• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASKEP dan HIPERTENSI dan SANDRI.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ASKEP dan HIPERTENSI dan SANDRI.docx"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Seiring berubahnya gaya hidup mengikuti era globalisasi, kasus hipertensi terus meningkat. Gaya hidup gemar makanan fast food yang kaya lemak, asin, malas berolahraga dan mudah tertekan ikut berperan dalam menambah jumlah pasien hipertensi (Pudiastuti, 2013).

Hipertensi merupakan masalah yang serius karena tingkat keganasannya yang tinggi berupa kecacatan permanen dan kematian mendadak.

(repository.upi.edu/6266/4/D3_KEP_1008866_Chapter1.pdf)

Hipertensi atau tekanan darah tinggi sering disebut sebagai the silent killer (pembunuh diam-diam) karena penderita tidak tahu bahwa dirinya menderita hipertensi (Widyanto, dkk, 2013).

Data WHO (2011) menunjukkan, di seluruh dunia sekitar 972 juta orang atau 26,4% mengidap hipertensi. Dari 972 juta pengidap hipertensi, 333 berada di Negara maju dan 639 sisanya berada di Negara berkembang termasuk Indonesia.

http://repository.upi.edu/15513/4/Ta_JKR_1105298_Chapter1.pdf

(2)

Sampai saat ini, hipertensi masih merupakan tantangan besar di Indonesia. Betapa tidak, hipertensi merupakan kondisi yang paling sering ditemukan pada pelayanan primer kesehatan.

(httpwww.depkes.go.iddownload.phpfile=downloadpusdatininfodatininfodat inhipertensi.pdf)

Pada umumnya insidens pada pria lebih tinggi daripada wanita, namun pada usia diatas 65 tahun, insidens pada wanita lebih tinggi.

https://stnj.wordpress.com/2012/.../asuhan-keperawatan-pada-ny-u-dengan-hipertensi/

Hipertensi sering disebabkan oleh pola hidup yang tidak sehat, mengalami stress, mengkonsumsi garam yang berlebih, merokok, kebiasaan minum beralkohol dan kafein, pola makan yang tidak sehat mengakibatkan timbunan lemak dan kelebihan berat badan dan adanya faktor keturunan (Lalage, 2013)

Hipertensi tidak secara langsung membunuh penderita, tetapi melalui timbulnya berbagai penyakit serius. Dengan kata lain, komplikasi dari hipertensi itulah yang mengakibatkan kematian para penderitanya (Sunaryati, 2014).

Untuk mencegah munculnya hipertensi, kita sebaiknya melakukan hal yang penting bagi tubuh seperti menjaga berat tubuh ideal dan atau mengontrol pola atau gaya hidup sehat (Aizid, 2011)

(3)

1.2. Tujuan Penulisan 1.2.1. Tujuan Umum

Untuk memperoleh pengalaman secara nyata tentang “Asuhan Keperawatan pada Ny. R dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular Hipertensi di Ruang V Kamar III Rumah Sakit Umum KabanjaheTahun 2016”.

1.2.2. Tujuan Khusus

a. Mampu melaksanakan pengkajian keperawatan pada Ny. R dengan gangguan sistem kardiovaskular hipertensi.

b. Mampu menetapkan diagnosa keperawatan pada Ny. R dengan gangguan sistem kardiovaskular hipertensi

c. Mampu menyusun intervensi keperawatan pada Ny. R dengan gangguan sistem kardiovaskular hipertensi

d. Mampu melaksanakan implementasi keperawatan pada Ny. R dengan gangguan sistem kardiovaskular hipertensi

e. Mampu melaksanakan evaluasi keperawatan pada Ny. R dengan gangguan sistem kardiovaskular hipertensi.

1.3. Metode Penulisan

Dalam penulisan asuhan keperawatan ini, penulis menggunakan metode deskriptif yang merupakan suatu metode ilmiah yang menggambarkan keadaan yang sebenarnya dengan cara pengumpulan data :

(4)

b. Observasi : Mengadakan pengawasan terhadap klien dengan pengawasan perkembangan kesehatan klien melalui proses keperawatan. c. Studi kasus : Mempelajari dan memperaktekkan langsung

sesuai dengan teori yang di pelajari

d Studi kepustakaan : Pengambilan data dengan membaca buku-buku yang berhubungan dengan asuhan keperawatan ini.

1.4. Sistematika Penulisan

Penulisan asuhan keperawatan ini dari 5 bab dengan sistematika sebagai berikut :

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

BAB. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Tujuan Penulisan

1.2.1. Tujuan Umum 1.2.2. Tujuan Khusus 1.3. Metode Penulisan 1.4. Sistematika Penulisan BAB. II. TINJAUAN TEORITIS

(5)

2.1.2. Anatomi dan Fisiologi 2.1.3. Etiologi

2.1.4. Phatofisiologi 2.1.5. Tanda dan Gejala 2.1.6. Klasifikasi

2.1.7. Pemeriksaan Diagnostik 2.1.8. Komplikasi

2.1.9. Penatalaksanaan 2.1.10. Pencegahan

2.2. Konsep Dasar Keperawatan 2.2.1. Pengkajian Keperawatan 2.2.2. Diagnosa Keperawatan 2.2.3. Intervensi/Rasional 2.2.4. Evaluasi

BAB.III. TINJAUAN KASUS 3.1. Pengkajian 3.2. Analisa Data

3.3. Diagnosa Keperawatan 3.4. Prioritas Masalah 3.5. Asuhan Keperawatan

3.6. Implementasi Keperawatan dan Evaluasi BAB.IV. PEMBAHASAN

(6)

4.2. Diagnosa Keperawatan 4.3. Intervensi Keperawatan 4.4. Implementasi Keperawatan 4.5. Evaluasi

BAB.V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

(7)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1. Konsep Dasar Medis 2.1.1. Pengertian

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan darah di atas normal yang ditunjukkan oleh angka sistolic (bagian atas) dan angka bawah (diastolic) pada alat pemeriksaan tensi darah (Aizid,2011).

Hipertensi adalah kondisi abnormal dari hemodinamik, dimana menurut WHO tekanan sistolik 140 mmHg dan tekanan diastolic >90 mmHg (untuk usia < 60 tahun) dan tekanan sistolik > 160 mmHg dan atau tekanan diastolic > 90 mmHg (untuk usia > 60 tahun )(Nugroho,2011).

(8)

2.1.2. Anatomi Dan Fisiologi 1. Anatomi

(www.google.com/anatomi-jantung.html) 2. Fisiologi

a. Jantung

(9)

b. Jantung terdiri dari 3 lapisan yaitu : 1. Epicardium atau lapisan luar 2. Myocardium atau lapisan tengah 3. Endocardium atau lapisan dalam c. Jantung terdiri dari 4 ruangan yaitu :

1. Atrium kanan (right atrium)

Berupa rongga berotot berbatasan langsung dari muara vena cava superior dan bekas dari foramen ovale. Atrium kanan dindingnya sangat tipis berpungsi untuk pembawa darah venosa yang berasal dari sirkulasi sistemik, kemudian dibawa ventrikel kanan menuju paru-paru. Lebih kurang 80% darah yang berasal dari vena masuk ke atrium kanan ini mengalir secara pasif ke dalam ventrikel kanan melalui katup trikuspidalis. 20% darah masuk ke ventrikel kanan ini terjadi selama kontraksi atrium. Proses pengaliran secara aktif ini disebut atriol kick atau dorongan.

2. Ventrikel kanan (right ventrikel)

(10)

3. Atrium kiri (left atrium)

Berupa rongga yang lebih tebal dari rongga atrium kanan sebagai penampung darah dari vena pulmonalis, yang merupakan darah sudah dioksigenasi dari paru-paru. Antara vena pulmonalis dan atrium kiri tidak ada katup sejati, akibatnya jika terjadi peningkatan tekanan pada atrium kiri menyebabkan penyumbatan atau hambatan daerah pulmuner atrium kiri. 4. Ventrikel kiri (left ventrikel)

Ventrikel kiri berbentuk seperti telor, dasarnya dibentuk oleh cincin dari katup mitral, dasar ventrikel kiri lebih kurang 3-4 x lebih tebal dari ventrikel kanan dan merupakan 75% berat keseluruhan organ tersebut.

d. Katup jantung terdiri atas 4 yaitu : 1. Katup trikuspidalis

Merupakan katup yang memisahkan antara atrium kanan dengan ventrikel kanan.

2. Katup bicuspidalis

Memisahkan antara atium kiri dengan ventrikel kiri. 3. Katup aortik

Memisahkan antara ventrikel kiri dengan aorta atau batang nadi. 4. Katup pulmonal

(11)

e. Pembuluh darah

Pembuluh darah terdiri atas 2 yaitu:

1. Pambuluh darah nadi (arteri) yang mengalirkan darah dari jantung ke seluruh tubuh.

2. Pembuluh darah balik (vena) yang mengalirkan darah darah dari sel-sel tubuh ke jantung.

f. Mekanisme peredaran darah

Darah yang terdapat di dalam jantung selalu dipompa keluar secara terus menerus dan setelah melalui sistem vaskular, darah kembali ke jantung. Pada orang normal, darah yang masuk ke dalam jantung melalui vena cava, kemudian akan dipompa ke sistem sirkulasi paru. Dan setelah mengalami oksigenisasi di dalam jaringan sel-sel paru, kemudian darah kembali ke jantung melalui pembuluh balik (vena pulmonalis). Selanjutnya darah dipompa keluar dari jantung melalui bilik kiri ke sistem sirkulasi umum menuju ke seluruh jaringan sel-sel tubuh.

Sistem kardiovaskular mengalirkan darah ke seluruh bagian tubuh dan menyalurkan kembali ke jantung. Dengan jantung berkontraksi dan berelaksasi, maka ia mampu mengalirkan darah di dalam sistem tersebut menyebabkan perubahan tekanan dan mengakibatkan terjadinya peristiwa aliran darah didalamnya.

(12)

dengan atrium kanan mendekati nol, sedangkan tekanan kapiler di jaringan tetap lebih tinggi, sehingga memungkinkan darah dan jaringan sel tubuh melalui vena kembali ke jantung.

Darah dipompa dari jantung kanan menuju jaringan paru untuk mengambil oksigen dan mengeluarkan karbondioksida, kemudian kembali ke jantung melalui atrium kiri. Darah yang telah mengalami oksigenasi tersebut, selanjutnya dipompa jantung ke sistem sirkulasi umum melalui aorta. Kemudian aorta membagikan darah menuju ke cabang-cabang arteri dan subarteri yang terdapat di jaringan sel dan organ.

(Masud, 2013).

2.1.3. Etiologi

Menurut penyebabnya ada 2 jenis yaitu: 1. Hipertensi primer (esensial) yaitu:

a. Keturunan b. Umur c. Psikis

2. Hipertensi sekunder yaitu:

a. Penyakit ginjal (glumerulus nephitis akuta/kronika) b. Tumor dalam rongga kepala

(13)

Selain hal di atas hipertensi juga dapat disebabkan oleh : a. Banyak mengkonsumsi makanan cepat saji.

b. Stress akibat tekanan pekerjaan dan tekanan hidup yang lain

c. Jarang berolahraga dan hanya duduk di meja kerja

d. Gemar meminum minuman beralkohol dan mengandung kafein

e. Senang merokok f. Kurang tidur g. Faktor keturunan

h. Gangguan pada ginjal seperti adanya tumor ginjal

i. Terganggunya keseimbangan hormon yang merupakan faktor pengatur tekanan darah

j. Pemakaian kontrasepsi

(14)

2.1.4. Patofisiologis

2.1.5. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi : a. Tidak ada gejala

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.

b. Gejala yang lazim

Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.

Faktor

Peningkatan cardiac output Peningkatan tahanan perifer

(15)

Namun demikian, ada beberapa hal yang setidaknya dapat dijadikan indikator, sebab berkaitan langsung dengan kondisi fisik, misalnya : a. Pusing atau sakit kepala

b. Sering gelisah c. Wajah merah

d. Tengkuk terasa pegal e. Mudah marah

f. Telinga berdengung g. Susah tidur

h. Sesak napas i. Mudah lelah

j. Mata berkunang-kunang k. Dan mimisan.

(Sunaryati, 2014).

2.1.6. Klasifikasi

Adapun klasifikasi hipertensi menurut WHO adalah sebagai berikut : Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Normal < 130 <85

Normal tinggi 130-139 85-89

Hipertensi ringan (stadium 1) 140-149 90-99 Hipertensi sedang (stadium

2)

160-179 100-109

Hipertensi berat (stadium 3) 180-209 110-119 Hipertensi sangat berat

(stadium 4)

210 120

(16)

2.1.7. Pemeriksaan Diagnostik 1. Pemeriksaan laboratorium

- Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko seperti : hipokoagulabilitas, anemia.

- BUN/kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.

- Glucosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin. - Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi

ginjal da nada DM.

2. CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati

3. EKG : Dapat mrnunjukkan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi

4. IUP : Mengidenfikasikan penyebab hipertensi seperti batu ginjal, perbaikan ginjal

5. Photo dada : Menunjukkan destruksi klasifiksi pada area katup, pembesaran jantung.

(Nanda, 2015)

2.1.8. Komplikasi

(17)

c. Pada mata : retinapati hipertensi

d. Pada jantung : terjadi pembesaran ventrikel kiri dengan/tanpa payah jantung, infark jantung.

(Murwani, 2011)

2.1.9. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan hipertensi dapat dibedakan menjadi 2, yaitu : 1. Terapi non farmakologis

Terapi non farmakologis dalam mengatasi hipertensi di tekankan pada berbagai upaya berikut :

a.Latihan fisik (olahraga) secara teratur

b.Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol. c.Menciptakan keadaan rileks.

(Widyanto, dkk, 2013) 2. Terapi farmakologis

a. Jenis diuretika untuk membuang kelebihan cairan di dalam tubuh

b. Obat yang langsung bekerja pada ceregenik: 1. Recorpin

2. Guamenetidin 3. Methyl dop

c. Obat yang mempengaruhi/mengurangi seringnya dan beratnya angina jantung:

(18)

d. Obat yang bekerja pada ganglion otonom: 1. Pempidin

2. Pentolinium

e. Obat yang berpengaruh pada susunan saraf pusat 1. Sedative

2. Stranquilider

f. Menurunkan berat badan bila penderita gemuk/obesitas g. Memberikan diet rendah lemak jenuh 1500 kal/hari

1. Pembatasan garam 2. Buah/sayur

(Murwani, 2011)

2.1.10. Pencegahan

Langkah-langkah potensial yang dapat menghalau terjadinya hipertensi adalah sebagai berikut :

1. Bagi yang mengalami kelebihan berat badan, hendaknya menurunkan sampai pada batas ideal.

2. Ubahlah pola makan dan hidup yang tidak sehat. 3. Kurangi konsumsi garam berlebihan.

4. Berhentilah mengkonsumsi alkohol dan merokok.

5. Selalu upayakan untuk melakukan olahraga setiap hari atau paling tidak sekali seminggu.

(19)

2.2. Konsep Dasar Keperawatan 2.2.1. Pengkajian

1. Aktivitas/istirahat Gejala :

Kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton. Tanda :

a. Frekuensi jantung meningkat b. Perubahan irama jantung c. Takipnea

2. Sirkulasi Gejala :

a. Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung coroner/katup dan penyakit serebrovaskular,

b. Episode palpitasi, perspirasi. Tanda :

a. Kenaikan TD (pengukuran serial dari kenaikan tekanan darah diperlukan untuk menegakkan diagnosis).

b. Hipotensi pustural (mungkin berhubungan dengan regimen obat). c. Frekuensi/irama : takikardia, berbagai distrimia.

d. Kulit-pucat, sianosis, dan diaphoresis (kongesti, hipoksemia), kemerahan (feokromositoma).

3. Integritas ego Gejala :

(20)

b. Faktor-faktor stress multiple (hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan).

Tanda :

a. Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontiniu perhatian, tangisan yang meledak.

b. Gerak tangan empati, otot muka tegang (khususnya sekitar mata), gerakan fisik cepat, pernapasan menghela, peningkatan pola bicara.

4. Eliminasi Gejala :

Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti infeksi/obstruksi atau riwayat penyakit ginjal masa yang lalu).

5. Makanan/cairan Gejala :

a. Makanan yang disukai, yang dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolestrol (seperti makanan yang digoreng, keju, telur), gula-gula yang berwarna hitam, kandungan tinggi kalori.

b. Mual, muntah.

c. Riwayat pengunaan diuretik. Tanda :

a. Berat badan normal atau obesitas.

(21)

6. Neurosensori Gejala :

a. Keluhan pening/pusing.

b. Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun dan menghilang secara spontan setelah beberapa jam).

c. Episode kebas dan/atau kelemahan pada satu sisi tubuh. d. Gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan kabur). e. Episode epistaksis.

Tanda :

a. Status mental: perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara, afek, proses pikir, atau memori (ingatan).

b. Respon motorik : penurunana kekuatan genggaman tangan dan/atau reflek tendon dalam.

c. Perubahan-perubahan retinal optik: dari sklerosis/penyempitan arteri ringan sampai berat dan perubahan sklerotik dengan edema atau papilledema, eksudat, dan hemoragi tergantung pada berat/lamanya hipertensi.

7. Nyeri/ketidaknyaman

a. Angina (penyakit arteri coroner/keterlibatan jantung).

b. Nyeri hilang timbul pada tungkai/klaudikisa (indukasi arteriosklerosis pada arteri ekstremitas bawah).

(22)

8. Pernapasan Gejala :

a. Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas/kerja. b. Takipnea, ortopnea, dispnea nokturnal paroksismal. c. Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum.

d. Riwayat merokok. Tanda :

a. Distress respirasi/pengunaan otot aksesori pernapasan. b. Bunyi napas tambahan (krakles/mengi).

c. Sianosis. 9. Keamanan

Keluhan/gejala :

a. Gangguan koordinasi/cara berjalan. b. Episode parestesia unilateral transien. c. Hipotensi postural.

10. Pembelajaran/penyuluhan Gejala :

a. Faktor-faktor resiko keluarga: hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, diabetes mellitus, penyakit sebrevaskular/ ginjal.

b. Faktor-faktor resiko etnik, seperti orang Afrika-Amerika, Asia Tenggara.

(23)

2.2.2. Diagnosa Keperawatan

1. Risiko tinggi terhadap iskemia miokardia berhubungan dengan adanya tanda-tanda dan gejala-gejalanya yang menetapkan diagnosa aktual. 2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.

3. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskular serebral. 4. Nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan

berlebihan sehubungan dengan kebutuhan metabolik.

5. Koping individu inefektif berhubungan dengan perubahan hidup beragam.

6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif.

2.2.3. Intervensi

1. Risiko tinggi terhadap iskemia miokardia berhubungan dengan adanya tanda-tanda dan gejala-gejalanya yang menetapkan diagnosa aktual. Tujuan : Tidak terjadi iskemia miokardia

Kriteria hasil :

a. Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TD/beban kerja jantung.

b. Mempertahankan tekanan darah dalam rentang individu yang dapat diterima

c. Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil dalam rentang normal pasien.

Intervensi :

(24)

Rasional : Perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang keterlibatan/bidang masalah vaskular.

b. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer

Rasional : Denyutan karotis, jugularis, radialis, dan femoralis mungkin teramati/terpalpasi. Denyut pada tungkai mungkin menurun, mencerminkan efek dari vasokontriksi (peningkatan SVR) dan kongesti vena. c. Auskultasi tonus jantung dan bunyi nafas

Rasional : S4 umum terdengar pada pasien hipertensi berat karena adanya hipertrofi atrium (peningkatan volume/tekanan atrium). Perkembangan S3 menunjukkan hipertrofi ventrikel dan kerusakan fungsi. Adanya krakles, mengi dapat mengindikasikan kongesti paru sekunder terhadap terjadinya atau gagal jantung kronik.

d. Catat edema umum/tertentu.

Rasional : Dapat mengindikasikan gagal jantung, kerusakan ginjal atau vaskular.

e. Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas/keributan lingkungan. Batasi jumlah pengunjung dan lamanya tinggal.

(25)

f. Pertahankan pembatasan aktivitas, seperti istirahat di tempat tidur/kursi; jadwal periode istirahat tanpa gannguan; bantu pasien melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan.

Rasional : Menurunkan stress dan ketegangan yang mempengaruhi tekanan darah dan perjalanan penyakit hipertensi.

Lakukan tindakan-tindakan yang nyaman, seperti pijatan punggung dan leher, meninggikan kepala tempat tidur.

g. Anjurkan teknik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan. Rasional : Dapat menurunkan rangsangan yang menimbulkan

stress, membuat efek tenang, sehingga akan menurunkan TD.

h. Pantau respon terhdap obat untuk mengontrol tekanan darah. Rasional : Respon terhadap terapi obat “stepped “ (yang terdiri

atas diuretic, inhibitor simpatis dan vasodilator) tergantung pada individu dan efek sinergis obat. Karna efek samping tersebut, maka penting menggunakan obat dalam jumlah paling sedikit dan dosis paling rendah.

i. Kolaborasi dengan dokter dalam memberikan obat sesuai indikasi contoh: diuretic tiazid

(26)

dengan fungsi ginjal yang relative normal. Diuretic ini memperkuat agen-agen anti hipertensif lain dengan membatasi retensi cairan.

j. Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi.

Rasional : Pembatasan ini dapat menangani retensi cairan dengan respons hipertensif, dengan demikian menurunkan beban kerja jantung.

k. Siapkan untuk pembedahan bila ada indikasi.

Rasional : Bila hipertensi berhubungan dengan adanya feokromositoma, maka pengangkatan tumor akan memperbaiki kondisi.

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum. Tujuan : Tidak terjadi intoleransi aktivitas dan kelemahan umum Kriteria hasil :

a. Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/diperlukan.

b. Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur.

c. Menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi fisiologi. Intervensi:

a. Kaji respon pasien terhadap aktivitas, perhatikan frekuensi nadi lebih dari 20 kali per menit diatas frekuensi isirahat.

(27)

ada merupakan indikator dari kelebihan kerja yang berkaitan dengan tingkat aktivitas.

b. Instruksikan pasien tentang teknik penghematan energi

Rasional : Teknik menghemat energi mengurangi penggunaan energi, juga membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.

c. Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas/perawatan diri bertahap jika dapat ditoleransi.

Rasional : Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja jantung tiba-tiba. Memberikan bantuan hanya sebatas kebutuhan akan mendorong kemandirian dalam melakukan aktivitas.

3. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskular serebral. Tujuan : Tidak terjadi nyeri dan peningkatan tekanan vaskular sebral. Kriteria hasil :

a. Melaporkan nyeri/ketidaknyamanan hilang/terkontrol. b. Mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan. c. Mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan.

Intervensi :

a. Mempertahankan tirah baring selama fase akut.

Rasional : Meminimalkan stimulasi/meningkatkan relaksasi. b. Berikan tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit

(28)

leher, tenang, redupkan lampu kamar, teknik relaksasi dan aktivitas waktu senggang.

Rasional : Tindakan yang menurunkan tekanan vaskular serebral dan yang memperlambat/memblok respons simpatis efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya.

c. Hilangkan/minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala.

Rasional : Aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala pada adanya peningkatan tekanan vaskular serebral

d. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan.

Rasional : Pusing dan penglihatan kabur sering berhubungan dengan sakit kepala. Pasien juga dapat mengalami episode hipotensi postural.

e. Berikan cairan, makanan lunak, perawatan mulut yang teratur bila terjadi perdarahan hidung atau kompres hidung telah dilakukan untuk menghentikan perdarahan.

(29)

f. Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan obat analgesik seuai indikasi.

Rasional : Menurunkan/mengontrol nyeri dan menurunkan rangsangan sistem saraf simpatis.

g. Nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan berlebihan sehubungan dengan kebutuhan metabolik.

Tujuan : Nutrisi sesuai untuk kebutuhan tubuh dan masukan sesuai dengan kebutuhan metabolik.

Kriteria hasil :

a. Mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dan kegemukan. b. Menunjukkan perubahan pola makan (misalnya pilihan makanan,

kuantitas, dan sebagainya), mempertahankan berat badan yang diinginkan dengan pemeliharaan kesehatan optimal.

c. Melakukan/mempertahankan program olahraga yang tepat secara individual.

Intervensi :

a. Kaji pemahaman pasien tentang hubungan langsung antara hipertensi dan kegemukan.

(30)

b. Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan lemak, garam, dan gula sesuai indikasi.

Rasional : Kesalahan kebiasaan makanan menunjang terjadinya aterosklerosis dan kegemukan, yang merupakan predisposisi untuk hipertensi dan komplikasinya. c. Tetapkan keinginan pasien menurunkan berat badan.

Rasional : Motivasi untuk penurunan berat badan adalah internal. Individu harus berkeinginan untuk menurunkan berat badan, bila tidak ada maka program sama sekali tidak berhasil.

d. Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet

Rasional : Mengidentifikasi kekuatan/kelemahan dalam program diet terakhir. Membantu dalam menentukan kebutuhan individu untuk penyesuaian/penyuluhan. e. Tetapkan rencana penurunan berat badan yang realistik dengan

pasien, misalnya penurunan berat badan 0,5 kg per minggu.

(31)

f. Dorong pasien untuk mempertahankan masukan makanan termasuk kapan dan dimana makan dilakukan dan lingkungan dan perasaan sekitar saat makanan dimakan.

Rasional : Memberikan data dasar tentang keadekuatan nutrisi yang dimakan, dan kondisi ekonomi saat makan. Membantu untuk memfokuskan perhatian pada faktor mana pasien telah/dapat mengontrol perubahan. g. Instruksikan dan bantu memilih makanan yang tepat, hindari

makanan dengan kejenuhan lemak tinggi (mentega, keju, telur, es krim, daging) dan kolestrol (daging berlemak, kuning telur, produk kalengan, jeroan).

Rasional : Menghindari makanan tinggi lemak jenuh dan kolestrol penting dalam mencegah perkembangan aterogenesis.

h. Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk memberikan diet sesuai indikasi.

Rasional : Memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi kebutuhan diet individual.

4. Koping individu inefektif berhubungan dengan perubahan hidup beragam.

Tujuan : Koping individu efektif dan perubahan hidup beragam Kriteria hasil :

(32)

b. Menyatakan kesadaran kemampuan koping/kekuatan pribadi. c. Mengidentifikasi potensial situasi stress dan mengambil langkah

untuk menghindari/mengubahnya.

d. Mendemonstrasikan penggunaan ketrampilan/metode koping efektif.

Intervensi :

a. Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi prilaku. Rasional : Mekanisme adaptif perlu untuk mengubah pola hidup

seseorang, mengatasi hipertensi kronik, dan mengintegrasikan terapi yang diharuskan kedalam kehidupan sehari-hari.

b. Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan konsentrasi, peka rangsang, penurunan toleransi sakit kepala, ketidakmampuan untuk mengatasi /menyelesaikan masalah. c. Bantu pasien untuk mengidenfikasi stresor spesifik dan

kemungkinan strategi untuk mengatasinya.

Rasional : Pengenalan terhadap stressor adalah langkah pertama dalam mengubah respon seseorang terhadap stressor.

d. Libatkan pasien dalam perencanaan perawatan dan beri dorongan partisipasi maksimum dalam rencana pengobatan.

(33)

dan dapat meningkatkan kerja sama dalam regimen terapeutik.

e. Dorong pasien untuk mengevaluasi prioritas/tujuan hidup.

Rasional : Fokus perhatian pasien pada realitas situasi yang ada relatif terhadap pandangan pasien tentang apa yang diinginkan.

f. Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan perubahan hidup yang perlu.

Rasional : Perubahan yang perlu diprioritaskan secara realistik untuk menghindari rasa tidak menentu dan tidak berdaya.

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif. Tujuan : Tidak kurang pengetahuan dan keterbatasan kognitif. Kriteria hasil :

a. Menyatakan pemahamam tentang proses penyakit dan regimen pengobatan.

b. Mengidentifikasi efek samping obat dan komplikasi yang perlu diperhatikan.

c. Mempertahankan TD dalam parameter normal. Intervensi :

a. Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar.

(34)

mempengaruhi minat pasien/orang terdekat untuk memplajari penyakit, kemajuan, dan prognosis.

b. Tetapkan dan nyatakan batas TD normal. Jelaskan tentang hipertensi dan efeknya pada jantung, pembuluh darah, ginjal dan otak.

Rasional : Memberikan dasar untuk pemahaman tentang peningkatan TD dan mengklarifikasi istilah medis yang sering digunakan. Pemahamam bahwa TD tinggi dapat terjadi tanpa gejala adalah ini untuk memungkinkan pasien melanjutkan pengobatan meskipun ketika merasa sehat.

c. Hindari mengatakan TD ‘normal’ dan gunakan istilah “terkontol dengan baik” saat menggambarkan TD pasien dalam batas yang diinginkan.

Rasional : Karena pengobatan untuk hipertensi adalah sepanjang kehidupan, maka dengan penyampaian ide “terkontrol” akan membantu pasien untuk memahami kebutuhan untuk melanjutkan pengobatan/medikasi. d. Bantu pasien dalam mengidentifikasi faktor-faktor risiko

(35)

Rasional : Faktor-faktor risiko ini telah menunjukkan hubungan dalam menunjang hipertensi dan penyakit kardiovaskular serta ginjal.

e. Bahas pentingnya menghentikan merokok dan bantu pasien dalam membuat rencana untuk berhenti merokok.

Rasional : Nikotin meningkatkan pelepasan katekolamin, mengakibatkan peningkatan frekuensi jantung, TD, dan vasokontroksi, mengurangi oksigenasi jaringan, meningkatkan beban kerja miokardium.

f. Beri penguatan pentingnya kerja sama dalam regimen pengobatan dan mempertahankan perjanjian tindak lanjut.

Rasional : Kurangnya kerja sama adalah alasan umum kegagalan terapi antihipertensif.

g. Instruksikan dan peragakan teknik pemantauan TD mandiri. Evaluasi pendengaran, ketajaman penglihatan dan ketrampilan manual serta koordinasi pasien.

Rasional : Dengan mengajarkan pasien atau orang terdekat untuk memantau TD adalah meyakinkan untuk pasien, karena hasilnya meberikan penguatan visual/ postif akan upaya pasien.

(36)

Rasional : Dengan mengindividualisasikan jadwal pengobatan sehingga sesuai dengan kebiasaan/kebutuhan pribadi pasien dapat memudahkan kerja sama dengan regimen jangka panjang.

i. Jelaskan tentang obat yang diresep bersamaan dengan rasional, dosis, efek samping yang diperkirakan serta efek yang merugikan, dan idiosinkrasi.

Rasional : Informasi yang adekuat dan pemahaman bahwa efek samping (misalnya perubahan suasana hati, peningkatan berat badan, mulut kering) adalah umum dan sering menghilang dengan berjalannya waktu dengan demikian meningkatkan kerja sama rencana pengobatan.

j. Sarankan untuk sering mengubah posisi, olahraga kaki saat berbaring.

Rasional : Menurunkan bendungan vena perifer yang dapat ditimbulkan vasodilator dan duduk/berdiri terlalu lama. k. Rekomendasikan untuk menghindari mandi air panas, ruang

penguapan, penggunaan alkohol yang berlebihan.

(37)

l. Anjurkan pasien untuk berkonsultasi dengan pemberi perawatan sebelum menggunakan obat-obatan yang diresepkan atau tidak diresepkan.

Rasional : Tindakan kewaspadaan penting dalam pencegahan interaksi obat yang kemungkinan berbahaya. Setiap obat yang mengandung stimulan saraf simpatis dapat meningkatkan TD atau dapat melawan efek anti hipertensif.

m. Instruksikan pasien tentang peningkatan masukan makanan/ cairan tinggi kalium.

Rasional : Diuretic dapat menurunkan kadar kalium. Penggantian diet lebih baik daripada obat semua ini diperlukan untuk memperbaiki kekurangan. Bebeberapa penelitian menunjukan bahwa mengkonsumsi kalsium 400-2000 mg per hari dapat menurunkan TD sistolik dan diastolik. Memperbaiki kekurangan mineral dapat juga mempengaruhi TD. n. Riviu tanda – tanda/gejala-gejala yang memerlukan pelaporan

pada pemberi asuhan kesehatan.

(38)

o. Jelaskan rasional regimen diit yang diharuskan (biasanya diit rendah natrium, lemak, jenuh, dan kolestrol).

Rasional : Kelebihan lemak jenuh, kolestrol, natrium, alkohol, dan kalori telah didefinisikan sebagai risiko nutrisi dalam hipertensi. Diet rendah lemak dan tinggi lemak poli-tak jenuh menurunkan TD, kemungkinan melalui keseimbangan prostaglandin, pada orang-orang normotensive dan hipertensi.

p. Bantu pasien untuk mengidentifikasi sumber masukan natrium, (misalnya garam meja, makanan bergaram, daging dan keju olahan, saus, sup kaleng, dan sayuran, soda kue, baking powder, MSG). Tekankan pentingnya membaca label kandungan makanan dan obat yang dijual bebas.

Rasional : Diit rendah garam selama dua tahun mungkin sudah mencukupi untuk mengontrol hipertensi sedang atau mengurangi jumlah obat yang dibutuhkan.

q. Dorong pasien untuk membuat program olahraga sendiri seperti olahraga aerobik (berjalan, berenang) yang pasien mampu lakukan.

Rasional : Selain membantu menurunkan TD, aktivitas aerobik merupakan alat menguatkan sistem kardiovaskular. r. Tekankan pentingnya perencanaan/penyelesaian periode istirahat

(39)

Rasional : Dengan menyelingi istirahat dan aktifitas akan meningkatkan toleransi terhadap kemajuan aktifitas. s. Anjurkan pasien untuk memantau respon fisiologis sendiri

terhadap aktivitas (misalnya frekuensi nadi, sesak napas) laporkan penurunan toleransi terhadap aktivitas; dan hentikan aktivitas yang menyebabkan nyeri dada, sesak napas, pusing, keletihan berat, atatu kelemahan.

Rasional : Keterlibatan pasien dalam memantau toleransi aktivitasnya sendiri penting untuk keamanan dan/atau memodifikasi aktivitas kehidupan sehari-hari.

t. Dorong pasien untuk membuat program olahraga sendiri seperti olahraga aerobik (berjalan, berenang) yang pasien mampu lakukan. Tekankan pentingnya menghindari aktivitas isometrik. Rasional : Selain membantu menurunkan TD, aktivitas aerobik

merupakan alat menguatkan sistem kardiovaskular. Latihan sometrik dapat meningkatkan kadar katekolamin serum, akan lebih meningkatkan TD. u. Peragakan penerapan kompres es pada punggung leher dan

tekanan pada sepertiga ujung hidung, dan anjurkan pasien menunjukkan kepala kedepan bila terjadi perdarahan hidung. Rasional : Kapiler nasal dapat ruptur sebagai akibat dari tekanan

(40)

perdarahan. Menundukkan kedepan menurunkan jumlah darah yang tertelan.

v. Berikan informasi tentang sumber-sumber di masyarakat dan dukungan pasien dalam membuat perubahan pola hidup. Lakukan untuk rujukan bila ada indikasi.

Rasional : Sumber-sumber di masyarakat seperti yayasan jantung Indonesia, “coronary club”, klinik berhenti merokok, rehabilitasi alkohol, program penurunan berat badan, kelas penanganan stres, dan pelayanan konseling dapat membantu pasien dalam upaya mengawali dan mempertahankan perubahan pola hidup.

2.2.3. Evaluasi Keperawatan 1. Diagnosa keperawatan I :

Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil dalam rentang normal pasien.

2. Diagnosa keperawatan II :

Berpartsisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/diperlukan. 3. Diagnosa keperawatan III :

(41)

Menunjukkan perubahan pola makan (misalnya pilihan makanan, kuantitas, dan sebagainya), mempertahankan berat badan yang diinginkan dengan pemeliharan kesehatan optimal.

5. Diagnosa keperawatan V :

Menyatakan kesadaran kemampuan koping/kekuatan pribadi. 6. Diagnosa keperawatan VI :

(42)

BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1. Pengkajian 1. Identitas Pasien

Nama : Ny. R

Umur : 45 tahun

Tanggal Lahir : 16 Maret 1971 Jenis Kelamin : Perempuan Status perkawinan : Kawin

Agama : Kristen Protestan Suku/Bangsa : Karo/Indonesia Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Petani

Alamat : Desa Kutagerat Kec.Munte kab.Karo No Medical Record : 13-20-38

Tanggal Masuk : 08-05-2016 Diagnosa Medis : Hipertensi Golongan Darah : O

2. Keluhan Utama

(43)

3. Penanggung Jawab Pasien/Keluarga Terdekat

Nama : Tn. N

Umur : 47 Tahun

Pekerjaan : Petani

Hubungan Dengan Pasien : Suami

Alamat : Desa Kutagerat Kec.Munte kab.Karo 4. Riwayat Kesehatan Sekarang

a. Provocative/Pallietive

1) Penyebab : Klien sering memakan makanan yang berlemak dan asin dan klien klien sering susah tidur

2) Hal-hal yang memperbaiki keadaan : Klien dibawa ke Rumah Sakit Umum Kabanjahe b. Quantitatif/Qualitatif

1) Bagaimana dirasakan : Klien merasa sakit pada kepalanya dan tengkuk klien terasa pegal dan susah bernafas

2) Bagaimana Terlihat : Klien tampak lemas, sesak, dan meringis kesakitan, skala nyeri 6 c. Regional

(44)

d. Apakah Menganggu Aktivitas : Ya, mengganggu ktivitas e. Kapan Mulai Timbul : + 1 hari yang lalu klien

merasa sakit pada kepala, lemas, sesak napas dan dan tidak sanggup untuk berakti-vitas

f. Bagaimana Terjadinya : + 1 hari yang lalu sebelum masuk ke rumah sakit, klien mengeluh sakit kepala, lemas, sesak napas dan tidak sanggup untuk beraktivitas. Karena tidak sanggup menahan sakitnya lagi klien dibawa keluarganya ke Rumah Sakit Umum kabanjahe pada tanggal 8 mei 2016 dan tiba di IGD pada pukul 16.00 wib

5. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Sakit yang pernah di alami : Demam

(45)

Pernah dirawat : Tidak pernah Lamanya dirawat : Tidak pernah Apakah ada alergi : Tidak ada alergi Lamanya dirawat : Tidak pernah

Imunisasi : lengkap (BCG, DPT, POLIO, DPT, CAMPAK)

6. Riwayat social dan ekonomi

Biaya perawatan rumah sakit : BPJS Kesehatan

Apakah aktif kegiatan sosial : Ya, klien aktif dalam mengikuti kegiatan sosial (ibadah, dan gotong royong)

Penghasilan keluarga : Tidak Menetap, rata-rata Rp 3.000.000,-/ bulan

7. Riwayat Kesehatan Keluarga

Orang tua : Sudah meninggal dunia

Saudara kandung : Tidak mengalami penyakit serius

Penyakit keturunan yang ada : Tidak ada penyakit keturunan.

(46)

Genogram

Keterangan :

= Laki-laki meninggal = Perempuan = Perempuan meninggal = Satu rumah

= Laki-laki = Penderita / klien

8. Riwayat Kesehatan Keluarga/psikososial

Bahasa yang digunakan : Bahasa Karo/Indonesia

Konsep diri : Klien ingin cepat sembuh

Persepsi pasien tentang penyakitnya : Klien mengatakan tidak tahu tentang penyakitnya dan klien sering bertanya-tanya kepada perawat dan dokter tentang penyakitnya

Keadaan emosi : Stabil

(47)

Lawan bicara : Baik, ada respon ketika di ajak berbicara

Hubungan dengan keluarga : Baik, banyak keluarga

mengunjungi dan

mendampingi klien selama dirawat dirumah sakit

Hubungan dengan orang lain : Baik, tidak ada perselisihan.

Kegemaran : Menonton

Daya adaptasi : Klien dapat beradaptasi dengan lingkungan Rumah Sakit

Mekanisme pertahanan diri : Berdo’a. 9. Pemeriksaan fisik

Tanda-tanda vital : TD : 220/130 mmHg HR :95 x/i RR : 30 x/i Temp: 36,50 C Keadaan umum : Klien tampak sesak napas, lemas

dan klien meringis kesakitan.

Kesadaran : Compos mentis

Penampilan : Rapi

TB : 150 Cm

BB : 60 kg

KEPALA

(48)

Distribusi Rambut : Baik, tidak rontok

Kulit kepala : Baik, kulit kepala bersih PENGLIHATAN MATA

Ketajaman penglihatan : Baik, klien dapat melihat dengan jelas.

Scelera : Baik, tidak ikterus

Pupil : Isokor kiri dan kanan

Conjungtiva : Baik, klien tidak ada tanda-tanda anemia

Apakah memakai alat bantu : klien tidak menggunakan alat bantu penglihatan

PENCIUMAN/HIDUNG

Polip : Tidak ada pembengkakan

Peradangan : Tidak ada tanda peradangan Perdarahan : Tidak ada perdarahan

Fungsi penciuman : Baik, dapat membedakan bau-bauan

PENDENGARAN/TELINGA

Fungsi Pendengaran : Baik, dapat mendengar dengan jelas

Serumen : Ada dalam batas normal

Cairan : Ada dalam batas normal

Tanda-tanda peradangan : Tidak ada tanda-tanda peradangan Alat bantu : klien tidak memakai alat bantu

(49)

PENGECAPAN/MULUT

Bau : Khas

Membran mukosa : Lembab

Perdarahan : Tidak ada perdarahan

Peradangan : Tidak ada tanda-tanda peradangan GIGI

Carries : Tidak, ada carries

Lidah : Bersih, tidak ada beslag

Fungsi pengecapan : Baik, dapat membedakan rasa (asam, asin, manis, pahit)

Tonsil : Tidak ada pembengkakan

LEHER

Kelenjar tyroid : Tidak terdapat pembengkakan pada kelenjar tyroid

Tekanan vena jugularis : Tidak ada peningkatan tekanan vena jugularis

JANTUNG

Bentuk dada : Simetris

Nyeri dada : Tidak ada nyeri dada Denyut jantung : 95 x/i

Bunyi jantung : Normal, Lup-dup dan tidak ada bunyi tambahan

ABDOMEN

(50)

Massa/cairan : Tidak Ada

Ginjal : Normal, tidak teraba

Nyeri (lokasi) : Tidak ada nyeri abdomen

Oedema : Tidak ada oedema

KULIT

Turgor kulit : Baik, bila ditekan cepat kembali dalam 2 detik

Pigmentasi : Baik, tidak ada perubahan atau peningkatan pigmentasi

Dekubitus : Tidak ada dekubitus EKSTREMITAS

ATAS

Tidak dapat bergerak dengan bebas karena tangan sebelah kanan terpasang cairan infus RL gtt 10 x/i dan terpasang O2 2L/i

BAWAH

Ekstremitas bawah dapat di gerakkan dengan bebas. GENITOURINARIA

Retensi : Tidak ada retensi

Inkotinensia : Tidak ada inkotinensia Terpasang kateter : Tidak terpasang kateter

Anuria : Tidak ada anuria

Poliuria : Tidak ada poliuria

(51)

SISTEM PERSYARAFAN

Gangguan saraf kranial : Tidak ada gangguan pada saraf kranial

Kekuatan motorik : Lemah, pengaruh penyakit yang diderita

POLA KEBIASAAN NUTRISI Sebelum MRS

Pola makan : 3 x sehari

Makanan yang di sukai : Nasi goreng Makanan pantangan : Tidak ada Sesudah MRS

Pola makan : 3 x sehari

Diet : Makanan Lunak

Nafsu makan : Berkurang, porsi yang disediakan hanya 1/3 yang habis dimakan Sebelum MRS

Minum : 7-8 gelas /hari

Banyaknya : + 2500 cc/hari

Minuman kesukaan : teh manis Sesudah MRS

Banyaknya : + 1000 cc/hari

POLA ELIMINASI Sebelum MRS

BAB : Normal Bau : Khas

(52)

Konsistensi : Lembek Warna : Kekuningan Sesudah MRS

BAB : Normal Bau : Khas

Frekuensi : 1x sehari Kelainan : Tidak ada

Konsistensi : Lembek Warna : Kekuningan

POLA ISTIRAHAT Sebelum MRS

Kebiasaan tidur siang : Tidak ada Tidur malam : + 5 - 6 jam/ hari Sering sukar tidur : ya

Yang dilakukan untuk mengatasinya :

Klien sering menonton tv supaya cepat mengantuk Sesudah MRS

Kebiasaan tidur siang : 30 menit Tidur malam : 4 – 5 Jam Konsentrasi : Terganggu

Sering sukar tidur : Ya, karena proses penyakitnya

Yang dilakukan untuk mengatasinya : Mengatur posisi yang nyaman POLA AKTIFITAS

Bekerja di : Ladang

Jarak tempat kerja dengan rumah : + 500 meter Kendaraan yang digunakan ke tempat kerja : Jalan kaki

(53)

KEBERSIHAN Sebelum MRS

Mandi : 1 x sehari

Gosok gigi : 2 x sehari

Kuku : bersih, tidak kotor

Cuci rambut : 3 x seminggu di cuci

Pakaian : Rapi dan bersih

Sesudah MRS

Mandi : Hanya dilap

Gosok gigi : 1 x sehari (hanya pagi waktu di lap)

Kuku : Bersih dan pendek

Cuci rambut : Belum pernah

Pakaian : Rapi

Hambatan dalam melakukan personal hygiene :

(54)

PEMERIKSAAN LABORATORIUM/DIAGNOSTIK Pemeriksaan Laboratorium :

a. Pemeriksaan EKG ( senin 9 Mei 2016 ) b. Darah lengkap ( senin 9 Mei 2016 )

NO Pemeriksaan Nilai Normal

1 WBC 11,3 x 10ˆ9/L 4,0 – 10,0

2 Lymph 3,1 x 10ˆ9/L 0,8 – 4,0

3 Mid 0,8 x 10ˆ9/L 0,1 – 1,5

4 Gran 7,4 x 10ˆ9/L 2,0 – 7,0

5 Lymph % 27,1 % 20,0 – 40,0

6 Mid % 7,4 % 3,0 – 15,0

7 Gran % 65,5 % 50,0 – 70,0

8 HGB 10,7 g/dL 11,0 – 16,0

9 RBC 5,40 x 10ˆ12/L 3,50 – 5,50

10 HCT 34,1 % 37,0 – 54,0

11 MCV 63,2 fL 80,0 – 100,0

12 MCH 19,8 pg 27,0 – 34,0

13 MCHC 31,3 g/dL 32,0 – 36,0

14 RDW-CV 18,3 % 11,0 – 16,0

15 RDW-SD 38,9 fL 35,0 – 56,0

16 PLT 405 x 10ˆ9/L 150 – 450

17 MPV 9,2 Fl 6,5 – 12,0

18 PDW 16,5 9,0 – 17,0

(55)

THERAPY :

a. IVFD RL gtt 10 x/i b. Oksigen 2 L/i

c. Inj. Ranitidine 500 mg/hari d. Inj.Furosemid 1 amp/12 jam

e. Asam mefenamat 500 mg 2 x 1 tab f. Candexat 1 x 1 Tab

g. Amlodipin 10 mg 1 x 1 Tab h. Ksr 3 x 1 Tab

i. Nifedipin 2x1 Tab

j. Alprazolam 0,5 mg 1 x 1 Tab

kesakitan, Skala nyeri : 6

2. DS : klien mengatakan sesak nafas

DO : Klien tampak sulit bernafas danTerpasang Oksigen 2 liter, RR :30

(56)

x/i

3. DS : klien mengatakan tidak selera makan

DO : porsi yang disediakan hanya habis 1/3 porsi

Anoreksia Gangguan

5 DS : Klien mengatakan sulit melakukan aktivitas DO : Klien terlihat lemas dan

aktifitas klien di bantu

6 DS : Klien mengatakan tidak mengerti tentang penyakitnya

(57)

dokter

3.3. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan Peningkatan tekanan vaskuler serebral ditandai dengan klien mengatakan sakit pada bagian kepala dan klien tampak meringis kesakitan, skala nyeri 6.

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler alveolus ditandai dengan klien mengatakan sesak napas dan klien tampak sulit untuk bernafas terpasang 02 2 liter, RR : 30 x/i.

3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia ditandai dengan klien tidak selera makan dan porsi yang di sediakan hanya habis 1/3 porsi.

4. Gangguan pemenuhan istirahat tidur berhubungan dengan Nyeri kepala ditandai dengan klien mengatakan sulit tidur, klien sering menguap dan mata klien memerah.

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum ditandai dengan klien mengatakan sulit untuk melakukan aktifitas dan klien terlihat lemas dan aktifitas klien dibantu oleh perawat dan keluarga. 6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif

ditandai dengan klien mengatakan tidak mengerti tentang penyakitnya dan klien sering bertanya tentang penyakitnya kepada perawat dan dokter.

(58)

1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler alveolus ditandai dengan klien mengatakan sesak napas dan klien tampak sulit untuk bernafas terpasang 02 2liter, RR : 30 x/i.

2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan Peningkatan tekanan vaskuler serebral ditandai dengan klien mengatakan sakit pada bagian kepala dan klien tampak meringis kesakitan, skala nyeri 6. 3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan anoreksia ditandai dengan klien tidak selera makan dan porsi yang di sediakan hanya habis 1/3 porsi.

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum ditandai dengan klien mengatakan sulit untuk melakukan aktivitas dan klien terlihat lemas dan aktivitas klien dibantu oleh perawat dan keluarga. 5. Gangguan pemenuhan istirahat tidur berhubungan dengan nyeri kepala

ditandai dengan klien mengatakan sulit tidur, klien sering menguap dan mata klien memerah.

(59)

3.5. Asuhan keperawatan

No Diagnosa keperawatan Tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasional

1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler alveolus ditandai dengan klien mengatakan sesak napas dan klien tampak sulit untuk bernafas terpasang 02 2liter, RR : 30 x/i.

Tidak terjadi pertukaran dalam program pengobatan dalam batas kemampuan

- Beri klien posisi semi fowler

- Ajarkan klien nafas efektif dan dalam

- Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian oksigen tambahan sesuai indikasi

- Ukur RR klien

- Menurunkan konsumsi oksigen

- Membersihkan jalan nafas dan memudahkan aliran oksigen

- Meningkatkan konsumsi oksigen di alveolar - Untuk mengetahui

adanya peningkatan pernafasan

2 Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan Peningkatan tekanan vaskuler serebral ditandai dengan klien mengatakan sakit pada bagian kepala dan

Nyeri hilang - Klien tampak rileks - Klien tidak

- Alihkan perhatian klien - Berikan posisi nyaman - Dengan mengalihkan

(60)

klien tampak meringis kesakitan, skala nyeri 6.

- Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti analgetik

klien tidak mengarah pada nyeri

- Meningkatkan relaksasi dan dan menurunkan nyeri

- Untuk menghilangkan rasa nyeri

3 Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia ditandai dengan klien tidak selera makan dan porsi yang di sediakan hanya habis

- Berkolaborasi dengan tim gizi tentang pemberian

- Mulut yang bersih dapat meningkatkan nafsu makan

- Untuk menurunkan beban kerja ginjal

- Untuk meningkatkan nafsu makan

- Menurunkan mortilitas gaster

(61)

4 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan

kelemahan umum

ditandai dengan klien mengatakan sulit untuk melakukan aktivitas dan klien terlihat lemas dan aktifitas klien dibantu oleh perawat dan - Mencapai tingkat

toleransi yang

kardiopulmonal terhadap aktivitas

pemenuhan kebutuhan secara individual

- Pemenuhan kebutuhan perawatan diri tanpa mempengaruhi stres miokard/penurunan oksigen berlebihan - Penurunan/

ketidakmampuan untuk meningkatkan aktivitas 5 Gangguan pemenuhan

istirahat tidur berhubungan dengan Nyeri kepala ditandai

Kebutuhan istirahat tidur klien

terpenuhi

Klien mengatakan mampu tidur dengan

- Pola istirahat tidur klien terpenuhi

(62)

dengan klien mengatakan sulit tidur, klien sering menguap dan mata klien memerah

yang nyaman

- Batasi kunjungan keluarga klien

- Berikan masase yang lembut

- Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat tidur

- Membantu kenyamanan klien dalam istirahat tidur

- Meningkatkan relaksasi dengan perasaan mengantuk

- Meningkatkan rasa ngantuk

6 Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif ditandai dengan klien mengatakan tidak mengerti tentang penyakitnya dan klien sering bertanya tentang penyakitnya kepada perawat dan dokter.

Pengetahuan klien tentang penyakitnya bertambah

- Menyatakan pemahaman

tentang proses penyakit dan regimen

pengobatan - Mengidentifikasi

efek samping obat dan komplikasi

yang perlu

- Membuat pengetahuan dasar dan mamberikan kesadaran kebutuhan individu

(63)

I.6. Implementasi Keperawatan dan Evaluasi

Nama : Ny. R

Umur : 45 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan No.RM : 13-20-38

Ruangan : Ruang V kamar III Hari/

Tanggal No

Dx Pukul Implementasi Evaluasi

Minggu 8 dengan dokter dalam

pemberian oksigen 2L/i - Mengukur RR :

30 x/i

S : Klien mengatakan lemas dan sesak

O : Klien tampak sesak, RR : 30 x/i

A : Masalah belum teratasi P : Intervensi keperawatan

dilanjutkan

- Pertahankan duduk di kursi/tirah baring

(64)

21.30 wib

posisi nyaman dan rileks - Berkolaborasi

dengan dokter dalam

pemberian anti analgetik IVFD RL gtt 10x/i - Inj. Furosemid

1 amp/12 jam

kepala

O : Klien tampak meringis kesakitan, skala nyeri : 6 A : masalah belum teratasi P : intervensi dilanjutkan - Kaji skala nyeri dan

keadaan umum klien - Pantau tanda vital klien - Kolaborasi dengan

dokter dalam pembe-rian anti analgetik

Minggu 8 mei 2016

III 05. 30 wib - Memberikan kebersihan oral

(65)

06.00 wib

pemberian diit rendah garam

A : Masalah belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan

- Berikan kebersihan oral sebelum makan - Kolaborasi dengan

tim gizi tentang

(66)

22.00 wib

A : Masalah belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan

(67)

22.00 wib dengan dokter dalam

pemberian obat tidur - Alprazolam

1x1 tab

lingkungan rumah sakit

-Ciptakan lingkungan yang nyaman

-Batasi kunjungan keluarga klien

-Berikan masase yang lembut

-Berkolaborasi dengan dokter dalam pembe-tentang proses penyakitnya - Menjelaskan

terapi yang diberikan

S : Klien mengatakan tidak mengerti tentang penyakitnya

O : Klien sering bertanya-tanya tentang penyakit-nya

A : Masalah belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan

- Jelaskan tentang proses penyakitnya - Jelaskan terapi yang

(68)

Senin 9

S : klien mengatakan masih sesak

O : klien tampak masih sesak, RR : 28 x/i

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan - Berikan klien posisi

semi fowler

- Kolaborasi dengan

dokter dalam pada kepala sudah mulai berkurang

O : Klien masih meringis kesakitan

Skala nyeri : 4

A : Masalah teratasi sebagian P : Intervensi dilanjutkan

- Pantau tanda-tanda vital klien

(69)

23.00 wib

04.00 wib

- Memberikan posisi nyaman dan rileks - Berkolaborasi

dengan dokter dalam

pemberian anti analgetik IVFD RL gtt 10 x/i

- Kolaborasi dengan dokter dalam

pem-pemberian diit rendah garam - Memberikan

makanan yang mudah dicerna - Memberikan

S : Klien mengatakan sudah mulai seler makan

O : Klien tampak meng-habiskan 1/2 porsi diit yang disediakan

A : Masalah teratasi sebagian P : Intervensi dilanjutkan

- Berikan kebersihan oral sebelum makan - Kolaborasi dengan

(70)

08.30 wib

S : Klien mengatakan belum dapat melakukan aktivitas seperti biasa-nya

O : Klien tampak lemas A : Masalah belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan

(71)

kardiopulmonal dengan dokter dalam

pemberian obat tidur

S : Klien mengatakan sudah mulai bisa tidur O : Klien tampak lebih

segar

A : Masalah sebagian teratasi P : Intervensi dilanjutkan

- Ciptakan lingkungan yang nyaman

- Berikan masase yang lembut

(72)

Alprazolam tentang proses penyakitnya - Menjelaskan

terapi yang diberikan

S : Klien mengatakan sudah mulai mengerti tentang penyakitnya

O : Klien tidak lagi bertanya tentanang penyakitnya A : Masalah sebagian

teratasi

P : Intervensi dilanjutkan - Jelaskan tentang

proses penyakitnya

S : Klien mengatakan

sesaknya sudah

berkurang

O : Klien tampak masih sesak

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan oleh perawat ruangan

(73)

10 mei

posisi nyaman dan rileks - Berkolaborasi

dengan dokter dalam

pemberian anti analgetik IVFD RL gtt 10x/i segar, skala nyeri : 2 A : Masalah teratasi

sebagian

P : Intervensi dilanjutkan oleh perawat ruangan

(74)

08.30 wib

pemberian diit rendah garam - Memberikan

makanan sedikit tapi

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan oleh perawat ruangan

Selas 10

S : Klien mengatakan sudah mulai dapat melakukan aktivitas seperti biasa-nya

O : Klien tampak lebih segar dan bergaiarah

A : Masalah teratasi sebagian P : Intervensi dilanjutkan

(75)

90 x/i dengan dokter dalam

pemberian obat tidur Alprazolam 1x1 tab

S : Klien mengatakan sudah mulai bisa tidur

O : Klien tampak lebih segar A : Masalah teratasi sebagian P : Intervensi dilanjutkan

oleh perawat ruangan

Selasa 10 mei 2016

VI 21.00 wib - Menjelaskan terapi yang diberikan

S : Klien mengatakan sudah mengerti tentang penyakitnya

(76)

BAB IV PEMBAHASAN

Setelah penulis melaksanakan asuhan keperawatan pada Ny. R dengan gangguan sistem kardiovaskular pada Hipertensi ruang V kamar III Rumah Sakit Umum Kabanjahe dari tanggal sampai, penulis menemukan kesenjangan diantara tinjauan teoritis dengan tinjauan kasus mulai dari tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.

4.1. Tahap pengkajian

Bila ditinjau dari landasan teoritis yang ada pada BAB II dan yang dialami oleh Ny. R dengan gangguan sistem kardiovaskular pada Hipertensi di Ruang V Kamar III Rumah Sakit Umum Kabanjahe terdapat perbedaan.

Adapun perbedaan yang penulis temukan pada setiap pengkajian pada teori dan gejala yang ditemukan Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, marah, gangguan penglihatan, angina, nyeri abdomen, sianosis dan hipotensi.

Sedangkan pada tinjauan kasus tanda dan gejala yang ditemukan yaitu sering sukar tidur, tidak selera makan, dan tidak ada sianosis.

4.2. Diagnosa keperawatan

(77)

kardiovaskular pada Hipertensi di Ruang V Kmamar III Rumah Sakit Umum Kabanjahe yaitu :

a. Risiko tinggi terhadap iskemia miokardia berhubungan dengan adanya tanda-tanda dan gejala-gejalanya yang menetapkan diagnosa aktual. b. Nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan

berlebihan sehubungan dengan kebutuhan metabolik.

c. Koping individu inefektif berhubungan dengan perubahan hidup beragam.

Sedangkan pada diagnosa keperawatan yang terdapat pada kasus Ny. R dengan gangguan sistem kardiovaskular pada Hipertensi di Ruang V Kamar III Rumah Sakit Umum Kabanjahe, tetapi tidak terdapat pada diagnosa keperawatan yang ada pada teori yaitu :

a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler alveolus.

b. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.

c. Gangguan pemenuhan istirahat tidur berhubungan dengan Nyeri kepala

4.3.Tahap perencanaan

(78)

4.4.Tahap pelaksanaan

Dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan, penulis memfokuskan rencana keperawatan yang ditetapkan sebelumnya serta melaksanakan dengan situasi kebutuhan klien saat ini.

Dalam pelaksanaan ini hal yang dapat dilakukan yaitu : a. Mengkaji keadaan umum klien

b. Mempertahankan posisi yang nyaman bagi klien c. Mengkaji skala nyeri klien

d. Mengukur RR klien

e. Membantu klien dalam melakukan aktfitas sehari-hari

f. Menggunakan pendekatan teraupetik untuk menenangkan klien

g. Berkolaborasi dengan tim kesehatan (dokter sebagai penanggung jawab dalam pemberian injeksi dalam obat oral kepada pasien)

h. Memberi diit kepada pasien sesuai dengan pengobatan pasien

4.5.Tahap Evaluasi

(79)
(80)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Setelah penulis melaksanakan dan menerapkan asuhan keperawatan pada Nn. R dengan gangguan sistem kardiovaskular pada hipertensi di ruang V Kamar I Rumah Sakit Umum Kabanjahe selama 3 hari mulai dari tanggal 8 mei sampai 10 Mei 2016, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Hipertensi adalah kondisi abnormal dari hemodinamik, dimana menurut WHO tekanan sistolik 140 mmHg dan tekanan diastolic >90 mmHg (untuk usia < 60 tahun) dan tekanan sistolik > 160 mmHg dan atau tekanan diastolic > 90 mmHg (untuk usia > 60 tahun).

2. Proses keperawatan mempunyai pengaruh sangat besar dan menemukan pola hidup sehat menanggulangi masalah kesehatan 3. Pelaksanaan tindakan keperawatan pada gangguan sistem

Kardiovaskular “Hipertensi’’ dilaksanakan dengan pendekatan terapeutik antara perawat, pasien serta keluarga.

4. Kerja sama pasien dan keluarga dengan tim kesehatan dalam membantu terlaksananya suatu proses keperawatan.

(81)

5.2.Saran

Adapun saran penulis untuk mencapai hasil proses keperawatan adalah sebagai berikut :

1. Bagi rumah sakit umum kabanjahe agar dapat memberikan asuhan keperawatan secara mungkin kepada klien dengan gangguan sistem Kardiovaskular “Hipertensi’’ agar tidak terjadi komplikasi.

2. Bagi klien dan keluarga klien diharapkan agar dapat menggenal lebih dalam dan pencegahan mengenai penyakit “Hipertensi”.

3. Bagi Akademi Keperawatan “ARTA” Kabanjahe diharapkan dapat menambah literature yang ada di perpustakaan mengenai buku-buku penunjang terutama buku mengenai “Hipertensi’’.

(82)

DAFTAR PUSTAKA

Aizid, Rizem, 2011. Babat Ragam Penyakit Paling Sering Menyerang Orang Kantoran. Flashbooks. Jogjakarta.

Dongoes, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawat Pasien. Edisi 3. EGC.

Lalage, Zerlina, 2013. Menghadapi Kehamilan Beresiko Tinggi. Abata Press. Klaten.

Masud, Ibnu, 2013. Dasar - Dasar Fisiologi Kardiovaskuler. Edisi I. EGC. Murwani, Arita, 2011. Perawatan Pasien Penyakit Dalam. Gosyen

Publishing. Yogyakarta.

Nanda, 2015. Aplikasi Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis. Edisi Revisi Jilid 2. Media Action Publishing.

Pudiastuti, Ratna Dewi, 2013. Penyakit - Penyakit Mematikan. Nuha Medika. Yogyakarta.

Sudarta, I Wayan, 2013. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Cardiovaskuler. Gosyen Publishing. Yogyakarta.

Sunaryati, Septi Sehinta, 2014. 14 Penyakit Paling Sering Menyerang Dan Sangat Mematikan. Flashbooks. Jogjakarta

Widyanto, Faisalado Candra dkk, 2013. Trend Desease. CV. Trans Info Media. Jakarta.

Repository.upi.edu/6266/4/D3_KEP_1008866_Chapter1.pdf. Diakses pada tanggal 20 Mei 2016 pukul : 08.45 wib.

http:www.depkes.go.iddownload.phpfile=downloadpusdatininfodatininfodatin hipertensi.pdf. Diakses pada tanggal 20 mei 2016 pukul : 10.10 wib. http://repository.upi.edu/15513/4/Ta_JKR_1105298_Chapter1.pdf di akses

pada tanggal 27 juni 2016 pukul : 10.00 wib

(83)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas kasih dan rahmat-Nya, sehingga penyusunan Asuhan Keperawatan ini dapat diselesaikan.

Penulisan Asuhan Keperawatan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh ujian akhir Program D-III Jurusan Keperawatan di Akademi Perawatan “ARTA” Kabanjahe dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Tn. J Dengan Gangguan Sistem Perkemihan Gagal Ginjal Kronik di Ruang VIP Kamar V Rumah Sakit Umum Kabanjahe Tahun 2015”.

Dalam penyusunan Asuhan Keperawatan ini penulis banyak mendapatkan dorongan moril dan materil, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ernawati Br Barus, AMK, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberi bimbingan, arahan, nasehat dan petunjuk mulai dari awal penyusunan Asuhan Keperawatan ini. Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada : 1. dr. Arjuna Wijaya, SPP, selaku Direktur Rumah Sakit Umum Kabanjahe

yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan Asuhan Keperawatan.

(84)

3. Ibu Vera Caroline Br Barus, SST, M.Pd. selaku Direktris Akper ARTA Kabanjahe.

4. Tn. J selaku pasien gagal ginjal kronik di Rumah Sakit Umum Kabanjahe. 5. Seluruh Staf Dosen Akademi Perawatan ARTA Kabanjahe.

6. Teristimewa kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta serta seluruh keluarga yang penulis sayangi yang senantiasa membantu penulis baik moril maupun materil.

7. Seluruh rekan-rekan mahasiswa/i Akper ARTA Kabanjahe yang telah banyak membantu dan memberikan dorongan serta semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan asuhan keperawatan ini.

Dalam penulisan asuhan keperawatan ini penulis menyadari bahwa asuhan keperawatan ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan di masa datang.

Akhir kata semoga asuhan keperawatan yang sederhana ini dapat bermanfaat dan berdayaguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang keperawatan.

Kabanjahe, Juli 2015 Penulis,

(85)

DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan Penulisan ... 3

1.2.1. Tujuan Umum ... 3

1.2.2. Tujuan Khusus ... 3

1.3. Metode Penulisan ... 3

1.4. Sistematika Penulisan ... 3

BAB II. TINJAUAN TEORITIS ... 6

2.1. Konsep Dasar Medis ... 6

2.1.1. Pengertian ... 6

2.1.2. Anatomi dan Fisiologi ... 7

2.1.3. Etiologi ... ...11

2.1.4. Pathofisiologi ... ...13

(86)

2.1.6. Klasifikasi ... ...14 2.1.7. Pemeriksaan Diagnostik ... ...15 2.1.8. Komplikasi ... ...15 2.1.9. Penatalaksanaan ... ...16 2.1.10. Pencegahan ... ...17 2.2. Konsep Dasar Keperawatan ... 18

2.2.1. Pengkajian ... 18

2.2.2. Diagnosa Keperawatan ... 22

2.2.3. Intervensi Keperawatan ... 22

2.2.4. Evaluasi Keperawatan ... 39

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR KONSUL

(87)

AKADEMI KEPERAWATAN ARTA KABANJAHE

PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN LEMBAR KONSULTASI

NAMA : SANDRI E. PERANGIN-ANGIN

NIM : 2013.007

JUDUL : ASUHAN KEPERAWATAN PADA SISTEM

KARDIOVASKULER DENGAN HIPERTENSI TAHUN 2016 PEMBIMBING : ESRON NOPAN BARUS, S.Kep, Ns

No Hari / Tanggal Materi yang dikonsulkan

Pengajuan Judul ACC Judul

2 Selasa /

(88)

Referensi

Dokumen terkait

Elektrolit adalah senyawa yang dapat terdisosiasi ketika dilarutkan dalam air membentuk ion (anion dan kation) dan bersifat menghantarkan listrik.. Senyawa-senyawa seperti asam, basa,

Sebagai salah satu upaya yang dilakukan PT Pupuk Sriwidjaja Palembang dalam mencegah terjadinya kecelakaan kerja yaitu dengan melakukan pengendalian energi berupa sistem

(4) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini memberitahukan dimulainya dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik

Menurut FN (Formularium Nasional) edisi ke-2 suspensi adalah sediaan padat terdiri dari obat dalam bentuk serbuk halus, dengan ata tanpa zat tambahan, yang akan terdispersi

Faktor sosioekonomi ini juga merupakan penyebab dari peningkatan prevalensi Kebutaan akibat Trauma mata oleh karena rendahnya penghasilan masyarakat setempat yang pada

Mengkoordinasikan Mengkoordinasikan pelaksanaan pelaksanaan Program Program Pemberdayaan Pemberdayaan Masyarakat serta penarikan/pengembaliannya secara tertib bagi

Jumlah gula pereduksi optimum yang dihasilkan dari proses hidrolisis kulit buah durian menggunakan katalis asam sulfat lebih besar dibandingkan dengan menggunakan

 Intoksikasi akut merupakan fenomena peralihan yang timbul akibat penggunaan alcohol atau zat psikoaktif lain sehingga terjadi gangguan kesadaran, fungsi kognitif,