• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODOLOGI PENELITIAN BAB 2 DAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "METODOLOGI PENELITIAN BAB 2 DAN"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS STRUKTUR, KONSENTRASI DAN EFISIENSI

PASAR INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL DI

INDONESIA

Diajukan oleh :

Yands Bryand Alamanda

021.12.0006

Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi

(2)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Industri tekstil dan produk tekstil sudah ada sejak lama di indonesia. Industri ini bermula dari industri rumahan di tahun 1929 yang kemudian terus mengalami pertumbuhan terutama di tahun 1970-an semenjak masuknya investasi dari jepang pada sub-sektor industri hulu. Pada awal perkembangannya industri ini hanya memanfaatkan alat tenun bukan mesin (ATBM) sebagai alat produksi kemudian dengan masuknya teknologi pada industri ini, alat tersebut tergantikan dengan penggunaan alat tenun mesin (ATM). Sejak saat itulah industri tekstil dan produk tekstil (TPT) terus mengalami perkembangan bahkan hingga sekarang ini.

Saat ini perkembangan industri TPT di indonesia merupakan satu dari sepuluh klaster industri inti yang menjadi prioritas perkembangan dalam jangka panjang. Hal tersebut tertuang pada peraturan Presiden No. 7 tahun 2005 mengenai rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) tahun 2004-2009. Perkembangan kesepuluh klaster industri inti tersebut, secara komprehensif dan intergratif, akan didukung oleh industri terkait (related industries) dan industri penunjang (supporting industries). Untuk industri TPT sendiri, dengan adanya strategi berdasarkan RPJMN tersebut, diharapkan industri ini akan tumbuh sebesar 6,65 persen per tahun serta dapat menyerap tambahan tenaga kerja sebanyak 485.955 pekerja per tahunnya.

Wajar jika industri TPT menjadi salah satu prioritas perkembangan industri jangka panjang, pasalnya selama ini industri TPT memainkan peran yang cukup besar terhadap perekonomian nasional. Pada tahun 2006 industri ini memberikan kontribusi devisa sebesar 3,8 persen terhadap pembentukan produk domestik bruto (PDB) nasional dengan nilai mencapai USD 10,68 miliar dan di tahun 2007 kontribusi tersebut menurun menjadi sebesar 2,4 persen dengan nilai USD 10,31 miliar. Nilai tersebut merupakan penyumbangan terbesar PDB yang berasal dari sektor non-migas. Besaran kontribusi yang disumbangkan oleh industri TPT tersebut berasal dari net export, penjualan domestik serta investasi pada industri ini.

(3)

Selain itu, daya serap industri ini terhadap tenaga kerja juga cukup besar, yakni mencapai 1,84 juta orang pekerja. Jumlah tersebut merupakan 15 pesen dari share tenaga kerja yang terserap di industri manufaktur, dimana industri manufaktur sendiri menyerap 12 persen dari keseluruhan tenaga kerja yang terserap di seluruh sektor perekonomian yang mencakup 97,58 juta total pekerja.

Industri TPT merupakan industri berbasis ekspor yang sebagian besar hasil industrinya untuk tujuan pasar luar negri. Pada tahun 2003 total ekspor Indonesia atas tekstil dan produk tekstil adalah sebesar USD 7,051 miliar dan terus mengalami peningkatan setiap tahunnya hingga mencapai USD 13,23 miliar pada tahun 2011 dengan penyerapan tenaga kerja langsung dan tidak langsung sekitar 3 juta orang.

Berdasarkan data nilai tambah sub sektor industri di indonesia (tabel 1), disimpulkan bahwa industri tekstil mampu menjadi sub sektor industri yang bisa menyumbangkan nilai tambah yang tinggi, yaitu sebesar 24,628%. Walaupun masih di bawah sub sektor makanan, minuman dan tembakau, tetapi peranannya cukup besar karena termasuk 5 penyumbang terbesar untuk pendapatan nasional.

Subsektor 2008 2009 2010 2011 2012 2013* TOTAL

1 Makanan 116 763 129 058 156 994 192 190 222 838 224 526 1 117 796 2 Minuman 5 682 6 759 7 488 7 088 10 796 9 189 48 408 3 Pengolahan

Tembakau 55 859 61 181 62 422 67 169 91 946 85 388 435 275 4 Tekstil 30 051 33 262 39 623 47 444 47 838 44 410 242 628 5 Pakaian Jadi 24 249 29 090 31 124 32 071 44 002 24 141 184 677

Sumber : www.bps.go.id

(4)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian – uraian diatas, maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana struktur dan konsentrasi pasar industri tekstil di indonesia yang diukur dengan menggunakan metode CR4 dan IHH?

2. Seberapa besar tingkat efisiensi perusahaan industri tekstil di indonesia yang diukur dengan menggunakan metode DEA?

3. Untuk mengetahui apakah perusahaan tekstil yang bisa menguasai pangsa pasar bisa lebih efisien?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk : 1. Mengetahui struktur dan konsentrasi pasar industri tekstil di indonesia dengan

menggunakan metode CR4 dan IHH

2. Mengetahui tingkat efisiensi industri tekstil di indonesia dengan menggunakan metode DEA

3. Mengetahui tingkat efisiensi perusahaan yang mempunyai rasio konsentrasi yang tinggi

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka manfaat penelitian ini adalah :

1. Bagi pemerintah, memberi masukan mengenai struktur, konsentrasi dan efisiensi industri tekstil go publik nasional guna menentukan kebijakan industri tekstil selanjutnya.

2. Bagi pelaku industri tekstil di indonesia, memberi masukan untuk menentukan kebijakan perusahaan yang akan diambil selanjutnya.

3. Bagi pembaca, memberi informasi mengenai struktur, konsentrasi dan efisiensi industri tekstil di indonesia.

(5)

1.5 Sistematika Pembahasan

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika pembahasan yang berupa uraian singkat mengenai bab – bab dalam penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI

Bab ini membahas teori – teori dari para ahli dan sumber – sumber kepustakaan yang berkaitan dengan ekonomi industri, struktur pasar, teori produksi, teori biaya produksi, dan teori efisiensi yang akan digunakan sebagai dasar teori dalam penelitian ini, disertai dengan hasil penelitian sebelumnya.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menjelaskan mengenai rancangan penelitian, variabel – variabel penelitian, dan metode analisis Concentration Ratio (CR4), Indeks Herfindal Hirchman (IHH) dan Data Envelopment Analysis (DEA) yang digunakan dalam penelitian.

BAB IV : ANALISIS PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan mengenai deskripsi dan klasifikasi objek penelitian, sejarah, dan perkembangan industri tekstil go publik, serta dipaparkan pembahasan dan analisis mengenai hasil penelitian.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

(6)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kerangka Teoritis

Berbagai teori yang dikemukakan di bawah merupakan dasar dalam perumusan hipotesis dan landasan dalam melakukan analisis penelitian ini. Dalam landasan ini akan dibahas mengenai industri tekstil di Indonesia.

2.1.1 Pengertian Industri

Pengertian industri terdiri dari pengertian dalam lingkup mikro dan makro. Secara mikro, industri adalah kumpulan perusahaan – perusahaan yang memproduksi produk – produk yang bersifat homogen atau barang – barang yang mempunyai sifat subtitusi sangat erat. Sedangkan secara makro, industri adalah kegiatan ekonomi yang menciptakan nilai tambah. Pengertian industri menurut BPS (Biro Pusat Stratistik) adalah suatu unit atau kesatuan produksi yang terletak pada suatu tempat tertentu yang melakukan kegiatan mengubah barang – barang secara mekanis atau kimia sehingga menjadi benda atau barang dan produk – produk yang sifatnya lebih dekat kepada konsumen akhir. Sedangkan menurut Undang Undang No. 4 Tahun 1984 mengenai perindustrian, disebutkan bahwa industri adalah suatu kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, dan bahan setengah jadi menjadi bahan yang tinggi penggunaannya.

Berdasarkan kegiatan ekonomi maka dapat dibagi tiga jenis industri, (Sicat, 1991) yaitu :

1. Industri primer, yaitu industri yang bertumpu pada sektor pertanian, kehutanan, dan pertambangan, dimana kegiatan industri ini adalah kegiatan industri dasar dan langsung memperoleh sumber dari alam, seperti kekayaan alam, seperti kekayaan lahan, alam dan bahan tambang. Contoh produksi industri primer adalah hasil pertanian, hasil hutan dan hasil tambang, seperti biji tembaga, besi, dsb.

(7)

3. Industri tersier, yaitu industri berupa jasa yang melayani baik industri primer maupun industri sekunder. Contoh industri tersier seperti pengangkutan, komunikasi, dsb.

Menurut departemen perindustrian, pengelompokan industri nasional indonesia dikelompokan menjadi 3 kelompok (Hustanti, 2001) yaitu :

1. Industri hilir sering juga disebut sebagai aneka industri atau industri sedan. Industri hilir adalah kelompok aneka industri yang yang meliputi aneka industri pengolahan sumber daya hutan, industri yang mengolah sumber daya pertanian secara luas. Kelompok ini memiliki misi yaitu meningkatkan pertumbuhan ekonomi atau pemerataan, memperluas kesempatan kerja, tidak padat modal dan teknologi yang digunakan adalah teknologi menengah dan maju.

2. Industri hulu meliputi kelompok industri mesin dan logam dan kelompok kimia dasar. Yang termasuk dalam industri mesin dan logam dasar adalah industri mesin pertanian, elektronik, kereta api, dll. Sedangkan yang termasuk industri kimia dasar antara lain adalah industri pengolahan kayu dan karet alam, industri pestisida, industri pupuk, industri semen, dll. Teknologi tepat guna yang digunakan adalah teknologi maju dan padat modal namun mendorong terciptanya lapangan baru secara besar sejajar dengan tumbuhnya industri hilir.

3. Industri kecil meliputi industri pangan (makanan, minuman, tembakau) industri sedang dan kulit (tekstil, pakaian jadi, serta bahan dari kulit), industri kimia dan bahan bangunan (indutri pulpen dan kertas, percetakan, penerbitan, barang karet, alat ilmu pengetahuan). Kelompok industri kecil mempunyai misi untuk melaksanakan pemerataan. Teknologi yang digunakan adalah teknologi yang menengah dan sederhana serta padat karya. Perkembangan industri saat ini dapat menambah kesempatan kerja dan dapat meningkatkan daya tambah dengan manfaat pasar dalam negri dan luar negri (ekspor).

Menurut jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan industri dibedakan menjadi empat (BPS ICOR, 1992), yaitu :

1. Perusahaan atau industri besar jika memperkerjakan 100 orang atau lebih.

2. Perusahaan atau industri sedang jika memperkerjakan 20 sampai 99 orang.

(8)

4. Industri rumah tangga jika memperkerjakan kurang dari 3 orang (termasuk tenaga kerja yang dibayar).

2.1.2 Struktur Pasar – Perilaku – Kinerja

a. Struktur pasar

Pasar didefinisikan sebagai satu kelompok penjual dan pembeli yang mempertuakarkan barang yang dapat disubtitusikan. (Jaya, 2001). Menurut Elzingga dan Hogarty, secara konsep dasar dibatasi oleh daerah geografis, dan jenis barang. (Martin, 1988). Secara geografis, sebuah wilayah adalah suatu pasar jika dicirikan oleh adanya :

1. Sebuah permintaan yang luar biasa atas produk. Dalam penelitian ini, penulis mengambil sektor tekstil sebagai objek penelitian. Permintaan produk tekstil sangat besar, ini terlihat dari penjualan oleh beberapa perusahaan tekstil yang selama lima tahun terakhir selalu meningkat.

2. Sebagai produk yang dikonsumsi di wilayah tersebut dihasilkan di dalam area yang bersangsangkutan. Produk tekstil seperti tas atau dompet yang banyak dipakai oleh konsumen atau masyarakat sebagai kebutuhan sekunder yang mana produk tekstil ini berasal dari daerah yang bersangkutan.

3. Harga ditentukan atas dasar wilayah secara bervariasi sehingga antar wilayah adalah pasar yang berbeda.

Ada beberapa bagian penting dalam struktur pasar :

1. Pangsa Pasar

(9)

2. Tingkat Konsentrasi

Konsentrasi industri digunakan untuk menentukan derajat struktur oligopoly yang terjadi. Pada saat pasar industri lebih berkonsentrasi, secara relatif pasar industri tersebut dapat menciptakan pendapatan yang lebih besar dan pertumbuhan yang lebih cepat sehingga hubungan antara rasio konsentrasi dan pertumbuhan perusahaan adalah positif. Sebaliknya jika rasio konsentrasi turun, pertumbuhan pendapatan cenderung turun. Akan tetapi tidak berarti bahwa industri – industri yang berkonsentrasi tinggi mempunyai pertumbuhan pendapatan yang tinggi.

Klasifikasi struktur oligopoly dalam tingkat yang lebih bervariasi tergantung dari tingkat konsentrasi industri

1. Struktur oligopoly penuh, yaitu perusahaan terbesar menguasai 87% dari total pasar atau delapan perusahaan menguasai 99% pasar industri.

2. Empat perusahaan menguasai 72% dari total pasar atau delapan perusahaan memegang peranan 88% pasar industri.

3. Empat perusahaan terbesar menguasai 61% pasar atau delapan perusahaan terbesar mempunyai bagian 77% pasar industri.

4. Empat perusahaan terbesar menguasai 38% pasar atau delapan perusahaan terbesar mempunyai bagian 45% pasar industri.

5. Empat perusahaan terbesar menguasai 32% pangsa pasar dari penawaran suatu barang industri.

Ketika permintaan pasar industri terbatas, kenaikan konsentrasi tidak atau belum tentu meningkat pertumbuhan pendapatan. Akan tetapi bisa sebaliknya, justru menurunkan pendapatan. Secara ekonomi setiap jenis industri mempunyai karakteristik tersendiri karena kondisi disetiap pasar berbeda.

(10)

b. Perilaku

Perilaku perusahaan dalam pasar merupakan cerminan dari bentuk dan struktur pasar dimana perusahaan itu beroperasi. Artinya perilaku perusahaan di pasar adalah kebijaksanaan perusahaan tentang produk atau jasa dan harga dari barang yang dijual tersebut sebagai akibat dari struktur pasar yang dihadapinya termasuk di dalamnya adalah kemungkinan adanya per-ubahan kebijaksanaan produk dan harga yang dibuat oleh pesaing. Analisa mengenai perilaku industri akan menarik apabila struktur pasarnya bukan persaingan sempurna. Dalam persaingan sempurna suatu perusahaan dapat menjual produk berapapun yang diinginkan pada harga pasar. Meskipun ada kemungkinan untuk melakukan kerjasama diantara perusahaan tersebut, usaha ini akan gagal. Pengawasan sulit dilakukan dan perusahaan-perusahaan lain akan segera masuk pasar, bahkan jika semua perusahaan-perusahaan kecil yang banyak jumlahnya dalam industri yang kompetitif dapat bekerja sama dalam sebuah kartel pun, perusahaan baru tetap bisa masuk ke dalam pasar. (Martin, 1988).

c. Kinerja

Struktur dan perilaku bisa menyebabkan munculnya kinerja tertentu. Beberapa aspek yang termasuk dalam ukuran kinerja ini adalah tingkat keuntungan, efisiensi dan kemajuan yang dapat diraih perusahaan dalam pasar industri. Kinerja (performance) suatu industri dapat didefinisikan sebagai gambaran tentang seberapa jauh hasil ekonomis yang mampu diraih industri tersebut. Kinerja dalam perekonomian secara menyeluruh adalah penilaian tentang bagaimana suatu industri tersebut mencapai tujuan-tujuan yang ingin dicapai antara lain adalah perekonomian yang efisien, full employment serta perekonomian yang merata.

2.1.3 Pasar Oligopoli

Oligopoli adalah struktur pasar yang industrinya didominasi oleh sejumlah kecil perusahaan yang saling bersaing. Setiap perusahaan memiliki kekuatan yang cukup besar untuk mempengaruhi harga pasar. (Case & Fair, 2005)

(11)

1. Perusahaan dalam pasar oligopoli menghasilkan produk yang homogen. Hal ini banyak dijumpai dalam industri yang menghasilkan bahan mentah seperti industri baja, alumunium dan industri bahan baku seperti industri semen dan bahan bangunan. Disamping itu banyak pula pasar oligopoli yang terdiri dari perusahaan – perusahaan yang menghasilkan barang yang berbeda antar produsen (different product). Barang seperti ini pada umumnya adalah barang akhir seperti mobil, sepeda motor, handphone, rokok dan lain sebagainya.

2. Keputusan mementukan harga ada kalanya lemah dan ada kalanya sangat tangguh. Tanpa adanya kerjasama diantara perusahaan – perusahaan dalam pasar oligopoli maka kekuasaan menentukan harga menjadi lebih terbatas. Apabila sebuah perusahaan menurunkan harga, dalam waktu singkat perusahaan itu akan banyak menarik pembeli. Perusahaan yang kehilangan pembeli akan melakukan tindakan balasan dengan mengurangi harga yang lebih besar lagi sehingga akhirnya perusahaan yang sebelumnnya menurunkan harga kehilangan pelanggan. Apabila perusahaan – perusahaan dalam pasar oligopoli bekerjasama dalam menentukan harga, maka harga dapat distabilkan pada tingkat yang dikehendaki. Dalam hal ini kekuasaan perusahaan – perusahaan tersebut menentukan harga adalah sangat kuat yaitu sama seperti dalam pasar monopoli.

3. Pada umumnya perusahaan oligopoli perlu melakukan promosi secara iklan. Kegiatan promosi yang sangat aktif bertujuan untuk menarik pembeli baru dan mempertahankan pembeli lama. Perusahaan oligopoli yang menghasilkan barang standar membuat pengeluaran untuk iklan yang lebih sedikit karena hal itu bertujuan untuk memelihara hubungan baik dengan masyarakat Menurut jaya (2000) ada dua tipe oligopoli yang mempengaruhi pangsa pasar industri yaitu :

a. Oligopoli ketat, yakni penggabungan empat perusahaan terkemuka yang memiliki pangsa pasar 60-100%. Kesepakatan diantara mereka untuk menetapkan harga relative lebih mudah.

(12)

2.1.4 Pasar Persaingan Sempurna

Pasar persaingan sempurna dapat didefinisikan sebagai suatu struktur pasar atau industri dimana terdapat banyak penjual dan pembeli, dan setiap penjual ataupun pembeli tidak dapat mempengaruhi keadaan di pasar.

Ciri – ciri selengkapnya dari pasar persaingan sempurna adalah seperti yang diuraikan dibawah ini :

1. Perusahaan adalah pengambil harga

2. Setiap perusahaan mudah keluar atau masuk 3. Barang serupa

4. Terdapat banyak perusahaan di pasar

5. Pembeli mempunyai pengetahuan yang sempurna mengenai pasar

2.1.5 Pasar monopoli

Suatu pasar monopoli atau industri persaingan tidak sempurna adalah perusahaan individu yang mampu mengendalikan harga keluaran (output) mereka. Semua perusahaan di dalam pasar monopoli sama-sama memiliki satu hal: mereka menerapkan kekuatan pasar, kemampuan untuk menaikan harga tanpa kehilangan semua permintaan akan produk mereka. (Case & Fair, 2005) Ciri-ciri dari pasar monopoli:

1. hanya ada satu produsen yang menguasai penawaran

2. tidak ada barang subtitusi/pengganti yang mirip (close substitute) 3. produsen memiliki kekuatan menetukan harga

4. tidak ada pengusaha lain yang memasuki pasar tersebut karena ada hambatan berapa keunggulan perusahaan.

2.1.6 Pasar Persaingan Monopolistik

(13)

ketidakpuasan para ahli ekonomi terhadap model – model pasar sebelumnya (persaingan sempurna dan monopoli) yang dianggap kurang realistis dan lebih bersifat teoritis (purnamaningrum, 2000)

Pasar Monopolistik memiliki ciri – ciri melekat, yaitu :

1. Terdapat banyak produsen atau penjual 2. Adanya diferensasi produk

3. Produsen dapat mempengaruhi harga 4. Produsen dapat keluar masuk pasar 5. Promosi penjualan harus aktif

2.1.7 Teori Efisiensi

Secara umum, efisiensi sering diartikan dengan biaya sekecil-kecilnya yang diharapkan dapat menghasilkan sesuatu yang sebesar-besarnya. Menurut Walter Nicholson (2004) efisiensi ekonomi dimaksudkan untuk menjelaskan suatu situasi dimana sumber-sumber dialokasikan secara optimal. Efisiensi ini sendiri memiliki tiga kegunaan. Pertama, sebagai tolak ukur memperoleh efisiensi relatif untuk mempermudah perbandingan. Kedua, apabila terdapat variasi tingkat efisiensi makadapat dilakukan penelitian untuk menjawab faktor-faktor apa yang menentukan perbedaan tingkat efisiensi tersebut, sehingga dapat dicari solusi yang tepat. Ketiga, informasi mengenai efisiensi memiliki implikasi kebijakan karena manajer dapat menentukan kebijakan yang harus dilakukan perusahaan secara tepat.

(14)

2.1.8 Teori Produksi

Produsen menggunakan berbagai kombinasi faktor oroduksi (input) dalamkegiatan produksi untuk menghasilkan barang dan jasa (output). Hubungan antarainput yang digunakan dengan output yang dihasilkan dapat dinyatakan dalam fungsi produksi yang secara umum dapat dituliskan sebagai berikut (Arsyad, 1999:104):

Q = f (K, L, R, T)

Dimana :

Q = jumlah produksi yang dihasilkan

K = jumlah modal (capital) yang digunakan

L = jumlah tenaga kerja (labor) yang digunakan

R = jumlah sumber daya alam (natural resources) yang digunakan

T = Teknologi (technology) yang digunakan

2.1.8.1 Teori Produksi Jangka Pendek

Terdapat dua input yang digunakan dalam proses produksi jangka pendek,yaitu input tetap dan input variabel (Arsyad, 1999:106). Input tetap merupakan input yang jumlahnya tetap dan tidak mengalami perubahan meskipun jumlah produksi berubah, sedangkan input variabel merupakan input yang jumlahnya dapat berubahsesuai dengan perubahan jumlah produksi. Dalam jangka pendek, faktor produksiyang dapat berubah adalah tenaga kerja, sedangkan faktor produksi lainnya dianggap tetap. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa teori produksi dalam jangka pendek menggambarkan kaitan antara tingkat produksi (Q) dengan jumlah tenaga kerja (L)yang digunakan untuk menghasilkan berbagai tingkat produksi, sedangkan input laindianggap tetap. Teori ini dikenal dengan teori produksi satu input variabel.

(15)

setiap pekerja (Average Product of Labor) dan biasa disingkat dengan APL. Ketiga, tambahan hasil produksi yang disebabkan adanya tambahan tenaga kerja per unit orang (Marginal Product of Labor) yang biasa disingkat MPL.

2.1.8.2 Hukum Pertambahan Hasil Yang Menurun (Law of Diminishing Return)

Hukum pertambahan hasil yang semakin menurun (law of diminishing return) menjelaskan mengenai sifat pokok antara tingkat produksi dan tenaga kerja yang digunakan sebagai input variabel. Hukum ini menyatakan bahwa apabila faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya (tenaga kerja) ditambah terus menerus sebanyak satu unit, pada awalnya pertambahan produksi (MPL) akan semakin banyak, namun sesudah mencapai tingkat tertentu tambahan produksi akan semakin berkurang dan pada akhirnya mencapai nilai negatif. Dengan demikian pertambahan produksi digambarkan meningkat dengan tambahan yang semakin kecil dan akhirnyamencapai tingkat maksimum, dan kemudian akan menurun. Pada tahapan produksi kemudian dapat dibedakan menjadi tiga. Tahap pertama, dimana produksi total mengalami pertambahan yang semakin cepat. Tahap kedua, dimana produksi total mengalami pertambahan yang semakin lama semakin kecil. Tahap ketiga, dimana produksi total semakin lama semakin berkurang.

2.1.8.3 Teori Produksi Jangka Panjang

Arsyad (1999:106) dalam bukunya menjelaskan bahwa semua input yang di gunakan dalam jangka panjang merupakan input variabel dan tidak ada input tetap. Hal ini dikarenakan pada kondisi jangka panjang semua input tetap dalam jangka pendek dapat berubah sesuai dengan jumlah produksi. Dengan demikian dapat dikatakan, dari teori produksi yang telah dipaparkan di atas, teori produksi jangka panjang menggambarkan kaitan antara tingkat produksi (Q) dengan jumlah tenaga kerja (L), jumlah modal (K), jumlah sumber daya alam (R), dan teknologi (T).

(16)

garis yang menggambarkan titik-titik kemungkinan kombinasi penggunaan dua faktor produksi (input) yang menggunakan ongkos yang sama (Sudarso, 2009:107).

2.1.9 Teori Biaya

Produsen yang rasional akan selalu berusaha melakukan kegiatan produksi secara efisien. Efisien diartikan sebagai usaha menghasilkan suatu nilai output yangmaksimum dengan sejumlah input tertentu atau dengan biaya minimum yang dapatmenghasilkan output tertentu. Sehingga pengertian efisiensi sangat berkaitan denganmasalah biaya produksi. Yang dimaksud dengan biaya dalam pengertian ekonomiadalah seluruh beban yang harus ditanggung oleh produsen untuk menyediakanproduk baik barang maupun jasa agar siap dikonsumsi oleh konsumen (Kurnawangsih, 2001).

Biaya produksi diklasifikasikan menjadi 2 yakni :

1. Biaya privat (internal), biaya yang ditanggung oleh individu atau perusahaan didalam memproduksi barang atau jasa.

2. Biaya sosial (eksternal), biaya yang ditanggung oleh masyarakat secara keseluruhan, misal biaya polusi sebagai akibat dari kegiatan produksi. Dengan menggunakan peraturan pemerintah, biaya sosial ini dapat diubah menjadi biaya privat.

2.2 Penelitian Sebelumnya

Alufun Nai’mah melakukan penelitian tentang analisis kinerja industri tekstil di indonesia dari tahun 2005 – 2009. Struktur pasar industri tekstil semakin bersifat oligopoly ketat, hal itu dilihat daritingkat konsentrasi dan nilai MES yang tinggi. Kinerjanya cenderung baik, hal itudilihat dari sebagian kelompok industri yang memiliki PCM rata-rata yang rendah, yaitusebesar 30%. Kemungkinan yang masuk akal terhadap kedua pernyataan di atas yaituterjadinya persaingan harga yang cukup tinggi di antara perusahaan-perusahaan dalamindustri tekstil sehingga dengan struktur pasar yang cenderung oligopoli, harga jualnyamasih cenderung rendah. Adapun kinerja industri cenderung efisien secara alokatif.

(17)

dapat diketahui bahwa bahan baku tekstil diimpor dari negara lain. Hal tersebut ditunjukkan oleh pelaku utama yang berjumlah tujuh perusahaan yang bermain dalam pasar industri tektil yang go publik. Input yang paling dominan menyebabkan tidak efisien adalah inventori atau persediaan. Minimnya keuntungan yang diperoleh petani dengan menanam bahan baku tekstil seperti kapas, rayon, rami dan lain – lain membuat para petani lebih memilih untuk menanam tanaman pangan. Sehingga produksi bahan baku tekstil di dalam negeri hanya sedikit dan produsen tekstil mengimpor sebagian besar bahan baku dari negara lain. Hal ini menyebabkan harga bahan baku menjadi mahal

tingginya harga minyak bumi membuat harga bahan baku tekstil ikut naik. Perusahaan-perusahaan dalam industri

1. tekstil ini diharapkan tidak terlalu tergantung pada bahan baku impor, karena akan menyebabkan harga produk tekstil menjadi mahal. Bagi perusahaan yang belum dapat

2. menggunakan input dan outputnya secara efisien, harus dapat memperbaiki kinerja perusahaannya agar dapat mencapai tingkat efisiensi 100%. Pemerintah melalui perusahaan – perusahaan

3. segera mengupayakan peningkatan kualitas SDM agar lebih kreatif dan inovatif dalam menciptakan produk tekstil dan dapat bersaing dengan produk luar negeri dengan melakukan pelatihan-pelatihan yang terkait dengan penggunaan mesin-mesin baru, pertukaran pekerja. Pemerintah bersama perusahaan perusahaan

4. tekstil ini secara terus menerus bekerja sama mengatasi berbagai permasalahan pada industri tekstil seperti penyelundupan, pungutan liar, masalah sarana transportasi dan masalah lainnya. Sehingga dapat bersaing dengan negara-negara.

2.3 Kerangka Pemikiran

(18)

Alasan digunakannya input dan output seperti : Total asset, Hutang, Modal dan Tenaga Kerja, Net Sales dan Gross Profit dikarenakan input dan output tersebut dirasa paling bisa mewakili perusahaan untuk mengetahui tingkat efisiensi suatu perusahaan dalam satuan moneter, dan input labor dalam mengetahui satuan jumlah orang (tenaga kerja).

Dari penjelasan diatas maka terbentuklah kerangka pemikiran seperti dibawah ini :

STRUKTUR

 Total Penjualan

 Pangsa Pasar

Konsentrasi

KINERJA

EFISIENSI

OUTPUT

Net Sales

Gross Profit

INPUT

Total Asset

Hutang

Modal

Referensi

Dokumen terkait

Aspek Baik Sekali (4) Baik (3) Cukup (2) Perlu Pendampingan (1) Kesesuaian pantun yang dibuat dengan ciri-ciri pantun Memenuhi 4 ciri-ciri pantun Memenuhi 3

Minyak kelapa yang digunakan untuk menggoreng dapat mengalami reaksi oksidasi yang disebabkan oleh suhu tinggi (±175-180ºC) mengakibatkan kerusakan dengan menghasilkan

Penelitian pengembangan instrumen asesmen otentik ini meliputi kegiatan mengembangkan instrumen asesmen otentik, menerapkan instrumen dalam pembelajaran, menganalisis

Aliran Kas Atas Hasil Dari Properti Pemegang Unit Penyertaan KIK DIRE Manajer Investasi Bank Kustodian Penyewa Properti.. Skema Transaksi DIRE (Kepemilikan

Puji Syukur tak terhingga penulis haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat, rahmat, dan karunia yang dilimpahkan kepada penulis sehingga

Kemampuan berbahasa Indonesia yang baik akan memudahkan siswa untuk beradaptasi dengan lingkungannya yang beragam dan dengan latar belakang yang berbeda karena

Berdasarkan analisis SWOT telah diketahui posisi pengembangan perikanan budidaya ikan nila di kolam air tenang di Kecamatan Sinjai borong terletak pada Kuadran III yang

Semua senyawaan logam alkali tidak membentuk endapan (larut dalam air) karena nilai kelarutannya besar sekali4. Sedangkan untuk golongan alkali tanah tidak, tergantung nilai Ksp