• Tidak ada hasil yang ditemukan

Desain Pembangkit Listrik Tenaga Panas B

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Desain Pembangkit Listrik Tenaga Panas B"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Keterbatasan sumber bahan bakar dan semakin menipisnya cadangan batu

bara, gas alam serta minyak olahannya membuat keberlangsungan pasokan energi

listrik dunia menjadi tidak menentu. Hal ini dikarenakan batu bara, gas alam dan

minyak olahannya merupakan sumber energi tak terbarukan yaitu proses

pembuatannya membutuhkan jutaan tahun.

Panas bumi sebagai alternatif pembangkitan energi, kembali dilirik

belakangan ini. Pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) menjadi salah satu

solusi karena untuk memperoleh energi listrik pembangkit ini menghasilkan kadar

CO2 yang relatif lebih sedikit dibanding pembangkit batu bara maupun gas alam

sehingga ramah lingkungan (Green, 2006). Dengan sumber panas bumi yang

berasal dari lapisan magma di dalam tanah yang relatif tidak pernah berkurang,

menjadikan panas bumi sebagai sumber energi yang terbarukan. (GEA, 2012)

PLTP di Indonesia belum banyak dikembangkan dan dimanfaatkan.

Padahal dengan potensi pembangkitan sebesar 28.100 MW yang mengesankan,

Indonesia memiliki sekitar 40% dari cadangan energi panas bumi dunia. Dari

jumlah itu, yang sudah dimanfaatkan untuk Pembangkit Listrik Tenaga Panas

Bumi (PLTP) baru mencapai 1.197 MW atau sekitar 4% dari total potensi yang

ada (Holm, 2010).Namun di manca negara, PLTP sudah banyak dibangun dan

dikembangkan. Di negara Amerika Serikat mengadakan riset tentang Enhanced

Geothermal System (EGS) yang bertujuan memaksimalkan pemanfaatan panas bumi yang ada. (Idaho National Laboratory, 2006)

Daerah panas bumi Kamojang terletak 40 km di sebelah selatan Bandung,

Jawa Barat. Daerah Kamojang memiliki ketinggian 1,730 meter dari permukaan

air laut. Koordinat 7°07′30″S 107°48′00″E / 7.125°LS 107.8°BT (Kabupaten

Garut, 2012). Penyelidikan dan pengamatan geologi, geofisik serta geokimia telah

(2)

2

menghasilkan 100-200 MW energi listrik selama 25 tahun. Uap yang dihasilkan di

Kamojang ini memiliki tipe uap kering. Artinya kandungan air dalam uap relatif

sedikit. Beberapa lokasi di Kamojang telah dilakukan proses pengeboran. Dengan

kedalaman 1.000-1.500 m pengeboran telah didapat rata-rata uap sebesar 20-110

ton/jam. (Triyono, 2001)

Gambar 1.1 Peta daerah potensi panas bumi di Indonesia

Selain di daerah Kamojang, terdapat beberapa lokasi sumber panas bumi

di Indonesia. Antara lain di Dieng dan Lembata. Pada masing-masing lokasi

mempunyai ciri-ciri sumber panas bumi yang berbeda satu sama lain. Pada

Kamojang, sumber panas bumi termasuk tipe kering berupa uap panas

bertemperatur 1620C dengan kandungan air yang sangat sedikit sekitar 0,0223% (PGE, 2009). Pada Dieng, diketahui bahwa terdapat kandungan silika yang cukup

besar pada sumber panas bumi yang dapat berpengaruh pada penyumbatan pipa

(PLTP Dieng, 2012). Pada Lembata, NTT ditemukan sumber panas bumi berupa

mata air panas dengan temperatur 32 – 45 0C, fumarol dengan temperatur 80 – 96

0

C dan tanah panas dengan temperatur 96 – 98 0C (Purnanta, 2011).

Dengan adanya ciri-ciri yang berbeda, mengakibatkan kebutuhan PLTP di

daerah tersebut menjadi berbeda pula. Dalam penentuan metode pembangkitan

energi listrik, pemilihan dan pengadaan peralatan perlu disesuaikan dengan

kondisi sumber panas bumi. Metode pembangkitan panas bumi dengan kondisi

(3)

direct-3

steam plant (DiPippo, 1999). Metode pembangkitan panas bumi dengan kondisi liquid dominated seperti pada daerah Patuha, Jawa Barat menggunakan metode flash-steam (DiPippo, 1999). Metode pembangkitan panas bumi dengan kondisi temperatur rendah menggunakan metode binary plant (DiPippo, 1999). Kemudian

untuk pemilihan dan pengadaan peralatan pada Dieng diperlukan pipa yang lebih

tahan korosif akibat adanya kandungan silika yang banyak. Sehingga perlu usaha

perancangan secara khusus agar potensi yang ada di daerah tersebut dapat

di-maksimalkan. Untuk dapat memenuhi kriteria yang diperlukan.

Dengan adanya proses simulasi pada peralatan pembangkit dan perkiraan

biaya diharapkan dapat diperoleh desain pembangkit listrik tenaga panas bumi

yang optimal dengan biaya yang terjangkau.

1.2. Perumusan Masalah

Bagaimanakah merancang sistem pembangkit listrik tenaga panas bumi

yang dapat diaplikasikan pada sumur produksi Kamojang-68 dan spesifikasi

peralatan sistem.

1.3. Batasan Masalah

Pada penelitian ini permasalahan dibatasi pada:

1. Kondisi panas bumi berasal dari data sumur produksi KMJ-68 yang

bersumber dari penelitian hasil kimia dan laju aliran oleh Pertamina

Geothermal Energy (PGE) pada tanggal 3 Maret 2009. 2. Putaran turbin diasumsikan sebesar 3000 rpm.

3. Make up water untuk cooling tower diasumsikan menggunakan air tanpa kotoran atau zat-zat yang berbahaya.

4. Air hasil kondensasi diinjeksikan kembali ke dalam tanah untuk menjaga

keberlangsungan sistem.

5. Perancangan kecepatan uap pada steam ejector sebesar 1 Mach.

6. Perancangan di lokasi Kamojang sesuai kondisi dan iklim setempat.

1.4. Tujuan dan Manfaat

Perancangan ini dilakukan dengan tujuan untuk :

1. Menentukan jenis sistem pembangkit listrik tenaga panas bumi yang sesuai

(4)

4

2. Menentukan spesifikasi peralatan sistem pembangkit listrik tenaga panas

bumi (separator, steam turbine, kondensator, steam jet ejector dan cooling

tower).

3. Menentukan perkiraan biaya pembuatan pembangkit listrik tenaga panas

bumi pada sumur produksi Kamojang-68.

Hasil yang diperoleh dari perancangan ini diharapkan dapat memberikan

manfaat sebagai berikut :

1. Mampu memberikan analisis sistem pembangkitan listrik tenaga panas bumi

yang cocok sehingga dapat diterapkan pada sumur produksi di wilayah

Kamojang.

2. Mampu memberikan analisis perhitungan terhadap spesifikasi peralatan

sistem pembangkit listrik tenaga panas bumi (separator, steam turbine,

kondensator, steam jet ejector dan cooling tower).

3. Mampu memberikan analisis perhitungan biaya pembuatan pembangkit listrik

tenaga panas bumi pada sumur produksi Kamojang-68.

1.5.Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan, menjelaskan tentang latar belakang masalah, perumusan

masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta

sistematika penulisan.

BAB II : Dasar teori, berisi tinjauan pustaka yang berkaitan dengan panas bumi,

metode perancangan pembangkit listrik tenaga panas bumi, peralatan

pembangkit dan perhitungan untuk distribusi panas serta peralatan pada

PLTP.

BAB III : Metodologi perancangan, berisi diagram alir perancangan yang

diguna-kan beserta uraian.

BAB IV : Hasil desain, menjelaskan data hasil desain dan analisa hasil desain

dengan software.

Gambar

Gambar 1.1 Peta daerah potensi panas bumi di Indonesia

Referensi

Dokumen terkait

menetapkan sistem yang cocok dalam setiap kebijakan dan keputusan yang diambil terkait sistem pensiun Pegawai Negeri Sipil di Timor Leste, walaupun saat ini

Penelitian ini telah sesuai dengan teori sebab tingkat pengetahuan ibu hamil tentang morning sicknes kebanyakan kategori cukup maka akan ber- pengaruh pada

Berdasarkan uraian-uraian teori, hasil penelitian, dan pengujian analisis regresi yang dilaksanakan mengenai pengaruh kualitas layanan dan kepercayaan konsumen terhadap

Pekerjaan shift dipagi hari terkadang lebih terasa berat dari pada malam hari karena kuantitas pekerjaan terkadang lebih banyak pada saat pagi hari,

Dimensi empathy (empati) dapat dilihat dari keramahan pegawai dalam proses layanan kesehatan dan kemudahan untuk dihubungi oleh masyarakat dalam

Berdasarkan Berita Acara Hasil Pelelangan Nomor: 16.44/DAK.SD/167/PPBJ/434.101/2011 tanggal 17 Nopember 2011 untuk paket pekerjaan sebagai berikut :. Kegiatan :

Mahasiswa menjawab semua pertanyaan tentang reaksi kualitatif anorganik yang terdapat dalam diktat petunjuk praktikum3. Yogyakarta, Juni 2013 Dosen Pengampu

Berdasarkan uji hipotesis dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran NHT-CTL memberikan prestasi belajar yang lebih baik daripada NHT dan pembelajaran langsung,