BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 adalah sebanyak 237.641.
326 jiwa. Penyebaran penduduk menurut pulau-pulau besar adalah: pulau
Sumatera yang luasnya 25,2 persen dari luas seluruh wilayah Indonesia dihuni
oleh 21,3 persen penduduk, Jawa yang luasnya 6,8 persen dihuni oleh 57,5 persen
penduduk, Kalimantan yang luasnya 28,5 persen dihuni oleh 5,8 persen penduduk,
Sulawesi yang luasnya 9,9 persen dihuni oleh 7,3 persen penduduk, Maluku yang
luasnya 4,1 persen dihuni oleh 1,1 persen penduduk, dan Papua yang luasnya 21,8
persen dihuni oleh 1,5 persen penduduk.1
Jumlah penduduk yang terdata berdasarkan data di atas menempatkan
Islam sebagai Agama yang paling banyak dianut dengan jumlah pemeluk 207,2
juta jiwa atau 87,18 persen.
2
Pada dasarnya pelaku usaha memproduksi barang dan menyediakan jasa .
Kedua hal ini secara umum pengaturan halalnya diatur dalam bentuk barang.
Bentuk barang ini dapat berbentuk makanan dan minuman. Makanan ataupun
minuman tersebut tidak terbatas pada bentuk makanan biasa ataupun obat, namun Dengan jumlah umat Islam yang mayoritas tersebut,
maka sangatlah perlu untuk memperoleh produk halal atas setiap produksi pelaku
usaha di Indonesia.
1
Anonim, “Jumlah dan Distribusi Penduduk” , http:// pstatic .eshopcomp. com/ nwp / v0_0_544/release/Store.html (diakses pada tanggal 15 Maret 2015).
2
yang pasti setiap muslim diwajibkan untuk mengkonsumsi makanan atau
minuman yang halal.
Mengkonsumsi makanan yang halal dan baik (thayib) merupakan perintah
Allah Subhanahu wata’ala (selanjutnya disebut Allah SWT) yang wajib
dilaksanakan oleh setiap orang yang beriman. Perintah ini dapat disejajarkan
dengan bertaqwa kepada Allah. Dengan demikian, mengkonsumsi makanan halal
dengan dilandasi iman dan taqwa karena mengikuti perintah Allah SWT
merupakan ibadah yang mendatangkan pahala dan memberikan kebaikan dunia
dan akhirat. Sebaliknya, mengkonsumsi yang haram merupakan perbuatan
maksiat yang mendatangkan dosa dan keburukan baik dunia maupun akhirat.3
Sebenarnya apa yang diharamkan Allah SWT untuk dimakan jumlahnya
sangat sedikit. Selebihnya, apa yang ada di muka bumi ini pada dasarnya adalah
halal, kecuali yang dilarang secara tegas dalam Al Qur’an dan Hadits. Maka,
sangat logis jika kaidah pertama dan utama dari hukum fiqh menyatakan bahwa
apapun yang bisa dikonsumsi adalah halal kecuali yang diharamkan. Di
dalam Al-Qur’an telah ditegaskan bahwa makanan dan minuman yang
diharamkan adalah bangkai; darah; babi; binatang yang disembelih dengan nama
selain Allah SWT; khamr atau minuman yang memabukkan.
4
3
Anonim “Kewajiban Mengkonsumi Makanan Halal” ,
Perkembangan teknologi telah menciptakan aneka produk olahan yang
kehalalannya diragukan. Banyak dari bahan-bahan haram tersebut yang
dimanfaatkan sebagai bahan baku, bahan tambahan atau bahan penolong pada
4
berbagai produk olahan, karena dianggap lebih ekonomis. Akibatnya kehalalan
dan keharaman sebuah produk seringkali tidak jelas karena bercampur aduk
dengan bahan yang diragukan kehalalannya. Hal ini menyebabkan berbagai
macam produk olahan menjadi syubhat dalam arti meragukan dan tidak jelas
status kehalalannya.5 Berdasarkan hal tersebut, maka Komisi Fatwa Majelis
Ulama Indonesia menyimpulkan bahwa semua produk olahan pada dasarnya
adalah syubhat. Oleh karena itu diperlukan kajian dan penelaahan sebelum
menetapkan status halalharamnya suatu produk. Hal ini dilakukan untuk
menenteramkan batin umat Islam dalam mengkonsumsi suatu produk.6
Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen, pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan
barang dan/atau jasa yang tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal,
sebagaimana pernyataan halal yang dicantumkan dalam label. Pada Peraturan
Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan, pasal 10 ayat
1 menyatakan bahwa setiap orang yang memproduksi atau memasukkan pangan
yang dikemas ke dalam wilayah Indonesia untuk diperdagangkan dan menyatakan
bahwa pangan tersebut halal bagi umat Islam, bertanggung jawab atas kebenaran
pernyataan tersebut dan wajib mencantumkan keterangan atau tulisan halal pada
label. Terkait dengan hal tersebut, untuk menjamin produk halal di Indonesia,
maka pemerintah pada akhirnya menerbitkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun
2014 tentang Jaminan Produk Halal. Di dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 33
Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal disebutkan bahwa penyelenggaraan
5
Anonim, “Kewajiban Mengkonsumi Makanan Halal”, Op.Cit.
jaminan produk halal bertujuan untuk memberikan kenyamanan, keamanan,
keselamatan, dan kepastian ketersediaan Produk Halal bagi masyarakat dalam
mengonsumsi dan menggunakan produk, dan meningkatkan nilai tambah bagi
pelaku usaha untuk memproduksi dan menjual produk halal. Oleh karena itu,
untuk menjamin dikonsumsinya produk halal bagi masyarakat muslim di
Indonesia, maka Pada Pasal 4 disebutkan bahwa produk yang masuk, beredar, dan
diperdagangkan di wilayah Indonesia wajib bersertifikat halal.
Sertifikasi halal suatu produk berkaitan dengan agama, oleh karenanya
Agama Islam sangat concern dengan hal ini sebab menyangkut kaidah-kaidah dan
ajaran Agama Islam itu sendiri. Seringkali LPPOM-MUI mengeluarkan fatwa
berdasarkan hasil pengkajian tentang beberapa produk obat dan makanan. Fatwa
yang dikeluarkan tentu berkaitan dengan obat dan makanan serta kosmetik yang
perlu diperhatikan dan meyakini kehalalannya.7
Berdasarkan penjelasan singkat di atas, akan sangat menarik untuk
dilakukan penelitian yang berjudul Pemberian Jaminan Produk Halal Terhadap
Konsumen Muslim Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 33 Tahu 2014 tentang Sertifikasi halal atas produk yang dimaksudkan di atas tentu saja akan
mengalami perubahan dalam hal pihak mana yang berwenang untuk
mengeluarkannya. Di dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang
Jaminan Produk Halal telah menyebutkan bahwa sertifikat halal tidak hanya
dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) saja namun juga melalui Badan
Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH).
7
Jaminan Produk Halal, yang mana untuk melihat lebih jauh aturan-aturan terkait
dengan jaminan produk halal dan juga hal-hal yang lainnya seperti sertifikasi halal
suatu produk untuk melegalisasi suatu produk tersebut benar-benar halal, dan juga
untuk melihat lebih jauh hal-hal mengenai penyelesaian sengketa terkait dengan
adanya perselisihan yang terjadi atas jaminan produk halal tersebut.
B. Perumusan Masalah
Sebagaimana telah diuraikan pada latar belakang , maka permasalahan yang akan
diangkat yaitu:
1. Bagaimana pengaturan pemberian jaminan produk halal berdasarkan
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal?
2. Bagaimana tanggung jawab pelaku usaha atas kehalalan produk yang telah
disertifikasi?
3. Bagaimana penyelesaian sengketa atas produk tidak halal yang dikonsumsi
Muslim akibat kelalaian yang dilakukan oleh pelaku usaha?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan diatas,ada beberapa tujuan yang melandasi
penelitian ini,yaitu:
a. Untuk mengetahui pengaturan pemberian jaminan produk halal berdasarkan
b. Untuk mengetahui tanggung jawab pelaku usaha atas kehalalan produk yang
telah disertifikasi.
c. Untuk mengetahui penyelesaian sengketa atas produk tidak halal yang
dikonsumsi Muslim akibat kelalaian yang dilakukan oleh pelaku usaha.
2. Manfaat penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini,yaitu sebagai berikut:
a. Manfaat teoritis
Memberikan pengetahuan yang besar bagi penulis sendiri mengenai
pemberian jaminan produk halal terhadap konsumen Muslim ditinjau dari
Undang-Undang Nomor 33 Tahu 2014 tentang Jaminan Produk Halal, di
Indonesia dalam pembangunan ilmu pengetahuan dalam bidang ilmu hukum
ekonomi, khususnya yang berkaitan dengan peralihan hukum perlindungan
konsumen
b. Manfaat praktis
1) Memberikan kontribusi terhadap masyarakat untuk dapat mengetahui
pemberian jaminan produk halal terhadap konsumen Muslim ditinjau dari
Undang-Undang Nomor 33 Tahu 2014 tentang Jaminan Produk Halal di
Indonesia.
2) Memberikan masukan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan
khususnya hukum perusahaan dan juga memberikan pemahaman pada
pihak terkait seperti; praktisi hukum, praktisi legal corporate, dan juga
D. Keaslian Penulisan
Berdasarkan pemeriksaan dan hasil penelitian yang ada, penelitian
mengenai “Pemberian Jaminan Produk Halal Terhadap Konsumen Muslim
Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 33 Tahu 2014 tentang Jaminan Produk
Halal”, belum pernah di bahas oleh mahasiswa lain di lingkungan Universitas
Sumatera Utara dan Penulisan ini asli disusun oleh penulis sendiri dan bukan
plagiat atau diambil dari penelitian orang lain.Penulisan skripsi ini merupakan ide,
gagasan pemikiran dan usaha penulis sendiri bukan merupakan hasil ciptaan atau
hasil penggandaan dari karya tulis orang lain yang dapat merugikan pihak-pihak
tertentu. Sehingga penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya
secara ilmiah dan terbuka atas segala kritikan dan masukan yang sifatnya
membangun guna penyempurnaan hasil penelitian. Di dalam hal mendukung
penulisan ini dipakai pendapat para sarjana yang diambil atau dikutip berdasarkan
daftar referensi dari buku para sarjana yang ada hubungannya dengan masalah dan
pembahasan yang disajikan, baik berupa karya ilmiah maupun pasal-pasal dalam
peraturan perundang-undangan.
E. Tinjauan Pustaka
1. Produk
Produk adalah segala seuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk
diperhatikan, dimiliki, digunakan, atau dikonsumsi yang dapat memuaskan
organisasi dan gagasan.8 David W mengartikan, produk adalah Produk adalah
segala sesuatu yang memilki nilai disuatu pasar sasaran dimana kemempuannya
memberikan manfaat dan kepuasan termasuk benda, jasa, organisasi, tempat,
orang, ide.9
Klasifikasi produk menurut Fandy Tjiptono kedalam dua kelompok:
Berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014
tentang Jaminan Produk Halal, menyebutkan bahwa produk adalah barang
dan/atau jasa yang terkait dengan makanan, minuman, obat, kosmetik, produk
kimiawi, produk biologi, produk rekayasa genetik, serta barang gunaan yang
dipakai, digunakan, atau dimanfaatkan oleh masyarakat. Selanjutnya pada Pasal 1
angka 2 dalam undang-undang yang sama menyebutkan bahwa produk halal
adalah produk yang telah dinyatakan halal sesuai dengan syariat Islam.
10
a. Barang
Barang merupakan produk yang berwujud fisik, sehingga bias dilihat,
diraba, disentuh, dipegang, dan perlakuan fisik lainnya.
1) Barang yang terpakai habis atau tidak tahan lama adalah barang berwujud
biasanya habis dikonsumsi dalm satu atau beberapa kali pemakaian.
Dengan kata lain umur ekonomusnya dalm kondisi pemakaian normal
kurang dari satu tahun.
2) Barang tahan lama merupakan barang berwujud yang tidak bias bertahan
sesusai umur ekonomisnya. Umumnya barang seperti ini membutuhkan
8
Kotler, Philip dan Gary Armstrong, Prinsip-prinsip Pemasaran, Jilid 2 Edisi Kedelapan
(Jakarta: Erlangga, 2001), hlm. 11. 9
David W. Cravens, Pemasaran Strategis (Jakarta: Erlangga, 2001), hlm. 3. 10
pelayanan yang lebih banyak, membutuhkan jaminan /garansi tertentu
dari penjualnya.
b. Jasa (service)
Jasa merupakan aktivitas, manfaat, atas kepuasan yang ditawarkan untuk
dijual. Contohnya bengkel reparasi, salon kecantikan, hotel dan lain-lain.
Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen menyatakan bahwa, barang adalah setiap benda baik
berwujud maupun tidak berwujud, baik bergerak maupun tidak bergerak, dapat
dihabiskan maupun tidak dapat dihabiskan, yang dapat untuk diperdagangkan,
dipakai, dipergunakan, atau dimanfaatkan oleh konsumen. Sedangkan yang
dimaksud dengan jasa adalah setiap layanan yang berbentuk pekerjaan atau
prestasi yang disediakan bagi masyarakat untuk dimanfaatkan oleh konsumen.
2. Konsumen
Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen diartikan bahwa konsumen adalah setiap orang pemakai barang
dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat ,baik bagi kepentingan diri sendiri,
orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.Dalam
mengonsumsi suatu barang,terdapat dua macam prilaku konsumen,yaitu:
a. Prilaku konsumen rasional
Suatu konsumsi dapat dikatakan rasional jika memerhatikan hal-hal berikut:
1) Barang tersebut dapat memberikan kegunaan optimal bagi konsumen.
2) Barang tersebut benar-benar diperlukan konsumen.
4) Harga sesuai dengan kemampuan konsumen.
b. Prilaku konsumen irasional
Suatu prilaku dalam mengonsumsi dapat dikatakan tidak rasional jika
konsumen tersebut membeli barang tanpa dipikirkan kegunaanya terlebih
dahulu
Jasa adalah adalah setiap layanan yang berbentuk pekerjaan atau prestasi
yang disediakan bagi masyarakat untuk dimanfaatkan oleh konsumen. Konsumen
adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam
masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun
makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Konsumen yang dibahas
dalam penelitian ini terfokus pada konsumen muslin.Konsumen muslim yang
dimaksud adalah para konsumen yang beragama Islam dimana mengonsumsi
barang yang dihasilkan oleh pelaku usaha. Badan penyelesaian sengketa
konsumen adalah badan yang bertugas menangani dan menyelesaikan sengketa
antara pelaku usaha dan konsumen.
F. Metode Penelitian
1. Spesifikasi penelitian
Penulisan ini menggunakan metode penelitian hukum normatif.. Penelitian
normatif merupakan penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan
pustaka atau data sekunder.11
11
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif : Suatu Tinjauan Singkat (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2003), hlm. 13.
Menurut H. Zainuddin Ali, penelitian yuridis
perundang-undangan dan putusan-putusan pengadilan serta norma-norma hukum
yang ada dalam masyarakat.12 Penelitian hukum normatif disebut juga penelitian
hukum doktrinal. Pada penelitian hukum jenis ini, seringkali hukum dikonsepkan
sebagai apa yang tertulis dalam peraturan perundang-undangan (law in books)
atau hukum dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan
berperilaku manusia yang dianggap pantas.13
a. Penelitian menarik asas hukum, dimana dilakukan terhadap hukum positif
tertulis maupun tidak tertulis. Penelitian ini dapat digunakan untuk menarik
asas-asas hukum dalam menafsirkan peraturan perundang-undangan. Selain
itu, penelitian ini juga dapat digunakan untuk mencari asas hukum yang
dirumuskan baik secara tersirat maupun tersurat.
Penelitian ini merupakan:
b. Penelitian sistematik hukum, dimana dilakukan terhadap pengertian dasar
sistematik hukum yang meliputi subyek hukum, hak dan kewajiban,
peristiwa hukum, hubungan hukum, maupun obyek hukum.
c. Penelitian taraf sinkronisasi peraturan perundang-undangan yang dilakukan
dengan dua cara, yaitu:
1) Secara vertikal, disini yang dianalisa adalah peraturan
perundang-undangan yang derajatnya berbeda yang mengatur bidang yang sama.
2) Secara horizontal, dimana yang dianalisa adalah peraturan
perundang-undangan yang sama derajat dan mengatur bidang yang sama.
d. Penelitian perbandingan hukum, di mana dilakukan terhadap berbagai sistem
hukum yang berlaku di masyarakat.
12
H. Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm.105. 13
e. Penelitian sejarah hukum, di mana dilakukan dengan menganalisa peristiwa
hukum secara kronologis dan melihat hubungannya dengan gejala sosial
yang ada.
2. Data penelitian
Pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan skripsi
ini,menggunakan metode penelitian kepustakaan (library research) atau studi
dokumen (documnent study).Metode penelitian kepustakaan dilakukan terhadap
data yang bersifat sekunder yang ada di perpustakaan.Data sekunder terdiri atas
tiga bahan hokum yaitu:
a. Bahan hukum primer, berupa peraturan perundang- undangan yang bersifat
mengikat dan disahkan oleh pihak yang berwenang, yaitu Undang-Undang
Dasar 1945, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Undang-Undang
Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal.
b. Bahan hukum sekunder, bahan hukum yang menunjang bahan hukum
primer seperti pendapat para ahli hukum.
c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk dan
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder atau
dengan kata lain bahan hukum tambahan.
3.Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini
adalah penelitian kepustakaan (library research) yaitu mempelajari dan
sumber lainnya yang berhubungan dengan materi skripsi yang dibahas dalam
skripsi ini.Salah satu cara yang dapat digunakan untuk melakukan studi dokumen
adalah dengan melakukan analisa isi (content analysis). Content analysis adalah
teknik untuk menganalisa tulisan atau dokumen dengan cara mengidentifikasi
secara sistematik ciri atau karakter dan pesan atau maksud yang terkandung dalam
tulisan atau dokumen suatu dokumen.
4.Analisis data
Analisis data pada penelitian ini dilakukan secara kualitatif, yaitu dari data
yang diperoleh kemudian disusun secara sistematis kemudian dianalisis secara
normative kualitatif untuk mencapai kejelasan masalah yang dibahas.Penegertian
analisis disini dimaksudkan sebagai suatu penjelasan dan penginterpretasikan
secara logis,sistematis logis sistematis menunjukan cara berfikir deduktif-induktif
dan mengikuti tata tertib dalam penulisan laporan-laporan penelitian ilmiah.
Setelah analisi data selesai maka hasilnya akan disajikan secara deskriptif,
yaitu dengan menuturkan dan menggambarkan apa adanya sesuai dengan
permasalahan yang diteliti. Dari hasil tersebut kemudian ditarik suatu kesimpulan
yang merupakan jawaban atas permasalahan ini.
G. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini diawali dengan latar belakang penelitian, yang berisi
alasan-alasan penulis mengambil judul sebagaimana tercantum
awal mengenai terminologi-terminologi yang digunakan untuk
mengemukakan permasalahan dalam mengidentifikasi masalah
sebagai proses signifikasi pembahasan. Disamping itu untuk
mempertegas pembahasan dicantum pula maksud dan tujuan serta
kegunaan penelitian.
BAB II PENGATURAN PEMBERIAN JAMINAN PRODUK HALAL
BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN
2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL
Bab ini menjelaskan bagaimana pengaturan pemberian jaminan
produk halal berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014
tentang Jaminan Produk Halal. Dalam bab ini akan membahas
secara normatif kewajiban Muslim untuk mengkonsumsi produk
halal berdasarkan Al-Quran dan Hadist, pengertian jaminan produk
halal, para pihak dalam penyelenggaraan jaminan produk halal,
bahan dan proses produk halal dan prosedu memperoleh sertifikat
halal.
BAB III TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA ATAS KEHALALAN
PRODUK YANG TELAH DISERTIFIKASI
Bab ini berisi tanggung jawab pelaku usaha atas kehalalan produk
yang telah diserttifikasi, kedudukan pelaku usaha dalam hukum
perlindungan konsumen, kewajiban pelaku usaha terkait kehalalan
produk yang telah disertifikasi dan tanggung jawab pelaku usaha
BAB IV PENYELESAIAN SENGKETA ATAS PRODUK TIDAK
HALAL YANG DIKONSUMSI KONSUMEN MUSLIM
AKIBAT KELALAIAN OLEH PELAKU USAHA
Bab ini berisi penyelesaian sengketa atas produk tidak halal yang
dikonsumsi konsumen muslim akibat kelalaian yang dilakukan
oleh pelaku usaha, bentuk-bentuk sengketa konsumen, badang
penyelesaian sengketa konsumen sebagai media penyelesaian
sengketa dan pengadilan negeri sebagai media penyelesaian
sengketa dalam dasar gugatan perbuatan melawan hukum
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan bagian terakhir dari penulisan skripsi ini. Bab
ini berisi kesimpulan dari permasalahan pokok dari keseluruhan isi.
Kesimpulan bukan merupakan rangkuman ataupun ikhtisar. Saran
merupakan upaya yang diusulkan agar hal-hal yang dikemukakan
dalam pembahasan permasalahan dapat lebih berhasil berdaya