertujuan untuk mengetahui bentuk penanda

kohesi gramatikal dan kohesi leksikal dalam geguritan

Lebih lanjut dapat dijelaskan bahwa metode penelitian yang dipakai adalah

metode distribusional. Metode distribusional atau metode agih menurut

Sudaryanto, yaitu menganalisis sistem bahasa atau keseluruhan kaidah yang

bersifat mengatur di dalam bahasa berdasarkan perilaku atau ciri-ciri khas

kebahasaan satuan-satuan lingual tertentu. Teknik yang digunakan ialah teknik bagi

unsur langsung (BUL). Teknik lanjutan berupa teknik lesap. Adapun contoh penerapan

adalah sebagai berikut dari segi kohesi gramatikal,

(5)Marga donyaku lan donyamu padha „karena duniaku dan duniamu sama‟

Pada tuturan diatas terdapat konjungsi marga “karena” yang merupakan

hubungan kausalitas yang menyatakan makna sebab akibat, konjungsi tersebut

menjelaskan bahwa karena dunia pengarang dan sumitra (kawan/ pembaca ) sama,

maka menyebabkan pengarang menulis geguritan yang diambil dari hati sumitra

itu. Sedang konjungsi lan “dan” pada tuturan diatas, menyatakan makna

penambahan/ adiktif, yang berfungsi menghubungkan secara setara/ koordinatif

antara klausa yang berada disebelah kirinya dengan klausa yang mengandung kata

lan“dan” itu sendiri.

Pada data diatas selanjutnya diuji dengan teknik BUL, yaitu wacana dibagi

(50)

commit to user

(5a) Marga // donyaku lan donyamu padha

‟karenaduniaku dan duniamu sama‟

Unsur langsung pada kalimat tersebut adalah ”marga” dan ”donyaku lan

donyamu padha”, terdapat jeda diantara kedua unsur langsung, tahap berikutnya

adalah menentukan unsur langsung dari kontruksi ”donyaku lan donyamu padha”.

Ada beberapa kemungkinan untuk memperlihatkan keabsahan satuan-satuan

gramatikal yang berkemungkinan untuk memberikan jeda diantaranya menjadi

donyaku lan donyamu // padha; atau donyaku lan // donyamu padha; atau

donyaku // lan donyamu padha.

Berdasarkan pertimbangan kepaduan semantik ”donyaku lan donyamu”

lebih padu dan berdasarkan pemenggalan jedanya lebih mendukung karena

konjungsi lan ‟dan‟ berfungsi sebagai penghubung secara setara/koordinatif antar

kata.

Kemudian data diatas diuji dengan teknik lesap untuk mengetahui kadar

keintian unsur yang dilesapkan (Sudaryanto, 1992:42)

(5b) donyaku Ø donyamu padha

‟duniaku Ø duniamu sama‟

Hasil analisis pada data diatas diuji dengan teknik lesap ternyata pada kata

lan ‟dan‟ wajib hadir karena apabila kata itu dilesapkan tidak terlihat

pengabungan kata secara koordinatif.

Contoh penerapan dari segi kohesi leksikal,

(5c) Marga donyaku lan donyamu padha

(51)

commit to user

Dari kata diatas merupakan antonimi atau lawan kata yaitu kata donyamu

„duniamu‟ dan donyaku „duniaku‟ yang beroposisi hubungan antara duniaku dan

duniamu.

Unsur langsung pada kalimat tersebut adalah ”marga” dan ”donyaku lan

donyamu padha”, terdapat jeda diantara kedua unsur langsung, tahap berikutnya

adalah menentukan unsur langsung dari kontruksi ”donyaku lan donyamu padha”.

Ada beberapa kemungkinan untuk memperlihatkan keabsahan yang

berkemungkinan untuk memberikan jeda diantaranya menjadi donyaku lan

donyamu // padha; atau donyaku lan // donyamu padha; atau donyaku // lan

donyamu padha.

Berdasarkan pertimbangan kepaduan semantik ”donyaku lan donyamu”

lebih padu dan berdasarkan pemenggalan jedanya lebih mendukung.

G. Metode Penyajian Hasil Data

Penyajian hasil analisis menggunakan metode formal dan informal.

Metode formal adalah metode penyajian hasil analisis dengan menggunakan

lambang atau tanda-tanda, sedangkan metode informal yaitu metode penyajian

hasil analisis data dengan menggunakan kata-kata biasa atau sederhana agar

(52)
(53)

commit to user

27

BAB IV

ANALISIS DATA

A. Analisis Kohesi

Yang pertama akan dibahas adalah pemanfaatan kohesi dalam wacana

kumpulan geguritan karya J.F.X. Hoery. Pendekatan kohesi ini terdiri atas kohesi

gramatikal yang berkaitan dengan segi bentuk sebagai struktur lahir bahasa.

Penanda kohesi gramatikal ini terdiri atas empat jenis, yaitu: pengacuan

(referensi), penyulihan (substitusi), pelesapan (ellipsis), serta perangkaian

(conjunction).

Di samping keempat jenis kohesi gramatikal di atas, terdapat kohesi

leksikal, yaitu hubungan antarunsur dalam wacana secara semantik. Kohesi

leksikal ini terdiri atas: pengulangan (repetisi), padan kata (sinonimi), lawan kata

(antonimi), sanding kata (kolokasi), hubungan atas-bawah (hiponimi), serta

kesepadanan atau paradigma (ekuivalensi).

1. Analisis Kohesi Gramatikal

Dalam wacana GP banyak terdapat pemarkah aspek gramatikal yang

berfungsi mendukung kepaduan atau kekohesifan sebuah wacana. Penanda aspek

gramatikal itu ialah: pengacuan (referensi), penyulihan (substitusi), pelesapan

(ellipsis), serta perangkaian (conjunction). Penerapan analisis wacana geguritan

(54)

commit to user a. Referensi

Pengacuan (referensi) adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang

berupa satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain (atau satuan

acuan) yang mendahului atau mengikutinya.

1) Pengacuan Persona

Pengacuan yang berupa pronomina persona dapat dilihat pada wacana di

bawah ini:

a) PP dalam Geguritan Kabar Saka Desa

(6) Daktampa kabar saka desa (KSD,I,1)

(9) Marga ing lurung iki nate dakprepegi (KSD,I,15)

‟karena di lorong ini pernah saya temui‟

Pemakaian unsur dak-, pada satuan lingual daktampa „saya terima‟ (6)

merupakan referensi (pengacuan) pronomina persona pertama tunggal bentuk

terikat lekat kiri, dengan realitas yang diacu berpindah-pindah, tergantung pada

siapa penuturnya, dalam geguritan diatas satuan lingual dak- mengacu pada

pengarang yaitu J.FX Hoery, ini merupakan jenis kohesi gramatikal eksofora

karena acuannya berada di luar teks. Hal yang sama juga terjadi pada pemakaian

unsur dak-, pada satuan lingual dakprepegi„saya temui‟ (9).

Pemakaian unsur –mu, pada satuan lingual pangrasamu „perasaanmu‟ (7)

(55)

commit to user

terikat lekat kanan yang mengacu pada pembaca, merupakan jenis kohesi

pengacuan eksofora.

Unsur –ku , pada satuan lingual bumiku „bumiku‟ (8) merupakan

pengacuan pronominal persona pertama tunggal bentuk terikat lekat kanan dengan

realitas yang diacu berpindah-pindah tergantung siapa penuturnya, jika disini

mengacu pada pengarang J.FX Hoery. Yang merupakan jenis kohesi gramatikal

pengacuan eksofora.

b) PP dalam Geguritan Alun-Alun Bojonegoro 1982

(10) Aku ora ngerti karepmu Nimas

(AB,I,1)

„saya tidak mengerti keinginanmu Nimas‟

(11) Apa atimu ora kabukak kanggo aprasetya

(AB,I,2)

„apa hatimu tidak terbuka untuk kesetyaan‟

(12) Panggrahitaku kadhung tumangsang ing panyawang (AB,I,3)

„pikiranku terlanjur tergantung dipandangan‟

(13) Nalika aku midak plataran kang kapisan

(AB,I,4)

„ketika aku pertama kali menginjak halaman‟

(14) Nalikane akuaweh salam “kula nuwun”

(AB,I,8)

„ketika aku memberi salam permisi‟

(15) Aku ora kuwawa njajagi sedyamu, Nimas

(AB,II,1)

„aku tidak kuasa menduga kesediaanmu Nimas‟

(16) Apa mangsa kang nguyak kadhewasanmu

(AB,II,2)

„apa zaman yang mengejar kedewasaanmu‟

(17) Nalika aku bali aweh prasapa

(AB,II,3)

(56)

commit to user

(18) Wedhak pupurmu pratanda gorehing ati

(AB,II,4)

„bedakmu pertanda terlukanya hati‟

(19) Aku ora keduga miyak warana ing dhadhamu (AB,II,3)

„aku tidak menduga membuka sekat di dadamu‟

(20) Ing ngendi kapribadenmu? (AB,III,5)

„dimana kepribadianmu? „

(21) Nalika daktampa salam pangiring ”sugeng tindak”

(AB,III,8)

„ketika saya terima salam pengiring sugeng tindak

Pemakaian unsur dak-, pada satuan lingual daktampa „saya terima‟ (21)

merupakan referensi (pengacuan) pronomina persona pertama tunggal bentuk

terikat lekat kiri, dengan realitas yang diacu berpindah-pindah, tergantung pada

siapa penuturnya, dalam geguritan diatas satuan lingual dak- mengacu pada

pengarang yaitu J.FX Hoery, ini merupakan jenis kohesi gramatikal eksofora.

Unsur –mu, pada satuan lingual karepmu „keinginanmu‟ (10), atimu

„hatimu‟ (11), sedyamu „kesediaanmu‟ (15), kadhewasanmu „kedewasaanmu‟

(16), pupurmu „bedakmu‟ (18), dhadhamu „dadamu‟ (19) dan kapribadhenmu

„kepribadianmu‟ (20) merupakan referensi (pengacuan) pronomina persona kedua

tunggal bentuk terikat lekat kanan yang mengacu pada Nimas, merupakan jenis

kohesi pengacuan endofora.

Unsur –ku , pada satuan lingual panggrahitaku „pikiranku‟ (12)

merupakan pengacuan pronomina persona pertama tunggal bentuk terikat lekat

kanan dengan realitas yang diacu berpindah-pindah tergantung siapa penuturnya,

jika disini mengacu pada pengarang J.FX Hoery. Yang merupakan jenis kohesi

Referensi

Dokumen terkait

Pasangkan dengan tepat rasa yang anda cicip pada sampel larutan di sebelah kanan dengan salah satu larutan yang ada di sebelah kiri Anda dan identifikasi rasa yang Anda cicipi..

This research aimed to study the teacher‟s opinion on administration of health promoting schools under Office of Songkhla Primary Educational Service Area 2 and to compare

Sugiyono (2013:117) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan

Oleh karena itu, penulis mengadakan pengamatan untuk mengetahui bagaimana sebenarnya kesenjangan antara harapan konsumen dan persepsi manajemen, persepsi manajemen

[r]

When we talk a about novel, the first thing coming in our mind might be a written story of certain events. It is clear that the title of the novel the writer would like

Sumber keuangan pada suatu sekolah/ sekolah Islam secara garis besar dapat dikelompokkan atas tiga sumber, yaitu: pemerintah (baik pemerintah pusat, daerah,

Dalam oligopoli, setiap perusahaan memposisikan dirinya sendiri sebagai bagian yang terikat dengan permainan pasar, dimana keuntungan yang mereka dapatkan tergantung pada