• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Ekonomi Kreatif - Analisis Potensi Pengembangan Ekonomi Kreatif di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Ekonomi Kreatif - Analisis Potensi Pengembangan Ekonomi Kreatif di Kota Medan"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Ekonomi Kreatif

Industri Kreatif pada umumnya dapat diartikan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Ekonomi Kreatif yang terkait dengan pemanfaatan pengetahuan, informasi dan teknologi. Definisi Industri Kreatif yang saat ini banyak digunakan oleh pihak yang berkecimpung dalam industri kreatif, adalah definisi berdasarkan UK DCMS Task Force (1998):

“Industri kreatif merupakan industri yang mempunyai keaslian dari kreatifitas individual, ketrampilan dan bakat, yang memiliki potensi untuk menciptakan kesehjatraan dan peciptaan lapangan pekerjaan melalui generasi dan eksploitasi kekayaan intlektual dan konten”.

Menurut Howkins (2001), Ekonomi kreatif didasarkan pada cara berpikir baru dan melakukan. Input utama adalah bakat pribadi kita atau keterampilan. Input tersebut mungkin terdengar akrab namun apa yang lebih penting adalah bahwa kreativitas kita mengubahnya dengan cara baru.

(2)

hanya terkait dengan penciptaan nilai tambah secara ekonomi, tetapi juga penciptaan nilai tambah secara sosial, budaya dan lingkungan. Oleh karena itu, ekonomi kreatif selain dapat meningkatkan daya saing, juga dapat meningkatkan kualitas hidup Bangsa Indonesia. Industri kreatif merupakan bagian atau subsistem dari ekonomi kreatif, yang terdiri dari core creative industindustri,

forward dan backward linkage creative industindustri. Core creartive industindustri adalah industri kreatif yang penciptaan nilai tambah utamanya adalah pemanfaatan kreativitas orang kreatif. Dalam proses penciptaan nilai tambah tersebut, core creative industindustri membutuhkanoutput dari industri lainnya sebagi input. Industri yang menjadi input bagi core creative industindustri

disebut sebagai backward linkage creative industindustri. Output daricore creative industindustri juga dapat menjadi input bagi industri lainnya, yang disebut sebagai forward linkage creative industindustri. Industri kreatif merupakan penggerak penciptaan nilai pada ekonomi kreatif. Dalam proses penciptaan nilai kreatif, industri kreatif tidak hanya menciptakan transaksi ekonomi, tetapi juga transaksi sosial dan buda ya. Proses umum yang terjadi dalam rantai nilai kreatif adalah kreasi-produksi-distribusi-komersialisasi, namun setiap kelompok industri kreatif memiliki rantai niali kreatif yang berbeda.( Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif : 2014)

(3)

“Industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, ketrampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesehjatraan serta lapangan pekerjaan melalui penciptaan dan pemanfaatan daya kreasi dan daya cipta individu tersebut”.

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia (2008) mengelompokkan subsektor industri berbasis kreativitas adalah :

Pertama, Periklanan : kegiatan kreatiif yang berkaitan jasa periklanan (komunikasi satu arah dengan menggunakan medium tertentu), yang meliputi proses kreasi, produksi dan distribusi dari iklan yang dihasilkan, misalnya : riset pasar, perencanaan komunikasi iklan, iklan luar ruang, produksi material iklan , promosi, kampanye relasi publik, tampilan iklan di media cetak (surat kabar, majalah) dan elektronik (televisi dan radio), pemasangan berbagai poster dan gambar , penyebaran selebaran, pamflet ,edaran, brosur, dan reklame sejenis, distribusi dan

deliveindustri advertising materials atau samples, serta penyewaan kolom untuk iklan.

Kedua, Arsitektur: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan jasa desain bangunan, perencanaan biaya konstruksi, konservasi bangunan warisan, pengawasan konstruksi baik secara menyeluruh dari level makro (Town planning, urban design, landscape architecture) sampai dengan level mikro (detail konstruksi, misalnya: arsitektur taman, desain interior).

(4)

Keempat, Kerajinan: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi dan distribusi produk yang dibuat dihasilkan oleh tenaga pengrajin yang berawal dari desain awal sampai dengan proses penyelesaian produknya, antara lain meliputi barang kerajinan yang terbuat dari: batu berharga, serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu, logam (emas, perak, tembaga, perunggu, besi) kayu, kaca, porselin, kain, marmer, tanah liat, dan kapur. Produk kerajinan pada umumnya hanya diproduksi dalam jumlah yang relatif kecil (bukan produksi massal).

Kelima, Desain: kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain grafis, desain interior, desain produk, desain industri, konsultasi identitas perusahaan dan jasa riset pemasaran serta produksi kemasan dan jasa pengepakan.

Keenam, Fashion: kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain pakaian, desain alas kaki, dan desain aksesoris mode lainnya, produksi pakaian mode dan aksesorisnya, konsultansi lini produk fesyen, serta distribusi produk fesyen.

Ketujuh, Video, Film dan Fotografi: kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi produksi video, film, dan jasa fotografi, serta distribusi rekaman video dan film. Termasuk di dalamnya penulisan skrip, dubbing film, sinematografi, sinetron, dan eksibisi film.

(5)

Kesembilan, Musik: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi/komposisi, pertunjukan, reproduksi, dan distribusi dari rekaman suara.

Kesepuluh, Seni Pertunjukan: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha pengembangan konten, produksi pertunjukan (misal: pertunjukan balet, tarian tradisional, tarian kontemporer, drama, musik tradisional, musik teater, opera, termasuk tur musik etnik), desain dan pembuatan busana pertunjukan, tata panggung, dan tata pencahayaan.

Kesebelas, Penerbitan dan Percetakan: kegiatan kreatif yang terkait dengan penulisan konten dan penerbitan buku, jurnal, koran, majalah, tabloid, dan konten digital serta kegiatan kantor berita dan pencari berita. Subsektor ini juga mencakup penerbitan perangko, materai, uang kertas, blanko cek, giro, surat andil, obligasi surat saham, surat berharga lainnya, passport, tiket pesawat terbang, dan terbitan khusus lainnya. Juga mencakup penerbitan foto-foto, grafir (engraving)

dan kartu pos, formulir, poster, reproduksi, percetakan lukisan, dan barang cetakan lainnya, termasuk rekaman mikro film.

Keduabelas, Layanan Komputer dan Piranti Lunak: kegiatan kreatif yang terkait dengan pengembangan teknologi informasi termasuk jasa layanan komputer, pengolahan data, pengembangan database, pengembangan piranti lunak, integrasi sistem, desain dan analisis sistem, desain arsitektur piranti lunak, desain prasarana piranti lunak dan piranti keras, serta desain portal termasuk perawatannya.

(6)

radio, termasuk kegiatan station relay (pemancar kembali) siaran radio dan televisi.

Kempatbelas, Riset dan Pengembangan: kegiatan kreatif yang terkait dengan usaha inovatif yang menawarkan penemuan ilmu dan teknologi dan penerapan ilmu dan pengetahuan tersebut untuk perbaikan produk dan kreasi produk baru, proses baru, material baru, alat baru, metode baru, dan teknologi baru yang dapat memenuhi kebutuhan pasar; termasuk yang berkaitan dengan humaniora seperti penelitian dan pengembangan bahasa, sastra, dan seni; serta jasa konsultansi bisnis dan manajemen.

Studi Ekonomi Kreatif terbaru yang dilakukan United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) pada tahun 2010 mendefinisikan Ekonomi Kreatif sebagai:

“Sebuah konsep yang berkembang berdasarkan aset kreatif yang berpotensi menghasilkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan”. Dengan penjabaran lebih lanjut sebagai berikut:

a. Mendorong peningkatan pendapatan, penciptaan pekerjaan, dan pendapatan ekspor sekaligus mempromosikan kepedulian sosial, keragaman budaya, dan pengembangan manusia.

b. Menyertakan aspek sosial, budaya, dan ekonomi dalam pengembangan teknologi, Hak Kekayaan Intelektual, dan pariwisata.

(7)

d. Suatu pilihan strategi pengembangan yang membutuhkan tindakan lintas kementerian dan kebijakan yang inovatif dan multidisiplin.

e. Di jantung Ekonomi Kreatif terdapat Industri Kreatif. 2.1.1 Peranan Pola Pikir Kreatif

Dimasa kini, menjadi kreatif merupakan tuntutan bagi setiap individu supaya dapat bersaing dalam perekonomian yang semakin kompetitif dan terintegrasi. Pemikiran kreatif dan inovasi merupakan modal utama yang menentukan daya saing individu maupun sebuah bangsa. Kreativitas mampu mengubah barang yang hanya mengutamakan fungsi menjadi sebuah karya industria yang unik, penuh estetika, dan meningkatkan kualitas hidup bagi konsumennya. (Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif : 2014)

Menurut Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (2014) terdapat beberapa faktor yang mendorong pentingnya pola pikir kreatif di masa mendatang :

1. Abundance, teknologi yang semakin maju dan globalisasi yang memudahkan masyarakat untuk berinteraksi telah memberiikan masyarakat kemudahan untuk mendapatkan kebutuhannya. Masyarakat mengalami kecukupan sumber daya pemuas kebutuhan yang dapat diproduksi oleh beberapa Negara. Hal ini mengakibatkan setiap industri yang bergerak di produk yang sama harus berusaha untuk membuat sesuatu yang unik sehingga tidak mudah disubsitusi oleh produk lain. 2. Asia, pertumbuhan penduduk yang sangat pesat khususnya di Asia telah

(8)

berlimpah menjadikan para pemilik modal banyak memindahkan usahanya ke Asia karena engan kualitas yang sama, upah tenaga kerja lebih murah di Asia.

3. Automation, tenaga kerja di setiap negara tidak hanya bersaing dengan tenaga kerja di negara lain, tetap juga bersaing dengan teknologi. Revolusi industri merupakan salah satu contoh kasus yang menuntut individu harus rela kehilangan pekerjaannya dan digantikan dengan mesin. Tantangan saat ini adalah apabila pekerjaan kita dapat digantikan oleh komputer, mesin, robot atau teknologi lain, maka kita tidak akan bisa berkompetisi di masa yang akan datang.

Ketiga hal tersebut menjadi tantangan sekaligus peluang bagi individu untuk mampu mengubah pola pikirnya agar dapat menciptakan inovasi yang dibutuhkan oleh pasar. Secara garis besar kemampuan yang dibutuhkan dalam era konseptual adalah:

1. High Concept, yaitu kemampuan untuk menciptakan keindahan emosional dan artistik, kemampuan mengenai pola-pola perubahan dan peluang-peluang, kemampuan menghasilkan produk yang mampu menceritakan sesuatu dan kemampuan untuk mengkombinasikan ide-ide menjadi penemuan-penemuan baru dan orisinil.

(9)

Untuk memiliki kemampuan tersebut, maka individu diharapkan memiliki enam pemikiran agar mampu bersaing di masa mendatang :

1. Not just function but also Design. Design dapat didefinisikan sebagai sifat alami manusia untuk membentuk dan menjadikan lingkungannya menjadi tempat yang mampu memenuhi kebutuhannnya dan memberiikan makna kepada hidup manusia tanpa meniru era sebelumnya. Desain memberiikan kita keunikan dalam meningkatkan kualitas hidup dan menciptkan produk yang tidak biasa.

2. Not just argument but also Stoindustri. Kemampuan untuk menciptakan suatu produk yang mampu bercerita dan mampu membuat konsumen terus mengingatnya. Produk-produk yang mampu bercerita sehingga mememberiikan daya imajinasi dan menginspirasi konsumennya menjadi kebutuhan manusia dalam meningkatkan kualitas hidupnya.

3. Not just focus but also Symphony. Simfoni menggambarkan kemampuan untuk menyatukan ide-ide menjadi sesuatu yang bernilai dan bermakna. Simfoni adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dari hal-hal yang kelihatannya tidak berkaitan menjadi sesuatu penemuan yang baru.

(10)

dapat dikerjakan oleh komputer, salah satu fungsi yang tidak dapat digantikan oleh komputer dan teknologi adalah empati.

5. Not just seriousness but also Play. Kesuksesan dalam bekerja datang ketika seseorang menikmati dan mencintai apa yang ia kerjakan. Bekerja pada bidang-bidang yang disukai akan menciptakan produktivitas tinggi dan kualitas hidup.

6. Not just accumulatin but also Meaning. Makna menjadi aspek yang penting dalam pekerjaan dan hidup masyarakat. Bekerja dan berkreasi seharusnya tidak sekedar menumpuk pengalaman namun juga memberiikan kesenangan dan meningkatkan kualitas hidup.

(11)

warga negara yang baik dan selalu berusaha menjalankan perannya dengan benar untuk mendatangkan kebaikan bagi lingkungan dan masyarakat.

2.1.2 Perkembangan Konsep Ekonomi Kreatif

Ekonomi kreatif memiliki kata kunci, yaitu kata ‘kreatif’ itu sendiri. Sejak zaman pencerahan hingga era modern dengan industrialisasinya, hingga masuk ke era digital masa kini, pemahaman tentang proses kreatif dan perannya dalam kehidupan bermasyarakat terus berkembang. (Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI 2014 : 9)

Seni dan budaya manusia telah tumbuh sejak awal peradaban, dan berkembang pesat dalam peran pentingnya di berbagai tonggak peradaban manusia di masa lalu. Namun, pembabakan ekonomi kreatif diulas dari zaman modern, yaitu pada era pencerahan sebagai asal mula pemikiran dunia modern hingga abad ke-21 sekarang ini. John Hartley (2007) memetakan evolusi tersebut dalam empat babak.

Tabel 2.1

EKONOMI Perdagangan/Merkantilisme Industri/Kapitalisme awal Informasi/Kapitalisme global Kreatif/kapitalisme global

WUJUD Seni dan

Rasionalitas

Industri dan Media Pasar global Budaya dan Ilmu Pengetahuan

NILAI Bakat individu Skala industri HKI Pengguna

AGEN Humanisme

sipil

Industri budaya Kelompok kreatif dan jasa kreatif

Warga konsumen

ORIENTASI Kesehjatraan Kompetisi Kompetisi Pertumbuhan

dan Inovasi

INKUBASI Pendidikan Kewirausahaan Branding Karsausaha

(startup)

(12)

Pada era modern, perkembangan ekonomi kreatif diawali dengan diangkatnya kreativitas rasional dalam era pencerahan (1650-1850), yang dicirikan dengan masuknya manusia rasional sebagai subyek utama penggerak dunia. Dalam era ini, perkembangan peradaban dunia masih berpusat di negara- negara Eropa, terutama Inggris, Jerman, Prancis, dan Italia.

Perkembangan ekonomi kreatif selanjutnya adalah masa industrialisasi kreativtas dalam era industri (1850-1995). Memasuki akhir abad ke-19, industri dan media massa mulai berkembang secara pesat. Dalam era ini, terjadi pergerakan pusat keadidayaan dunia dari Eropa menuju Amerika Serikat dengan adanya eksplorasi baru industri dan media di Amerika Serikat. Perkembangan ekonomi kreatif selanjutnya ditandai dengan globalisasi kreativitas sebagai industri kreatif (pasca 1995). Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dunia serta sistem transportasi yang semakin mudah dan terjangkau mengahantarkan dunia pada era globalisasi. Memasuki era globalisasi, industri kreatif pertama yang muncul pada akhir tahun 1990-an mulai mengambil pasar global sebagai target utamanya. Pada era ini pulalah invasi soft powerbermunculan dengan lebih tegas yang digerakkan oleh berbagai kelompok kreatif penyedia jasa kreatif.

(13)

era baru ini, kelahiran wujud kereativitas baru dalam industri kreatif terjadi yaitu wujud kreativitas yang diambil bukan lagi pasar global, namun budaya dan ilmu pengetahuan yang unik dan baru. Kita mulai melirik kembali nilai-nilai tradisi lokal sebagai sumber daya intelektual, serta kegiatan pasar maupun kewirausahaan baru di tempat-tempat yang sebelumnya jarang dianggap di luar monolir budaya popular Amerika dan Jepang.

2.2 Struktur Industri

Pengertian ‘struktur’ sering disamakan dengan bentuk atau susunan komponen pada suatu bentuk. Dengan kata lain, struktur adalah susunan bagian-bagian dalam suatu bentuk bangunan. Bila diartikan dalam konteks ekonomi, struktur adalah sifat permintaan dan penawaran barang dan jasa yang dipengaruhi oleh jenis barang yang dihasilkan, jumlah dan ukuran distribusi penjual (perusahaan) dalam industri, jumlah dan ukuran distribusi pembeli, diferensiasi produk, serta mudah tidaknya masuk ke dalam industri. Semakin besar hambatan untuk masuk. Semakin tinggi tingkat konsentrasi pasar. Hambatan masuk meliputi faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pemerintah untuk memasuki pasar, yaitu besarnya investasi yang dibutuhkan, efesiensi tingkat produksi, bermacam-macam usaha penjualan, serta besarnya sunk cost.(Kuncoro: 137).

(14)

yang menunjukkan atribut pasar yang mempengaruhi sifat persaingan. Kemudian biasa dinyatakan dalam ukuran distribusi perusahaan pesaing. Elemen dalam struktur pasar adalah pangsa pasar (market share), konsentrasi (concentration), dan hambatan (barrier). Secara garis besar, jenis-jenis struktur pasar terdiri atas pasar persaingan sempurna, pasar monopoli, pasar oligopoli, dan pasar persaingan monopolistik. Sebaliknya, struktur industri merupakan bentuk atau tipe keseluruhan pasar industri.

2.3 Ketenagakerjaan

Jumlah atau besarnya penduduk umumnya ikaitkan dengan pertumbuhan

income per capita suatu negara, yang secara kasar mencerminkan kemanjuan perekonomian negara tersebut. Ada pendapat yang mengatakan bahwa jumlah penduduk yang besar adalah sangat menguntungkan bagi pembangunan ekonomi. Tetapi ada pula yang berpendapat lain aitu bahwa justru penduduk yang jumlahnya sedikit yang dapat mempercepat proses pembangunan ekonomi ke arah yang lebih baik. Disamping kedua pendapat ini, ada pula pendapat yang mengatakan bahwa jumlah penduduk suatu negara harus seimbang dengan jumlah sumber-sumber ekonominya, baru dapat diperoleh kenaikan pendapatan nasionalnya. Ini berarti jumlah penduduk tidak boleh terlampau sedikit tetapi juga tidak boleh terlampau banyak. (Subri, 2003:53)

(15)

akanmenjadi lebih luas dan selanjutnya dapat memperkecil jumlah orang yang menggangur.

2.3.1 Teori Ketenagakerjaan

Salah satu masalah yang biasa muncul dalam bidang angkatan kerja adalah ketidakseimbangan antara permintaan akan tenaga kerja (demand for labor) dan penawaran tenaga kerja (supply of labor), pada suatu tingkat upah.

Ketidakseimbangan tersebut dapat berupa : (a) lebih besarnya penawaran dibanding permintaan (adanya excess supply of labor)dan (b) lebih besarnya permintaan dibanding penawaran tenaga kerja (adanya excess demand for labor). (Subri, 2003:54)

Ada dua teori penting perlu dikemukan dalam kaitannya dengan masalah ketenagakerjaan. Pertama adalah teori Lewis (1959) yang mengemukakan bahwa kelebihan pekerja merupakan kesempatan dan bukan suatu masalah. Kelebihan pekerja satu sektor akanmemberiikan andil terhadap pertumubuhan output dan penyediaan pekerja disektor lain.

Ada dua sektor di dalam perekonomian negara berkembang, yaitu sektor kapitalis modern dan sektor subsisten terbelakang. Menurut Lewis sektor subsisten terbelakang tidak hanya terdiri dari sektor pertanian, tetapi juga sektor informal seperti pedagang kaki lima dan pengecer koran.

(16)

perkotaan. Selama berlangsungnya proses industrialisasi, kelebihan penawaran pekerja di sektor subsisten terbelakang akan diserap.

Dengan demikian menurut Lewis, adanya kelebihan penwaran pekerja tidak memberiikan masalah pada pembangunan ekonomi. Sebaiknya kelebihan pekerja justru merupakan modal kuntuk mengakumulasi pendapatan, dengan asumsi bahwa perpindahan pekerja dari sektor subsisten ke sektor kapitalis modern berjalan lancara dan perpindahan tersebut aakn pernah menjadi “terlalu banyak”.

Teori kedua adalah Teori Fei-Ranis (1961) yang berkaitan dengan negara berkembang yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: kelebihan buruh, sumber daya alamnya belum dapat diolah, sebagian besar penduduknya bergerak di sektor pertanian, banyak pengangguran, dan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi. (Ibid:57)

Menurut Fei-Ranis ada tiga tahap pembangunan ekonomi dalam kondisi kelebihan buruh. Pertama, di mana para pengangur semu (yang tidak menambah

(17)

2.3.2 Konsep Ketenagakerjaan

Beberapa pengertian yang berhubungan dengan ketenagakerjaan, yaitu :

(1). Tenaga Kerja (Manpower) adalah penduduk dalam usia kerja (berusia 15-64 tahun) atau jumlah seluruh penduduk dalam suatu negara yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga mereka, dan jika mereka mau berpatisipasi dalam aktivitas tersebut.

(2). Angkatan Kerja (Labor force) adalah bagian dari tenaga kerja yang sesungguhnya terlibat, atau berusaha untuk terlibat, dalam kegiatan produktif yaitu produksi barang dan jasa.

(3). Tingkat partisipasi angkatan kerja (Labor force participation rate) adalah menggambarkan jumlah angkatan kerja dalam suatu kelompok umum sebagi persentase penduduk dalam kelompok tersebut.

(4). Tingkat pengangguran (Unemployment rate) adalah angka yang menunjukkan beberapa banyak dari jumlah angkatan kerja yang sedang aktif mencari pekerjaan. Pengertian menganggur di sini adalah aktif mencari pekerjaan. (5). Pengangguran terbuka (Open Unemployment) adalah bagian dari angkatan

kerja yang sekarang ini tidak bekerja dan sedang aktif mencari pekerjaan. (6). Pengangguran Friksional adalah pengangguran yang terjadi akibat pidahnya

seorang ari suatu pekerjaan ke pekerjaan lain, dan akibatnya harus mempunyai tenggang waktu dan berstatus sebagai penganggur sebelum mendapatkan pekerjaan lain tersebut.

(18)

ketrampilan, bidang keahlian, maupun daerah lokasinya dengan struktur permintaan tenaga kerja yang belum terisi.

(8). Setengah Menganggur (Underemployment) adalah perbedaan antara jumlah pekerjaan yang betul dikerjakan seseorang dalam pekerjaannya dengan jumlah pekerja yang secara normal mampu dan ingin dikerjakannya.

(9). Setengah Menganggur yang Kentara (Visible Underemployment) adalah jika seseorang bekerja tidak tetap (part time)di luar keinginannya sendiri, atau bekerja dalam waktu yang lebih pendek dari biasanya.

(10). Setengah Menganggur yang Tidak Kentara (Invisible Underemployment)

adalah jika seseorang bekerja secara penuh (full time) tetapi pekerjaannya itu dianggap tidak mencukupi, karena pendapatannya yang terlalu rendah atau pekerjaan tersebut tidak memungkinkan ia untuk mengembangkan seluruh keahliannya.

(19)

2.3.3 Pengertian Pasar Tenaga Kerja

Pasar tenaga kerja tidak jauh berbeda dengan pasar barng yang ada menurut pandangan kaum klasik. Akan terjadi keseimbangan antara penawaran tenaga kerja dan permintaan tenaga kerja, apabila harga tenaga kerja (upah) cukup fleksibel. Pada tingkat upah yang berlaku di pasar tenaga kerja semua orang bersedia untuk bekerja pada tingkat upah yang berlaku tersebut sehingga tenaga kerja tidak akan mengalami pengangguran. Mereka yang menganggur adalah tenaga kerja yang tidak bersedia bekerja pada tingkat upah yang berlaku dipasar tenaga kerja, jadai tenaga kerja digolongkan menjadi pengangguran sukarela. (Mulia: 1997:30-31).

Menurut pendapat klasik, jumlah tenaga kerja yang tidak bekerja adalah orang yang tidak bersedia bekerja pada tingkat upah riil yang berlaku (harga tenaga kerja). Perekonomian yang mengalami kelebihan produksi ini hanya bersifat sementara. Bila mekanisme harga yang fleksibel telah bekerja, semua barang akan terjual kembali dan tingkat produksi akan normal kembali.

(20)

perekonomian secara keseluruhan, misalnya penurunan tingkat upah riil sedangkan variabel yang terjadi dalam perekonomian dianggap tetap, tidak bisa digunakan asumsi seperti yang digunakan kaum klasik untuk menerangkan akibat penurunan tingkat upah riil pada penggunaan tenaga kerja. Apabila upah riil menurun, pendapatan masyarakat akan mengalami penurunan juga (pendapatan bertambah rendah), dan daya beli masyarakat juga akan berkurang. Oleh sebab itu, pengeluaran masyarakat untuk konsumsi akan turun, dan penurunan pengeluaran masyarakat (konsumsi) akan menyebabkan penurunan tingkat harga di pasar barang. Apabila keadaan berlanjut terus menyebabkan tingkat produksi turun, full employment tidak akan tercapai.

(21)

2.4 Pengertian Pendapatan

Pendapatan menunjukkan jumlah seluruh uang yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Pendapatan terdiri dari upah, atau penerimaan tenaga kerja; pendapatan dari kekayaan seperti sewa, bunga dan dividen; serta pembayaran transfer atau penerimaan dari pemerintah seperti tunjangan sosial, atau si pengangguran. (Samuelson, 1992:258).

2.4.1 Distribusi Pendapatan dan Produksi Marjinal

Upah merupakan harga tenaga kerja, sewa adalah harga tanah, dan bunga adalah harga modal. Jadi penunjuk pertama tentang distribusi pendapatan adalah berasal dari pengamatan terhadap kekuatan-kekuatan yang melatarbelakngi penawaran dan permintaan faktor-faktor produksi. (Samuelson, 1992:259)

(22)

ini harus berlaku dalam ekuilibrium karena seorang pengusaha yang bertujuan memaksimumkan laba akan memperkerjakan setiap faktor produksi sampai suatu titik ketika produk marjinal faktor memberiikan penerimaan marjinal (dalam satuan dolar) yang persis sama dengan faktor produksi tersebut.

2.4.2Teori Distribusi Pendapatan Produksi Marjinal

Teoritis ekonomi terkenal dari Columbia University, yaitu John Bates Clark, sekitar tahun 1990 mengemukana teori distribusi sederhana. Teori tersebut bisa diterapkan pada penetapan harga dan upah yang kompetitif untuk setiap barang akhir (final goods) dan input faktor produksi. Untuk memudahkan pemahaman atas teori tersebut, misalkan hanya ada satu produk yang dihitung dalam satuan riil. Misalnya jagung atau suatu kombinasi komiditi yang kita sebut Q. Selanjutnya, dengan menganggap harga sama dengan satu, kita dapat membentuk keseluruhan pembahasan ini dalam satuan riil yaitu kita menamakan nilai output sebagai Q dan tarif upah sebagai tarif upah riil dalam satuan barang atau Q. dalam situasi ini, fungsi produksi menjelaskan berapa Q yang akan dihasilkan dari setiap jumlah jam kerja tenaga kerja, L bersama sekian luas tanah yang homogen, A. Perhatikan bahwa karena P=1, maka pada persaingan sempurna MRP= MR x P =MP x 1 = MP dan upah =MPL. (Samuelson,1992:158).

(23)

sama. Masalahnya sekarang, upah itu didasarkan atas apa? Apakah didasarkan pada MP (Produk Marjinal) pekerja pertama atau MP pekerja kedua yang lebih rendah? Ataukah menurut rata-rata keduanya.

Dalam persaingan sempurna, dengan pemilik tanah bebas menentukan banyaknya pekerja yang akan digunakan, jawabannya adalah: Tuan tanah tidak akan menggunakan pekerja kedua kalau upah yang harus mereka bayar melebihi produk marjinal yang diterimanya. Dengan demikian kurva permintaan DD atas tenaga kerja akan menjamin bahwa semua pekerja yang digunakan menerima upah sebesar produk marjinal yang terakhir.

Bagaimana dengan kelebihan total output yang dihasilkan oleh pekerja pertama dan pekerja lain sebelum pekerja yang terakhir. MP itu dinikmati oleh tuan tanah dan merupaka laba residu baginya, yang ddisebut sebagai sewa. Dalam persaingan bebas, laba itu tetap milik pemilik tanah dan tidak ada yang bisa mengambilnya. Selain distribusi dari kontribusi tenaga kerja dapat juga meentukan kontribusi dari sewa tanah. Besarnya kelebihan output yang dihasilkan pekerja tidak diterima sebagi upah, namun ditentukan sebaoleh seberapa besar penurunan MP tenaga kerja pada saat tenaga kerja ditambahkan artinya ditentukan oleh hokum hasil lebih yang semakin menurun.

2.5 Pengertian Potensi

(24)

nilai tambah sehingga dapat menghasilkan keuntungan yang maksimal. Dalam pemanfaatannya potensi diarahkan untuk dapat dikelola dengan baik sehingga apa yang menjadi kelebihan dan keunggulannya dapat diberdayakan secara baik pula. 2.6 Penelitian Terdahulu

Hesti Pusparini (2011) dalam penelitiannya yang berjudul ”Strategi Pengembangan Industri Kreatif Di Sumatera Barat (Studi Kasus Industri Kreatif Subsektor Kerajinan:Industri Bordir/Sulaman Dan Pertenunan), dengan teknik analisa SWOT menunjukkan Industri ini memiliki peluang yang besar dan dapat memanfaatkan kekuatan yang dimilikinya untuk memperoleh berbagai peluang tersebut. Sedangkan indeks posisi industri kreatif subsektor industri kerajinan sulaman benang emas di Sumatera Barat, pada analisis faktor internal sebesar +0.65 dan indeks posisi pada analisis faktor eksternal sebesar +1.04 sehingga pada diagram SWOT posisi sulaman benang emas terletak di Kuadran I juga, sama halnya dengan bordir/sulaman.

(25)

Ahmad Putra Rasikul Islamy (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Peranan Industri Kreatif Sektor Periklanan Terhadap Perekonomian Indonesia”mengemukakan Periklanan merupakan salah satu sektor dalam Industri kreatif (kelompok industri yang terdiri dari berbagai jenis industri yang masing – masing memiliki kaitan dengan kreatifitas dan kekayaan intelektual). Periklanan sebagai kegiatan kreatif yang berkaitan jasa periklanan (komunikasi satu arah dengan menggunakan medium tertentu), yang meliputi proses kreasi, produksi dan distribusi dari iklan yang dihasilkan, misalnya: riset pasar, perencanaan komunikasi iklan, iklan luar ruang, produksi material iklan, promosi, kampanye relasi publik, tampilan iklan di media cetak (surat kabar, majalah) dan elektronik (televisi dan radio), pemasangan berbagai poster dan gambar, penyebaran selebaran, pamflet, edaran, brosur dan reklame sejenis, distribusi dan

deliveindustri advertising materials atau samples, serta penyewaan kolom untuk iklan.

2.7 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual dimaksudkan untuk memberiikan gambaran atau batasan-batasan tentang konsep yang digunakan sebagai dasar penelitian yang akan dilakukan.

(26)

survei lapangan yang menggunakan metode wawancara mendalam dan observasi. Terakhir, dapat dirumuskan beberapa potensi dan strategi dalam pengembangan industri kreatif di Kota Medan dengan pendekatan deskriptif.

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Sumber : Diolah oleh penulis Ekonomi Kreatif

Strategi Potensi

Gambar

Tabel 2.1
Gambar 2.1  Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini yaitu potensi ekonomi kreatif yang berada di Kota Medan mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 1-30 tenaga kerja pada setiap bidang usaha dan

Riset dan Pengembangan (R&D): kegiatan kreatif terkait dengan usaha inovatif yang menawarkan penemuan ilmu dan teknologi, serta mengambil manfaat terapan dari ilmu

14) Riset dan Pengembangan (R&D): kegiatan kreatif terkait dengan usaha inovatif yang menawarkan penemuan ilmu dan teknologi, serta mengambil manfaat terapan

Dengan mengoptimalkan peran SDM yang Kreatif dan Inovatif , yang diberikan pendidikan dan wawasan dibidang Ilmu Pengetahuan & Teknologi (IPTEK), permasalahan yang

Riset dan Pengembangan (R&D): kegiatan kreatif terkait dengan usaha inovatif yang menawarkan penemuan ilmu dan teknologi, serta mengambil manfaat terapan dari ilmu

Industri kreatif merupakan bagian atau subsistem dari Ekonomi Kreatif, yang. terdiri dari core creative industri, forward dan backward

Riset dan pengembangan kegiatan kreatif meliputi usaha inovatif serta penemuan ilmu teknologi, dengan tujuan melihat manfaat dari ilmu teknologi tersebut agar menjadi

Hasil studi diperoleh, di antara seluruh subsektor industri kreatif yang ada di Kota Medan, 3 subsektor masuk dalam kategori memiliki pertumbuhan dan potensi yang sangat besar