• Tidak ada hasil yang ditemukan

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Tinjauan Yuridis Perjanjian Kerjasama Pt.Indonesia Asahan Aluminium Dengan Pt.Putra Tanjung Lestari Dalam Pengandaan Tenaga Keeja Outsourcing Setelah Pt.Inalum Bumn

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Tinjauan Yuridis Perjanjian Kerjasama Pt.Indonesia Asahan Aluminium Dengan Pt.Putra Tanjung Lestari Dalam Pengandaan Tenaga Keeja Outsourcing Setelah Pt.Inalum Bumn"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan ketenagakerjaan sebagai bagian integral dari pembangunan

nasional berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945. Hal ini dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia

Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk

meningkatkan harkat, martabat dan harga diri tenaga kerja serta mewujudkan

masyarakat sejahtera, adil, makmur dan merata, baik materil maupun spiritual.2 Dewasa ini, penyelenggaraan pembangunan tenaga kerja merupakan salah

satu faktor yang mempunyai peranan dan arti yang sangat penting sebagai unsur

penunjang untuk berhasilnya pembangunan di samping penggunaan teknologi.

Faktor ketenagakerjaan sebagai sumber daya manusia di masa pembangunan

nasional sekarang merupakan faktor yang teramat penting bagi terselenggaranya

Pembangunan Nasional di Negara RI, bahkan faktor tenaga kerja merupakan sarana

dominan di dalam kehidupan suatu bangsa, karena merupakan faktor penentu bagi

mati dan hidupnya suatu bangsa.

Landasan Konstitusional yang mengatur tentang Ketenagakerjaan

disebutkan pada Pembukaan dan Batang Tubuh Undang-Undang Dasar 1945.

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, susunan batiniah serta cita-cita hukum

2

(2)

dari Undang-Undang Dasar 1945, yang tidak lain bersumber dan dijiwai oleh

falsafah Pancasila. Suasana batiniah dan cita-cita hukum tersebut selanjutnya

didalam batang tubuhya.3

Perihal isi ketentuan dalam batang tubuh yang ada relevansinya dengan

masalah ketenagakerjaan, terutama ditentukan pada Pasal 27 ayat (2)

Undang-Undang Dasar 1945, yang menetukan bahwa “Tiap-tiap warga Negara berhak atas

pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Tenaga kerja adalah

tulang punggung dalam peningkatan pembangunan pada umumnya, pertumbuhan

industri pada khususnya. Oleh karenanya seluruh kegiatan yang yang dilakukan

tenaga kerja akan mengandung aspek hubungan sosial, hubungan hukum dan

hubungan antar intern organisasi yang dapat menimbulkan hak dan kewajiban dan

dilaksanakan berdasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.4

Menurut Pasal 1 angka 2 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang

Ketenagakerjaan pengertian tenaga kerja adalah: “Setiap orang yang mampu

melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk

memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat”.Berkenaan dengan hal itu

maka norma hukum telah memberikan pedoman sebagai dasar hukum dari tenaga

kerja outsourcing / alih daya, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang

Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003 (Pasal 64, 65 dan 66) dan Keputusan

Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia No.

Kep.101/Men/VI/2004 Tahun 2004 tentang Tata Cara Perijinan Perusahaan

Penyedia Jasa Pekerja/Buruh (Kepmen 101) serta Keputusan Menteri Tenaga Kerja

3

Djumadi, Hukum perburuhan, Perjanjian Kerja, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,1992) hal.1.

4

(3)

Dan Transmigrasi Nomor KEP.220/MEN/X/2004 atau Peraturan Menteri Tenaga

Kerja, Inpres Nomor 3 Tahun 2006 tentang Paket Kebijakan Iklim Investasi

disebutkan bahwa outsourcing (alih daya) sebagai salah satu faktor yang harus

diperhatikan dengan serius dalam menarik iklim investasi di Indonesia.

Menurut Pasal 64 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan menyatakan bahwa outsourcing / alih daya adalah suatu

perjanjian kerja yang dibuat antara pengusaha dengan tenaga kerja, dimana

perusahaan tersebut dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada

perusahaan lainnya melalui perjanjian pemborongan pekerjaan yang dibuat secara

tertulis, sehingga pekerja atau tenaga kerja bukan karyawan atau tenaga kerja tetap

perusahaan tersebut melainkan tenaga kerja kontrak dengan jangka waktu tertentu.

Outsourcing adalah pendelegasian operasi dan manajemen harian dari suatu

proses bisnis kepada pihak luar (perusahaan penyedia jasa outsourcing ).5 Hal-hal yang didelegasikan dalam outsourcing adalah suatu fungsi dan proses bisnis

tertentu untuk disisipkan dalam operasional bisnis perusahaan secara keseluruhan.

Berdasarkan Pasal 66 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan, outsourcing atau alih daya dibolehkan hanya untuk kegiatan

penunjang dan kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi.

Dalam penjelasan Pasal 66 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa : Yang dimaksud dengan kegiatan penunjang

atau kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi adalah

kegiatan yang berhubungan di luar usaha pokok (core bussiness) suatu perusahaan.

Kegiatan tersebut antara lain : usaha pelayanan, kebersihan (cleaning service),

5

(4)

usaha penyediaan makanan bagi pekerja/buruh (catering), usaha tenaga pengaman

(security/satuan pengamanan), usaha penunjang di pertambangan dan perminyakan,

serta usaha penyediaan angkutan pekerja/buruh.

Memperhatikan kondisi ketenagakerjaan. Selama hubungan kerja atau

hubungan industrial berlangsung banyak permasalahan yang muncul. Kurangnya

perlindungan hukum. Lemahnya perlindungan hukum bagi buruh kontrak karena

hampir tidak pernah ada yang di daftarkan ke Departemen Tenaga Kerja.6 Kiranya perlu adanya suatu perangkat bagi sarana perlindungan dan kepastian hukum bagi

tenaga-tenaga kerja, salah satu bentuk perlindungan dan kepastian hukum terutama

bagi tenaga kerja dalam melakukan hubungan kerja tersebut. Baik mereka yang

akan atau sedang mencari pekerjaan atau yang sedang melaksanakan hubungan

kerja maupun setelah berakhirnya hubungan kerja.

Isi perjanjian kerja meletakkan segala hak dan kewajiban secara timbal

balik antara pengusaha dan pekerja. Dengan demikian kedua belah pihak dalam

melaksanakan hubungan kerja telah terikat pada apa yang mereka sepakati dalam

perjanjian kerja maupun peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Seseorang maupun badan hukum sebelum melakukan hubungan kerja

dengan pihak lain terlebih dahulu akan mengadakan suatu perjanjian kerja, baik

dalam bentuk yang sederhana dalam bentuk lisan ataupun dibuat secara formal

dalam bentuk tertulis. Semua upaya tersebut dibuat untuk maksud perlindungan

dan kepastian hak dan kewajiban masing-masing pihak. Hubungan kerja sebagai

realisasi dari perjanjian kerja, hendaknya menunjukkan kedudukan masing-masing

6

(5)

pihak yang pada dasarnya akan menggambarkan hak-hak dan kewajiban kewajiban

pengusaha terhadap pekerja secara timbal balik.7

PT. Indonesia Asahan Aluminium yang lebih dikenal dengan nama PT.

INALUM, didirikan pada tanggal 6 Januari 1976 dengan status sebagai perusahaan

Penanaman Modal Asing (PMA) yang dituangkan dalam suatu Perjanjian Induk

antara Pemerintah Indonesia dengan Komisioner Investor dari Jepang untuk jangka

waktu 30 tahun (terhitung sejak awal pengoperasian tungku reduksi) atau mulai 31

Oktober 1983 sampai dengan 31 Oktober 2013.8 Selanjutnya sejak tanggal 1 November 2013 akhirnya PT. INALUM kembali kepangkuan Pemerintah

Indonesia, meskipun pada saat itu belum tercapai kesepakatan terkait besaran biaya

pengambilalihan yang harus dibayarkan oleh Pemerintah Indonesia kepada investor

Jepang. Negosiasi pengambilalihan terus diupayakan oleh pemerintah yang

diwakili oleh 3 (tiga) Kementerian yaitu: (Kementerian Keuangan, BUMN, dan

Perindustrian) hingga akhirnya tercapai kesepakatan penggantian besaran nilai

biaya pengambilalihan yang ditandai dengan penandatanganan pengakhiran

perjanjian induk antara para pihak dan RUPS pertama pada tanggal 9 Desember

2013 serta penyerahan aset dari pihak Jepang ke Pemerintah Indonesia melalui

Kementrian BUMN pada 19 Desember 2013 sehingga secara resmi status

perusahaan telah berubah menjadi perusahaan BUMN dan mengalami perubahan

nama dan menjadi PT.Indonesia Asahan Aluminium (Persero).9

Perubahan status PT.INALUM (Persero) menjadi perusahaan BUMN,

tentunya perusahaan berkewajiban untuk segera menyesuaikan seluruh peraturan

7

Imam Soepomo, Hukum Perburuhan bagian pertama Hubungan Kerja, (Jakarta: Djambatan, 2003) hal. 9.

8

PT. Indonesia Asahan Aluminium (Persero), Pedoman Good Corporate Governance/GCG , 2013, hal.1.

9

(6)

dan kebijakan intern perusahaan ,baik yang belum maupun yang telah diberlakukan

agar tunduk dan mengacu pada ketentuan perundang-undangan yang berlaku bagi

perusahaan di lingkungan BUMN, khususnya yang terkait dengan penerapan Tata

Kelola Perusahaan yang Baik.10

PT.INALUM (Persero), merupakan perusahaan perseroan terbatas yang

bergerak dalam bidang industri aluminium dan tenaga listrik, yang berkedudukan

dan berkantor pusat di Jakarta. Pabrik peleburan aluminiumnya di Kuala Tanjung,

Kabupaten Batubara dan PLTA-nya berada di Paritohan Kabupaten Toba

Samosir.11 Pabrik peleburan yang beroperasi kontinu selama dua puluh empat jam tentunya membutuhkan karyawan-karyawan yang siap kerja siang malam demi

tercapainya hasil produksi yang baik. Salah satu produksi tersebut adalah faktor

tenaga kerjanya, karena keberhasilan perusahaan untuk mencapai tujuannya

bergantung pada tenaga kerjanya yang dipekerjakan dan merupakan penggerak

bagi sumber daya lainnya. PT.INALUM (Persero) menjalin kerjasama dengan

PT. lain sebagai mitra kerjanya, salah satunya adalah PT.Putra Tanjung Lestari

dalam bidang penyedian dan pengelolaan tenaga kerja untuk office boy di Pabrik

PT.INALUM (Persero). (No. SGA – 035 /PMP/ VI / 2013)

PT.Putra Tanjung Lestari ini bergerak dibidang penyediaan dan pengelolaan

tenaga kerja (office boy) . Adanya kerjasama PT.INALUM (Persero) karena adanya

kebutuhan akan tenaga kerja (office boy). Perjanjian ini karena adanya permintaan

tenaga kerja (office boy) dari PT.INALUM (Persero) kepada PT.Putra Tanjung

Lestari.

10

PT. Indonesia Asahan Aluminium, Loc.cit. 11

(7)

Karena begitu pentingnya faktor tenaga kerja dalam proses jalannya suatu

perusahaan maka penulis tertarik untuk mengetahui pengaturan tenaga kerja, serta

bagaimana perjanjian kerjasama PT.INALUM (Persero) dengan PT.Putra Tanjung

Lestari dalam pengadaan tenaga kerja, dan kedudukan perjanjian setelah berubah

bentuk menjadi BUMN. Karena itu penulis tertarik untuk mengkaji mengenai

pelaksanaan perjanjian penyediaan tenaga kerja ini dan menuangkannya dalam

suatu karya ilmiah yang berjudul: “TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN

KERJASAMA PT.INALUM (PERSERO) DENGAN PT.PUTRA TANJUNG

LESTARI DALAM PENGADAAN TENAGA KERJA OUTSOURCING

SETELAH PT.INALUM MENJADI BUMN”.

B. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang yang diangkat

dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pengaturan outsourcing di Indonesia ?

2. Bagaimanakah analisis Perjanjian antara PT.Indonesia Asahan Aluminium

dan PT.Putra Tanjung Lestari dalam pengadaan tenaga kerja?

3. Bagaimana kedudukan Perjanjian antara PT.Indonesia Asahan Aluminium

dan PT.Putra Tanjung Lestari setelah PT.INALUM menjadi BUMN?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penulisan skripsi ini dibuat dengan tujuan sebagai berikut :

(8)

b. Untuk mengkaji Perjanjian antara PT.Indonesia Asahan Aluminium dan

PT.Putra Tanjung Lestari dalam pengadaan tenaga kerja.

c. Untuk mengkaji kedudukan Perjanjian antara PT.Indonesia Asahan

Aluminium dan PT.Putra Tanjung Lestari setelah PT.INALUM menjadi

BUMN.

Dari hasil penulisan ini, diharapkan dapat memberikan manfaat yang jelas,

antara lain :

a. Manfaat teoritis, sebagai bahan informasi dan bahan perbandingan bagi

penelitian lanjutan untuk memperluas atau memperdalam hasil penelitian

yang telah ada terhadap perjanjian kerjasama PT.INALUM dengan PT.

Putra Tanjung Lestari.

b. Manfaat praktis, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan

sumbangan pemikiran yuridis yang berkaitan dalam perlindungan hukum

para pihak yang melaksanakan perjanjian kerjasama ini.

D. Keaslian Penulisan

Penulis terlebih dahulu melakukan penelusuran terhadap berbagai judul

skripsi di Departemen Hukum Ekonomi yang tercatat pada Fakultas Hukum

Universitas Sumatra Utara, yang berjudul Tinjauan Yuridis Perjanjian Kerjasama

antara PT.Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) dengan PT.Putra Tanjung

Lestari dalam Pengadaan Tenaga Kerja outsourcing setelah PT.INALUM menjadi

BUMN.”

Perpustakaan Fakultas Hukum Univeritas Sumatra Utara melalui surat

(9)

skripsi. Atas dasar telah dilakukanya pemeriksaan tersebut, penulis yakin bahwa

judul yang diangkat beserta pembahasanya belum pernah ada penulisannya pada

Bagian Departemen Hukum Ekonomi khususnya dan Fakultas Hukum USU, jika

ada tentunya berbeda dengan skripsi ini karena tempat penelitiannya yang berbeda,

sehingga penulisan yang dituangkan penulis didalam ini dapat

dipertanggungjawabkan.

E. Tinjauan Kepustakaan.

Perjanjian sebagaimana diatur dalam Pasal 1313 KUH Perdata, bahwa

Perjanjian atau Persetujuan adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau

lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih lainya. Dengan adanya

pengertian perjanjian seperti ditentukan diatas, bisa diambil kesimpulan bahwa

kedudukan antara pihak yang mengadakan perjanjian adalah sama dan seimbang.

Perjanjian Kerja terletak dalam Bab IX Undang-Undang Nomor 13 Tahun

2003 tentang Hubungan Kerja, kemudian mengenai Peraturan Perusahaan dan

Perjanjian Kerja Bersama diatur dalam Bab XI Undang-Undang Nomor 13 Tahun

2003 tentang Hubungan Industrial. Ada 2 (dua) perjanjian yang mirip dengan

perjanjian kerja, yaitu perjanjian yang menunaikan jasa diatur dalam Pasal 1601

KUH Perdata dan perjanjian pemborongan diatur dalam Pasal 1601b,1604 s.d.

1616 KUH Perdata. Dan perjanjian pemborongan serta jasa diatur secara sistematik

di dalam Bab 7A Buku III KUH Perdata.

Perjanjian kerja dibuat atas dasar: a) kesepakatan kedua belah pihak, b)

kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatan hukum, c) adanya pekerjaan

(10)

ketertiban umum, kesusilaan, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Perjanjian kerja yang dibuat oleh pihak yang bertentangan dengan kemampuan dan

kecakapan para pihaknya yang membuatnya, perjanjian itu dapat dibatalkan.12

Outsourcing adalah proses memindahkan pekerjaan dan layanan yang

sebelumnya dilakukan didalam perusahaan kepada pihak ketiga. Jumlah, luas dan

bentuk pekerjaan yang di-outsource berkembang sangat cepat, tidak hanya

pekerjaan tipikal pabrik tetapi juga pekerjaan yang lebih canggih, seperti technical

service, engineering bahkan financial analysis dan payroll. Outsourcing adalah

usaha untuk mendapatkan tenaga ahli serta mengurangai beban dan biaya

perusahaan dalam meningkatkan kinerja perusahaan agar dapat terus kompetitif

dalam menghadapi perkembangan ekonomi dan teknologi global dengan

menyerahkan kegiatan perusahaan pada pihak lain yang tertuang dalam kontrak.13 Alasan utama outsourcing adalah:

1. Meningkatkan fokus bisnis, karena telah melimpahkan sebagian

opersionalnya kepada pihak lain

2. Membagi resiko operasional. Outsourcing membuat resiko operasional

perusahaan bias terbagi kepada pihak lain.

3. Sumber daya perusahaan yang ada bias dimanfaatkan untuk kebutuhan yang

lain.

4. Mengurangi biaya karena dana yang sebelumnya digunakan untuk investasi

biasa digunakan sebagai biaya operasinal.

12

Syamsuddin. Mohd Syaufii, Perjanjian-Perjanjian Dalam Hubungan Industrial, (Jakarta : Sarana Bhakti Persada, 2005) hal .7.

13

(11)

5. Mempekerjakan sumber daya manusia (SDM) yang berkompetensi karena

tenaga kerja yang disediakan oleh perusahaan outsourcing adalah tenaga

yang sudah terlatih dan kompeten di bidangnya.

6. Mekanisme kontrol menjadi lebih baik.14

Menurut Iman Soepomo, tujuan atau hakekat hukum ketenagakerjaan (

hukum perburuhan ) adalah untuk melindungi pihak yang lemah, biasanya buruh,

dengan cara menempatkanya pada kedudukan yang layak pada kemanusiaan.15 Menurut Manulang, ada 2 (dua) tujuan Hukum Ketenagakerjaan, antara lain.16:

a. Untuk mencapai atau melaksanakan keadilan sosial dalam bidang

ketenagakerjaan ; dan

b. Untuk melindungi tenaga kerja terhadap kekuasaan yang tidak terbatas

dari pengusaha.

Butir (a) lebih menunjukkan bahwa hukum ketenagakerjaan harus menjaga

ketertiban, keamanan, dan keadilan bagi pihak-pihak yang terkait dalam

proses produksi, untuk dapat mencapai ketenagan bekerja dan kelangsungan

berusaha. Sedangkan butir (b) dilatarbelakangi adanya pengalaman selama

ini yang seringkali berujung pada tindakan sewenang-wenangan pengusaha

terhadap pekerja/buruh. Untuk itu diperlukan suatu perlindungan hukum

secara komprehensif dan konkret dari pemerintah.17

14Ibid

, hal. 315. 15

Iman Soepomo, Op.cit. hal. 9. 16

Sendjun H. Manulang, Op.cit. hal. 2. 17

(12)

Jenis perjanjian kerja dapat dibedakan atas lamanya waktu yang disepakati

dalam perjanjian kerja, yaitu dapat dibagi menjadi perjanjian kerja waktu tertentu

(PKWT) dan perjanjian kerja waktu tidak tertentu (PKWTT).

a. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT)

Pada dasarnya perjanjian kerja untuk waktu tertentu (PKWT) diatur untuk

memberikan perlindungan bagi tenaga kerja, dengan dasar pertimbangan agar tidak

terjadi tidak terjadi dimana pengangkatan kerja dilakukan melalui perjanjian dalam

bentuk perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT) untuk pekerja yang sifatnya

terus-menerus atau merupakan pekerjaan tetap/permanen suatu badan usaha.

Perlindungan pekerja/buruh melalui pengaturan perjanjian kerja waktu

tertentu (PKWT) ini adalah untuk memberikan kepastian bagi mereka yang

melakukan pekerjaan yang sifatnya terus-menerus tidak akan dibatasi waktu

perjanjian kerjanya. Sedangkan untuk pengusaha yang menggunakan melalui

pengaturan perjanjian kerja waktu tertentu ini (PKWT), pengusaha diberikan

kesempatan menerapakanya untuk pekerjaan yang sifatnya terbatas waktu

pengerjaanya, sehingga pengusaha juga dapat terhindar dari kewajiban mengangkat

pekerja/buruh tetap untuk pekerjaan yang terbatas waktunya.18

Perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT) sebagaimana diatur dalam Pasal 56

ayat (2) Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan hanya

didasarkan atas jangka waktu atau selesainya suatu pekerjaan tertentu dan tidak

dapat diadakan untuk pekerjaan yang bersifat tetap. Selain itu perjanjian kerja

untuk waktu tertentu hanya dapat dibuat untuk pekerjaan tertentu yang menurut

jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaanya akan selesai dalam waktu tertentu, yaitu:

18

(13)

1) Pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara sifatnya

2) Pekerjaan yang diperkirakan penyelesainya dalam waktu yang tidak terlalu

lama dan paling lama 3 (tiga) tahun

3) Pekerjaan yang bersifat musiman; atau

4) Pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru atau

produk tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan.

b. Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tidak Tertentu (PKWTT)

Sedangkan untuk perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu (PKWTT)

dapat mensyaratkan masa percobaan kerja paling lama 3(tiga) bulan, dan dimasa

percobaan ini pengusaha dilarang membayar upah dibawah upah minimum yang

berlaku.

Apabila masa percobaan telah dilewati, maka pekera/buruh langsung

menjadi berstatus pekerja tetap. Dengan status tersebut pekerja/buruh memiliki hak

sebagaimana diatur dalam Peraturan perundang-undangan atau perjanjian kerja

bersama.19

Sumber Hukum outsourcing (alih daya), yaitu:

a. Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945.

b. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata diatur dalam Pasal 1601 KUH

Perdata dan perjanjian pemborongan diatur dalam Pasal 1601b,1604 s.d.

1616 KUH Perdata.

c. Undang-Undang Ketenagakerjaan Nomor 13 tahun 2003 tentang

ketenagakerjaan diatur dalam Pasal 64, 65, dan 66.

19Ibid

(14)

d. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi (Permenakertrans) RI

No.: KEP-101/MEN/VI2004 tentang Tata Cara Perizinan Perusahaan

Penyedia Jasa Pekerja/Buruh.

e. Keputusan Menteri Tenaga kerja dan Transmigrasi RI No. :

KEP.220/MEN/X/2004 tentang Syarat-syarat Penyerahan Sebagian

Pelaksanaan pekerjaan Kepada Perusahaan Lain.

f. Inpres No. 3 Tahun 2006 tentang Paket Kebijakan Iklim Investasi.

g. Peraturan Menteri Tenga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia

Nomor 19 Tahun 2012 tentang Syarat-syarat Penyerahan Sebagian

Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Perusahaan lain.

h. Surat Edaran No. B.31/PHIJKS/I/2012 tentang pelaksanaan putusan

Mahkamah Konstitusi No.27/PUU-IX/2011. Mahkamah Konstitusi

memutuskan setiap pekerja outsourcing harus mendapatkan hak yang sama

dengan pekerja non outsourcing. Selain itu perusahaan outsourcing harus

memperhitungkan masa kerja yang ada sebagai acuan untuk menentukan

upah dan hak-hak lainya di perusahaan outsourcing yang bersangkutan,

termasuk terjadi pengalihan kepada perusahaan penerima pekerjaan lain.

PT.Indonesia Asahan Aluminium (Persero), terdiri dari:20

1) Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang terletak disungai asahan di

Paritohan, Kecamatan Pintu Pohan Meranti, Kabupaten Toba Samosir.

PLTA PT.INALUM (Persero) yang terletak disepanjang Sungai Asahan terdiri

dari:

20

(15)

2) Bendungan Pengatur (Regulating Dam) , yang terletak di Siruar, lebih

kurang 14,6 km dari Danau Toba. Bendungan ini berfungsi untuk

menyediakan persedian air yang didalam danau dan mengatur air keluar

dari Danau Toba ke sungai Asahan. Tipe bendungan ini adalah beton massa

dengan ketinggian 39 m, panjang 71m.

3) Bendungan Penadah Air Siguragura (Siguragura Intake Dam), yang terletak

di Simorea, lebih kurang 9 km dihilir bendungan pengatur. Tipe bendungan

ini adalah beton masa dengan ketinggian 46 m, panjang 173 m. Bendungan

ini berfungsi untuk mengatur pasokan air ke stasiun pembangkit listrik

Siguragura (Siguragura Power Station), yang berada 200 m didalam perut

bumi dengan 4 unit generator. Total kapasitas tetap dari keempat generator

tersebut adalah 203 MW. Pembangkit Siguragura ini merupakan PLTA

bawah tanah pertama di Indonesia.

4) Bendungan Penadah Air Tangga (Tangga Intake Dam), yang terletak di

Tangga, lebih kurang 8 km dihilir bendungan Siguragura atau 500 m dihulu

air terjun Tangga. Bendungan ini berfungsi untuk mengatur pasokan air ke

PLTA Tangga. Tipe bendungan ini adalah beton masa berbentuk busur

pertama di Indonesia. PLTA Tangga yang berada lebih kurang 1,7 km di

hilir bendungan Tangga berada diatas permukaan tanah dan memiliki 4

generator. Total kapasitas tetap PLTA Tangga ini adalah 223 MW.21

Kemudian tenaga listrik yang dihasilkan stasiun pembangkit listrik

Siguragura dan Tangga disalurkan melalui jaringan sepanjang 120 km dengan

jumlah menara 271 buah dan tegangan 275 KV ke Kuala Tanjung. Melalui gardu

21

(16)

induk Kuala Tanjung tegangannya diturunkan menjadi 33 KV untuk didistribusikan

ke tiga gedung tungku reduksi dan gedung penunjang lainya. Masaing-masing

gedung tungku reduksi mempunyai 2 unit penyearah silicon dengan DC 37 KA dan

800 V.

Sesuai dengan Perjanjian Induk kelebihan tenaga listrik dengan batasan

max, 50 MW diserahkan kepada pemerintah melalui PLN. Kelebihan tenaga listrik

tegangan 275 KV ini disalurkan melalui gardu Kuala Tanjung ke gardu induk PLN

untuk didistribusikan ke masyarakat melalui jaringan transmisi 150 KV.22

5) Pabrik peleburan aluminium yang terletak di Kuala Tanjung, Kecamatan

Sei Suka, Kabupaten Batubara.

Pabrik peleburan PT.Inalum terdiri dari 3 (tiga) pabrik utama yaitu:

(1) Pabrik Karbon (Carbon Plant)

(2) Pabrik Reduksi (Reduction Plant)

(3) Pabrik Penuangan (Casting Plant)

PT.INALUM membangaun sarana yang diperlukan untuk kedua proyek,

seperti: pelabuhan, jalan-jalan, perumahan karyawan, sekolah dan lain-lain, dengan

investasi yang keseluruhannya berjumlah lebih kurang 411 milyar yen.23

F. Metode Penelitian

1. Jenis dan sifat penelitian

Penulis skripsi ini menggunakan metode penelitian hukum normatif.

Penelitian hukum normatif dilakukan melalui kajian terhadap peraturan

perundang-undang dan bahan-bahan yang berkaitan dengan skripsi ini.

22Ibid

, hal. 4. 23

(17)

Penelitian ini bersifat deskriptif. Tujuan penelitian deskriptif adalah

menggambarkan secara tepat, sifat individu, suatu gejala, keadaaan atau kelompok

tertentu, asas-asas atau suatu peraturan-peraturan hukum dalam konteks teori-teori

hukum dan pelaksanannya, serta menganalisa fakta secara cermat tentang

penggunaan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai perjanjian

kerjasama PT.Indonesia Asahan Aluminium dan PT.Putra Tanjung Lestari dalam

pengadaan tenaga kerja outsourcing.

2. Data dan sumber data

Data yang dikumpulkan oleh penulis dalam penyusunan skripsi ini

dilakukan melalui pengumpulan data primer, skunder dan tersier.

a. Bahan Hukum Primer, yaitu berupa Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

(KUH Perdata), Undang-Undang Ketenagakerjaan Nomor 13 tahun 2003

tentang ketenagakerjaan, Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

(Permenakertrans) RI No.: KEP-101/MEN/VI2004 tentang Tata Cara

Perizinan Perusahaan Penyedia Jasa Pekerja/Buruh, Keputusan Menteri

Tenaga kerja dan Transmigrasi RI No. : KEP.220/MEN/X/2004 tentang

Syarat-syarat Penyerahan Sebagian Pelaksanaan pekerjaan Kepada

Perusahaan Lain, Inpres Nomor 3 Tahun 2006 tentang Paket Kebijakan

Iklim Investasi, Peraturan Menteri Tenga Kerja Dan Transmigrasi Republik

Indonesia Nomor 19 Tahun 2012 tentang Syarat-syarat Penyerahan

Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Perusahaan lain, Surat Edaran No.

B.31/PHIJKS/I/2012 tentang pelaksanaan putusan Mahkamah Konstitusi

(18)

b. Bahan Hukum Skunder, yaitu bahan hukum berupa hasil penelitian,

lampiran-lampiran, makalah dan data internet, yang dapat memberikan

penjelasan terhadap bahan hukum primer.

c. Bahan Hukum Tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk

maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan skunder, seperti

kamus, ensiklopedia, dan lain-lain.

3. Teknik pengumpulan data

Penelitian kepustakaan yaitu dengan melakukan bacaan-bacaan teoritis

yang ilmiah yang digunakan sebagai bahan analisis terhadap masalah yang dibahas.

Data –data tersebut diperoleh dari buku-buku referensi, buku catatan perkuliahan,

diskusi, internet, dan dokumen-dokumen peraturan perundang-undangan.

Penelitian lapangan, yaitu suatu cara untuk memperoleh data dengan cara

melakukan penelitian langsung dilapangan untuk memperoleh data yang konrit dan

aktual, untuk itu penulis dengan melakukan wawancara dengan staf di

PT.Indonesia Asahan Aluminium (Persero).

4. Analisis data

Metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah analisis kualitatif,

yaitu data yang diperoleh kemudiaan disusun secara sistematis dan selanjutnya

dianalisis secara kualitatif untuk mencapai kejelasan masalah yang akan dibahas

dan hasilnya tersebut dituangkan dalam bentuk skripsi. Metode kualitatif dilakukan

guna mendapatkan data yang bersifat deskriptif analistis, yaitu data-data yang akan

diteliti dan dipelajari sebagai sesuatu yang utuh.

(19)

G. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan dalam pembahasan skripsi ini, maka penulis membuat

sistematika secara terstruktur dalam bagian-bagian yang semuanya saling

berhubungan satu sama lain.

Sistematika atau gambaran isi tersebut dipisahakan dalam beberapa bab dan

diantara bab-bab ini terdiri pula atas sub bab.

Adapun gambaran isi sistematika tersebut adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini, dibahas hal-hal yang berkenaan dengan latar belakang, rumusan

masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan

kepustakaan, metode penulisan dan bagian yang terakhir yakni sistematika

penulisan yang menjadi gambaran isi dari skripsi ini.

BAB II PENGATURAN HUKUM OUTSOURCING DI INDONESIA

Pada bagian bab ini, diuraikan tentang, pengertian outsourcing, sejarah

outsourcing, outsourcing dalam peraturan ketenagakerjaan di Indonesia,

hubungan hukum antara pekerja/outsourcing dengan perusahaan pengguna

outsourcing.

BAB III ANALISIS PERJANJIAN ANTARA PT.INALUM DAN

PT.PUTRATANJUNG LESTARI DALAM PENGADAAN

TENAGA KERJA OUTSOURCING

Pada bagian bab ini diuraikan tentang, keabsahan suatu perjanjian antara

(20)

Asahan Aluminium, hak dan kewajiban PT.Putra Tanjung Lestari, hak-hak

normatif pekerja outsourcing, upaya hukum dalam penyelesaian sengketa.

BAB IV KEDUDUKAN PERJANJIAN ANTARA PT.INALUM DAN

PT.PUTRA TANJUNG LESTARI SETELAH PT.INALUM

MENJADI BUMN.

Pada bagian bab ini diuraikan tentang, sejarah PT.Indonesia Asahan

Aluminium menjadi BUMN, Akibat perubahan bentuk menjadi BUMN,

kedudukan perjanjian PT.Indonesia Asahan Aluminium dan PT.Putra Tanjung

Lestari setelah PT.INALUM BUMN.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan bab terakhir sekaligus penutup yang berisikan tentang

kesimpulan penulis dari pembahasan terhadap pokok permasalahan serta

saran-saran penulis atas bagaimana baiknya langkah-langkah yang dapat diambil

dalam mengatasi permasalahan tersebut.

Referensi

Dokumen terkait

Selain aturan mengenai jarak waktu kuliah yang bisa digunakan, aturan-aturan lain yang juga harus dipenuhi adalah tidak ada dosen yang mengajar lebih dari satu kelas pada hari dan

Namun, ketersedian fasilitas dan kemewahan yang ditawarkan oleh penyedia tempat-tempat bermain futsal tentunya tidaklah lengkap apabila tidak dibarengi dengan

Setelah mendapat pertapakan yang baik, selanjutnya keluarga-keluarga yang hendak mendirikan rumah tersebut mencari dan menetapkan satu hari yang baik melalui seorang dukun,

Hal ini dapat dilihat dari indikator: (a) Efisiensi, setiap aparatur pada Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat telah melaksanakan program dan kegiatan dengan menggunakan sumber daya

Diagram ini menggambarkan aktivitas yang dilakukan pada sistem dalam aplikasi ini, mulai dari proses pemesanan makanan rawat inap pasien oleh perawat sampai proses

Nippon Paint Jakarta, Pendataan rekam medis pasien dilakukan secara manual dengan menggunakan Microsoft Excel , Sehingga pengelolaan data klinik lebih lamban dan kurang efisien

Penelitian ini bertujuan mengetahui respon kinerja produksi dan fisiologis kambing Peranakan Etawah terhadap tingkat pemberian pakan tambahan (dedak halus) pada agroekosistem

Para guru (ustadz) dan pembina merupakan alumni-alumni yang didatangkan dari Gontor Pusat dan telah melalui fase pendidikan dan latihan sehingga siap menjadi