• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUKU PANDUAN PRAKTIKUM FOTOGRAFI 1.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BUKU PANDUAN PRAKTIKUM FOTOGRAFI 1.docx"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

Panduan Teori dan Praktikum Fotograf 1 Teguu Setiadi,S.Kom, M.Kom

1

PANDUAN PRAKTIKUM

FOTOGRAFI 1

OLEH :

Teguh Setiadi, S.Kom, M.Kom

STEKOM

(SEKOLAH TINGGI ELEKTRONIKA DAN KOMPUTER) Progdi Desain Grafis

(2)

DASAR-DASAR FOTOGRAFI

1. Antara Mata Manusia Dan Mata Kamera

Secara sekilas melakukan potret-memotret adalah perkara yang mudah.Beberapa tipe produk kamera saku di era tahun 80-an dan 90-an memang disediakan untuk kalangan amatir/pemula sehingga fasilitas di dalam kamera tersebut hampir segalanya serba otomatis, mulai dari pengukuran pencahayaan, penghitungan kecepatan pencahayaannya, dan bukaan diafragma, sampai pada loading/penggulungan film setelah pemotretan.Dengan kamera seperti itu, tugas seorang pemotret tinggal membidik obyek dan jepret selesai.

Tapi mengapa foto yang dihasilkan para pemula ini umumnya lebih banyak jeleknya dari pada bagusnya?

Bagi pemotret yang profesional, memotret lebih diartikan sebagai “membuat” daripada ‘mengambil” foto.Para pemotret profesional ini telah memiliki “foto hasilnya” sebelum memotret. Di kepala mereka sudah ada konsep total, sedangkan proses memotret hanyalah “sentuhan akhir saja”

Keahlian yang dimiliki para profesional sudah tentu diawali dengan proses belajar yang panjang, dengan pengorbanan energi dan biaya yang tidak sedikit. Berapa puluh bahkan ratus rol film yang dihasilkan selama proses belajar tersebut, baik yang gagal maupun berhasil, menjadi saksi betapa ketrampilan dan keahlian seorang fotografer profesional memang tidak diperoleh dengan cara mudah.

Para pemula yang baru belajar fotografi , dapat mulai menanyakan kepada diri sendiri ketika hendak menjepretkan tombol rana :

 Mengapa saya mengambil foto ini?  Apa yang paling menarik dari obyek ini?  Apa arti tempat ini bagi saya ?

 Apa yang menyebabkan saya memilih tempat ini untuk memotret?  Benarkah pemandangan ini lebih indah daripada tempat lainnya?

Pertanyaan-pertanyaan di atas bisa berkembang terus bergantung obyek, tujuan pemotretan serta situasinya, yang pasti, dalam memotret kita “menterjemahkan” suatu keadaan atau suatu adegan sebuah gambar yang tidak bergerak. Adegan asli mempunyai cerita karena gerakannya, sedangkan foto kita yang tidak bergerak harus mempunyai esensi adegan asli walau ia diam.

Selain itu, adegan asli adalah tiga dimensi,sedangkan foto kita hanya adegan dua dimensi, dan itu pun sangat terbatas pada selembar kertas foto saja.

2. Dari Tiga Dimensi ke Dua Dimensi

(3)

Sedangkan foto hanya mempunyaai dua dimensi.Ia hanya kenal panjang dan lebar.Kesan “kedalaman” foto didapat dari logika kita yang dibantu dengan kemampuan sang fotografer menceritakan hal itu.Kesan ruang akan terbentuk dari perspektif yang dipilih pemotretnya. Selain itu, suatu adegan yang tampak indah di mata belum tentu akan tampak indah di dalam foto.

Disamping masalah penerjemahan suasana tiga dimensi, ada masalah utama dalam fotografi yaitu, memilih bagian mana yang akan ditonjolkan pada foto, dan seberapa besar bagian utama yang akan ditonjolkan itu harus direkam.Di sini perlu diingat, bahwa apa yang dilihat mata sangatlah berbeda dengan apa yang direkam kamera serta foto jadinya nanti. Mata bisa memilih dan hanya melihat sesuatu dengan jelas walaupun obyek itu cukup jauh, tapi kamera tidak.Karena merekam semuanya yang ada di depannya tanpa memilih-milih lagi.

Ada satu cara sederhana untuk melatih penglihatan mata kita terhadap obyek yang akan kita foto. Yaitu dengan membuat bingkai jari tangan kita kemudian kita “letakkan” di depan mata kita, dengan mendekatkan bingkai jari itu ke dekat mata, kita seakan melihat obyek dengan lensa sudut lebar, namun kalau”bingkai” jauh dari mata seakan kita memakai lensa tele yang mempunyai cakupan pandang sangat sempit.

3. Mengenal Komponen Dasar Kamera Manual (Slr=Single Lens Reflect)

3.1. Pengaturan Diafragma

Diafragma merupakan salah satu komponen dalam kamera manual yang fungsinya sebagai pengatur besar kecilnya bukaan lensa.Dalam kamera manual fungsi diafragma terletak pada gelang pengatur yang melingkar pada lensa. Simbol yang dipakai adalah huruf f.

Kalau kita perhatikaan di seputar gelang tersebut tertera angka dari

: 1,4 2 2,8 4 5,6 8 11 16 22

Angka tersebut sebenarnya merupakan angka pecahan yang menggambarkan perbandingan antara besar kecilnya intensitas cahaya di luar kamera dengan intensitas cahaya yang ada di dalam lensa.Dengan demikian, misalnya f/1 sebagai bukaan yang paling besar dari sebuah lensa , itu artinya intensitas cahaya di luar dan di dalam lensa adalah sama.

(4)

Karena angka-angka yang tertera dalam gelang diafragma tersebut sebenarnya adalah angka pecahaan maka,

Angka yang kecil menunjukkan bukaan diaafragma terbesar, sedang angka yang besar menunjukkan bukaan diafragma yang kecil

3.2.Selektor Kecepatan (Shutter speed dial/ring)

Di samping engkol pengokang film kamera kita terdapat komponen yang disebut Selektor Kecepatan. Fungsinya mengatur cepat lambatnya rana terbuka sehingga dapat meloloskan seberkas cahaya yang pas dengan kebutuhan kondisi pada waktu itu. Kalau kita lihat selektor tersebut tertera angka:

B 1 2 4 8 15 30 60 125 500 1000 2000

Angka tersebut juga menggambarkan pecahan dalam skala detik, demikian misalkan, speed dipilih angka 1/60 maka kecepatan membuka rana adalah 1/60 detik. Sedangkan huruf B di depan angka 1 itu adalah tanda bahwa rana akan terbuka terus selama tombol pelepas rana masih kita tekan, atau fungsi membuka rana sesuai dengan waktu yang kita butuhkan. Fungsi selektor kecepatan B ini dipakai misalnya kita hendak memotret obyek berupa lampu reklame di malam hari atau suasana malam.

Pemilihan angka kecapatan membuka rana ini bergantung pada situasi/kondisi obyek yang hendak kita foto. Untuk menangkap/membekukan obyek yang bergerak semisal mobil atau motor yang sedang melaju maka kita memilih kecepatan tinggi katakankah 500 ke atas. Sebaliknya , bila hendak menghasilkan efek benda bergerak, maka kita pilih speed lambat pada waktu kita membidik obyek yang sedang melaju tersebut. Kecepatan bisa dipilih mulai 30 ke bawah.Dengan pemilihan speed lambat maka ketika fokus kita arahkan pada obyek yang bergerak maka background yang tampak pada foto akan terlihat jelas sementara obyeknya tampak blur/gerak.Tentu saja pemilihan kecepatan ini disesuaikan dengan besar kecilnya diafragma yang kita pilih juga, agar pembakaran film pada pemotretan tepat.

3.3.Selektor ASA/kepekaan film

Selektor ASA berada di “dalam” selektor kecepatan tadi. Kalau kita lihat kamera kita dari sisi atas, maka di dalam bulatan selektor speed di tengahnya nampak jendela kecil yang tertera angka :

25, 50, 100, 200, 400, 800, 1600

Angka – angka tersebut menandakaan berapa kepekaan terhadap cahaya pada film yang sedang kita pakai. Semakin besar angkanya maka semakin peka film tersebut terhadap cahaya. Film-film yang umumnya kita lihat di pasaran berkisar pada ASA 100,200,400.

(5)

PANDUAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR FOTOGRAFI

1. Silakan anda mencermati komponen-komponen dasar pada kamera SLR analog. Kenali satu demi satu fungsi komponen dalam kamera tersebut dengan mengingat fungsi masing komponen. Tuliskan masing-masing komponen kamera analog dan jelaskan fungsinya:

...

(6)

TEORI PENCAHAYAAN

1. Melukis dengan cahaya

Fotografi artinya “melukis dengan cahaya”.Tanpa cahaya, tidak akan ada karya fotografi.Maka agar bisa terjadi sebuah foto, film yang ada di dalam kamera yang kedap cahaya haruslah disinari.

Pada film hitam putih, lapisan perak halida yang ada pada film akan menjadi ‘hangus” setelah terkena cahaya. Hitam atau abu-abu yang terjadi pada film bergantung pada banyaknya cahaya yang masuk. Kalau cahaya sangat kuat masuk, pada negatif hitam putih akan terjadi warna hitam pekat, sementara kalau cahaya hanya sedikit masuk akan terjadi warna abu-abu.Film yang sama sekali tidak tercahayai akan berwarna bening setelah diproses (dicuci).

Pada pencetakan fotonya, warna hitam pada film akan mengahsilkan warna putih pada kertas foto, demikian pula sebaliknya.Gradasi dari hitam, abu-abu sampai putih inilah yang akan membentuk sebuah gambar. Pada foto berwarna, proses yang terjadi lebih rumit namun pada intinya sama dengan foto hitam putih.

2. “Over” dan “Under”

Sebuah film dikatakan berhasil secara pencahayaan bila semua warna yang muncul mempunyai nada sama dengan yang diharapkan sang pemotret. Sebuah film dikatakan over exposed (biasa disingkat over saja, “kelebihan “) yang artinya tercahayai secara berlebihan, bila warna yang terjadi lebih hitam dari pada yang diharapkaan. Film yang over terjadi akibat pencahayaan yang berlebihan pada saat pemotretan.

Sedangkan sebuah film dikatakaan under exposed( biasa disingkat under,”kekurangan”)bila kesan yang di dapat pada film itu lebih bening daripada yang diharapkan. Foto under disebabkan kekurangan pencahayaan pada saat pemotretan.

Untuk mendapatkan pencahayaan yang tepat pada saat memotret, kita harus mengatur dengan tepat seberapa banyaknya cahaya yang dibutuhkan untuk keperluan kita. Dan inilah inti dasar teori pencahayaan.

3. Diafragma dan Rana

Ada dua bagian penting pada kamera yang mengatur masuknya cahaya pada kamera, yaitu bukaan diafragma dan rana.

PENCAHAYAAN YANG TEPAT = MENGATUR KOMBINASI YANG TEPAT ANTARA BESARNYA BUKAAN DAN LAMANYA MEMBUKA RANA

 Bukaan diafragma =mengatur masuknya cahayaa ke film dengan besar kecilnya lubang yang ada di lensa.

(7)

Untuk mudahnya, mengatur besarnya cahaya yang masuk ke dalam film bisa diibaratkan mengisi air ke ember dari kran. Kalau kita membuka kran dengan sebesar-besarnya, ember akan cepat penuh. Sebaliknya, kalau kita membuka kran kecil saja, waktu yang diperlukan untuk memenuhi ember pasti lebih lama.

Demikian pula dalam pemotretan, kran ibarat bukaan diafragma, sedangkan rana ibarat lamanya waktu mengisi ember.

Kebutuhan cahaya pada sebuah pemotretan bergantung pada hal:  ISO/ASA film. Makin tinggi ASA film yang kita pakai , yang artinya makin

peka, kebutuhan cahaya kita makin sedikit.

Suasana di tempat pemotretan.Terang atau gelap di tempat pemotretan yang membedakan banyak sedikitnya cahaya yang tersedia.

4. “Light Meter”

Untuk mengukur cahaya dapat digunakan light meter, pengukur cahaya.Kita bisa memakai pengukur cahaya yang ada pada kamera atau dengan alat yang disebut Hand Held Light Meter

Pengukur cahaya dalam sebuah kamera akan memberikan tanda tertentu untuk mengatakan bahwa suatu penyetelan sudah selesai. Biasanya, tanda itu berupa bulatan hijau, atau tanda+ dan – yang muncul bersamaan, atau juga berhimpitnya dua jarum pengukur.

Kalau kita memanfaatkan pengukur cahaya, akan kita dapati kenyatan bahwa pencahayaan yang tepat bisa diperoleh dari berbagai kombinasi setelan bukaan diafragma dan rana. Misalnya, bukaan diafragma f/5,6 dengan kecepataan rana 1/250 sama artinya dengan f/4 plus rana 1/500

1/1000 1/500 1/250 1/100 1/60 1/30 1/15

3,5 4 5,6 8 11 16 22

Untuk memudahkan kita melakukan pengukuran pencahayaan, patokan berikut ini mungkin menolong :

 Atur dulu kecepatan rana mendekata angka ASA film yang dipakai,misal dipakai ASA100, pasanglah kecepataan rana pada 1/125 detik.

 Lalu sambil membidikkan kamera ke arah yang akan dipotret, putar gelang diafragma sampai didapat pengukuran yang sesuai seperti disebutkan oleh penngukur cahaya.

 Setelah itu, kita dapat mengubah kombinasi kedua pengatur itu sesuai selera berdasarkan dua tabel yang telah kita buat tadi.

5. Pengaturan Ruang Tajam

(8)

Definisi “tajam sacara layak” ini perlu ditekankan sebab secara fakta, titik fokus sebuah lensa adalah betul-betul cuma satu bidang yang mempunyai jarak tertentu terhadap bidang film. Namun, dengan pemilihan bukaan diafragma yang makin kecil(angka diafragmanya makin besar), benda yang berada di depan atau di belakang benda terfokus sering masih tampak tajam pada foto.

Hukum pencahayaan :

Bila diafragma dikecilkan,kecepataan harus

dilambatkan Bila diafragma dibesarkan, kecepatan harus dipercepat.

Misal:

Kalau kita sudah mengukur kombinasi pencahayaan f/5,6 dan kecepatan1/125 detik, maka kalau kita akan mengubah bukaan diafragma dari f/5,6 jadi f/8, kecepatan harus kita rendahkan menjadi 1/60 detik. Sebaliknya kalau kita mengubah diafragma dari f/5,6 jadi f/1,4, kecepatannya harus kita naikkan tiga stop sehingga menjadi 1/1000 detik.

Selain besar kecilnya bukaan, ada faktor lain yang akan mempengaruhi dalamnya ruang tajam, yaitu panjang fokal lensa.

Makin panjang suatu lensa, makin tipis ruang tajamnya.

Besar kecilnya ruang tajam juga dipengaruhi oleh jarak obyek dengan kameranuya

Makin jauh objek makin dalam ruang tajam di sekitar objek

(9)

PEDOMAN PRAKTIKUM TEORI PENCAHAYAAN

1. Melalu jendela bidik kamera analog SLR coba anda amati ligtmeter yang ada di dalamnya ketika anda mengarahkan kamera pada berbagai objek dengan berbagai kondisi pencahayaan. Tuliskan apa yang anda amati: ...

2. Amati perubahan ligtmeter ketika anda mengubah posisi diafragma pada lensa. Tuliskan hasil amatan anda!

...

(10)

10 4. Coba anda amati pada lensa dan temukan skala selang ketajaman yang

ada di lensa tersebut. Ingat kembali fungsi selang ketajaman. Jelaskan: ...

5. Coba anda fokuskan pada beberapa objek yang berjejer semakin menjauh dengan posisi lensa anda. Misalnya anda meletakkan beberapa baterai di atas meja. Fokuskan pada sebuah baterai yang ada di urutan depan. Ubah posisi kecepatan, misalnya pada 1/60 menjadi 1/500. amati apa yang terjadi dalam jendela bidik gambaran baterai yang anda fokuskan tersebut. Tuliskan amatan anda!

6. Ubah posisi fokus pada baterai yang di tengah, dibelakang dst. Amati apa yang terjadi. Tuliskan amatan anda!

(11)

11 ... ...

7. Masih dalam eksperimen di atas pada kecepatan tertentu. Misalnya, 1/60 ubah posisi diafragma dari yang posisi bukaan kecil ke bukaan lebar. Amati apa yang terjadi dalam gambaran jendela bidik. Tuliskan amatan anda!

... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...

(12)

MEMFOKUS, KEMAMPUAN MELIHAT DAN KOMPOSISI

1. Memfokus

Memfokus adalah menyetel lensa agar menimbulkan imaji tajam pada fotonya nanti. Fotografi pada dasarnya memindahkan imaji yang ada di alam nyata ke dalam gambaran dua dimensi dengan bantuan lensa.maka, dengan pemindahan dimensi dari tiga menjadi dua ini, ada bagian yang akan lebih menonjol daripada yang lain akibat keterbatasan lensa.

Memfokus bisa juga menghilangkan sama sekali latar belakang dengan bukaan diafragma yang sebesar mungkin dan dengan lensa sepanjangmungkin. Memfokus dengan menonjoklkan obyek tertentu disebut dengan selective focus.

2. Ada beberapa kategori kegiatan memfokus :

Fokus statis :kegiatan memfokus dalam pemotretan yang obyeknya tidak bergerak, misalnya memotret pemandangan atau memotret manusia yang memang berpose.

Pada pemotretan manusia, titk yang harus difokus adalah mata manusia. Yang harus dicatat, depth of field bagian jauh dari lensa sekitar dua kali lebih panjaang daripada depth of field ke bagian dekat lensa. Dengan kenyataaan itu, kalau kita memotret orang dalaam tiga baris seperti disebut tadi, sebaiknya kita memfokus ke deret tengah, lalu geser penyetelan lensa sedikit ke baris yang depan.

Fokus bergerak: Misalnya memotret atlet yang bermain tenis, atau memotret peragaan busana Kondisi ini menyebabkan pemotret terus menerus mengubah setelan fokusnya.Di sini , selective focus juga berperan yaitu dengan mengaburkan latar belakang sehingga obyek utama menonjol.

Fokus jebakan: Menyetel fokus dengan perkiraan tanpa membidik biasanya disebut dengan preset focus.Ini dilakukan misaalnya ketika kita memotret obyek yang akan lewat dalam waktu singkat, atau pada waktu yang tidak terduga, ataau pada keadaan yang tidak memungkinkan kita memotret dengan normal.

3. Kemampuan Melihat Dan Komposisi

(13)

4. Berbagai Komposisi :

Desain dalam dunia fotografi lebih dikenal sebagai komposisi, yakni memadukan massa benda, warna dan cahaya. Dalam mempelajari komposisi, pemotret harus menghilangkan dimensi ketiga yaitu kedalaman atau ketebalan dari sasaran pemotret.Dimensi ketiga dapat dilihat oleh manusia karena ia melihat dengan mempergunakan kedua matanya.Sementara , kamera hanya melihat dengan “satu mata” saja.

Dalam fotografi terdapat beberapa kategori komposisi, meskipun tidak ada patokan komposisi mana yang baik dan jelek, tetapi ada baiknya kita mempelajari komposisi seperti yang pernah dikenal selama ini :

KOMPOSISI GRAFIK:

Komposisi grafik adalah suatu gambar , dalam mana unsur-unsur garis dapat membentuk kotak-kotak, bulatan, segi tiga dll. Misal gambar yang dibentuk oleh kawat telpon atau rel kereta api nyata sekali sebagai garis.Sekelompok bantuk-bantuk alami, yang dibentuk oleh garis-garis nyata dapat merupakan suatu pola. Gambar seperti itu disebut :”pattern” atau “abstract design”.Sifat dari gambar pola ini sangat teratur, dan pembagian ruang yang diisi oleh bentuk-bentuk yang lain, dapat merupakan suatu nirmana yang mengasyikkan.

KOMPOSISI TRADISONAL:

Komposisi tradisional ditemukan pada lukisan-lukisan Tiong Hwa dan Jepang.Format yang digunakan adalah format tinggi (vertikal) dalam mana panjang(atau tingginya) lebih besar dari tiga kali lebarnya. Atau dalam komposisi horisontal dalam mana panjang lebih besar dari tiga kali lebarnya(tingginya)

Sifat-sifatnya adalah :

1. Kesederhanaan dalam nirmana (pola gambar)

2. Ekonomis dalam detail, dengan menghilangkaan atau mengaburkan bagian-bagian yang tidak esensial dalam nirmana.

3. Peranan garis yang menonjol, dengan sapuan-sapuan kuas yang halus dan sensitif.

KOMPOSISI BALI:

(14)

ke belakaang. Di samping itu detail diutarakan secara dekoratif, artinya ditarik garis-garis yang teratur seperti membatik dan warna-warna diisi secara polos dalam tiap-tiap bidang.

KOMPOSISI SURREALISME:

Surealisme adalah penyajian benda-benda yang hubungan satu dengan yaang lainnya tidak wajar. Tujuan penyajian surealisme adalah menarik perhatian dan menggugah khalayaan terhadap sesuatu.itulah sebabnya gaya ini sering dipakai dalam advertising .

KOMPOSISI YANG MENYIMPANG DARI IDE KONVENSIONAL.

Yang disebut ide konvensional adalah tema atau peraturan-peraturan yang telah mantap, dan diterima secara universil. Hal itu termasuk “balance”, keseimbangan pandangaan dan pembagian serta pengisian bidang.

(15)

PEDOMAN PRAKTIKUM

MEMAHAMI LANGKAH-LANGKAH MEMFOKUS

1. Coba anda cari gambar/foto di media massa (koran/majalah ) yang merupakan contoh fokus statis, bergerak dan jebakan ! Tulis komentar dan perkiraan kompisi kecepatan dan bukaan diafragma yang memungkinkan menghasilkan gambar tersebut!

... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...

2. Coba anda cari gambar/foto di media massa yang merupakan contoh berbagai jenis komposisi seperti yang telah kita pelajari. Tulis komentar dan analisis anda mengenai foto tersebut!

... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...

(16)

CAHAYA, WARNA DAN PERSPEKTIF

Pemotret yang sudah paham dengan bahasa fotografi akan melihat cahaya dari sudut kualitatif.Hal yang harus diperhatikan dalam melihat cahaya :

 Arah cahaya : cahaya yang jatuh tidak langsung atau membias terlebih dahulu akan memberi efek nuansa yang lebih baik ketimbang cahaya yang jatuh langsung.

 Intensitas cahaya dan warna cahaya. Kalau jumlah cahaya akan mempengaruhi teknik pencahayaan yang direkam pada film, maka kualitas cahaya akan sangat mempengaruhi kesan yang akan muncul dari sebuah karya foto.

WARNA

 Warna adalah bagian dari keseluruhan komposisi sebuah foto. Pemotret harus mempelajari dan merasakan asosiasi warna terhadap fotonya.Ada yang harmonis tetapi ada juga yang kontradiktif. Ada warna yang saling melengkapi, yang keras dan lembut, yang dingin dan panas.

 Pemotret harus belajar melihat warna bukan dengan mata manusia melainkan dengan mata kamera .Misalnya mata manusia akan melihat warna neon putih, tetapi mata kamera akan melihatnya sebagaai kehijau-hijauan.Warna yang di luar alami ini dikenal sabagaai warna yang “abnormal”

PERSPEKTIF

 Mata manusia memandang dengan cara yang berbeda dengan mata kamera.Apa yang terlihat oleh mata ,akan melewati proses koreksi citra visual oleh otak dan disesuaikan dengan “rekaman’ pengetahuan dan pengalaman selama ini.Misal kita melihat gedung tinggi dari bawah,otak mengoreksi citra visual yang dikirim oleh mata sehingga , apa yang dilihat seakan diabaikan dan diganti dengan apa yang dipikirkan otak.Garis-garis yang kelihatan melengkung akan diabaikan dan memahami garis-garis itu harus tegak seperti aslinya.

 Hal lain yang harus diperhatikan adalah , perbandingan antara obyek dalam sebuah foto(skala).Misal, bila kita memotret pemandangan alam yang indah, setelah dicetak di atas kertas foto ternyata tidak seindah aslinya.

Apa sebab? Pertama karena foto dicetak dalam format yang umumnya postcard, sehingga pemandangan yang indah dan luas akhirnya hilang, karena telah dipadatkan dalam bidang kertas yang terbatas.

(17)

PEMILIHAN LENSA UNTUK PEMAKAIAN YANG TEPAT

1. Jenis Lensa

Berdasarkan panjang fokus (focal length) lensa dapat dibagi dalam tiga kategori :

 Lensa pendek,untuk lensa bersudut lebar (wide angle)  Lensa normal atau standar

 Lensa panjang untuk lensa bersudut sempit ( tele)

Panjang fokus yang dimaksud ialah jarak antara titik pusat lensa dan titik di mana semua berkas cahaya sejajar lensa terfokuskan .Panjang fokus ini diukur dalam milimeter.

Lensa normal:

Sudut pandang antara 45-55 derajad.Lensa ini menghasilkan perspektif yang wajar, seperti keadaan pandangan mata manusia .

Lensa normal untuk sebuah kamera belum tentu normal untuk kamera lainnya. Tergantung besar/format film. Misal, kamera dengan film ukuran 6x6 cm, lensa normalnya berukuran 85mm. Sedangkan untuk format film 35mm adalah 43 mm. Umumnya lensa-lensa di antara 40mm dan 55 mm termasuk kategori lensa normal.

Lensa sudut lebar:

 Lensa bersudut lebar sedang dari 24mm-35mm  Lensa bersudut sangat lebar mulai 13 mm- 20mm

 Lensa bersudut paling lebar atau lensa mata ikan yaitu 15 mm,16mm,dan sekitar 6 mm

 Lensa tele pendek, panjang fokus 80-105mm  Lensa tele panjang 135mm sampai dengan 300mm  Lensa tele sangat panjang , mulai 400 sampai 1200 mm

(18)

MEMOTRET DENGAN LAMPU KILAT

Suatu saat di mana kondisi cahaya alami tidak memadai maka kita memerlukan cahaya buatan agar tetap dapat memotret. Alat pembuat cahaya ini bermacam-macam salah satunya adalah LAMPU KILAT .

1. Sinkronisasi rana

Saat kita memotret, rana kamera membuka lalu menutup dalam selang waktu tertentu, bisa lama dan bisa sebentar bergantung kecepatan yang kita pilih .dalam pemotretan dengan lampu kilat , seharusnya saat rana terbuka penuh, saat itu pula kilat memberikan cahaya maksimalnya.

Kalau kondisi ini tercapai, artinya terjadi keserempakan saat antara rana terbuka penuh dan saat lampu kilat menyala, kondisi ini disebut terjadi”sinkronisasi”.Ketidaksinkronan terjadi akibat kecepatan rana terlalu tinggi, atau minimal lebih tinggi dari pada kemampuan sinkron kamera.

Kalau kamera yang kita pakai adaalah kamera dengan rana memusat, kecepatan berapapun yang kita pakai akan terjadi sinkronisasi.Sedangkaan kalau kamera kita menggunakan rana celah ,maka masalah sinkronisasi ini harus diperhatikan.

Dalam selektor kecepatan rana, akan nampak tanda yang menunjukkan kecepatan sinkron kilat yang sesuai untuk kamera tersebut. Kecepatan sinkron kilat berbeda-beda untuk tiap jenis/merek. Kamera profesional semacam Nikon F4 atau canon EOS mempunyai kecepatan sinkron 1/250 detik.

2. Guide Number(GN)

Dalam pemotretan dengan lampu kilat,kecepatan yang dipakai relatif tidak dapat diubah-ubah, yaitu kecepatan sinkron kameranya. Dalam pemotretan dengan lampu kilat, bukaan diafragma lah yang menentukan pas atau tidaknya pencahayaan yang terjadi.

Setiap lampu kilat selalu disertai dengan keterangan kekuatan dirinya.Kekuatan sebuah lampu kilat dijelaskan dalam suatu pedoman yang disebut GN atau Guide Number. Makin kuat suatu lampu kilat, makin besar GN-nya.

Untuk menentukan berapa bukaan diafragma yang pas sesuai dengan kekuatan lampu kilat kita, maka dapat dilakukan penghitungan dengan rumus sebagai berikut :

F =GN : jarak obyek dengan lampu kilat

(19)

3. Mengoptimalkan Penggunaan Lampu Kilat

Pemakaian lampu kilat yang sekadarnya, sering menghasilkan foto yang datar,bahkan bayangan yang dihasilkan lampu kilat sering merusak isi foto secara keseluruhan.

Ada beberapa cara untuk menghindari hal tersebut :

Cara pertama Teknik “bounce”( teknik pantulan ).Cahaya lampu kilat kita pantulkan ke langit-langit atau bidang lain sehingga cahaya menerangi obyek secara merata, dan jatuhnya bayangan di tempat yang tidak terlihat foto.

Dengan teknik ini, perhitungan bukaan diafragma memakai jarak yang merupakan jumlah jarak dari lampu kilat ke bidang pantul ditambah jarak bidang pantul ke obyak.

Untuk menghindari berkurangnya intensitas cahaya karena di serap bidang pantul maka bukaan diafragma harus dikoreksi dengan membukanya lebih besar 1 atau 2 stop.

Teknik “remote Flash”: Bila kita tidak dapat memperoleh bidang pantul apapun misalnya ketika berada di luar rumah, maka kita memakai teknik remote flash yakni melepaskan lampu kilat dari badan kameranya dan meletakkan di suatu tempat untuk mendapatkan efek foto yang diinginkan .

Dengan teknik ini maka bukaan diafragma diukur dari jarak antara lampukilat ke obyeknya, dan bukannya jarak antara kamera ke obyeknya.Tentu saja penyalaan lampu kilat menggunakan bantuan kabel sinkron.

Memakai beberapa lampu kilat. Dipakai bila kita memotret di dalam ruangan yang cukup besar dengan tuntutan cakupan bidang pemotretan yang luas dengan memakai lebih dari satu lampu maka GN yang kita jadikan patokan bukanlah penjumlahaan GN dari beberapaa lampu kilat yang dipakai, cara menentukan bukaan diafragma yang dipakai biasanya dengan cara mencoba-coba.

Teknik “Fill in”.Selain sebagai sumber cahaya buatan, lampu kilat juga bisa dipakai sebagai sumber cahaya tambahan.Ini dilakukaan misalnya ketika kita memotret di luar, siang hari pada pukul 12.00 saat matahari berada tegak lurus di atas. Kondisi ini adalah kondisi pencahayaan yang paling buruk karena akan menimbulkan bayangan tajam di wajah obyek yang manusia.

(20)

20

FOTOGRAFI JURNALISTIK

1. Pengertian Foto Jurnalistik

Terdapat beberapa pengertian mengenai fotografi jurnalistik yang dikemukakan oleh para ahli fotografi. Menurut Hanapi yang dimaksud dengan fotografi jurnalistik yaitu kegiatan fotografi yang bertujuan merekam jurnal peristiwa-peristiwa yang menyangkut manusia. Wilson Hick dalam bukunya Word and Picture memberi batasan fotografi jurnalistik adalah media komunikasi verbal dan visual yang hadir bersamaan. Sedangkan Soelarko mendefinisikan foto jurnalistik sebagai foto berita atau bisa juga disebut sebagai sebuah berita yang disajikan dalam bentuk foto. Sementara itu Oscar Motuloh, fotografer senior Biro Foto LKBN Antara Jakarta menyebut foto jurnalistik adalah medium sajian untuk menyampaikan baragam bukti visual atas suatu peristiwa pada suatu masyarakt seluas-luasnya, bahkan hingga kerak dibalik peristiwa tersebut, tentu dalam waktu yang sesungkat-singkatnya.

Dilihat dari beberapa pengertian yang ada maka foto jurnalistik dapat disebut sebagai suatu sajian dalam bentuk foto akan sebuah peristiwa yang terjadi, di mana peristiwa tersebut berkaitan dengan aspek kehidupan manusia dan disampaikan guna kepentingan manusia itu sendiri. Kepentingan manusia dalam hal ini berupa kebutuhan akan informasi atau juga berita yang terjadi di seluruh belahan bumi ini.

Syarat umum untuk membuat foto berita dengan baik adalah:

 Memiliki pengetahuan konspesional;mempersoalkan isi (picture content, news content)

 Memiliki keterampilan teknis: mempersoalkan penyajian teknis yang matang secara fotografi.

Foto-foto yang dimuat dalam surat kabar memang tidak selalu menggambarkan suatu peristiwa atau berita (newsphoto), melainkan bisa juga bersifat ilustratif, yaitu bisa berdiri sendiri atau menyertai suatu artikel, termasuk di dalamnya adalah foto-foto yang bersifat ‘human interest’ (menarik perhatian dan membangkitkan kesan). Foto-foto yang dimuat dalam surat kabar itu secara ‘salah kaprah’ biasa disebut sebagai foto jurnalistik, artinya foto yang dihasilkan oleh kerja jurnalis (wartawan) di lapangan.

Suatu foto memang tidak bisa melukiskan keterangan-keterangan verbal yang diperoleh wartawan di lapangan, tapi dengan kemampuan visualisasi yang disuguhkan, sebuah foto bisa mengungkapkan pandangan mata yang sulit untuk dilukiskan dengan kata-kata. Berbeda dengan berita tulis di mana wartawan bisa secara tidak sengaja memasukkan subjektivitas yang bisa memengaruhi opini. Dengan foto akan memperkecil subjektivitas tersebut.Kepada pembaca disuguhkan secara visual apa adanya. Pembaca akan memberi penafsiran terhadap foto tersebut; yang tentu saja satu dengan lainnya bisa berbeda. Maka tidaklah salah ungkapan “one picture is worth one thousand words”

2. Sekilas sejarah Foto Jurnalistik

(21)

21 visual lewat lembaran kertas itu. Harapan itu menggebu teruatama setelah fotografi ditemukan tahun 1839 yaitu ketika Akademi Ilmu Pengetahuan Perancis

pada 19 Agustus mengumumkan penemuan alat gambar sinar oleh seniman Louis Jacques Daguerre. Alat temuan Daguerre itu masih sederhana berupa sebuah kotak diberi lensa dan dibelakang diberi plat logam yang sudah dilabur dengan bahan kimia tertentu. Alat itu disebut ‘camera obscura’ atau kamar gelap, yang kemudian secara umum disebut kamera.

Orang pun masih kesulitan memeroleh jalan atau cara bagaimana memindahkan gambar yang dibuat oleh kamera Daguerrotype itu ke dalam surat kabar.

Setelah direkayasa maka muncullah jurnalistik foto pertama kali yaitu ketika

“The Illustrated London News” untuk pertama kalinya 30 Mei 1842 memuat

spotnews atau gambar lukisan (hasil cukilan kayu) yang merupakan reproduksi sebuah foto yang dihasilkan oleh kamera daguerrotype. Gambar tersebut merupakan spotnews atau peristiwa langsung yang menggambarkan saat terjadi pembunuhan (penembakan) dengan pistol atas diri Ratu Victoria di dalam keretanya.

Dalam sejarah tercatat dua wartawan foto perintis yang sangat terkenal, yaitu Roger Fenton (Inggris) yang meliput Perang Krim (1853-1856) dan Mattew Brady (AS) yang meliput American Civil War (perang Abolisi) tahun 1861-1865. Brady membawa peralatan lengkap ke garis depan. Perlenggkapan itu dimuat dalam satu wagon (kereta kuda) sendiri, di mana di dalamnya terdapat laboratorium dan kamar gelapnya.

Karena belum ditemukannya cara membuat nada warna abu-abu atau ’halftones’ dalam surat kabar, maka sampai tahun 1897 gambar yang dimuat masih saja dibuat dari cukilan kayu. Baru 21 januari 1897 koran ”Tribune” New York benar-benar memuat foto di dalamnya. Ini dimungkinkan berkat ditemukan sistem penggunaan titik-titik (dots) yang kita kenal sekarang dengan sebutan

’raster’ untuk membuat nada-nada warna ’halftones’ tadi. 3. Foto Jurnalistik Yang Menarik

Sejak itulah pemuatan gambar di surat kabar menjadi semakin tambah banyak dan mulailah redaksi mempertimbangkan perlunya mangadakan tugas khusus bagi wartawannya hanya untuk pekerjaan memotret saja, artinya hanya mencari gambar melulu. Spesialisasi mulai diberlakukan di dunia persuratkabaran maju. Sesudah ada spesialisasi itu , maka para pakar atau jurnalis mulai memerhatikan apa sebenarnya yang sangat menarik dari sebuah foto yang patut untuk dimuat di surat kabar.

Dari hasil pengamatan mereka, disimpulkan bahwa gambar/foto jurnalistik yang menarik itu harus mempunyai tiga aspek utama : daya tarik visual (eye catching), isi atau arti (meaning) dan daya tarik emosional (impact).

(22)

sifatnya menarik (interesting), lain dari biasanya (different), satu-satunya (exlusive), peristiwanya dekat dengan pembaca (close to the readers), akibatnya luas, mengandung ketegangan (suspense) dan menyangkut masalah sex, humor, konflik dll.

Dari batasan-batasan foto jurnalistik itulah maka kemudian para jurnalis foto memfokuskan perhatinnya pada hal-hal yang tersirat di dalam kriteria itu. Untuk menjadikan diri sebagai jurnalis foto profesional maka seorang wartawan perlu memerhatikan hal-hal tersebut, disamping mesti memperdalam pengetahuan dan memperbanyak pengalaman. Seorang wartawan foto dituntut tahu benar tentang kamera dan proses fotografi, tahu pula memanfaatkan kesempatan yang baik untuk kameranya serta harus cekatan agar tidak tertinggal oleh peristiwa. Wartawan foto mesti mampu mengkombinasikan kerja mata, otak dan hati dalam tugasnya. Sebagaimana tujuan surat kabar yaitu memberikan kepada pembacanya informasi, edukasi, entertaintment dan (bisa) persuasi, maka bidang cakupan wartawan foto sangatlah tidak terbatas. Apa saja yang bisa memenuhi salah satu saja dari keempat kriteria tersebut dapat disajikan. Jadi dalam hal ini si wartawan-lah yang memegang peranan penting. Ada ungkapan

’the singer is not the song’ atau ’the man behind the gun’. Bukan objek fotonya yang menarik tapi bagaimana kemampuan si wartawan mengungkapkan dalam foto. Bukan kameranya yang hebat, tapi bagaimana kepiawaian sang wartawan foto menghasilkan gambar yang memenuhi banyak kriteria tersebut di atas.

4. Kategori dan Bidang-bidang Foto Jurnalistik

Kategori Foto jurnalistik meliputi :Spot News, Feature, General News, Tokoh, Keseharian, Seni budaya dan Fashion, Alam dan Lingkungan, IPTEK, dan Olahraga.Sedangkan bidang-bidang yan ada dlam foto jurnalistik di antaranya adalah : War Correspondent ( Wartawan Perang ), Wartawan Foto Olah raga, Glamour dan Pin –Up Fotografi, Fashion Fotografer, wartawan Foto Majalah, General Interest.

5. Makna dan Peranan Foto Jurnalistik

Ruang lingkup foto jurnalistik adalah manusia, dan karena itu kehadiran foto jurnalistik memiliki beberapa makna yang berperan dalam kehidupan manusia, diantaranya yaitu : foto jurnalistik sebagai saksi mata, fotografi jurnalistik sebagai lambang, foto jurnalistik sebagai himbauan dan foto jurnalistik sebagai komentar sosial.

6. Tokoh –Tokoh Foto Jurnalistik

Tokoh-tokoh dunia di bidang foto jurnalistik antara lain : Edward Steichen, Alfred Stieglitz, Alfred Eisenstaedt, Henry Cartier Bresson, Eugene Smith, Andre Friedman, Carl Mydans, Eliot Elisofon, John Dominis, Ernst Haas, Co Rentmeester, Mike Wells, dan David Burnet.

7. Perbedaan Foto Jurnalistik dengan Foto Dokumentasi

(23)

jurnalistik yang ada pada saat ini. Foto dokumentasi adalah sebutan untuk foto berita dan foto sejarah, karena tujuannya merekam suatu peristiwa untuk disimpan bergantung pada urgensitas peristiwa dan subjek foto yang diabadikan. Antara foto jurnlistik dengan foto dokumentasi memiliki perbedaan dan batasan yang sangat tipis. Nilai berita pada sebuah foto biasanya terletak pada sejauh mana foto itu dapat menggugah perhatian dari khalayak umum, bukan hanya orang atau kelomppok masyarakatyang bersngkutan. Nilai tersebut bisa disebut sebagai publik interest, maka semakin tinggi nilai beritanya. Foto jurnalistik memiliki nilai berita yang sangat tinggi karena dapat menimbulkan perhatian perasaan bahkan reaksi tertentu pada semua khalayak umum secara luas.

Berbeda pada foto dokumentasi, arti kata dokumentasi mengandung konotasi yang lunak dalam hal nilai beritanya. Selain perbedaan, di antaranya foto jurnalistik dan foto dokumentasi memiliki persamaan yaitu dari segi tujuan foto tersebut. Tujuan kedua foto jurnalistik dan foto dokumentasi merekam suatu peristiwa untuk disimpan sebagai arsip.

Menurut Hermanus Priatna ( Editor Foto di Biro Foto LKBN Antara menyatakan bahwa foto jurnalistik dan foto dokumentasi memiliki perbedaan. Pada foto jurnalistik, peristiwa diabadikan untuk secepat-cepatnya disampaikan kepada khalayak melalui media massa, sedangkan foto dokumentasi mengabadikan peristiwa untuk kepentingan pribadi, misalnya foto-foto untuk keperluan instansi pemerintah atau individual.

8. Petunjuk Praktis

Untuk wartawan foto atau calon, Kenneth Blume, seorang wartawan foto dan penulis pada harian ‘Courier-Crecent’ (Ohio, AS) memberi penegasan, bahwa gambar yang baik pada surat kabar adalah yang segera menarik perhatian pembacanya. Berdasar pengalamannya dia memberikan petunjuk praktis bagaimana sebaiknya membuat foto berita itu.

 Usahakan tidak menampilkan lebih dari lima orang dalam satu gambar.  Biarkan gambar kelihatan natural (alami/apa adanya), jangan dibuat-buat

atau direkayasa.

 Lebih baik menghabiskan banyak frame untuk memungkinkan banyak pilihan dari pada tidak mendapat gambar yang baik.

 Usahakan tidak memuat gambar ”police line up” (beberapa orang disejajarkan menghadap lensa dengan latar belakang tembok kosong).  Gunakan background atau latar keliling untuk menambah daya tarik dan

memudahkan pembaca mengenal lokasi atau posisi kejadian.

 Untuk menamba variasi atau daya tarik lain, bisa memotret dengan gaya

’frog eyes’ atau ’bird view’.

(24)

 Usahakan untuk menunjukkan situasi beritanya, kalau mungkin.

Namun suakses surat kabar dalam menyajikan gambar lebih banyak tergantung kepada editor fotonya yang memberi perintah (assignment) kepada fotografer dan memilih foto-foto yang masuk di mejanya, dan melakukan

cropping kalau perlu.

PEDOMAN PRAKTIKUM FOTO JURNALISTIK

1. Cobalah anda cari pengertian lain mengenai foto jurnalistik dari beberapa literatur yang ada, selain pengertian-pengertian yang telah dijelasksn

2. cobalah anda cari tulisan mengenai foto jurnalistik dari media cetak ataupun internet, kemudian simpulkan isi tulisan tersebut. ...

(25)

...

Panduan Teori dan Praktikum FotografiTri Nugroho Adi

4. Foto jurnalistik adalah foto yang dimuat untuk dipublikasikan dalam media massa seperti koran, majalah dan televisi. Coba anda cari beberapa buah gambar foto jurnalistik yang ada di media massa kemudian anda analisis gamber-gambar tersebut. pengetahuan konsepsional dan keterampilan teknis. Coba anda jelaskan kedua syarat tersebut!

(26)

7. Pada sebuah surat kabar kedudukan sebuah foto jurnalistik sebagai pelengkap dari berita ulis. Coba anda cari beberapa foto jurnalistik yang kedudukannya sebagai pelengkap dari berita tulis. Analisislah foto dan berita tersebut kemudian simpulkan mengapa berita tersebut memerlukan sebuah foto dan apa jadinya bila berita tersebut tidak disertai foto.

... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... 8. Selain sebagai pelengkap sebuah berita tulis, kedudukan lainnya yangn

dimiliki oleh sebuahh foto jurnalistik pada media cetak adalah sebagai sebuah foto yang berdiri sendiri. Coba anda cari beberapa foto jenis tersebut dan jelaskan.

... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...

(27)

Panduan Teori dan Praktikum Fotograf 1 Teguu Setiadi,S.Kom, M.Kom

TEKNIK FOTO JURNALISTIK

Membuat foto jurnalistik dituntut untuk tidak hanya sekedar memotret (taking picture) akan tetapi handaknya kita harus dapat membuat gambar (making picture ). Karya wartawan foto dinilai baik jika baik pula isi gambar dan isi beritanya.

1. Perencanaan

Perencanaan pada foto jurnalistik diperlukan untuk menghasilkan gambar dan berita yang menarik perhatian pembaca dan tentu mempunya nilai berita yang tinggi. Unsur utama foto jurnalistik harus mempunyai nilai beritanya yang tinggi disamping gambar yang berkualitas.

Tahap-tahap perencanaan :

 Mengumpulkan informasi tentang suatu peristiwa atau acara yang mengandung nilai berita. Pada tahap perencanaan, informasi mengenai suatu peristiwa/acara yang harus diketahui oleh wartawan foto adalah kapan waktu, lokasi acara siapa saja orang-orang yang terlibat dalam acara tersebut, dalam rangka atau membahas apa persitiwa itu. Hal-hal tersebut hendaknya diperhatikan oleh wartawan foto sebelum melaksanakan peliputan, agar nantinya tidak menemui hambatan selama berada di lapangan.

 Merencanakan gambar seperti apa yang akan dihasilkan. Hal–hal yang dapat diperhatikan disini oleh wartawan foto di antaranya yaitu perencanaan mengenai komposisi foto yang hendak dihasilkan, perencanaan mengenai angle yang akan diambil atau juga mengenai perencanaan pembubuhan unsur-unsur seni yang hendak dimasukkan gambar yang akan dibuat.

 Mempersiapkan peralatan sesuai dengan kebutuhan. Peralatan yang harus dipersiapkan harus sesuai dengan peristiwa apa yang hendak diliput.

Informasi untuk membuat foto jurnalistik didapatkan melalui radio, televisi, press release, informan, rekan seprofesi dan hubungan baik dengan semua orang.

2. Menguasai Kamera dan Cahaya

Penulis risalah fotografi terkenal John Hedgecoe, menunjukkan bahwa untuk mencapai hasil pemotretan yang sempurna pewarta foto harus mampu menguasai kamera dan cahaya dengan tagnkas dan terampil. Menentukan kecapatan, diafragma, penggunaan blitz dan lensa disesuaikan dengan keadaan cahaya dan objek, hal ini perlu diperhatikan.

Pembuatan foto jurnalistik umumya harus menghasilkan gambar yang jelas sehingga apa yang disampaikan mudah diterima dan dimengerti oleh orang yang melihat foto yang kita hasilkan tersebut.

(28)

Membuat foto jurnalistik memerlukan ketelitian agar mendapat hasil yang maksimal. Keterampilan membuat gambar yang bermutu harus memenuhi persyaratan sesuai dengan kaidah yang berlaku.

Metode yang diperkenalkan Walter Croncide School of Jurnalist and Telecommunication Arizona State University sebagai metode EDFAT dapat digunakan sebagai pembimbing dalam setiap peliputan pewarta foto.

EDFAT adalah suatu metode pemotretan untuk melatih suatu detil yang tajam. Tahapan-tahapan yang dilakukan pada setiap unsur.

Entire

Entire adalah suatu keseluruhan pemotretan yang dilakukan begitu melihat suatu peristiwa.

Detil

Detil adalah suatu pilihan atas bagian tertentu dari keseluruhan pemandangan terdahulu (entire). Tahap ini adalah suatu pilihan pengambilan keputusan atas sesuatu yang dinilai paling tepat.

Frame

Frame adalah suatu tahap dimana pewarta foto membingkai suatu detil yang telah dipilih. Fase ini mengantar pewarta foto ke komposisi, pola tekstur dan bentuk subjek pemotretan dengan akurat.

Angle

Angle adalah tahap di mana sudut pandang menjadi dominan, ketinggian, kerendahan, level mata kiri, mata kanan dan cara melihat. Fase ini penting untuk mengkonsepsikan visual apa yang diinginkan.

Time

Time adalah penentuan penyinaran dengan kombinasi yang tepat antara diafragma dan kecepatan atas keempat tingkat yang telah disebutkan sebelumnya. Pemotretan teknis atas keinginan membekukan gerakan atau memilih ketajaman ruangan suatu event atau kondisi visual bernilai berita dengan cepat dan lugas.

4. Melakukan Pemotretan

(29)

KUALITAS FOTO

Secara sederhana dapat dikatakan foto tersebut berkualitas dilihat dari dua aspek yaitu:

Aspek teknis dan aspek visual

Aspek teknis berkaitan dengan kualitas reproduksi gambar, garis gambar yang tegas (tajam) dan warna-warna cemerlang. Dengan garis-garis gambar yang jelas (tajam), maka ekspresi foto atau detil-detil subjek yang direkam bisa tampil dengan sempurna, sedangkan warna-warna yang cemerlang akan memperindah subjek tersebut.

Aspek visual, berkaitan dengan subjek yang ditampilkan dalam foto tersebtu.

Unsur-unsur foto yang baik diantaranya adalah : jelas dan berkualitas baik, mempunyai daya kejut/eye catching yang kuat. Menggugah emosi, suasana/mood .

Membuat caption.

Caption adalah keterangan gambar. Caption diperlukan untuk menambah keterangan tentang tempat, waktu dan dalam peristiwa apa foto itu diambil, dengan caption akan dapat menguatkan cerita dalam sebuah gambar yang liputan.

Syarat caption harus singkat dan padat serta jelas apa yang dimaksud sehingga tidak diperlukan waktu danyak membacanya.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam membuat caption adalah :  Date line

 Judul kecil  Badan berita  Kode

Editing foto

Editing foto berfungsi untuk membuat foto menjadi berkualitas baik sebelum dijual ke pelanggan maupun di kantor. Editing dilakukan di lapangan maupun di kantor. Editing di lapangan dilakukan saat pemotreran oleh fotografer sesuai dengan metode EDFT.Editing di kantor dilakukan oleh redaktur foto. Pertimbangan redaktur foto untuk mengedit foto yang layak disiarkan :

 Mempunyai nilai berita yang tinggi  Tidak mengandung SARA

 Bermanfaat bagi masyarakat  Tidak mengandung kesadisan  Gambarnya etis/elegan

(30)

30 PEDOMAN PRAKTIKUM

TEKNIK FOTO JURNALISTIK

1. Pembuatan foto jurnalistik tidaklah mudah begitu saja, dalam pembuatannya kita dituntut untuk tidak hanya sekedar memotre (taking picture) tetapi hendaknya kita dituntut untuk dapat membuat foto (making picture). Pada praktikum kali ini, coba anda cari di media cetak, beberapa gambar foto jurnalistik yang menurut anda yang berpedoman pada making picture dan tidak ! Analisislah foto tersebut dan kemukakan alasan anda!

2. Suatu karya wartawan foto dapat dikatakan baik, apabila isi gambar dan isi beritanya baik pula. Coba anda cari contoh gambar foto jurnalistik yang menurut penilaian anda baik. Analisislah foto tersebut dan membuat perencanaan yang matang terlebih dahulu/ cobalah anda buat suatu perencanaan, apabila anda diminta untuk membuat sebuah foto jurnalistik yang masuk ke dalam beberapa kategori foto jurnalistik.

(31)

31 4. Coba anda buat foto jurnalistik yang masuk ke dalam kategori human interest dan keseharian. Pada pembuatan foto tersebut, usahakan anda berpedoman pada metode EDFAT. 5. Kategori foto jurnalistik yang lain adalah general news dan tokoh. Coba

anda buat beberapa lembar foto yang masuk ke dalam kategori tersebut, dengan berpedoman pada metode EDFAT.

(32)

PERATURAN DAN ETIKA FOTO JURNALISTIK

Ada beberapa peraturan dan etika untuk menyiarkan foto itu kepada publik seperti adanya beberapa hak pokok individu yang dilindungi undang-undang dan hukum yang sangat prinsipil untuk melindungi seserang antara lain:

1. Gangguan atas pengambilan foto dimana hak privacy seseorang memang diperlukan

2. Penggunaan foto untuk kepentingan sebuah produk tertentu 3. Sepihak sehingga menyebabkan seseorang terlihat buruk

4. Pengambilkan foto yang memang terjadi akan tetapi foto tersebut bersifat pribadi atau bisa memalukan seseorang

Dengan adanya batasan-batasan di atas maka kita dapat mengetahui, kapan kita bisa melakukan pemotretan yang nantinya dapat kita siarkan kepada publik. Peraturan dalam pengambilan gambar pada lokasi tertentu :

1. Tempat umum

Ada etika dan aturannya jika kita ingin mengambil foto di tempat umum, seperti di pinggir jalan, kebun binatang, bandar udara, juga di lingkungan kampus ataupun sekolah di mana bila kita mengambil dalam kelas itu.

Dalam kegiatan umum kita juga bisa membuat foto selama tidak mengganggu pekerjaan orang itu seperti polisi yang sedang mengatur lalu lintas dan lain-lain. Adakalanya beberapa orang berusaha menghalangi wartawan kendati kehadian tersebut berlangsung di tempat umum dalam hal ini, pengadilan melindungi kepentingan wartawan.

Bila suatu peristiwa terjadi di tempat umum seperti kecelakaan pesawat udara yang nantinya akan melibatkan polisi ataupun petugas keamaan yang lain dan wartawan dihalangi jika ingin mengabadikan kejadian itu. Kebanyakan wartawan merasa keberatan atas larangan-larangan itu akan tetapi nantinya wartawan itu bisa didakwa dengan alasan menghalangai pekerjaan petugas tadi.

Memang polisi punya hak demikian, tapi mengambil gambar dan bertanya merupakan tindakan yang melanggar hukum. National Press Photographers Associates (NPPA) berusaha meningkatkan saling pengertian untuk hal demikian antara polisi maupun petugas pemadam kebakaran sejak tahun 1950.

2. Gedung pemerintahan umum yang mempunyai aturan khusus

Gedung tertentu walaupun milik umum seperti gedung DPR ,MPR ,Pemda dan Rumah sakit dengan pengecualian, juga untuk markas militer dan penjara. Rumah sakit tentunya punya aturan khusus, kita dapat membuat berita bergambar tapi setelah itu haruslah dicek dulu apakah ada orang dalam gambar apakah mereka pasien apakah pasiennya teridentifikasi.

(33)

koran dan bahkan yang tidak hadir sekalipun. Biasanya fotografer diinjinkan pada sesi-sesi tertentu seperti pembukaan sidang.

3. Ruang pengadilan

Ada tiga faktor yagn menjadi pegangan dasar, apabila kita memutuskan soal etika ketika akan menerbitkan ataupun menyiarkan sebuah gambar ke masyarakat umum.

1. Manfaat

Dengan mempertimbangkan bahwa kita haruslah memilih yang terbaik untuk kepentingan orang banyak

2. Mutlak

Seorang wartawan foto harus mengambil gambar, apabila memang harus ia siarkan agar masyarakat tahu peristiwa sebenarnya.

3. Gabungan antara manfaat dan mutlak

Pengambilan dan penyiaran foto di Indonesia tidak diatur secara tegas, seperti hukum federal dalam melindungi subjek fotografi. Akan tetapi seorang fotograper yang bergerak dalam bidang jurnalistik dibatasi rambu-rambu peraturan seperti misalnya dalam KUHP pasal 161 tentang ancaman pidana apabila ia mengganggu ketertiban umum. Oleh karena itu akan lebih bijaksana apabila seorng foto jurnalis mengacu pada kode etik jurnalistik Berikut ini akan dijabarkan Kode Etik Wartawan Indonesia (KEW). Guna menjamin tegaknya kebebasan pers serta terpenuhinya hak-hak masyarakat diperlukan suatu landasan/moral/etika profesi yang bias menjadi pedoman operasional dalam menegakkan integritas dan profesionalisme wartawan. Atas dasar itu, wartawan Indonesia menetapkan kode etik.

1. Wartawan Indonesia menghormati hak masyarakat untuk memperolah informasi yang benar.

2. Wartawan Indonesia menempuh tata cara yang etis untuk memperoleh dan menyiarkan informsi serta memberikan identitas kepada sumber informasi

3. Wartawan Indonesia menghormati asas praduga tak bersalah, tidak mencampurkan fakta dengan opini, berimbang dan selalu meneliti kebenaran informasi serta tidak melakukan plagiat.

(34)

5. Wartawan Indonesia tidak menerima suap, dan tidak menyalahgunakan profesi

6. Wartawan Indonesia memiliki hak tolak, menghargai ketentuan embargo, informasi latar belakang dan off the record sesuai kesepakatan.

7. Wartawan Indonesia segera mencabut dan meralat kekeliruan dalam pemberitaan serta melayani hak jawab.

Pengawasan dan penetapan sanksi atas pelanggaran kode etik ini sepenuhnya diserahkan kepada jajaran pers dan dilaksanakan oleh organisasi yang dibentuk untuk itu.

SEPULUH PEDOMAN PENULISAN TENTANG HUKUM

1. Azas praduga tak bersalah (presumption of innocene)

2. Asaz adil, fair dalam memberitakan kepada kedua belah pihak

3. Inisial bagi tersangka/tertuduh yang msih gadis/wanita yang menjadi korban pemerkosaan, remaja (perkara susila, korban narkotika). Belakangan ini media sudah tidak mempedulikan lagi dengan inisial

4. Anggota tersangka tidak disebut dalam pemberitaan 5. Proses hokum yang wajar

6. Menghidari trial by the press

7. Jangan memburuk-burukkan tersangka

8. Tidak berorientasi posisi/jaksa centre tetapi memberikan kesempatan yang berimbang kepada polisi, jaksa, hakim, pembela dan tersangka. 9. Proporsional

10.Gambaran yang jelas mengenai duduk perkara (kasus posisi)

(35)

PEDOMAN PRAKTIKUM

PERATURAN DAN ETIKA FOTO JURNALISTIK

1. Dalam foto jurnalistik terdapat hak privacy seseorang yang harus diperhatikan. Pada praktikum bagian bab ini, coba anda cari beberapa gambar foto jurnalistik yang memperhatikan hak privacy seseorang dalam kehidupan ini. Analisislah dan kemukakan pendapat anda mengenai foto tersebut. 2. Coba anda cari contoh gambar foto jurnalistik dari beberapa surat kabar

yang ada, mengenai foto-foto yang tidak memperhatikan atau bisa dikatakan melanggar hak pcivacy seseorang. Analisislah dan kemukakan pendapat anda mengenai foto tersebut.

(36)

36 4. Coba anda amati surat kabar yang beredar saat ini, carilah contoh gambar

foto jurnalistik yang sebenarnya foto tersebut akan menimbulkan dampak buruk bagi seseorang.

jurnalistik dimana sebenarnya foto tersebut pribadi dan memalukan bagi orang yang dijadikan subjek fotonya.

... 6. Coba anda buat beberapa foto jurnalistik dengan tempat peliputan atau

(37)
(38)

37 ... ...

Panduan Teori dan Praktikum FotografiTri Nugroho Adi

7. Apabila suatu saat anda memiliki kesempatan dan waktu yang cukup senggang, cobalah untuk membuat foro jurnalistik dengan tempat peliputan di gedung pemerintah umum atau pengadilan. Anda mungkin akan mendapatkan atau menemui beberapa pengalaman baru. Salah satunya mungkin akan berhubungan degan etika dan hukum foto jurnalistik. Coba anda uraikan etika dan hukum apa sajakah yang ada pada saat peliputan tersebut anda temui dan dijadikan pedoman dalam membhuta foto jurnlalistik. 8. Ada tiga faktor yang menjadi pegangan dasar apabila kita memutuskan

soal etika penyiaran sebuah gambar, di antaranya adalah manfaat, mutlak dan gabungan antara manfaat dan mutlak. Coba anda cari contoh gambar foto jurnalistik dari surat kabar yang mempertimbangkan atau 9. Dasar penyiaran sebuah foto jurnalistik yang lainnya adalah faktor mutlak.

(39)

Panduan Teori dan Praktikum Fotograf 1 Teguu Setiadi,S.Kom, M.Kom

10.Coba anda cari dari beberapa surat kabar contoh gambar foto jurnalistik yang mengutamakan dasar penyiaran tersebut

... 11.Coba anda kaji mengenai hukum dan etika foto jurnalistik seta kode etik

(40)

... ... ... ... ... ...

(41)

40 FOTO CERITA

Foto cerita adalah sebuah narasi dalam bentuk sekumpulan foto dirangkai dalam satu topik. Foto cerita yang lengkap terdiri dari headline, naskah dan pengaturan tata letak foto yang saling mendukung. Semua itu akan menunjang pemahaman ide cerita yang ingin disampaikan.

Selain foto cerita ada pula foto esai. Terkadang foto cerita memang dapat digabungkan dengan foto esai, tetapi sebenarnya keduanya memiliki perbedaan. Esai foto lebih cenderung simbolis dalam mengungkapkan cerita dan tidak harus sebuah perkembangan dari suatu kejadian. Sementara foto cerita lebih menekankan pada alur /perkembangan dari suatu foto ke foto berikut.

Ide sebagai dasar

Banyak orang mengatakan, foto cerita baik yang berasal dari sebuah ide yang baik pula. Adapun idenya awalilah dengan melakukan riset kecil. Riset tersebut dilakukan dengan mengajukan pertanyaan, surfing di internet atau penelusuan pustaka. Dari hasil riset, kembangkanlah menjadi sebuah gambar sederhana dari ide tersebut. Cobalah susun gambar-gambar tersebut menjadi sebuah cerita, seperti yang kita inginkan dari ide awal. Bila sudah terangkai, diharapkan dapat menjadi panduan dalam pemotretan nanti.

Mulai Membidik

Membuat foto cerita membutuhkan waktu untuk melakukan pendekatan intensif terhadap subjek foto, sehingga mereka tidak asing dengan keberadaan kita. Kedekatan terhadap subjek foto, akan menentukan hasil foto kita nantinya.

Selama melakukan pemotretan, beberapa hal di bawah ini dapat menjadi panduan dalam merangkai foto cerita atau foto esai :

 foto long shot, dipakai untuk menggambarkan suasana subjek dan lingkungan sekelilingnya

 foto medium shot, memperlihatkan kejadian saat itu.  Foto close up menampakkan emosi dari subjek itu.

 Foto utama/lead photo, foto paling menonjol dari keseluruhan  Foto portrait, menggambarkan tokoh kunci dari sebuah foto cerita  Foto interaksi, memaparkan bagaimana subjek melakukan

interaksi/berhubungan dengan lingkungannya

 Foto sekuen, memaparkan tahapan perkembangan dalam pemotretan  Closer, foto penutup.

(42)

41 Edit dan Perwajahan

Berbekal panduan di atas dan riset yang kita buat, kita bisa menduga apakah fotonya sudah selesai atau belum, ingatlah untuk membuat contact print seusai pemotretan, hal ini amat membantu dalam proses editing dan lay out/perwajahan halaman.

(43)

PEDOMAN PRAKTIKUM FOTO CERITA ATAU FOTO ESAI

1. Coba anda cari contoh foto cerita dari beberapa surat kabar yang kini banyak beredar. Analisislah dan komentarilah foto tersebut!

... 2. Coba anda cari beberapa foto esai dari beberapa surat kabar. Analisislah

dan komentarilah foto tersebebut! 3. Coba anda amati foto cerita yang telah anda dapatkan, kemudian coba

anda pelajari dan jelaskan menurut pendapat anda mengenai ide atau konsep yang dimiliki oleh fotografer foto tersebut!

(44)

close up, foto utama/lead foto, foto portrait,foto interaksi, foto sekuen 5. Coba anda analisis dan komentari fungsi bagian-bagian foto tersebut! ... 6. Pada kesempatan ini anda diharapkan dapat membuat foto cerita atau

(45)

berbagai macam foto, seperti longshot, medium shot, close up, foto utama/lead foto, foto portrait, foto interaksi, foto sekuen dan foto closer.

8. Setetelah anda selesai memotret, coba anda lakukan pengeditan terhadap foto-foto yang telah anda buat! Apakaha foto tersebut telah sesuai dengan ide atau konsep yang telah anda buat, apabila belum cobalah lakukan pemotretan ulang hingga konsep yang anda lakukan mampu tertuang dalam gambar yang anda buat.

9. Dalam pengeditan yang anda lakukan, coba anda tentukan salah satu foto yang akan dijadikan foto utama/lead falam foto penutup. Kemukakan alas anda mengapa anda memilih foto-foto tersebut!

... 10.Setalah anda selesai melakukan pengeditan dan menerapkan perwajahan,

(46)

A

B

PENGENALAN ADOBE PHOTOSHOP

Adobe Photoshop adalah program grafis berbasis bitmap atau raster yang amat populer. Photoshop memungkinkan para penggunanya untuk berkreasi tanpa batas baik di bidang fotografi digital, produksi cetak, maupun web design.

Pada perkembangannya, Photoshop dijadikan sebagai standar software image – editing untuk industri di seluruh dunia. Hal ini tidaklah mengherankan karena memang Photoshop menyediakan berbagai fasilitas seperti, tool-tool yang memiliki kemampuan luar biasa, user interface atau tampilan yang mudah dipahami, serta segudang feature-feature menarik yang bisa kita temui sewaktu menjelajahi Photoshop.

Sebagai catatan, pada modul ini untuk latihan-latihannya menggunakan Adobe Photoshop CS. Namun seperti Corel DRAW, baik tampilan maupun tool-toolnya kurang lebih sama dan bisa digunakan walaupun menggunakan Photoshop versi sebelumnya.

TAMPILAN ADOBE PHOTOSHOP CS

C

E

D

Ket :

A. Program Menu

Berisi perintah-perintah dasar serta menu-menu untuk pengeditan gambar.

B. Option Bar

(47)

C. Toolbox

Berisi seperangkat peralatan untuk pengeditan gambar. Sama seperti Corel DRAW, di dalam toolbox ada beberapa tool yang memiliki submenu yaitu ditandai dengan adanya tanda panah kecil di sebelah icon tool tersebut. Cara mengaksesnya klik dan tahan pada tool yang mengandung tanda panah, lalu klik pada tool yang diinginkan.

D. Image Document

Tampilan dokumen sebagai tempat untuk membuat atau mengedit gambar

E. Palette

(48)

PEMAHAMAN RESOLUSI

Dalam dunia komputer grafis, ada dua jenis image digital yaitu vector image yang tercipta berdasarkan formula matematis yang menyusun, mengatur dan menempatkan segmen-segmen objek geometris secara tepat hingga membentuk suatu objek. Vector image tidak tergantung pada resolusi. Kita bisa memperbesar (zoom in) grafis vector tanpa mempengaruhi kualitasnya. Grafis vector sering digunakan dalam pembuatan desain seperti logo, kartun, dsb. Sebaliknya Raster image (bitmap) tersusun dari titik-titik warna yang disebut pixel. Pixel adalah bagian terkecil dari elemen gambar digital. Raster image biasanya digunakan sebagai standar untuk gambar-gambar realistis seperti fotografi dimana terdapat pola gradasi warna yang kompleks. Raster image sangat tergantung pada resolusi. Kita bisa melihat dengan jelas titik-titik tersebut apabila kita memperbesar (zoom in) pada objek gambar bitmap.

Tiap Raster image memiliki tiga atribut fisik, yaitu resolusi, dimensi dan ukuran. Ukuran dapat digolongkan menjadi ukuran file yang merupakan hasil dari dimensi pixel dan ukuran cetak yang merupakan panjang serta lebar gambar dalam unit ukur.

(49)

Tool –tool Seleksi

Dalam Photoshop, pengetahuan peralatan seleksi merupakan hal mendasar yang harus dipahami oleh pengguna. Hal ini penting karena teknik seleksi dipakai pada sebagian besar pengoperasian image editing. Dengan perantaraan tool-tool ini kita dapat mengambil dan memisahkan elemen tertentu dari suatu gambar untuk kemudian mengolah, memanipulasi atau memberikan efek hanya pada bagian yang terseleksi tersebut.

(50)
(51)

50 Layer yang masih terkunci

PEDOMAN PRAKTIKUM

Ganti background

Langkah 1 : Membuka file gambar

 Klik File > Open > .... gb yang kita gunakan berada di C:\Program Files\ Adobe\Photoshop\Samples\Ducky.TIFF

Langkah 2 : Menyeleksi bagian objek untuk dihapus

 Terlebih dahulu perhatikan palette layer dimana kita harus mengubah layer Background (gb 1.1) yang masih terkunci, menjadi layer biasa supaya kita bisa leluasa mengeditnya.

Gb 1.2

Gb 1.1

Gb 1.3

 Untuk membuka, arahkan mouse ke layer tersebut, dobel klik, akan muncul dialog (gb 1.2), klik ok. Layer background yang mengandung icon kunci, akan berubah menjadi layer 0. (gb 1.3)

(52)

Tekan tombol “DELETE” pada keyboard. Hasilnya terlihat seperti gambar

51

 Klik Magic Wand tool , arahkan ke bagian dokumen yang ingin dihapus. Akan muncul garis putus-putus di sekeliling objek yang kita seleksi.

(53)

Tampilan dokumen berupa kotak-kotak berwarna putih abu-abu menandakan bahwa bagian tersebut transparan

 Klik Select > Deselect pada program menu untuk menghilangkan garis putus-putus tanda seleksi.

Langkah 3 : Membuat background

 Buat layer baru. Caranya klik icon add new layer di palette. Layer kosong baru yang berlabel layer 1 akan muncul tepat diatas layer 0 yang bergambar bebek tadi. (Mulai versi Adobe Photoshop 7 kita bisa bebas memberi label dengan cara dobel klik tepat pada label layer dan tulis nama layer sesuai keinginan).

Layer yang masih

kosong layer yang sedang aktif ditandai dengan adanya blok warna biru.

Layer 1 ini akan kita jadikan sebagai objek background yang baru. Di layer ini kita bebas menggambar, ataupun hanya mengisinya dengan warna tertentu. Kali ini kita hanya mengisinya dengan warna.

 Pastikan layer yang aktif adalah layer 1.

(54)

tool masih aktif uk mengisi warna. (gb 1.6)

 Ganti foreground color pada toolbox (gb 1.4). Caranya klik pada foreground color, akan muncul color picker (gb 1.5), klik warna kesukaan. Klik Ok

Foreground color

Gb 1.5

 Pastibkacakngropuandincotlorbucket

 Klik pGab d1.a4 dokumen unt

Gb 1.7 Gb 1.6

(55)

 Hasilnya seperti gambar

(56)

ada gb 2.2, akan muncul menu. Pilih tipe Soft r Diameter-nya.

Gb 2.1

PEDOMAN PRAKTIKUM

GANTI BACKGROUND

2

Pada latihan sebelumnya kita mempelajari teknik ganti background untuk objek yang memiliki warna yang sama. Bagaimana jika objek tersebut adalah objek yang kompleks seperti foto ?.

Langkah 1 : Buka file gambar yang ingin dimanipulasi

 File > Open > ....

 Ubah layer background yang masih terkunci menjadi layer 0. Caranya sama seperti latihan 1.

Langkah 2 : Menghapus objek dengan eraser tool

 Pilih eraser tool pada toolbox. (gb. 2.1). Sesuaikan propertinya pada Option Bar (gb 2.2).

Gb 2.2

 Klik tanda panah kecil p Round , sesuaikan Maste

Master Diameter : untuk

memperbesar / memperkecil ukuran eraser. Menu ini juga dapat ditemui pada tool lain seperti brush tool, healing tool, clone tool, history brush tool.

(57)

 Sapukan eraser tool di dokumen untuk menghapus bagian gambar yang tidak diperlukan (gb. 2.3)

Gb 2.3 Gb 2.4

 Perhatian !! jika suatu ketika kita melakukan kesalahan seperti tidak sengaja menghapus bagian gambar yang penting (gb 2.4). Kita bisa memperbaikinya dengan langsung klik History Brush Tool pada toolbox.

 Sesuaikan propertinya pada Option Bar (caranya sama dengan menentukan property pada eraser tool)

 Sapukan History Brush Tool untuk mengembalikan bagian gambar yang tidak sengaja terhapus tadi.

 Teruskan proses penghapusan gambar menggunakan eraser tool sampai menghasilkan :

Langkah 3 : Mengambil file gambar untuk dijadikan background

(58)

Langkah 4 : memasukkan file gambar ke dalam dokumen foto

 Geser dokumen file gambar agar dokumen foto terlihat

 Arahkan mouse ke palette layer, klik drag layer background ke arah dokumen foto.

(59)

Langkah 5 : Mengatur skala

 Pastikan layer yang aktif adalah layer yang berisi gambar background

 Klik Edit > Transform > Scale . Sesuaikan ukuran gambar. Jika sudah tekan “Enter”

(60)

 Hasilnya….

(61)

60

PEDOMAN

PRAKTIKUM

PERBAIKAN FOTO

Langkah 1 : Buka file yang akan diedit. File > Open >…

Tip : Terkadang kita menemui dokumen gambar yang posisinya terbalik, maka untuk menyesuaikan tampilan dokumen, klik Image > Rotate Canvas > 900 CCW (CCW = Counter Clock Wise : memutar berkebalikan arah jarum jam; CW = Clock Wise : searah jarum jam).

Langkah 2 : Memperbaiki Foto

 Klik Healing Brush Tool . Cara kerja tool ini adalah mengambil/meng-copy sampel dari bagian image yang tidak rusak untuk kemudian ditempatkan pada bagian yang rusak dengan menyesuaikan pixel serta warnanya.

 Caranya tekan “ALT” + klik untuk mengambil sampel, kemudian klik /sapukan seperti biasa pada bagian yang rusak.

Tip : Hal ini juga berlaku untuk Clone Tool , bedanya Clone Tool sifatnya hanya meng-copy sampel dan tidak menyesuaikan pixel serta warnanya pada target yang ingin diperbaiki

Gambar

gambar bebek, ke atas layer 1. Caranya klik drag layer 0  seperti gambar

Referensi

Dokumen terkait

Penyelesaian masalah dilakukan dengan Perancangan Panduan Memilih Pakaian Sesuai Bentuk Tubuh Bagi Remaja Putri Usia 12-17 Tahun, yang berisi mengenai

Dalam Perancangan buku panduan ini, ditarik beberapa kesimpulan, antara lain banyak orang mulai berani menjadikan hewan reptil sebagai hewan peliharaannya, terjadi

Maka diperlukan sebuah buku panduan yang menampilkan cerita bergambar yang akan ada beberapa penjelasan fakta – fakta yang dapat digunakan sebagai penjelasan

Berangkat dari permasalahan yang ada, maka dirancang sebuah buku panduan yang bertujuan menjadi pemandu dan bantuan dalam bentuk buku bacaan yang menggunakan

Walaupun demikian semua sel tumbuhan memiliki persamaan dalam beberapa segi sehingga dapat dibanyangkan suatu hipotesis sebuah sel yang segi-segi dasarnya ada dalam bentuk

Pada rangkaian yang mengandung induktor dan kapasitor (baik seri maupun paralel) dapat terjadi suatu kondisi di mana nilai X C = X L yang disebut dengan resonansi.. 2.2.1