• Tidak ada hasil yang ditemukan

221 Pengaruh Information Sharing terhadap Kinerja Rantai Pasokan Dimoderasi oleh Variabel Distorsi Informasi (Studi pada Pengusaha Bakso Daging Sapi di Kabupaten Lebak, Banten) Fikri Fachrizal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "221 Pengaruh Information Sharing terhadap Kinerja Rantai Pasokan Dimoderasi oleh Variabel Distorsi Informasi (Studi pada Pengusaha Bakso Daging Sapi di Kabupaten Lebak, Banten) Fikri Fachrizal"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

221 Pengaruh Information Sharing terhadap Kinerja Rantai Pasokan Dimoderasi oleh

Variabel Distorsi Informasi

(Studi pada Pengusaha Bakso Daging Sapi di Kabupaten Lebak, Banten)

Fikri Fachrizal1, Yanto Azie Setya2

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Abstract

Maintain good correlation between the business partners is one of the most important things in build supply chain management. The success of supply chain management cam be seen from how significant the improvement of supply chain performance based on good correlation. This study aims to determine the effect of the correlation between information sharing on supply chain performance that is moderated by variable distortion information. The method that used in this research is quantitative method by descriptive research type. The Respondent in this research are the Entrepreneur of meatball beef by taking 30 samlples that adjusted from each constructed construct. The sample is taking by using porpusive sampling technique. The results of this study indicate that information sharing has a positive and significant impact on supply chain performance, the correlation between information sharing on supply chain performance moderated by information distortion has negative and insignificant effect.

Keywords : Distortion of Information, Information Sharing, Supply Chain Management, Supply Chain Performance.

Corresponding Author: tbffachrizal@gmail.com

PENDAHULUAN

Saat ini pengukuran kinerja rantai pasokan menjadi salah satu aspek sangat penting

bagi manajemen kinerja dan perbaikan rantai pasokan secara berkelanjutan. (Carton dalam

Suharto dan Devie, 2013). Koordinasi, korporasi, dan berkolaborasi tuntutan dalam proses

peningkatan kinerja rantai pasokan perusahaan. Pengujian kinerja rantai pasokan tersebut

acuannya menggunakan sebuah model SCOR (Supply Chain Operation Reference) yang

dikembangkan oleh Supply Chain Council (SCC). Model yang mengintegrasikan tiga

(2)

222 measurenment (Anantan, 2012). Pengembangan supply chain management dibentuk sebagai

sarana pengelolaan organisasi yang terpisah yang mempunyai hubungan dengan mitra usaha

lain terkait dalam upstream dan downstream dalam operasi yang berbeda untuk

menghasilkan nilai produk (Anantan & Ellitan, 2008). Heizer & Rander (2005) menegaskan

untuk mendukung strategi perusahaan secara keseluruhan perlu mempertimbangkan

permasalahan rantai pasokan yang ada pada perusahaan.

Indonesia memiliki beragam kuliner menarik dengan cita rasa yang lezat. Bakso

merupakan salah satu dari sekian banyak makanan khas yang selalu digemari oleh

masyarakat sejak dulu hingga kini. Namun dalam proses operasi usahanya, menurut sebagian

para Pengusaha bakso ini mengatakan sering dihadapkan dengan berbagai permasalahan,

diantaranya terbatasnya modal kerja, minimnya pemasaran produk, dan pengadaan pasokan

daging. Pengusaha bakso daging sapi ini sering berfokus pada downstream tanpa

memperhatikan hubungan dengan upstream sehingga seringkali mengalami keterhambatan

pengadaan daging sapi yang berkesinambungan (Anantan, 2012).

Sumber : Data BPS yang telah diolah

Gambar 1 Data Produksi Daging Sapi Berdasarkan Wilayah di Provinsi Banten Tahun 2015

Gambar 1 menunjukan kontribusi produksi daging sapi per wilayah di Provinsi

Banten, dimana Kabupaten Pandeglang hanya mampu memproduksi daging sapi sekitar

243.932 kg atau 1% dari total keseluruhan produksi di provinsi Banten. Disusul dengan

Kabupaten Lebak yang mampu memproduksi sekitar 436.481 kg atau 1% dari total

keseluruhan produksi di Provinsi Banten. Dibandingkan dengan Kota Tangerang yang

mampu berkontribusi memproduksi daging sapi sekitar 17.742.649 atau 48% dari total

(3)

223 Menurut La Londe dalam Anantan (2012) mengemukakan bahwa informartion

sharing merupakan salah satu “building blocks” yang menunjukkan hubungan antar mitra

usaha tergabung dalam rantai pasokan. Pengusaha bakso dapat memperoleh informasi

tentang apa yang diinginkan konsumen, memperbaiki operasi produk, dan kesenjangan

waktu dalam rantai pasokan (Lee, 2000 ; Mentzer, 2004 dalam Ganika, 2014).

Namun dalam implementasi koordinasi antar mitra usaha satu dengan yang lainnya

terkadang mengalami distorsi informasi. Distorsi informasi ini menjadi salah satu masalah,

adanya fluktuasi hasil permintaan ke upstream suppliers semakin besar sedangkan

permintaan di tingkat retail cukup stabil. Atau sebaliknya, downstream suppliers mengalami

over capacity atau down capacity sehingga akan menghambat proses operasinya (Hendriks,

2010). Fenomena ini biasa disebut dengan Bullwhip Effect. Pembagian informasi yang buruk

akan mengakibatkan turunnya kinerja terhadap supply chain management tersebut. Untuk

itu, perlu adanya antisipasi atau penekanan dalam aspek komunikasi rantai pasokan.

Menjalin hubungan dengan upstream dibangun secara sehat dan terpelihara, karena

tingkat ketergantungan antara Pengusaha bakso dengan suppliers sangat tinggi dan bersifat

jangka panjang karena Pengusaha bakso melakukan sebuah kegiatan logistik yang dapat

meningkatkan keunggulan kompetitif terhadap produk yang dihasilkan (Mahardhika, 2014).

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah pengaruh information sharing terhadap kinerja rantai pasokan?

2. Bagaimanakah pengaruh distorsi informasi sebagai variabel moderating dalam hubungan antara information sharing terhadap kinerja rantai pasokan?

TINJAUAN LITERATUR

Kinerja merupakan tingkat pencapaian pelaksanaan tugas dalam organisasi,

mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi tersebut (Bastian dalam Suharto &

Devie, 2013). Menurut Pujawan (2005), kinerja rantai pasokan merupakan sistem

pengukuran kinerja dengan sebuah alat ukur yang dapat digunakan untuk memonitor kinerja

secara bersama antara satu organisasi dengan organisasi lainnya pada sebuah rantai pasokan.

Sistem pengukuran kinerja diperlukan untuk melakukan pengawasan dan pengendalian,

(4)

224 posisi suatu organisasi terhadap pesaing maupun terhadap tujuan yang hendak dicapai, dan

menentukan arah perbaikan untuk menciptakan keunggulan dalam bersaing. Adapun salah

satu model pengukuran kinerja rantai pasokan yaitu SCOR (Supply Chain Operation

Reference) yang mengintegrasikan tiga elemen utama diantaranya business processs

reengineering, benchmarking, dan process measurement untuk meningkatkan kinerja rantai

pasokan Pengusaha bakso daging sapi. Pada dasarnya model SCOR didasarkan pada 3 (tiga)

tujuan utama yaitu Pertama, business process reengineering merupakan proses kompleks

yang terjadi pada saat ini dan mendefinisikan proses yang diinginkan. Kedua, benchmarking

adalah kegiatan untuk mendapatkan data kinerja rantai pasokan dari Pengusaha bakso daging

sapi sejenis. Ketiga, process measurenment berfungsi untuk mengukur, mengendalikan dan

memperbaiki proses supply chain management (Anantan & Ellitan, 2008).

Menurut Lalonde And Master dalam Ganika (2014) rantai pasokan merupakan arus

material yang diintegrasikan pada beberapa usaha bisnis yang berbeda. Pada aktivitas rantai

pasokan terdiri dari beberapa organisasi yang terpisah terhubung dalam pengelolaan produk

dan disalurkan kepada konsumen akhir.

Menurut Heizer & Rander (2005) mendefinisikan manajemen rantai pasokan

sebagai kegiatan pengelolaan bahan mentah menjadi bahan setengah jadi dan barang jadi

kemudian mengirimkan produk tersebut dengan sistem distribusi kepada konsumen.

Kegiatan ini merupakan strategi organisasi dalam integrasi rantai nilai dan keputusan, maka

kinerja harus ditingkatkan di seluruh sistem rantai pasokan (Tan, 2001).

Dalam membangun sebuah supply chain management, Pengusaha bakso daging sapi

harus berfokus pada proses koordinasi dalam mencapai kinerja organisasi, komunikasi yang

baik dalam tahap yang berbeda dari rantai pasokan sering menciptakan situasi yang

menonjolkan nilai koordinasi bagi kedua belah pihak. Pengusaha bakso daging sapi sering

tidak melakukan komunikasi atau berbagi informasi dengan anggota rantai pasokan daging

sapi sehingga Pengusaha bakso daging sapi akan mengalami keterhambatan operasi rantai

pasokan secara efektif. Koordinasi tidak akan tercapai tanpa semua pihak yang terlibat

mencurahkan sumber daya manajerial yang penting dalam upaya ini. Karena Pengusaha

bakso daging sapi menganggap bahwa koordinasi adalah semua elemen rantai pasokan harus

(5)

225 Information sharing merupakan konsep yang sangat luas. Hal ini dimungkinkan

untuk menjelaskan information sharing pada tingkat yang berbeda dan dengan cara yang

berbeda. Menurut Ariani & Dwiyanto (2013) information sharing adalah intensitas dan

kapasitas Pengusaha bakso daging sapi dalam interaksinya untuk saling berbagi informasi

dalam mengambil keputusan yang harus diambil secara tepat, cepat, dan memiliki kualitas

yang baik kepada para anggota rantai pasokan daging sapi yang berkaitan strategi bisnis

bersama. Berbagi informasi antar anggota rantai pasokan dapat berupa strategi, kondisi pasar

secara umum, dan informasi mengenai bahan baku (Suharto & Devie, 2013). Ini terjadi

karena adanya pengaturan dan koordinasi mitra usaha yang berbeda dalam rantai pasokan

untuk melakukan alokasi persediaan, tetap dalam jalur dan memberikan pengetahuan tentang

bottlenecks dalam rantai pasokan (Hendriks, 2010).

Salah satu permasalahan dalam menciptakan supply chain yang efesien yaitu sering

terjadinya distorsi informasi. Anantan & Ellitan (2008) menegaskan bahwa distorsi

informasi ini aliran informasi dari hilir yang tidak tepat dapat menimbulkan banyak masalah

yang berdampak pada jumlah biaya produksi, misalnya kemungkinan stock-out yang dapat

menyebabkan cash-order, terjadinya kelebihan stock akan menyebabkan phantom-order.

Fenomena yang sering terjadi bila mengalami distorsi informasi yaitu fenomena buillwhip

effect. Bullwhip effect merupakan peramalan jumlah permintaan yang terjadi akan semakin

berfluktuasi jika sistem informasi dalam supply chain management buruk, artinya koordinasi

yang dijalankan antar anggota dalam rantai pasokan seringkali mengalami kendala yang

berkaitan dengan kurangnya berbagi informasi antar Pengusaha bakso daging sapi dengan

mitra usaha daging sapi dalam rantai pasokannya (Ganika, 2014).

Gambar 2 menunjukkan model penelitian manajemen rantai pasokan yang dalam

penelitian ini. Model penelitian menjelaskan bahwa information sharing yang meliputi 3

dimensi utama adalah pembagian informasi dalam segi finansial, produksi, dan desain;

bertukar informasi secara berkesinambungan; dan informasi dapat membantu setiap pihak

terkait yang memiliki pengaruh terhadap kinerja rantai pasokan (Ariani & Dwiyanto, 2013).

Adapun model yang akan dikembangkan dalam penelitian menunjukkan hubungan antara

information sharing terhadap kinerja rantai pasokan dimoderasi oleh variabel distorsi

(6)

226 Gambar 2 Model Penelitian

Sumber : Data yang diolah

Penelitian yang dilakukan oleh Ariani & Dwiyanto (2013) menyatakan bahwa

untuk meningkatkan kinerja rantai pasokan perlu adanya strategi supply chain management

salah satu cara dengan information sharing. Information sharing dapat membantu

perusahaan dalam memperbaiki inefesiensi rantai pasokan dan merupakan faktor yang

paling penting untuk mencapai koordinasi yang efektif dan sebagai pengendali di seluruh

rantai pasokan. Information sharing menjamin tersedianya data dengan tepat waktu sehingga

data yang dimiliki dapat dibagikan ke seluruh anggota rantai pasokan, bilamana terjadinya

perubahan kebutuhan atau keinginan konsumen maka akan direspon dengan fleksibilitas.

Kualitas informasi juga sangat dibutuhkan karena informasi yang cepat tapi tidak berkualitas

maka akan mempengaruhi kepercayaan antar anggota rantai pasokan yang berdampak pada

peramalan produksi. Oleh karena itu, pemahaman faktor-faktor yang mempengaruhi

information sharing untuk menunjang kinerja rantai pasokan. Sehingga dapat ditarik

hipotesis :

H1 : Information sharing (pembagian informasi) berpengaruh positif terhadap kinerja rantai pasokan.

Dalam penelitian Hendriks (2010) bahwasannya perusahaan akan mampu

mengatasi distorsi dengan melakukan komunikasi yang baik dalam menjunjung kolaborasi

yang kuat dan akan berdampak pada tingkat kinerja dalam rantai pasokan. Penekanan pada

distorsi informasi harus segera dilakukan dengan kebijakan perusahaan untuk mendorong

penyelarasan insentif rantai pasokan. Dengan demikian, pengaruh distorsi informasi harus Information Sharing

1. Pembagian informasi dalam segi finansial, produksi, dan desain;

2. Bertukar informasi secara berkesinambungan;

3. Informasi dapat membantu setiap pihak terkait.

(Ariani & Dwiyanto, 2013)

Kinerja Rantai

(7)

227 diantisipasi karena akan melemahkan hubungan antara information sharing dan kinerja

rantai pasokan.

H2 : Distorsi informasi berpengaruh negatif terhadap hubungan antara information sharing dan kinerja rantai pasokan.

METODE PENELITIAN

Populasi penelitian meliputi Pengusaha bakso daging sapi di Kabupaten Lebak

Provinsi Banten. Sehubungan populasi sangat besar, peneliti tidak mungkin mempelajari

semua yang ada pada populasi, misalnya ada keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka

peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi. Menurut Hair et al dalam

(Abdillah & Hartono, 2015) pengambilan sampel untuk model prediksi didasarkan pada

jumlah sampel setidaknya 10 sampel untuk tiap variabel laten yang diukur. Dalam penelitian

ini memiliki 3 variabel laten yaitu information sharing, kinerja rantai pasokan, dan distorsi

informasi sehingga sampel berjumlah 30 sampel. Sampel ditentukan dengan teknik

porpusive sampling yang ditunjukkan kepada Pengusaha Bakso daging atau Pengadaan

daging sapi untuk proses pembuatan bakso. Data primer diperoleh melalui observasi,

wawancara, dan penyebaran kuesioner kepada Pengusaha bakso daging sapi. Data sekunder

diperoleh melalui penelitian terdahulu, studi pustaka, jurnal-jurnal, dan website.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan skala pengukuran dengan menggunakan

rating-scale. Rating-scale sifatnya fleksibel, tidak ada batasan untuk pengukuran sikap tetapi

lebih mengukur resepsi responden terhadap fenomena lainnya (Sugiyono, 2014). Adapun

jenis rating-scale yang akan digunakan yaitu descriptive rating-scale berupa skor disertai

skala yang berupa keterangan. Information sharing adalah intensitas dan kapasitas

perusahaan dalam interaksinya untuk saling berbagi informasi dalam mengambil keputusan

yang harus diambil secara tepat, cepat, dan memiliki kualitas yang baik kepada para anggota

rantai pasokan yang berkaitan strategi bisnis bersama. Information sharing dalam penelitian

ini meliputi : pembagian informasi dalam segi finansial, produksi, dan desain; bertukar

informasi secara berkesinambungan; dan informasi dapat membantu setiap pihak terkait

(Ariani & Dwiyanto, 2013). Kinerja rantai pasokan mengintegrasikan tiga elemen utama

dalam manajemen rantai pasokan yaitu business process reengineering (BPR),

(8)

228 penelitian ini meliputi : Reliabilitas, responsiveness, fleksibilitas, biaya, dan aset (Anantan

& Ellitan, 2008). Suatu keadaan yang terjadi dalam supply chain, dimana permintaan dari

customer mengalami perubahan, baik semakin banyak atau semakin sedikit, sehingga

mengakibatkan distorsi permintaan dari setiap stage supply Chain. Distorsi informasi dalam

penelitian ini meliputi : Peramalan, akumulasi permintaan, fluktuasi harga, penjatahan

(Barung, 2011).

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Tingkat Pengembalian Data dan Karakteristik Responden

Penelitian dilakukan kepada Pengusaha bakso daging sapi di daerah Kabupaten

Lebak dengan menyebarkan kuesioner. Adapun hasil penyebaran kuesioner disajikan dalam

sebuah tabel sebagai berikut :

Tabel 1 Penyebaran Hasil Kuesioner

Klasifikasi Kuesioner Jumlah

Jumlah kuesioner yang disebar 30

Jumlah kuesioner yang kembali 30

Jumlah yang akan diolah 30

Sumber : Hasil Survey

Berdasarkan tabel diatas didapat jumlah kuesioner yang disebar adalah 30 kuesioner,

jumlah kuesioner yang kembali adalah 30. Dari jumlah kuesioner yang kembali, hasil

kuesioner yang akan diolah yaitu 30 responden yang digunakan sebagai data primer.

Adapun karakteristik responden yang ada pada penelitian ini merupakan informasi

mengenai lama usaha, pendidikan akhir, komunikasi dengan pemasok, dan jumlah sapi

pemasok daging sapi. Responden dalam penelitian ini adalah 30 Pengusaha bakso daging

sapi di Kabupaten Lebak dijelaskan melalui tabel sebagai berikut :

Tabel 2 Presentase Karakteristik

Karakteristik Presentase

Lama usaha 1. 1-10 tahun : 33%;

2. 11-20 tahun : 33%; 3. 21-30 tahun : 27%; 4. > 30 tahun : 7%.

Pendidikan akhir 1. SD : 43%;

(9)

229

Komunikasi dengan pemasok 1. Handphone : 33%;

2. Langsung : 67%; 3. Lainnya : 0%.

Jumlah sapi pemasok daging sapi 1. 1 Pemasok daging sapi : 50 %; 2. 2 Pemasok daging sapi : 37%; 3. 3 Pemasok daging sapi : 3%; 4. 5 Pemasok daging sapi : 7%; 5. 10 Pemasok daging sapi : 3%. Persentase berdasarkan jumlah dari 30 responden.

Sumber : Data kuesioner yang diolah

2. Pengujian Validitas dan Realibilitas (Outer Model)

Hasil pengujian validitas dan realibilitas instrumen disajikan dalam tabel 3. Hasil

studi ini menunjukkan uji validitas yang drop out atau menghapus indikator yang tidak

memenuhi validitas konvergen dan diskriminasi yang membangun satu variabel

konstruknya. Adapun indikator yang drop out dari tiap konstruk pada proses urutan yang

dibentuk sebagai berikut :

Tabel 3 Indikator dropped dalam konstruk

Tahapan Variabel

Konstruk Indikator

Outer

Loadings Keterangan

1. Information Sharing

X32 0.436 a. Skor loading < 0.50 b. AVE < 0.50

c. Terdapat cross loading < 0.50 pada information sharing sebesar 0.434, kinerja rantai pasokan sebesar 0.239 dan distorsi informasi sebesar 0.189

(10)

230 0.50 pada information sharing sebesar -0.122, kinerja rantai pasokan sebesar -0.042 dan distorsi informasi sebesar 0.051

3. Kinerja 0.50 pada information sharing sebesar 0.079, kinerja rantai pasokan sebesar 0.043 dan distorsi informasi sebesar 0.029

4. Distorsi

Informasi

M22 -0.460 a. Skor loading < 0.50 b. AVE < 0.50

c. Terdapat cross loading < 0.50 pada information sharing sebesar -0.119, kinerja rantai pasokan sebesar -0.358 dan distorsi 0.50 pada information sharing sebesar -0.126, kinerja rantai pasokan sebesar -0.171 dan distorsi 0.50 pada information sharing sebesar 0.241, kinerja rantai pasokan sebesar 0.294 dan distorsi informasi sebesar 0.311

(11)

231

c. Terdapat cross loading > 0.50

pada distorsi informasi

sebesar 0.611 sedangkan

kinerja rantai pasokan sebesar 0.387 dan information sharing

sebesar 0.072 < 0.50 0.50 pada information sharing sebesar -0.171, kinerja rantai pasokan sebesar -0.077 dan distorsi distorsi informasi sedangkan EVA < 0.50 terdapat pada

information sharing dan

kinerja rantai pasokan

c. Terdapat cross loading < 0.50 pada information sharing sebesar -0.407, kinerja rantai pasokan sebesar -0.477 dan distorsi distorsi informasi sedangkan EVA < 0.50 terdapat pada

information sharing dan

kinerja rantai pasokan

c. Terdapat cross loading < 0.50 pada information sharing sebesar 0.293, kinerja rantai pasokan sebesar 0.446 dan distorsi informasi sebesar 0,297

(12)

232 terdapat pada information sharing dan kinerja rantai pasokan

c. Terdapat cross loading < 0.50 pada information sharing sebesar 0.431, kinerja rantai pasokan sebesar 0.442 dan distorsi informasi sebesar 0,171 12. Information terdapat pada information sharing dan kinerja rantai pasokan

c. Terdapat cross loading < 0.50 pada information sharing sebesar 0.474, kinerja rantai pasokan sebesar 0.071 dan distorsi informasi sebesar 0,262.

13. Kinerja terdapat pada information sharing dan kinerja rantai pasokan

c. Terdapat cross loading < 0.50 pada information sharing sebesar 0.471, kinerja rantai pasokan sebesar 0.494 dan distorsi informasi sebesar 0,361

(Bersambung)

(13)

233 terdapat pada information sharing dan kinerja rantai pasokan

c. Terdapat cross loading < 0.50 pada information sharing sebesar 0.409, kinerja rantai pasokan sebesar 0.499 dan distorsi informasi sebesar 0,355 15. Information terdapat pada information sharing dan kinerja rantai pasokan

c. Terdapat cross loading < 0.50 pada information sharing sebesar 0.493, kinerja rantai pasokan sebesar 0.261 dan distorsi informasi sebesar 0,255

16. Distorsi terdapat pada information sharing dan kinerja rantai pasokan

c. Terdapat cross loading < 0.50 pada information sharing sebesar 0.217, kinerja rantai pasokan sebesar 0.006 dan distorsi informasi sebesar 0,465

(14)

234 b. EVA > 0.50 terdapat pada

distorsi informasi sedangkan EVA < 0.50 terdapat pada information sharing dan kinerja rantai pasokan

c. Terdapat cross loading > 0.50 pada information sharing sebesar 0.520 sedangkan distorsi informasi sebesar 0.282 dan kinerja rantai b. EVA > 0.50 terdapat pada

kinerja rantai pasokan dan distorsi informasi sedangkan EVA < 0.50 terdapat pada information sharing

c. Terdapat cross loading < 0.50 pada information sharing sebesar 0.337, kinerja rantai pasokan sebesar 0.490 dan distorsi informasi sebesar 0,262 19. Informatio

n Sharing

X34 0.485 a. Skor loading < 0.50 b. EVA > 0.50 terdapat pada

nformation sharing, kinerja rantai pasokan dan distorsi informasi c. Terdapat cross loading <

0.50 pada information sharing sebesar 0.485, kinerja rantai pasokan sebesar 0.410, dan distorsi informasi sebesar 0.338

(15)

235

nformation sharing, kinerja rantai pasokan dan distorsi informasi

c. Terdapat cross loading <

0.50 pada information

sharing sebesar 0.475, kinerja rantai pasokan sebesar 0.384 dan distorsi informasi sebesar 0,263

21. Kinerja

Rantai Pasokan

Y15 0.483 a. Skor loading < 0.50

b. EVA > 0.50 terdapat pada

nformation sharing, kinerja rantai pasokan dan distorsi informasi

c. Terdapat cross loading <

0.50 pada information

sharing sebesar 0.058, kinerja rantai pasokan sebesar 0.483 dan distorsi informasi sebesar 0,445

22. Kinerja

Rantai Pasokan

Y14 0.872 a. Skor loading > 0.50 b. EVA > 0.50 terdapat pada

nformation sharing, kinerja rantai pasokan dan distorsi informasi

c. Terdapat cross loading >

0.50 pada information

sharing sebesar 0.718, kinerja rantai pasokan sebesar 0.872 sedangkan distorsi informasi sebesar 0,228 < 0.50

23. Information

Sharing

X22 0.585 a. Skor loading > 0.50

b. EVA > 0.50 terdapat pada

information sharing, kinerja rantai pasokan dan distorsi informasi

c. Terdapat cross loading > 0.50 pada information sharing

sebesar 0.585 sedangkan kinerja rantai pasokan sebesar 0.311 dan distorsi informasi sebesar 0,070 < 0.50

(16)

236 (Sambungan)

Tahapan Variabel

Konstruk Indikator

Outer

Loadings Keterangan

24. Information

Sharing

X23 0.459 a. Skor loading < 0.50 b. EVA > 0.50 terdapat pada

information sharing, kinerja rantai pasokan dan distorsi informasi c. Terdapat cross loading <

0.50 pada information sharing sebesar 0.459, kinerja rantai pasokan sebesar 0.327 dan distorsi informasi sebesar 0,055 Sumber : Hasil Pengolahan Data PLS

Selanjutnya, uji realibiltas untuk mengukur konsistensi dari sebuah alat ukur yang

menunjukkan akurasi, konsistensi, dan ketetapan suatu alat ukur (Abdillah & Hartono,

2015). Berdasarkan tabel 4 menunjukkan nilai cronbachs alpha dan composite realibility

dari asing-masing konstruk > 0.70 sehingga dapat dinyatakan bahwa alat ukur yang dipakai

dalam penelitian ini adalah reliable.

Tabel 4 Uji Realibilitas

Konstruk Cronbachs Alpha Composite Realibility

Information Sharing 0.883 0.919

Kinerja Rantai Pasokan 0.763 0.854

Distorsi Informasi 0.765 0.864

Sumber : Hasil Pengolahan Data PLS

3. Model Struktural (Inner Model)

Model struktural dievalusi dengan menggunakan 𝑅2 untuk variabel dependen

dan nilai koefisien pada Path untuk variabel independen yang kemudian dinilai

signifikansinya berdasarkan t-statistic setiap Path. Adapun model struktural penelitian

(17)

237 Gambar 2 Tampilan Output Model Struktural

Sumber : Hasil Pengolahan Data PLS

Berdasarkan tabel 5, dapat disimpulkan bahwa model struktural menunjukkan kinerja

rantai pasokan memiliki 𝑅2 sebesar 0.277 yang berarti 27.7% variance kinerja rantai

pasokan dijelaskan oleh variabel konstruk information sharing dan distorsi informasi.

Tabel 5 Hasil Uji 𝑹𝟐

Variabel Konstruk 𝑹𝟐 Adjusted

Kinerja Rantai Pasokan 0.277

Sumber :Hasil Pengolahan Data PLS

Uji hipotesis dilakukan dengan melihat t-statistik dan path-coefficient. Nilai t-statistik

menunjukkan signifikansi konstruk, sedangkan path-coefficient menunjukkan sifat

hubungan antar konstruk.

Tabel 6 Hasil Uji Hipotesis t-Statistik pada Signifikasi 5% dan 1%

Konstruk Original Sample

Sample Mean

Standard Deviation

T Statistic

P Values

DI > KRP 0.343 0.378 0.176 1.943 0.053

IF > KRP 0.498 0.477 0.165 3.012 0.003

MO > KRP -0.048 -0.022 0.183 0.262 0.793

Sumber : Hasil Pengolahan Data PLS

Berdasarkan tabel diatas, maka hasil uji untuk masing-masing hipotesis adalah sebagai

berikut :

a. Hasil penelitian menunjukkan bahwa information sharing berpengaruh positif

(18)

238 semakin besar information sharing yang dilakukan antara Pengusaha bakso daging

sapi dengan Pemasok daging sapi, maka semakin besar juga kinerja rantai pasokan

tersebut. Ini dibuktikan dengan nilai koefisien beta bernilai 0.498, sedangkan

t-statistik lebih besar dari t-tabel bernilai (3.012 > 2.048) dan p values 0.003. Hasil

ini mendukung penelitian sebelumnya Ariani & Dwiyanto (2013). Di dalam

penelitiannya mengungkapkan bahwa Pengusaha bakso daging sapi melakukan

information sharing dengan mitra usahanya untuk dapat memperbaiki inefisiensi

rantai pasokan dan merupakan faktor yang paling penting untuk mencapai

koordinasi yang efektif dalam membangun kinerja rantai pasokan. Maka hipotesis

pertama dalam penelitian ini diterima.

b. Hasil penelitian menunjukkan bahwa distorsi informasi berpengaruh positif namun

tidak signifikan terhadap kinerja rantai pasokan. Ini dibuktikan dengan nilai

koefisien beta sebesar 0.343, sedangkan t-statistik kurang dari t-tabel yang bernilai

(1.943 < 2.048) dan p value 0.053. Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian

Hendriks (2010) bahwa Pengusaha bakso melakukan berbagi informasi dengan cara

komunikasi langsung atau menggunakan media elektronik dan tidak terjadi distorsi

informasi dapat meningkatkan kinerja rantai pasokannya. Maka hipotesis kedua

dalam penelitian ini ditolak.

c. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara information sharing

terhadap kinerja rantai pasokan dimoderasi oleh variabel distorsi informasi

berpengaruh negatif namun tidak signifikan. Ini dibuktikan dengan nilai koefisien

beta sebesar bernilai -0.048, sedangkan t-statistik kurang dari t-tabel ( 0.262 <

2.048) dan p value 0.793. Penelitian ini selaras dengan penelitian Hendriks (2010)

bahwa jika Pengusaha bakso melakukan information sharing namun terjadi distorsi

informasi maka menurunkan kinerja rantai pasokan. Dalam kasus Pengusaha bakso

ini secara empiris menyatakan tidak terbukti adanya pengaruh distorsi informasi.

Dengan demikian, hubungan Pengusaha bakso dengan Pemasok daging sapi

melakukan information sharing dilakukan secara efektif. Hal ini didukung oleh

karakteristik komunikasinya dengan cara komunikasi langsung. Maka hipotesis

(19)

239

SIMPULAN

Hasil penelitian dari kinerja rantai pasokan yang berasal dari information sharing

antara Pengusaha bakso dengan pemasok daging sapi mengidentifikasikan bahwa kondisi

information sharing tidak terhambat oleh faktor distorsi informasi atau dapat dikatakan baik.

Hipotesis pertama mendukung hipotesis yang diajukan yaitu bahwa Information sharing

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja rantai pasokan. Hipotesis kedua yang

menguji peran moderasi dalam studi ini tidak didukung dan hasil studi empiris menunjukkan

bahwa Distorsi informasi tidak memoderasi pengaruh hubungan information sharing

terhadap kinerja rantai pasokan. Karena Pengusaha bakso daging sapi melakukan

komunikasi dengan baik dan langsung tanpa adanya perantara akan berdampak pada tingkat

kinerja dalam rantai pasokan sehingga tidak ada pengaruh distorsi informasi.

Penelitian ini masih memiliki beberapa keterbatasan antara lain : Pertama,

Responden yang dituju masih belum memahami dan ketidakseriusannya dalam mengisi

pertanyaan sehingga menimbulkan bias dan hasil analisis tidak baik; Kedua, Pengambilan

sampel penelitian terbilang sedikit; Ketiga, Terbatasnya faktor-faktor lain yang

mempengaruhi kinerja rantai pasokan.

Terlepas dari beberapa keterbatasan dalam penelitian yang dimiliki, penelitian ini

dapat memberikan manfaat bagi bahan pertimbangan Pengusaha bakso daging sapi dalam

melaksanakan komunikasi (information sharing) dengan efektif dalam rantai pasokan. Hasil

penelitian ini diharapkan juga memberikan kontribusi terhadap akademisi maupun praktisi

dalam mengembangkan literatur manajemen operasi khususnya manajemen rantai pasokan.

---

DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, W., & Hartono, J. (2015). Partisl Least Square (PLS) Alternatif Structural Equation Modelling (SEM) dalam Penelitian Bisnis. Yogyakarta: CV. ANDI OFFSET.

Anantan, L. (2012, Agustus). Peran Implementasi Manajemen Rantai Pasokan dalam Perekonomian Era Global (Studi pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia). Zenit, 1, 125.

Anantan, L., & Ellitan, L. (2008). Supply Chain Management : Teori dan Aplikasi. Bandung: Alfabeta.

(20)

240 Barung, M. M. (2011). Pengurang Bullwhip Effect pada Rantai pasok di Level

Distributor Y. 11.

Chopra, S., & Meindl. (2004). Supply Chain Management : Strategy, Planning, and Operation. New Jersey: Pearson.

Ganika, G. (2014). Komunikasi Rantai pasokan : Meningkatkan Kinerja Perusahaan (Vol. VII). Serang: UNTIRTA.

Heizer, J. & Rander, B., 2005. Manajemen Operasi Buku. Jakarta: Salemba. Hendriks, L. (2010). Information Distortion Influencing the Supply Chain.

Bachelor Thesis: Organization and Strategy.

Mahardhika, A. (2014). Pengaruh Information Sharing dan Kualitas Hubungan terhadap Kinerja Operasional Perusahaan (Studi Kasus pada UKM Pengrajin Pakaian yang Tergabung CV. Langit Biru Creativindo Indonesia).

Pujawan, I. N., 2005. Supply Chain Management. Surabaya : Guna Widya.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: ALFABETA.

Suharto, R., & Devie. (2013). Analisa Pengaruh Supply Chain Management terhadap Keunggulan Bersaing dan Kinerja Perusahaan. Business Accounting Review, 1.

(21)

241

Halaman ini sengaja dikosongkan

Gambar

Gambar 1 Data Produksi Daging Sapi Berdasarkan Wilayah di Provinsi Banten Tahun 2015
Gambar 2 Model Penelitian
Tabel 2 Presentase Karakteristik
Tabel 3 Indikator dropped dalam konstruk
+3

Referensi

Dokumen terkait

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi ganda (multiple regression). Hasil analisis data dalam penelitian ini menunjukkan adanya

It is shown that if the flow-sampled total durations and stock-sampled elapsed durations from stationary renewal processes both exhibit proportional hazard rates and are continuous

Mata Pelajaran Nilai Rata-rata Rapor1. Nilai

Terdapat metode lain dalam pengukuran umur simpan yaitu metode Accelerated Shelf Life Testing (ASLT), prinsip dari metode ASLT adalah dengan mengkondisikan tempat penyimpanan

(4) Ketua IV selaku Koordinator Wilayah Timur bertugas membantu Ketua Umum dalam melakukan tugasnya, mengkoordinasikan penyiapan, pembentukan dan pembinaan komisariat di

Pilihlah salah satu option pada setiap nomor yang paling tepat untuk menggambarkan kinerja dari Guru Anda dengan memberikan tanda silang pada huruf a, b, c atau d dalam lembar

Dari data dan penjelasan dapat disimpulkan bahwa indikator tidak langsung dikatakan sangat setuju karena dari segi motivasi perawat merasakan selalu diberikan

Sebagai upaya untuk berbagi pengetahuan tentang blogging dan bagaimana cara mendapatkan penghasilan melalui blog, maka Asri Tadda mendirikan AstaMedia Blogging School, sebuah unit