• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOSAKATA DALAM MAKANAN TRADISIONAL MASYARAKAT MELAYU PONTIANAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KOSAKATA DALAM MAKANAN TRADISIONAL MASYARAKAT MELAYU PONTIANAK"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

MASYARAKAT MELAYU PONTIANAK

Eis Saputri, Ahadi Sulissusiawan, Amriani Amir

Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UNTAN, Pontianak Email: eissaputri12@yahoo.com

Abstrak: Penelitian ini bertujuan mengkaji kosakata dalam makanan tradisional masyarakat Melayu Pontianak. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan bentuk penelitian kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini ialah penutur asli bahasa Melayu Pontianak. Data dalam penelitian ini adalah berkaitan dengan inventarisasi, makna kata, fungus makna, dan tata susun kosakata berupa bahan, alat, cara membuat, bentuk, dan warna. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik simak dan cakap yang memiliki teknik dasar berupa pemancingan terhadap narasumber yang merupakan penutur asli bahasa melayu dialek Pontianak. Berdasarkan hasil analisis data yang ada, dapat disimpulkan bahwa dalam bahasa Melayu dialek Pontianak terdapat 49 kosakata makanan tradisional berupa bahan, 23 kosakata makanan tradisional berupa alat, 16 kosakata makanan tradisional berupa cara membuat, 14 kosakata makanan tradisional berupa bentuk, 10 kosakata makanan tradisional berupa warna dan 36 hasil kosakata makanan tradisional Melayu Pontianak.

Kata Kunci: Kosakata, Makanan Tradisional, Melayu Pontianak Abstract:

This study generally aims to examine The Vocabulary of Traditional Food of Melayu in Pontianak. The method of this research was descriptive method with a form of qualitative research. The data of sourcesin this research were native speakers of Melayu in Pontianak that obtained through observing and recording directly. The data in this research was related to the inventory, the meaning of words, the function of the meaning of words and the structure of vocabulary. The techniquethat researcher used in this research was Simak Cakap, that had the basic techniques in form of the processtoward the speakers that who were native speakers in dialect of Melayu Pontianak. Based on the analysis of existing the data, it can be concluded that in Melayu dialect Pontianak there were 49 vocabularies of traditional foods in the form of materials, 23 vocabularies of traditional foods in the form of tools, 16 vocabularies of traditional foods such as how to make, 14 vocabularies of traditional foods such as shape, 10 vocabularies of traditional foods such as color and 36 the results fromvocabulary of traditional food of Melayu in Pontianak.

Keywords: Vocabulary, Food Traditional, Melayu in Pontianak

(2)

eranan bahasa daerah sangat penting karena bahasa daerah merupakan kekayaan budaya yang harus dimanfaatkan untuk kepentingan pembinaan dan pengembangan bahasa daerah itu sendiri. Bagi masyarakat penutur Bahasa Melayu Pontianak (BMP) memiliki peranan yang sangat penting karena bahasa Melayu Pontianak selalu digunakan untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari warga Pontianak.

Tradisi dan budaya masyarakat Melayu Pontianak tidak menutup kemungkinan akan terjadinya pergeseran terhadap berbagai macam budaya. Budaya yang semula kental di masyarakat akan menjadi hilang dengan masuknya budaya dari luar. Satu di antara budaya yang terdapat di masyarakat ialah makanan tradisional masyarakat Melayu Pontianak. Keadaan demikian juga akan mempengaruhi budaya-budaya yang ada dalam masyarakat, seperti makanan tradisional. Makanan-makanan tradisional semakin jarang ditemukan dan bukan itu saja mungkin akan hilang dan ditinggalkan dalam kehidupan masyarakat Melayu Pontianak. Makanan tradisional merupakan makanan yang sudah ada sejak zaman dahulu yang berkaitan dengan adat dan budaya warisan nenek moyang. Makanan tradisional diturunkan secara lisan dan turun-temurun.

Makanan tradisional merupakan satu di antara nilai budaya yang harus dijaga dan dilestarikan. Di zaman globalisasi seperti saat ini makanan tradisional mulai ditinggalkan oleh masyarakat, baik makanannya maupun nama makanan tersebut. Hanya beberapa makanan tradisional yang masih tetap bertahan walaupun sangat sulit menemukannya. Penelitian yang akan dilakukan ini berkenaan dengan bidang linguistik. Bidang linguistik terdapat beberapa aspek kebahasaan yang dapat diteliti. Penelitian ini memfokuskan pada bidang semantik. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Pontianak timur khususnya di Kelurahan Saigon dan Parit Mayor.

Menurut Chaer (2012:318) setiap kata, leksem, atau butir leksikal tentu mempunyai makna yang dimiliki oleh setiap kata itu terdiri dari sejumlah komponen yang membantu keseluruhan makna itu. Komponen makna ini dapat dianalisis berdasarkan pengertian-pengertian yang dimilikinya. Misalnya, kata ayah memiliki komponen makna /+manusia, /+dewasa, /+laki-laki, /+menikah, dan /+punya anak. Jika dibandingkan komponen kata ayah dan ibu sebagai berikut.

Tabel 1

(3)

berubah atau sedikit sekali kemungkinannya diambil dari bahasa lain karena dapat dikatakan bahwa setiap bahasa memilikinya. Menurut Chaer (2009:60) leksikal adalah bentuk ajektif yang diturunkan dari bentuk nomina leksikon (vokabuler, kosakata, perbendaharaankata). Satuan dari leksikon adalah leksem, yaitu satuan bentuk bahasa yang bermakna. Makna leksikal juga dapat dimaknai sebagai makna kata yang sesuai dengan pengindraan manusia terhadap barang yang diacu oleh kata tersebut.

Menurut Sudaryat (2009:32) makna kolokasi adalah seluruh kemungkinan adanya beberapa kata dalam lingkungan yang sama. Misalnya garam, gula, lada, kunyit, jahe yang berkolokasi dengan bumbu masak. Kolokasi merupakan sosialisasi yang tetap antara kata dengan kata-kata tertentu lainnya. Maka dengan kata lain makna kata-kata yang berkolokasi disebut makna kolotatif. Menurut Kridalaksana (2011:69) fungsi semantik adalah peran unsur dalam suatu ujaran dan hubungannya secara struktural dengan unsur lain khususnya dibidang makna. Kosakata makanan tradisional masyarakat Melayu Pontianak ini bertujuan untuk memberikan sumbangan serta menambah wawasan mengenai kosakata makanan tradisional, sebagai bahan tentang makanan tradisional dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah manegah pertama. Penelitian ini juga memiliki tindak lanjut, yaitu penyusudan daftar kosakata yang berupa kamus.

METODE

Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode deskriptif. Menurut Sudaryono (1988:2) mengemukakan bahwa metode deskriptif adalah penelitian yang dilakukan semata-mata hanya berdasarkan fakta yang ada atau fenomena yang memang secara empiris hidup pada penutur-penuturnya. Bentuk penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Sumber data penelitian ini adalah penutur asli bahasa Melayu Pontianak yang diperoleh melalui pengamatan dan pencatatan lapangan secara langsung.

Teknik dalam penelitian ini adalah teknik simak dan cakap. Menurut Mahsun (2013:92) Metode penyediaan data ini diberi nama metode simak karena cara yang digunakan untuk memperoleh data dilakukan menyimak penggunaan bahasa. Artinya teknik simak yaitu teknik yang dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa yang digunakan atau diujarkan oleh penutur. Menurut Mahsun (2013:95) penamaan metode penyediaan data dengan metode cakap disebabkan cara yang ditempuh dalam pengumpulan data itu adalah berupa percakapan antara peneliti dengan informan. Artinya teknik cakap adalah pengumpul data dengan percakapan atau kontak langsung antara penulis dengan penutur selaku narasumber. Penelitian ini juga menggunakan teknik rekam dan catat.

Tahap Akhir

(4)

biasanya dengan menggambarkan tiap bunyi atau fonem dengan satu lambang. Peneliti mengubah wawancara ke dalam bentuk tulisan agar lebih mudah diteliti. Data yang telah didapat dari hasil pengumpulan data di lapangan, kemudian dipilih yang sesuai dengan pembahasan kosakata dalam makanan tradisional dalam BMDP.

b. Penerjemah, pada tahap ini data yang telah ditranskipsikan, kemudian data tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Penerjemah ini dilakukan untuk mempermudah dalam menganalisis data.

c. Klasifikasi data, data mengenai kosakata dalam makanan tradisional Melayu Pontianak yang telah dikumpulkan, kemudian diklasifikasikan sesuai dengan submasalah yang akan diteliti. Submasalah tersebut adalah jenis makna yang berupa bahan dan alat dan komponen makna.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada 2 Kelurahan yaitu Kelurahan Saigon dan Kelurahan Parit Mayor. Melalui teknik simak dan cakap juga teknik rekam dan catat maka terdapat hasil klasifikasi berdasarkan kelas atau genus kosakata makanan tradisional Melayu Pontianak sebagai berikut ini.

Tabel 2

Inventarisasi Berdasarkan Klasifikasi Genus atau Kelas

No. Pokok Genus atau Kelas Diferensiasi

Kue yang terbuat dari tepung kanji dicampur parutan kelapa muda, gula, garam, air, soda, dan diolesi mentega kekita matang. Makanan ini dapat dimakan pada hari-hari biasa.

(5)

4. Putu mayang siram Makanan

5. Putu piring Makanan

6. Putu buluh Makanan

7. Naga sari Makanan

8. Apam Makanan

9. Ongol-ongol Makanan

10.Mie sagu Makanan

Kue yang terbuat dari tepung beras dicampur dengan, air, gula pasir, garam, dan disiram dengan air gula merah ketika ingin memakannya. Makanan ini dapat dimakan pada hari-hari biasa.

Kue yang terbuat dari tepung beras dicampur air pandan dan diisi gula merah didalamnya. Makanan ini dapat dimakan pada hari-hari biasa.

Kue yang terbuat dari tepung beras dicampur air, diisi

Kue yang terbuat dari tepung beras dicampur air, ragi dan gula pasir. Makanan ini dapat dimakan pada hari-hari biasa.

Kue yang terbuat dari parutan ubi kayu, pisang, gula pasir, garam, dan air pandan. Makanan ini dapat dimakan pada hari-hari biasa.

Makanan yang berbentuk mie yang terbuat dari tepung sagu, air, garam, mecin, merica, bawang putih, disajikan dengan ikan teri, kacang tanah dan daun sop.

(6)

11.Kembang goyang Makanan

12.Cengkarok Makanan

13.Putri salad Makanan

14.Serabi Makanan

15.Bubor sumsum Makanan

16.Kue deram Makanan

17.Kue kaca mata Makanan

Kue yang terbuat dari tepung beras dicampur telur, santan, garam, kacang tanah, dan daun jeruk purut. Makanan ini biasanya dimakan pada hari-hari biasa.

Makanan ini memiliki dua lapisan yang pertama terbuat dari tepung terigu dicampur santan, gula, garam, dan pewarna makanan. Lapisan kedua terbuat dari ketan. Makanan ini biasanya dimakan pada hari-hari biasa.

Makanan ini terbuat dari tepung beras dicampur santan, gula, garam dan telur. Makanan ini biasanya dimakan pada saat tahlilan.

Makanan ini terbuat dari tepung ketan dicampur garam, santan, gula pasir, dan daun pandan. Makanan ini biasanya dimakan pada saat acara hajatan dan hari-hari biasa.

Kue ini terbuat dari tepung beras dicampur gula merahdan garam. Biasanya Kue ini dimakan pada saat hari-hari biasa.

Kue ini terbuat dari ubi kayu, pisang dan gula pasir. Biasanya Kue ini dimakan pada saat acara hajatan dan idul fitri.

(7)

18.Bipang Makanan

19.Pukes Makanan

20.Batang burok Makanan

21.Kue blodar Makanan

22.Kue gogo Makanan

23.Kukes Makanan

24.Pengkang Makanan

Kue ini terbuat dari ketan yang disangrai degan gula merah yang sudah dicairkan. Makanan ini dimakan pada hari-hari biasa.

Kue ini terbuat dari tepung gandum dicampur gula, soda, vanili, telur, santan, garam, dan mentega.

Makanan ini dimakan pada hari-hari biasa.

Kue ini terbuat dari tepung gandum dicampur gula, air dan telur kemudian diisi dengan kelapa dan gula merah.

Kue ini terbuat dari tepung terigu dicampur telur, gula pasir, vanili, soda, dan santan.

Makanan ini dimakan pada acara hajatan dan hari-hari biasa.

Kue ini terbuat dari tepung terigu dicampur telur, gula merah, vanili, soda, dan santan. Makanan ini dimakan pada acara hajatan dan hari-hari biasa.

Kue ini terbuat dari tepung beras, santan, gula pasir, ragi, mentega, dan kunyit. Makanan ini biasanya dimakan pada acara hajatan dan hari-hari biasa.

(8)

25.Ati parik Makanan

26.Bubor merah puteh Makanan

27.Paceri nanas Makanan

28.Botok Makanan

29.Ikan asam pedas Makanan

Makanan ini terbuat dari tepung beras dicampur garam dan air kemudian disiram dengan kuah gula merah dan santan. Makanan ini biasanya dimakan pada saat acara hajatan dan hari-hari biasa.

Makanan ini terbuat dari beras dan santan kemudian dipisahkan menjadi dua bagian. Bagian pertama dicampur garam dan bagian kedua dicampur gula merah. Makanan ini biasanya dimakan pada saat tanggal pusat bayi, hajatan.

Makanan yang terbuat dari nanas dengan kuah kental yang

dimakan pada saat acara nikahan dan hari-hari biasa.

Makanan yang terbuat dari ikan tenggiri dicampur garam, mecin, kemiri, merica, kunyit, jahe, cabai kering, bawang merah, bawang serai, kunyit, daun kunyit, dan air. Makanan ini dapat

(9)

30.Tempoyak Makanan merah, bawang putih, dan cabai rawit. Makanan ini biasanya dimakan pada hari-hari biasa.

Makanan yang berbahan dasar udang kecil atau ebi, biasanya dimasak dengan campuran bawang merah, bawang putih, dan cabai rawit. Makanan ini biasanya dimakan pada hari-hari bawang putih, cabai kering, dan rempah cukup. Makanan ini dimakan pada hari-hari biasa.

Makanan ini terbuat dari ketan yang dicampur dengan santan, garam dan daun pandan.

Makanan ini dimakan pada saat hari raya idul fitri dan hari raya idul adha.

(10)

36.Buntel Makanan

Analisis jenis makna pada medan makna kosakata dalam makanan tradisional masyarakat Melayu Pontianak dilakukan dengan mengidentifikasi leksem sesuai dengan makna yang terdapat dalam kosakata makanan tradisional BMDP. Ada pun contoh analisis mengenai jenis makna kosakata makanan tradisional Melayu Pontianak sebagai berikut.

1. Makna Leksikal

a. Berdasarkan nama makanaan apam [apam] (n)

makanan tradisional Melayu Pontianak yang terbuat dari tepung beras dicampur air, ragi dan gula pasir.

b. Berdasarkan bahan air [ae] (n)

1

cairan jernih tidak berwarna;

2

air digunakan sebagai bahan pembuatan kue pancung, putu mayang kering, putu mayang siram, putu piring, naga sari, apam, mie sagu, dan ikan asam pedas.

c. Berdasarkan alat bambu [buloh] (n)

1

tumbuhan berumpun, berakar serabut yang batangnya bulat berongga, beruas, keras, dan tinggi;

2

bambu digunakan sebagai alat dalam pembuatan lemang, pengkang, dan putu buluh.

d. Berdasarkan cara dia฀on [a฀on] aron (v)

1

merebus beras setengah matang untuk kemudian dikukus;

2

makanan yang pembuatannya diaron adalah putri salad.

e. Berdasarkan bentuk tabu฀ [tabu฀] tabung (n)

1

tabung;

2

makanan yang bentuknya tabung adalah putu buluh, cengkarok, dan lemang.

f. Berdasarkan warna

dadu [dadu] merah muda (n)

1

merah muda;

2

makanan yang warnanya merah muda adalah putu mayang siram, cencalok, dan kue kaca mata.

2. Makna Kolokatif

(11)

ini sebagai berikut.

a. Makna kolokatif yang terkumpul dalam penelitian ini berupa bahan sebagai berikut; tepo t฀igu, tepo b฀as, gul pas฀, santan, tlo, vanili, gaam, klapa mud, tepo kanji, ae, mntg, gul meah, aepandan, pisa, agi, ubi kayu, kapulag, adas manis, kminti, saha, kuet, liya, cabe k฀i, kaca tanah, daon salam, nanas, bawa meah, bawa puteh, asam jaw, serai, ikan t฀gii, daon kuet, tepo sagu, miak gore, daon j฀o puot, l฀kuas, daon salam, ktumba, ktan, pewan makanan, tepo ktan itam, tmpoya, cncalo, cabe ฀aet, klapa paot, tpo ktan, ikan bulu ayam, ฀bo, tpo gandom, b฀as, nasi, daon kladi.

b. Makna kolokatif yang terkumpul dalam penelitian ini berupa alat sebagai berikut; sendo, ceet keci, piso, buloh, danda, daon pisa, lidi, p฀oco kue, kuali, mako keci, lso, daon opeh pina฀, pii kamikeci, p฀gile tpo, loya, kuali kci, sagan, oven, pmaot, cetakan, blaa, tali apiya, saean.

c. Makna kolokatif yang terkumpul dalam penelitian ini berupa cara sebagai berikut; dibaka฀, dikukos, ditumbo, di฀bos, dilipat, diikat, dibu฀kos, diose฀, digo฀e฀, dia฀on, ditumes, digulo฀, dip฀mentasi, dipa฀ot, digsa฀, diaya.

d. Makna kolokatif yang terkumpul dalam penelitian ini berupa bentuk sebagai berikut; ma฀ko kci, tabu฀, sgitig, pi฀i฀ kci, bulat, p฀sgi panja฀, ban, bulat bintang di tengah, cetakan, bubo฀, kntal, uda฀, lonjo฀, tipes. e. Makna kolokatif yang terkumpul dalam penelitian ini berupa warna sebagai

berikut; kuni, puteh, coklat, ijau, meah, dadu, m฀ah kkunian, m฀ah tu, itam, kuni kcoklatan.

Fungsi semantis penelitian kosakata dalam makanan tradisional masyarakat Melayu Pontianak.

1) Fungsi bingke memiliki fungsi sematis yakni dimakan pada hari-hari biasa. 2) Fungsi kue pancong memiliki fungsi sematis yakni dimakan pada hari-hari

biasa.

3) Fungsi putu mayang kering memiliki fungsi sematis yakni dimakan pada hari-hari biasa.

4) Fungsi putu mayang siram memiliki fungsi sematis yakni dimakan pada hari-hari biasa.

5) Fungsi putu piring memiliki fungsi sematis yakni dimakan pada hari-hari biasa.

6) Fungsi putu buloh memiliki fungsi sematis yakni dimakan pada hari-hari biasa.

7) Fungsi naga sari memiliki fungsi sematis yakni dimakan pada hari-hari biasa. 8) Fungsi apam memiliki fungsi sematis yakni dimakan pada hari-hari biasa. 9) Fungsi ongol-ongol memiliki fungsi sematis yakni dimakan pada hari-hari

(12)

10)Fungsi mi saguk memiliki fungsi sematis yakni dimakan pada saat bulan puasa dan hari-hari biasa.

11)Fungsi paceri nanas memiliki fungsi sematis yakni dimakan pada saat acara nikahan dan hari-hari biasa.

12)Fungsi botok memiliki fungsi sematis yakni dimakan pada hari-hari biasa. 13)Fungsi ikan asam pedas memiliki fungsi sematis yakni dimakan pada hari-hari

biasa.

14)Fungsi kembang goyang memiliki fungsi sematis yakni dimakan pada hari-hari biasa.

15)Fungsi tempoyak memiliki fungsi sematis yakni dimakan pada hari-hari biasa. 16)Fungsi cencalok memiliki fungsi sematis yakni dimakan pada hari-hari biasa. 17)Fungsi pekyek memiliki fungsi sematis yakni dimakan pada hari-hari biasa. 18)Fungsi cngkarok memiliki fungsi sematis yakni dimakan pada saat tahlilan,

acara nikahan, dan hari-hari biasa.

19)Fungsi putri salat memiliki fungsi sematis yakni dimakan pada hari-hari biasa. 20)Fungsi pengkang memiliki fungsi sematis yakni dimakan pada hari-hari biasa. 21)Fungsi sayok umbot klapak memiliki fungsi sematis yakni dimakan pada

hari-hari biasa.

22)Fungsi lemang memiliki fungsi sematis yakni dimakan pada saat hari raya idul fitri dan idul adha.

23)Fungsi serabi memiliki fungsi sematis yakni dimakan pada saat tahlilan dan acara naik ayun bayi.

24)Fungsi bubor cane memiliki fungsi sematis yakni dimakan pada saat acara hajatan dan hari-hari biasa.

25)Fungsi kue deram memiliki fungsi sematis yakni dimakan pada hari-hari biasa. 26)Fungsi Kue kace mate memiliki fungsi sematis yakni dimakan pada saat acara

hajatan dan hari-hari biasa.

27)Fungsi baping memiliki fungsi sematis yakni dimakan pada hari-hari biasa. 28)Fungsi pekasem memiliki fungsi sematis yakni dimakan pada hari-hari biasa. 29)Fungsi sayok rebong memiliki fungsi sematis yakni dimakan pada hari-hari

biasa.

30)Fungsi pukes memiliki fungsi sematis yakni dimakan pada hari-hari biasa. 31)Fungsi batang burok memiliki fungsi sematis yakni dimakan pada saat hajatan

dan hari-hari biasa.

32)Fungsi buntel memiliki fungsi sematis yakni dimakan pada hari-hari biasa. 33)Fungsi ati parik memiliki fungsi sematis yakni dimakan pada saat hajatan dan

hari-hari biasa.

34)Fungsi kue blodar memiliki fungsi sematis yakni dimakan pada saat hajatan dan hari-hari biasa.

35)Fungsi kue gogo memiliki fungsi sematis yakni dimakan pada saat hajatan dan hari-hari biasa.

36)Fungsi bubor merah puteh memiliki fungsi sematis yakni dimakan pada saat acara tanggal pusat bayi dan hajatan.

(13)

apam [apam] apam (n) kue yang terbuat dari tepung beras dicampur air, ragi dan gula pasir.

Contoh kalimat - apam itu ena

 apam itu enak.

aek [ae] air (n) cairan jernih tidak berwarna Contoh kalimat

- ae dipakai unto buat macam-macam kue.

 air digunakan sebagai bahan pembuatan berbagai kue. coklat [colat] cokelat (v) warna merah kehitam-hitaman Contoh kalimat

- kue itu wane฀ ncolat kalo uda masa

 kue itu berwarna coklat jika sudah matang. Pembahasan

Penelitian ini dimulai pendeskripsian data yaitu kosakata dalam makanan tradisional masyarakat Melayu Pontianak. Data-data diperoleh dari tiga informan yang ada di Kecamatan Pontianak Timur.Data-data yang diperoleh berjumlah 36 leksem. Ada pun leksem-leksem yang membentuk suatu wilayah makna, yaitu proses dalam memasak. Analisis selamjutnya mengenai komponen makna. Analisis komponen makna terhadap leksem kosakata dalam makanan tradisional masyarakat Melayu Pontianak digunakan metabahasa yang terungkap dalam pemberian makna terhadap suatu leksem sebagai berikut. (1) Dari sudut pandang bahan ditemukan komponen makna yaitu, tepung terigu, tepung beras, gula pasir, santan, telur, vanili, garam, kelapa muda, tepung kanji, air, mentega, gula merah, air pandan, pisang, ragi, ubi kayu, kapulaga, adas manis, kemiri, merica, kunyit, jahe, cabai kering, nanas, bawang merah, bawang putih, asam jawa, serai, ikan tenggiri, daun kunyit, tepung sagu, minyak goreng, lengkuas, daun salam, ketumbar, ketan, pewarna makanan, tepung ketan hitam, tempoyak, cencalok, cabai rawit, kelapa parut, tepung ketan, soda, ikan bulu ayam, rebung, tepung gandum, nasi beras, ebi.

(14)

makna yaitu, mangkuk kecil, tabung, segitiga, piring kecil, bulat, persegi panjang, persegi, ban, bulat bintang di tengah, cetakan, bubur, kental, udang lonjong, tipis. Hasi penelitian ini memiliki tindak lanjut yakni penyusunan daftar kosakata berupa atau seperti kamus.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan analisis data dalam penelitian ini dapat disimpulankan bahwa ada dua makna yang terdapat pada penelitian ini yaitu makna leksikal dan makana kolokatif, kemudian kosakata makanan tradisioanal masyarakat Melayu Pontianak. Inventarisasi data kosakata makanan tradisioanal masyarakat Melayu Pontianak berhasil menghimpun data yang terdiri atas 49 kosakata makanan tradisional berupa bahan, 23 kosakata makanan tradisional berupa alat, 16 kosakata makanan tradisional berupa cara, 14 kosakata makanan tradisional berupa bentuk, 10 kosakata makanan tradisional berupa warna, dan 36 kosakata makanan tradisional masyarakat Melayu Pontianak yang terkumpul dalam penelitian ini.

Saran

Berdasarkan simpulan di atas saran-saran yang ingin peneliti sampaikan sebagai berikut: (1) diharapkan kosakata makanan tradisional masyarakat Melayu Pontianak didokumentasikan agar tidak hilang atau punah, (2) hasil penelitian ini diharapkan menimbulkan rasa keingintahuan generasi muda untuk terus belajar makanan tradisional Melayu Pontianak, (3) penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi mahasiswa jurusan bahasa dan seni program studi pendidikan bahasa dan sastra Indonesia, (4) penelitian ini diharapkan dapat mengenalkan kekayaan budaya serta sebagai usaha dalam melestarikan kearifan lokal khususnya masyarakat Melayu Pontianak.

DAFTAR RUJUKAN

Chaer, Abdul. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Renika Cipta.

Chaer, Abdul. 2012. Linguistik Umum. Jakarta: Renika Cipta.

Kridalaksana, Harimurti. 2011. Kamus Linguistik. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.

Mahsun. 2013. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Patilima, Hamid. 2013. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Sudaryat, Yayat. 2009. Makna dalam Wacana. Bandung. Yrama Widya.

Sudaryanto. 1988. Metode Linguistik. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran Semantik. Bandung: Angkasa.

KOSAKATA DALAM MAKANAN TRADISIONAL MASYARAKAT MELAYU PONTIANAK

(15)

EIS SAPUTRI NIM F11112028

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK 2016

(16)

ARTIKEL PENELITIAN

EIS SAPUTRI F11112028

Disetujui,

Pembimbing Pertama, Pembimbing Kedua,

Dr. Ahadi Sulissusiawan, M.Pd. Amriani Amir, S.S., M.Hum. NIP195909161986021002 NIP 198007062005012004

Mengetahui,

Dekan FKIP Untan Ketua Jurusan PBS

Gambar

Tabel 1  Komponen Makna
Tabel 2

Referensi

Dokumen terkait

Masyarakat sempurna kecil yang berupa negara kota merupakan sistem atau pola politik yang terunggul;2. Negara yang utama dan sehat adalah seperti manusia

RELEVANSI MATA KULIAH KEAHLIAN (MKK) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI AGROINDUSTRI DENGAN KOMPETENSI YANG DIBUTUHKAN INDUSTRI PANGAN Universitas Pendidikan Indonesia |

Sebenarnya masalah antropologi yang tidak berkembang dan memberi sumbangsih besar dalam pembangunan Indonesia tidaklah sepenuhnya salah para

Melihat adanya kajian dan tafsir nash yang menyebutkan bahwa suami adalah pemimpin dalam hal ini kepala keluarga dengan mempertimbangkan posisi perempuan dalam

Dalam penelitian ini tingkat Risiko Kredit diproksikan dengan NPL (Non Peforming Loan) dikarenakan NPL dapat digunakan untuk mengukur sejauh mana kredit yang bermasalah

Peran majelis ta’lim selaparang dalam pembinaan keagamaan masyarakat adalah Sebagai Tempat Peningkatan Pengetahuan Keagamaan, Tempat Pendidikan Seumur Hidup Berbasis

#etelah eerapa pertemuan dalam praktik menga&ar' refleksi  pemela&aran memperlihatkan hasil 6ang positif' 6aitu sis-a dapat merespon guru dengan aik

Sukanto dan Handoko (1986) yang dikutip oleh Yuli (2005:142) mendefinisikan motivasi sebagai keadaan dalam diri pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu