221 Pengaruh Information Sharing terhadap Kinerja Rantai Pasokan Dimoderasi oleh
Variabel Distorsi Informasi
(Studi pada Pengusaha Bakso Daging Sapi di Kabupaten Lebak, Banten)
Fikri Fachrizal1, Yanto Azie Setya2
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Abstract
Maintain good correlation between the business partners is one of the most important things in build supply chain management. The success of supply chain management cam be seen from how significant the improvement of supply chain performance based on good correlation. This study aims to determine the effect of the correlation between information sharing on supply chain performance that is moderated by variable distortion information. The method that used in this research is quantitative method by descriptive research type. The Respondent in this research are the Entrepreneur of meatball beef by taking 30 samlples that adjusted from each constructed construct. The sample is taking by using porpusive sampling technique. The results of this study indicate that information sharing has a positive and significant impact on supply chain performance, the correlation between information sharing on supply chain performance moderated by information distortion has negative and insignificant effect.
Keywords : Distortion of Information, Information Sharing, Supply Chain Management, Supply Chain Performance.
Corresponding Author: tbffachrizal@gmail.com
PENDAHULUAN
Saat ini pengukuran kinerja rantai pasokan menjadi salah satu aspek sangat penting
bagi manajemen kinerja dan perbaikan rantai pasokan secara berkelanjutan. (Carton dalam
Suharto dan Devie, 2013). Koordinasi, korporasi, dan berkolaborasi tuntutan dalam proses
peningkatan kinerja rantai pasokan perusahaan. Pengujian kinerja rantai pasokan tersebut
acuannya menggunakan sebuah model SCOR (Supply Chain Operation Reference) yang
dikembangkan oleh Supply Chain Council (SCC). Model yang mengintegrasikan tiga
222 measurenment (Anantan, 2012). Pengembangan supply chain management dibentuk sebagai
sarana pengelolaan organisasi yang terpisah yang mempunyai hubungan dengan mitra usaha
lain terkait dalam upstream dan downstream dalam operasi yang berbeda untuk
menghasilkan nilai produk (Anantan & Ellitan, 2008). Heizer & Rander (2005) menegaskan
untuk mendukung strategi perusahaan secara keseluruhan perlu mempertimbangkan
permasalahan rantai pasokan yang ada pada perusahaan.
Indonesia memiliki beragam kuliner menarik dengan cita rasa yang lezat. Bakso
merupakan salah satu dari sekian banyak makanan khas yang selalu digemari oleh
masyarakat sejak dulu hingga kini. Namun dalam proses operasi usahanya, menurut sebagian
para Pengusaha bakso ini mengatakan sering dihadapkan dengan berbagai permasalahan,
diantaranya terbatasnya modal kerja, minimnya pemasaran produk, dan pengadaan pasokan
daging. Pengusaha bakso daging sapi ini sering berfokus pada downstream tanpa
memperhatikan hubungan dengan upstream sehingga seringkali mengalami keterhambatan
pengadaan daging sapi yang berkesinambungan (Anantan, 2012).
Sumber : Data BPS yang telah diolah
Gambar 1 Data Produksi Daging Sapi Berdasarkan Wilayah di Provinsi Banten Tahun 2015
Gambar 1 menunjukan kontribusi produksi daging sapi per wilayah di Provinsi
Banten, dimana Kabupaten Pandeglang hanya mampu memproduksi daging sapi sekitar
243.932 kg atau 1% dari total keseluruhan produksi di provinsi Banten. Disusul dengan
Kabupaten Lebak yang mampu memproduksi sekitar 436.481 kg atau 1% dari total
keseluruhan produksi di Provinsi Banten. Dibandingkan dengan Kota Tangerang yang
mampu berkontribusi memproduksi daging sapi sekitar 17.742.649 atau 48% dari total
223 Menurut La Londe dalam Anantan (2012) mengemukakan bahwa informartion
sharing merupakan salah satu “building blocks” yang menunjukkan hubungan antar mitra
usaha tergabung dalam rantai pasokan. Pengusaha bakso dapat memperoleh informasi
tentang apa yang diinginkan konsumen, memperbaiki operasi produk, dan kesenjangan
waktu dalam rantai pasokan (Lee, 2000 ; Mentzer, 2004 dalam Ganika, 2014).
Namun dalam implementasi koordinasi antar mitra usaha satu dengan yang lainnya
terkadang mengalami distorsi informasi. Distorsi informasi ini menjadi salah satu masalah,
adanya fluktuasi hasil permintaan ke upstream suppliers semakin besar sedangkan
permintaan di tingkat retail cukup stabil. Atau sebaliknya, downstream suppliers mengalami
over capacity atau down capacity sehingga akan menghambat proses operasinya (Hendriks,
2010). Fenomena ini biasa disebut dengan Bullwhip Effect. Pembagian informasi yang buruk
akan mengakibatkan turunnya kinerja terhadap supply chain management tersebut. Untuk
itu, perlu adanya antisipasi atau penekanan dalam aspek komunikasi rantai pasokan.
Menjalin hubungan dengan upstream dibangun secara sehat dan terpelihara, karena
tingkat ketergantungan antara Pengusaha bakso dengan suppliers sangat tinggi dan bersifat
jangka panjang karena Pengusaha bakso melakukan sebuah kegiatan logistik yang dapat
meningkatkan keunggulan kompetitif terhadap produk yang dihasilkan (Mahardhika, 2014).
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah pengaruh information sharing terhadap kinerja rantai pasokan?
2. Bagaimanakah pengaruh distorsi informasi sebagai variabel moderating dalam hubungan antara information sharing terhadap kinerja rantai pasokan?
TINJAUAN LITERATUR
Kinerja merupakan tingkat pencapaian pelaksanaan tugas dalam organisasi,
mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi tersebut (Bastian dalam Suharto &
Devie, 2013). Menurut Pujawan (2005), kinerja rantai pasokan merupakan sistem
pengukuran kinerja dengan sebuah alat ukur yang dapat digunakan untuk memonitor kinerja
secara bersama antara satu organisasi dengan organisasi lainnya pada sebuah rantai pasokan.
Sistem pengukuran kinerja diperlukan untuk melakukan pengawasan dan pengendalian,
224 posisi suatu organisasi terhadap pesaing maupun terhadap tujuan yang hendak dicapai, dan
menentukan arah perbaikan untuk menciptakan keunggulan dalam bersaing. Adapun salah
satu model pengukuran kinerja rantai pasokan yaitu SCOR (Supply Chain Operation
Reference) yang mengintegrasikan tiga elemen utama diantaranya business processs
reengineering, benchmarking, dan process measurement untuk meningkatkan kinerja rantai
pasokan Pengusaha bakso daging sapi. Pada dasarnya model SCOR didasarkan pada 3 (tiga)
tujuan utama yaitu Pertama, business process reengineering merupakan proses kompleks
yang terjadi pada saat ini dan mendefinisikan proses yang diinginkan. Kedua, benchmarking
adalah kegiatan untuk mendapatkan data kinerja rantai pasokan dari Pengusaha bakso daging
sapi sejenis. Ketiga, process measurenment berfungsi untuk mengukur, mengendalikan dan
memperbaiki proses supply chain management (Anantan & Ellitan, 2008).
Menurut Lalonde And Master dalam Ganika (2014) rantai pasokan merupakan arus
material yang diintegrasikan pada beberapa usaha bisnis yang berbeda. Pada aktivitas rantai
pasokan terdiri dari beberapa organisasi yang terpisah terhubung dalam pengelolaan produk
dan disalurkan kepada konsumen akhir.
Menurut Heizer & Rander (2005) mendefinisikan manajemen rantai pasokan
sebagai kegiatan pengelolaan bahan mentah menjadi bahan setengah jadi dan barang jadi
kemudian mengirimkan produk tersebut dengan sistem distribusi kepada konsumen.
Kegiatan ini merupakan strategi organisasi dalam integrasi rantai nilai dan keputusan, maka
kinerja harus ditingkatkan di seluruh sistem rantai pasokan (Tan, 2001).
Dalam membangun sebuah supply chain management, Pengusaha bakso daging sapi
harus berfokus pada proses koordinasi dalam mencapai kinerja organisasi, komunikasi yang
baik dalam tahap yang berbeda dari rantai pasokan sering menciptakan situasi yang
menonjolkan nilai koordinasi bagi kedua belah pihak. Pengusaha bakso daging sapi sering
tidak melakukan komunikasi atau berbagi informasi dengan anggota rantai pasokan daging
sapi sehingga Pengusaha bakso daging sapi akan mengalami keterhambatan operasi rantai
pasokan secara efektif. Koordinasi tidak akan tercapai tanpa semua pihak yang terlibat
mencurahkan sumber daya manajerial yang penting dalam upaya ini. Karena Pengusaha
bakso daging sapi menganggap bahwa koordinasi adalah semua elemen rantai pasokan harus
225 Information sharing merupakan konsep yang sangat luas. Hal ini dimungkinkan
untuk menjelaskan information sharing pada tingkat yang berbeda dan dengan cara yang
berbeda. Menurut Ariani & Dwiyanto (2013) information sharing adalah intensitas dan
kapasitas Pengusaha bakso daging sapi dalam interaksinya untuk saling berbagi informasi
dalam mengambil keputusan yang harus diambil secara tepat, cepat, dan memiliki kualitas
yang baik kepada para anggota rantai pasokan daging sapi yang berkaitan strategi bisnis
bersama. Berbagi informasi antar anggota rantai pasokan dapat berupa strategi, kondisi pasar
secara umum, dan informasi mengenai bahan baku (Suharto & Devie, 2013). Ini terjadi
karena adanya pengaturan dan koordinasi mitra usaha yang berbeda dalam rantai pasokan
untuk melakukan alokasi persediaan, tetap dalam jalur dan memberikan pengetahuan tentang
bottlenecks dalam rantai pasokan (Hendriks, 2010).
Salah satu permasalahan dalam menciptakan supply chain yang efesien yaitu sering
terjadinya distorsi informasi. Anantan & Ellitan (2008) menegaskan bahwa distorsi
informasi ini aliran informasi dari hilir yang tidak tepat dapat menimbulkan banyak masalah
yang berdampak pada jumlah biaya produksi, misalnya kemungkinan stock-out yang dapat
menyebabkan cash-order, terjadinya kelebihan stock akan menyebabkan phantom-order.
Fenomena yang sering terjadi bila mengalami distorsi informasi yaitu fenomena buillwhip
effect. Bullwhip effect merupakan peramalan jumlah permintaan yang terjadi akan semakin
berfluktuasi jika sistem informasi dalam supply chain management buruk, artinya koordinasi
yang dijalankan antar anggota dalam rantai pasokan seringkali mengalami kendala yang
berkaitan dengan kurangnya berbagi informasi antar Pengusaha bakso daging sapi dengan
mitra usaha daging sapi dalam rantai pasokannya (Ganika, 2014).
Gambar 2 menunjukkan model penelitian manajemen rantai pasokan yang dalam
penelitian ini. Model penelitian menjelaskan bahwa information sharing yang meliputi 3
dimensi utama adalah pembagian informasi dalam segi finansial, produksi, dan desain;
bertukar informasi secara berkesinambungan; dan informasi dapat membantu setiap pihak
terkait yang memiliki pengaruh terhadap kinerja rantai pasokan (Ariani & Dwiyanto, 2013).
Adapun model yang akan dikembangkan dalam penelitian menunjukkan hubungan antara
information sharing terhadap kinerja rantai pasokan dimoderasi oleh variabel distorsi
226 Gambar 2 Model Penelitian
Sumber : Data yang diolah
Penelitian yang dilakukan oleh Ariani & Dwiyanto (2013) menyatakan bahwa
untuk meningkatkan kinerja rantai pasokan perlu adanya strategi supply chain management
salah satu cara dengan information sharing. Information sharing dapat membantu
perusahaan dalam memperbaiki inefesiensi rantai pasokan dan merupakan faktor yang
paling penting untuk mencapai koordinasi yang efektif dan sebagai pengendali di seluruh
rantai pasokan. Information sharing menjamin tersedianya data dengan tepat waktu sehingga
data yang dimiliki dapat dibagikan ke seluruh anggota rantai pasokan, bilamana terjadinya
perubahan kebutuhan atau keinginan konsumen maka akan direspon dengan fleksibilitas.
Kualitas informasi juga sangat dibutuhkan karena informasi yang cepat tapi tidak berkualitas
maka akan mempengaruhi kepercayaan antar anggota rantai pasokan yang berdampak pada
peramalan produksi. Oleh karena itu, pemahaman faktor-faktor yang mempengaruhi
information sharing untuk menunjang kinerja rantai pasokan. Sehingga dapat ditarik
hipotesis :
H1 : Information sharing (pembagian informasi) berpengaruh positif terhadap kinerja rantai pasokan.
Dalam penelitian Hendriks (2010) bahwasannya perusahaan akan mampu
mengatasi distorsi dengan melakukan komunikasi yang baik dalam menjunjung kolaborasi
yang kuat dan akan berdampak pada tingkat kinerja dalam rantai pasokan. Penekanan pada
distorsi informasi harus segera dilakukan dengan kebijakan perusahaan untuk mendorong
penyelarasan insentif rantai pasokan. Dengan demikian, pengaruh distorsi informasi harus Information Sharing
1. Pembagian informasi dalam segi finansial, produksi, dan desain;
2. Bertukar informasi secara berkesinambungan;
3. Informasi dapat membantu setiap pihak terkait.
(Ariani & Dwiyanto, 2013)
Kinerja Rantai
227 diantisipasi karena akan melemahkan hubungan antara information sharing dan kinerja
rantai pasokan.
H2 : Distorsi informasi berpengaruh negatif terhadap hubungan antara information sharing dan kinerja rantai pasokan.
METODE PENELITIAN
Populasi penelitian meliputi Pengusaha bakso daging sapi di Kabupaten Lebak
Provinsi Banten. Sehubungan populasi sangat besar, peneliti tidak mungkin mempelajari
semua yang ada pada populasi, misalnya ada keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka
peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi. Menurut Hair et al dalam
(Abdillah & Hartono, 2015) pengambilan sampel untuk model prediksi didasarkan pada
jumlah sampel setidaknya 10 sampel untuk tiap variabel laten yang diukur. Dalam penelitian
ini memiliki 3 variabel laten yaitu information sharing, kinerja rantai pasokan, dan distorsi
informasi sehingga sampel berjumlah 30 sampel. Sampel ditentukan dengan teknik
porpusive sampling yang ditunjukkan kepada Pengusaha Bakso daging atau Pengadaan
daging sapi untuk proses pembuatan bakso. Data primer diperoleh melalui observasi,
wawancara, dan penyebaran kuesioner kepada Pengusaha bakso daging sapi. Data sekunder
diperoleh melalui penelitian terdahulu, studi pustaka, jurnal-jurnal, dan website.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan skala pengukuran dengan menggunakan
rating-scale. Rating-scale sifatnya fleksibel, tidak ada batasan untuk pengukuran sikap tetapi
lebih mengukur resepsi responden terhadap fenomena lainnya (Sugiyono, 2014). Adapun
jenis rating-scale yang akan digunakan yaitu descriptive rating-scale berupa skor disertai
skala yang berupa keterangan. Information sharing adalah intensitas dan kapasitas
perusahaan dalam interaksinya untuk saling berbagi informasi dalam mengambil keputusan
yang harus diambil secara tepat, cepat, dan memiliki kualitas yang baik kepada para anggota
rantai pasokan yang berkaitan strategi bisnis bersama. Information sharing dalam penelitian
ini meliputi : pembagian informasi dalam segi finansial, produksi, dan desain; bertukar
informasi secara berkesinambungan; dan informasi dapat membantu setiap pihak terkait
(Ariani & Dwiyanto, 2013). Kinerja rantai pasokan mengintegrasikan tiga elemen utama
dalam manajemen rantai pasokan yaitu business process reengineering (BPR),
228 penelitian ini meliputi : Reliabilitas, responsiveness, fleksibilitas, biaya, dan aset (Anantan
& Ellitan, 2008). Suatu keadaan yang terjadi dalam supply chain, dimana permintaan dari
customer mengalami perubahan, baik semakin banyak atau semakin sedikit, sehingga
mengakibatkan distorsi permintaan dari setiap stage supply Chain. Distorsi informasi dalam
penelitian ini meliputi : Peramalan, akumulasi permintaan, fluktuasi harga, penjatahan
(Barung, 2011).
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Tingkat Pengembalian Data dan Karakteristik Responden
Penelitian dilakukan kepada Pengusaha bakso daging sapi di daerah Kabupaten
Lebak dengan menyebarkan kuesioner. Adapun hasil penyebaran kuesioner disajikan dalam
sebuah tabel sebagai berikut :
Tabel 1 Penyebaran Hasil Kuesioner
Klasifikasi Kuesioner Jumlah
Jumlah kuesioner yang disebar 30
Jumlah kuesioner yang kembali 30
Jumlah yang akan diolah 30
Sumber : Hasil Survey
Berdasarkan tabel diatas didapat jumlah kuesioner yang disebar adalah 30 kuesioner,
jumlah kuesioner yang kembali adalah 30. Dari jumlah kuesioner yang kembali, hasil
kuesioner yang akan diolah yaitu 30 responden yang digunakan sebagai data primer.
Adapun karakteristik responden yang ada pada penelitian ini merupakan informasi
mengenai lama usaha, pendidikan akhir, komunikasi dengan pemasok, dan jumlah sapi
pemasok daging sapi. Responden dalam penelitian ini adalah 30 Pengusaha bakso daging
sapi di Kabupaten Lebak dijelaskan melalui tabel sebagai berikut :
Tabel 2 Presentase Karakteristik
Karakteristik Presentase
Lama usaha 1. 1-10 tahun : 33%;
2. 11-20 tahun : 33%; 3. 21-30 tahun : 27%; 4. > 30 tahun : 7%.
Pendidikan akhir 1. SD : 43%;
229
Komunikasi dengan pemasok 1. Handphone : 33%;
2. Langsung : 67%; 3. Lainnya : 0%.
Jumlah sapi pemasok daging sapi 1. 1 Pemasok daging sapi : 50 %; 2. 2 Pemasok daging sapi : 37%; 3. 3 Pemasok daging sapi : 3%; 4. 5 Pemasok daging sapi : 7%; 5. 10 Pemasok daging sapi : 3%. Persentase berdasarkan jumlah dari 30 responden.
Sumber : Data kuesioner yang diolah
2. Pengujian Validitas dan Realibilitas (Outer Model)
Hasil pengujian validitas dan realibilitas instrumen disajikan dalam tabel 3. Hasil
studi ini menunjukkan uji validitas yang drop out atau menghapus indikator yang tidak
memenuhi validitas konvergen dan diskriminasi yang membangun satu variabel
konstruknya. Adapun indikator yang drop out dari tiap konstruk pada proses urutan yang
dibentuk sebagai berikut :
Tabel 3 Indikator dropped dalam konstruk
Tahapan Variabel
Konstruk Indikator
Outer
Loadings Keterangan
1. Information Sharing
X32 0.436 a. Skor loading < 0.50 b. AVE < 0.50
c. Terdapat cross loading < 0.50 pada information sharing sebesar 0.434, kinerja rantai pasokan sebesar 0.239 dan distorsi informasi sebesar 0.189
230 0.50 pada information sharing sebesar -0.122, kinerja rantai pasokan sebesar -0.042 dan distorsi informasi sebesar 0.051
3. Kinerja 0.50 pada information sharing sebesar 0.079, kinerja rantai pasokan sebesar 0.043 dan distorsi informasi sebesar 0.029
4. Distorsi
Informasi
M22 -0.460 a. Skor loading < 0.50 b. AVE < 0.50
c. Terdapat cross loading < 0.50 pada information sharing sebesar -0.119, kinerja rantai pasokan sebesar -0.358 dan distorsi 0.50 pada information sharing sebesar -0.126, kinerja rantai pasokan sebesar -0.171 dan distorsi 0.50 pada information sharing sebesar 0.241, kinerja rantai pasokan sebesar 0.294 dan distorsi informasi sebesar 0.311
231
c. Terdapat cross loading > 0.50
pada distorsi informasi
sebesar 0.611 sedangkan
kinerja rantai pasokan sebesar 0.387 dan information sharing
sebesar 0.072 < 0.50 0.50 pada information sharing sebesar -0.171, kinerja rantai pasokan sebesar -0.077 dan distorsi distorsi informasi sedangkan EVA < 0.50 terdapat pada
information sharing dan
kinerja rantai pasokan
c. Terdapat cross loading < 0.50 pada information sharing sebesar -0.407, kinerja rantai pasokan sebesar -0.477 dan distorsi distorsi informasi sedangkan EVA < 0.50 terdapat pada
information sharing dan
kinerja rantai pasokan
c. Terdapat cross loading < 0.50 pada information sharing sebesar 0.293, kinerja rantai pasokan sebesar 0.446 dan distorsi informasi sebesar 0,297
232 terdapat pada information sharing dan kinerja rantai pasokan
c. Terdapat cross loading < 0.50 pada information sharing sebesar 0.431, kinerja rantai pasokan sebesar 0.442 dan distorsi informasi sebesar 0,171 12. Information terdapat pada information sharing dan kinerja rantai pasokan
c. Terdapat cross loading < 0.50 pada information sharing sebesar 0.474, kinerja rantai pasokan sebesar 0.071 dan distorsi informasi sebesar 0,262.
13. Kinerja terdapat pada information sharing dan kinerja rantai pasokan
c. Terdapat cross loading < 0.50 pada information sharing sebesar 0.471, kinerja rantai pasokan sebesar 0.494 dan distorsi informasi sebesar 0,361
(Bersambung)
233 terdapat pada information sharing dan kinerja rantai pasokan
c. Terdapat cross loading < 0.50 pada information sharing sebesar 0.409, kinerja rantai pasokan sebesar 0.499 dan distorsi informasi sebesar 0,355 15. Information terdapat pada information sharing dan kinerja rantai pasokan
c. Terdapat cross loading < 0.50 pada information sharing sebesar 0.493, kinerja rantai pasokan sebesar 0.261 dan distorsi informasi sebesar 0,255
16. Distorsi terdapat pada information sharing dan kinerja rantai pasokan
c. Terdapat cross loading < 0.50 pada information sharing sebesar 0.217, kinerja rantai pasokan sebesar 0.006 dan distorsi informasi sebesar 0,465
234 b. EVA > 0.50 terdapat pada
distorsi informasi sedangkan EVA < 0.50 terdapat pada information sharing dan kinerja rantai pasokan
c. Terdapat cross loading > 0.50 pada information sharing sebesar 0.520 sedangkan distorsi informasi sebesar 0.282 dan kinerja rantai b. EVA > 0.50 terdapat pada
kinerja rantai pasokan dan distorsi informasi sedangkan EVA < 0.50 terdapat pada information sharing
c. Terdapat cross loading < 0.50 pada information sharing sebesar 0.337, kinerja rantai pasokan sebesar 0.490 dan distorsi informasi sebesar 0,262 19. Informatio
n Sharing
X34 0.485 a. Skor loading < 0.50 b. EVA > 0.50 terdapat pada
nformation sharing, kinerja rantai pasokan dan distorsi informasi c. Terdapat cross loading <
0.50 pada information sharing sebesar 0.485, kinerja rantai pasokan sebesar 0.410, dan distorsi informasi sebesar 0.338
235
nformation sharing, kinerja rantai pasokan dan distorsi informasi
c. Terdapat cross loading <
0.50 pada information
sharing sebesar 0.475, kinerja rantai pasokan sebesar 0.384 dan distorsi informasi sebesar 0,263
21. Kinerja
Rantai Pasokan
Y15 0.483 a. Skor loading < 0.50
b. EVA > 0.50 terdapat pada
nformation sharing, kinerja rantai pasokan dan distorsi informasi
c. Terdapat cross loading <
0.50 pada information
sharing sebesar 0.058, kinerja rantai pasokan sebesar 0.483 dan distorsi informasi sebesar 0,445
22. Kinerja
Rantai Pasokan
Y14 0.872 a. Skor loading > 0.50 b. EVA > 0.50 terdapat pada
nformation sharing, kinerja rantai pasokan dan distorsi informasi
c. Terdapat cross loading >
0.50 pada information
sharing sebesar 0.718, kinerja rantai pasokan sebesar 0.872 sedangkan distorsi informasi sebesar 0,228 < 0.50
23. Information
Sharing
X22 0.585 a. Skor loading > 0.50
b. EVA > 0.50 terdapat pada
information sharing, kinerja rantai pasokan dan distorsi informasi
c. Terdapat cross loading > 0.50 pada information sharing
sebesar 0.585 sedangkan kinerja rantai pasokan sebesar 0.311 dan distorsi informasi sebesar 0,070 < 0.50
236 (Sambungan)
Tahapan Variabel
Konstruk Indikator
Outer
Loadings Keterangan
24. Information
Sharing
X23 0.459 a. Skor loading < 0.50 b. EVA > 0.50 terdapat pada
information sharing, kinerja rantai pasokan dan distorsi informasi c. Terdapat cross loading <
0.50 pada information sharing sebesar 0.459, kinerja rantai pasokan sebesar 0.327 dan distorsi informasi sebesar 0,055 Sumber : Hasil Pengolahan Data PLS
Selanjutnya, uji realibiltas untuk mengukur konsistensi dari sebuah alat ukur yang
menunjukkan akurasi, konsistensi, dan ketetapan suatu alat ukur (Abdillah & Hartono,
2015). Berdasarkan tabel 4 menunjukkan nilai cronbachs alpha dan composite realibility
dari asing-masing konstruk > 0.70 sehingga dapat dinyatakan bahwa alat ukur yang dipakai
dalam penelitian ini adalah reliable.
Tabel 4 Uji Realibilitas
Konstruk Cronbachs Alpha Composite Realibility
Information Sharing 0.883 0.919
Kinerja Rantai Pasokan 0.763 0.854
Distorsi Informasi 0.765 0.864
Sumber : Hasil Pengolahan Data PLS
3. Model Struktural (Inner Model)
Model struktural dievalusi dengan menggunakan 𝑅2 untuk variabel dependen
dan nilai koefisien pada Path untuk variabel independen yang kemudian dinilai
signifikansinya berdasarkan t-statistic setiap Path. Adapun model struktural penelitian
237 Gambar 2 Tampilan Output Model Struktural
Sumber : Hasil Pengolahan Data PLS
Berdasarkan tabel 5, dapat disimpulkan bahwa model struktural menunjukkan kinerja
rantai pasokan memiliki 𝑅2 sebesar 0.277 yang berarti 27.7% variance kinerja rantai
pasokan dijelaskan oleh variabel konstruk information sharing dan distorsi informasi.
Tabel 5 Hasil Uji 𝑹𝟐
Variabel Konstruk 𝑹𝟐 Adjusted
Kinerja Rantai Pasokan 0.277
Sumber :Hasil Pengolahan Data PLS
Uji hipotesis dilakukan dengan melihat t-statistik dan path-coefficient. Nilai t-statistik
menunjukkan signifikansi konstruk, sedangkan path-coefficient menunjukkan sifat
hubungan antar konstruk.
Tabel 6 Hasil Uji Hipotesis t-Statistik pada Signifikasi 5% dan 1%
Konstruk Original Sample
Sample Mean
Standard Deviation
T Statistic
P Values
DI > KRP 0.343 0.378 0.176 1.943 0.053
IF > KRP 0.498 0.477 0.165 3.012 0.003
MO > KRP -0.048 -0.022 0.183 0.262 0.793
Sumber : Hasil Pengolahan Data PLS
Berdasarkan tabel diatas, maka hasil uji untuk masing-masing hipotesis adalah sebagai
berikut :
a. Hasil penelitian menunjukkan bahwa information sharing berpengaruh positif
238 semakin besar information sharing yang dilakukan antara Pengusaha bakso daging
sapi dengan Pemasok daging sapi, maka semakin besar juga kinerja rantai pasokan
tersebut. Ini dibuktikan dengan nilai koefisien beta bernilai 0.498, sedangkan
t-statistik lebih besar dari t-tabel bernilai (3.012 > 2.048) dan p values 0.003. Hasil
ini mendukung penelitian sebelumnya Ariani & Dwiyanto (2013). Di dalam
penelitiannya mengungkapkan bahwa Pengusaha bakso daging sapi melakukan
information sharing dengan mitra usahanya untuk dapat memperbaiki inefisiensi
rantai pasokan dan merupakan faktor yang paling penting untuk mencapai
koordinasi yang efektif dalam membangun kinerja rantai pasokan. Maka hipotesis
pertama dalam penelitian ini diterima.
b. Hasil penelitian menunjukkan bahwa distorsi informasi berpengaruh positif namun
tidak signifikan terhadap kinerja rantai pasokan. Ini dibuktikan dengan nilai
koefisien beta sebesar 0.343, sedangkan t-statistik kurang dari t-tabel yang bernilai
(1.943 < 2.048) dan p value 0.053. Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian
Hendriks (2010) bahwa Pengusaha bakso melakukan berbagi informasi dengan cara
komunikasi langsung atau menggunakan media elektronik dan tidak terjadi distorsi
informasi dapat meningkatkan kinerja rantai pasokannya. Maka hipotesis kedua
dalam penelitian ini ditolak.
c. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara information sharing
terhadap kinerja rantai pasokan dimoderasi oleh variabel distorsi informasi
berpengaruh negatif namun tidak signifikan. Ini dibuktikan dengan nilai koefisien
beta sebesar bernilai -0.048, sedangkan t-statistik kurang dari t-tabel ( 0.262 <
2.048) dan p value 0.793. Penelitian ini selaras dengan penelitian Hendriks (2010)
bahwa jika Pengusaha bakso melakukan information sharing namun terjadi distorsi
informasi maka menurunkan kinerja rantai pasokan. Dalam kasus Pengusaha bakso
ini secara empiris menyatakan tidak terbukti adanya pengaruh distorsi informasi.
Dengan demikian, hubungan Pengusaha bakso dengan Pemasok daging sapi
melakukan information sharing dilakukan secara efektif. Hal ini didukung oleh
karakteristik komunikasinya dengan cara komunikasi langsung. Maka hipotesis
239
SIMPULAN
Hasil penelitian dari kinerja rantai pasokan yang berasal dari information sharing
antara Pengusaha bakso dengan pemasok daging sapi mengidentifikasikan bahwa kondisi
information sharing tidak terhambat oleh faktor distorsi informasi atau dapat dikatakan baik.
Hipotesis pertama mendukung hipotesis yang diajukan yaitu bahwa Information sharing
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja rantai pasokan. Hipotesis kedua yang
menguji peran moderasi dalam studi ini tidak didukung dan hasil studi empiris menunjukkan
bahwa Distorsi informasi tidak memoderasi pengaruh hubungan information sharing
terhadap kinerja rantai pasokan. Karena Pengusaha bakso daging sapi melakukan
komunikasi dengan baik dan langsung tanpa adanya perantara akan berdampak pada tingkat
kinerja dalam rantai pasokan sehingga tidak ada pengaruh distorsi informasi.
Penelitian ini masih memiliki beberapa keterbatasan antara lain : Pertama,
Responden yang dituju masih belum memahami dan ketidakseriusannya dalam mengisi
pertanyaan sehingga menimbulkan bias dan hasil analisis tidak baik; Kedua, Pengambilan
sampel penelitian terbilang sedikit; Ketiga, Terbatasnya faktor-faktor lain yang
mempengaruhi kinerja rantai pasokan.
Terlepas dari beberapa keterbatasan dalam penelitian yang dimiliki, penelitian ini
dapat memberikan manfaat bagi bahan pertimbangan Pengusaha bakso daging sapi dalam
melaksanakan komunikasi (information sharing) dengan efektif dalam rantai pasokan. Hasil
penelitian ini diharapkan juga memberikan kontribusi terhadap akademisi maupun praktisi
dalam mengembangkan literatur manajemen operasi khususnya manajemen rantai pasokan.
---
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah, W., & Hartono, J. (2015). Partisl Least Square (PLS) Alternatif Structural Equation Modelling (SEM) dalam Penelitian Bisnis. Yogyakarta: CV. ANDI OFFSET.
Anantan, L. (2012, Agustus). Peran Implementasi Manajemen Rantai Pasokan dalam Perekonomian Era Global (Studi pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia). Zenit, 1, 125.
Anantan, L., & Ellitan, L. (2008). Supply Chain Management : Teori dan Aplikasi. Bandung: Alfabeta.
240 Barung, M. M. (2011). Pengurang Bullwhip Effect pada Rantai pasok di Level
Distributor Y. 11.
Chopra, S., & Meindl. (2004). Supply Chain Management : Strategy, Planning, and Operation. New Jersey: Pearson.
Ganika, G. (2014). Komunikasi Rantai pasokan : Meningkatkan Kinerja Perusahaan (Vol. VII). Serang: UNTIRTA.
Heizer, J. & Rander, B., 2005. Manajemen Operasi Buku. Jakarta: Salemba. Hendriks, L. (2010). Information Distortion Influencing the Supply Chain.
Bachelor Thesis: Organization and Strategy.
Mahardhika, A. (2014). Pengaruh Information Sharing dan Kualitas Hubungan terhadap Kinerja Operasional Perusahaan (Studi Kasus pada UKM Pengrajin Pakaian yang Tergabung CV. Langit Biru Creativindo Indonesia).
Pujawan, I. N., 2005. Supply Chain Management. Surabaya : Guna Widya.
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: ALFABETA.
Suharto, R., & Devie. (2013). Analisa Pengaruh Supply Chain Management terhadap Keunggulan Bersaing dan Kinerja Perusahaan. Business Accounting Review, 1.
241
Halaman ini sengaja dikosongkan