BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Definisi Kehamilan
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional dalam Prawiroharjo
(2008) mendefinisikan kehamilan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari
spermatozoa dan ovum lalu dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Apabila
dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan
berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender
internasional.
Proses kehamilan merupakan mata rantai yang berkesinambungan terdiri dari
ovulasi (pelepasan ovum), terjadi migrasi spermatozoa dan ovum, terjadi konsepsi
dan pertumbuhan zigot, terjadi nidasi( implantasi uterus), pembentukkan plasenta
tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm. Kehamilan adalah suatu peristiwa
yang dimulai dari konsepsi sampai adanya tanda-tanda persalinan(Bandiyah,
2009).
2.1.1 Pembagian Kehamilan
Menurut Prawirohardjo (2008), kehamilan dibagi menjadi tiga triwulan,
yaitu sebagai berikut :
1) Triwulan Pertama : 0 hingga 12 minggu
2) Triwulan Kedua : 13 minggu 28 minggu
3) Triwulan Ketiga : 29 minggu 40 minggu
Penegakkan diagnosis kehamilan terhadap beberapa tanda dan gejala
kehamilan. Perubahan fisiologi yang terjadi pada wanita hamil menyebabkan
timbulnya perubahan-perubahan yang tanda tidak pasti (presumptive sign), tanda
kemungkinan (probability sign) dan tanda positif (positife sign) (Hani, 2010).
2.1.2 Tanda dan Gejala Kehamilan
Penegakkan kehamilan ditetapkan dengan melakukan penilaian terhadap
tanda, beberapa gejala kehamilan :
1) Tanda – tanda yang tidak pasti ( presumtive signs) atau tanda mungkin
kehamilan
Menurut Manuaba (2009),tanda tidak pasti atau tanda kemungkinan hamil
adalah pembesaran rahim, perubahan serviks, terasa gerakan janin, gejala
subjektif (amenorhe atau tidak haid, mual-muntah, merasakan gerakan janin
dalam rahim, sering kecing, serta perubahan mammae menuju perubahan
hamil)
2) Tanda Kemungkinan (Probability Sign)
Pada pemeriksaan kehamilan dapat diduga hamil bila dijumpai
pembesaran rahim dan perut, pemeriksaan memberikan petunjuk adanya
kehamilan ( terdapat kontraksi rahim saat diraba, ada tanda hegar, chadwick,
piscaseck, ballottement, dan reaksi pemeriksaan kehamilan positif )(Bandiyah,
Adapun pengertian beberapa macam tanda kemungkinan kehamilan adalah
dari Tanda Hegar yaitu segmen bawah rahim melunak, Tanda chadwick yaitu
perubahan warna pada vagina dan vulva menjadi lebih merah dan agak
kebiruan, Tanda Piscaseek yaitu uterus membesar kesalah satu jurusan hingga
menonjol ke jurusan pembesaran tersebut (Rukiyah, 2009).
3)Tanda Pasti Kehamilan
Tanda pasti kehamilan dapat dijumpai dengan jalan :
a) Gerakan janin dalam rahim
Teraba gerakan janin dengan jelas oleh pemeriksa apabila diraba pada usia
kehamilan sekitar 20 minggu (Hani, 2010). Biasanya menjadi jelas setelah
minggu ke 22. Gerakan janin dapat dirasakan dengan jelas setelah minggu
ke-24 (Kusmiyati, 2009).
b) Denyut Jantung Janin
Dapat didengar dengan stetoskop laenec pada minggu 17-18 pada orang
gemuk, lebih lambat. Stetoskope ultranic(Doppler) digunakan untuk
mendengar DJJ lebih awal sekitar minggu ke 12 dengan melakukan
auskultasi pada janin bisa juga mengidentifikasi bunyi-bunyi yang lain,
seperti : bising tali pusat, bising uterus dan nadi ibu (Pantikawati, 2010).
c) Bagian-bagian Janin
Pada ibu yang diyakini sedang dalam kondisi hamil maka dalam
pemeriksaan melalui USG (Ultrasonografi) terlihat adanya gambaran
janin. USG memungkinkan untuk mendeteksi jantung kehamilan pada
kepala dan bokong janin dan merupakan metode yang akurat dalam
menentukan usia kehamilan (Rukiyah, 2009).
2.2Deteksi Dini Tanda-Tanda Bahaya Kehamilan
Deteksi dini adalah suatu mekanisme berupa pemberian informasi secara tepat
waktu dan efektif, melalui institusi yang dipilih, agar masyarakat/individu di
daerah rawan mampu mengambil tindakan menghindari atau mengurangi risiko
dan mampu bersiap-siap untuk merespon secara efektif. Deteksi dini dapat juga
dikatakan sebagai upaya memberitahukan kepada seorang klien yang berpotensi
dilanda suatu masalah untuk menyiagakan mereka dalam menghadapi kondisi dan
situasi suatu masalah (Rukiyah, 2011).
Salah satu deteksi dini dalam mengetahui tanda-tanda bahaya kehamilan
adalah dengan melakukan pemeriksaan kehamilan atau yang dikenal dengan
Antenatal Care (ANC). Asuhan antenatal atau antenatal care (ANC) adalah suatu
program yang terencana berupa observasi, edukasi, dan penanganan medik pada
ibu hamil, untuk memperoleh suatu proses kehamilan dan persalinan yang aman
dan memuaskan( Prawirohardjo, 2008).
Deteksi dini terhadap tanda bahaya kehamilan dilakukan minimal 4 kali
selama ibu hamil atau dilakukan pada tiap trimester yaitu: pada kunjungan
pertama atau pada trimester I tanda bahaya yang harus diwaspadai adalah: adanya
anemia, penyakit keturunan, infeksi dan degeneratif, perdarahan (abortus, ectopic
pregnancy, mola hidatidosa), hiperemesis gravidarum, kelainan genetik janin
Pada kunjungan ulang atau pada trimester kedua, yang harus diwaspadai
tentang kejadian/tanda bahaya yaitu perdarahan, preeklampsia, dan eklampsia,
gangguan pertumbuhan janin. Pada kunjungan ulang di trimester ketiga, tanda
bahayanya adalah adanya kehamilan ganda, ibu mengalami perdarahan (plasenta
previa atau solusio plasenta) (Rukiyah, 2011).
Tujuan ANC (antenatal care) menurut Kusmiyati (2009) yaitu :
1. Mempromosikan, menjaga fisik dan mental ibu bayi dengan pendidikan,
nutrisi, kebersihan diri, dan proses kelahiran bayi.
2. Mendeteksi dan melaksanakan komplikasi medis, bedah atau obstetric selama
kehamilan.
3. Mengembangkan persiapan persalinan serta kesiapan menghadapi
komplikasi.
4. Membantu menyiapkan ibu untuk menyusui dengan sukses, menjalankan
nifas normal, merawat anak secara fisik, psikologis dan sosial.
Menurut Depkes RI (2009), pelayanan antenatal sesuai standar meliputi
anamnesis, pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaaan laboratorium
rutin dan khusus, serta intervensi umum dan khusus (sesuai risiko yang ditemukan
dalam pemeriksaan), adapun penerapan dalam asuhan antenatal yaitu sebagai
berikut:
1. Timbang Berat Badan dan Tinggi Badan
2. Ukur Tekanan Darah
3. Nilai Status gizi (ukur lingkar lengan atas)
5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)
6. Skrining status imunissasi tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toxoid (TT)
bila diperlukan
7. Pemberian Tablet Zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan
8. Tes Laboratorium (rutin dan khusus)
9. Tatalaksana kasus
10. Temu wicara (konseling),termasuk Perencanaan Persalinan danPencegahan
Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan.
Kusmiyati (2009) menyatakan bahwa dengan memberikan asuhan antenatal
yang baik akan menjadi salah satu tiang penyangga dalam safe motherhood dalam
usaha menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal. Peningkatkan
efektifitas asuhan antenatal meliputi hal-hal berikut :
1. Asuhan diberikan oleh petugas yang terampil dan berkesinambungan.
2. Persiapan menghadapi persalinan yang baik dengan cara memperkirakan
komplikasi.
3. Mempromosikan kesehatan dan pencegahan penyakit (tetanus toxoid,
suplemen gizi, pencegahan konsumsi alkohol dan rokok dan lain-lain).
4. Mendeteksi dini komplikasi serta perawatan penyakit yang diderita ibu hamil
(preeklamsia, eklamsia, HIV/AIDS, tuberkolosis, hepatitis, hipertensi,
Standar waktu pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama kehamilan
yaitu minimal 1kali pada triwulan pertama, 1kali pada triwulan kedua, dan
minimal 2 kali pada triwulan ketiga untuk menjamin perlindungan kepada ibu
hamil, berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan dan penanganan komplikasi
(Kemenkes, 2010).
2.3Tanda-Tanda Bahaya Kehamilan
Menurut Depkes 2001 tanda-tanda bahaya dalam kehamilan adalah tanda atau
gejala yang menunjukkan ibu atau bayi yang dikandungnya dalam keadaan
bahaya. Menurut Hani (2010) ada beberapa macam tanda-tanda bahaya kehamilan
adalah sebagai berikut :
1) Perdarahan dari vagina
Menurut Depkes RI (2000) dalam Deliana (2008), pendarahan yang
berhubungan dengan persalinan dibedakan dalam dua kelompok utama yaitu
perdarahan antepartum dan perdarahan postpartum. Perdarahan antepartum adalah
perdarahan pervaginam yang terjadi sebelum bayi lahir. Perdarahan yang terjadi
sebelum kehamilan 28 minggu seringkali berhubungan dengan aborsi atau
keguguran. Perdarahan kehamilan setelah 28 minggu dapat disebabkan karena
terlepasnya plasenta secara prematur, trauma, atau penyakit saluran kelamin
bagian bawah. Perdarahan vagina dalam kehamilan adalah normal. Pada masa
awal kehamilan,ibu mungkin mengalami perdarahan yang sedikit atau spotting
disekitar waktu pertama haidnya terlambat. Perdarahan ini adalah perdarahan
kemungkinan pertanda dari friable cervix. Perdarahan semacam ini mungkin
normal atau mungkin suatu tanda adanya suatu infeksi(Hani, 2010).
Pada awal kehamilan, perdarahan yang tidak normal adalah merah,
perdarahan banyak, atau perdarahan dengan nyeri (berarti abortus atau keguguran,
KET atau ectopic pregnancy, mola hidatidosa) ( Rukiyah, 2009). Diperkirakan
satu dari tiga kehamilan mengalami keguguran, penyebab keguguran meliputi
kekurangan gizi, ketidakseimbangan hormon, infeksi dan auto-imun atau kelainan
kromosom janin (Zita, 2010). Pada kehamilan lanjut, perdarahan yang tidak
normal adalah merah, banyak atau sedikit, nyeri (berarti plasenta previa dan
solusio plasenta). Perdarahan melalui jalan lahir sebelum 3 bulan disebabkan
keguguran yang mengancam janin. Nyeri perut bagian bawah yang hebat pada
kehamilan 1-2 bulan ini merupakan hal yang berbahaya. Perdarahan 7-9 bulan
meskipun hanya sedikit merupakan ancaman bagi ibu dan janin ( Rukiyah, 2009).
2) Sakit Kepala yang hebat menetap dan tidak hilang
Sepuluh persen dari wanita hamil menderita sakit kepala hebat yang
disebabkan pelebaran pembuluh darah dalam otak dan berhubungan dengan
perubahan hormon yang terjadi dalam kehamilan. Sakit kepala juga disebabkan
oleh kerja hormon, stres, atau tegang pada otot kepala dan leher akibat postur
yang salah selama kehamilan (Zita, 2010).
Sakit kepala selama kehamilan adalah umum dan sering kali ketidaknyamanan
yang normal dalam kehamilan. Sakit kepala yang menunjukkan masalah yang
serius adalah sakit kepala yang hebat yang menetap dan tidak hilang dengan
penglihatannya kabur atau berbayangan. Sakit kepala yang seperti ini dalam
kehamilan merupakan gejala dari pre-eklamsia (Hani, 2010).
Pre-eklamsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hypertensi, edema, dan
proteinuria yang timbul karena kehamilan sehingga dapat menyebabkan kematian
pada ibu dan janinnya. Penyakit ini umumnya terjadi pada triwulan ke-3
kehamilan yang dapat terjadi pada waktu antepartum, intrapartum, dan pasca
persalinan (Prawirohardjo, 2008).
Pre-eklamsia ringan harus segera ditangani agar tidak meningkat menjadi
pre-eklamsia berat yang ditandai dengan tekanan darah tinggi terus meningkat dan
kadar protein yang lebih tinggi lagi dalam urine. Gejala pre-eklamsia ringan
menunjukan peningkatan tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih dan kadar urine
lebih tinggi dari 300 mg per 24 jam (Erikania, 2009). Hipertensi karena kehamilan
yaitu yang terjadi pada saat kehamilan dapat mempengaruhi kehamilan itu sendiri
biasanya terjadi pada usia kehamilan memasuki 20 minggu (Rukiyah, 2011).
3) Gangguan Visual secara tiba-tiba (Pandangan kabur, rabun senja)
Wanita hamil mengeluh penglihatan yang kabur karena pengaruh hormonal,
ketajaman penglihatan ibu dapat berubah dalam kehamilan. Perubahan ringan
adalah normal, masalah penglihatan yang mengindikasikan keadaan yang
mengancap jiwa ibu adalah perubahan visual mendadak, misalnya pandangan
kabur atau berbayang. Perubahan penglihatan ini mungkin disertai dengan sakit
4) Bengkak pada muka dan tangan
Menurut Hani (2010), hampir dari sebagian ibu hamil akan mengalami
pembengkakan yang normal. Bengkak bisa menunjukkan adanya masalah serius
jika muncul pada muka dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat dan ikuti
keluhan fisik lain, seperti sakit kepala, gangguan penglihatan. Hal ini bisa
merupakan pertanda anemia, gagal jantung, pre-eklamsia.
Kaki bengkak terjadi pada hamil trimester ketiga. Gangguan pada kaki
bengkak ada dua yaitu retensi (penahanan) air dan garam karena gestosis dan
tertekannya pembuluh darah, karena bagian terendah bayi mulai masuk pintu
atas panggul (Bandiyah, 2009). Bengkak pada tangan dan wajah disertai tekanan
darah tinggi dan sakit kepala sangat berbahaya bila diabaikan bisa terjadi
kejang-kejang yang disebut keracunan kehamilan atau eklamsia. Keadaan ini
bisa menyebabkan kematian ibu hamil dan janin (Rukiyah, 2009).
5) Nyeri abdominal yang hebat
Nyeri abdominal menunjukkan masalah yang mengacam keselamatan jiwa
adalah yang hebat, menetap dan tidak hilang setelah beristirahat. Hal ini bisa
berarti appendicitis, ectopic pregnancy, preterm, gastritis, penyakit kantong
6) Bayi kurang bergerak seperti biasanya
Menurut Kusmiyati (2009), ibu mulai merasakan gerakan bayinya selama
bulan ke-5 atau ke-6. Beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal.
Jika bayi tidur gerakkan akan melemah. Bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali
dalam periode 3 jam. Gerakan bayi akan lebih mudah terasa jika berbaring atau
beristirahat dan jika ibu makan dan minum dengan baik
7) Berat Badan Ibu Tidak Naik
Selama kehamilan berat badan ibu naik sekitar 9-12 kg, karena adanya
pertumbuhan janin dan bertambahnya jaringan tubuh ibu akibat kehamilan.
Kenaikan berat badan ibu biasanya terlihat nyata sejak kehamilan berumur 4 bulan
sampai menjelang persalinan. Apabila berat badan ibu tidak naik pasca akhir
bulan keempat dan pada akhir bulan keenam mengakibatkan pertumbuhan janin
akan terganggu. Penyebab Berat badan ibu naik atau ternganggu dikarenakan
berbagai faktor diantaranya kekurangan gizi (Kekurangan Energi Kronis atau
KEK) dan penyakit lain, seperti batuk menahun, malaria dan lain-lainnya yang
perlu segera di obati (Rukiyah, 2009).
8) Mual muntah berlebihan
Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan
sering kedapatan pada kehamilan trimester satu. Mual biasanya terjadi pada pagi
hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala-gejala ini kurang
lebih terjadi pada 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir berlangung selama
kurang lebih 10 minggu. Pekerjaan sehari-hari terganggu dan keadaan umum
perubahan fisiologi menentukan berat ringannya penyakit (Wiknjosastro, 2005).
Adapun gejala-gejala hyperemisi gravidarum menurut Zita (2010) adalah muntah
yang parah dan berlebihan disertai juga dengan dehidrasi.
Menurut Manuaba (2009), Hiperemesis gravidarum dapat dibagi menjadi tiga
tingkat yaitu sebagai berikut :
a) Tingkat pertama : Muntah berlangsung terus, makan berkurang, berat badan
menurun, kulit dehidrasi , tekanan darah turun dan nadi meningkat, lidah
kering dan mata tampak cekung
b) Tingkatan kedua : Ibu tampak lebih lemah, gejala dehidrasi makin tampak,
mata cekung, lidah kering dan kotor, tekanan darah menurun dan nadi
meningkat, berat badan makin menurun, mata ikterus, terjadi gangguan buang
air besar, menjadi apatis, dan nafas berbau.
c) Tingkatan ketiga : Muntah berkurang, keadaan ibu hamil makin menurun
dengan tekanan darah turun dan nadi meningkat, suhu naik, keadaan dehidrasi
makin jelas, dan gangguan kesadaran sampai koma.
9) Keluarnya air ketuban sebelum waktunya
Keluarnya cairan berupa air-air dari vagina. Air ketuban dinyatakan pecah dini
jika terjadi sebelum proses persalinan berlangsung. Pecahnya selaput ketuban
dapat terjadi pada kehamilan preterm (sebelum kehamilan 37 minggu) maupun
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda mulai
persalinan dan ditunggu satu jam sebelum terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban
pecah dini terjadi pada kehamilan aterm lebih dari 37 minggu, sedangkan kurang
dari 36 minggu tidak terlalu banyak (Manuaba, 2009).
Menurut Rukiyah (2011), apabila ketuban pecah dan cairan keluar sebelum
ibu mengalami tanda-tanda persalinan janin dan mudah terinfeksi. Demam, bercak
vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat
merupakan tanda infeksi terjadi. Tanda terjadi ketuban pecah sebelum waktunya
adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina. Aroma air ketuban
berbau amis, dengan ciri pucat dan berwarna merah darah. Cairan ini tidak akan
berenti atau kering karena terus diproduksi sampai lahir.
2.4Pencegahan Bahaya Kehamilan
Pencegahan pada bahaya kehamilan seperti rasa mual dan muntah yang
berlebihan Menurut Sary (2009) untuk mengatasi mual pada kehamilan yaitu
dengan minum teh jahe atau pappermint dan minum banyak air serta jus buah.
Makan dengan diet tinggi karbohidrat dan protein serta rendah lemak. Ibu
dianjurkan agar ibu makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil, tetapi
lebih sering. Makanan yang berminyak dan berbau dihindari dan ketika bangun
pagi dianjurkan makan roti atau biskuit dengan teh hangat( Prawirohardjo, 2008).
Cara pencegahan dan mengatasi pada tanda bahaya kehamilan seperti
pre-eklamsia dengan gejala sakit kepala yang hebat yaitu hirup udara segar setiap hari,
mungkin, istirahat yang cukup terutama pukul 17.00 -19.00, lakukan olahraga
ringan dan teratur, makan dengan pola makan seimbang dan sehat (Zeta, 2010).
Tanda bahaya seperti Edema atau pembengkakan ringan pada pergelangan
kaki dan tangan dapat dicegah yaitu istirahat dengan mengangkat kaki selama 20
menit, tiga atau empat kali sehari untuk mengurangi pergelangan kaki yang
bengkak (Zeta, 2010). AdapunMenurut Bandiyah (2009), tanda bahaya bengkak
pada bagian tubuh dapat dicegah dengan keadaan ringan kaki bengkak dapat
diatas dengan tidur dengan kaki lebih tinggi dan mengurangi makan garam.
2.5Tempat Mendapatkan Pertolongan
Apabila ibu mengalami tanda-tanda bahaya dalam kehamilan maka keluarga
perlu segera meminta bantuan atau pertolongan bidan terdekat untuk dibawa ke
puskesmas atau Rumah Sakit, agar dapat diperiksa dan diberi pertolongan yang
diperlukan (Depkes, 2001).
2.6Pengetahuan
2.6.1 Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil “tahu”, dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra
manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga.
Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
Menurut Notoadmodjo (2012), pengetahuan yang tercakup dalam domain
kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu :
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang dipelajari
sebelumnyatermasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali
(recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan
yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang
paling rendah.
2) Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai sesuatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut
secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi tersebut harus
dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan
sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
3) Analisa (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
ke dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam struktur organisasi, dan
masih ada kaitannya satu sama lain.kemampuan analisis ini dapat dilihat dari
penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan),
4) Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
5) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek.
6) Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi real(sebenarnya).
2.6.2 Faktor- faktor yang Mempengaruhi terbentuknya Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan sebagai berikut :
1) Faktor Internal
a. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.
Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang
makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Pendidikan tinggi maka
seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi. Pengetahuan sangat erat
kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan
Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan merupakan faktor penting dalam
menentukan perilaku seseorang, karena pengetahuan dapat menimbulkan
perubahan persepsi kebiasaan masyarakat. Pembentukan sikap seseorang juga
dipengaruhi oleh tingkat pengetahuannya. Semakin tinggi pengetahuan seseorang
maka semakin baik pula sikap seseorang dalam menghadapi masalah.
b. Pekerjaan
Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003), pekerjaan adalah
keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan
kehidupan keluarganya. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih
banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak
tantangan. Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja
bagi ibu-ibu mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga.
c. Usia
Menurut Elisabeth BH yang dikutip Nursalam (2003), usia adalah umur
individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Sedangkan
menurut Hurlock (1998) yang dikutip oleh Nursalam (2003) semakin cukup umur,
tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan
bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa
dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini akan sebagai dari
2) Faktor Eksternal
a. Faktor Lingkungan
Menurut Ann.Mariner yang dikutip dari Nursalam (2003) lingkungan
merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dapat mempengaruhi
perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.
b. Sosial Budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari
sikap dalam menerima informasi.
2.6.3 Cara Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi,materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden (Notoatmodjo, 2012).Pengukuran pengetahuan berupa pertanyaan
tertutup pilihan jawaban a, b, c, dan d. Pengukuran dilakukan dengan
menggunakan skala Guttman nilai 1 jika memilih jawaban benar, nilai 0 jika
memilih jawaban salah atau tidak menjawab pertanyaan (Hidayat, 2009).
2.7Sikap
2.7.1 Pengertian Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup
terhadap stimulasi atau objek (Notoatmodjo, 2012). Sikap adalah kesediaan diri
seorang individu melaksanakan suatu tindakan tertentu. Sikap dapat bersifat
positif dan negatif. Sifat positif tidak membahayakan dalam kehidupan
masyarakat, sifat negatif menghambat, menciptakan garis pemisah antara
indivudu merupakan penghalang dalam mengadakan interaksi(Wahyuningsih,
2.7.2 Tingkatan Sikap
Seperti halnya dengan pengetahuan, Menurut Notoatmodjo (2012) Sikap ini
terdiri dari berbagai tingkatan yakni sebagai berikut :
1) Menerima(receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (objek)
2) Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu usaha
untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan.Lepas
pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang itu menerima ide tersebut.
3) Menghargai ( valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang
lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga, misalnya
seorang mengajak ibu yang lain ( tetangga, saudaranya, dsb) untuk
menimbang anaknya keposyandu atau mendiskusikan tentang gizi adalah
suatu bukti bahwa si ibu telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.
4) Bertanggung Jawab ( responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala resiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi.Misalnya seorang
ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapatkan tantangan dari mertua
2.7.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap
Menurut Wawan (2011), faktor-faktor yang mempengaruhi sikap antara
lain sebagai berikut :
1) Pengalaman Pribadi
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah
meninggalkan kesan yang kuat. Sikap akan lebih mudah terbentuk apabila
pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor
emosional.
2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis
atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini
antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk
menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut .
3) Pengaruh Kebudayaan
Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena
kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu-individu
masyarakat asuhannya.
4) Media Massa
Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi lainnya,
berita yang seharusnya faktual disampaikan secara obyekstif dipengaruhi oleh
5) Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama
Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat
menentukan sistem kepercayaan tidaklah mengherankan jika kalau pada
gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap.
6) Faktor Emosional
Suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang
berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk
mekanisme pertahanan ego
2.7.4 Cara Pengukuran Sikap
Pengukuran sikap dilakukan dengan secara langsung dan tidak langsung.
Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden
terhadap suatu objek. Pengukuran secara tidak langsung dapat dilakukan dengan
pernyataan-pernyataan hipotesis, kemudian ditanyakan bagaimana pendapat
responden (Notoadmodjo, 2012).
Pengukuran Sikap menggunakan skala likert, yakni berupa sikap positif
(favorable) dan sikap negatif (unfavorable) serata pada pernyataan menggunakan
alternatif jawaban : Sangat Setuju(SS), Setuju (S),Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak
2.8Tindakan
2.8.1 Praktik atau Tindakan
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt
behaviour). Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbedaan nyata diperlukan
faktor pendukung atau kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas
(Notoatmodjo, 2007).
Robert Kwick (1974) yang dikutip dalam Wawan (2011) menyatakan
bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat
diamati dan bahkan dapat dipelajari. Perilaku tidak sama dengan sikap. Sikap
hanya suatu kecenderungan untuk mengadakan tindakan terhadap suatu objek
dengan cara yang menyatakan adanya tanda-tanda untuk menyenangi atau tidak
menyenangi objek tersebut. Sikap hanyalah sebagian dari perilaku manusia.
2.8.2 Tingkat- tingkat Praktik
Seperti halnya dengan pengetahuan dan sikap, praktik atau tindakan
(Practice) menurut Notoadmodjo (2007) ini terdiri dari berbagai tingkatan yaitu
sebagai berikut :
a. Persepsi ( Perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang
akan diambil merupakan pratik tingkat pertama.
b. Respon Terpimpin ( Guided Respons)
Melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh
c. Mekanisme (Mecanism)
Apaila seseorang telah melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau
sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka ia sudah mencapai praktik tingkat
tiga
d. Adaptasi (adaptation)
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan
baik. Artinya, tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi
kebenaran tersebut.
2.8.3 Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Tindakan
Menurut teori Laurence Green dalam Notoatmodjo (2012) ada 3 sebagai
berikut :
a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing faktors)
Yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan nilai-nilai
dan sebagainya
b. Faktor-faktor pendukung (enabling factors)
Yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya
fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat
kontrasepsi, jamban dan sebagainya
c. Faktor-faktor pendorong (reinforcing factors)
Yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain
2.8.4 Pengukuran Perilaku atau Tindakan
Pengukuran perilaku atau tindakan dapat dilakukan secara tidak langsung
yaitu dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan
beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu (recall).Pengukuran juga dapat diukur
secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.
Pengukuran praktik (overt behavior) juga dapat diukur dari hasil perilaku tersebut
(Notoadmodjo, 2012).
2.9Kerangka Konsep
Dalam penelitian ini, kerangka konsep menerangkan tentang hubungan
pengetahuan, sikap dan tindakan ibu hamil tentang deteksi dini tanda-tanda
bahaya kehamilan.
Gambar 2.1 Kerangka Konsep
Hubungan Pengetahuan, Sikap dengan Tindakan Ibu Hamil tentang Deteksi Dini Tanda-Tanda Bahaya Kehamilan di Puskesmas Medan Deli
Tahun 2014
Variabel Independen Variabel Dependen
1. 1.
Pengetahuan Ibu Hamil tentang deteksi dini tanda-tanda bahaya
kehamilan Tindakan Ibu Hamil Tentang
Deteksi Dini Tanda-Tanda Bahaya Kehamilan
2.10 Hipotesis
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1. Ada hubungan pengetahuan dan sikap terhadap tindakan ibu hamil dalam
deteksi dini tanda-tanda bahaya kehamilan
2. Tidak ada hubungan pengetahuan dan sikap terhadap tindakan ibu hamil