• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Problem Based Learning Terintegrasi Langkah Teori Polya untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika pada Siswa Kelas 5 SD Negeri Sidorejo Lor 05 Salatiga Semester II Tahun Pelaj

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Problem Based Learning Terintegrasi Langkah Teori Polya untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika pada Siswa Kelas 5 SD Negeri Sidorejo Lor 05 Salatiga Semester II Tahun Pelaj"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

6

2.1.1 Problem Based Learning dengan Langkah Polya 2.1.1.1 Pengertian Problem Based Learning

Problem Based Learning atau yang lebih dikenal dengan PBL adalah suatu model pembelajaran dengan membuat konfrontasi kepada peserta didik dengan

masalah-masalah praktis, berbentuk ill-structured, atau open-ended melalui stimulus dalam belajar. Menurut Rusman (2012:241) problem based learning memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut: 1) belajar dimulai dengan

suatu permasalahan, 2) memastikan bahwa permasalahan yang diberikan

berhubungan dengan dunia nyata peserta didik, 3) mengorganisasikan pelajaran di

seputar permasalahan, bukan di seputar disiplin ilmu, 4) memberikan tanggung

jawab sepenuhnya kepada peserta didik dalam mengalami secara langsung proses

belajara mereka sendiri, 5) menggunakan kelompok kecil, dan 6) menuntut

peserta didik untuk mendemonstrasikan apa yang telah mereka pelajari dalam

bentuk produk atau kinerja (performance). Dengan demikian, siswa diharapkan memiliki pemahaman yang utuh dari sebuah materi yang diformulasikan dalam

masalah, penguasaan sikap positif, dan keterampilan secara bertahap dan

berkesinambungan.

Menurut Slameto (2011:7) model Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang melatih dan mengembangkan kemampuan untuk

menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah autentik dari kehidupan

aktual siswa untuk merangsang kemampuan berpikir tingkat tinggi. Hosnan

(2014:295) mengemukakan bahwa model Problem Based Learning merupakan model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah

autentik sehingga siswa dapat menyusun sendiri, menumbuhkembangkan

keterampilan yang lebih tinggi dan inkuiri, memandirikan siswa dan

(2)

Menurut Amir (2008:21) Problem Based Learning adalah lingkungan belajar yang di dalamnya menggunakan masalah yaitu sebelum belajar mempelajari suatu

hal, mereka diharuskan mengidentifikasi masalah, baik yang dihadapi secara nyata

maupun telaah kasus. Masalah diajukan sedemikian rupa sehingga siswa

menemukan kebutuhan belajar yang diperlukan agar mereka dapat memecahkan

masalah tersebut. Sani, Ridwan (2013:138-146) mengemukakan Problem based learning merupakan pembelajaran yang penyampaiannya dilakukan dengan cara menyajikan suatu permasalahan, mengajukan pertanyaan-pertanyaan,

memfasilitasi penyelidikan, membuka dialog.

Arends dalam Trianto (2011:68) menjelaskan bahwa pembelajaran

berdasarkan masalah merupakan pembelajaran dimana siswa mengerjakan

permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka

sendiri, mengembangkan inkuiri dan kemampuan berpikir tingkat tinggi,

mengembangkan kemandirian, dan rasa percaya diri. Menurut Sanjaya (2009:214)

bahwa PBL dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang

menekankan pada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang menyajikan masalah untuk dipecahkan

siswa baik secara individu ataupun kelompok dengan memahami konsep dari

masalah yang ada agar dapat memahami esensi dari materi dan merangsang

pemikiran kritis siswa untuk menyelesaikan masalah dengan cara yang mereka

pahami.

2.1.1.2 Karakteristik Problem Based Learning

Karakteristik Problem Based Learning menurut Arends dalam Trianto (2011:93) adalah sebagai berikut : (1) Pengajuan pertanyaan atau masalah (2)

Berfokus pada keterkaitan antar disiplin ilmu (3) Penyelidikan autentik (4)

Menghasilkan produk dan memamerkannya (4) Kolaborasi.

(3)

berkelompok secara aktif merumuskan masalah, 3) mempelajari dan mencari

sendiri materi yang berhubungan dengan masalah serta melaporkan solusinya.

Setiap model mempunyai kelebihan dan kelemahan, begitu juga dengan model

PBL juga mempunyai kelebihan dan kelemahan. Kelebihan model PBL menurut

Sanjaya (2009:220-221) antara lain:

1) PBL merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami

pelajaran

2) PBL dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan

untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa

3) PBL dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran

4) Melalui PBL bisa memperlihatkan kepada siswa setiap mata pelajaran,

pada dasarnya merupakan cara berfikir, dan sesuatu yang harus

dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar dari guru atau

buku-buku saja

5) PBL dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa

6) PBL dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis

7) PBL dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata

8) PBL dapat mengembangkan minat siswa untuk belajar secara

terus-menerus sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.

Sedangkan kelemahan dari model PBL antara lain:

1) Siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa

masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan

merasa enggan untuk mencoba

2) Keberhasilan model pembelajaran melalui PBL membutuhkan cukup

waktu untuk persiapan

3) Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan

masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa

yang ingin mereka pelajari.

(4)

2.1.1.3 Langkah-langkah Problem Based Learning

Langkah-langkah Problem Based Learning menurut Sugiyanto (2008:140-141) ada 5 tahapan yang harus dilakukan dalam PBL, yaitu: 1) Memberikan

orientasi tentang permasalahannya kepada siswa. 2) Mengorganisasikan siswa

untuk meneliti. 3) Membantu investigasi mandiri dan kelompok. 4)

Mengembangkan dan mempresentasikan hasil. 5) Menganalisis dan mengevaluasi

proses mengatasi masalah.

Endang (2011:221) menyebutkan ada 4 langkah dalam proses pembelajaran

berbasis masalah yaitu: (1) guru menjelaskan tujuan pembelajaran kemudian

memberi tugas atau masalah untuk dipecahkan (2) guru menjelaskan prosedur

yang harus dilakukan dan memotivasi siswa agar lebih aktif dalam pemecahan

masalah (3) guru membantu siswa menyusun laporan hasil pemecahan masalah

yang sistematis (4) guru membantu siswa untuk melakukan evaluasi dan refleksi

proses-proses yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah. Sintak atau

langkah-langkah pembelajaran dengan model Problem Based Learning (PBL) disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 3

Sintaks Pembelajaran Problem Based Learning

Tahap Aktivitas Guru

Tahap I

Orientasi siswa pada masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, memotivasi siswa untuk terlibat pada aktivitas pemecahan masalah

Tahap II

Mengorganisasi siswa untuk belajar

Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas-tugas belajar yang berkaitan dengan masalah

Tahap III

Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok

Guru mendorong siswa untuk mendapatkan informasi yang tepat agar mendapat solusi intuk memecahkan masalah

Tahap IV

Mengembangkan dan menyajikan hasil

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan hasil-hasil yang tepat seperti laporan dan membantu

(5)

Tabel 3 menunjukkan langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru

menggunakan model Problem Based Learning. Ada 5 langkah dari model Problem Based Learning yang digunakan dalam pembelajaran yaitu; orientasi masalah, organisasi belajar, penyelidikan, pengembangan dan penyajian hasil,

analisis dan evaluasi.

2.1.1.4 Pemecahan Masalah Matematika Menurut Polya

Menurut Hudojo dalam Aisyah, dkk. (2007:5-3), pemecahan masalah pada

dasarnya adalah proses yang ditempuh oleh seseorang untuk menyelesaikan

masalah yang dihadapinya sampai masalah itu tidak lagi menjadi masalah

baginya. Menyelesaikan suatu masalah merupakan proses untuk menerima

tantangan dalam menjawab masalah. Suatu masalah memuat tantangan yang tidak

dapat dipecahkan oleh suatu prosedur rutin yang telah diketahui oleh pelaku

sehingga dibutuhkan waktu yang relatif lebih lama untuk menyelesaikan masalah

tersebut dari proses pemecahan masalah rutin biasa. Pemecahan masalah

merupakan salah satu topik yang penting dalam mempelajari matematika.

Matematika pada dasarnya searti dengan pemecahan masalah yaitu mengerjakan

soal cerita, membuat pola, menafsirkan gambar atau bangun, membentuk

konstruksi geometri, membuktikan teorema dan lain sebagainya.

Menurut George Polya dalam Simanullang, dkk. (2008:9-8) bahwa untuk

mempermudah memahami dan menyelesaikan suatu masalah, terlebih dahulu

masalah tersebut disusun menjadi masalah-masalah sederhana, lalu dianalisis

(mencari semua kemungkinan langkah-langkah yang akan ditempuh), kemudian

dilanjutkan dengan proses sintesis (memeriksa kebenaran setiap langkah yang

dilakukan). Pada tingkatan masalah tertentu, langkah-langkah Polya di atas dapat

disederhanakan menjadi empat langkah yaitu memahami masalah, membuat

rencana penyelesaian, melaksanakan rencana dan melihat kembali.

(6)

Langkah-langkah pemecahan masalah menurut Polya (Nuralam, 2009) yakni memahami masalah, merencanakan penyelesaian, menyelesaikan masalah, dan

melakukan pengecekan kembali semua langkah yang telah dikerjakan. Pada fase

memahami masalah siswa tidak mungkin menyelesaikan masalah dengan benar

tanpa adanya pemahaman terhadap masalah yang diberikan, selanjutnya siswa

harus mampu menyusun rencana atau strategi. Penyelesaian masalah dalam fase

ini sangat tergantung pada pengalaman siswa yang kreatif dalam menyusun

penyelesaian suatu masalah. Langkah selanjutnya adalah siswa mampu

menyelesaikan masalah sesuai dengan rencana yang telah disusun dan dianggap

tepat. Langkah terakhir dari proses penyelesaian masalah menurut Polya adalah

melakukan pengecekan atas apa yang dilakukan, mulai dari fase pertama hingga

hingga fase ketiga. Kesalahan yang tidak perlu teijadi dapat dikoreksi kembali

dengan model seperti ini, sehingga siswa dapat menemukan jawaban yang

benar-benar sesuai dengan masalah yang diberikan

Langkah-langkah Polya meliputi: memahami masalah dalam bentuk yang

lebih jelas, menyatakan masalah dalam bentuk yang lebih operasional, menyusun

hipotesis-hipotesis kerja dan prosedur kerja yang perkirakan baik, hipotesis dan

melakukan kerja untuk memperoleh hasilnya, mengecek kembali hasil yang sudah

diperoleh. Langkah-langkah Polya pada dasarnya adalah belajar metode-metode

ilmiah atau berpikir secara sistematis, logis, dan teratur secara teliti. Tujuanya

adalah untuk memperoleh kemampuan kecakapan kognitif untuk memecahkan

masalah secara rasional, lugas, dan tuntas. Secara garis besar, langkah pemecahan

masalah dengan polya disajikan dalam gambar berikut;

Memahami masalah

Merencanakan penyelesaian

Melaksanakan rencana

(7)

Gambar 1. Langkah-langkah pemecahan masalah dengan teori polya

2.1.1.6 Problem Based Learning terintegrasi langkah teori polya

Pembelajaran matematika menggunakan model Problem Based Learning (PBL) terintegrasi langkah teori polya diharapkan dapat meningkatkan hasil

belajar siswa. Sintak pembelajaran Problem Based Learning (PBL) terintegrasi langkah teori polya :

Tabel 4

Sintak pembelajaran model Problem Based Learning (PBL) terintegrasi langkah teori polya

Tahap Kegiatan pembelajaran dengan teori polya

Orientasi siswa pada masalah

Siswa mulai terlibat dalam aktivitas memecahkan masalah. Pada tahap ini, langkah pemecahan masalah yang pertama adalah memahami masalah dengan megumpulkan semua data atau informasi yang ada

Mengorganisasi siswa untuk belajar

Setelah memahami masalah, siswa mulai berpikir menyusun rencana untuk menyelesaikan masalah yang ada

Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok

Siswa melaksanakan rencana yang telah disusun dengan memasukkan data atau informasi yang telah diperoleh pada tahap pertama kedalam perencanaan penyelesaian

Mengembangkan dan menyajikan hasil

Setelah siswa mendapat jawaban atas permasalah yang mereka pecahkan, siswa mengecek kembali hasil yang didapat mulai dari tahap pertama sampai ketiga untuk memastikan tidak ada kekeliruan Menganalisis dan mengevaluasi proses

pemecahan masalah

Jawaban beserta langkah pemecahan masalah didiskusikan dengan kelas

2.1.2 Hasil belajar Matematika

2.1.2.1 Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Menurut Karso (2014:1.40) Matematika merupakan suatu ilmu yang

berhubungan dengan penelaah bentuk-bentuk atau struktur-struktur dan hubungan

diantar hal-hal itu. Pendapat lain dalam Karso (2014:1.40) diantaranya Kline

(8)

sempurna karena dirinya sendiri. Tapi beradanya itu terutama untuk membantu

manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan

alam. Reys (1984) mengatakan bahwa matematika adalah telaah tentang pola dan

hubungan, suatu jalan/pola pikir, suatu seni bahasa/suatu alat.

Strategi pemahaman Matematika di SD tak lepas dari adanya peran teori-teori

belajar yang dapat disesuaikan dengan pemahaman dan kemampuan anak. Tujuan

akhir dari matematika adalah pemahaman terhadap konsep-konsep matematika

yang relatif abstrak. Menurut teori Piaget, kemampuan siswa SD belum sampai

pada tahap berfikir abstrak atau formal, mereka masih berada pada tingkat operasi

konkret. Maka dari itu, pembelajaran matematika di SD menggunakan sifat

matematika yang abstrak namun tetap memperhatikan karakteristik matematika

antara lain sebagai berikut: (1) pembelajaran matematika adalah bertahap, mulai

dari konsep yang sederhana ke konsep yang lebih sukar dan mulai dari konkret ke

semi konkret dan berakhir ke abstrak (2) pembelajaran matematika mengikuti

metode spiral, yaitu menggunakan bahan yang belum dipelajari atau telah

dipelajari dan saling dikaitkan (3) pembelajaran matematika menekankan pada

pola pendekatan induktif, dari khusus ke umum (4) pembelajaran matematika

menganut kebenaran konsistensi.

2.1.2.2Tujuan Matematika Sekolah Dasar

Gagne dalam Herman Hudoyo (2003:36) mengatakan bahwa dalam belajar

matematika ada 2 hal yang dapat diperoleh siswa, yaitu obyek langsung dan

obyek tak langsung. Obyek langsung yang dimaksud adalah berupa fakta,

ketrampilan, konsep dan aturan. Sedangkan obyek tidak langsung adalah antara

lain kemampuan menyelidiki dan memecahkan masalah, belajar mandiri, bersikap

positif terhadap matematika. Pembelajaran matematika di sekolah yang pada

awalnya bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung dan sebagai dasar

untuk mempelajari ilmu yang lain, kini bergeser pada empat tujuan utama yaitu:

(1) melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan (2)

mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, instuisi dan

(9)

prediksi dan dugaan serta mencoba (3) mengembangkan kemampuan

memecahkan masalah (4) mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi

atau mengkomunikasikan gagasan.

2.1.2.3 Definisi Hasil Belajar

Nana Sudjana (2005;5) mengemukakan bahwa pengertian belajar adalah suatu

proses yang ditandai dengan adanya perubahan positif pada diri seseorang.

Perubahan itu dapat ditunjukkan sebagai bentuk dari hasil belajar. Perubahan yang

nampak dapat berupa perubahan pengetahuan, sikap, kecakapan, tingkah laku,

keterampilan atau kebiasaan lain yang menjadi positif dialami oleh individu yang

belajar. Prestasi siswa dapat dilihat dari hasil belajar yang diperolehnya di

sekolah. Hasil belajar dari tes atau ulangan harian dikelas dapat dijadikan sebagai

data kognitif siswa yang diakumulasikan untuk dapat menentukan prestasi yang

diperoleh siswa disekolah. Interaksi antara guru dan siswa dikelas dalam

pembelajaran merupakan proses menambah pengetahuan secara langsung.

Dimyati dan Mujiono (2009:20) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan

suatu puncak proses belajar. Hasil belajar tersebut terutama terjadi karena berkat

evaluasi guru. Selain itu juga menyebutkan bahwa hasil belajar merupakan hasil

dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Oleh karena itu, siswa

yang mendapat hasil yang baik dikelas menunjukkan bahwa pembelajaran yang

dilakukan sudah berhasil.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan

keseluruhan aktivitas yang dilakukan dan terjadinya perubahan perilaku dalam

ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik sehingga terjadi peningkatan dari segala

ranah. Dalam peelitian ini untuk melihat hasil belajar atau ketercapaian proses

pembelajaran hanya dilihat dalam ranah kognitif. Dalam ranah kognitif, hasil

belajar dapat dilihat dari skor yang diperoleh siswa dari tes yang diberikan guru

setelah proses pembelajaran.

(10)

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa (Rusman:2012) antara

lain faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berupa faktor fisiologi dan

faktor psikologi. Faktor fisiologi yaitu kondisi fisiologis, seperti kesehatan yang

prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani

dan sebagainya. Hal tersebut dapat mempengaruhi peserta didik dalam menerima

materi pelajaran. Faktor psikologi meliputi intelegensi (IQ), perhatian, minat,

bakat, motif, motivasi, kognitif dan daya nalar peserta didik. Faktor eksternal

yaitu faktor lingkungan dan faktor instrumental. Faktor lingkungan meliputi

lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Faktor instrumental adalah faktor yang

keberadaan dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang

diharapkan. Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untk

tercapainya tujuan-tujuan belajar yang direncanakan. Faktor-faktor instrumental

ini berupa kurikulum, sarana dan guru.

2.1.2.5 Pengukuran Hasil Belajar

Untuk mengetahui tercapai atau tidaknya suatu tujuan pembelajaran, guru

perlu mengadakan tes formatif setiap menyajikan suatu bahasan materi kepada

siswa. Penelitian formatif ini untuk mengetahui sejauh mana siswa telah

menguasai pembelajaran khususnya mencapai tujuan yang diinginkan. Hal

tersebut adalah hal yang digunakan untuk memberikan umpan balik kepada guru

dalam rangka memperbaiki proses belajar mengajar dan melaksanakan program

remidial atau pengayaan bagi siswa. Karena itulah, suatu proses belajar mengajar

dinyatakan berhasil apabila hasilnya memenuhi tujuan pembelajaran.

2.2 Hasil Kajian Penelitian Yang Relevan

Dari penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa Problem Based Learning dan Teori Polya efektif meningkatkan hasil belajar siswa, penelitian tersebut

antara lain:

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dyah Wahyuningtyas dengan

tujuan untuk untuk meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas III

(11)

cerita melalui metode polya Tahun Pelajaran 2012/2013 menunjukkan bahwa

penelitian ini memperoleh hasil bahwa Penggunaan metode polya sangat

membantu dalam usaha meningkatkan hasil belajar siswa. Suasana belajar yang

ditimbulkan dalam pembelajaran lebih menantang siswa untuk memecahkan

masalah dan rasa tanggng jawab dalam setiap siswa sehingga meminimalisasi rasa

bosan dan jenuh dalam belajar menghitung. Selain itu, melalui metode polya

dapat meningkatkan hasil belajar penjumlahan dan pengurangan pada soal cerita

dengan hasil rata – rata nilai siklus I putaran I 70 dengan prosentase 45,83% dari

24 siswa baru 11 siswa yang memenuhi target, pada siklus I putaran II dengan hasil rata – rata nilai 72,92 dengan prosentase 54,17% dari 24 siswa baru 13 siswa yang memenuhi target dan siklus II putaran I rata – rata nilai 76,25 dengan

prosentase 62,50% dari 24 siswa baru 15 siswa yang sudah target, dan siklus II

putaran II rata – rata nilai 79,17 dengan prosentase 75% dari 24 siswa maka 19

siswa sudah mencapai ketuntasan minimal 75.

Penelitian lain adalah yang dilakukan oleh Alim dan Novisita Ratu dengan

judul penelitian Peningkatan Hasil belajar matematika siswa kelas IV dengan

metode problem based learning dan teori dienes. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa dalam pembelajaran menggunakan PBL dengan teori dienes siswa menjadi

aktif dan terlibat dalam pemecahan masalah kelompok. Peningkatan hasil belajar

dari 73,94 menjadi 85 setelah menggunakan metode metode problem based

learning dengan teori dienes.

2.3 Kerangka Pikir

Kegiatan belajar mengajar dikelas berlangsung kurang efektif, pada saat proses pemecahan masalah siswa hanya mengacu pada hasil akhir dan belum

memperhatikan proses pemecahan masalah. Hal ini seringkali membuat hasil

akhir siswa keliru, selain itu siswa cenderung hanya fokus pada contoh yang

diberikan guru sehingga jika ada soal berbeda siswa tidak dapat memecahkannya.

Aktivitas yang kurang dalam pembelajaran dikarenakan pembelajaran hanya

terpusat kepada guru meskipun guru sudah mencoba beberapaa model

(12)

meningkatklan aktivitas kemampuan pemecahan masalah yang berdampak pada

hasil belajar siswa. Metode ceramah merupakan metode yang seringkali

digunakan guru didalam proses pembelajaran, dengan metode ceramah pola

pembelajaran yang berpusat pada guru mengurangi aktivitas siswa untuk lebih

aktif sedangkan siswa dituntut untuk menguasai materi, penugasan, dan lain

sebagainya.

Salah satu alternatif untuk memperbaiki pembelajaran tersebut adalah dengan

menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning terintegrasi langkah teori polya, model Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang berbasis masalah. Siswa dibimbing oleh guru untuk memecahkan masalah dengan

penyelidikan sendiri. Integrasi dari teori polya digunakan saat siswa melakukan

proses pemecahan masalah. Siswa dalam memecahkan masalah menggunakan 4

langkah teori polya sehingga siswa benar-benar memahami apa yang menjadi

masalah. Hasil yang diharapkan yaitu, meningkatnya hasil belajar siswa yang di

(13)

Adapun kerangka pikir penelitian ini digambarkan sebagai berikut : jika ada soal yang berbeda belum

dapat mencari solusi pemecahan

(14)

2.4 Hipotesis Tindakan

Referensi

Dokumen terkait

Dengan melihat pentingnya discharge planning pada pasien Diabetes Melitus dan keluarganya, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan tingkat

Ihwal kemunculan PNPM Kelautan dan Perikanan berasal dari gagasan Kementerian Kelautan dan Perikanan yang ingin meningkatkan produksi perikanan nasional baik itu darat maupun

Pembelajaran matematika yang diharapkan dalam praktek pembelajaran di kelas adalah (1) pembelajaran berpusat pada aktivitas siswa, (2) siswa diberi kebebasan berpikir

Hubungan tingkat pengetahuan responden tentang dismenorea dengan upaya penanganan terhadap dismenorea sesuai dengan hasil analisis memperlihatkan bahwa sebagian besar

Utang jangka panjnag tidak dicatat ketika akan jatuh tempo saat ini sebagai kewajiban lancar apabila akan ditarik atau dilunasi dengan aktiva yang terakumulasi untuk

Dari hasil anlaisis tanah pada akhir percobaan menunjukkan bahwa kandungan bahan organik tanah (asam humik dan asam fulvik) masih tinggi, untuk itu disarankan untuk

Bahasan: Reformasi ketatanegaraan yang dilakukan oleh pemerintah pada lembaga tertinggi negara bertujuan menegakkan kembali demokrasi yang bertumpu pada rakyat, yaitu rakyat tidak

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ella dkk (2015) menyatakan bahwa semakin banyaknya fasilitas layanan kesehatan yang disediakan oleh rumah sakit perlu dilakukannya