• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendewasaan Usia Kawin dan Hak-hak Reproduksi Bagi Remaja Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pendewasaan Usia Kawin dan Hak-hak Reproduksi Bagi Remaja Indonesia"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL

DIREKTORAT REMAJA DAN PERLINDUNGAN HAK-HAK REPRODUKSI JAKARTA 2008

D isia pk a n ole h :

Dr s. M. Masr i Muadz, MSc I r. Sit i Fat honah, MPH Dr s. Endang Agus Sapr i, MM

Dra. Laur ike Moeliono

Fin a lisa si ole h :

D ir e k t or a t Re m a j a da n Pe r lin du n ga n H a k - H a k Re pr odu k si

DAN HAK-HAK REPRODUKSI

(4)

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karuniaNya, sehingga Buku Pendewasan Usia Perkawinan dan Hak-Hak Reproduksi Bagi Remaja Indonesia dapat diterbitkan. Kami menyambut dengan gembira atas diterbitkannya buku ini. Diharapkan buku ini menjadi buku bacaan bagi para pembina, pengelola program KRR dan para remaja di seluruh Indonesia.

Dalam buku ini diuraikan tentang pendahuluan yang berisi tentang latar belakang, tujuan, sasaran dan ruang lingkup; hak – hak Reproduksi yang berisi tentang pengertian, jenis hak-hak reproduksi bagi remaja, masalah-masalah dan cara-cara pemenuhannya. Selanjut pada bab terakhir diuraikan tentang Pendewasaan Usia Perkawinan berisi tentang pengertian pendewasaan usia perkawinan, gambaran usia kawin di Indonesia dan pendewasaan usia perkawinan dan perencanaan keluarga.

(5)

buku Pendewasaan Usia Perkawinan dan Hak-Hak Reproduksi Bagi Remaja Indonesia ini, sehingga dapat disesuaikan dengan perkembangan program PUP dari waktu ke waktu, sesuai dengan perkembangan kebijakan dan program yang dilaksanakan.

Akhirnya kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang terlibat dalam proses penyiapan materi Pendewasaan Usia Perkawinan dan Hak-Hak Reproduksi Remaja di Indonesia. Semoga apa yang telah dilakukan dapat bermanfaat bagi generasi yang akan datang.

Jakarta, Oktober 2008 Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Rerpoduksi, BKKBN

(6)

Kata Pengantar ... i

Daftar Isi ... iii

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan... 3

C. Sasaran dan Ruang Lingkup... 4

D. Batasan dan Pengertian... 4

BAB II : HAK-HAK REPRODUKSIPADA REMAJA ... 9

A. Pengertian dan Jenis Hak-Hak-Reproduksi Pada Remaja ... 9

B. Masalah - Masalah Dalam Pemenuhan Hak Reproduksi Pada Remaja... 16

BAB III : PENDEWASAAN USIA PERKAWINAN... 19

A. Pengertian Pendewasaan Usia Perkawinan... 19

B. Gambaran Usia Kawin di Indonesia ... 20

C. Pendewasaan Usia Perkawinan dan Perencanaan Keluarga ... 20

1. Masa Menunda Perkawinan dan Kehamilan ... 22

2. Masa Menjarangkan Kehamilan... 23

3. Masa Mencegah Kehamilan... 24

BAB IV PENUTUP ... 27

(7)

A. Latar Belakang

Pada tahun 2008 diperkirakan jumlah penduduk Indonesia 227 juta, (Proyeksi Penduduk Indonesia tahun 2000-2025, BPS, BAPPENAS, UNFPA). Indonesia menghadapi banyak masalah berkaitan dengan bidang kependudukan yang dikhawatirkan akan menjadi masalah besar dalam pembangunan apabila tidak ditangani dengan baik. Sejalan dengan cita-cita mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan, maka sudah selayaknya kependudukan menjadi titik sentral dalam perencanaan pembangunan.

Permasalahan kependudukan pada dasarnya terkait dengan kuantitas, kualitas dan mobilitas penduduk. Undang-Undang No. 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera telah mengamanatkan perlunya pengendalian kuantitas, peningkatan kualitas dan pengarahan mobilitas penduduk agar mampu menjadi sumber daya yang tangguh bagi pembangunan dan ketahanan nasional.

(8)

didalam merencanakan keluarga, mereka dapat mempertimbangkan berbagai aspek berkaitan dengan kehidupan berkeluarga, kesiapan fisik, mental dan social-ekonomi serta menentukan jumlah dan jarak kelahiran. Tujuan PUP seperti ini berimplikasi pada perlunya peningkatan usia kawin yang lebih dewasa sehingga berdampak pada penurunan total fertility rate (TFR)

Program Pendewasaan Usia Perkawinan didalam pelaksanaannya telah diintegrasikan dengan program Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) yang merupakan salah satu program pokok Pembangunan Nasional yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM 2004-2009). Arah kebijakan Program Kesehatan Reproduksi Remaja adalah mewujudkan Tegar Remaja dalam rangka Tegar Keluarga untuk mencapai Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera. Tegar remaja adalah membangun setiap remaja Indonesia menjadi TEGAR, yaitu remaja yang menunda usia perkawinan, berperilaku sehat, menghindari resiko TRIAD KRR (Seksualitas, HIV dan AIDS dan NAPZA), menginternalisasi norma-norma keluarga kecil bahagia sejahtera dan menjadi contoh, idola, teladan dan model bagi remaja sebaya.

(9)

program KRR yang dilaksanakan melalui pengembangan faktor-faktor pendukung (promotive faktor) yaitu: asset, resources dan second chance. Program KRR apabila tidak dilaksanakan dengan pengembangan ke tiga faktor pendukung tersebut diatas akan mengakibatkan meningkatnya jumlah remaja yang bermasalah (RB). Sebaliknya apabila program KRR didukung oleh ketiga faktor pendukung, yaitu (1) peningkatan assets/capabilities remaja, yaitu segala sesuatu yang positif yang terdapat pada diri remaja (pengetahuan, sikap, perlaku, hobi, minat dan sebagainya), (2) pengembangan resources/opportunities, yaitu jaringan dan dukungan yang dapat diberikan kepada remaja dan program KRR oleh semua stakeholders terkait (orang tua, teman, sekolah, organisasi remaja, Pemerintah, media massa, dan sebagainya), (3) Pemberian pelayanan kedua/second chance

kepada remaja yang telah menjadi korban triad KRR, agar bisa sembuh dan kembali hidup normal. Program KRR dengan peningkatan dan pengembangan ketiga faktor tersebut akan menghasilkan Tegar Remaja (TR).

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

(10)

2. Tujuan Khusus

a. Meningkatkan pengetahuan pembina, pengelola program KRR dan remaja berkaitan dengan hak-hak reproduksi.

b. Meningkatkan pengetahuan pembina, pengelola program KRR dan remaja berkaitan dengan pendewasaan usia perkawinan

C. Sasaran dan Ruang Lingkup

1. Sasaran (audience)

Sasaran yang terkait dengan Buku Pendewasaan Usia Perkawinan ini adalah:

1) Pembina dan Pengelola program KRR (Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan, Kelurahan/Desa).

2) Remaja

2. Ruang Lingkup

Ruang Lingkup meliputi informasi mengenai jenis dan pengertian Hak-hak Reproduksi, masalah-masalah dalam pemenuhan hak reproduksi bagi remaja dan materi pendewasaan usia perkawinan (masa menunda kehamilan dan kelahiran, masa menjarangkan kehamilan dan masa mencegah kehamilan)

D. Pengertian dan Batasan

(11)

perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.

2. Kesehatan Reproduksi Remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem reproduksi (fungsi, komponen dan proses) yang dimiliki oleh remaja baik secara fisik, mental, emosional dan spiritual.

3. TRIAD KRR adalah tiga resiko yang dihadapi oleh remaja, yaitu resiko-resiko yang berkaitan dengan Seksualitas, Napza, HIV dan AIDS.

4. Resiko seksualitas adalah sikap dan perilaku seksual remaja yang berkaitan dengan Infeksi Menular Seksual (IMS), Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD), aborsi dan resiko perilaku seks sebelum nikah.

5. HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, yaitu virus yang menurunkan sistem kekebalan tubuh manusia.

6. AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome, yaitu kumpulan dari berbagai gejala penyakit akibat turunnya kekebalan tubuh individu yang didapat akibat HIV.

(12)

8. Program KRR adalah suatu program untuk memfasilitasi terwujudnya Tegar Remaja, yaitu remaja yang berperilaku sehat, terhindar dari risiko TRIAD (Seksualitas, Napza, HIV dan AIDS) menunda usia pernikahan, bercita-cita mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera serta menjadi contoh, model, idola dan sumber informasi bagi teman sebayanya.

9. Remaja (Adolescent) adalah penduduk usia 10–19 tahun (WHO), Pemuda (Youth) adalah penduduk usia 15-24 tahun (UNFPA), Orang Muda (Young people) adalah penduduk usia 10–24 tahun (UNFPA dan WHO), Generasi Muda (Young Generation) adalah penduduk usia 12-24 tahun (World Bank), Remaja sebagai sasaran program KRR adalah penduduk usia 10-24 tahun yang belum menikah.

10. Pendidik Sebaya KRR adalah remaja yang punya komitmen dan motivasi yang tinggi sebagai nara sumber bagi kelompok remaja sebayanya dan telah mengikuti pelatihan Pendidik Sebaya KRR dengan mempergunakan Modul dan Kurikulum standard yang telah disusun oleh BKKBN.

(13)

12. Pengelola PIK-KRR adalah pemuda/remaja yang punya komitmen dan mengelola langsung PIK-KRR serta telah mengikuti pelatihan dengan mempergunakan Modul dan Kurikulum standard yang telah disusun oleh BKKBN. Pengelola PIK-KRR terdiri dari Ketua, Penanggung Jawab Bidang Administrasi, Penanggung Jawab Bidang Program/kegiatan, Pendidik Sebaya dan Konselor Sebaya.

13. Pembina PIK-KRR adalah seseorang yang mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap masalah-masalah remaja, memberi dukungan dan aktif membina PIK-KRR, baik yang berasal dari Pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau organisasi pemuda/ remaja lainnya.

14. Tegar Remaja adalah remaja-remaja yang menunda usia pernikahan, berperilaku sehat, terhindar dari resiko Seksualitas, Napza, HIV dan AIDS, , bercita-cita mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera dan menjadi contoh, model, idola dan sumber informasi bagi teman sebayanya.

15. Life Skills menurut Undang-undang Sistim Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 adalah pendidikan non formal yang memberikan keterampilan non formal, sosial, intelektual/akademis, dan vokasional untuk bekerja secara mandiri.

(14)

pria maupun perempuan yang berkaitan dengan keadaan reproduksinya.

17. Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP) adalah upaya untuk meningkatkan usia pada perkawinan pertama, sehingga mencapai usia minimal pada saat perkawinan yaitu 20 tahun bagi wanita dan 25 tahun bagi pria. PUP bukan sekedar menunda sampai usia tertentu saja tetapi mengusahakan agar kehamilan pertamapun terjadi pada usia yang cukup dewasa. Bahkan harus diusahakan apabila seseorang gagal mendewasakan usia perkawinannya, maka penundaan kelahiran anak pertama harus dilakukan. Dalam istilah KIE disebut sebagai anjuran untuk mengubah bulan madu menjadi tahun madu.

(15)

A. Pengertian dan Jenis Hak-Hak Reproduksi

Hak reproduksi merupakan bagian dari hak azasi manusia yang melekat pada manusia sejak lahir dan dilindungi keberadaannya. Sehingga pengekangan terhadap hak reproduksi berarti pengekangan terhadap hak azasi manusia.

1. Pengertian Hak-hak Reproduksi

Hak reproduksi secara umum diartikan sebagai hak yang dimiliki oleh individu baik pria maupun perempuan yang berkaitan dengan keadaan reproduksinya.

2. Macam-macam Hak-hak reproduksi

Berdasarkan Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan (ICPD) di Kairo 1994, ditentukan ada 12 hak-hak reproduksi. Namun demikian, hak reproduksi bagi remaja yang paling dominan dan secara sosial dan budaya dapat diterima di Indonesia mencakup 11 hak, yaitu:

a. Hak mendapatkan informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi.

Setiap remaja berhak mendapatkan informasi dan pendidikan yang jelas dan benar tentang berbagai aspek terkait dengan masalah kesehatan reproduksi

(16)

b. Hak mendapatkan pelayanan dan perlindungan kesehatan reproduksi. Setiap remaja memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan dan perlindungan terkait dengan kehidupan reproduksinya termasuk terhindar dari resiko kematian akibat proses reproduksi.

Contoh: seorang remaja yang positif HIV berhak mendapatkan perawatan dan pelayanan ARV (Anti Retroviral) sehingga kemungkinan mengalami infeksi opportunities dapat diperkecil.

c. Hak untuk kebebasan berfikir tentang kesehatan reproduksi.

Setiap remaja berhak untuk berpikir atau mengungkapkan pikirannya tentang kehidupan yang diyakininya. Perbedaan yang ada harus diakui dan tidak boleh menyebabkan terjadinya kerugian atas diri yang bersangkutan. Orang lain dapat saja berupaya merubah pikiran atau keyakinan tersebut namun tidak dengan pemaksaan akan tetapi dengan melakukan upaya Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) atau advokasi.

(17)

mempertimbangkan berbagai hal sebagai dampak dari KIE dan advokasi yang dilakukan petugas.

d. Hak untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk termasuk perlindungan dari perkosaan, kekerasaan, penyiksaan dan pelecehan seksual.

Remaja laki-laki maupun perempuan berhak mendapatkan perlindungan dari kemungkinan berbagai perlakuan buruk di atas karena akan sangat berpengaruh pada kehidupan reproduksi.

Contoh: Perkosaan terhadap remaja putri misalnya dapat berdampak pada munculnya kehamilan yang tidak diinginkan oleh bersangkutan maupun oleh keluarga dan lingkungannya. Penganiayaan atau tindakan kekekerasan lainnya dapat berdampak pada trauma fisik maupun psikis yang kemudian dapat saja berpengaruh pada kehidupan reproduksinya.

e. Hak mendapatkan manfaat dari Kemajuan Ilmu Pengetahuan yang terkait dengan kesehatan reproduksi;

(18)

Contoh: Jika petugas mengetahui tentang Kesehatan Reproduksi Remaja, maka petugas berkewajiban untuk memberi informasi kepada remaja, karena mungkin pengetahuan tersebut adalah hal yang paling baru untuk remaja.

f. Hak untuk menentukan jumlah anak dan jarak kelahiran

Setiap orang berhak untuk menentukan jumlah anak yang dimilikinya serta jarak kelahiran yang diinginkan.

Contoh Dalam konteks program KB, pemerintah, masyarakat, dan lingkungan tidak boleh melakukan pemaksaan jika seseorang ingin memiliki anak dalam jumlah besar. Yang harus dilakukan adalah memberikan pemahaman sejelas-jelasnya dan sebenar-benarnya mengenai dampak negatif dari memiliki anak jumlah besar dan dampak positif dari memiliki jumlah anak sedikit. Jikapun klien berkeputusan untuk memiliki anak sedikit, hal tersebut harus merupakan keputusan klien itu sendiri.

g. Hak untuk hidup (hak untuk dilindungi dari kematian karena kehamilan dan proses melahirkan)

(19)

Contoh; Pada saat melahirkan seorang perempuan mempunyai hak untuk mengambil keputusan bagi dirinya secara cepat terutama jika proses kelahiran tersebut berisiko untuk terjadinya komplikasi atau bahkan kematian. Keluarga tidak boleh menghalang-halangi dengan berbagai alasan.

h. Hak atas kebebasan dan keamanan berkaitan dengan kehidupan reproduksi.

Hak ini terkait dengan adanya kebebasan berpikir dan menentukan sendiri kehidupan reproduksi yang dimiliki oleh seseorang. Contoh :Dalam konteks adanya hak tersebut, maka seseorang harus dijamin keamanannya agar tidak terjadi” pemaksaaan” atau “pengucilan” atau munculnya ketakutan dalam diri individu karena memiliki hak kebebasan tersebut.

i. Hak atas kerahasiaan pribadi dengan kehidupan reproduksinya

Setiap individu harus dijamin kerahasiaan kehidupan kesehatan reproduksinya misalnya informasi tentang kehidupan seksual, masa menstruasi dan lain sebagainya.

(20)

data tentang prosentase pemakaian alat kontrasepsi masih tetap dimungkinkan informasi tersebut dipublikasikan sepanjang tidak mencantumkan indentitas yang bersangkutan.

j. Hak membangun dan merencanakan keluarga

Setiap individu dijamin haknya; kapan, dimana, dengan siapa, serta bagaimana ia akan membangun keluarganya. Tentu saja kesemuanya ini tidak terlepas dari norma agama, sosial dan budaya yang berlaku (ingat tentang adanya kewajiban yang menyertai adanya hak reproduksi).

Contoh: Seseorang akan menikah dalam usia yang masih muda, maka petugas tidak bisa memaksa orang tersebut untuk membatalkan pernikahannya. Yang bisa diupayakan adalah memberi tahu orang tersebut tentang peraturan yang berlaku di Indonesia tentang batas usia terendah untuk menikah. Dan yang penting adalah memberitahu tentang dampak negatif dari menikah dan hamil pada usia muda.

k. Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam politik yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi

Setiap orang berhak untuk menyampaikan pendapat atau aspirasinya baik melalui pernyataan pribadi atau pernyataan melalui suatu kelompok atau partai politik yang berkaitan dengan kehidupan reproduksi.

(21)

penentangan atau persetujuan terhadap aborsi baik sebagai individu maupun bersama dengan kelompok. Yang perlu diingatkan adalah dalam menyampaikan pendapat atau aspirasi tersebut harus memperhatikan azas demokrasi dan dalam arti tidak boleh memaksakan kehendak dan menghargai pendapat orang lain serta taat kepada hukum dan peraturan peraturan yang berlaku.

l. Hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi dalam kehidupan berkeluarga dan kehidupan reproduksi.

Setiap orang tidak boleh mendapatkan perakukan diskriminatif berkaitan dengan kesehatan reproduksi karena ras, jenis kelamin, kondisi sosial ekonomi, keyakinan/agamanya dan kebangsaannya.

(22)

juga tidak boleh membedakan apakah seseoranng tersebut perempuan atau laki-laki. Hal ini disebut dengan diskriminasi gender.

B. Masalah-Masalah Dalam Pemenuhan Hak-Hak Reproduksi Pada Remaja.

(23)

Data diatas menunjukkan bahwa pengetahuan remaja tentang Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) masih sangat rendah karena terbatasnya akses informasi KRR kepada remaja.

(24)
(25)

A. Pengertian Pendewasaan Usia Perkawinan

Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP) adalah upaya untuk meningkatkan usia pada perkawinan pertama, sehingga mencapai usia minimal pada saat perkawinan yaitu 20 tahun bagi wanita dan 25 tahun bagi pria. PUP bukan sekedar menunda sampai usia tertentu saja tetapi mengusahakan agar kehamilan pertamapun terjadi pada usia yang cukup dewasa. Bahkan harus diusahakan apabila seseorang gagal mendewasakan usia perkawinannya, maka penundaan kelahiran anak pertama harus dilakukan. Dalam istilah KIE disebut sebagai anjuran untuk mengubah bulan madu menjadi tahun madu.

Pendewasaan usia perkawinan merupakan bagian dari program Keluarga Berencana Nasional. Program PUP memberikan dampak pada peningkatan umur kawin pertama yang pada gilirannya akan menurunkan Total Fertility Rate (TFR).

(26)

kehamilan, 2) Masa menjarangkan kehamilan dan, 3) Masa mencegah kehamilan. Kerangka ini dapat dilihat seperti bagan dibawah ini.

Dari bagan tersebut yang terkait langsung dengan pendewasaan usia kawin adalah bagian pertama dari keseluruhan kerangka program pendewasaan usia kawin dan perencanaan keluarga. Bagian kedua dan ketiga dari kerangka dimaksud adalah untuk pasangan usia subur. Informasi berkaitan dengan masa menjarangkan kehamilan dan masa mencegah kehamilan, perlu disampaikan kepada para remaja agar informasi tersebut menjadi bagian dari persiapan mereka untuk memasuki kehidupan berkeluarga. Dibawah ini akan diuraikan ciri dan langkah-langkah yang diperlukan bagi remaja apabila memasuki ketiga masa reproduksi tersebut.

20 th 35 th

Masa Menunda Perkawinan dan Kehamilan

Masa menjarangkan Kehamilan

Masa mencegah Kehamilan

(27)

• Timbulnya kesulitan persalinan

• Bayi lahir sebelum waktunya

• Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)

• Fistula Vesikovaginal (merembesnya air seni ke

vagina)

• Fistula Retrovaginal ( keluarnya gas dan feses/tinja

ke vagina)

• Kanker leher rahim

Penundaan kehamilan pada usia dibawah 20 tahun ini dianjurkan dengan menggunakan alat kontrasepsi sebagai berikut:

a) Prioritas kontrasepsi adalah oral pil, oleh karena peserta masih muda dan sehat

b) Kondom kurang menguntungkan, karena pasangan sering bersenggama (frekuensi tinggi) sehingga akan mempunyai kegagalan tinggi.

c) AKDR/Spiral/IUD bagi yang belum mempunyai anak merupakan pilihan kedua. AKDR/Spiral/IUD yang digunakan harus dengan ukuran terkecil.

2. Masa Menjarangkan kehamilan

(28)

b) Pilihan ke dua kontrasepsi adalah IUD/AKDR/Spiral

(29)

Buku Pendewasaan Usia Perkawinan dan Hak-Hak Reproduksi Bagi Remaja Indonesia ini disiapkan sebagai informasi dasar materi program KRR. Oleh sebab itu materi pendewasaan usia perkawinan ini diharapkan dapat dibaca dan dipelajari oleh : 1). Para remaja, 2). Para Pembina dan Pengelola Program KRR dan 3). Para Pembina dan Pengelola PIK-KRR sendiri (ketua, penanggung jawab administrasi, penanggung jawab program/ kegiatan, pendidik sebaya dan konselor sebaya). Sehingga dengan demikian infomasi tentang Pendewasaan Usia Perkawinan bisa disampaikan secara lebih luas dan dalam kepada para remaja. Dapat dibaca dan dipelajari langsung oleh para remaja.

(30)
(31)

BKKBN, Advokasi dan KIE Program KB, Jakarta, 2006

BKKBN, Buku Tanya Jawab Hak-Hak Reproduksi, Jakarta, 2002

BKKBN, Remaja Memahami Dirinya, Jakarta, 2002

BKKBN, Lembar Balik Tentang Penggunaan Alat Kontrasepsi, Jakarta, 2006

BKKBN, Pendidikan Keluarga Berencana, buku paket 2, Jakarta, 1979

BKKBN, Panduan Pengelolaan Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja, Jakarta, 2008

(32)
(33)

perkawinan pertama, sehingga mencapai usia

minimal pada saat perkawinan yaitu 20 tahun

bagi wanita dan 25 tahun bagi pria.

PUP bukan sekedar menunda sampai usia

tertentu saja, tetapi mengusahakan agar

kehamilan pertama pun terjadi pada usia yang

cukup dewasa. bahkan harus diusahakan

apabila seseorang gagal mendewasakan usia

perkawinannya, maka penundaan kelahiran

anak pertama harus dilakukan. Dalam istilah

kita disebut sebagai anjuran mental mengubah

Referensi

Dokumen terkait

Mendapatkan deskripsi data tentang peran apa saja yang sudah dilakukan oleh PKK dalam pendewasaan usia perkawinan pada warga Desa Jaya Mekar Kecamatan Padalarang

Upaya Promosi Kesehatan Pendewasaan Usia Perkawinan Oleh Pusat Informasi Konseling Ditinjau Dari Teori Precede-Proceed; Dina Mei wahyuningrum; 092110101068; 2014; 120 halaman;

Gagasan program pendewasaan usia perkawinan oleh badan kependudukan dan keluarga berencana ini merupakan upaya untuk meningkatkan usia pada saat perkawinan pertama yakni

Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh pemberian video pendewasaan usia perkawinan terhadap tingkat pengetahuan tentang dampak perkawinan usia dini pada remaja

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pambudi & Rahmasari 2017 tentang “Pengaruh Pemberian Video Pendewasaan Usia Perkawinan Terhadap Tingkat Pengetahuan

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pambudi & Rahmasari, 2017 tentang “Pengaruh Pemberian Video Pendewasaan Usia Perkawinan Terhadap Tingkat Pengetahuan

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa promosi pendewasaan usia perkawinan melalui Program Adolescent Mobile Health Adem Health lebih efektif untuk meningkatkan pengetahuan dan

Metode untuk mencegah dan mengatasi permasalahan ini adalah dengan memberikan peningkatan pengetahuan tentang Program pendewasaan usia perkawinan, pada remaja, tujuan pengabdian ini