• Tidak ada hasil yang ditemukan

Qualifier Ganda Bahasa Jawa (Kajian Bentuk, Fungsi, Dan Makna)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Qualifier Ganda Bahasa Jawa (Kajian Bentuk, Fungsi, Dan Makna)"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

QUALIFIER GANDA BAHASA JAWA

(KAJIAN BENTUK, FUNGSI, DAN MAKNA)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Disusun oleh

FEBRIANAWATI

C0107023

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user

(3)

commit to user

(4)

commit to user

iv

PERNYATAAN

Nama : Febrianawati

NIM : C0107023

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul Qualifier Ganda

Bahasa Jawa (Kajian Bentuk, Fungsi, dan Makna) adalah betul-betul karya

sendiri, bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal yang bukan

karya saya, dalam skripsi ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam

daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia

menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh

dari skripsi tersebut.

Surakarta, Januari 2013

Yang membuat pernyataan.

(5)

commit to user

v

MOTTO

Jatuh berkali-kali bukan berarti kita harus tersungkur dan menyingkir dari jalan

kesuksesaan, ingat Tuhan tak akan membawa kita di sini hanya untuk

meninggalkan kita sendiri.

Percaya dan yakini

(Penulis)

Sejernih-jernihnya air di dalam gelas pasti ada debu yang menempel di atasnya.

(6)

commit to user

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk

 Kedua orang tua saya yang saya cintai.

 Kakak-kakak saya Gunarso, Gunarsih, Gunarti, Sri Martini yang memberi

semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

 Mochamad Novianto yang setia mendukung dan sabar menunggu hingga

skripsi ini selesai.

(7)

commit to user

vii

KATAPENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas karunia dan hidayah-Nya, sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi Qualifier Ganda Bahasa Jawa (Kajian

Bentuk, Fungsi, dan Makna) ini.Di dalam penyusunan skripsi ini penulis sering

menemui hambatan, tetapi berkat bantuan dari berbagai pihak, baik secara

langsung maupun tidak langsung, akhirnya peneliti dapat menyelesaikan skripsi

ini.oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D selaku dekan Fakultas Sastra dan Seni

Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta beserta staf yang telah

memberikan kesempatan kepada peneliti dalam penyusunan skripsi ini.

2. Drs. Suparjo, M.Hum selaku ketua jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra

dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakartayang telah memberikan

kesempatan dan kemudahan bagi penulis dalam menyusun skripsi.

3. Drs. Endang T.W, M.Hum selaku pembimbing akademik yang sabar

membimbing dan memberi nasehat kepada penulis dari awal hingga akhir

kuliah.

4. Drs. Sujono, M.Hum selaku pembimbing pertama yang telah berkenan

membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi dengan penuh

perhatian dan kesabaran

5. Dra. Dyah Padmaningsih, M.Hum selaku pembimbing kedua dengan sabar

dan perhatian dalam membimbing penulis menyelesaikan skripsi ini.

6. Prof. Dr. Paina Partana, M. Hum (Alm) yang membimbing penulis dalam

mengerjakan skripsi.

7. Bapak dan ibu dosen jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi ilmu dan bekal

(8)

commit to user

viii

8. Seluruh staf perpustakaan, baik perpustakaan Universitas Sebelas Maret

Surakarta maupun perpustakaan Fakultas Sastra dan Seni Rupa, yang telah

memberikan pelayanan dan menyediakan referensi yang diperlukan.

9. Keluarga besar yang ada di Ngawi yang telah memberikan aku senyum

kebahagiaan dan tangis kesedihan.

10.Teman-temanku linguistik 2007, dan mahasiswa Sastra Daerah angkatan 2007 (Iffa,Astri, Indah W, Ika Dewi, Wisnu, Ucup, Aris “Nyahpo”, Sulung, Rara, Ilafi, Nuryantini, Rizki, Novi).

11.Para penghuni Kost Modern (Kak Ruth, Asti,Lidya, Ditta, Cime) yang

sudah mendukung dengan memberi semangat tanpa bosan untuk segera

menyelesaikan skripsi ini.

12.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas

bantuan dan dukungannya.

Penulis menyadari, bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna.Oleh

karena itu, diharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan

selanjutnya.Akhirnya, semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca dan

pemerhati masalah linguistik.

Surakarta, Januari 2013

(9)

commit to user

ix

DAFTARISI

JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN PENGUJI SKRIPSI ... iii

PERNYATAAN ... iv

DAFTAR TANDA DAN SINGKATAN ... xiii

ABSTRAK ... xv

SARI PATHI ... xvi

ABSTRACT ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

F. Sistematika Penulisan ... 6

G. Kerangka Berpikir ... 8

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR... 9

A. Pengertian Sintaksis ... 9

1. Struktur Sintaksis ... 9

a) Bentuk ... 10

(10)

commit to user

B. Pengertian Qualifier ... 17

C. Ciri Qualifier ... 19

D. Ciri Qualifer Ganda ... 19

E. Jenis Qualifier ... 21

F. Bentuk Qualifier ... 19

G. Makna ... 22

BAB III METODE PENELITIAN... 23

A. Jenis Penelitian ... 23

B. Alat Penelitian ... 24

C. Data dan Sumber Data ... 24

D. Populasi dan Sampel ... 25

E. Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 27

F. Metode dan Teknik Analisis Data ... 27

G. Teknik Penyajian Data ... 32

BAB IV ANALISIS DATA ... 33

Analisis Data ... 34

A. Bentuk Qualifier Ganda dalam Bahasa Jawa ... 34

1. Qualifier Ganda Sejenis ... 35

a. 2(dua) Formatif Qualifier sejenis ... 35

2. Qualifier Ganda tidak sejenis ... 38

(11)

commit to user

B. Fungsi Qualifier Ganda dalam Bahasa Jawa ... 58

1. Pengingkaran ... 58

2. Pembatasan ... 61

3. Penentuan ... 63

a. Penentuan Waktu ... 63

b. Penentuan Kemampuan ... 66

c. Penentuan Keharusan ... 67

C. Makna Qualifier Ganda dalam Bahasa Jawa ... 69

1. Delimitatif-Perfektif ... 69

2. Obligatif-Perfektif ... 70

3. Perfektif-Negatif ... 71

4. Negatif-Future ... 72

5. Ketergesa-gesaan – Potensial ... 73

(12)

commit to user

xii

DAFTARTABEL

Tabel 1 Q Potensial-Potensial, Q Delimitatif-Delimitatif ... 37

Tabel 2 Q Negatif-Potensial ... 39

Tabel 3 Q Negatif-obligatif ... 42

Tebel 4 Q Negatif-Future ... 45

Tabel 5 Q Negatif-Delimitatif ... 46

Tabel 6 Q Perfektif-Simultatif ... 50

Tabel 7 Q Delimitatif-Perfektif ... 53

(13)

commit to user

xiii

Daftar Tanda dan Singkatan

A. Daftar Tanda

* : menandai ketidakgramatikalan atau katidakberterimaan

Ø : menandai sebuah pelesapan

( ) : menandai nomor data

+ : menandai hubungan antarsatuan lingual

 : menandai proses perubahan

„…‟ : menandai bahwa formatif yang ada di dalamnya makna atau glos sebuah

satuan lingual

- : menandai keterikatan morfem tertentu

…. : terdapat tuturan sebelumnya

B. Daftar Singkatan

Adj : adjektiva

des : desideratif

del : delimitatif

FKM : Frasa verba kompleks modifikatif

FN : frasa nomina

FSM : frasa verba simpleks modifikatif

FV : frasa verba

JB : JayaBaya

Ket : keterangan

(14)

commit to user

xiv

N : nomina

Neg : negatif

O : objek

P : predikat

Perfk : perfektif

Pot : potensial

PS : PanjebarSemangat

Q : qualifier

Qdes : Qualifier desideratif

Qdub : Qualifier dubitatif

Qfut : Qualifier future

Qint : Qualifier interogatif

Qneg : Qualifier negatif

Qobg :Qualifier obligatif

Qperf : Qualifier perfektif

Qpot : Qualifier potensial

Qsim : Qualifier simulatif

S : subjek

(15)

commit to user

xv

ABSTRAK

Febrianawati. C0107023. 2013. Qualifier Ganda Bahasa Jawa (kajian Bentuk, Fungsi, dan makna). Skripsi: Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penelitian ini difokuskan pada tiga pokok permasalahan yaitu: (1) bagaimanakah bentuk qualifier ganda bahasa Jawa?, (2) bagaimanakah fungsi qualifier ganda bahasa Jawa?, dan (3) bagaimanakah makna kalimat yang mengandung qualifier ganda bahasa Jawa?

Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan bentuk qualifier ganda bahasa Jawa, (2) mendeskripsikan fungsi qualifier ganda bahasa Jawa, dan (3) mendeskripsikan makna kalimat yang mengandung qualifier ganda bahasa Jawa.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif.Sumber data berasal dari majalah Jaya Baya dan Panjebar Semangat. Jenis data penelitian ini adalah data tulis yang berupa kalimat maupun klausa yang mengandung formatif Q ganda dalam fungsi verba bahasa Jawa. Teknik pengumpulan data menggunakan metode simak.Adapun teknik dasar yang dipakai adalah teknik pustaka dan dilanjutkan dengan teknik catat.Metode analisis data yang digunakan metode distribusional (agih).Adapun teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode agih dengan teknik dasar bagi unsur langsung (BUL) dengan teknik lanjutan teknik permutasi, teknik lesap, dan teknik ganti.

(16)

commit to user

xvi

SARI PATHI

Febrianawati. C0107023. 2013. Qualifier Rangkep Bahasa Jawa (Kajian Bentuk, Fungsi, dan Makna). Skripsi: Jurusan Sastra Dhaerah Fakultas Sastra lan Seni Rupa Pawiyatan Luhur Sebelas Maret Surakarta Hadiningrat.

Prêkawis ingkang dipunrêmbag wontên panalitên punika (1) Kados pundi wujudipun qualifier rangkêp basa Jawi? (2) Kados pundi fungsi qualifier rangkêpbasa Jawi? (3) Kados pundi makna qualifiêrrangkêpbasa Jawi?

Ancas panalitên punika (1) angandharakên wujudipun qualifier rangkêp basa Jawi, (2) angandharakên fungsi qualifier rangkêp basa Jawi, (3) angandharakên makna qualifier rangkêp basa Jawi.

Wujuding panalitên inggih punika panalitên deskriptif kualitatif. Sumbêr dhatanipun saking Jaya Baya kaliyan Panjêbar Semangat. Wujud dhatanipun inggih punika ukara-ukara ugi klausa ingkang ngandhut formatif qualifer rangkêp wontên ing fungsi verba basa Jawi. Teknik pengumpulan dhata migunakakên metode simak kanthi teknik dasar pustaka. Salajêngipun dhata ingkang tinêmu kasêrat wonten kretu dhata migunakakên teknik catat. Metode analisis dhata kanthi metode distribusional (agih). Teknik analisis dhata migunakakên teknik dasar bagi unsure langsung kaliyan teknik permutasi, teknik lesap, kaliyan teknik ganti. Penyajian hasil analisis data migunakakên metode penyajian informal kaliyan formal.

(17)

commit to user

xvii

ABSTRACT

Febrianawati. C03107023. 2013. Javanese Multiple Qualifier (A study on the Form, Function, and Meaning). Thesis: Faculty of Letters and Fine Arts Sebelas Maret University of Surakarta.

This research is focused on three problems. They are: (1) What is the form of Javanese Multiple Qualifier?, (2) What is the function of Javanese Multiple Qualifier?, and (3) What is the meaning of sentences which consist of Javanese Multiple Qualifier?

The objectives of this research are to describe: (1) the form of Javanese Multiple Qualifier, (2) the function of Javanese Multiple Qualifier, and (3) the meaning of sentences which consist of Javanese Multiple Qualifier.

This is a descriptive qualitative research. Data were taken fromJaya Baya and Panjebar Semangat magazines. Data used in this research were written data in the form of sentences or clauses consisting of multiple Q formative in Javanese verbal function. Data collection techniques used in this research included content analysis, library technique, and note-taking technique. Technique of analysis in this research was distributional method from the direct components using continued technique, permutation technique,delesitechnique, and changingtechnique.

(18)

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya bahasa di dunia memiliki tipe bahasa yang hampir sama

sehingga ada pengelompokan bahasa tipe VO dan OV dari prespektif tipologi

struktural. Hal ini sesuai dengan tipologi Lehmann yaitu “bahasa –bahasa di dunia

hanya dibedakan menjadi bahasa yang bertipe (i) ajeg VO, (ii) ajeg OV dan (iii)

tidak ajeg VO dan OV, yang disebut “ambivalent” (Lehmann dalam Sudaryanto,

1993: 29). Terjadi pola baru bila ada modifier mendahului V (kadang mengikuti

V) yang berperan khusus hanya untuk menerangkan arti konstituen inti yang

mengisi V predikat. Modifier itu biasa disebut qualifier (Q) atau pendesak.

Qualifer adalah pembatas bagi verba pengisi P jika berupa kata dan dapat terpadu

dengan konstituen pengisi P jika berupa afiks (Sudaryanto dalam Siti Nur Insani,

1995: 21). Letak Q biasanya berada sebelum V pada bahasa VO dan setelah V

dalam bahasa OV, jadi Q-V-O dan O-V-Q.

Pidato pengukuhan Verhaar sebagai guru besar pada Universitas Indonesia

tahun 1970 yang diterbitkan oleh Yayasan Kanisisus Jakarta (1980) dalam bentuk

buku yang berjudul Teori Linguistik dan Bahasa Indonesia berpendapat bahwa

secara prinsip berdasarkan tipologi tradisi Greenberg-Lehmann, bahasa Indonesia

merupakan bahasa yang berpola urutan VO secara amat konsisten, yaitu dalam

hampir segala keselarasan infraklausalnya, maka peluasan ke kanan tidak hanya

berlaku untuk tataran klausa, tetapi juga untuk tataran frasa dan tataran morfemis

(19)

commit to user

bahasa Jawa tidak jauh beda dengan dengan bahasa Indonesia. Letak Q dalam

bahasa bertipe VO biasanya di depan atau mendahului V (praverba), sehingga

membentuk pola Q-V-O. Kehadiran objek dalam kalimat dipandang sebagai unsur

peserta pertama bagi verba, sehingga kehadirannya tergantung dari verba yang

mengisi fungsi predikat. Artinya O dibutuhkan dalam kalimat transitif hingga

berpola Q-V-O sedangkan pola dalam kalimat intransitive atau tidak

membutuhkan kehadiran objek yaitu Q-V. pada struktur kalimat tipe VO, V selalu

mengisi fungi predikat (P). P (V) kadang diisi oleh bentuk verba bisa juga bentuk

adjektiva.

Kehadiran Q dalam kalimat sangat penting walaupun tidak menempati

salah satu fungsi dalam kalimat, namun kehadiran qualifier dapat mengubah

struktur kalimat dan mempengaruhi makna kalimat yang bersangkutan, baik

makna sebagian maupun seluruhnya. Jadi Q dapat mempengaruhi tanggapan dan

tindakan mitra bicara dalam suatu peristiwa bahasa – khususnya bahasa Jawa. Hal

ini dapat di lihat pada contoh kalimat berikut:

(1) Bintang sinetron Fauziah Shahab, utawa kang luwih dikenal kanthi Zee Zee Shahab, sajake ora seneng nguntal vitamin sasuwene njaga kesehatane ing wulan pasa iki.(PS/35/27/08/11)

„Bintang sinetron Fauziah Shahab, atau yang lebih dikenal de

ngan Zee Zee Shahab, kelihatannya tidak suka mengkonsumsi vitamin selama menjaga kesehannya di bulan puasa ini.‟

Berdasarkan pertalian sintaksisnya, penanda ora yang merupakan penanda

qualifier negative dan penanda seneng yang merupakan penanda qualifier habitual

menjadikan kalimat pada contoh kalimat (1) baik sebagian maupun secara

keseluruhan ditolak dan dibantah. Hal ini dapat dibuktikan dengan melihat contoh

(20)

commit to user

(1a) Bintang sinetron Fauziah Shahab, utawa kang luwih dikenal kanthi Zee Zee Shahab, sajake nguntal vitamin sasuwene njaga kesehatane ing wulan pasa iki.

„Bintang sinetron Fauziah Shahab, atau yang lebih dikenal dengan Zee Zee Shahab, kelihatannya mengkonsumsi vitamin selama menjaga kesehannya di bulan puasa

Kita melihat contoh kalimat (1a) di atas, penanda qualifier negatif dan

penanda habitual dilesapkan menjadikan kalimat memuat informasi yang berbeda

dengan kalimat yang menggunakan penanda qualifier. Hal ini menunjukan bahwa

kehadiran qualifier berpengaruh dalam stuktur sintaksis dan semantik.

Penggunaan bahasa Jawa dalam kehidupan sehari-hari tanpa disadari

masyarakat pengguna bahasa memakai formatif Q secara bersama-sama.

Pengguanaan formatif Q secara bersama-sama mempengaruhi pola keketatan

urutan suatu kalimat yang bersangkutan. Penggunaan formatif Q bersama-sama

atau qualifier ganda dapat dikelompokan dalam dua jenis yaitu, Q ganda sejenis

yaitu gabungan dari satu jenis Q tertentu, dapat dilihat dari contoh data sebagai

berikut,

(2) Surti saguh bisa nggarap PR saka gurune.

„Surti sanggup bisa mengerjakan PR dari gurunya.‟

Data di atas menunjukan hadirnya dua Q sejenis yaitu Q potensial yang ditandai

dengan morfem bebas saguh „sanggup‟ dan bisa „bisa‟. Q ganda tidak sejenis

yaitu gabungan lebih dari satu jenis Q, contoh sebagai berikut

(3) Kita isih bisa nglatih sawenehing perangan otot awak utawa cukup nindakake cardio wae. (PS/35/27/08/11/16)

(21)

commit to user

Data di atas menunjukan hadirnya dua formatif Q tidak sejenis yaitu Q progresif

isih „masih‟ dan Q potensial yaitu bisa „bisa‟.

Dalam penelitian ini penulis mengkaji struktur kalimat berformatif Q

ganda dari segi bentuk ,fungsi dan makna.

Penelitian ini mengambil data dari majalah berbahasa Jawa karena peneliti

menganggap majalah bahasa Jawa merupakan cerminan dari masyarakat

pengguna bahasa Jawa yang ada di pulau Jawa khususnya di Jawa Tengah, Jawa

Timur dan D.I Yogyakarta. Penggunaan bahasa tulis dalam majalah Panjebar

Semangat maupun Jaya Baya tidak jauh berbeda dengan bahasa lisan yang

digunakan masyarakat pengguna bahasa Jawa. Kalimat-kalimat yang digunakan

sedikit banyak terdapat formatif qualifier ganda sehingga peneliti mencoba

mengangkatnya untuk dianalisis hingga dapat diketahui bagaimana proporsi

qualifier ganda terhadap V dalam kalimat.

Penelitian bahasa yang berkaitan dengan penilitian ini adalah,

1. Skripsi yang berjudul Qualifier Potensial dan Kualitas“ tahun 1995 yang

disusun oleh Siti Nur Insani . Skripsi ini mengkaji bentuk, fungsi dan makna

dari dua jenis qualifier yaitu qualifier potensial dan kualitas.

2. Skripsi yang disusun oleh Romlah pada tahun 1998 dengan judul Qualifier

Kausatif dalam Bahasa Jawa” yang mengkaji tentang ciri formal qualifier

kausatif bahasa Jawa, bentuk qualifier kausatikf dan pengaruh qualifier

kausatif dalam pola keketatan urutan predikat-objek dalam kalimat bahasa

(22)

commit to user

3. Tesis yang berjudul “Pendesak dalam Bahasa Jawa: Kajian Tipologis

disusun oleh Roni pada tahun 2001. Tesis ini mengakaji seluruh pendesak

bahasa Jawa namun hanya terbatas pada pengelompokan pendesak menurut

tipe yang sama.

4. Sujono (2006) dalam Linguistika Jawa dengan judul “Qualifier Interogatif”

membahas secara mendalam tentang qualifier interogatif.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tersebut, menunjukan bahwa

penelitian tentang qualifier ganda Verba bahasa Jawa belum pernah dilakukan

sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini. Adapun penelitian ini

diberi judul “Qualifier Ganda Verba Bahasa Jawa (Kajian Bentuk, Fungsi, dan

Makna).

Q adalah suatu kategori khusus yang sangat unik karena dapat mengubah

suatu struktur kalimat serta mengubah makna. Karena keunikan yang dimiliki Q

tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Q khususnya

Q ganda bahasa Jawa. Selain alasan tersebut kajian tentang Qualifier masih belum

banyak dilakukan karena dianggap terlalu kompleks maka penulis merasa

tertantang untuk melakukan penelitian ini. Penulis ingin mengkaji bentuk fungsi

dan makna quailifier ganda pada Verba bahasa Jawa.

B.Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dalam penelitian ini dilakukan agar penelitian data

terfokus dan tidak keluar dari masalah yang akan dikaji. Adapun pembatasan

masalah dalam penelitian ini adalah bentuk, fungsi, dan makna Q ganda Verba

(23)

commit to user C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut ada tiga masalah pokok

yang akan dianalisis dalam penelitian ini ialah:

1. Bagaimanakah bentuk qualifier ganda bahasa Jawa?

2. Bagaimanakah fungsi qualifier ganda bahasa Jawa?

3. Bagaimanakah makna kalimat yang mengandung Q ganda?

D. Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan bentuk qualifier ganda bahasa Jawa.

2. Mendeskripsikan fungsi qualifier ganda bahasa Jawa.

3. Mendeskripsikan makna kalimat yang mengandung Q ganda (gramatikal

atau tidak gramatikal).

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Dengan penelitian ini diharapkan dapat menambah teori dalam bidang

ilmu linguistik khususnya linguistik Jawa.

2. Manfaat Praktis

a. Dapat memberikan wawasan tentang qualifier bahasa Jawa.

b. Dapat digunakan sebagai bahan pengajaran kuliah khususnya di bidang

linguistik.

c. Dapat menambah perbendaharaan penelitian linguistik, khususnya

(24)

commit to user

d. Dapat dijadikan sebagai model untuk penelitian selanjutnya.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini meliputi tiga bab yaitu sebagai

berikut.

Bab I Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah, pembatasan

masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

sistematika penulisan.

Bab II Landasan Teori, yang meliputi pengertian sintaksis, struktur

sintaksis, pengertian qualifier, ciri qualifier, jenis qualifier, bentuk qualifier, dan

fungsi.

Bab III Metode Penelitian, meliputi jenis penelitian, data dan sumber data,

alat penelitian, populasi dan sampel, metode pengumpulan data, analisis data,

metode analisis data, metode penyajian hasil analisis.

Bab IV Hasil Analisis mengenai bentuk qualifier ganda bahasa Jawa,

fungsi qualifier ganda bahasa Jawa, dan makna qualifier ganda bahasa Jawa.

„ Bab V Penutup, berisi simpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah

dilakukan.

Daftar Pustaka

(25)

commit to user G. Kerangka Pikir

Qualifier ganda Bahasa Jawa

Wacana tulis Berbahasa Jawa dalam majalah “Panjebar Semangat dan Jaya

Baya

Kalimat yang mengandung Qualifier ganda Bahasa Jawa

Bentuk qualifier ganda bahasa Jawa

Fungsi qualifier ganda bahasa Jawa

(26)

commit to user

9

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Sintaksis

Secara etimologi sintaksis berasal dari bahasa Yunani yaitu sun „dengan‟

dan kata tattein „menempatkan‟ sehingga sintaksis berarti menempatkan secara

bersama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat (Abdul Chaer, 2003: 206).

Istilah sintaksis diambil langsung dari bahasa Belanda Syntaxis dan dalam bahasa

Inggris menggunakan istilah syntax. Sintaksis adalah (1) pengaturan dan

hubungan antara kata dengan kata, atau dengan satuan-satuan yang lebih besar,

atau antara satuan-satuan yang lebih besar itu dalam bahasa, (2) subsistem bahasa

yang mencakup hal tersebut (sering dianggap bagian dari gramatika; bagian lain

ialah morfologi), (3) cabang linguistik yang mempelajari hal tersebut (Harimurti

Kridalaksana, 2001: 199). Menurut Ramlan sintaksis ialah bagian atau cabang

ilmu bahasa yang membicarakan seluk-beluk wacana, kalimat, klausa, dan frasa

berbeda dengan morfologi yang membicarakan seluk beluk kata dan morfem

(1987: 21). Dari beberapa pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

sintaksis adalah cabang ilmu linguistik yang mempelajari hubungan antara kata

dengan kata serta hubungan dengan satuan yang lebih besar dengan sistem bahasa.

1. Struktur Sintaksis

Struktur adalah organisasi berbagai unsur bahasa yang masing-masing

(27)

commit to user

10

Sudaryanto struktur sintaksis meliputi bentuk, fungsi, kategori, dan peran (1983:

13-14). Dalam penelitian ini dibahas bentuk, dan fungsi.

a. Bentuk

Bentuk bahasa terdiri dari satuan-satuan yang dapat dibedakan menjadi dua

satuan yaitu satuan fonologik dan satuan gramatik. Satuan fonologik meliputi

fonem dan suku kata, sedangkan satuan gramatik meliputi wacana, kalimat,

klausa, frasa, kata, dan morfem (Ramlan, 1996: 25). Bentuk adalah penampakan

satuan bahasa atau rupa/wujud dari satuan gramatikal. Bentuk dibedakan menjadi

lima yaitu bentuk asal, bentuk dasar, bentuk kata, bentuk bebas, dan bentuk terikat

(Harimurti Kridalaksana, 2001: 28-29). Bentuk atau satuan lingual di dalam tata

kalimat atau sintaksis, yaitu kalimat, klausa, frasa, dan kata (Wedhawati, 2006:

31). Dalam penelitian ini bentuk yang dimaksud adalah kalimat dan klausa karena

formatif Q ganda yang menduduki fungsi bersama dengan verba akan membentuk

bentuk lingual setidak-tidaknya frasa. Sedangkan frasa merupakan satuan lingual

yang membentuk klausa atau kalimat.

1) Kalimat

Kalimat merupakan satuan sintaksis dasar dan maksimal di dalam tataran

gramatikal. Kalimat merupakan abstraksi dari tuturan, yaitu apa yang dituturkan

oleh manusia atau satuan lingual maksimal yang disertai intonasi, nada, dan

tekanan tertentu sebagai hasil aktivitas organ bicara. Di dalam bahasa tulis kalimat

diawali dengan spasi, huruf awal yang berupa huruf kapital, dan diakhiri dengan

pungtuasi atau tanda baca yang berupa tanda titik (.), tanda Tanya (?), atau tanda

(28)

commit to user

11

lingual yang lebih kecil (Wedhawati dkk, 2006: 31). Selain tanda baca yang

mengawali dan mengakhiri kalimat dalam bahasa tulis ada pula yang

mendefinisikan kalimat menurut intonasinya. Ramlan (1996, 25) sesungguhnya

yang menentukan satuan kalimat bukannya banyaknya kata yang menjadi

unsurnya, melainkan intonasinya. Setiap satuan kalimat dibatasi oleh adanya jeda

panjang yang disertai nada akhir turun atau naik. Kalimat adalah ucapan bahasa

yang mempunyai arti penuh dan batas keseluruhannya ditentukan oleh turunnya

suara (Fokker, 1983: 11).

Kalimat umumnya berwujud rentetan kata yang disusun sesuai dengan

kaidah yang berlaku. Pengurutan rentetan kata serta macam kata yang dipakai

dalam kalimat menentukan pula macam kalimat yang dihasilkan (Anton M

Moeliono, dkk., 1988:30). W.J.S. Poerwadarminta (1984:437-438) memberi

definisi kalimat sebagai sepatah kata atau sekelompok kata yang merupakan suatu

kesatuan yang mengutarakan suatu pikiran atau perasaan (atau pikiran dan

perasaan) dan perkataan. Menurut Anton M Moeliono, dkk. (1988:254) kalimat

adalah bagian terkecil ujaran atau teks (wacana) yang mengungkapkan pikiran

yang utuh secara ketatabahasaan. Sedangkan dalam kamus Linguistik disebutkan

bahwa kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri mempunyai

intonasi final dan secara actual maupun potensial terdiri dari klausa

(Kridalaksana, 1993: 92).

Kalimat dalam wujud lisan ialah abstraksi tuturan yang dilontarkan dengan

intonasi jelas sesuai dengan informasi yang ingin disampaikan dengan jeda dan

pemenggalan kalimat sesuai agar informasi yang diterima mitra tutur tidak

(29)

commit to user

12

kesenyapan yang menandakan kalimat yang diucapkan telah selesai. Sedangkan

dalam bentuk tulisan berhuruf Latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital, dan

diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?), dan tanda seru (!). Jadi kalimat

adalah satuan terkecil dalam wacana yang dibentuk dari satuan lingual yang lebih

kecil sehingga dapat menyampaikan informasi. Contoh kalimat yang berwujud

tulis adalah sebagai berikut.

(4) Propinsi Aceh kang saiki diganti Nangru Aceh Darussalam (NAD) pancen wis kondhang kaonang-onang kapatriotane nalika merangi Penjajah Walanda lan uga dhaerah mau dikenal Serambi Mekah, amarga dianggep sumebare agama Islam ing Indonesia kawiwitan ing Aceh. (PS/34/20/08/11/25)

„Propinsi Aceh yang sekarang diganti Nangru Aceh Darussalam (NAD)

memang sudah terkenal kepahlawanannya ketika melawan penjajah Belanda dan juga daera itu dikenal Serambi Mekah, karena dianggap penyebaran agama Islam di Indonesia berawal dari Aceh.

2) Klausa

Klausa yaitu satuan gramatikal yang sekurang-kurangnya terdiri atas

subjek dan predikat serta berpotensi menjadi kalimat tunggal (Wedhawati dkk,

2006: 32). Klausa adalah satuan gramatikal predikatif. Berdasarkan fungsinya

dalam kalimat, klausa dapat dibedakan menjadi klausa utama atau klausa induk

klimat dan klausa subordinatif atau anak kalimat. Klausa bebas atau klausa utama

adalah klausa yang potensial utuk menjadi kalimat tunggal yang mandiri.

Sedangkan klausa subordinatif atau klausa teikat adalah klausa yang tidak dapat

berdiri sendiri sebagai kalimat karena keterkaitannya dengan klausa utama.

Ramlan menjelaskan dalam Sintaksis klausa disini dijelaskan sebagai

satuan gramatik yang terdiri dari S P baik disertai O, Pel, dan Ket ataupun tidak.

(30)

commit to user

13

bahwa apa yang terletak dalam kurung itu bersifat manasuka, artinya boleh ada,

boleh juga tidak ada. Unsur inti klausa adalah S dan P. Namun demikian, S sering

dihilangkan, misalnya dalam kalimat luas sebagai akibat penggabungan klausa

dan dalam kalimat jawaban (Ramlan, 1996: 89).

b. Kategori

Kategori sintaksis atau kelas kata dan di dalam tata bahasa Jawa disebut

jinising tembung (Wedhawati, 2006: 46). Berdasarkan keanggotaanya, kategori

sintaksis dibedakan menjadi dua, kategori sintaksis terbuka dan kategori sintaksis

tertutup.

1) Kategori Sintaksis Terbuka

Kategori sintaksis terbuka dalam arti jumlah katanya dapat berkembang.

Yang tergolong kategori ini ada empat yaitu (1) verba (V) atau kata kerja (bahasa

Jawa: tembung kriya), (2) adjektiva (Adj) atau kata keadaan (sifat) (bahasa Jawa:

tembung kaanan), (3) nomina (N) atau kata benda (bahasa Jawa: tembung aran),

(4) adverbial (Adv) atau kata keterangan (bahasa Jawa: tembung katrangan)

(Wedhawati, 2006: 46-47).

2) Kategori Sintaksis Tertutup

Kategori sintaksis tertutup, dalam arti jumlah keanggotaannya relatif

terbatas dan sulit berkembang. Kategori ini ada tujuh, yaitu (1) pronominal (Pron)

atau kata ganti (bahasa Jawa: tembung sesulih), (2) numeralia (Num) atau kata

bilangan (bahasa Jawa: tembung wilangan), (3) preposisi (Prep) atau kata depan

(31)

commit to user

14

(bahasa Jawa: tembung panggndheng), (5) interjeksi (Itj) atau kata seru (bahasa

Jawa: tembung panguwuh), (6) partikel (Ptk), dan (7) artikula (Atk) atau kata

sandang (bahasa Jawa: tembung penyilah). Preposisi, konjungsi, dan partikel

lazim disebut kata tugas (Wedhawati dkk, 2006: 47). Contoh sebagai berikut,

(5) Anggone omah omah duwe anak loro wadon kabeh yakuwi Sinta Dewi Purwanti lan Rizki Rahma Nurwahyuni.(PS/35/27/08/11/17)

‟Dalam kehidupan rumah tangga punya dua anak perempuan yaitu Sinta Dewi Purwanti dan Rizki Rahma Nurwahyuni.

Data di atas menunjukan adanya numeralia yang jumlahnya terbatas pada

bilangan yang sudah disepakati. Bilangan hanya dirangkaikan dari 0 (nol) hingga

9 (Sembilan) dan tidak ada bilangan lain. Maka numeralia merupakan salah satu

dari kategori sintaksis tertutup.

C. Fungsi

Menurut Harimurti Kridalaksana fungsi adalah hubungan antara unsur-unsur

bahasa dilihat dari sudut penyajiannya dalam ujaran (2001: 62). Fungsi memiliki

sifat relasional artinya adanya fungsi yang satu tidak dapat dibayangkan tanpa

hubungan dengan fungsi yang lain. Konsep fungsi sintaksis mencakupi subjek (S),

predikat (P), Objek (O), pelengkap (Pl), dan keterangan (K). Di dalam tata bahasa

Jawa subjek disebut jejer, predikat disebut wasesa, objek disebut lesan, pelengkap

disebut geganep, dan keterangan disebut katrangan (Wedhawati dkk, 2006: 49).

1) Subjek/jejer

Subjek/jejer adalah bagian dari klausa berwujud nomina atau frase nomina

(32)

commit to user

15

2) Predikat/wasesa

Predikat/wasesa adalah bagian klausa yang menandai apa yang dikatakan

pembicara tentang subjek.

3) Objek/lesan

Objek/lesan adalah nomina atau kelompok nomina yang melengkapai

verba-verba tertentu dalam klausa. Objek, secara semantik adalah konstituen yang

dikenai perbuatan yang dinyatakan oleh predikat/wasesa. Kehadiran objek/lesan

ditemukan dalam kalimat aktif berpredikat verba transitif, baik yang ekatransitif

maupun dwitransitif.

4) Pelengkap/geganep

Pelengkap/geganep adalah bagian kalimat yang berguna melengkapi predikat.

5) Keterangan/katrangan

Keterengan/katrangan adalah kata atau kelompok kata yang dipakai untuk

meluaskan atau membatasi makna subjek atau predikat dalam klausa.

Adapun ciri dari fungsi menurut Ramlan (2001:80-93) adalah sebagai

berikut.

a. S (Subjek) dan P (Predikat)

1) Berdasarkan intonasi, antara S dan P secara potensial terdapat jeda

sedang.

(33)

commit to user

16

3) P terdiri dari golongan verba transitif, verba intransitif, dan

(mungkin) dari golongan kata lain.

4) Unsur yang menduduki fungsi S berkategori Nomina dan P

diduduki kata berkategori Nomina, Verba, Bilangan, dan FD.

b. O (Objek) dan Pel (Pelengkap)

1) O selalu terletak di belakang P yang terdiri dari kata verba transitif.

2) Jika klausa diubah dari klausa aktif menjadi klausa pasif, maka

kata atau frasa yang berkedudukan sebagai O menduduki fungsi S.

3) Pel terletak dibelakang P tetapi tidak bisa dijadikan bentuk pasif.

4) Kata yang menduduki fungsi O termasuk kategori Nomina dan Pel

diduduki kata berkategori Nomina, Verba, dan Bilangan.

c. K (Keterangan)

1) Pada umumnya mempunyai letak yang bebas.

2) Kata yang menduduki fungsi K termasuk kategoti Keterangan, FD,

dan Nomina.

Menurut Anton M Moeliono, dkk. (1988:30) fungsi bersifat sintaksis

artinya berkaitan dengan urutan kata atau frasa dalam kalimat. Fungsi sintaksis

yang dimaksud adalah.

a. S (Subyek)

1) Berwujud nomina atau kata benda.

(34)

commit to user

17

b. P (Predikat)

1) Dapat berwujud FV, Adjektiva atau kata sifat, Nomina atau kata

benda, dan preposisional.

c. O (Objek)

1) Berwujud FN atau Nomina.

2) Berada di belakang P yang berupa FV transitif aktif.

3) O berubah menjadi S dalam kalimat pasif.

d. Pel (Pelengkap)

1) Umumnya berupa frasa nomina berada di belakang P verba.

2) Pel tidak dapat menjadi S.

3) Wajib hadir untuk melengkapi konstruksi.

e. K (Keterangan)

1) Letak dari K bebas.

2) Dapat berupa kata yang bermakna alat, tempat, cara, waktu,

kesertaan, atau tujuan.

B. Pengertian Qualifier

Menurut Lehmann Qualifier itu sebagai salah satu unsur abstrak pembentuk

kalimat (yang bias dilambangkan dengan sigma), disamping proposisi (P).

Pernyataan ini dapat diartikan kurang lebih demikian qualifier lingkup

jangkauannya adalah seluruh klausa. Qualifer adalah pembatas bagi verba pengisi

P jika berupa kata dan dapat terpadu dengan konstituen pengisi P jika berupa afiks

(Sudaryanto, 1983: 161). Sudaryanto menyebut qualifier sebagai pendesak karena

kehadirannya dalam kalimat “mendesak” terhadap makna kalimat yang

(35)

commit to user

18

dibatasi, diubah atau ditambah (1993: 161). Dijelaskan pula dalam tipologi

Lehmann bahwa inti klausa adalah Verba –yang di dalam bahasa Jawa diisi oleh

verba atau adjektiva; pendesak verba atau adjektiva. Karena mendesak makna

Verba maka keberadaan formatif Q harus menyatu dengan Verba dalam kalimat

artinya berada dalam satu fungsi bersama Verba menduduki predikat. Dalam

kamus Longman Dictionary of Contempory English ditulis qualifier “an adjektiva

or adverb wich the meaning of another word” artinya qualifier adalah kata sifat

atau keterangan yang membatasi makna kata yang lain (Prokter dalam Romlah,

1998: 902).

Menurut Roni (2001: 152) dalam tesisnya yang berjudul Pendesak dalam

Bahasa Jawa, pendesak merupakan hiponim atau salah satu bagian dari penunjuk

interogatif; dengan demikian dapat dikatakan bahwa pendesak pasti merupakan

penunjuk interogatif tetapi tidak sebaliknya. Qualifier adalah konstituen kategori

tata bahasa (gramatikal) yang memberi kualitas secara tata bahasa pula terhadap

arti konstituen inti yang terdapat dalam slot predikat (blogspot Roni posted 31

Agustus 2009).

Qualifier menurut peneliti adalah morfem yang tidak memiliki fungsi sendiri

dalam suatu konstruksi bahasa namun menyatu dengan verba maupun adjektiva

pengisi fungsi predikat sehingga membentuk frasa (frasa verba atau frasa

adjektiva) yang memiliki peran penting berkaitan dengan semantiknya yaitu

memberi kualitas secara gramatikal terhadap arti konstituen inti yang mengisi

(36)

commit to user

19

Dari pengertian qualifier diatas, qualifier ganda dapat diartikan sebagai

pembatas verba pengisi fungsi predikat yang berupa adjektiva atau verba yang

digunakan secara bersama dalam satu konstruksi bahasa dan tetap

sama-sama menduduki fungsi predikat tanpa disisipi fungsi lain dan letaknya bisa di kiri

maupun di kanan morfem pengisi P.

C. Ciri Qualifier

Dengan menyesuaikan dengan tipologi Lehmann dapat ditentukan ciri

pendesak dalam bahasa Jawa yaitu (1) mempunyai perilaku sintaksis seperti

interogatif dan negatif yaitu mendahului Verba atau praverba, (2) keberadaannya

harus menyatu dengan Verba mengisi fungsi predikat, (3) tidak boleh ada

konstituen lain yang berstatus “fungsi” menghalangi atau menyisipi di antara

formatif pendesak dan Verba (Roni, 2001: 151-152).

D. Ciri Qualifier Ganda

Hasil tipologi Lehmann telah diuji kembali oleh Roni hingga dalam tesis

tahun 2006 terdapat kesimpulan yang dibuatnya tentang ciri qualifier ganda

antara lain, (1) tidak boleh ada konstituen lain yang berstatus “fungsi”

menghalangi atau menyisipi diantara formatif Q dan Verba, (2) memiliki prilaku

sintaksis seperti interogatif dan negatif yaitu mendahului Verba atau biasa

disebut praverba dalam bahasa tipe VO –bahasa Jawa termasuk tipe VO, (3) bila

terdapat sekaligus bersama-sama dalam satu kalimat, konstituen itu mengikuti

(37)

commit to user

20

E. Jenis Qualifier

Ada dua buah wujud primer Q yang ada dalam setiap bahasa yaitu

interogatif dan negatif. Disebut primer Q maka ada indikasi adanya Q lain yang

keberadaanya ditentukan oleh kesamaan watak dengan interogatif dan negatif

yang bersangkutan. Pada setiap bahasa memiliki jenis Q yang berbeda – kecuali

primer Q yang ada dalam semua bahasa. Sudaryanto menyebutkan dalam bahasa

Indonesia ada lima belas macam Q yaitu: (1) interogatif, (2) negatif, (3)

potensial, (4) desideratif, (5) resiprokal, (6) keserempakan, (7) keberuntunan, (8)

refleksif, (9) iteratif, (10) kausatif, (11) intensitas, (12) kualitas, (13) habitual,

(14) delimitative, (15) dubitative (Sujono, Materi Kuliah Seminar Linguistik).

Menurut Roni pendesak sekunder dalam bahasa Jawa ada 34 jenis yang

terdiri dari kurang lebih 210-an formatif Q yang ia kelompokan menjadi tiga

yaitu: (1) kelompok modal yang terdiri dari Q interogatif, negative , desiderative,

potensial, komisif, obligatif, dubitatif, imperatif, pemastian, optatif dan irealis; (2)

kelompok aspek yang terdiri dari Q habituatif, inkoatif, futur, perfektif,

imperfektif, progresif, iteratif,semelfaktif, simulatif; (3) kelompok

nonaspek/modal terdari dari Q kualitatif, superlatif, delimitatif, penolakan,

penerimaan, komparatif, keterlanjuran, ketergesa-gesaan, kepura-puraan,

kesungguhan, “eksesif”, “intensitas”, kondisional, resiprokal, dan kausatif (Roni,

2001, 153). Sedangkan menurut posisinya terhadap Verba formatif Q dibedakan

menjadi tiga jenis yaitu (1) yang konsisten mendahuli Verba atau praverba, (2)

(38)

commit to user

21

menduduki posisi sebelum maupun sesudah Verba, namun cenderung posisi

praverba yang sering dijumpai (Roni, 2001: 154).

F. Bentuk Qualifier

Bentuk adalah penampakan satuan bahasa atau rupa/wujud dari satuan

gramatikal. Dalam bahasan ini yang dimaksud bentuk adalah bentuk dari

pendesak itu sendiri. Bentuk pendesak dibedakan menjadi dua yaitu morfem

terikat dan morfem bebas. Morfem terikat terdiri dari (1) aspek yaitu formatif Q

yang biasanya terdapat dalam dialog, (2) afiksasi yang melekat padu pada V.

Morfem bebas yang berwujud kata contohnya mbok menawa dan frasa –pendesak

berada di depan V (Dyah Padmaningsih, Materi kuliah Sintaksis).

Pola urutan formatif Q bila digunakan bersama-sama dalam suatu konstruksi

memiliki urutan antar qualifier itu sendiri adalah tidak tetap tetapi keseluruhan

formatif Q memenuhi kaidah urutan QV, QQV, dst dalam posisi praverba.

Sedangkan dalam primer Q yaitu Q interogatif dan negatif pola urutannya bila

bergabung dalam tipe VO membentuk Q ganda dengan hipotesis urutannya adalah

interogatif – negatif – (akar) Verba. Pola urutan ini sudah terbukti keberadaannya

dalam bahasa Jawa (Roni, 2001: 156).

Gabungan dari V dengan beberapa Q secara bersama-sama membentuk

sebuah frasa verba yang menduduki fungsi predikat dalam sebuah satuan lingual

yang lebih besar. Frasa verba yang memiliki pola seperti ini disebut dengan Frasa

Verba Kompleks Modifkatif adalah frasa verbal yang salah satu konstituen

(39)

commit to user

22

konstituen lain sebagai modifikator. Posisi modifikator dapat berada di depan atau

di belakang konstituen inti (Wedhawati dkk, 2006: 164).

Frasa Verba Simpleks Modifikatif itu sendiri adalah frasa verba simpleks –

frasa verb yang konstituennya berupa kata- yang salah satu konstituennya

merupakan inti dan konstituen langsung lainnya merupakan modifikator. Frasa

verba simpleks modifikatif terdiri atas satu konstituen inti berupa verba dan

modifikator. Verba yang menjadi konstituen inti dapat berupa verba aktif

(ekatransitif, dwitransitif, semitransitif, intransitif), dan pasif (Wedhawati dkk,

2006: 161).

G. Makna

Makna adalah salah satu aspek bahasa yang tidak dapat dipisahkan dari

aspek bentuk bahasa. Dengan kata lain bahasa adalah satuan bentuk dan makna.

Satuan bentuk tertentu tidak dapat digunakan di dalam komunikasi tanpa makna

tertentu. Makna tanpa bentuk juga belum dapat digunakan di dalam komunikasi

(Wedhawati dkk, 2006: 45).

Makna lingual dapat dibedakan menjadi dua, yaitu makna leksikal dan makna

gramatikal atau makna strukltural. Makna leksikal adalah konsep yang

disenyawakan secara struktural di dalam bentuk lingual kata sebagai satuan

leksikal (Wedhawati dkk, 2006: 45). Makna structural berkaitan dengan makna

unsure satuan lingual yang berhubungan secara sintagmatis. Makna structural

(40)

commit to user

23

Makna yang ditekankan dalam penelitian ini adalah berterima atau tidak

(41)

commit to user

24

BAB III

METODE PENELITIAN

Menurut Edi Subroto (1992: 32) istilah metode di dalam penellitian linguistik

dapat ditafsirkan sebagai strategi kerja berdasarkan ancangan tertentu sedangkan

teknik dapat ditafirkan sebagai langkah dan kegiatan yang terdapat dalam

kerangka strategi yang dilakukan yang tedapat dalam kerangka strategi tertentu.

Metode mencakup kesatuan dan serangkaian proses penentuan kerangka pikiran,

perumusan masalah, penentuan sampel data, teknik pengumpulan data, dan

analisis data (Sudaryanto, 1992: 31-32). Dalam metode penelitian ini akan

dijelaskan mengenai beberapa hal antara lain: (A) jenis penelitian, (B) data dan

sumber data, (C) alat penelitian, (D) populasi dan sampel, (E) metode

pengumpulan data, (F) metode analisis data.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian kajian “Qualifier Ganda Bahasa Jawa (Kajian Bentuk dan

Makna)” ialah penelitian deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang kerjanya

menyajikan data berdasarkan objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan

fakta-fakta yang ada (Sudaryanto, 1992: 5). Penulis mencoba menggambarkan dan

mengintrepetasi objek sesuai dengan apa adanya. Data yang terkumpul berupa

kata-kata dalam bentuk kalimat dan bukan angka dan menyajikan data dalam

bentuk kata-kata dengan bahasa sekarang berdasarkan fakta yang ada dan dengan

(42)

commit to user B. Alat Penelitian

Alat penelitian berguna untuk memperoleh data dan meperlancar jalannya

penelitian. Penelitian ini menggunakan alat tulis manual seperti ballpoint, pensil,

penghapus, penghapus ballpoint (tip-ex), buku catatan, kertas HVS, dan kartu

data. Alat elektronik yang digunakan adalah komputer

C. Data dan Sumber Data

Data adalah fenomena lingual khusus yang mengandung dan berkaitan

langsung dengan masalah yang dimaksud (Sudaryanto, 1992: 5). Data dalam

penelitian ini adalah data tulis yang berupa kalimat maupun klausa yang

mengandung formatif Q ganda dalam fungsi verba bahasa Jawa dalam media

cetak bahasa Jawa. Data yang diidentifikasi yang berupa morfem bebas yang

termasuk dalam formatif Q. Data tulis dipilih sebagai data dalam penelitian ini

serta mempertimbangkan data lisan namun data utama dalam penelitian ini adalah

data tulis. Peneliti memilih data tulis karena peneliti menganggap bahwa data tulis

lebih konsisten dan struktur tata bahasa (dalam hal ini kalimat dan klausa) yang

digunakan untuk penelitian ini lebih terlihat sehingga bisa mempermudah peneliti

dalam menganalisis data.

Sumber data berasal dari majalah berbahasa Jawa. Hal ini bertujuan untuk

mencari kalimat ataupun klausa berformatif Q ganda baik dalam ragam ngoko

maupun krama. Adapun sumber data yang dimaksud adalah 1. Panjebar

Semangat edisi 42, 17 Oktober 2009, 2. Panjebar Semangat edisi 52, 25

Desember 2010, 3. Panjebar Semangat edisi 32, 6 Agustus 2011, 4. Panjebar

Semangat edisi 33, 13 Agustus 2011, 5. Panjebar Semangat edisi 34, 20 Agustus

(43)

commit to user

edisi 46, 12 November 2011, 8. Panjebar Semangat edisi 47, 19 November 2011,

9. Panjebar Semangat edisi 40, 6 Oktober 2012, 10. Panjebar Semangat edisi 41,

13 Oktober 2012, 11. Jaya Baya edisi 45 minggu II bulan Agustus 2010, 12. Jaya

Baya edisi 49 minggu II bulan Agustus 2010 , 13. Jaya Baya edisi 50 minggu III

bulan Agustus 2010, 14. Jaya Baya edisi 13 minggu IV bulan November 2010 ,

15. Jaya Baya edisi 12 minggu III bulan November 2011, 16. Jaya Baya edisi 14

minggu I bulan Desember 2011, 17. Jaya Baya edisi 48 minggu I bulan Agustus

2012, 18. Jaya Baya edisi 49 minggu II bulan Agustus 2012.

Peneliti memilih wacana tulis tersebut di atas sebagai sumber data dengan

berbagai pertimbangan antara lain (1) sumber data tersebut menggunakan bahasa

Jawa ragam ngoko (dan sedikit ragam krama)dalam terbitannya, (2) sumber data

tersebut merupakan majalah berbahasa Jawa yang telah terbit sejak lama dan

masih bertahan hingga saat ini. Mengandung kalimat ataupun klausa berformatif

Q ganda yang digunakan sebagai data dalam penelitian ini.

D. Populasi dan Sampel

Populasi adalah objek penelitian yang pada umumnya merupakan keseluruhan

individu dari segi-segi tertentu bahasa (Edi Subroto, 1992: 32). Populasi dalam

penelitian ini adalah semua quailifier bahasa Jawa yang terdapat pada sumber

data.

Sampel ialah sebagian dari populasi yang dijadikan objek penelitian langsung

(44)

commit to user

1992: 32). Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling,

maksudnya adalah sampel yang digunakan secara selektif ditentukan oleh peneliti

dan didasarkan atas kepentingan peneliti. Sampel yang digunakan adalah kalimat

atau klausa yang mengandung formatif Q ganda yang mewakili populasi. Adapun

sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

1. Panjebar Semangat edisi 42, 17 Oktober 2009

2. Panjebar Semangat edisi 52, 25 Desember 2010

3. Panjebar Semangat edisi 32, 6 Agustus 2011

4. Panjebar Semangat edisi 33, 13 Agustus 2011

5. Panjebar Semangat edisi 34, 20 Agustus 2011

6. Panjebar Semangat edisi 35, 27 Agustus 2011

7. Panjebar Semangat edisi 46, 12 November 2011

8. Panjebar Semangat edisi 47, 19 November 2011

9. Panjebar Semangat edisi 40, 6 Oktober 2012.

10.Panjebar Semangat edisi 41, 13 Oktober 2012

11. Jaya Baya edisi 45 minggu II bulan Agustus 2010.

12.Jaya Baya edisi 49 minggu II bulan Agustus 2010

13.Jaya Baya edisi 50 minggu III bulan Agustus 2010

14.Jaya Baya edisi 13 minggu IV bulan November 2010

15.Jaya Baya edisi 12 minggu III bulan November 2011

16.Jaya Baya edisi 14 minggu I bulan Desember 2011.

17.Jaya Baya edisi 48 minggu I bulan Agustus 2012.

(45)

commit to user E. Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Kegiatan pengumpulan data merupakan bagian yang sangat penting dalam

setiap bentuk penelitian. Oleh karena itu berbagai hal yang merupakan bagian dari

keseluruhan proses pengumpulan data harus benar-benar dipahami oleh setiap

peneliti. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang lebih mementingan

makna, tidak ditentukan oleh kuantitasnya tetepi lebih ditentukan oleh proses

terjadinya, jumlah (dalam bentuk angka) dan cara memandang atau perspektifnya

(Sutopo, 2006: 55). Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode

simak. Adapun teknik dasar yang dipakai adalah teknik pustaka dan dilanjutkan

dengan teknik catat.

Teknik pustaka adalah peneliti berperan sebagai instrument kunci melakukan

penyimakan secara cermat, terarah, dan teliti terhadap sumber data utama dalam

rangka memperoleh data yang dibutuhkan. Hasil penyimakan kemudian dicatat

sebagai sumber data (Edi Subroto, 1992: 42).

F. Metode danTeknik Analisis Data

Analisis data merupakan suatu upaya sorang peneliti menangani langsung

masalah yang terkandung pada data yang diteliti. Analisis data bertujuan untuk

mengetahui masalah-masalah yang berhubungan dengan Q ganda Verba bahasa

Jawa. Metode penelitian yang digunakan untuk menganalisis data ialah metode

agih yaitu metode analisis data yang alat penentunya adalah unsur dari bahasa itu

sendiri (Sudaryanto, 1993: 15). Adapun teknik yang digunakan dalam metode

distribusional ialah teknik dasar yaitu Teknik Bagi Unsur Langsung (teknik BUL)

(46)

commit to user

pemindahan (permutasi). Yang dimaksud teknik lesap ialah teknik analisis dengan

melesapkan (menghilangkan, menghapuskan) unsur tertentu atau satuan lingual

yang bersangkutan. Teknik pemindahan ialah memindahkan unsur tertentu atau

satuan lingual yang bersangkutan pada posisi yang berbeda. Metode distribusional

digunakan untuk mengetahui bentuk dn fungsi formatif Q bahasa Jawa.

Bentuk menggunakan teknik dasar Bagi Unsur Langsung dengan teknik

lanjutan pelesapan.

1) Q ganda tidak sejenis

(6) Senajan mung turu emper, aku ora arep bali! (JB/45/II/08/10/1)

Konj P/V Ket S P/V

FV(1Q) N FV(2Q) FSM FKM

mung turu ora arep bali  ora bali (inti)+arep ↓ ↓ ↓ ↓ ↓

del Inti/V neg des inti/V

Pada data (6) terdapat dua klausa yaitu senajan mung turu emper „walaupun

hanya tidur (di) teras dan aku ora arep bali „aku tidak akan pulang‟. Inti kalimat

di atas terdapat pada klausa kedua aku ora arep bali „tidak akan pulang‟. Fungsi

yang mengisi klausa kedua tersebut adalah SP sedangkan P dalam klausa itu

terdiri dari kategori verba dan kategori khusus yaitu Q. Hadir secara

bersama-sama Q yang berbeda jenis yaitu Q negatif ora „tidak‟ dan Q desiderative arep

„akan‟.

Setelah teknik dasar yaitu BUL maka analisis dilanjutkan dengan teknik

(47)

commit to user (6a) Senajan mung turu emper, aku ora Ø bali!

„Walaupun hanya tidur (di) teras, aku tidak pulang!‟

(6b) *Senajan mung turu emper, aku Ø arep bali!

*„Walaupun hanya tidur (di) teras,akuakan pulang‟

Pada data (6a) dan (6b) yang salah satu formatif Q dilesapkan secara sintaksis

tidak mengubah bentuk klausa yaitu FSM dan kelas kata dari bentuk fungsi

predikat yang mengandung penanda qualifier ganda. Konstruksi yang dibentuk

pada kalimat (6b) tidak gramatikal.

(6c) *Senajan mung turu emper, aku Ø Ø bali!

*„Walaupun hanya tidur (di) teras,aku pulang‟

Pada kalimat (6c) kedua formatif Q dilesapkan maka membentuk klausa

tanpa formatif Q (S-V) serta membentuk kalimat tidak gramatikal.

2) Q ganda sejenis

(7) Pratiwi meh arep ketibanan andha.

„Pratiwi hampir akan kejatuhan tangga‟.

Pratiwi meh arep ketibanan andha.

S FKM (V) O

meh arep ketibanan

perfk perfk inti/v

Pada data (7) terdiri dari dua Qperfektif yang bersama-sama mengisi V dalam

(48)

commit to user

Setelah teknik dasar yaitu BUL maka analisis dilanjutkan dengan teknik

lanjutan yaitu teknik lesap, hali ini dapat dilihat dalam kalimat berikut ini,

(7a) Pratiwi Ø arep ketibanan andha.

„Pratiwi akan tertimpa tangga‟.

(7b) Pratiwi meh Ø ketibanan andha.

„Pratiwi hampir tertimpa tangga‟.

Pada data (7a) dan (7b) yang salah satu formatif Q dilesapkan secara sintaksis

tidak mengubah bentuk kalimat yaitu mengandung FSM dan kelas kata dari

bentuk fungsi predikat yang memuat penanda qualifier ganda. Konstruksi yang

dibentuk pada kalimat (7a) dan (7b) gramatikal.

(7c) Pratiwi Ø Ø ketibanan andha.

„Pratiwi tertimpa tangga.‟

Pada kalimat (7c) kedua formatif Q dilesapkan maka membentuk kalimat

tanpa formatif Q (S-V) serta membentuk kalimat gramatikal.

Fungsi qualifier ganda bahasa Jawa dianalisis menggunakan teknik lesap (deleli)

dan teknik ganti (subtitusi).

(8) Linune ora bisa takceritakna. (PS/42/17/10/09/29)

O P

N KFM (2Q+ tak-+V)

Jika salah satu formatif Q dilesapkan

(49)

commit to user

„Linunya tidak saya ceritakan.‟

(8b) Linune Ø bisa takceritakna.

„Linunya bisa saya ceritakan.‟

Pada data (8) yang salah satu formatif Q dilesapkan yang terjadi adalah

perubahan fungsi frasa yaitu membentuk frasa pengingkaran pada (8a) dan

membentuk frasa kemungkinan atau potensi pada (8b). Terjadi pula perubahan

bentuk dari FKM menjadi FSM tentu saja klitika (-tak) masih melekat pada verba.

Lalu data tersebut diuji kembali dengan teknik ganti (subtitusi) yaitu

mengganti salah satu formatif qualifier dengan formatif qualifier lain yang tidak

sejenis

(8c) Linune ora kuwat takceritakna.

„Linunya tidak kuat saya ceritakan.‟

Morfem {bisa} jika diganti dengan morfem {kuwat} yang sama-sama

formatif Q potensial akan mengubah tingkat pengingkaran makna dalam kalimat

itu. Maka Q ganda (Qnegatif + Q potensial) memiliki fungsi pengingkaran.

Masalah ketiga untuk mengetahui makna maka digunakan teknik

permutasi sebagai berikut,

(lihat data 6) Senajan mung turu emper, aku ora arep bali! (JB/45/II/08/10/1)

„ „Walaupun hanya tidur (di) teras, aku tidak akan pulang.‟

Data di atas dipermutasi yaitu diubah pola urutannya, maksudnya Q1Q2V menjadi

Q2Q1V,Q1VQ2,VQ1Q2, atau VQ2,Q1.

(6d) Senajan mung turu emper, aku arep ora bali!

„Walaupun hanya tidur (di) teras, aku akan tidak pulang!‟

(50)

commit to user

* „Walaupun hanya tidur (di) teras, aku akan pulang tidak!‟

(6f) ) *Senajan mung turu emper, aku bali arep ora!

*„Walaupun hanya tidur (di) teras, aku pulang akan tidak!‟

Pada data (6d) kalimat tersebut gramatikal namun makna yang dibentuk berbeda

atau lingkup jangkauan peningkarannya berubah yaitu dari klausa aku ora arep

bali „aku tidak akan pulang‟ menjadi aku arep ora bali „aku akan tidak pulang‟.

Sedangkan pada data (6e) dan (6f) konstruksi kalimat yang terbentuk dari hasil

permutasi tidak gramatikal.

G. Metode Penyajian Hasil Analisis

Metode penyajian hasil analisis penelitian menggunakan metode formal dan

informal. Metode formal adalah perumusan dengan tanda-tanda yang dimaksud

adalah tanda kurung biasa (( )), tanda garis miring (/), tanda pelesapan ( ), tanda

kurung kurawal ({}), tanda untuk mengungkapkan tuturan atau ungkapan yang

tidak gramatikal (*). Metode informal adalah perumusan dengan kata-kata biasa

atau sederhana, dalam memaparkan analisis data agar penyampaiannya mudah

(51)

commit to user

34

BAB IV

ANALISIS DATA

Permasalahan dalam penelitian ini khusus mengenai bentuk, fungsi, dan

makna formatif Q ganda bahasa Jawa. Analisis data yang dibahas mencakup morfem

bebas yang termasuk dalam formatif Q. Data yang diperoleh dalam penelitian ini

dianalisis berdasarkan rumusan masalah yaitu bentuk, fungsi, dan makna formatif Q

ganda bahasa Jawa. Data yang diperoleh kemudian dibahas berdasarkan teori yang

sudah ada.

Bentuk qualifier ganda yang dimaksud menurut jenis formatif qualifiernya

yaitu qualifier ganda sejenis dan tidak sejenis. Qualifer dalam bahasa Jawa dapat

menduduki fungsi predikat (V) dalam kalimat. Makna qualifier ganda yang dimaksud

sesuai dengan jenis qualifier yang dikandung dalam struktur kaliamat dalam data.

Pola qualifier ganda dalam kalimat bahasa Jawa biasanya praverba namun ada

sebagian yang menduduki postverba.

A.Bentuk Qualifer Ganda dalam Bahasa Jawa

Pembicaraan mengenai bentuk qualifier ganda bahasa Jawa menyangkut berbagai

kemungkinan dalam penggunaan bahasa oleh masyarakat dalam kehidupan

sehari-hari. Dalam penelitian ini bentuk qualifier ganda dalam bahasa Jawa dibatasi yaitu Q

ganda sejenis yang terdiri dari 2 formatif, Q ganda tidak sejenis yang terdiri dari 2

(52)

commit to user

penggunaan Q ganda sejenis lebih dari 2 formatif jarang bahkan tidak ditemukan

dalam kehidupan sehari-hari khususnya dalam bahasa tulis sebab dianggap kurang

efektif dan efisien (kemubaziran kata) yang mengakibatkan bahasa menjadi tidak

baku atau tidak gramatikal, (b) Q ganda lebih dari dua formatif sering digunakan

dalam bahasa lisan yang diucapkan dalam situasi tidak formal dengan tujuan

membuat suasa menjadi lebih hangat.

Data-data yang memuat Q ganda yang berupa morfem bebas di klasifikasikan

bentuknya dengan menggunakan teknik dasar BUL dilanjutkan dengan teknik lesap

adalah sebagai berikut

1) Qualifer Ganda Sejenis

Qualifier ganda sejenis adalah qualifier yang memliki jenis yang sama serta

meiliki daya gabung untuk membentuk Q ganda yang mengisi kontruksi V dalam

suatu kalimat.

a) 2 Formatif Q sejenis

(9) Ndilalah Kluwung uga meneng wae, dadine kabeh ora kelingan. (JB/12/III/11/49).

Untungnya kluwung juga diam saja, jadi semua tidak teringat.‟

(10) Wingi Satrio saguh sanggup dandani lawang omahku.

(PS/34/20/08/11/46).

Kemarin Satrio bersedia sanggup memperbaiki pintu rumah.‟

(11) Amarga yen ora diajari omong, unine ya mung urip ngono wae. (JB/12/III/10/11/48).

(53)

commit to user Uga meneng wae.

P/V

FV(2Q)

FKM

Uga meneng wae ↓ ↓ del Inti/V del

saguh sanggup dandani.

FV (2Q)

FKM

Saguh sanggup dandani

↓ ↓ ↓

pot pot inti/V

mung orip ngono wae

FV (2Q)

FKM

Mung urip ngono wae

↓ ↓ ↓

del inti/V del

Data di atas mengandung dua formatif Q yang sama yaitu saguh „bersedia‟

dan sanggup „sanggup‟ (10) yang merupakan Qpotensial, sedangkan pada data (9)

(54)

commit to user

berikut merupakan deskripsi komponen pembentuk frasa verba pengisi predikat yang

terdiri dari Q ganda dan verba.

Tabel 1 Data FKM (Frasa Kompleks

Modifikatif)

Qpot-pot Qdel-del Verba

9 uga meneng wae uga…wae

„hanya..saja‟ urip ngono „hidup begitu‟

Dari data di atas dapat diketahui bahwa kaliamat pada data (10) memiliki

predikat yang terbentuk dari verba dan Q ganda berupa morfem bebas yaitu

Qpotensial saguh „bersedia‟ dan sanggup „sanggup‟. Pada data (10) verba berupa

polimorfemis dandani „memperbaiki‟. Frasa yang terbentuk disebut frasa kompeks

modifikatif (FKM).

saguh + sanggup +dandani  saguh sanggup dandani

dandan+i

Qpot Qpot Adj+i  FKM

Setelah teknik dasar yaitu BUL maka analisis dilanjutkan dengan teknik

lanjutan yaitu teknik lesap untuk mengetahui bentuk frasa pengisi predikat sebagai

berikut

(10a) Wingi Satrio sanggup dandani lawang omahku.

(55)

commit to user

(10b) Wingi Satrio saguh dandani lawang omahku.

Kemarin Satrio bersedia memperbaiki pintu rumahku.‟

(10c) Wingi Satrio dandani lawang omahku.

„Kemarin Satrio memperbaiki pintu rumahku.‟

Dari data di atas (10a-10c) kalimat gramatikal namun makna berubah ini

pada data (10c) yaitu menyatakan kelampauan atau hal yang sudah terjadi. Data

(10a-10b) terjadi perubahan bentuk frasa pengisi predikat yaitu dari FKM (2Q+verba)

menjadi FSM (1Q+verba). Sedang data (10c) pengisi predikat hanya verba tanpa Q.

2. Qualifier Ganda Tidak Sejenis

Qualifier ganda tidak sejenis yaitu Q yang berbeda jenis yang memiliki daya

gabung untuk mengisi kontruksi V dalam sebuah kalimat. Q ganda tidak sejenis

dalam penelitian ini didasarkan pada berterima atau tidaknya suatu kontruksi

ber-qualifier ganda dalam logika penalaran peneliti dan pembaca.

a. 2 Formatif Tidak Sejenis

1) Qnegative-Qpotensial-verba

(12) Rikala mulih bocahe kandha, “Wah, ora bisa mlebu ki Pak.” (JB/48/I/8/10/12).

„Saat pulang anak itu berkata, “Wah tidak bisa masuk ini Pak.”‟

(13) Sanajan kudu ngrogoh sak, tekading ati ora bisa dikalahake dening rasa pangrintih. (JB/48/ I/8/10/ 44)

„Meskipun harus merogoh saku, keinginan hati tidak bisa dikalahkan oleh rasa kesengsaraan.‟

Ora bisa mlebu.

(56)

commit to user FV(2Q)

FKM

Ora bisa mlebu

↓ ↓

neg pot Inti/V

ora bisa dikalahake

FV (2Q)

FKM

Ora bisa dikalahake

↓ ↓ ↓

neg pot inti/V

Data (12) dan (13) mengandung dua formatif Q yaitu Qnegative ora „tidak‟

dan Qpotensial bisa „bisa‟. Tabel 2 merupakan deskripsi komponen pembentuk frasa

verba pengisi predikat yang terdiri dari Q ganda dan verba.

Tabel 2

Data FKM (Frasa

Kompleks Modifikatif)

Qnegative Qpotensial Verba

12 ora bisa mlebu

„tidak bisa masuk‟ ora „tidak‟ bisa „bisa‟ mlebu „masuk‟

13 ora bisa dikalahake

Gambar

Tabel 2 Q Negatif-Potensial ...............................................................................
  Tabel 1
  Tabel 2
Data FKM Tabel 3 Qnegatif
+6

Referensi

Dokumen terkait

Yang dapat membantu adalah berbicara lebih dahulu dengan seseorang dari kelompok dukungan sebaya – yang pernah mengalami hal yang serupa, sampai kita merasa cukup nyaman untuk

Maka upaya mencegah kepunahan suatu jenis tumbuhan obat sangat penting artinya bagi pelestarian pemanfaatannya, dan dengan berdasarkan prinsip kelestarian hasil atau berorientasi

Ibn Hajar al- „Asqalani juga salah seorang ulama dari mazhab al-Shafi„iy ketika mentafsirkan hadis- hadis yang diriwayatkan oleh imam al-Bukhariy dalam kitab beliau Fath

Observasi yang dilakukan oleh Alliance Technologies untuk melihat komposisi utama rokok elektrik dan konsentrasi relatif lainnya yang tersimpan di dalam cartridge termasuk

Pasal 43 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, hanya mengatur tentang hubungan perdata anak yang lahir di luar kawin dengan ibunya. Anak di luar

Jika hipotesis nol diterima, yang berarti semua perlakuan yang dicobakan memberikan pengaruh yang sama, dengan kata lain nilai tengah perlakuan tersebut semuanya sama,

Langkah-langkah pembelajaran salah satu contoh kegiatan pembelajaran dalam rangka pembelajaran kesehatan dan gizi pada anak usia dini adalah melalui kegiatan cooking class

dilaksanakan dengan menggunakan variasi metode pembelajaran, b) Teori Belajar Akselerasi ( The Accelerated Learning Theory ) bahwa pembelajaran itu harus dirancang agar